Panduan Praktis
Rehabilitasi Pantai “Sebuah Pengalaman Merehabilitasi Kawasan Pesisir”
Indonesia Programme
Panduan Praktis
Rehabilitasi Pantai “Sebuah Pengalaman Merehabilitasi Kawasan Pesisir”
Iwan Tri Cahyo Wibisono Eko Budi Priyanto I Nyoman N. Suryadiputra
Ditjen. PHKA
Indonesia Programme
Bogor, September 2006
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
i3
Rehabilitasi Pantai
Panduan Praktis
“Sebuah Pengalaman Merehabilitasi Kawasan Pesisir” © Wetlands International - Indonesia Programme, 2006
Penulis
:
Iwan Tri Cahyo Wibisono Eko Budi Priyanto I Nyoman N. Suryadiputra
Desain dan Tata Letak
:
Triana
Foto Sampul Depan
:
Eko Budi Priyanto dan Iwan Tri Cahyo Wibisono
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Wibisono, I.T.C., Eko Budi Priyanto, dan I N.N. Suryadiputra Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai: Sebuah Pengalaman Merehabilitasi Kawasan Pesisir. Bogor. Wetlands International - IP, 2006 x + 81 hlm; ilus; 15 x 21 cm ISBN: 979-99373-8-8
Saran Kutipan: Wibisono, I.T.C., Eko Budi Priyanto, dan I N.N. Suryadiputra. 2006. Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai: Sebuah Pengalaman Merehabilitasi Kawasan Pesisir. Wetlands International - Indonesia Programme. Bogor. x + 81.
“The opinions indicated in this publication should not necessarily be considered as reflecting the views or carrying the endorsement of the United Nations Environment Programme.” “This publication is supported by the National Parks Autonomous Body of the Ministry of Environment of Spain (OAPN).”
4ii
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Kata Pengantar Sebagai suatu Negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki kawasan pesisir sangat luas yang ditumbuhi oleh berbagai jenis mangrove dan tanaman pantai. Vegetasi yang tumbuh di kawasan ini tidak saja berfungsi sebagai habitat pendukung keanekaragaman hayati dan menambah keindahan pantai, tapi ia juga berfungsi untuk mencegah erosi pantai dan sebagai pelindung daratan sehingga pemukiman dan saranaprasarana umum yang terdapat di belakangnya terhindar dari bencana badai dan gelombang pasang air laut. Namun sejak pertengahan tahun 1980an, hampir sebagain besar kawasan pesisir di Indonesia mengalami kerusakan yang cukup parah akibat dialihfungsikan menjadi lahan pertambakan dan bentuk-bentuk peruntukan lainnya. Luas hutan bakau yang sebelumnya diduga lebih dari 5 juta ha, kini tinggal sekitar 3,4 juta ha. Akibat yang ditimbulkan dari kondisi demikian adalah misalnya; di pantai Utara Jawa dan Timur Pulau Sumatera terjadi abrasi pantai sampai dengan puluhan meter ke darat hingga banyak lahan pertambakan yang hilang di telan laut, hilangnya habitat satwa liar, gersangnya kawasan pesisir dan intrusi air laut yang semakin jauh ke darat. Di Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam, jauh sebelum bencana tsunami menimpa kawasan ini (pada bulan Desember 2004), hutan bakaunya juga telah banyak dialihfungsikan menjadi lahan pertambakan. Akibatnya, dampak yang ditimbulkan oleh gelombang tsunami pada pesisir pantai NAD (terutama di pesisir Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Aceh Utara, Kota Lhokseumawe) menjadi lebih parah. Dari hasil pengamatan di beberapa desa-desa pesisir Aceh Utara dan Lhokseumawe, yang sebagian besar hutan bakaunya telah ditebang dan dijadikan lahan pertambakan, memperlihatkan kerusakan tambak dan pemukiman yang lebih parah akibat tsunami dibandingkan desa tetangga lainnya yang hutan bakaunya relatif masih utuh.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
iii 3
Dari berbagai kondisi di atas, kini disadari bahwa kerusakan hutan pantai tidak saja telah merugikan para pelaku bisnis di bidang pertambakan dan hancurnya ekosistem pesisir, namun kerusakannya juga telah menyebabkan dampak tsunami yang meluas ke darat hingga merenggut ratusan ribu jiwa masyarakat pesisir di NAD. Sehigga untuk mengembalikan fungsi/manfaat/jasa-jasa lingkungan yang diberikan oleh keberadaan hutan pantai dan mangrove kepada kita, maka upaya-upaya rehabilitasi yang tepat dan benar perlu segera dilakukan. Untuk mendukung upaya-upaya penyelenggarakan rehabilitasi pesisir yang tepat dan benar, mulai dari cara mempersiapkan bibitnya, memilih lokasi rehabibiltasi dan cara merawat tananan, maka Wetlands International Indonesia Programme (WI-IP) membuat buku panduan agar dapat dijadikan pegangan praktis bagi para pelaku rehabilitasi di lapangan. Buku panduan ini ditulis dari pengalaman lapangan yang diperoleh para penulisnya selama melaksanakan kegiatan rehabilitasi di berbagai lokasi pesisir di Indonesia (termasuk Aceh). Penulisan buku ini di danai oleh UNEP (United Nations Environment Programme) yang bekerjasama dengan WI-IP dalam Proyek MangroveRestoration in Tsunami-affected Areas. Penulis menyadari bahwa isi buku ini masih jauh dari sempurna, namun demikian mudah-mudahan ia dapat menjadi pelengkap bagi buku-buku panduan tentang rehabilitasi pesisir yang juga telah diterbitkan pihak-pihak lain.
Bogor, September 2006 Penulis
4iv
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Daftar Isi Kata Pengantar ..................................................................................... iii 1.
2.
Mengapa Panduan Ini Dibuat? ................................................. 1 1.1.
Apa latar belakang pembuatan panduan ini? ...................... 1
1.2.
Apa tujuan penulisan panduan ini? ...................................... 2
1.3.
Siapa saja pengguna panduan ini? ...................................... 2
Bagaimana Cara Menyiapkan Bibit? ....................................... 3 2.1.
Bagaimana cara membangun persemaian? ........................ 3 2.1.1. Penentuan lokasi persemaian ................................... 3 2.1.2. Pembuatan bedengan ............................................... 5
2.2.
Bagaimana cara memperoleh benih? ................................. 7
2.3.
Bagaimana cara menanam benih? ...................................... 9
2.4.
Bagaimana cara memelihara bibit di persemaian? ........... 12 2.4.1. Pemeliharaan Bibit .................................................. 12 2.4.2 Pengendalian hama dan penyakit ........................... 13
3.
Bagaimana Cara Menanam Bibit di Lapangan? .................. 15 3.1.
Persiapan apa saja yang dilakukan? ................................ 15 3.1.1. Penentuan lokasi penanaman ................................. 15 3.1.2 Persiapan tenaga kerja dan pembagian tugas ....... 17 3.1.3. Persiapan alat dan bahan ....................................... 18
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
v3
3.1.4. Penentuan jenis tanaman ....................................... 18 3.1.5. Penataan lokasi penanaman ................................... 19 3.2.
Bagaimana cara mengangkut bibit .................................... 21
3.3.
Kapan dan bagaimana cara menanam bibit di lapangan? .......................................................................... 21
4.
Bagaimana Cara Memelihara Bibit Setelah Ditanam di Lapangan? ............................................................................. 24
5.
Teknik Silvikultur Jenis ............................................................. 27 5.1.
Tanaman Mangrove ............................................................ 27 5.1.1. Bakau ...................................................................... 27 5.1.2. Tengal ...................................................................... 35 5.1.3. Tanjang .................................................................... 38 5.1.4. Pedada .................................................................... 41 5.1.5. Nyiri ......................................................................... 44 5.1.6. Api-api...................................................................... 47
5.2.
Tanaman Pantai ................................................................. 50 5.2.1. Nyamplung .............................................................. 50 5.2.2. Cemara Laut ............................................................ 54 5.2.3. Ketapang ................................................................. 62 5.2.4. Waru Laut ................................................................ 65 5.2.5. Putat Laut ................................................................ 69 5.2.6. Bintaro ..................................................................... 72
5.3.
Penanaman Tanaman Serba Guna .................................... 77
Daftar Pustaka ...................................................................................... 81
4vi
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
DAFTAR TABEL Tabel 1.
Persyaratan persemaian jenis mangrove dan tanaman pantai ........................................................................ 4
Tabel 2.
Ciri-ciri buah/benih yang masak .............................................. 8
Tabel 3.
Teknik penyimpanan benih mangrove ...................................... 9
Tabel 4.
Cara menanam benih beberapa jenis tanaman ..................... 10
Tabel 5.
Penyebab kerusakan bibit dan cara penanggulangannya ............................................................... 13
Tabel 6.
Kriteria lokasi penanaman yang sesuai untuk tanaman mangrove dan tanaman pantai ............................... 17
Tabel 7.
Kesesuaian jenis tanaman terhadap lokasi penanaman ............................................................................ 19
Tabel 8.
Penyebab kerusakan tanaman dan cara penanganannya ...................................................................... 25
Tabel 9.
Ciri-ciri buah bakau yang telah matang ................................. 29
Tabel 10. Ringkasan teknik budidaya beberapa jenis tanaman MPTS ..................................................................................... 78
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Bedeng tabur dan Bak kecambah ..................................... 5
Gambar 2.
Bedeng sapih untuk bakau yang dinaungi sirap, dan bedeng untuk tanaman pantai yang dinaungi paranet ............................................................................... 7
Gambar 3.
Kegiatan pengisian media ............................................... 11
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
vii 3
Gambar 4.
Bibit yang masih dinaungi dan bibit yang telah dibuka naungannya .......................................................... 12
Gambar 5.
Lokasi yang sesuai untuk tanaman mangrove, hewan indikator : Ikan glodok, bebas tritip ................................. 16
Gambar 6.
Lokasi yang sesuai untuk tanaman pantai, tumbuhan indikator : katang – katang atau galaran ....... 16
Gambar 7.
Persiapan kegiatan rehabilitasi melalui diskusi kelompok ......................................................................... 18
Gambar 8.
Penandaan jarak tanam dengan menggunakan ajir ........ 20
Gambar 9.
Beberapa cara mengangkut bibit ..................................... 21
Gambar 10.
Penanaman bibit tanaman pantai; pembuatan lubang tanam, pembuangan polibag, penananam bibit .............. 22
Gambar 11.
Penanaman bakau; pembuatan lubang tanam dengan alat tugal, pembuangan polibag, penananam bibit .................................................................................. 23
Gambar 12.
Melindungi tanaman dengan pagar, bambu dan tanaman pandan .............................................................. 26
Gambar 13.
Bakau merah dan bakau minyak ..................................... 27
Gambar 14.
Bagian –bagian buah Bakau ........................................... 28
Gambar 15.
Ciri benih yang telah matang; terdapat tanda semacam cincin berwarna kekuningan ........................... 29
Gambar 16.
Perendaman propagul dengan air payau ......................... 30
Gambar 17.
Pengikatan propagul R. mucronata agar tidak roboh ..... 30
Gambar 18.
Posisi menanam benih ; R. apiculata, R. mucronata ................................................................... 31
Gambar 19.
Penanaman bakau di pematang tambak ........................ 33
Gambar 20.
Bentuk buah dan susunan daun Tengal .......................... 35
4viii
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Gambar 21.
Bagian-bagian buah Tengal ............................................. 36
Gambar 22.
Susunan daun, kelopak buah dan buah Tanjang ............ 38
Gambar 23.
Bagian-bagian buah Tanjang ........................................... 38
Gambar 24.
Posisi penyemaian benih Tanjang ................................... 39
Gambar 25.
Buah dan susunan daun Pedada .................................... 41
Gambar 26.
Bentuk dan ukuran biji Pedada ....................................... 42
Gambar 27.
Posisi penyemaian benih Pedada ................................... 42
Gambar 28.
Buah dan susunan daun Nyiri ......................................... 44
Gambar 29.
Biji Nyiri yang sedang direndam dan bagianbagian pada benih ............................................................ 45
Gambar 30.
Posisi penyemaian benih Nyiri ........................................ 45
Gambar 31.
Bentuk buah dan susunan daun Api-api ......................... 47
Gambar 32.
Bagian-bagian buah Api-api ............................................. 47
Gambar 33.
Posisi penyemaian benih Api-api .................................... 48
Gambar 34.
Susunan daun, bunga dan buah Nyamplung .................. 50
Gambar 35.
Biji Nyamplung ................................................................. 51
Gambar 36.
Biji Nyamplung yang telah berkecambah ....................... 51
Gambar 37.
Susunan daun dan buah Cemara laut ............................. 54
Gambar 38.
Buah Cemara laut dari muda hingga buah telah pecah ............................................................................... 55
Gambar 39.
Biji Cemara laut yang telah dikeluarkan dari buah ......... 55
Gambar 40.
Bibit Cemara laut yang telah siap tanam ........................ 58
Gambar 41.
Pencangkokan Cemara laut ............................................ 59
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
ix 3
Gambar 42.
Bibit Cemara laut yang hanya diikat pada bagian bawah saja, bibit tegak berdiri karena diikat pada 2 titik ................................................................................ 61
Gambar 43.
Pemagaran bibit Cemara laut dengan kawat bronjong ........................................................................... 61
Gambar 44.
Susunan daun dan bentuk buah Ketapang ..................... 62
Gambar 45.
Bibit Ketapang yang telah siap tanam ............................ 63
Gambar 46.
Daun dan bunga Waru laut .............................................. 65
Gambar 47.
Cabang Waru laut untuk stek .......................................... 66
Gambar 48.
Pemberian hormon pertumbuhan dan penanaman stek Waru laut ke dalam media polibag ......................... 66
Gambar 49.
Bibit Waru laut hasil stek yang telah siap tanam ........... 67
Gambar 50.
Buah, bunga dan daun Putat laut .................................... 69
Gambar 51.
Potensi anakan alam Putat laut, penanaman anakan secara langsung di lapangan ........................................... 71
Gambar 52.
Bunga serta susunan daun dan bunga Bintaro ............... 72
Gambar 53.
Buah Bintaro yang terdampar di pantai ........................... 73
Gambar 54.
Kecambah yang baru keluar dari buah Bintaro ............... 74
Gambar 55.
Bibit Bintaro yang telah siap tanam ................................ 75
Gambar 56.
Potensi anakan alam Bintaro yang siap untuk dipindahkan ke lokasi penanaman .................................. 76
Gambar 57.
Pohon Bintaro hasil penanaman melalui stek batang .............................................................................. 76
Gambar 58.
Kecambah Pandan, buah Jarak pagar, pohon Kuda-kuda, daun Juwet dan pohon Gamal ..................... 77
4x
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
1. Mengapa Panduan Ini Dibuat? 1.1.
APA LATAR BELAKANG PEMBUATAN PANDUAN INI?
