PANDUAN PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
MODUL I KARAKTERISTIK DIODA I. Tujuan Percobaan Memahami prinsip kerja dari dioda dan karakteristiknya. II. Alat dan Bahan 1. Breadboard 4. Multimeter 2. Power supply 5. Kabel penghubung 3. Dioda III. Teori Dasar Dioda adalah komponen elektronika yang memiliki 2 kutub yaitu kutub positif yang disebut anoda dan kutub negatif yang disebut katoda. Arus listrik DC hanya dapat mengalir dari anoda ke katoda dan tidak dapat mengalir dari katoda ke anoda. Fungsi dioda secara umum adalah sebagai penyearah arus listrik, oleh sebab itu dioda umum digunakan sebagai pengubah arus AC menjadi arus DC. Dioda adalah sambungan bahan p-n yang berfungsi terutama sebagai penyearah. Bahan tipe-p akan menjadi sisi anode sedangkan bahan tipe-n akan menjadi katode. Berdasar pada polaritas tegangan yang diberikan kepadanya, dioda bisa berlaku sebagai sebuah saklar tertutup (apabila bagian anode mendapatkan tegangan positif sedangkan katodenya mendapatkan tegangan negatif) dan berlaku sebagi saklar terbuka (apabila bagian anode mendapatkan tegangan negatif sedangkan katode mendapatkan tegangan positif). Kondisi tersebut terjadi hanya pada dioda ideal-konseptual. Pada dioda faktual (riil), perlu tegangan lebih besar dari 0,7V (untuk dioda yang terbuat dari bahan silikon) pada anode terhadap katode agar dioda dapat menghantarkan arus listrik. Tegangan sebesar 0,7V ini disebut sebagai tegangan halang (barrier voltage). Dioda yang terbuat dari bahan Germanium memiliki tegangan halang kira-kira 0,3V. Kaki positif
(anoda)
P
Kaki negatif (Katoda)
N
. Semikonduktor tipe P
Semikonduktor tipe N sambungan (juction)
Gambar 1. Bagian-bagian dioda Dioda terbagi menjadi beberapa macam antara lain : 1. Dioda silikon Dioda silikon adalah dioda yang paling umum terdapat dipasaran dan banyak digunakan sebagai penyerah arus AC ke DC. 2. Cristal dioda (Cat’s Whisker) Dioda ini biasanya disebut dioda germanium, umum digunakan pada radio sebagai alat demodulasi. 3. Varactor dioda Varactor dioda adalah dioda yang digunakan untuk mengontrol tegangan listrik 4. Silicon Controler Rectifier (SCR) SCR hampir sama dengan Varactor, namun SCR lebih baik kinerjanya bila dibandingkan dengan varaktor
5. Photodioda Photodioda biasanya digunakan sebagai sensor 6. Laser dioda Laser dioda adalah hasil pengembangan dari LED sehingga cahaya yang keluar menjadi cahaya monokromatik yang koheren 7. Dioda Zener Dioda zener adalah dioda yang digunakan untuk menstabilkan tegangan listrik, dioda zener memiliki tegangan breakdown yang rendah. 8. Light emitting Dioda (LED) LED adalah sejenis dioda yang dapat menghasilkan cahaya 9. Gunn dioda Adalah dioda tegangan tinggi yang umum digunakan dalam mikrowave 10. Thermal dioda Thermal dioda adalah yang dapat digunakan untuk mengatur temperatur dengan mengatur besarnya tegangan yang melawatinya. Dioda ini banyak digunakan dalam sistem pendingin termoelektrik. Dioda tidak memiliki nilai yang spesifik, namun biasanya ukuran sebuah dioda dinyatakan dalam satuan berapa kuat arus dan tegangan maksimum yang dapat dilewatkan pada dioda. Dipasaran ukuran dioda dinyatakan dalam bentuk no tipe dioda yang telah ditetapkan oleh pabrik yang membuatnya. Contoh tipetipe dioda adalah1N4002, 1N4005, BY15 dan sebagainya. Lambang untuk macam-macam dioda adalah sebagai berikut :
