OPTIMALISASI PENDIDIKAN ISLAM MELALUI SINERGITAS LEMBAGA PENDIDIKAN ANTARA RUMAH, SEKOLAH DAN MASJID (Studi Analisis Pemikiran Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan dalam Bukunya Tarbiyatul Aulad Fil Islam)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata I (S.1) Dalam Bidang Pendidikan Islam
Oleh: NOR AFIFAH NIM : 131310000329 PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU) JEPARA 2015
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU) JEPARA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Akreditasi BAN-PT : Peringkat B Nomor : 192/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/IX/2013
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Ijin Penyelenggaraan SK Mendikbud RI Nomor : 149/E/2013
NOTA PEMBIMBING Lamp : I Berkas Hal
: Naskah Skripsi A.n.Sdr. Nor Afifah
Kepada: Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah membaca, mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap skripsi Saudara: Nama
: Nor Afifah
NIM
: 131310000329
Judul
: Optimalisasi Pendidikan Islam Melalui
Sinergitas
Lembaga Pendidikan Antara Rumah, Sekolah Dan Masjid (Studi Analisis Pemikiran Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan) Dengan
ini
saya
mohon
agar
skripsi
saudara
tersebut
dapat
dimunaqosahkan. Demikian Nota Pembimbing ini, atas perhatian Bapak, kami smpaikan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Jepara,
Agustus 2015
Pembimbing Skripsi
H. Mufid, M.Ag.
MOTTO
ﺐ ﻟِ َﻤ ْﻦ ﻳَـﺘَ َﻜﺎ َﺳ ْﻞ َ ﺴ ْﻞ َوَﻻ ﺗَ ُﻜ ْﻦ ﻏَﺎﻓِ ًﻼ ﻓَـﻨَ َﺪ َﻣﻪُ اﻟْﻌُ ْﻘ َ اِ ْﺟ َﻬ ْﺪ َوَﻻ ﺗَ ْﻜ “Bersunggu-sungguhlah dan janganlah malas dan jangan menjadi orang lalai karena penyesalan hanya milik orang-orang malas.”
ﺎب ٌ َﺲ ﻓِﻲ اﻟ ﱠﺰَﻣﺎ ِن ﻛِﺘ ٍ َﺧ ْﻴـ ُﺮ َﺟﻠِ ْﻴ “Sebaik-baiknya teman duduk sepanjang waktu adalah buku.”
vi
NOTA PEMBIMBING Lamp : I Berkas Hal
: Naskah Skripsi A.n.Sdr. Nor Afifah
Kepada: Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah membaca, mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap skripsi Saudara: Nama
: Nor Afifah
NIM
: 131310000329
Judul
: Optimalisasi Pendidikan Islam Melalui Pendidikan
Antara
Rumah,
Sinergitas Lembaga
Sekolah
Dan
Masjid
(Studi Analisis Pemikiran Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan dalam Bukunya Tarbiyatul Aulad Fil Islam) Dengan ini saya mohon agar skripsi saudara tersebut dapat dimunaqosahkan. Demikian Nota Pembimbing ini, atas perhatian Bapak, kami smpaikan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Jepara, 31 Agustus 2015 Pembimbing Skripsi
H. Mufid, M.Ag. viii
DEKLARASI Yang bertanda tanda di bawah ini : Nama
: Nor Afifah
Nim
: 131310000329
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul Skripsi : Optimalisasi Pendidikan Islam Melalui Pendidikan
Antara
Rumah,
Sinergitas Lembaga
Sekolah
Dan
Masjid
(Studi Analisis Pemikiran Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan dalam Bukunya Tarbiyatul Aulad Fil Islam) Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya. Jepara,11 September 2015 Saya yang menyatakan
NOR AFIFAH 131310000329
v
PERSEMBAHAN Untaian terima kasih penulis ucapkan kepada orang-orang terkasih, berkat motivasi dan do’anya sehingga karya yang sederhana ini bisa terwujud. Persembahan penulis berikan kepada : Ayah dan Ibu yang telah mencurahkan segala cinta, kasih sayangnya demi mendidikku kepada jalan hidup yang benar. Terima kasih atas do’a dan usahanya dalam mengantarkan menuju pendidikan yang lebih tinggi, semoga ilmu ini senantiasa tersalurkan dalam kebaikan dan bermanfaat. Kakak dan adik yang selalu ada buat aku, terimakasih untuk pengertian dan motivasinya. Teman-teman senasib dan seperjuangan UNISNU Jepara Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi PAI ku ucapkan terima kasih atas dukungan dan semangatnya. Kepada semua pihak yang membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima kasih atas semua bantuan dan sekaligus member inspirasi di dalam kepala saya. Kepada Almamaterku UNISNU Jepara. Kepada pembaca yang budiman. Thank you guys for being there iv