Sebagian besar kawasan hutan pesisir di Indonesia telah mengalami kerusakan. Konversi/alih fungsi lahan (pada umumnya dijadikan lahan pertambakan), penebangan kayu (eksploitasi), dan kesalahan manajemen merupakan beberapa faktor utama penyebab kerusakan kawasan pesisir akibat ulah manusia. Sedangkan erosi pantai dan adanya badai, sebagai peristiwa alam, dapat pula menyebabkan tercabutnya vegetasi hutan pesisir. Gempa bumi dan gelombang Tsunami di penghujung tahun 2004 telah menambah kawasan hutan pesisir yang rusak terutama di lokasi yang terkena dampak bencana seperti di pesisir utara, timur dan barat Aceh, P. Simeulue, P. Banyak dan P. Nias. Selain merusak ekosistem pantai, bencana ini juga menelan ratusan ribu korban jiwa serta merusak mata pencaharian dengan kerugian yang tidak ternilai harganya. Dalam sekejap, bencana ini telah melumpuhkan sendi-sendi kehidupan masyarakat di Propinsi NAD dan Nias. Di daerah pantai yang miskin tutupan vegetasinya, terjangan gelombang tsunami mampu mencapai belasan kilometer ke daratan. Sedangkan pantai yang masih memiliki sabuk hijau (green belt), tingkat kerusakannya relatif lebih ringan. Hal ini menunjukan bahwa tutupan vegetasi di kawasan pesisir mampu mengurangi kerusakan karena terjangan gelombang Tsunami. Pada lokasi yang rusak ringan, kondisi pantainya masih memiliki kemampuan untuk pulih secara alami. Namun sayang, hampir sebagian besar lokasi yang terkena tsunami mengalami rusak berat sehingga sangat sulit untuk pulih secara alami. Karena itulah, campur tangan manusia melalui kegiatan rehabilitasi pantai sangatlah diperlukan.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
13
Sejauh ini, kegiatan rehabilitasi pantai masih sering berakhir dengan kegagalan. Beberapa faktor penyebab yang umum dijumpai antara lain: rendahnya kualitas bibit, tidak sesuainya lokasi penanaman, kesalahan memilih jenis tanaman, serta pelaksana yang kurang berpengalaman. Hal-hal tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai rehabilitasi pantai. Disamping itu, minimnya pengalaman, terutama bagi para perencana dan pelaksana kegiatan di lapangan, juga diyakini berdampak terhadap rendahnya keberhasilan rehabilitasi pantai. Melalui panduan ini, pembaca diharapkan dapat memahami konsep-konsep dasar dalam rehabilitasi pantai, mengetahui perbedaan antara jenis tanaman mangrove dan tanaman pantai, memahami teknik mempersiapkan bibit tanaman pantai yang berkualitas, serta mampu melaksanakan kegiatan rehabilitasi pantai secara benar dan utuh.
1.2.
APA TUJUAN PENULISAN PANDUAN INI?
Tujuan penulisan panduan ini adalah sebagai berikut:
Memberikan informasi dan petunjuk praktis dalam mempersiapkan bibit, baik tanaman bakau maupun beberapa jenis tanaman pantai.
Menyediakan informasi yang memadai mengenai tata cara melakukan kegiatan rehabilitasi pantai, termasuk didalamnya pemilihan lokasi penanaman dan cara merawat tanaman.
Memberikan informasi mengenai teknik silvikultur beberapa jenis tanaman bakau dan tanaman pantai lainnya.
1.3.
SIAPA SAJA PENGGUNA PANDUAN INI?
Penulis berharap buku ini dapat dijadikan acuan oleh kelompok masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Pemerintah, Lembaga pendidikan, serta pihak lain yang terkait dalam kegiatan rehabilitasi pantai.
42
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
2. Bagaimana Cara Menyiapkan Bibit? Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama yang mampu menunjang keberhasilan suatu kegiatan rehabilitasi. Apabila bibit yang digunakan berkualitas tinggi dan siap tanam, maka peluang keberhasilan tumbuh di lapangan akan tinggi. Sebaliknya, penggunaan bibit berkualitas rendah hanya akan menyebabkan kegagalan kegiatan rehabilitasi. Uraian dibawah ini adalah penjelasan mengenai tahapan umum dalam mempersiapkan bibit di persemaian.
2.1.
BAGAIMANA CARA MEMBANGUN PERSEMAIAN?
Persemaian merupakan suatu unit yang dilengkapi sarana dan prasarana seperti bedeng tabur, bedeng sapih, gudang dll untuk mendukung kegiatan penyiapan bibit. Secara garis besar tahapan pembangunan fasilitas persemaian meliputi: penentuan lokasi dan pembuatan bedengan.
2.1.1. Penentuan lokasi persemaian Cara membibitkan tanaman mangrove (misalnya bakau, api-api, pedada, tengal, dll) sangat berbeda dengan tanaman pantai lainnya (misalnya waru, ketapang, nyamplung, cemara, dll). Kedua jenis tanaman tersebut membutuhkan lingkungan dan persyaratan lokasi yang sangat berbeda. Persemaian mangrove membutuhkan lokasi basah yang terpengaruh pasang surut. Karenanya, persemaian mangrove dapat juga disebut sebagai persemaian pasang surut. Sedangkan untuk jenis tanaman pantai, lokasi yang sesuai adalah lokasi kering, tidak mengalami genangan. Oleh karena itu, persemaian ini juga dikenal sebagai persemaian darat (terrestrial nursery). Tabel berikut ini menjelaskan persyaratan-persyaratan yang diperlukan antara persemaian mangrove dan tanaman pantai.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
33
Tabel 1.
Persyaratan persemaian jenis mangrove dan tanaman pantai
Kriteria Pemilihan Lokasi dan kondisi Persemaian
Persemaian mangrove (persemaian pasang-surut) •
Tempat yang rendah
•
Topografi datar
•
Bebas dari angin kencang
•
Dekat dengan lokasi penanaman
•
Lokasi mudah dijangkau
•
Dekat dengan tenaga kerja
•
Dekat dengan sumber media
• Terkena pasang surut air laut • Bebas dari gelombang secara langsung Sumber air
Media yang dipakai
Persemaian tanaman pantai (persemaian darat)
• Tidak terkena pasang surut air laut • Tapak relatif keras • Bebas dari banjir
• Air pasang surut
• Air tawar
• Salinitas kurang dari 30 ‰*
• Berasal dari sungai atau sumur
• Lumpur, lumpur berpasir, pasir berlumpur
• Tanah, pasir, kompos
* Air laut umumnya memiliki salinitas sekitar 35 ‰ atau 35 ppt.
Namun demikian, sarana dan prasarana yang melengkapi kedua jenis persemaian relatif sama (misalnya bedengan, naungan,gudang, dll). Catatan: Khusus untuk jenis api-api dan nyiri, lokasi persemaian diusahakan di areal yang pasang tertingginya tidak lebih dari tinggi polibag karena benihnya sangat mudah hanyut.
44
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
2.1.2 Pembuatan bedengan Di suatu persemaian, umumnya terdapat dua jenis bedengan yaitu bedeng tabur dan bedeng sapih. Bedeng tabur berfungsi untuk mengecambahkan benih (terutama benih yang berukuran kecil), sedangkan bedeng sapih biasanya dipergunakan untuk menampung bibit sapihan dan bibit dipelihara hingga siap tanam. a.
Bedeng tabur Bedeng tabur adalah suatu bedeng bersekat dengan ukuran tertentu, berisi media semai, diberi naungan dan digunakan untuk mengecambahkan benih terutama benih yang kecil seperti api-api dan nyiri. Posisi naungan diusahakan miring (tinggi 120-170 cm menghadap ke Timur dan tinggi 50-100 cm ke Barat). Untuk yang ukurannya sangat kecil (misalnya cemara), benih sebaiknya dikecambahkan pada bak kecambah.
Gambar 1. Bedeng tabur (atas) dan Bak kecambah (bawah).
Media yang digunakan untuk bedeng tabur dan bak kecambah umumnya berupa pasir atau tanah halus. Dengan media ini, semai akan mudah dicabut tanpa mengalami kerusakan akar pada saat penyapihan. Keterangan: Bedeng tabur pada umumnya berisi banyak semai. Oleh karena itu, setiap semai harus disapih (dipindahkan) ke dalam polibag yang berisi media pertumbuhan. Dengan demikian setiap semai akan mendapatkan media atau unsur hara yang cukup untuk mendukung pertumbuhannya. Semai yang siap disapih biasanya telah memiliki 3-5 lembar daun. Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
53
b.
Bedeng Sapih Bedeng sapih adalah bedeng bersekat, berukuran tertentu, yang difungsikan untuk menampung polibag yang berisi semai. Semai ini bisa berasal dari semai yang disapih dari bedeng tabur atau semai dari biji atau stek yang langsung ditanam dalam polibag. Di bedeng sapih inilah semai dipelihara dari kecil hingga siap tanam. Idealnya, bedeng sapih dilengkapi dengan naungan dengan intensitas tertentu. Di pasaran, naungan ini sudah umum dijumpai dengan nama perdagangan paranet atau sarlon. Namun demikian, naungan dapat dibuat secara sederhana dengan memasang jalinan daun rumbia atau daun kelapa. Secara umum bedeng sapih dibuat dengan ketentuan sebagai berikut: 1.
Berukuran 1m x 5 m memuat bibit sebanyak 1.200 bibit dengan ukuran polibag 10 x 15 cm. Bedeng dengan ukuran 1 m x 10 m akan dapat memuat 2.250 bibit (ukuran polibag 14 x 22 cm). Secara sederhana, pembatas (sekat) bedeng dapat menggunakan bambu atau tiang yang panjangnya disesuaikan dengan ukuran bedeng.
2.
Menghadap ke arah timur (membujur ke arah selatan-utara) dengan maksud agar seluruh bibit di dalam bedeng mendapatkan sinar matahari pagi yang merata dan optimal.
3.
Antar bedengan diberi jarak setengah hingga satu meter untuk jalan inspeksi dan memudahkan penyiraman.
4.
Pemberian naungan.
Khusus bagi semai yang baru disapih, naungan yang diberikan harus lebih berat karena sangat rentan terhadap sengatan sinar matahari. Apabila naungan yang ada di bedeng sapih adalah paranet, maka sebaiknya di beri naungan tambahan berupa atap rumbia, tepat diatas semai yang baru disapih. Setelah beberapa minggu, naungan rumbia ini diambil hingga tinggal paranetnya.
46
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Gambar 2. Bedeng sapih untuk bakau yang dinaungi sirap (kiri), dan bedeng untuk tanaman pantai yang dinaungi paranet (kanan). Catatan: Khusus untuk lokasi yang rawan terhadap gangguan ternak, persemaian sebaiknya dilengkapi dengan pagar. Dalam rangka memudahkan kegiatan di persemaian, pagar tersebut sebaiknya dilengkapi dengan pintu.
2.2
BAGAIMANA CARA MEMPEROLEH BENIH?
Benih sebaiknya dipanen dari pohon induk yang cukup umur dan sehat. Pohon induk yang sehat dicirikan oleh batang yang lurus, bentuk tajuk simetris, serta bebas dari hama/penyakit. Jenis tanaman pantai dan mangrove mempunyai musim berbuah yang berlainan. Jenis mangrove mempunyai musim berbuah yang serentak yaitu pada pertengahan sampai akhir tahun. Sedangkan untuk jenis tanaman pantai musim berbuahnya tidak serentak. Untuk mendapatkan benih yang baik, pengadaan benih sebaiknya dilakukan pada waktu puncak musim benih. Ciri-ciri buah yang masak Buah yang masak untuk setiap jenis tanaman memiliki ciri-ciri yang berlainan satu sama lain (lihat tabel 2 berikut ini).
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
73
Tabel 2. No
Ciri-ciri buah/benih yang masak Jenis
Ciri-ciri buah masak
Musim berbuah
Tanaman Mangrove 1
Bakau (Rhizophora spp.)
• Bakau merah R. mucronata: kotiledon berwarna kuning, panjang minimal hipokotil : 50 cm • Bakau minyak R. apiculata : kotiledon berwarna merah kekuningan, panjang minimal hipokotil: 20 cm
SeptemberDesember
Desember - Maret
2
Tengal (Ceriops tagal)
Kotiledon telah tumbuh sepanjang 1-1,5 cm, panjang minimal hipokotil: 20 cm
Agustus
3
Tanjang (Bruguiera gymnorrhiza)
Kotiledon berwarna coklat kemerahan, panjang minimal hipokotil: 20 cm
Juli-Agustus
4
Pedada/Bogem (Sonneratia alba)
Diamater minimal buah : 40 mm, terapung di air
SeptemberDesember
5
Api-api (Avicennia marina)
Warna buah hijau kekuningan, berat 1,5 gr
Januari
Tanaman pantai 1
Nyamplung
Warna buah kuning kecoklatan. Diameter 2,5-4 cm.
----
2
Ketapang
Berwarna hijau kekuningan
---
3
Cemara
Berwarna hijau kekuningan dan berdiameter + 1 cm.
---
Cara pengunduhan Pengunduhan buah dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain memanjat, mengumpulkan buah/benih dibawah pohon induk, atau dengan merontokkan buah dengan menggunakan galah.
48
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Cara penyimpanan benih Untuk beberapa jenis mangrove (Rhizophora mucronata, R. apiculata, Ceriops tagal, Bruguiera gymnorrhiza), penyimpanan propagul selama 510 hari sangat disarankan. Selain dapat mempercepat proses perkecambahan dan meningkatkan prosentase hidup tanaman, buah akan terhindar dari serangan hama ketam atau kepiting. Berdasarkan penelitian, penyimpanan buah bakau tidak boleh lebih dari 30 hari karena akan mengurangi daya tumbuhnya. Tabel 3. No
Teknik penyimpanan benih mangrove Jenis
Teknik penyimpanan buah
1
Bakau
Direndam dalam air payau dan disimpan ditempat teduh selama 5-10 hari
2
Tengal
Direndam dalam air payau dan disimpan ditempat teduh selama 10 hari
3
Tanjang
Direndam dalam air payau dan disimpan ditempat teduh selama 5 hari
4
Pedada/Bogem
Direndam dalam air payau selama 5 hari dan ditempatkan ditempat yang teduh
5
Api-api
Direndam dalam air payau selama 5 hari dan ditempatkan ditempat yang teduh
Berbeda dengan mangrove, benih tanaman pantai relatif lebih lama kehilangan daya kecambahnya. Dengan demikian, penyimpanan benih tanaman pantai dapat dilakukan dalam waktu yang lebih lama.
2.3.
BAGAIMANA CARA MENANAM BENIH?