Forward Voltage (Panjar Maju) Dioda berfungsi untuk membuat arus listrik mengalir pada satu arah saja. Seperti halnya orang yang mengeluarkan energi untuk membuka pintu dan melaluinya, listrik juga mengeluarkan energi saat melalui dioda. Tegangan listrik akan berkurang sekitar 0.7 Volt saat arus listrik melewati dioda (yang terbuat dari silikon). Tegangan sebesar 0.7 Volt ini disebut forward voltage. Reverse Voltage (Panjar Mundur) Dioda ideal tidak akan melewatkan arus yang mengalir pada arah yang berlawanan (dengan panah pada simbol dioda). Namun, secara praktis terdapat kebocoran, yaitu ada arus dilewatkan maksimum sebesar beberapa μA meski dapat diabaikan. Tegangan balik maksimum (maximum reverse voltage) sebesar 50V atau lebih adalah nilai maksimum tegangan (dengan arah arus berlawanan) yang masih dapat ditahan oleh dioda. Bila tegangan balik melebihi rating tegangan balik maksimum ini maka dioda akan rusak, kebocoran arus.
Dioda Signal Dioda jenis ini digunakan untuk meneruskan arus dengan nilai arus kecil, yaitu hingga 100mA. Contoh dioda jenis ini adalah dioda 1N4148 yang terbuat dari bahan silikon. Dioda Rectifier Dioda jenis ini digunakan dalam rangkaian Power Supply. Dioda tersebut berfungsi untuk mengubah arus bolak-balik ke arus searah. Rating maksimum arus yang dapat dilewatkan sama dengan 1A atau lebih besar dan maximum reverse voltage sama dengan 50V atau lebih besar . Dioda Zener Dioda ini digunakan untuk memperoleh tegangan (dioda zener) yang tetap ketika reverse voltage sudah berada di daerah breakdown. Ketika reverse voltage, meski nilainya berubah-ubah, asalkan berada di daerah breakdown maka tegangan dioda zener tersebut akan tetap. Karakteristik Dioda Kita dapat menyelidiki karakteristik statik dioda, dengan cara memasang dioda seri dengan sebuah catu daya dc dan sebuah resistor. Kurva karakteristik statik dioda merupakan merukan fungsi dari arus ID, arus yang melalui dioda terhadap tegangan VD, beda tegangan antara titik a dan b ( lihat gambar 2).
Gambar 2. Kurva Karakteristik Dioda Karakteristik ststik dioda dapat diperoleh dengan mengukur tegangan dioda Vab dan arus yang melalui dioda yaitu ID. Dapat diubah dengan dua cara yaitu mengubah VDD. Bila arus dioda ID kita plotkan terhadap tegangan dioda Vab, kita peroleh karakteristik dioda. Bila anoda berada pada tegangan lebih tinggi daripada tegangan katoda (VD positif) dioda dikatakan mendapatkan bias forward.Bila VD negatif disebut bias reverse atau bias mundur. Dioda yang biasa tidak akan mengijinkan arus listrik untuk mengalir secara berlawanan jika dicatu-balik (reversebiased) di bawah tegangan rusaknya. Jika melampaui batas tegangan rusaknya, dioda biasa akan menjadi rusak karena kelebihan arus listrik yang menyebabkan panas. Namun proses ini adalah reversibel jika dilakukan dalam batas kemampuan. Dalam kasus pencatuan-maju (sesuai dengan arah gambar panah), dioda ini akan memberikan tegangan jatuh (drop voltage) sekitar 0.6 Volt yang biasa untuk dioda silikon. Tegangan jatuh ini tergantung dari jenis dioda yang dipakai.