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh Alhamdulilah segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT Tuhan sekalian alam yang menguasai semua makhluk dengan segala kebesaran-Nya yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta karunianya,
sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam keharibaan Nabi Muhammad SAW penyampai risalah yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta. Skripsi berjudul : “Optimalisasi Pendidikan Islam Melalui
Sinergitas
Lembaga Pendidikan Antara Rumah, Sekolah Dan Masjid (Studi Analisis Pemikiran Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan)” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata I (S1) pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara spesifikasi pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terealisasikan. Untuk itu kami sampaikan terima kasih kepada : 1. Rektor UNISNU Jepara Bapak Prof. Dr. KH. Muhtarom, HM yang telah merestui pembahasan skripsi ini.
xi
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara Bapak Drs. Akhirin Ali, M.Ag. 3. Bapak Drs. Abdul Rozaq Alkam, M.Ag. pembantu Dekan I Fakultas Tarbiyah dan keguruan UNISNU Jepara. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penulisan skripsi ini. 4. Dosen Pembimbing Bapak H. Mufid, M.Ag. yang dengan susah payah meluangkan waktu, pikiran, serta tenaganya demi penyelesaian skripsi ini. 5. Dosen-dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama diperkuliahan. 6. Keluarga tercinta, yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil. 7. Untuk teman-teman senasib seperjuangan mahasiswa PAI “ A3” angkatan 2011 yang telah berjuang dan membantu memberi dukungan moril maupun materil selama kuliah. 8. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis namun tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian. Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan hidayah-Nya serta melipatgandakan balasan yang setimpal atas segala kebaikannya dan menjadikan amal soleh di sisi-Nya. xii
Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis mengakui skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, dengan hati terbuka, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kemajuan penulis. Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya untuk semua pihak yang telah memberikan dukungan, dan penulis berharap skripsi ini akan bermanfaat untuk kedepannya. Tidak hanya untuk penulis tetapi untuk semua yang membaca skripsi ini. Wabillahi taufiq wal hidayah Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Jepara, 11 September 2015 Penulis
NOR AFIFAH 131310000329
xiii
ABSTRAK
Nor Afifah (NIM : 131310000329). Optimalisasi Pendidikan Islam Melalui Sinergitas Lembaga Pendidikan Antara Rumah, Sekolah Dan Masjid (Studi Analisis Pemikiran Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan), Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Nahdlatul Ulama’ Jepara 2015. Pendidikan anak merupakan sesuatu yang urgent untuk diperhatikan. Hal ini disebabkan karena anak merupakan amanah dari Allah SWT yang harus dijaga, dididik, diarahkan, dibimbing, dilindungi, disayangi, dan dikasihi, supaya mereka kelak menjadi manusia yang benar-benar taat kepada Allah SWT. dan berbakti kepada kedua orang tua. Disamping itu anak terlahir dengan berbagai potensi yang dimilikinya yang perlu ditumbuh kembangkan. Selain itu anak merupakan bagian terpenting dari seluruh proses pertumbuhan manusia. Berkualitas atau tidaknya ia dimasa dewasa sangat dipengaruhi oleh proses pengasuhan dan pendidikan yang diterima dimasa kanak-kanaknya. Maka, banyak tokoh Islam yang mengatakan bahwa pada masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat tepat untuk membentuk kepribadian seorang anak. Dalam hal ini orang tua merupakan sumber utama dalam pembentukan kepribadian anak. oleh sebab itu, pendidikan yang baik merupakan pondasi utama menuju kepribadian yang baik pula. Sehingga perlunya kerjasama atau sinergitas ketiga lembaga pendidikan Islam antara Rumah, Sekolah, dan Masjid. Di antara faktor efektif dalam pembentukan kepribadian intelektual anak, rohani, dan fisiknya adalah mengadakan kerjasama atau sinergitas yang baik antara rumah, sekolah, dan masjid. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa rumah memiliki peranan tanggung jawab nomor satu dalam mendidik anak dari segi fisiknya. Maka dari itu, termasuk dosa besar bagi siapa saja yang menyia-nyiakan dan mengabaikan hak anak tersebut. Sedangkan di masjid, anak dididik rohaninya dan di sekolah anak dididik akidah, pengetahuan, dan wawasannya. Mengingat betapa pentingnya pendidikan anak, maka muncullah konsep Pengoptimalan pendidikan Islam anak melalui sinergitas tiga lembaga antara rumah, sekolah, dan masjid, menurut Abdullah Nashih ‘Ulwan. Beliau merupakan seorang tokoh pemikir Islam yang berasal dari kota Halb Syiria yang mempunyai pandangan bahwa anak merupakan aset yang berharga bagi orang tua, bangsa dan agama, dimana kemajuan atau kemunduran bangsa dan agama di pengaruhi oleh kualitas anak-anak. Banyak kiranya orang tua yang lalai dengan tugas mereka sebagai pendidik sehingga terciptalah anak-anak yang berakhlak buruk yang merugikan bangsa dan agama. Dari latar belakang diatas, maka penulis mengangkat sebuah judul “Optimalisasi Pendidikan Islam Melalui Sinergitas Tiga Lembaga Antara Rumah, Sekolah Dan Masjid (Studi Analisis Pemikiran Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan) Adapun fokus penelitian ini adalah bagaimana Sinergitas Lembaga Pendidikan Rumah, Sekolah dan Masjid sebagai Optimalisasi Pendidikan perspektif Abdullah Nashih ii
‘Ulwan dalam bukunya Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Pendidikan Anak Dalm Islam, dengan mensinergikan tiga lembaga pendidikan Islam sebagi bentuk optimalisasi. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian library research, dengan sumber data primer kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam karya Abdullah Nashih ‘Ulwan dan sumber data sekunder tokoh-tokoh pendidikan Islam kenamaan yang mendukung pendidikan keluarga, sekolah dan masjid. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Masyarakat dan Ilmu Pendidikan Islam karya zakiah daradjat dkk, dan Pendidikan Islam di Rumah sekolah dan Masyarakat karya Abdurrahman AnNahlawi. Dari penelitian tersebut terungkap bahwa Abdullah Nashih ‘Ulwan merumuskan konsep pendidikan anak yang holistik berdasarkan Al-Qur’an dan alHadits, yang dimulai dari pendidik, anak didik, Keberhasilan pelaksanaan pendidikan Agama pada anak sangat tergantung pada lingkungan, karena lingkungan merupakan sebuah wadah atau pusat untuk menyukseskan pelaksanaan pendidikan anak. Dalam usaha mencapai kepribadian anak yang baik menurut ‘Ulwan tidak dapat dilakukan sendirian, tetapi harus bersama-sama saling bersinergi atas dasar saling menolong dan saling melengkapi antara ketiga lingkungan ini yaitu keluarga, sekolah, dan masjid agar optimal. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan para pendidik memperhatikan anak didiknya dengan baik dan menggunakan konsep Islam yang telah jelas dan bersinergi saling bekerja sama dalam mengarahkan pendidik dalam mendidik anak yang benar.
iii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
i
HALAMAN ABSTRAK .....................................................................................
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv DEKLARASI .......................................................................................................
v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vi HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. vii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................. viii HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................... xi HALAMAN DAFTAR ISI .................................................................................. xv BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................