Penyemaian pada bedeng/bak tabur Benih yang berukuran kecil sebaiknya disemaikan di bedeng tabur baru kemudian disapih ke polibag. Bahkan untuk ukuran biji yang lebih kecil lagi (misalnya cemara), pengecambahan sebaiknya dilakukan di bak tabur.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
93
Penyiraman harus dilakukan dengan hati-hati dengan menggunakan embrat/ gembor yang berlubang halus. Dengan demikian, siraman air yang keluar jauh lebih halus tanpa mengganggu posisi benih yang sedang dikecambahkan di dalam media. Setelah tumbuh, kecambah dipindahkan kedalam polibag yang telah diisi media. Dalam penyapihan ini, pemindahan kecambah harus dilakukan secara hati-hari agar akar kecambah tidak rusak. Penananaman ke polibag Untuk benih yang berukuran sedang hingga besar (misalnya bakau, tancang, putat laut, ketapang, dan nyamplung), penanaman sebaiknya dilakukan secara langsung dalam polibag. Penanaman langsung ini dinilai lebih efektif dan efisien karena tidak memerlukan penyemaian pada bedeng tabur dan penyapihan. Cara menanam benih pada media Tabel dibawah ini adalah rangkuman teknik menanam beberapa jenis tanaman dari ukuran benih kecil hingga besar. Tabel 4. No
Cara menanam benih beberapa jenis tanaman Jenis
Tanaman Mangrove 1 Bakau
2
Tengal
3
Tanjang
4
Pedada/Bogem
5
Api-api
410
Cara menanam
• R. mucronata: ditancapkan sedalam 7 cm • R. apiculata : ditancapkan sedalam 5 cm Langsung ditanam di media polibag dan diletakkan di bedeng sapih Ditancapkan sedalam 5 cm, langsung ditanam di media polibag dan diletakkan di bedeng sapih Ditancapkan sedalam5 cm, angsung ditanam di media polibag dan diletakkan di bedeng sapih Ditancapkan hingga 1/3 bagian benih, dikecambahkan pada bedeng tabur. Bisa juga secara langsung di tanam dalam media polibag yang diletakkan di bedeng sapih. ½ bagian biji ditancapkan dalam media polibag. Bagian yang ditancapkan adalah bagian biji yang tumpul.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Tabel 4 (lanjutan) Tanaman pantai 1
Cemara
Di letakkan secara mendatar pada media tabur, kemudian ditaburi serbuk gergaji atau tanah halus di atasnya.
2
Nyamplung
½ bagian biji ditancapkan dalam media polibag.
3
Putat laut
4
Ketapang
½ bagian buah dibenamkankan pada media polibag. Bagian buah yang dibenamkan adalah bagian yang tumpul. Mengingat ukuran buah besar maka polibag yang dipakai harus berukuran lebih besar. 2/3 bagian buah dibenamkan dengan posisi mendatar dalam media polibag.
Media tanam Untuk tanaman mangrove, media tanam yang dipergunakan adalah lumpur atau lumpur berpasir, diutamakan yang berasal dari sekitar pohon induk. Sedangkan untuk tanaman pantai, media tanam yang dipakai sebaiknya berupa campuran tanah dan pasir dengan perbandingan (3 : 1). Untuk menambah kesuburan media, penambahan pupuk kandang sangat disarankan (apabila tersedia).
Gambar 3. Kegiatan pengisian media.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
11 3
2.4.
BAGAIMANA CARA MEMELIHARA BIBIT DI PERSEMAIAN?
2.4.1 Pemeliharaan Bibit Bibit tanaman pantai Selama di persemaian, bibit disiram secara teratur pada pagi dan sore hari. Penyiraman pada siang hari sebaiknya dihindarkan karena dapat menyebabkan bibit merana/stres, dimana salah satu gejalanya adalah daunnya menjadi keriting. Setelah beberapa bulan (3-4 bulan), penyiraman dan pemberian naungan sebaiknya dikurangi secara bertahap. Hal ini dimaksudkan untuk mempersiapkan bibit agar mampu tumbuh dan beradaptasi dengan kondisi sebenarnya di lokasi penanaman. Proses penyiapan bibit ini dikenal dengan istilah pengerasan (hardening off). Apabila akar bibit telah menembus tanah, maka pemotongan akar sebaiknya dilakukan. Bibit mangrove Persemaian bibit mangrove (khususnya Rhizophora spp., Ceriops spp., dan Bruguiera spp.) biasanya terletak di lokasi yang terkena pasang surut. Dalam kondisi demikian maka penyiraman tidak perlu dilakukan. Walaupun tidak disiram, namun pemberian naungan tetap harus dilakukan, terutama dalam waktu 2 bulan pertama. Setelah itu, intensitas naungan sebaiknya dikurangi. Pengurangan intensitas naungan ini harus dilakukan secara perlahan-lahan hingga bibit memiliki ketahanan untuk hidup di lokasi terbuka, sebagaimana kondisi sebenarnya di lapangan.
Gambar 4. Bibit yang masih dinaungi (sebelah kiri) dan bibit yang telah dibuka naungannya (sebelah kanan).
412
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
2.4.2 Pengendalian hama dan penyakit Selain penyiraman dan pemberian naungan, pengendalian hama dan penyakit juga harus dilakukan. Tabel dibawah ini adalah beberapa jenis kerusakan tanaman yang umum dijumpai di persemaian serta cara pencegahan atau penanganannya. Tabel 5.
Penyebab kerusakan bibit dan cara penanggulangannya
Penyebab Kerusakan
Kerusakan yang ditimbulkan
Persemaian Mangrove Kepiting/ketam Memakan buah bakau (propagul) terutama yang masih muda secara melingkar hingga putus.
Tritip/Limpet
Menempel kuat sekali pada batang. Apabila serangan tritip hebat, bisa menyebabkan kematian pada bibit.
Ulat
Memakan daun. Bila serangan hebat, dapat menyebabkan kematian
Persemaian darat (untuk tanaman pantai) Ternak Memakan daun namun tidak sampai menyebabkan (Kambing, sapi) kematian Semut Memakan biji di bedeng atau bak tabur, terutama yang berukuran kecil (misalnya cemara) Ulat Memakan daun/tunas sehingga daun berlubang
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Pencegahan dan Penanggulangan
Pencegahan: Menyimpan buah selama 5 – 7 hari agar buah mengkerut dan aroma buah hilang. Dengan demikian, ketam/kepiting tidak akan tertarik dan tidak akan kuat menggigit benih. Menutup sekeliling bedeng dengan jaring plastik agar ketam tidak bisa masuk Penanggulangan: Lakukan pemberantasan secara manual. Tritip dikerik dari batang bakau, tampung di ember lalu buang yang jauh dari lokasi penanaman/persemaian. Penanggulangan: • Lakukan penyiraman pada daun dengan menggunakan air payau. • Pindahkan pada bedeng pasang surut. Dengan demikian, ulat akan terkena air saat air pasang. Membuat pagar disekeliling persemaian
Membuat genangan air di sekeliling persemaian agar semut tidak dapat masuk mencapai biji Membunuh ulat secara manual, menyeprot dengan insektisida dengan jenis dan dosis yang tepat .
13 3
Ilustrasi: Eri & Aldo
414
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
3. Bagaimana Cara Menanam Bibit di Lapangan? 3.1
PERSIAPAN APA SAJA YANG DILAKUKAN?
Untuk mempermudah pelaksanaan penanaman di lapangan, perlu dilakukan suatu persiapan yang matang. Persiapan ini meliputi beberapa kegiatan antara lain penentuan dan penataan lokasi penanaman, penentuan jenis tanaman, persiapan tenaga kerja, pembagian tugas, serta persiapan alat dan bahan. Rencana kerja dibuat dan diputuskan bersama oleh para pelaku rehabilitasi. Rencana kerja dapat ditampilkan dalam bentuk tabel yang mudah dimengerti dan memuat macam/jenis-jenis kegiatan, kapan dilaksanakan, oleh siapa dan dimana. Contoh tabel rencana kerja adalah sbb: No
Jenis Kegiatan
1
Penentuan lokasi tanam
2
5
Persiapan tenaga kerja dan pembagian tugas Penataan lokasi penanaman Persiapan alat pengangkutan bibit Pengangkutan bibit
6
Penanaman
7
Pemeliharaan pertama
8
Pemeliharaan kedua
3 4
Pelaksana/ Penanggung jawab Seluruh/wakil anggota kelompok Seluruh/wakil anggota kelompok Seluruh/wakil anggota kelompok Seluruh/wakil anggota kelompok Seluruh anggota kelompok Seluruh anggota kelompok Seluruh anggota kelompok Seluruh anggota kelompok
Tanggal pelaksanaan
Lokasi kegiatan
15 Juli 2006
Pantai Desa A
20-22 Juli 2006
Sekteratriat kelompok
1-4 Agustus 2006
Pantai Desa A
8 Agustus 2006
Pantai Desa A
10-12 Agustus 2006
Persemaian-lokasi penanaman (Pantai Desa A) Lokasi penanaman di Pantai Desa A Lokasi penanaman di Pantai Desa A Lokasi penanaman di Pantai Desa A
10-15 Agustus 2006 1-3 September 2006 1-3 November 2006
3.1.1 Penentuan lokasi penanaman Lokasi penananaman yang sesuai adalah yang terletak dipinggir laut atau tepi sungai yang digunakan sebagai jalur hijau (green belt).
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
15 3
Untuk jenis tanaman mangrove, lokasi penanaman yang sesuai adalah areal yang berlumpur dan terkena pengaruh pasang surut air laut. Salah satu indikator biologis bahwa suatu lokasi sesuai untuk ditanami jenis mangrove adalah ditemukannya ikan glodok atau tembakul.
Gambar 5. Lokasi yang sesuai untuk tanaman mangrove (kiri), hewan indikator: Ikan glodok (tengah), bebas tritip (kanan).
Sedangkan lokasi yang sesuai untuk jenis tanaman pantai adalah areal yang berada di sekitar pantai berpasir, terutama yang telah ditumbuhi oleh beberapa jenis tumbuhan menjalar, terutama galaran atau katang-katang Ipomea pes-caprae.
Gambar 6. Lokasi yang sesuai untuk tanaman pantai (kiri), tumbuhan indikator : katang – katang atau galaran (kanan).
416
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Tabel 6.
Kriteria
Kriteria lokasi penanaman yang sesuai untuk tanaman mangrove dan tanaman pantai Lokasi yang sesuai untuk Mangrove
Lokasi yang sesuai untuk tanaman Pantai
Kondisi tanah
• Tanah berlumpur
• Tanah berpasir
Letak
• Lokasi di dekat pantai yang terkena pengaruh pasang surut
• Di pesisir yang bebas dari pasang surut (Bebas dari air asin)
Salinitas
• 7-15 ppt
• Kering
Sumber air
• Air payau
• Air tawar - payau
Indikator
• Ditemukannya ikan glodok/tembakul • Tidak ada hama moluska (terutama tritip) di sekitar lokasi
• Ditumbuhi oleh galaran/katangkatang (bibit ditanam disela-sela katang-katang)
Lain-lain
• Dekat dengan keberadaan para pekerja • Bebas dari hewan ternak dan hama lain • Lahan berpasir ”terbuka” tidak layak ditanami, karena panas matahari yang disimpan oleh pasir akan membuat layu/mati bibit tanaman
Sebelum penanaman dilakukan, koordinasi dengan pemerintah desa sangatlah penting dilakukan untuk mengetahui status kepemilikan lahan dan rencana pembangunan ke depan di kawasan ini, sehingga tidak ada konflik di kemudian hari.
3.1.2 Persiapan tenaga kerja dan pembagian tugas Pembagian tugas sebaiknya dilakukan oleh kelompok sesuai kesepakatan bersama. Untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan di lapangan, anggotaanggota yang terlibat dibagi menjadi beberapa kelompok misalnya kelompok pengangkutan bibit, pembuatan lubang, pembuatan dan pemasangan ajir. Selanjutnya, masing-masing anggota kelompok melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugasnya masing-masing (pengelompokannya).
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
17 3
Gambar 7. Persiapan kegiatan rehabilitasi melalui diskusi kelompok.
3.1.3 Persiapan alat dan bahan Beberapa peralatan yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan penanaman adalah sebagai berikut: a.
Gerobak sorong, pemikul, karung beras, atau alat lain yang dapat digunakan untuk mengangkut bibit ke lokasi tanam.
b.
Cangkul atau tugal, keduanya digunakan untuk membuat lubang tanam.
c.
Kompas digunakan untuk menentukan titik penanaman agar lurus.
d.
Tali tambang yang sudah diberi tanda untuk mengukur jarak tanam.
e.
Tali rafia digunakan untuk mengikat bibit pada ajir.
f.
Parang digunakan untuk membersihkan sekitar lubang tanam.
3.1.4 Penentuan Jenis tanaman Jenis tanaman harus disesuaikan dengan lokasi penanaman. Apabila lokasi penanaman adalah pantai berlumpur, maka jenis mangrove adalah pilihan yang tepat. Namun bila lokasi penanaman adalah pantai berpasir, maka yang harus dipilih adalah jenis tanaman pantai. Tabel 7 di bawah ini adalah rekomendasi kesesuaian beberapa jenis tanaman terhadap lokasi penanamannya.
418
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Tabel 7. Jenis
Kesesuaian jenis tanaman terhadap lokasi penanaman Kondisi tanah
Tanaman Mangrove Berlumpur sedang Bakau hingga dalam Tengal Tanjang
Pedada/ Bogem Api-api
Berlumpur sedang hingga tipis Berlumpur sedang, tanah berlumpur tipis
Pasir berlumpur, tanah berlumpur tipis Pasir berlumpur
Tanaman pantai Cemara Tanah berpasir
Nyamplung
Tanah berpasir
Putat laut
Tanah berpasir
Ketapang
Tanah berpasir
Putat
Tanah berpasir
Waru laut
Tanah berpasir
Lokasi penanaman Kanan kiri pematang tambak, pinggir sungai, Pantai berlumpur Pantai berlumpur Dekat dengan sungai
Tepi laut, di sepanjang sungai yang dekat dengan muara Tepi laut
Pantai berpasir yang telah ditumbuhi galaran/katang-katang Di belakang pantai berpasir Di belakang pantai berpasir Di belakang pantai berpasir Di belakang pantai berpasir Pantai berpasir hingga ke darat
Suplai air
Salinitas
Pasang surut nyata
Sedang
Pasang surut nyata Pasang surut nyata, namun suplai air tawar lebih dipentingkan Pasang surut nyata
Sedang
Selalu terendam air asin
Tinggi
Tanah Kering
-
Tanah Kering
-
Tanah Kering
-
Tanah Kering
-
Tanah kering
-
Tanah kering
-
Rendah
Sedang
3.1.5 Penataan lokasi penanaman Setelah lokasi penanaman ditentukan, langkah selanjutnya adalah penataan batas, pengukuran dan penentuan jarak tanam. Bagi tanaman mangrove,
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
19 3
jarak tanam yang ideal untuk keperluan rehabilitasi adalah 1 m x 1 m atau 1 m x 2 m. Sedangkan untuk keperluan produksi, jarak tanam yang dianjurkan adalah 2 m x 2 m atau 3 m x 3 m. Bagi tanaman pantai yang bertajuk lebar (seperti putat laut, nyamplung dan ketapang), jarak tanam yang dianjurkan adalah 5 m x 5 m. Sedangkan untuk jenis tanaman yang bertajuk kecil, jarak tanamnya 3 m x 3 m atau 4 m x 4 m. Untuk memudahkan pelaksanaan penanaman, maka setiap titik tanam sebaiknya diberi ajir. Selain sebagai penanda lubang tanam, ajir ini akan digunakan untuk mengikat bibit agar berdiri kokoh sehingga tahan terhadap terpaan angin atau arus air. Umumnya, panjang ajir adalah 100-150 cm, dibuat dari bambu yang dibelah, dan bagian ujungnya dicat sebagai tanda.