IV. Prosedur Percobaan 1. Karakteristik Dioda a. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 3 di bawah ini menggunakan breadboard. b. Atur resistor variabel (potensiometer) untuk mendapatkan nilai tegangan dc sebesar 1 V, 1.2 V, 1.4 V, 1.6 V dan 1.8 V c. Ukur dan catat arus yang mengalir pada rangkaian dioda untuk setiap tegangan yang diberikan. Masukkan datanya ke dalam tabel 1. d. Buat grafik hubungan arus dengan tegangan berdasarkan data tersebut. e. Posisikan resistor variabel sehingga didapat nilai tegangan sebesar 0 Volt. f. Pasangan Voltmeter dan Ampermeter pada dioda. e. Naikkan perlahan nilai tegangan dengan merubah resistor variabel hingga nilai maksimum yang didapat. g. Catat arus dan tegangan dioda. h. Buatlah grafik arus dengan tegangan, amati perubahan nilai tegangan jatuh pada dioda. Tarik kesimpulan dari fenomena tersebut. Tabel Pengamatan No Arus Tegangan 1 2 3 4 5
Gambar 3. Rangkaian Dioda 2. Dioda Zener a. Setting rangkaian seperti pada gambar berikut. b. Beritahukan kepada asisten pada saat memulai praktikum c. Atur nilai V dc pada nilai 4 Volt, tutup saklar. Ukur nilai arus yang mengalir dan tegangan pada dioda zener, catat harga yang didapat d. Ulangi prosedur percobaan diatas untuk nilai 2 V, 3V, 4V, 5V dan 6V, catat harga yang didapat. e. Balik polaritas dari dioda zener, ukur arus dan tegangan zener untuk tegangan sumber 4V dan 5V.
3. LED a. Setting rangkaian seperti pada gambar berikut, b. Beritahukan kepada asisten pada saat memulai praktikum c. Biarkan S1 dalam posisi terbuka, naikan perlahan nilai V AC variabel (pada posisi R2 minimum), amati perubahan kecemerlangan dari LED merah. Buat kesimpulan atas pengamatan tersebut. d. Setting V AC sebesar 6 Volt, naikan perlahan nilai resistor variabel (R2), amati perubahan kecemerlangan dari LED merah. Buat kesimpulan atas fenomena tersebut dan amati fenomena yang terjadi. Pada V AC 6 Volt ini, balik polaritas dari LED Merah, ulangin prosedur (e) dan amati fenomena yang terjadi. Kembalikan pada posisi semula. e. Tutup saklar S1, lakukan prosedur (d) dan (e). Amati kecemerlangan dari kedua LED tersebut.
MODUL II TEOREMA SUPERPOSISI A. Tujuan Menganalisis rangkaian menggunakan teori superposisi B. Dasar Teori Teori Superposisi Teori superposisi digunakan untuk menganalisa rangkaian yang terdiri dari beberapa sumber dan tahanan. Sumber dapat berupa tegangan atau sumber arus. Teori superposisi memudahkan menentukan arus pada suatu cabang dengan menganggap sumber bekerja satu per satu. Arus total pada cabang tersebut merupakan jumlah aljabar dari arus tiap-tiap sumber dengan memperhatikan arah arus. Apabila mengerjakan satu sumber, maka sumber yang lain dihubung singkat (untuk sumber tegangan) dan dihubung terbuka untuk sumber arus. Untuk lebih jelasnya perhatikan rangkaian pada Gambar 9 di bawah ini.
Untuk menghitung arus pada R2 dapat dilakukan dengan menghitung arus yang disebabkan V1 dan V2 secara bergantian kemudian dijumlahkan. Langkah – langkah menghitung arus pada R2 adalah sebagai berikut : 1. Arus oleh sumber tegangan V1 adalah I1, rangkaian ekivalen seperti Gambar 1.