1
B. Penegasan Istilah………………………………………………....
6
C. Rumusan Masalah ..........................................................................
9
D. Tujuan Penelitian ...........................................................................
9
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 10 F. Kajian Pustaka………………………………………………..........11 G. Metode Penelitian........................................................................... 13 H. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................ 15
xv
BAB II : LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Islam Dan Dalil Tentang Pendidikan Islam............................................................................................... 18 B. Rumah Sebagai Lembaga Pendidikan Dasar ................................. 22 C. Sekolah Sebagai Lembaga Pendidikan Keterampilan Dan Pengetahuan Umum ....................................................................... 29 D. Masjid
Sebagai
Lembaga
Pendidikan
Spiritual
Dan
Pembentukan Kepribadian Islam ................................................... 33 E. Sinergitas Lembaga Pendidikan Rumah, Sekolah,Dan Masjid Sebagai Optimalisasi Pendidikan ……………………………...... 36 BAB III : KAJIAN OBJEK PENELITIAN A. Biografi Abdullah Nashih ‘Ulwan ................................................ 44 B. Pemikiran Abdullah Nashih ‘Ulwan Mengenai Sinergitas Tiga Lembaga Pendidikan Dalam Pengoptimalan Pendidikan Islam Yaitu Rumah, Sekolah, Dan Masjid............................................... 45 C. Karya-Karya Abdullah Nashih ‘Ulwan.......................................... 56 BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis
Efektifitas
Lembaga
Pendidikan
Terhadap
Perkembangan Pendidikan Islam Anak ........................................ 59 1. Analisis Efektifitas Lembaga Pendidikan Rumah ..................... 65 2. Analisis Efektifitas Lembaga Pendidikan Sekolah .................... 68 3. Analisis Efektifitas Lembaga Pendidikan Masjid ...................... 70
xvi
B. Analisis Efektifitas Pemikiran Abdullah Nashih ‘Ulwan Tentang
Sinergitas
Lembaga
Pendidikan
Islam
Dan
Relevansinya Pada Dunia Pendidikan Era Modern ....................... 75 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 81 B. Saran-saran .................................................................................... 83 C. Penutup .......................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia atau dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk “memanusiakan” manusia melalui pendidikan manusia tumbuh berkembang secara wajar dan “sempurna” sehingga dapat melaksanakan tugas sebagai manusia.1 Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya berlangsung didalam kelas, tetapi berlangsung pula diluar kelas. Pendidikan bukan hanya bersifat formal.Tetapi juga nonformal. Secara subtansial, pendidikan tidak sebatas pengembangan intelektualitas manusia, tidak hanya meningkatan kecerdasan, melainkan mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia.2 Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak manusia untuk dapat melaksanakan islam sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah di antara kebutuhan tersebut adalah : a. untuk menyelamatkan anak-anak didalam tubuh manusia pada umumnya dari ancaman dan hilang sebagai korban hawa nafsu para orang tua terhadap kebendaan, sistem matrealistis non-humanistis, pemberian
kebebasan
yang
berlebihan
dan
pemanjaan,
b.
Untuk
menyelamatkan anak di lingkungan bangsa-bangsa yang sedang berkembang 1
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung : Rosda Karya, 2005), hlm. 1. Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2009), hlm. 53.
2
1
2
dan lemah ketundukan, kepatuhan dan penyerahan diri kepada kekuasan kedzhaliman dan penjajaan.3 Pendidikan adalah menguatkan hubungan antara pendidik dan anak untuk menyempurnakan interaksi pendidikan dengan sebaik-baiknya, selain menyempurnakan pembentukan intelektual, mental, dan akhlak anak. Orang tua dirumah sebagai penanggung jawab pertama pendidikan anak secara jasmani dan akhlak, sedangkan di masjid anak dididik rohaninya dan disekolah anak dididik Akidah, pengetahuan, dan wawasannya. Jika terjadi keretakan atau adanya jarak anak dan pendidik, maka tidak mungkin terjadi pengajaran atau terwujudnya proses pendidikan, oleh karena itu, orang tua dan pendidik lainnya harus mencari sarana dan cara yang positif serta aktif untuk membuat anak mencintai mereka, menguatkan hubungan di antara mereka, membuat kerjasama, dan membuat mereka merasa disayangi.4 Generasi muda kita yang sekarang pada umur-umur pertumbuhan merupakan tumpuan harapan bangsa untuk melanjutkan pembangunan yang sedang berjalan cepat menuju hari esok yang dicita-citakan. Bagaimana caranya untuk membentengi mereka dari kemungkinan pengaruh yang merusak itu, dan bagaimana pula memperbaiki mereka yang terkena jipratan bahaya negatif dari keadaan yang tidak menyenangkan. Rumah memang merupakan lembaga awal dalam pembinaan yang dilakukan oleh kedua orang tua (Ayah dan Ibu) untuk menggembleng putra 3
Abdurrahman an-Nahlawi, Prisip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung : CV. Diponegoro, 1989), hlm. 40. 4 Abdullah Nashih ‘Ulwan, Tarbiyatul ‘Aulad fil Islam, Pendidikan Anak Dalam Islam, Terj. Arif Rahman Hakim, Lc, (Solo : Insan Kamil, 2012), Cet. 1. hlm. 834.