Gambar 8. Penandaan jarak tanam dengan menggunakan ajir.
420
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
3.2
BAGAIMANA CARA MENGANGKUT BIBIT?
Dari persemaian, bibit dipindahkan ke lokasi penanaman dengan menggunakan alat angkut misalnya mobil bak, gerobak sorong, perahu atau alat angkut lainnya. Pemilihan alat angkut sangat tergantung pada tingkat kemudahan menjangkau lokasi penanaman dengan mempertimbangkan jarak antara lokasi penanaman dengan persemaian. Untuk menghindarkan guncangan yang berlebihan selama pengangkutan, bibit sebaiknya di atur terlebih dahulu sehingga tahan terhadap guncangan.
Gambar 9. Beberapa cara mengangkut bibit.
Setelah sampai di lokasi penanaman, bibit sebaiknya tidak langsung ditanam. Bibit tersebut sebaiknya diberi naungan dengan terpal dan disiram seperlunya agar pulih dari stres karena proses pengangkutan. Apabila kondisi bibit telah pulih, maka bibit tersebut dapat ditanam dilapangan.
3.3
KAPAN DAN BAGAIMANA CARA MENANAM BIBIT DI LAPANGAN?
Tanaman Pantai Untuk jenis tanaman pantai, penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan, terutama pada pagi atau sore hari. Secara umum, tahapan dalam pelaksanaan penanamannya adalah sebagai berikut:
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
21 3
a.
Pembuatan lubang tanam dengan ukuran lebar mata cangkul.
b.
Merobek polibag secara hati-hati agar media tidak hancur dan akar tidak rusak. Apabila media lumpur kompak, polibag dapat dengan mudah dilepaskan tanpa merobek, melainkan menariknya secara pelan-pelan. [catatan: semua polibag dikumpulkan lalu dibuang di tempat sampah].
c.
Bibit dimasukkan dalam lubang dan ditimbun tanah bekas galian.
d.
Kemudian bibit diikat ajir menggunakan tali rafia. Apabila angin yang bertiup di sekitar lokasi penanaman keras, pengikatan sebaiknya dilakukan di dua titik.
Gambar 10. Penanaman bibit tanaman pantai; Pembuatan lubang tanam (kiri), melepaskan polibag (tengah), penananam bibit (kanan).
Tanaman mangrove Sedangkan untuk tanaman mangrove, pelaksanaan penanaman tidak tergantung dengan musim. Namun demikian, penanaman sebaiknya dilakukan pada saat air laut surut agar bibit mudah sampai ke lokasi tanam. Teknik penanaman jenis mangrove jauh lebih sederhana yaitu: a.
422
Pembuatan lubang dengan bantuan alat tugal sedalam tinggi polibag.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
b.
Membuka polibag Karena medianya tanah berlumpur yang selalu basah, maka polibag akan mudah di tarik tanpa merusak media dan bibit. [catatan: sampah polibag dikumpulkan lalu dibuang ke tempat sampah]
c.
Meletakkan bibit pada lubang tanam yang telah dibuat dan menutupnya kembali dengan lumpur.
d.
Mengikat bibit pada ajir.
Gambar 11. Penanaman bakau; pembuatan lubang tanam dengan alat tugal (kiri atas), melepaskan polibag (kanan atas), penananam bibit (bawah).
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
23 3
4. Bagaimana Cara Memelihara Bibit Setelah Ditanam di Lapangan? Pemeliharaan bertujuan untuk merawat tanaman setelah ditanam agar keberhasilan tumbuh di lapangannya tinggi. Umumnya, kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman, penyulaman, pengendalian/ pemberantasan hama dan penyakit serta mempertahankan tegaknya tanaman. 1.
Penyiraman Untuk tanaman pantai, penyiraman sangat diperlukan, terutama bagi bibit yang baru ditanam. Setelah tanaman pulih dan stabil, penyiraman tidak perlu lagi dilakukan. Untuk tanaman mangrove, penyiraman tidak perlu dilakukan mengingat lokasi penanaman yang selalu tergenang secara berkala.
2.
Penyulaman Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang mati dengan bibit baru yang sehat dan diusahakan seumur. Dengan penyulaman ini maka prosentase tumbuh di lapangan akan meningkat.
3.
Pembersihan gulma dan sampah Setelah ditanam di lapangan, tanaman seringkali terganggu oleh ilalang atau tanaman liar lain yang tumbuh di sekitar tanaman. Hal ini akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu maka perlu dilakukan pembersihan gulma secara teratur. Kegiatan ini tidak perlu lagi dilakukan apabila tanaman lebih tinggi dari ilalang. Kegiatan ini dilakukan dengan cara membabat tanaman liar di sekitar tanaman utama.
424
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Tanaman mangrove seringkali terlilit oleh sampah, baik plastik maupun bahan organik yang kemudian menghambat pertumbuhannya. Apabila hal ini terjadi maka pembersihan sampah tersebut harus segera dilakukan. 4.
Pengendalian hama dan penyakit Tritip, jamur, dan kepiting adalah hama yang seringkali menyerang tanaman mangrove. Sementara bagi tanaman pantai, ternak merupakan ancaman yang serius yang perlu dikendalikan. Berikut ini adalah identifikasi kerusakan serta pengendalian hama dan penyakit.
Tabel 8.
Penyebab kerusakan tanaman dan cara penanganannya
Penyebab Kerusakan
Identifikasi Kerusakan
Tanaman pantai Dalam jumlah besar, Ternak ternak akan merusak (kerbau, tanaman bila melewati kambing, sapi) lokasi penanaman. Selain memakan daun, ternak juga sering mencabut tanaman.
Angin kencang
Tanaman rebah/patah/ tercerabut dari substrat
Cara Pencegahan dan Penanggulangan
•
Memagari tanaman dengan kawat bronjong. Selain kawat, bambu dan pandan dapat digunakan untuk melindungi bibit dari serangan ternak.
•
Mengandangkan ternak sehingga tidak berkeliaran di lokasi penanaman. kerbau dikandangkan.
•
Memindahkan lokasi penanaman di lokasi yang bebas dari gangguan kerbau.
•
Beri tiang penyangga yang kuat dan/atau ikat batang tanaman pada tiang penyangga.
Tanaman mangrove Kutu loncat
Menyerang daun
Menyiram daun secara teratur dengan air payau
Tritip
Melekat dan menyerang batang/akar dan merusak kulit, terutama untuk jenis Rhizophora spp.
Membersihkan tritip dari batang secara manual Mengamati pertumbuhan tritip di sekitar tanaman yang sudah ada, kalau ada serangan banyak maka penanaman ditunda sementara untuk melihat musim kurangnya populasi tritip
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
25 3
Gambar 12. Melindungi tanaman dengan pagar kawat, bambu dan tanaman pandan.
5.
Mempertahankan tegakan tanaman Arus pasang yang kuat di lokasi penanaman dapat menyebabkan tanaman bakau menjadi miring atau bahkan roboh. Untuk mengantisipasinya, bibit sebaiknya diikat pada ajir agar tahan terhadap arus air. Pengikatan pada ajir juga sangat disarankan untuk tanaman pantai (seperti Cemara laut) mengingat angin yang bertiup di pantai biasanya kencang. Apabila tidak diikat, maka tanaman dikuatirkan akan roboh/ patah atau bahkan tercerabut dari substratnya karena tiupan angin kencang. Untuk jenis tanaman yang batangnya lentur (misalnya cemara), pengikatan disarankan dilakukan pada dua titik yaitu pada bagian tengah dan atas tanaman dan diberi tonggak penyangga yang kuat.
426
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
5. Teknik Silvikultur Jenis Setiap jenis tanaman memerlukan penanganan yang berlainan, baik dalam mempersiapkan bibit, penanaman dan pemeliharaannya. Uraian berikut ini menggambarkan secara singkat dan praktis mengenai teknik silvikultur beberapa jenis tanaman mangrove dan tanaman pantai.
5.1
TANAMAN MANGGROVE
5.1.1 Bakau
Bakau Merah (Rhizophora mucronata) A. Habitus B. Daun dan bunga C. Buah (berukuran besar)
Bakau Minyak (Rhizophora apiculata) A. Habitus B. Daun dan bunga C. Buah (berukuran sedang)
Gambar 13. Bakau merah dan bakau minyak. (Sumber ilustrasi: Rusila Noor, Y. dkk. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP.Bogor) Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
27 3
1.
Pengadaan Bibit
Berdasarkan pengalaman di lapangan, penyiapan bibit bakau sebaiknya menggunakan benih yang berasal dari buah yang telah masak. Secara umum, teknik pembibitan semua jenis bakau (Rhizophora spp.) relatif sama. Perbedaannya hanya terletak pada tingkat kematangan buah masingmasing jenis serta lamanya penyimpanan benih. Sebelum melakukan kegiatan pembibitan, pengenalan bagian-bagian buah bakau harus dilakukan terlebih dahulu (lihat gambar).
Gambar 14. Bagian–bagian buah Bakau.
Berikut ini adalah uraian mengenai tahapan kegiatan pembibitan Rhizophora apiculata dan R.mucronata. a.
Pengadaan benih Benih sebaiknya dipilih yang sudah matang dan diambil dari pohon induk yang telah berumur 10 tahun atau lebih. Pemanenan buah dapat dilakukan dengan cara memanjat atau menggunakan tongkat galah berpengait. Selain itu, buah juga bisa diperoleh dengan mengambil buah yang telah jatuh dengan sendirinya di bawah pohon induk. Buah yang dipilih sebaiknya sehat, tidak terserang oleh hama dan penyakit, serta belum berdaun. Terdapat perbedaan dalam hal ciri kematangan benih antara Rhizophora mucronata dan R.apiculata sebagaimana disajikan dalam Tabel 9.
428
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Tabel 9.
Ciri-ciri buah bakau yang telah matang
Ciri-ciri
R. mucronata
R. apiculata
Panjang hipokotil
+ 50 cm
+ 20 cm, dengan diameter + 15 mm
Kotiledon
Berwarna kuning, berbentuk seperti cincin melingkar 2 cm
Berwarna hijau kekuningan berbentuk seperti cincin melingkar
Musim berbuah
September-Desember
Desember-Maret
Gambar 15. Ciri benih yang telah matang; terdapat tanda seperti cincin berwarna kekuningan.
Untuk mendapatkan benih yang bersih maka sebaiknya dilakukan pencucian. Mengingat bagian yang akan ditanam hanyalah hipokotilnya saja, buah harus dilepaskan dari hipokotil/propagul. b.
Penyimpanan benih Benih yang terkumpul diikat dengan tali (per ikat : 70-100 buah), diletakkan pada ember yang berisi air payau dan diletakkan di tempat yang teduh dengan posisi horisontal. Lama penyimpanan sebaiknya
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
29 3
kurang dari 10 hari untuk R. Mucronata dan 5 hari untuk R. Apiculata. Penyimpanan dimaksudkan untuk menghilangkan aroma segar dan membuat benih berkerut. Dengan kondisi demikian maka kepiting/ketam tidak mau memakannya.
Gambar 16. Perendaman propagul dengan air payau.
c.
Penyemaian R. mucronata Media tanam yang baik adalah tanah berlumpur, terutama yang berasal di sekitar tegakan bakau. Propagul ditancapkan ke dalam media sedalam 7 cm, dimana bagian radikula-nya (cakar ayam) yang menancap ke media. Mengingat ukurannya yang panjang maka setiap 4-6 buah diikat menjadi satu agar tidak roboh. Gambar 17. Pengikatan propagul R. mucronata agar tidak roboh.
R. apiculata Media yang digunakan dalam penyemaian berasal dari tanah berlumpur yang diambilkan dari sekitar pohon induk. Benih disemaikan masingmasing satu buah dalam satu polibag. Teknik pananamannya sama dengan R. mucronata, namum benih R. apiculata hanya ditancapkan sedalam 5 cm pada media.
430
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Gambar 18. Posisi menanam benih; R. apiculata (kiri), R. mucronata (kanan). Catatan: Benih yang ditanam tersebut hanya bagian hipokotilnya saja, buahnya dilepas.
d.
Pemeliharaan bibit Penyiraman Apabila air pasang mencapai persemaian maka penyiraman tidak perlu dilakukan karena bibit akan tergenangi secara alami. Namun jika air pasang tidak mencapai persemaian maka penyiraman sebaiknya dilakukan dengan menggunakan air payau dari sumber terdekat pada pagi dan sore hari. Pemberian naungan Bedeng persemaian sebaiknya diberi naungan dengan intensitas sebesar 50% dengan lama pemberian naungan sekitar 3–4 bulan. Kemudian naungan dibuka dan dibiarkan selama 1 bulan untuk adaptasi bibit sebelum ditanam. Sebaiknya akar tidak sampai keluar dari polibag dan menembus ke dalam tanah. Apabila hal ini terjadi maka akar bibit akan terputus/ rusak pada saat bibit dibongkar. Hal ini akan mempengaruhi
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
31 3
pertumbuhan bibit di lapangan. Untuk mengantisipasi hal ini biasanya dipasang plastik di dasar bedengan. Setiap hari, persemaian harus diawasi. Apabila dijumpai kepiting yang masuk bedeng, maka harus segera dibuang agar tidak menggangu bibit. e.
Kriteria Bibit Siap Tanam R. mucronata Bibit yang telah siap tanam harus memenuhi kriteria tertentu yaitu tinggi minimal bibit 55 cm dengan jumlah daun 4-6 helai. R. apiculata Bibit yang telah siap tanam harus memenuhi kriteria tertentu yaitu tinggi minimal bibit 30 cm dengan jumlah daun 4 helai. Untuk memperoleh bibit bakau yang siap tanam, diperlukan waktu 4-5 bulan.
2.
