BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Esophagogastroduodenoscopy atau sering disingkat endoscopy adalah suatu prosedur untuk melihat bagian dalam tubuh dengan menggunakan instrumen endoscope yang bertujuan untuk memeriksa kondisi kesehatan saluran pencernaan atas meliputi kerongkongan, lambung, dan duodenum (NDDIC, 2009). Endoscopy merupakan salah satu prosedur untuk mendiagnosa etiologi dispepsia. Tanpa pemeriksaan endoscopy, dokter kesulitan menentukan apakah pasien memiliki tukak lambung, ulkus duodenum, atau tidak ada ulkus hanya berdasar atas gejala dan pemeriksaan fisik saja (Santacroce et al., 2012). EGD merupakan tindakan medis yang bersifat invasif, mahal, dan dapat menimbulkan kecemasan, terkait dengan diagnosa penyakit yang ditemukan, perasaan malu serta rasa ketidaknyamanan (Jones et al., 2004). Pencegahan kecemasan selama endoscopy adalah penting bukan sekedar untuk mengurangi ketidaknyamanan, tetapi juga karena kecemasan dapat menyebabkan durasi prosedur menjadi lebih lama dan meningkatkan kemungkinan terjadinya efek samping (Ersoz et al., 2010). Untuk mengatasi hal tersebut biasanya pasien diberi obat yang akan membuat tenang dan rileks, yang disebut sedasi. Dengan sedasi, kecemasan dan ketidaknyamanan pasien akan berkurang. Selain itu dapat meningkatkan hasil pemeriksaan, mempersingkat prosedur dan mengurangi
1
memori pasien terhadap tindakan medis yang dialaminya (Lichtenstein et al., 2008). Sedasi yang sering digunakan adalah sedasi sadar (conscious sedation) dengan midazolam sebagai obat pilihan. Midazolam dipilih karena mempunyai onset cepat (1-2 menit) dengan durasi pendek (15-60 menit). Tetapi selain menghasilkan efek penenang, pemberian sedasi akan meningkatkan biaya tindakan dan dapat mempengaruhi pasien dalam pengambilan keputusan setelah prosedur selesai (Khalid et al.,, 2011). Juga berpotensi untuk timbulnya efek samping
terutama yang terkait dengan depresi pernafasan (Andrew, 2012).
Karena itu perlu diteliti bagaimana efek midazolam terhadap kecemasan pasien pada prosedur endoscopy di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (RSMS) pada dosis standar, yaitu 3 mg dibandingkan dengan dosis rendah 1 mg
serta
mengamati kemungkinan efek samping yang timbul dari penggunaan midazolam. Penggunaan dosis 3 mg mengacu pada dosis standar yang digunakan dalam prosedur endoscopy di RSMS. Sedangkan dosis 1 mg digunakan sebagai kontrol atau pembanding dikarenakan pertimbangan etis jika digunakan plasebo. Pada beberapa pasien dewasa, dosis 1 mg sudah memberikan respon (Lacy et al, 2012).
B. Perumusan Masalah Dari uraian di atas, maka masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah “Apakah midazolam dosis standar 3 mg menurunkan tingkat kecemasan lebih besar dibandingkan dosis rendah 1 mg pada prosedur endoscopy di RSMS serta adakah efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan midazolam ? ”.
2
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek midazolam dosis standar 3 mg dibandingkan dosis rendah 1 mg terhadap penurunan kecemasan pasien pada prosedur endoscopy di RSMS, serta mengamati kemungkinan efek samping yang timbul.
D. Manfaat Penelitian 1. Pada Bidang Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut dalam penggunaan sedasi pada prosedur endoscopy. 2. Bagi Peneliti Farmasis diharapkan dapat terlibat dalam proses konseling sebelum penggunaan sedasi pada prosedur endoscopy sebagai salah satu bentuk kegiatan pelayanan farmasi klinik. 3. Bagi Rumah Sakit Penelitian ini diharapkan mendapatkan prosedur endoscopy yang nyaman bagi pasien sehingga meningkatkan kepuasan pasien.