3
putrinya menjadi seorang yang beradab, berakhlak, dan bertauhid kepada Allah SWT. Jika pembinaan tersebut tidak terlaksana dengan semestinya, berarti proses pendidikan tidak jalan dan orang tua telah menciptakan kegagalan suatu generasi, sehingga tidak heran apabilah dekadensi moral dan portitusi selalu membanyangi dalam masyarakat kita.5 Orang tua merupakan pembina pribadi yang pertama dan utama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua sikap dan cara hidup mereka, serta kedisiplinan yang diterapkan dalam keluarga merupakan unsur-unsur pendidikan tidak langsung yang dengan sendirinya akan di internalisasi masuk ke dalam pribadi anak. Lebih lanjut lagi Zakiah menegaskan bahwa keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula.6 Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak tumbuh dengan baik pula, jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peranan ibu dalam keluarga amat penting. Dialah yang
pengatur,
membuat
rumah
tangganya
menjadi
surga
bagi
anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya.7
5
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2011),hlm. 112. Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Masyarakat,(Jakarta: Ruhama, 1995), hlm. 41. 7 Ibid,Hlm. 47. 6
4
Di sekolah anak mengembangkan pendidikan yang telah ia terima di dalam keluarga. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan kedua, dimana semua unsur atau pendidik, anak didik, administrator, konselor secara bersama-sama melaksanakan pendidikan teratur dan berencana.8 Keadaan masjid, musholla dan tempat-tempat penyelenggaraan kegiatan keagamaan, juga mempengaruhi sikap anak terhadap agamanya. Bila masjid, musholla dan tempat-tempat kegiatan keagamaan itu bagus, rapi, bersih, dan menarik, si anak akan merasa bahwa agamanya baik, agung dan terpandang, sebagaimana ditampilkan oleh keadaan fisik dari masjid, musholla dan ruang keagamaannya kurang baik, kurang bersih dan tidak teratur, atau terlalu sederhana jika dibandingkan dengan rumah-rumah disekitarnya yang tampak bagus, mewah dan amat menyenangkan, maka si anak akan merasa bahwa agamanya kurang bergengsi Penampilan guru agama juga mempengaruhi anak didik. Apabila guru agama rapi, necis, berwibawa, percaya diri dan air mukanya memancarkan keimanan dan ketentraman batin, maka anak didik akan tertarik kepada guru agamanya. Anak didik akan hormat, kagum dan sayang kepadanya. Hal tersebut akan menimbulkan sikap yang lebih positif terhadap agama yang diajarkan oleh guru tersebut.9 Selain sekolah dan masyarakat, keluarga adalah lembaga pendidikan pertama yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan.Karena lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, 8
Ansharullah, Pendidikan Islam Intelligences,(Jakarta: STEP, 2011),Hlm.107. 9 Zakiah Daradjat, Op.Cit., Hlm. 84.