Pengangkutan
Umumnya, pengangkutan dilakukan dua kali yaitu 1) dari persemaian ke penampungan sementara dan 2) dari tempat penampungan sementara ke lokasi penanaman. Pengangkutan dari persemaian ke penampungan sementara biasanya dilakukan dengan menggunakan gerobak sorong atau mobil bak. Apabila lokasi penanaman terletak jauh di lokasi yang berair, pengangkutan bibit dapat menggunakan perahu. Tempat penampungan sementara harus berada di dekat lokasi penanaman. Untuk membawa bibit dari tempat penampungan sementara ke lokasi penanaman biasanya dilakukan dengan menggunakan bak tarik (berupa ember atau bak plastik/kayu yang didesain khusus) atau dengan cara dipikul. Cara ini sangat memungkinkan dilakukan mengingat lokasi penanaman yang biasanya di daerah berlumpur.
432
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
3.
Penanaman
Selain dengan cara disemaikan terlebih dahulu di bedeng persemaian, benih bakau yang telah disimpan 5-10 hari juga dapat ditanam secara langsung di lapangan. Dalam satu titik, benih dapat ditanam rangkap 2. Penanaman langsung ini disarankan apabila waktu penanaman bersamaan dengan musim berbuah puncak. Namun bila waktu penanaman tidak bersamaan dengan musim berbuah, maka penanaman bakau sebaiknya menggunakan bibit yang ada dipersemaian. Lokasi yang tepat untuk ditanami bakau adalah daerah berlumpur yang terletak di pinggir pantai, hamparan atau sepanjang tepi sungai. Selain itu, lokasi penanaman sebaiknya terkena pengaruh pasang surut air laut. Penanaman bakau juga disarankan dilakukan di sepanjang pematang tambak dan sebagian di dalam tambak dengan menggunakan pola ”silvofishery”. Penanaman bakau di pematang tambak, selain menciptakan suasana teduh, akar bakau juga dapat memegang tanggul/pematang tambak sehingga tidak mudah runtuh/longsor.
Gambar 19. Penanaman bakau di pematang tambak.
Jarak tanam yang sesuai untuk rehabilitasi lahan adalah 1 m x 1 m atau 2 m x 1 m. Apabila ditanam di pinggir tambak, jarak tanamnya sebaiknya lebih rapat yaitu 50 cm. Untuk keperluan produksi, jarak tanam yang dipakai berkisar 2 m x 2 m atau 3 m x 3 m. Setelah ditanam, benih atau bibit bakau sebaiknya diikat pada ajir. [Ilustrasi di belakang halaman ini yang berjudul “Bangunlah Tambak Ramah Lingkungan” menjelaskan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan mempertahankan kondisi hijau (melalui penanaman bakau) di dalam dan di atas pematang tambak, demikian pula di tepi pantai dekat tambak.] Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
33 3
Ilustrasi: Eri & Aldo
434
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
5.1.2 Tengal Nama Ilmiah: Ceriops tagal
Gambar 20. Bentuk buah dan susunan daun Tengal.
1.
Pengadaan Bibit
a.
Pengadaan benih Benih yang dipanen sebaiknya yang sudah matang, berasal dari pohon induk yang berumur 5 tahun atau lebih. Benih yang telah matang berwarna hijau kecoklatan dengan panjang hipokotil 20 cm dan berdiameter 8–12 mm. Kotiledon berwarna coklat kekuningan dengan panjang 1 cm dan hipokotil berwarna hijau kecoklatan. Teknik pemanenan benih relatif sama dengan pemanenan benih bakau (Rhizophora spp.). Tidak seluruh bagian buah Tengal ditanam ke dalam media, melainkan hanya bagian hipokotilnya. Oleh karena itu, buah harus dilepaskan dari hipokotil pada saat pencucian.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
35 3
Gambar 21. Bagian-bagian buah Tengal.
Musim panen benih Tengal biasanya berlangsung pada bulan Agustus sampai September. b.
Penyimpanan benih Benih sebaiknya disimpan selama kurang dari 10 hari dengan maksud agar aroma segar benih hilang dan hipokotilnya menjadi mengkerut. Dengan demikian maka kepiting atau ketam tidak akan tertarik lagi memakannya.
c.
Penyemaian Media yang dipakai untuk membibitkan Tengal sebaiknya tanah berlumpur, terutama yang diambil di sekitar pohon induk. Benih disemaikan masing-masing satu buah dalam setiap polibag. Cara penanaman benih Tengal sangat sederhana yaitu dengan cara menancapkan hipokotil sedalam 5 cm ke dalam media (bagian radikula menancap pada media).
436
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
d.
Pemeliharaan Penyiraman Apabila persemaian terpengaruh pasang surut, maka penyiraman tidak perlu dilakukan. Namun jika persemaian tidak terkena pasang maka penyiraman dilakukan menggunakan air payau sehari dua kali (pagi dan sore hari). Pemberian naungan Bibit sebaiknya diletakkan dalam persemaian yang memiliki naungan dengan intensitas 50 % selama 3-4 bulan. Setelah itu, naungan dibuka dan dibiarkan selama kurang lebih bulan untuk proses aklimatisasi sebelum ditanam. Setiap hari, persemaian harus diawasi. Apabila dijumpai kepiting yang masuk bedeng, maka harus segera dibuang agar tidak menggangu bibit.
e.
Kriteria Bibit Siap Tanam Bibit tanaman yang siap tanam mempunyai kriteria tinggi bibit minimal 20 cm dengan jumlah daun 4 helai. Sebaiknya akar bibit tidak sampai menembus polibag. Biasanya, bibit Tengal akan siap tanam setelah dipelihara di persemaian selama 6-7 bulan di persemaian.
2.
Pengangkutan
Teknik pengangkutannya tidak jauh berbeda dengan teknik pengangkutan sebelumnya (Rhizophora spp).
3.
Penanaman
Lokasi penanaman yang ideal adalah areal yang berlumpur sedang hingga tipis yang terkena pengaruh pasang-surut air laut secara langsung. Untuk keperluan rehabilitasi dan perlindungan pantai, jarak tanam yang disarankan adalah 1 m x 1 m. Penanaman tengal juga disarankan untuk memperkaya tegakan mangrove yang telah ada. Untuk keperluan ini, penanamannya sebaiknya dilakukan secara sporadis. Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
37 3
5.1.3 Tanjang Nama Ilmiah: Bruguiera gymnorhiza
Gambar 22. Susuan daun, kelopak buah (kiri) dan buah Tanjang (kanan).
1.
Pengadaan Bibit
a.
Pengadaan benih
Benih yang matang berwarna merah kecoklatan dengan panjang hipokotil sekitar 12–20 cm dan berdiameter 1,5–2 cm. Buah sebaiknya dikumpukan secara langsung dengan cara memanjat pohon. Jika menggunakan galah dikhawatirkan buah/benih akan rusak. Khusus untuk jenis ini, kelopak buah jangan sampai dilepas dengan paksa karena akan merusak tunas.
Gambar 23. Bagian-bagian buah Tanjang.
Musim panen buah/benih sekitar bulan Mei – Desember.
438
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
b.
Penyimpanan benih sementara Penyimpanan sementara dilakukan dengan cara merendam benih selama kurang dari 7 hari di dalam ember yang berisi air payau. Sama dengan pada Rhizophora spp., perendaman ini dimaksudkan untuk menghindari serangan hama kepiting dan ketam. Khusus untuk jenis ini, kelopak buah tidak perlu dilepaskan karena akan lepas sendiri selama masa perendaman.
c.
Penyemaian benih Media yang digunakan sama dengan media yang dipakai jenis sebelumnya (Rhizophora spp dan Ceriops spp.). Benih ditancapkan dalam polibag sedalam 5 cm dengan posisi radikula menancap pada media. Catatan: Di beberapa daerah, benih tanjang langsung di tanam di lokasi penanaman. Dalam hal ini, benih harus ditanam beserta dengan kelopaknya.
Gambar 24. Posisi penyemaian benih Tanjang.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
39 3
d.
Pemeliharaan Penyiraman Relatif sama dengan teknik penyiraman jenis sebelumnya. Pemberian naungan Bedeng persemaian diberi naungan sehingga intensitas sebesar 50% dengan lama pemberian naungan sekitar 2–3 bulan. Kemudian naungan dibuka dan dibiarkan selama 1 bulan untuk aklimatisasi sebelum ditanam. Pencegahan terhadap serangan hama ketam atau kepiting harus dilakukan secara terus menerus.
e.
Kriteria Bibit Siap Tanam Bibit tanaman yang sudah siap tanam mempunyai kriteria tinggi bibit 30 cm dengan jumlah daun 4-6 helai. Waktu yang dibutuhkan untuk membibitkan tanjang hingga siap tanam adalah 4-5 bulan.
2.
Pengangkutan
Relatif sama dengan teknik pengangkutan jenis sebelumnya.
3.
Penanaman
Lokasi penanaman yang sesuai adalah pada areal berlumpur tipis yang terletak di dekat sungai. Hal ini sangat penting, mengingat jenis ini sangat memerlukan suplai air sungai secara kontinyu. Untuk keperluan rehabilitasi dan perlindungan pantai, jarak tanam sebaiknya dibuat rapat yaitu 1 m x 1 m.
440
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
5.1.4 Pedada Nama Ilmiah: Sonneratia alba
Gambar 25. Buah dan susunan daun Pedada.
1.
Pengadaan Bibit
a.
Pengadaan benih Pengadaan buah Buah yang matang umumnya berdiameter 35-40 mm. Buah yang telah matang tersebut akan terlepas dari kelopaknya dan jatuh ke tanah dengan sendirinya. Setelah terkumpul, buah diletakkan dalam wadah, dibersihkan, dan diseleksi. Untuk jenis Pedada, musim berbuah umumnya berlangsung pada bulan April-Juni dan September-Desember. Penanganan benih Buah yang sudah diseleksi selanjutnya direndam dalam air bersih dan aduk hingga bijinya terlepas dari daging buah. Selanjutnya, biji
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
41 3
diambil dan dibilas dengan air agar biji benarbenar bersih. Pengambilan biji ini lebih mudah dilakukan dengan menggunakan saringan teh. Setelah diambil, biji kemudian diletakkan diatas koran atau kain agar kering.
Gambar 26. Bentuk dan ukuran biji Pedada.
Untuk merangsang perkecambahan, biji direndam lagi dalam air payau dan diletakkan dalam tempat yang teduh. Biasanya, biji akan mulai mengembang di hari kedua dan akar mulai terlihat pada hari kelima. Saat itulah, benih siap untuk disapih ke polibag. b.
Penyapihan Media yang digunakan sebaiknya berupa tanah berlumpur. Apabila tersedia, pemberian pupuk kandang sangat disarankan. Selanjutnya, benih dimasukkan dalam lubang dengan posisi radikula terbenam pada media sedalam + 5 mm. Setiap polibag sebaiknya ditanam 2 biji. Gambar 27. Posisi penyemaian benih Pedada.
Benih Pedada berukuran kecil dan sangat mudah untuk hanyut. Oleh karena itu, bedeng sapih sebaiknya terletak pada lokasi yang genangannya ringan (tinggi air pasang tidak lebih dari tinggi polibag). Apabila persemaian tergenang berat, sebaiknya perlu dibuat bedeng sapih di lokasi lain yang lebih sesuai.
442
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
c.
Pemeliharaan Penyiraman Apabila kondisi genangan sesuai dengan yang dikehendaki, penyiraman tidak mutlak dilakukan kecuali kondisi media kering. Namun bila bedeng sapih di buat di daerah yang kering maka penyiraman dua kali sehari harus dilakukan. Pemberian naungan Bedeng sapih sebaiknya diberi naungan dengan intensitas 50% dengan lama pemberian naungan sekitar 3-4 bulan. Setelah itu naungan dibuka secara bertahap selama 1-2 bulan untuk proses aklimatisasi. Catatan: Kecambah pedada sangat disenangi oleh kepiting dan ketam. Untuk mengantisipasi hal ini, pemasangan kawat bronjong di sekeliling bedeng sapih sebaiknya dilakukan.
d.
Kriteria bibit siap tanam Bibit tanaman yang siap tanam mempunyai kriteria tinggi minimal 15 cm dengan jumlah daun minimal 6 helai. Untuk mempersiapkan bibit dari biji hingga siap tanam diperlukan waktu antara 5-6 bulan.
2.
Pengangkutan
Relatif sama dengan teknik pengangkutan jenis mangrove sebelumnya.
3.
Penanaman
Lokasi penanaman yang sesuai adalah disekitar muara sungai dengan jenis tanah yang berlumpur. Untuk jenis ini, jarak tanam yang dianjurkan adalah 1 m x 1 m atau 2 m x 2 m.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
43 3
5.1.5 Nyiri Nama Ilmiah: Xylocarpus granatum
Gambar 28. Buah dan susunan daun Nyiri.
1.
Pengadaan Bibit
a.
Pengadaan buah Musim berbuah Nyiri biasanya berlangsung pada pada bulan September–Desember. Buah yang telah matang berwarna hijau kecoklatan dan kulitnya mulai terlihat retak. Buah dapat diambil secara langsung di atas pohon atau dapat pula mengambil yang telah jatuh di tanah. Berat buah Nyiri dapat mencapai 1 kg. Setelah diambil, buah Nyiri selanjutnya direndam dalam air sampai biji-bijinya terlepas dari daging buahnya. Biji-biji yang terlepas ini kemudian direndam kembali dalam ember berisi air payau selama 7 hari untuk mendapatkan biji-biji yang siap disemai (keluar calon akar).
444
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Gambar 29. Biji Nyiri yang sedang direndam (kiri) dan bagian-bagian pada benih (kanan).
b.
Penyemaian Penyemaian dilakukan dengan cara meletakkan biji pada media secara mendatar, dimana bagian radikula dibenamkan sedikit pada media. Radikula dengan mudah dapat dikenali saat perendaman karena hampir selalu menghadap ke bawah.
Gambar 30. Posisi penyemaian benih Nyiri.
Media yang sesuai untuk Nyiri ini adalah tanah berlumpur dimana porsi tanahnya lebih besar daripada lumpurnya. c.
Pemeliharaan Nyiri merupakan jenis mangrove yang secara alami hidup di zona belakang dengan substrat tanah berlumpur tipis dengan pola genangan ringan. Oleh karena itu, proses pembibitan harus disesuaikan dengan kondisi tersebut.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
45 3
Pada masa-masa awal (1-2 bulan), pengecambahan dan pemeliharaan sebaiknya dilakukan di bedeng darat. Pada periode ini, penyiraman harus dilakukan rutin dua kali sehari. Pada bulan ke-3, bibit sebaiknya dipindahkan pada bedeng pasang-surut untuk penyesuaian genangan. Saat itu, penyiraman tidak perlu dilakukan. Selama dipelihara dikedua jenis bedeng, pemberian naungan dengan intensitas 50-70% harus dilakukan. Proses aklimatiasi dengan cara membuka naungan secara bertahap dapat dilakukan pada bulan ke-4, hingga bibit tahan terhadap kondisi terbuka. e.