Menghitung arus oleh sumber tegangan V2 , V1 dihubung singkat maka rangkaian ekivalen sebagai berikut (Gambar 2.) :
Arus yang mengalir pada R2 yaitu I merupakan jumlah dari I1 dan I2 karena arahnya sama.
C. Alat dan Bahan 1. Power supply 2. Multimeter 3. Resistor 4. Kabel jumper 5. Breadboard D. Prosedur Kerja 1. Buatlah rangkaian seperti rangkaian 1. 2. Ukurlah masing-masing hambatan. 3. Aturlah sumber tegangan V1= 5 volt dan V2=7 volt ! 4. Setelah rangkaian benar hubungkan saklar S dan catat arus yang mengalir di I1 I2 dan I3! 5. Hubungkanlah secara singkat V1 sehingga manjadi seperti rangkaian 2. 6. Kemudian ukur dan catatlah arus yang mengalir pada R2. 7. Kembalikan seperti rangkaian 1. Dan dilanjutkan menghubungkan secara singkat V2 sehingga menjadi seperti rangkaian 3. 8. Ukur dan catatlah hasil pengukuran seperti dengan tabel yang telah disiapkan.
Rangkaian 1.
Rangkaian 2.
Rangkaian 3.
E. Tabel Pengamatan Tabel 1. V1 V2
Tabel 2. V1
I1
I1
I2
V2
I3
I2
MODUL III PENGUAT OPERASIONAL A. Tujuan Mempelajari karakteristik penguat Menganalisis penguat pembalik OpAmp. Menganalisis penguat non pembalik OpAmp. B. Dasar Teori Operational Amplifier atau di singkat op-amp merupakan salah satu komponen analog yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika. Aplikasi op-amp yang paling sering dipakai antara lain adalah rangkaian inverter, non-inverter, integrator dan differensiator. Penguat operasional atau yang dikenal sebagai Op-Amp merupakan suatu rangkaian terintegrasi atau IC yang memiliki fungsi sebagai penguat sinyal, dengan beberapa konfigurasi. Secara ideal Op-Amp memiliki impedansi masukan dan penguatan yang tak berhingga serta impedansi keluaran sama dengan nol. Dalam prakteknya, Op-Amp memiliki impedansi masukan dan penguatan yang besar serta impedansi keluaran yang kecil. Op-amp memiliki simbol seperti yang terlihat pada gambar (1).
Gambar 1 Simbol Op-Amp Secara garis besar, terdapat 4 pin utama dari Op-Amp, yaitu masukan inverting (tanda minus), masukan noninverting (tanda plus), masukan tegangan positif, masukan tegangan negatif dan pin keluaran. Di samping pin tersebut terdapat satu pin untuk adjustment. Beberapa penerapan OpAmp diantaranya adalah: A. Penguat Inverting Rangkaian untuk penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan gambar (2).
Gambar 2. Rangkaian Penguat Inverting
Penguat ini memiliki ciri khusus yaitu sinyal keluaran memiliki beda fasa sebesar 180o. Pada rangkaian penguat yang ideal memiliki syarat bahwa tegangan masukan sama dengan 0 dan impedansi masukan tak terhingga. Sehingga dari rangkaian tersebut dapat diperoleh rumus penguat adalah sebagai berikut :
dimana i- = 0, maka
Substitusi persamaan (2) dan (3) ke persamaan (1) sehingga diperoleh
Tanda (-) negatif menunjukkan terjadi pembalikan pada keluarannya atau memiliki beda fasa sebesar 1800 dengan masukannya. Penguat Non-inverting, Rangkaian untuk penguat non-inverting adalah seperti yang ditunjukkan gambar (3).