Berbasis
kecerdasan
Jamak
Multiple
5
tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainnya.10 Pengaruh luar sangat berperan dalam menumbuhkembangkannya, khususnya pendidikan. Adapun pendidikan yang paling berpengaruh, yakni pendidikan dalam keluarga. Apabila dilingkungan keluarga anak-anak tidak diberikan pendidikan agama, biasanya sulit untuk memperoleh kesadaran dan pengalaman agama yang memadai.11 Dari hal tersebut jelas bahwa orang tua mempunyai tanggung jawab dalam pendidikan yang direalisasikan dengan mengadakan kerjasama dengan sekolah dan masjid atau tempat-tempat penyelenggaraan kegiatan keagamaan. Sekolah mendidik secara formal dan orang tua mendidik secara informal agar dengan kesatuan arah akan membawa keuntungan bagi anak dan perilaku belajarnya. Serta Masjid sebagai lembaga pendidikan spiritual dan pembentukan kepribadian Islam untuk anak. Dengan demikian keberhasilan anak belajar banyak terpengaruh oleh bagaimana situasi keluarga dalam membantu proses belajarnya. Mengingat waktu yang dipergunakan anak lebih dominan di lingkungan keluarga dari pada di sekolah dan masjid. Sehingga orang tua besar peranannya dalam menciptakan situasi kelurga yang mendukung anak dalam mengembangkan proses dan aktivitas perilaku belajarnya. Salah satu kondisi keluarga yang mendukung perilaku belajar anak adalah adanya optimalisasi pendidikan melalui sinergitas lembaga pendidikan rumah, sekolah dan masjid. Dengan 10
Zuhairini, et. al., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), hlm. 177. Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2004),hlm.227.
11
6
keharmonisan keluarga, ayah dengan ibu serta dengan anak, orang tua dapat mengajar anak untuk mengendalikan keinginan-keinginannya, membatasi berbagai macam hasratnya dan menetapkan berbagai sasaran aktivitasnya, teramasuk aktivitas anak dalam belajar. Untuk itu, suri tauladan, bimbingan, dan pengawasan serta kontrol dari orang tua dan guru di lembaga sekolah dan lembaga pendidikan spiritual keagamaan seperti Masjid sebagai sarana, mempunyai peranan penting untuk mengantarkan anak pada taraf kedewasaan, menumbuhkan tanggung jawab belajar dan melaksanakan kegiatan belajar secara optimal serta tidak bergantung pada orang lain. Berangkat dari latar belakang inilah, penulis tertarik untuk meneliti tentang sinergitas lembaga pendidikan Rumah, Sekolah dan Masjid yang kemudian penulis beri judul “Optimalisasi Pendidikan Islam Melalui Sinergitas Lembaga Pendidikan Antara Rumah, Sekolah Dan Masjid (Studi Analisis Pemikiran Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan dalam Bukunya Tarbiyatul Aulad Fil Islam)” B. Penegasan Istilah 1. Studi Analisis Studi adalah penelitian ilmiah, kajian atau telaahan12 sedangkan Analisis yaitu penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaaan yang sebenarnya (sebab-
12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 1093.
7
musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).13Jadi studi analisis adalah penelitian ilmiah terhadap suatu peristiwa (karanagan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. 2. Optimalisasi Pendidikan Islam Optimal adalah terbaik, tertinggi, paling menguntungkan atau menjadikan paling baik, menjadikan paling tinggi.14 Pendidikan adalah sistem proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan, dan pematangan diri.15 Islam adalah Agama yang diridhoi Allah.16 Agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan kedunia melalui wahyu Allah SWT.17 Pendidikan Islam adalah yang membicarakan tentang paradigma sistem dan proses pendidikan yang berdasarkan Islam dan atau sejalan dengan ajaran Islam baik yang dimunculkan dari dasar Islam (Al-Qur’an Hadist), atau produk historis-teoritis, maupun praktis-Empiris dalam Islam dan selalu dikembangkan oleh akal manusia berdasarkan pertumbuhan, perkembangan, dinamika budaya, dan peradaban umat Islam dari generasi ke generasi sepanjang sejarah Islam, sehingga menemukan konsep atau teori baru dalam dunia pendidikan Islam.18 13
Ibid, hlm. 43. Ibid, hlm. 800. 15 Suparlaman Suhartono, Filasafat Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 14
80.