Kriteria Bibit Siap Tanam Bibit tanaman yang sudah siap tanam harus memenuhi kriteria tertentu yaitu tinggi minimal bibit 40 cm dengan jumlah daun minimal 4 helai. Untuk mempersiapkan bibit Nyiri hingga siap tanam diperlukan waktu 5-6 bulan.
2.
Pengangkutan Relatif sama dengan teknik pengangkutan pada jenis mangrove sebelumnya.
3.
Penanaman Lokasi penanaman yang sesuai untuk Nyiri adalah di lokasi zona belakang formasi mangrove yang menjauhi arah laut (cenderung ke arah darat). Tanah berlumpur tipis dengan genangan ringan adalah kondisi yang paling sesuai untuk jenis ini. Berbeda dengan jenis mangrove lainnya, ukuran batang dan tajuk Nyiri lebih besar. Oleh karena itu, jarak tanam yang disarankan adalah 3 m x 3 m atau 5 m x 5 m.
446
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
5.1.6 Api-api Nama Ilmiah: Avicennia marina
Gambar 31. Bentuk buah dan susunan daun Api-api.
1.
Pengadaan Bibit
a.
Pengadaan benih Buah yang diambil sebaiknya yang telah matang. Buah yang telah matang dapat dikenali dengan warna agak kekuning-kuningan dan kulit buahnya sedikit merekah. Selain itu, buah yang telah matang (dengan berat minimal 1,5 gr) sangat mudah dilepas dari kelopaknya. Musim berbuah Api-api umumnya berlangsung pada bulan Desember hingga Februari. Buah dapat diambil langsung sewaktu masih di pohon atau yang setelah jatuh dengan sendirinya ke tanah.
Gambar 32. Bagian-bagian buah Api-api.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
47 3
b.
Penyemaian Setelah diambil, buah dilepaskan dari kelopaknya dan kemudian direndam di ember yang berisikan air payau selama satu hari hingga terkelupas kulitnya. Apabila terdapat buah yang kulitnya masih belum terkelupas dengan sendirinya, pengupasan secara manual dapat dilakukan. Selanjutnya, seleksi benih dilakukan dengan membuang buah yang rusak atau afkir. Buah-buah yang terpilih selanjutnya direndam kembali dengan air payau untuk mempercepat proses perkecambahan. Berdasarkan pengalaman, perendaman ini tidak boleh dilakukan lebih dari 6 hari. Setelah direndam beberapa hari, benih disemaikan pada media di dalam polibag dengan cara menancapkan bagian yang tumpul sedalam 1/3 bagian.
Gambar 33. Posisi penyemaian benih Api-api.
Untuk jenis Api-api, media yang dipakai sebaiknya tanah berlumpur.
c.
Pemeliharaan bibit Pada dua hingga tiga bulan pertama, pengecambahan dan pemeliharaan sebaiknya dilakukan di bedeng darat. Pada periode ini, penyiraman harus dilakukan rutin dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Setelah itu, bibit dipindahkan ke bedeng pasang-surut untuk penyesuaian genangan. Karena terpengaruh oleh pasang maka
448
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
penyiraman tidak perlu dilakukan lagi. Baik di bedeng darat maupun pasang surut, keduanya harus dinaungi dengan intensitas 50%. Pada saat yang sama, proses aklimatisasi dilakukan dengan cara membuka naungan secara bertahap hingga bibit tahan terhadap kondisi terbuka. Mengingat benih Api-api sangat digemari oleh kepiting, maka setiap hari harus dilakukan pengamatan terhadap kemungkinan serangan hama tersebut. Bila perlu, bedeng sapih diberi pagar kawat bronjong. d.
Kriteria bibit siap tanam Bibit yang siap tanam harus memiliki tinggi minimal 30 cm dan jumlah daun lebih dari 6 helai. Untuk mempersipkan bibit Api-api yang siap tanam, dibutuhkan waktu antara 5-6 bulan.
2.
Pengangkutan
Teknik pengangkutannya relatif sama dengan jenis mangrove sebelumnya.
3.
Penanaman
Mengingat jenis Api-api ini sangat tahan terhadap salinitas tinggi, maka lokasi penanaman yang sesuai untuk jenis ini adalah di lokasi yang berhadapan langsung dengan laut dan memiliki substrat pasir berlumpur tebal. Jenis ini sangat potensial untuk dijadkan sebagai sabuk hijau. Oleh karenanya, jarak tanam yang sering digunakan relatif rapat yaitu 1 m x m atau 1 m x 2 m. Untuk menghindari resiko kegagalan karena hempasan ombak, penanaman sebaiknya dilakukan dari arah belakang menuju ke depan (dari arah daratan ke lautan). Selain itu, pengikatan bibit pada ajir mutlak harus dilakukan.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
49 3
5.2
TANAMAN PANTAI
5.2.1 Nyamplung Nama Ilmiah : Calophyllum inophyllum (di Semelue, Aceh, dikenal dengan sebutan Punago)
Gambar 34. Susunan daun, bunga dan dan buah Nyamplung.
1.
Pengadaan bibit
Bibit Nyamplung sebaiknya disiapkan melalui biji. Selain pelaksanaan penyemaiannya relatif mudah, bijinya sangat mudah diperoleh disekitar pohon induk. a.
Pengunduhan buah Buah Nyamplung berbentuk bulat seperti bola pingpong namun ukurannya jauh lebih kecil (berdiameter 2,5 - 4 cm). Buah yang diambil sebaiknya yang telah matang yaitu telah berwarna coklat kekuningan.
450
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Untuk mendapatkan benih yang baik, buah yang diambil adalah buah yang jatuh dari pohon. Berdasarkan pengalaman, buah yang telah terkelupas daging buahnya lebih cepat berkecambah dibandingkan dengan buah yang masih utuh. Pengumpulan benih menggunakan karung dan selanjutnya buah disimpan sebelum disemaikan. b.
Penyemaian Buah Nyamplung memiliki kulit yang keras sehingga perlu diberi perlakuan tambahan untuk mempercepat perkecambahannya. Sebelum dikecambahkan, buah direndam dalam air selama 2 hari dan diangin-anginkan. Setelah kering, buah dipukul secara perlahan sampai kulit buahnya retak (jangan sampai biji di dalamnya rusak).
Gambar 35. Biji Nyamplung..
Biji selanjutnya dapat di tanam pada polibag dengan media campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 1 : 3. Biji ditanam dengan posisi horisontal dan dibenamkan hingga ½ bagian bijinya. Bila perlu, diatasnya ditaburi dengan pasir sehingga biji tidak terlihat. Selanjutnya, polbag ditempatkan di bedeng sapih yang diberi naungan berat.
Gambar 36. Biji Nyamplung yang telah berkecambah.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
51 3
c.
Pemeliharaan Penyiraman dan pemberian naungan Penyiraman bibit dilakukan secara teratur pagi dan sore hari. Air yang digunakan adalah air tawar yang berasal dari sungai atau sumur yang berada di dekat persemaian. Pada masa-masa awal perkecambahan, penyiraman harus menggunakan alat penyiram yang berlubang halus sehingga butiran airnya tidak mengganggu proses perkecambahannya. Setelah bibit berdaun minimal 3, penyiraman dapat dilakukan dengan menggunakan alat siram biasa. Agar tumbuh dengan baik, bibit Nyamplung sebaiknya diberi naungan dengan intensitas sedang yaitu 50%. Pengendalian gulma Rumput-rumput yang tumbuh di sekitar persemaian yang mengganggu segera dibersihkan agar tidak mengganggu pertumbuhan. Pengerasan Beberapa bulan sebelum ditanam, bibit harus dipersiapkan agar tahan menghadapi kondisi di lokasi penanaman. Kegiatan ini dikenal dengan istilah ”pengerasan”. Pengerasan dilakukan dengan cara mengurangi naungan dan penyiraman secara pelan-pelan sehingga bibit tersebut tahan tidak disiram dan tidak dinaungi.
d.
Kriteria bibit siap tanam Umumnya, bibit Nyamplung akan siap tanam setelah dipelihara selama 4 – 5 bulan di persemaian. Bibit yang siap tanam harus memiliki tinggi 30 cm keatas dengan jumlah daun minimal 6 helai.
452
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
2.
Pengangkutan
Mengingat jenis ini sesuai untuk ditanam di daerah pantai berpasir dan sekitarnya, maka alat angkut darat seperti mobil bak dan gerobak adalah yang paling umum digunakan. Untuk mengefisienkan kegiatan dan menghemat biaya, bibit dapat ditumpuk maksimal dua tingkat. Apabila dipaksakan lebih dari dua tingkat, bibit dikuatirkan akan rusak. Sebelum diangkut ke lokasi penanaman, bibit sebaiknya disiram terlebih dahulu agar kondisinya tetap segar selama proses pengangkutan. Sedangkan untuk menghindari sengatan sinar matahari dan terpaan angin selama proses pengangkutan, bibit sebaiknya ditutup dengan terpal atau paranet. Waktu yang paling tepat untuk mengangkut bibit adalah sore hari.
3.
Penanaman
Lokasi yang sesuai untuk ditanami Nyamplung adalah lokasi yang terletak di belakang pantai berpasir, terutama pada areal yang telah ditumbuhi tumbuhan herba dan rumput-rumputan. Jarak tanam yang sesuai adalah 4 m x 4 m.
4.
Pemeliharaan
Setelah ditanam, bibit seringkali mengalami stres yang ditandai dengan gugurnya daun. Stres ini diakibatkan oleh sengatan sinar matahari. Karena itulah maka penyiraman di pagi dan sore hari masih diperlukan bagi bibit yang baru ditanam. Keberhasilan bibit untuk pulih dan hidup dapat dilihat dengan munculnya tunas baru pada bibit. Setelah itu, penyiraman tidak perlu dilakukan lagi. Agar terhindar dari gangguan ternak (misalnya sapi, kambing atau kerbau), tanaman sebaiknya dilindungi dengan pagar kayu, bambu atau kawat bronjong. Bahkan daun kelapa dan pandan dapat juga dimanfaatkan untuk melindungi tanaman dari gangguan ternak.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
53 3
5.2.2 Cemara Laut Nama Ilmiah: Casuarina equisetifolia Nama Daerah: Cemara
Gambar 37. A. Susunan daun dan buah Cemara laut, B. Biji dalam buah Cemara laut.
1.
Pengadaan bibit melalui biji
a.
Pengadaan benih Pemanenan buah Buah yang telah matang berwarna hijau kekuningan dan berdiameter ± 1 cm. Sebaiknya, buah Cemara diambil dari pohon induk yang telah berumur lebih dari 5 tahun. Pengambilan buah dapat dilakukan dengan cara memanjat pohon atau menggunakan galah. Pengambilan harus dilakukan pada waktu
454
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
yang tepat yaitu saat buah telah matang namun belum merekah. Apabila terlambat, buah akan merekah dan bijinya akan terbang terbawa angin.
Gambar 38. Buah Cemara laut dari muda hingga buah telah pecah (kiri ke kanan).
Teknik mengeluarkan biji Untuk mengeluarkan biji, buah Cemara dijemur terlebih dahulu selama 1 minggu di bawah sinar matahari. Agar tidak diterbangkan oleh angin, selama proses penjemuran buah dimasukkan dalam jaring halus yang diikat tali. Apabila telah kering, maka buah dengan sendirinya akan merekah dan bijinya akan keluar. Setiap buah berisikan lebih dari 20 biji bersayap.
Gambar 39. Biji Cemara laut yang telah dikeluarkan dari buah.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
55 3
b.
Pengecambahan Mengingat biji Cemara berukuran kecil dan sangat ringan maka pengecambahan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati pada bedeng tabur atau dalam bak tabur. Sebelum dikecambahkan, benih Cemara sebaiknya direndam terlebih dahulu dalam air selama 2-5 hari. Media semai yang digunakan adalah campuran tanah, pasir dan sekam. Untuk mempermudah penyemaian, benih dicampur dengan media semai secukupnya baru kemudian diletakkan di dalam bak tabur. Agar posisi benih lebih mantap, penaburan serbuk gergaji di atasnya sebaiknya dilakukan. Penambahan serbuk gergaji dapat digantikan dengan cara meletakkan kertas tissue diatas semaian benih. Selain dapat memperkokoh posisi benih, lapisan tissue ini dapat mengontrol kelembaban semaian.
c.
Pemeliharaan kecambah Minimal, penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari dengan menggunakan gembor berlubang sangat halus atau sprayer. Penyiraman tambahan harus dilakukan apabila lapisan atas media (serbuk gergaji atau kertas tissue) terlihat kering. Untuk menghindari serangan semut maka di sekitar bedengan dapat dibangun selokan dengan aliran air. Langkah lain untuk mengatasi semut adalah dengan pemberian furadan dengan dosis yang tepat ke dalam media tabur. Pada bedeng tabur, rumput liar seringkali tumbuh diantara kecambah Cemara. Bila ini terjadi maka pembersihan rumput liar (gulma) harus cepat dilakukan sebelum menjadi banyak dan mengganggu pertumbuhan semaian.
456
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
d.
Penyapihan Penyapihan kecambah ke dalam polibag dilakukan setelah biji berdaun 3-6 lembar dengan tinggi 5-10 cm. Biasanya kecambah seukuran ini didapatkan setelah benih dikecambahkan selama 2-3 bulan. Penyapihan kecambah Cemara harus dilakukan dengan mencabutnya secara hati-hati, bila perlu mempergunakan alat bantu (misalnya sendok kecil atau ranting) agar akar kecambah tidak rusak. Media yang sesuai untuk bibit Cemara adalah campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 2 : 1. Sementara itu, ukuran polibag yang sesuai adalah 10 cm x 15 cm atau 14 cm x 22 cm.
e.
Pemeliharaan bibit sapihan Setelah disapih, bibit dipelihara lebih lanjut di bedeng sapih hingga siap tanam. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi dua kegiatan utama yaitu penyiraman dan pemberian naungan. Setelah disapih, bibit harus diletakkan pada bedeng sapih yang dinaungi berat (misalnya atap rumbia) selama 1-2 bulan. Pada saat yang sama, penyiraman harus rutin dilakukan minimal 2 kali sehari (pagi dan sore hari). Setelah ukuran bibit bertambah tinggi (15-20 cm), naungan berat sebaiknya dilepas dan diganti dengan naungan sedang (intensitas 50%). Frekuensi penyiraman-pun harus disesuaikan yaitu 1-2 kali sehari, tergantung dengan cuaca. Setelah 4 bulan, intensitas naungan dan frekuensi penyiraman harus dikurangi secara bertahap hingga akhirnya bibit mampu hidup walaupun tidak disiram dan dinaungi.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
57 3
Gambar 40. Bibit Cemara laut yang telah siap tanam.
f.
Kriteria bibit siap tanam Bibit yang siap tanam umumnya memiliki tinggi minimal 30 cm. Untuk mendapatkan bibit hingga siap tanam, diperlukan waktu selama 6-7 bulan.