Gambar 3. Rangkaian Penguat Non-Inverting Penguat tersebut dinamakan penguat non-inverting karena masukan dari penguat tersebut adalah masukan non-inverting dari Op Amp. Tidak seperti penguat inverting, sinyal keluaran penguat jenis ini sefasa dengan sinyal masukannya. Seperti pada rangkaian penguat inverting syarat ideal sebuah penguat adalah tegangan masukan sama dengan 0 dan impedansi masukan tak terhingga. sehingga dari rangkaian tersebut dapat diperoleh rumus penguat adalah sebagai berikut :
Substitusi persamaan (5) dan (6) ke persamaan (1) sehingga diperoleh
Rangkaian penguat inverting maupun non-inverting biasanya menggunakan IC OpAmp 741. Dengan memahami prinsip kerja dari rangkaian ini, maka rangkaian pengembangan dari rangakaian Op-Amp ini seperti rangkaian ADC (Analog to Digital Converter), DAC (Digital to Analog Converter), Summing (penjumlahan) dan yang lainnya juga dapat dipahami. Berikut datasheet dari IC 741:
Gambar 4. Confiurasi Pin Out Op-Amp741 C. Peralatan yang digunakan 1. Logic circuit trainer. 2. Kabel seperlunya. 3. Multimeter. 4. Osiloskop. 5. Power Supply, function generator. 6. IC OpAmp 741 dan resistor. D. Prosedur praktikum Penguat Pembalik (Inverting) 1. Rangkailah rangkaian penguat pembalik seperti pada gambar 5.1.
XSC1 Ext Trig +
-15V
_ B
A
XFG1
R1
1
_
+
R2
4
3
_
+
Vee
2 741
2
0 6
0 3
0
7
1
5
Vcc
15V
Gambar 5.1. Rangkaian penguat pembalik OpAmp. 2. Atur frekuensi generator sebesar 50 Hz dengan Vin = 0,5 Vpp, R1 = 1 Kohm dan R2 = 10 Kohm. 3. Hubungkan oscilloscope pada input dan output Op-Amp. 4. Amati bentuk gelombang yang dihasilkan dari input dan output. 5. Bandingkan nilai pengukuran Vout dan perhitungan Vout.
Penguat Non Pembalik (Non-Inverting). 1. Rangkailah rangkaian penguat nonpembalik seperti pada gambar 5.2. XSC1 Ext Trig +
-15V
_ B
A
3
Vee
R2
_
+
1
4
0
+
_
R1
741
2
0 6
XFG1 3
2 0
7
1
5
Vcc
15V
Gambar 5.2. Rangkaian penguat nonpembalik OpAmp. 2. Atur frekuensi generator sebesar 50 Hz dengan Vin = 1 Vpp, R1 = 1 Kohm dan R2 = 10 Kohm. 3. Hubungkan oscilloscope pada input dan output Op-Amp.
4. Amati bentuk gelombang yang dihasilkan dari input dan output. 5. Bandingkan nilai pengukuran Vout dan perhitungan Vout. E. Tabel Pengamatan Tabel 1. Rangkaian Inverting Tegangan Sumber Frekuensi V1=
Penguatan
Hambatan
Penguatan
R1= R2=
Tabel 1. Rangkaian Non-Inverting Tegangan Sumber Frekuensi V1=
Hambatan
R1= R2=
MODUL IV
TRANSISTOR BIPOLAR I. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui karakteristik transistor bipolar 2. Menentukan pengaruh bias maju dan bias balik pada junction basis-emiter. 3. Menguji dan mengukur penguatan arus pada transistor NPN dan PNP II. Alat dan Bahan 1. Power supply 2. Transistor BD139 3. Mult meter
4. Resistor 5. Breadboard 6. Kabel penghubung
III. Teori Dasar Karakteristik Transistor Bipolar Salah satu cara untuk membayangkan bagaimana transistor bekerja, yaitu dengan membuat grafik yang menghubungkan arus dan tegangan transistor. Dapat diperoleh kurva kolektor CE dengan membentuk suatu rangkaian seperti gambar 3.1, yaitu dengan mengubah-ubah tegangan VBB dan VCC untuk memperoleh tegangan dan arus transistor yang berbeda-beda.