E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang efek midazolam terhadap kecemasan pasien pada prosedur endoscopy di Indonesia berdasarkan penelusuran penulis belum pernah dilakukan. Yang penulis temukan tentang efek midazolam adalah penelitian di negara barat, antara lain :
3
1.
Penelitian di Inggris tentang “Effect of midazolam on anxiety level and pain Perception in cataract surgery with topical anesthesia” (Habib et al., 2004). Penelitian ini membandingkan antara kelompok pasien yang mendapatkan anestesi faring (Lydocain spray) + infus midazolam (0,015 mg / kg BB) 15 menit sebelum operasi Cataract dengan kelompok yang hanya menerima anestesi faring saja. Kriteria evaluasi adalah tingkat kecemasan pasien yang diukur menggunakan kuesioner The State–Trait Anxiety Inventory (STAI) versi pendek yang berisi 6 item skala. Skor nyeri diukur dengan Visual Analaog Scale (VAS), dan kepuasan pasien secara keseluruhan. Hasil penelitian menyatakan bahwa pasien berkurang kecemasannya setelah pemberian midazolam, tetapi tidak signifikan secara statistik.
2.
Penelitian di Italy yang dilakukan oleh Trevisani, et al., (2004) “Upper gastrointestinal endoscopy : Are preparatory interventions or conscious sedation effective? A randomized trial”. Pada penelitian ini membandingkan 4 kelompok pasien yang akan menjalani endoscopy, dengan masing-masing kelompok mendapat perlakuan berbeda, yaitu kelompok kontrol (Co) yang hanya diberikan anestesi faring saja (100 g / L lidocain spray), kelompok anestesi faring + sedasi dengan iv midazolam 35 ug / kg (Mi), kelompok yang ditunggui kerabat selama prosedur endoscopy (Re), dan kelompok yang mendapat penjelasan menggunakan rekaman video tentang prosedur endoscopy (Vi). Sebelum menjalani endoscopy, pasien diminta mengisi kuesioner STAI untuk mengukur skor kecemasan pre endoscopy. Kemudian 2 jam setelah endoscopy dilakukan penilaian toleransi terhadap endoscopy
4
serta ketidaknyaman yang dirasakan pasien selama prosedur. Hasil penelitian menyatakan bahwa endoscopy ditolerir dengan baik oleh 80,7% pasien di kelompok-Mi, 43,5% di kelompok- Co, 58,6% pada kelompok-Re, dan 50% pada kelompok-Vi (p < 0,01). Penilaian Ketidaknyamanan yang disebabkan oleh endoscopy, menunjukkan hasil lebih rendah pada kelompok-Mi dibandingkan kelompok lain. Ketidaknyamanan berkorelasi dengan "usia" (p < 0,001) dan “jenis kelamin” (p < 0,001), dimana pasien yang usianya lebih tua serta jenis kelamin wanita mempunyai toleransi yang lebih baik terhadap endoscopy dibanding pasien usia muda dan jenis kelamin pria. Terdapat perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian-penelitian di atas, yaitu perbedaan waktu dan tempat penelitian, dosis sedasi dan pembanding yang digunakan, serta parameter yang diamati. Pada penelitian di Inggris yaitu untuk mengetahui efek midazolam terhadap tingkat kecemasan dan persepsi nyeri pada pasien yang akan menjalani operasi katarak, serta mengukur kepuasan pasien, menggunakan dosis midazolam 0,015 mg / kg BB, dan pembanding anestesi faring. Sedangkan penelitian di Italy untuk melihat tingkat kecemasan pre endoscopy serta melihat toleransi pasien terhadap prosedur endoscopy dan rasa ketidaknyamanan selama prosedur, dengan menggunakan sedasi midazolam 35 ug / kg BB, dan pembanding tanpa midazolam. Adapun pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah untuk mengetahui efek midazolam dosis standar dibandingkan dosis rendah terhadap penurunan kecemasan pasien pada prosedur endoscopy di RSMS, serta mengamati efek samping yang mungkin timbul dari penggunaan sedasi midazolam.
5