16
Sudarsono, S.H. ,Kamus Agama Islam, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1994), hlm. 121. Achmad Maulana, DKK, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, (Yogyakarta : Absolut, 2011), hlm. 444. 18 Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Yogyakarta : SUKSES Offset, 2008), hlm. 67. 17
8
3. Lembaga Pendidikan Rumah, Sekolah, dan Masjid Lembaga
adalah
yayasan
yang
bergerak
dalam
bidang
penyelenggaraan pendidikan, kemasyarakat.19Badan (organisasi) yang tujuannya melakukan sesuatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha.20 Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal, berkenaan dalam urusan rumah.21 Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.22 Masjid adalah rumah untuk bersembahyang atau beribadah.23 Rumah ibadah umat islam.24Tempat Sholat dan bermunajat kepada Allah sang pencipta Khalid dan tempat merenung dan menata masa depan (zikir).25 4. Abdullah Nashih ‘Ulwan Salah seorang pemikir pada abad ke-20 dari kota Halb, Syiria. Beliau mendasarkan segala ide pemikirannya pada Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah SAW. Mengenai pemikirannya diantara faktor efektif dalam pembentukan kepribadian intelektual anak, rohani, dan fisiknya adalah mengadakan kerjasama yang baik antara Rumah, Sekolah, dan Masjid 19
Achmad Maulana, DKK, Op.Cit. hlm. 268. Departemen Pendidikan Nasional,Op.Cit.hlm. 655. 21 Ibid, hlm. 966. 22 Ibid, hlm. 1013. 23 Ibid, hlm. 634. 24 Achmad Maulana, DKK, Op.Cit.hlm. 293. 25 Samsul Nizar, Op.Cit. hlm. 116. 20
9
bahwa anak akan menjadi sempurna kepribadiannya baik itu rohani, jasmani, akal, dan mental sebagai hasil dari kerjasama tersebut bahkan menjadi anggota masyarakat yang aktif dalam memajukan umat dan memuliakan agamanya. Dan
merupakan seorang pemerhati pendidikan
terutama pendidikan Islam.26 Dari uraian beberapa pengertian penegasan istilah tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa maksud dalam proposal skripsi ini adalah bagaimana sebenarnya konsep yang ditawarkan oleh Abdullah Nashih ‘Ulwan tentang Optimalisasi pendidikan Islam melalui Sinergitas Lembaga Pendidikan antara Rumah, Sekolah dan Masjid untuk anak dalam keluarga yang harus diterapkan orang tua dalam pendidikannya. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang sebagaimana tersebut di atas, maka terdapat beberapa permasalahan yang perlu penulis kemukakan, yaitu: 1. Bagaimana Efektifitas Lembaga Pendidikan Terhadap Perkembangan Pendidikan Islam Anak? 2. Bagaimana Efektifitas Pemikiran Abdullah Nashih ‘Ulwan tentang Sinergitas Lembaga Pendidikan Islam dan Relevansinya pada Dunia Pendidikan Era Modern? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 26
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Op.Cit. hlm. 542.
10
1. Untuk
Mengetahui
Efektifitas
Lembaga
Pendidikan
Terhadap
Perkembangan Pendidikan Islam Anak. 2. Untuk Mengetahui Efektifitas Pemikiran Abdullah Nashih ‘Ulwan tentang Sinergitas Lembaga Pendidikan Islam dan Relevansinya pada Dunia Pendidikan Era Modern. E. Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis, yaitu diharapkan dapat memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang Pengoptimalan pendidikan Islam melalui kerjasama antara tiga lembaga pendidikan Rumah, Sekolah dan Masjid. Dengan demikian diharapkan akan menambah hazanah keilmuan baru dalam dunia pendidikan dan juga dapat dijadikan studi banding oleh peneliti lain. 2. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi peneliti sendiri maupun masyrakat pada umumnya. a. Manfaat bagi peneliti: Selain sebagai pelengkap persyaratan untuk menjadi sarjana Strata I, penelitian ini memberikan pengalaman yang sangat berharga, peneliti dapat mengamalkan apa yang dipelajari selama menjadi mahasiswa. Dan suatu ilmu baru yang didapat oleh peneliti, secara lebih mendalam dan komperhensif
mengenai
Pengoptimalan
pendidikan
Islam