Gambar 3.1 Rangkaian untuk mengatur arus dan tegangan kolektor Untuk mendapatkan hasil yang baik, prosedur yang biasa digunakan yaitu dengan menentukan suatu nilai dari IB dan menjaganya tetap stabil sambil VCC diubah. Dengan mengukur IC dan VCE, diperoleh data untuk menggambar grafik IC dan VCE. Misalkan seperti gambar 3.1, kita tentukan IB konstan sebesar 10 uA. Kemudian dengan mengubah VCC, dapat terukur hasil IC dan VCE seperti kurva tergambar pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Kurva transistor dengan IB = 10 Ua Kurva pada gambar 3.2 menggambarkan penjelasan tentang kerja transistor. Jika VCE = 0, dioda kolektor tidak terbias balik, karena itu arus koletor sangat kecil. Untuk VCE antara 0 dan mendekati 1 V, arus kolektor naik dengan cepat dan kemudian menjadi hampir konstan. Ini berhubungan dengan gagasan membias balik dioda kolektor. Dibutuhkan kira-kira 0,7 V untuk membias dioda kolektor. Jika digambarkan beberapa kurva untuk IB yang berbeda-beda, diperoleh grafik seperti gambar 3.3. Karena menggunakan transistor dengan βdc kira-kira 100, maka arus kolektor 100 kali lebih besar daripada arus basis. Kurva ini seringkali disebut kurva kolektor statik karena yang digambarkan arus dan tegangan DC.
Gambar 3.3 Kurva transistor dengan IB variabel Juga diperhatikan tegangan breakdown, tegangan breakdown menjadi lebih kecil pada arus yang lebih besar. Ini berarti bahwa voltage compliance dari transistor berkurang untuk arus yang lebih besar. Semuanya ini dibutuhkan untuk mencegah breakdown pada segala keadaan. Ini menjamin bahwa transistor akan bekerja pada daerah aktif. Bias Transistor Prinsip dasar transistor bipolar merupakan pengembangan dari dioda, yakni rangkaian sambungan dua buah dioda. Pada transistor NPN, pembiasan maju dioda emiter mengendalikan jumlah elektron-elektron bebas yang diinjeksikan ke basis. Makin besar VBE, maka makin banyak jumlah elektron yang diinjeksikan sehingga arus yang dapat dihantarkan akan lebih besar.
Bias balik pada dioda kolektor mempunyai pengaruh yang kecil pada jumlah elektron yang memasuki kolektor. Memperbesar VBE akan mempertinggi arus kolektor, namun jumlah elektron yang tiba pada lapisan pengosongan kolektor akan tetap.
Gambar 3.4 Rangkaian dasar transistor NPN 3.5. Karena dioda emiter dan kolektor menunjuk ke arah berlainan, semua arus dan tegangan dibalik. Transistor PNP dikatakan komplemen dari transistor NPN. Kata “komplemen” menandakan bahwa semua tegangan dan arusnya berlawanan dengan yang dimiliki transistor NPN. Semua rangkaian NPN mempunyai rangkaian komplementer. Untuk mendapatkan trasnsistor PNP komplementer: 1. Gantilah transistor NPN dengan transistor PNP 2. Baliklah semua tegangan dan arusnya
Gambar 3.5 Transistor PNP dan aliran konvensional Gambar 3.6 memperlihatkan rangkaian transistor PNP komplementer, yang dilakukan adalah mengkomplemenkan tegangan dan arusnya serta mengganti transistor NPN dengan PNP.