2.
Pengadaan bibit melalui cangkok
a.
Seleksi bahan cangkokan Selain menggunakan biji, pembibitan Cemara laut juga dapat dilakukan melalui pencangkokan. Pohon yang dicangkok dipilih dari pohon yang lurus, sehat dan berumur antara 5–10 tahun. Bagian yang dicangkok adalah ranting yang diameternya sebesar pensil. Ranting yang baik untuk dicangkok dicirikan oleh warna kulit yang abu-abu putih, tidak hijau dan tidak coklat.
b.
Media cangkok Media cangkok sebaiknya berupa campuran tanah gembur dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Untuk membungkus cangkokan dapat menggunakan plastik atau serabut kelapa.
458
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
c.
Proses pencangkokan Berikut ini adalah tahapan dan penjelasan dalam melakukan pencangkokan: •
Mengupas Kulit Sayatan diletakkan tepat pada ruas ranting secara melingkar dengan panjang 5–10 cm. Pada waktu menyayat jangan sampai mengenai kayunya.
•
Mengeruk kambium Kambium dikeruk dengan menggunakan punggung pisau yang tidak tajam dan bersih, jangan sampai melukai jaringan kayu. Bekas sayatan bagian atas diolesi dengan hormon atau zat pengatur tumbuh (ZPT) seperti ”Rootone F” secara merata.
•
Membungkus cangkokan Pada bagian yang disayat selanjutnya dibungkus dengan media cangkok yang telah dibasahi agar lembab. Kemudian secara hati-hati ditutup dengan plastik pembungkus yang kemudian diikat pada bagian atas dan bawahnya. Untuk mengurangi penguapan, daun pada ranting harus dikurangi hingga ¾ bagian.
Gambar 41. Pencangkokan Cemara laut.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
59 3
•
3.
Memotong dan menanam cangkokan Setelah 1 hingga 2 bulan, akar pada cangkokan akan mulai tumbuh. Cangkokan dapat dipotong menggunakan pisau tajam dan dapat langsung ditanam di lapangan atau dipelihara dipesemaian terlebih dahulu dengan memindahkannya ke polibag. Bibit hasil cangkokan diletakkan dalam bedeng sapih persemaian yang terlindung sinar matahari dan air hujan langsung.
Pengangkutan
Relatif sama dengan cara pengangkutan bibit Nyamplung Calophyllum inophyllum.
4.
Penanaman
Lokasi penanaman yang sesuai untuk jenis Cemara adalah di daerah pantai berpasir, terutama pada bagian yang telah ditumbuhi herba galaran atau katang-katang Ipomea-pes caprae. Penanaman sebaiknya dilakukan pada saat menjelang musim penghujan, terutama pagi atau sore hari. Jarak tanam yang ideal untuk jenis ini adalah 4 m x 4 m. Batang bibit cemara biasanya lentur, sementara lokasi penanamannya seringkali di pinggir pantai yang tiupan anginnya kencang. Agar posisi bibit tegak dan stabil, sebaiknya bibit diikat pada ajir pada dua titik, yaitu bawah dan atas. Apabila hanya diikat di bagian bawah saja, maka posisi atas bibit akan melengkung karena tertiup angin. Catatan: Karena kuatnya tiupan angin di pantai, tiang ajir sebaiknya ditancapkan cukup dalam dan terbuat dari tonggak yang kuat. Sering dijumpai di lapangan, pohon cemara yang bahkan tingginya telah mencapai 3 meter tumbang akibat terpaan angin. Untuk mengatasi hal ini, perlu dipasang tiang penopang/ penyangga agar pohon cemara muda ini tidak mati.
460
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Gambar 42. Bibit Cemara laut yang hanya diikat pada bagian bawah saja (kiri), bibit tegak berdiri karena diikat pada 2 titik (kanan).
Untuk melindungi bibit dari gangguan ternak (seperti kerbau, sapi atau kambing), bibit sebaiknya diberi pagar pelindung. Beberapa bahan yang umum dipakai untuk pagar antara bambu, kayu broti dan kawat bronjong.
Gambar 43. Pemagaran bibit Cemara laut dengan kawat bronjong.
5.
Pemeliharaan
Relatif sama dengan cara pemeliharaan tanaman Nyamplung Calophyllum inophyllum. Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
61 3
5.2.3 Ketapang Nama Ilmiah: Terminalia cattapa
Gambar 44. Susunan daun dan bentuk buah Ketapang.
1.
Pengadaan bibit melalui biji
a.
Pengadaan benih Buah Ketapang yang telah matang berwarna hijau kekuning-kuningan. Pengambilan buah dapat dilakukan dengan cara mengambil buah secara langsung ketika masih di pohon dengan menggunakan galah, atau mengumpulkan buah yang telah jatuh dengan sendirinya di sekitar pohon induk.
b.
Penyemaian Sebelum disemai, buah ketapang sebaiknya direndam dengan air selama 24 jam hingga jenuh air. Penyemaian biji ketapang dapat langsung dilakukan di polibag yang berukuran sedang (14 x 22 cm) dengan media tanah berpasir. Dalam penyemaian ini, benih ditimbun 2/3 bagiannya dengan posisi mendatar.
462
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
c.
Pemeliharaan bibit Penyiraman dan pemberian naungan Pada tahap awal, penyemaian harus dilakukan di tempat yang teduh dan lembab. Oleh karena itu, bedeng sapih harus dinaungi berat dan bila perlu diberi plastik sungkup. Pada tahap ini, penyiraman bibit dilakukan secara teratur pada pagi dan sore hari dengan menggunakan alat penyiram berlubang halus sehingga butiran airnya tidak mengganggu proses perkecambahannya. Setelah berkecambah, sungkup plastik dapat dibuka secara hatihati dan disusul dengan pengurangan intensitas naungan dan frekuensi penyiraman secara bertahap. Dengan cara ini maka bibit secara perlahan-lahan akan tahan terhadap kondisi terbuka dan tanpa disiram, sebagaimana kondisi yang akan dihadapi di lokasi penanaman.
d.
Kriteria bibit siap tanam Bibit yang telah siap tanam rata—rata berumur 6 bulan dengan tinggi minimal 30 cm dan berdaun 4-6 lembar.
Gambar 45. Bibit Ketapang yang telah siap tanam.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
63 3
3.
Pengangkutan
Lihat cara pengangkutan Nyamplung Calophyllum inophyllum.
4.
Penanaman
Lokasi yang sesuai untuk ditanami ketapang adalah lokasi tanah berpasir atau tanah mineral. Ketapang termasuk jenis tumbuhan yang menyukai sinar matahari dan tidak tahan terhadap genangan air. Oleh karena itu, lokasi penanaman sebaiknya terbuka dan kering (tidak tergenang) serta dilakukan pada musim penghujan, tepatnya sore hari. Mengingat jenis ini memiliki tajuk yang lebar maka penanamannya sebaiknya dilakukan dengan jarak tanam 5 x 5 m.
5.
Pemeliharaan
Relatif sama dengan teknik pemeliharaan Nyamplung dan Cemara.
464
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
5.2.4 Waru Laut Nama Ilmiah: Hibiscus tiliaceus
Gambar 46. Daun dan bunga Waru laut.
1.
Pengadaan bibit melalui stek
Pengadaan bibit Waru secara sederhana dapat dilakukan melalui stek. Teknik ini sangatlah sederhana, yaitu hanya dengan membuat stek dari cabang atau ranting dan kemudian menancapkannya secara langsung ke media dalam polibag atau langsung ke lokasi penanaman. Berikut ini adalah tahapan dan tata cara penyetekan waru. a.
Pengadaan stek Stek dapat diambil dari pohon yang memiliki banyak cabang. Sebaiknya, cabang yang dipilih adalah cabang yang lurus dan menghadap ke atas. Diameter cabang yang ideal untuk distek adalah 1,5-2 cm dan telah berkayu. Cabang yang belum berkayu sangat sulit untuk tumbuh akar.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
65 3
Gambar 47. Cabang Waru laut untuk stek.
Setiap cabang yang diambil dapat dipotong menjadi beberapa stek dengan panjang 15–20 cm. Pengambilan stek harus dilakukan dengan pisau tajam, agar hasil sayatannya rata. Hal ini akan mempermudah tumbuhnya akar pada sayatan tersebut. Bagian pangkal stek sebaiknya dipotong miring (45°) sehingga bidang untuk pertumbuhan akarnya menjadi lebih luas. b.
Penanaman stek Sebelum ditancapkan pada media, bagian pangkal stek diberi/ dicelupkan kedalam hormon pertumbuhan (misalnya Rotoone F) untuk merangsang keluarnya akar.
Gambar 48. Pemberian hormon pertumbuhan dan penanaman stek Waru laut ke dalam media polibag.
466
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Setelah diberi hormon, stek langsung ditancapkan sedalam 3-4 cm pada polibag berisikan media yang terdiri dari campuran tanah : pasir : kompos, dengan perbandingan 3 : 1: 1. c.
Pemeliharaan stek Pada tahap awal, stek harus diletakkan pada bedeng yang teduh dan disiram 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Dalam 1 hingga 2 minggu, tunas baru akan mulai muncul pada stek. Setelah bibit berumur 2 bulan, penyiraman dan pemberian naungan harus dikurangi secara bertahap hingga bibit Waru mampu hidup di tempat terbuka dan tanpa disiram.
d.
Kriteria bibit siap tanam Umumnya, bibit waru akan siap tanam setelah 4 bulan dengan tinggi 20 cm dan jumlah daun minimal 5 lembar.
Gambar 49. Bibit Waru laut hasil stek yang telah siap tanam.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
67 3
2.
Pengangkutan
Relatif sama dengan cara pengangkutan bibit Nyamplung, Cemara dan Ketapang.
3.
Penanaman bibit
Waru sangat sesuai ditanam di daerah pesisir, terutama pada tanah berpasir (bahkan di atas lahan pasir yang terbuka sekalipun). Jenis ini mampu tumbuh dengan baik walaupun ditanam dalam jarak tanam yang rapat, misalnya 1 m x 1 m. Selain sebagai tanaman pagar dan peneduh di tepi pantai, Waru sering ditanam untuk tujuan estetika. Untuk keperluan tersebut, jarak tanam yang tepat adalah 5 m x 5 m.
4.
Pemeliharaan
Relatif sama dengan cara pemeliharaan tanaman Nyamplung, Cemara dan Ketapang.
468
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
5.2.5 Putat Laut Nama Ilmiah: Barringtonia asiatica
Gambar 50. Buah dan bunga Putat laut (kiri), serta daun Putat laut (kanan).
1.
Pengadaan bibit melalui biji
a.
Pemanenan buah Buah yang telah matang berwarna hijau kekuning-kuningan. Buah sebaiknya diambil setelah jatuh dengan sendirinya. Untuk pohon yang tumbuh disekitar sungai, buah biasanya hanyut oleh sungai dan terbawa air sampai ke laut. Ombak laut seringkali mendamparkan buah Putat tersebut di pantai. Bahkan banyak diantara buah putat tersebut, saat terdampar telah berkecambah. Agar kecambah tersebut tidak mati karena terkena air laut, maka sebaiknya dipindahkan ditempat lain yang lebih sesuai, misalnya di lokasi penanaman atau dipelihara terlebih dahulu di persemaian.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
69 3
b.
Penyemaian Benih putat tergolong jenis yang lama untuk berkecambah mengingat adanya lapisan serabut yang tebal. Untuk merangsang perkecambahan, buah sebaiknya diperam atau diletakkan pada tempat yang teduh dan lembab. Setelah 4-8 minggu, kecambah akan mulai muncul dan siap untuk segera dipindahkan ke dalam polibag. Karena ukuran biji putat cukup besar, maka penanaman dilakukan pada polibag berukuran besar (misalnya 20 cm x 35 cm) dengan media tanah berpasir, dan bila perlu diberi kompos.
c.
Pemeliharaan Setelah disapih, bibit diletakkan pada bedeng sapih yang bernaungan sedang ( intensitas 50%). Bibit juga perlu disiram 2 kali sehari hingga 3 bulan pertama. Setelah itu, penyiraman dan naungan dikurangi secara perlahan-lahan hingga bibit tahan terhadap sinar matahari dan tahan tidak disiram.
d.
Kriteria bibit siap tanam Umumnya, bibit Putat akan siap tanam setelah dipelihara dipersemaian selama 4 bulan dengan tinggi 50 cm dan berdaun 5 lembar.
2.
Pengangkutan
Relatif sama dengan cara pengangkutan bibit Nyamplung, Cemara dan Ketapang.
470
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
3.
Penanaman bibit
Putat sangat sesuai ditanam di pesisir pantai. Jenis ini menyukai sinar matahari dan tidak tahan terhadap genangan air. Karenanya, lokasi penanaman sebaiknya pada tanah yang kering dan terbuka. Mengingat jenis ini memiliki tajuk yang lebar maka penanamannya dianjurkan dengan jarak tanam minimal 5 m x 5 m. Catatan: Di Simeulue, Aceh, anakan alam putat banyak dijumpai di lantai tegakan putat. Untuk anakan yang telah berdaun 4-10 lembar, pemindahan bibit tanaman secara langsung ke lokasi rehabilitasi menunjukkan hasil yang memuaskan (Lihat gambar di bawah).
Gambar 51. Potensi anakan alam Putat laut (kiri), penanaman anakan secara langsung di lapangan (kanan).
4.
Pemeliharaan
Relatif sama dengan cara pemeliharaan tanaman Nyamplung, Cemara, Ketapang dan Waru.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
71 3
5.2.6 Bintaro Nama Ilmiah : Cerbera manghas
Gambar 52. Bunga (kiri), susunan daun dan bunga (kanan) Bintaro.
1.
Pengadaan bibit melalui pengecambahan buah
Buah bintaro sangat mudah untuk dijumpai. Ukuran buah yang hampir sebesar bola tenis menyebabkan posisi buah tidak jauh dari pohon induknya. Namun untuk pohon yang tumbuh disekitar sungai, buah biasanya akan terbawa oleh arus air dan didamparkan di di bantaran sungai atau di tepi pantai. Di lapangan, banyak sekali dijumpai buah Bintaro tersebut telah berkecambah. Untuk kecambah yang tumbuh di bantaran sungai, pemindahan kecambah tidak perlu dilakukan karena tempat tersebut sesuai untuk pertumbuhan Bintaro. Namun bila kecambah tersebut berada di tepi pantai maka air asin sewaktu-waktu akan menerpa kecambah sehingga menyebabkan kematian kecambah. Oleh karenanya, kecambah ini sebaiknya dipindahkanditanam di lokasi yang lebih sesuai (bebas dari air laut) atau dipelihara terlebih dahulu di persemaian.
472
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Gambar 53. Buah Bintaro yang terdampar di pantai.
Uraian di bawah ini menjelaskan cara membibitkan Bintaro melalui buah. a.
Pengadaan buah Buah Bintaro yang matang berwarna hijau kekuningan atau hijau kecoklatan. Buah sebaiknya diambil setelah jatuh dari pohon dengan sendirinya. Biasanya, buah yang baru jatuh masih lengkap beserta kulitnya. Untuk mempercepat perkecambahan maka pembuangan kulit harus dilakukan sebelum buah di kecambahkan. Namun untuk yang telah lama jatuh, umumnya kulit telah membusuk atau kering sehingga kulit buah akan hilang secara alami.
b.
Penyemaian Embrio bintaro berada di tengah buah dan dilidungi oleh lapisan serabut yang sangat tebal. Tanpa perlakuan tambahan, perkecambahan memerlukan waktu yang sangat lama (4-6 bulan). Namun bila dilakukan perlakuan khusus, kecambah akan mulai terlihat sebelum bulan ke-3. Perlakuan khusus yang dimaksud tersebut adalah pemeraman buah di tempat yag lembab. Apabila telah muncul kecambah, maka pemindahan ke polibag baru bisa dilakukan.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
73 3
Gambar 54. Kecambah yang baru keluar dari buah Bintaro.
Mengingat ukuran biji yang besar, maka penanaman sebaiknya dilakukan pada polibag yang berukuran sedang hingga besar (misalnya 14 cm x 22 atau 20 cm x 35 cm) dengan media tanah berpasir dan kompos. c.
Pemeliharaan Setelah kecambah dipindahkan ke polibag (penyapihan), bibit diletakkan pada bedeng sapih yang memiliki naungan dengan intensitas sedang. Bibit juga harus disiram 2 kali sehari hingga 2 bulan pertama. Setelah itu, penyiraman dan naungan dikurangi secara perlahan-lahan hingga bibit tahan terhadap sinar matahari dan tahan tidak disiram.
d.
Kriteria bibit siap tanam Umumnya, bibit Bintaro akan siap tanam setelah dipelihara dipersemaian selama 6 bulan dengan tinggi minimal 40 cm dan berdaun minimal 5 lembar.
474
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Gambar 55. Bibit Bintaro yang telah siap tanam.
2.
Pengangkutan
Sama dengan cara pengangkutan tanaman pantai sebelumnya. 3.
Penanaman bibit
Bintaro sangat sesuai ditanam di pesisir pantai bahkan hingga ke dataran tinggi yang jauh dari pantai untuk digunakan sebagai tanaman peneduh. Jenis ini menyukai sinar matahari secara langsung dan tidak tahan terhadap genangan air. Oleh karena itu, penanaman sebaiknya dilakukan di tanah berpasir kering yang terbuka. Mengingat jenis ini memiliki tajuk yang cukup lebar maka jarak tanam yang pakai sebaiknya 5 m x 5 m. 4.
Pemeliharaan
Sama dengan cara pemeliharaan tanaman pantai lainnya.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
75 3
Informasi tambahan: Selain melalui bibit, penanaman bintaro juga dapat dilakukan melalui anakan alam dan stek batang. Di Simeulue, Propinsi NAD, anakan alam banyak dijumpai tumbuh di lantai tegakan Bintaro. Berdasarkan pengalaman masyarakat, anakan alam yang ideal untuk ditanam adalah yang berdaun 4-8. Secara sederhana, penanaman melalui anakan alam ini cukup dilakukan dengan cara memindahkan anakan alam tempat asal ke lokasi penananam yang sesuai. Waktu penanaman yang dianjurkan adalah sore hari. Sejauh ini, teknik penanaman seperti ini telah menunjukkan hasil yang cukup memuaskan.
Gambar 56. Potensi anakan alam Bintaro yang siap untuk dipindahkan ke lokasi penanaman.
Penanaman stek bintaro secara langsung di lapangan juga telah dilakukan oleh masyarakat Simeulue secara luas. Umumnya stek ditanam dalam jarak yang sangat rapat (20-30 cm) sebagai pagar hidup pembatas sawah dan lahan.
Gambar 57. Pohon Bintaro hasil penanaman melalui stek batang.
476
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
5.3
PENANAMAN TANAMAN SERBA GUNA
Selain jenis mangrove dan tanaman pantai, rehabilitasi kawasan pesisir dapat menggunakan beberapa jenis tanaman lainnya misalnya Gamal Glirichidia sepium, Kemiri Aleurites mouluccana, Asam jawa Tamarindus indica, Kelapa Cocos nucifera, Pinang Areca catechu, Pandan Pandanus tectorius, Jarak pagar Jatropha curcas, Juwet Zyzygium cumini, Kudakuda Lannea spp., Mindi Melia azadiractha, Mahoni Swietenia mahagoni. Bila jenis mangrove dan tanaman pantai lebih banyak memberikan manfaat kepada lingkungan (misalnya sebagai peredam gelombang dan angin, pencegah abrasi dll), maka tanaman-tanaman selain mangrove seperti yang diuraikan di atas lebih banyak memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat, misalnya melalui hasil buah, kayu, daun dsbnya. Bahkan hasil dari beberapa jenis tanaman tersebut laku dijual sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Atas dasar alasan inilah maka jenis tanaman ini dikenal luas dengan istilah Multi Purpose Tree Species (MPTS) atau tanaman multi guna.
Gambar 58. Kecambah Pandan, buah Jarak pagar, pohon Kuda-kuda, daun Juwet dan pohon Gamal (searah jarum jam dari kiri).
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
77 3
Bila jenis mangrove dan tanaman pantai ditanam di sekitar pantai, maka tanaman MPTS ini pada umumnya ditanam masyarakat di atas lahan pribadi/tanah milik, misalnya di pekarangan atau di kebun. Teknik budidaya jenis-jenis tanaman ini tidaklah sulit. Banyak diantara masyarakat telah berhasil menanam dan membudidayakannya di lingkungan mereka. Tabel di bawah ini adalah uraian singkat mengenai teknik budidaya beberapa jenis tanaman MPTS. Tabel 10. Ringkasan teknik budidaya beberapa jenis tanaman MPTS Jenis tanaman Gamal (Leguminosae)
Kegunaan
Pembibitan
Penanaman dan pemeliharaan
Keterangan
• Daun: Kompos, makanan ternak • Kayu: Pallet, kayu bakar
Tidak membutuhkan pembibitan karena tanaman gamal lebih efektif ditanam melalui stek batang.
• Waktu tanam: awal atau sepanjang musim penghujan • Lokasi penanaman: Areal terbuka, tanah mineral atau tanah berpasir. • Jarak tanam : 3 m x 3 m (untuk produksi kayu) atau 0.5 m x 0.5 m (tanaman pagar).
• Teknik menanam stek batang: Potongan stek batang berdiameter 10-20 cm sepanjang 1-1,5 m ditancapkan pada tanah sedalam + 30 cm. Bagian yang ditancapkan adalah potongan pangkal dengan arah potongan miring. • Pemberian hormon pertumbuhan (misalnya Rotoone F) pada potongan pangkal stek sangat dianjurkan.
Kuda-kuda (Meliaceae)
• Daun: Pakan ternak • Kayu: kontruksi, perkakas
• Sama dengan di atas
• Sama dengan di atas
Sama dengan di atas
Kemiri (Euphorbiaceae)
• Biji: Bahan kosmetik, shampo, bahan dapur • Kayu: Kontruksi ringan, pallet, kayu bakar
• Melalui biji. • Media tanam: campuran tanah topsoil dan kompos (perbandingan 1 :1). • Bibit siap tanam: 4-6 bulan.
• Waktu tanam: awal atau sepanjang musim penghujan • Lokasi penanaman: Di kebun atau pekarangan yang tanahnya mineral. • Jarak tanam : 5 m x 5 m.
• Mengingat kulit biji (cangkang) sangat keras, maka perlakuan tambahan diberikan sebelum biji disemai. Perlakuan tambahan tersebut adalah memukul kulit biji hingga retak. • Pemupukan sangat dianjurkan untuk meningkatkan produksi buah.
478
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Tabel 10 (lanjutan) Penanaman dan pemeliharaan
Jenis tanaman
Kegunaan
Pembibitan
Asam Jawa (Leguminosae)
• Buah: Bahan permen, bumbu dapur • Kayu: Kontruksi berat, meubel, perkakas,
• Melalui biji. • Media tanam: campuran tanah topsoil dan kompos (perbandingan 1 :1). • Bibit siap tanam: 6-8 bulan.
• Waktu tanam: awal atau sepanjang musim penghujan • Lokasi penanaman: Kanan dan kiri jalan. • Jarak antar bibit: 5 m 10 m.
• Biji asam sangat keras sehingga memerlukan perlakuan tambahan sebelum biji ditanam, misalnya dijemur atau disangrai (di goreng kering). • Biji sebaiknya dikecambahkan terlebih dahulu pada bedeng tabur, baru kemudian disapih ke dalam polibag.
Kelapa (Palmae)
• Buah: Kopra, Natta de coco • Daun: Kerajinan tangan, hiasan • Kayu: Kontruksi ringan, kerajinan tangan
• Melalui buah • Tidak memerlukan polibag • Bibit siap tanam: 6-8 bulan.
• Waktu tanam: awal atau sepanjang musim penghujan • Lokasi penanaman: di kebun masyarakat atau di pekarangan. • Jarak tanam: 5 m x 5 m atau 10 m x 10 m.
Untuk memudahkan tumbuhnya tunas, bagian pangkal buah dipangkas hingga terlihat serabutnya. Penyiraman harus dilakukan secara teratur pada pagi dan sore hari
Pinang (Palmae)
• Buah: Bahan dapur, Makanan • Batang: untuk panjat pinang • Dapat dijadikan tanaman pagar
• Melalui buah • Media tanam: campuran tanah topsoil, kompos, dan pupuk NPK (perbandingan 2:1:1) • Bibit siap tanam: 4-6 bulan.
• Waktu tanam: SDA • Lokasi penanaman: di kebun masyarakat atau di sekeliling pekarangan. • Jarak tanam: 3 m x 3 m (untuk produksi buah) atau 0.5 m x 0.5 m (untuk tanaman pagar).
Untuk memudahkan perkecambahan, buah pinang sebaiknya diperam terlebih dahulu hingga tunasnya muncul. Setelah itu baru di pindahkan ke dalam polibag.
Pandan (Pandanaceae)
• Daun: Kerajinan tangan (tikar, kipas, dll). • Bunga: dapat dijadikan wangiwangian • Dapat dijadikan tanaman pagar
• Melalui buah • Media: tanah berpasir • Bibit siap tanam: 6-8 bulan.
• Waktu tanam: SDA • Lokasi penanaman: bagian belakang pantai berpasir, terutama yang ditumbuhi herba galaran Ipomea pescaprae. • Jarak tanam : 3 m x 3 m atau 5 m x 5 m.
Untuk memudahkan perkecambahan, buah pandan sebaiknya diperam terlebih dahulu hingga tunasnya muncul. Setelah itu baru di pindahkan ke dalam polibag.
Jarak pagar (Euphorbiaceae)
• Biji: Dapat diolah menjadi minyak kompor dan biodisel
• Melalui biji • Media: tanah berpasir • Bibit siap tanam: 4-6 bulan.
• Waktu tanam: SDA • Lokasi penanaman: Di tanah kering disekitar pekarangan. • Jarak tanam : 1 m x 1 m (untuk tanaman pagar) atau 3 m x 3 m (untuk produksi buah).
Selain menggunakan biji, penanaman dengan cara menyetek batang bisa dilakukan. Namun hasil produksi buah lebih rendah dibandingkan dengan tanaman jarak asal biji.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Keterangan
79 3
Tabel 10 (lanjutan) Jenis tanaman
Kegunaan
Juwet (Myrtaceae)
• Buah: Bahan makanan • Kayu: kontruksi, perkakas
Penanaman dan pemeliharaan
Keterangan
• Melalui biji
• Waktu tanam: SDA
-
• Media: campuran tanah topsoil dan kompos (perbandingan 1:1)
• Lokasi penanaman: di kebun, pekarangan, atau di pematang sawah.
Pembibitan
• Bibit siap tanam: 4-6 bulan. Mahoni (Meliaceae)
• Biji: obat malaria
• Melalui biji
• Waktu tanam: SDA
• Kayu: bahan bangunan, kayu lapis, patung, furniture
• Media: campuran tanah topsoil dan kompos (perbandingan 1:1)
• Lokasi penanaman: di kanan-kiri jalan, kebun, dan di hutan tanaman.
• Pohon: peneduh
• Bibit siap tanam: 4-6 bulan. Mindi (Meliaceae)
• Jarak tanam : 5 m x 5 m
• Daun dan kulit batang: Obat malaria • Kayu: kontruksi berat, perkakas
• Jarak antar bibit: 5 m 10 m (untuk penamanan di kanankiri jalan) atau 5 m x m (untuk produksi kayu).
• Melalui biji
• Waktu tanam: SDA
• Media: campuran tanah topsoil dan kompos (perbandingan 1:1)
• Lokasi penanaman: di sepanjang jalan, sekitar pekarangan
Sebelum biji disemai, sayap biji harus dibuang. Salanjutnya, biji direndam dalam air selama 2-3 jam. Setelah itu, biji segera disemaikan.
Dapat ditanam di sekitar kantor atau jalan sebagai peneduh.
• Jarak tanam : 5 m x 5 m atau 5 m x 10 m
• Bibit siap tanam: 5-7 bulan.
Sebagian besar masyarakat di pesisir Aceh, Simeulue dan Nias telah membudidayakan beberapa dari tanaman MPTS diatas. Sebagian besar diantaranya, bahkan, telah mendapatkan manfaat secara langsung dan memperoleh penghasilan tambahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa selain berpartisipasi dalam rehabilitasi pesisir, penanaman tanaman MPTS juga akan memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
480
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
Daftar Pustaka E.B. Priyanto. 2001. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Pemotongan bagian buah Rhizophora mucronata di persemaian. Skripsi. WI-IP & PPRMInstiper. Yogyakarta. Field. C. D. 1996. Restoration of Mangrove Ecosystems. International Society for Mangrove Ecosystems. Okinawa. Japan. Khazali, M. 1999. Panduan Teknis Penanaman mangrove Bersama Masyarakat. Wetlands International Indonesia Programme. Bogor. O. Suka, S Takashima, K Taniguchi. 1999. Manual Silvikultur Mangrove. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesa & JICA. Rusila Noor, Y., M. Khazali, I N.N. Suryadiputra. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PKA/WI-IP, Bogor. Savitri. L. A & M. Khazali. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir : Pengalaman Pengembangan Tambak Ramah Lingkungan dan Rehabilitasi Mangrove di karangsong Indramayu. Wetlands International – Indonesia Programme. Bogor. Sugiarto. Ekariyono W, 1996. Penghijauan Pantai. Penebar Swadaya Jakarta.
Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai
81 3