Gambar 3.6 Rangkaian dasar transistor PNP III Prosedur Percobaan Karakteristik Transistor 1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 3.7 di bawah ini. 2. Pasang power supply pada VBB = 5 V (variabel) dan VCC = 5 V. 3. Mengatur VBB sebesar 0 V dengan membuka S2. 4. Mengatur RC bernilai 5 kΩ. Menutup S1. 5. Mencatat IB, IC, VRC, VBE, VCE pada Tabel 3.1. Membuka S1 6. Menutup S2, mengatur VBB=0,5 V 7. Mengatur RC bernilai 5 kΩ. Menutup S1. 8. Mencatat IB, IC, VRC, VBE, VCE pada Tabel 3.1. Membuka S1 9. Mengulangi langkah 4-8 dengan nilai RC diubah secara berturut-turut 4 kΩ, 3 kΩ, dan 2 kΩ. 10. Masing-masing data IB, IC, VRC, VBE, VCE dicatat pada Tabel 3.1. 11. Mengulangi langkah 6-10, namun mengatur VBB secara berturut-turut 4V dan 5 V. 12. Membuat grafik karakteristik transistor IC terhadap VCE dengan masing-masing IB konstan
Tabel pengamatan VBB Rc (kΩ) 0V 5 0,5 V 5 4 3 2 4V 5 4 3 2 5V 5 4 3 2
IB
IC
VBE
VRC
VCE
MODUL V PENGISIAN DAN PENGOSONGAN KAPASITOR 1. Tujuan Praktikum Memahami prinsip pengisian dan pengosongan kapasitor 2. Dasar Teori Kapasitor adalah komponen elektronika yang menyimpan muatan listrik. Satuan kapasitansi sebuah kapasitor adalah Farad (F). Dua hal yang perlu diperhatikan dalam rangkaian kapasitor yaitu rangkaian pengisian dan pengosongan kapasitor. Rangkaian pengisian dan pengosongan kapasitor terdiri atas kapasitor dan resistor yang dihubungkan dengan sumber tegangan DC.
Gambar 5.1 Rangkaian RC Seri a. Pengisian Kapasitor Pengisian kapasitor berarti menyimpan muatan kedalam kapasitor dengan cara menghubungkan kapasitor ke sumber tegangan.
b. Pengosongan Kapasitor Pengisian kapasitor berarti mengosongkan muatan yang ada didalam kapasitor dengan cara menghubungkan kapasitor dengan sebuah hambatan.
3. Alat dan Bahan - Power Supply - Kapasitor - Multimeter - Video Recorder/hp
- Kabel Jumper - Resistor - Stopwatch - Papan Breadboard
4. Tabel Pengamatan Pengisian Kapasitor t V
Pengosongan Kapasitor t V
Tugas Pendahuluan Modul Elektronika Dasar 1. 2. 3. 4.
Modul I Apa pengertian dan fungsi dioda? Sebutkan Jenis-jenis dioda serta fungsinya dalam rangkaian elektronik! Jelaskan yang dimaksud dengan bias maju, bias mundur, tegangan drop! Sebutkan
1. 2. 3.
Modul II Apa yang dimaksud dengan Teorema Superposisi? Apakah tujuan dari adanya teorema superposisi? Bagaimana perbedaan antara teorema superposisi dan hukum kirchohf II?
1. 2. 3. 4.
Modul III Apa yang dimaksud dengan penguat operational (OP AMP)? Sebutkan golden rules ideal dari op amp yang wajib dipenuhi! Jelaskan perbedaan penguat inverting dan non inverting! Apa manfaat rangkaian penguat operational?
3.
Modul IV Sebutkan Jenis-jenis transistor beserta fungsinya! Jelaskan beberapa keadaan pada rangkaian transistor berikut : a. Saturasi b. Cut Off Bagaimana prinsip kerja dari rangkaian transistor sebagai saklar
1. 2. 3. 4.
Modul V Apa pengertian dari kapasitor, kemudian termasuk dalam komponen aktif atau pasif? Mengapa kapasitor dapat menyimpan muatan? Sebutkan jenis-jenis kapasitor beserta fungsinya! Apa yang mempengaruhi besar dan kecilnya nilai kapasitansi pada kapasitor?
1. 2.