melalui
kerjasama antara tiga lembaga pendidikan Rumah, Sekolah dan Masjid. b. Manfaat bagi masyarakat :
11
Masyarakat dapat mengambil manfaat penelitian ini dari segi keilmuan,
dimana
peneliti
berharap
supaya
masyarakat
Bisa
mengoptimalkan Pendidikan Islam anak-anaknya melalui kerja sama yang baik dengan kedua orang tua dirumah, dengan guru pengajar di sekolah, dan dengan guru/tokoh agama di masjid atau lembaga-lembaga islam lainnya. F. Kajian Pustaka Dari penelusuran yang penulis lakukan, penulis tidak menemukan suatu penelitian yang secara spesifik membahas sinergitas lembaga pendidikan Islam antara Rumah, Sekolah, dan Masjid. Namun penulis menemukan penelitian kajian terhadap berbagai sumber atau refrensi yang mempunyai kesamaan topik atau relevansi materi dengan pokok permasalahan, sumbersumber atau refrensi yang penulis paparkan dalam bentuk kajian pustaka ini antara lain : 1. Pemikiran Zakiah Daradjat Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nur Khuzaimah, mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang tahun 2010 yang berjudul Pendidikan Islam Perspektif Zakiah Daradjat, yang dalam penelitiannya membahas empat lembaga Pendidikan Islam Rumah, Sekolah, pesantren dan Masjid yang saling besinergi dalam Pendidikan Islam untuk pendidikan anak. 2. Abdurrahman An Nahlawi Dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Islam Di Rumah sekolah dan Masyarakat, Mejelaskan bahwa pengaruh lembaga Pendidikan Islam antara Masjid, Rumah dan Sekolah, mewujudkan
12
keterikatan,integritas, homogenitas, dan keharmonisan antar lembaga, sehingga perlunya kerjasama atau sinergitas antara pedidik dan peserta didik dalam keluarga dan sekolah.27 3. Prof. Dr. Zakiah Daradjat Dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Mejelaskan bahwa sikap orang tua kepada guru agama di sekolah, pemuka agama di masjid mempengaruhi keberagaman si anak, kemudian keadaan rumah, sekolah, masjid dan tempat-tempat penyelenggara kegiatan keagamaan, juga mempengaruhi sikap anak terhadap agamanya sehingga perlunya kerjasama atau sinergitas dalam ketiga lembaga tersebut.28 4. Abdul Mujib, M. Ag. et al. Dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, Mejelaskan bahwa isi buku ini terdapat empat lembaga pedidikan islam yaitu, keluarga, masjid, pondok pesantren, dan madrasah atau sekolah. Di situ di jelaskan bahwa orang tua di tuntut untuk mejadi pedidik yang memberikan pengetahuan pada anak-anaknya, masjid sebagai lembaga pengembangan pendidikan keluarga, sedangkan madrasah atau sekolah sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan sistem pendidikan Islam sehingga saling besinergi antar ketiga lembaga tersebut.29 Penulis sepaham dengan keempat kajian pustaka diatas, akan tetapi penulis ingin mencoba meneliti perhatian pada pemikiran dan strategi pengembangan pendidikan Islam melalui sinergitas lembaga pendidikan Islam 27
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah sekolah Masyarakat,(Jakarta : Gema Insani Press, 1995), hlm. 161. 28 Zakiah Daradjat, Op.Cit., Hlm. 84. 29 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2008), hlm. 241.
dan
13
antara Rumah, Sekolah, dan Masjid. Dan keempat kajian pustaka diatas mendukung adanya kerjasama atau sinergitas untuk ketiga lembaga pendidikan Islam, akan tetapi beberapa refrensi buku kajian di atas, pesantren dan Masyarakat juga mempengaruhi kelembagaan pendidikan Islam bukan hanya Rumah, sekolah, dan Masjid, jadi perlunya mengkomparasikan beberapa penelitihan diatas dengan pemikiran Abdullah Nashih ‘Ulwan mengenai sinergitas lembaga pendidikan Islam antara Rumah, Sekolah, dan Masjid. G. Metode Penelitian 1. Pengertian Metode Penelitian Metode merupakan sebuah strategi, proses, dan pendekatan dalam memilih jenis data yang diperlukan dalam hal ini, penulis menggunakan metode Deskriptif artinya usaha untuk mengumpulkan data dan menyusunnya, kemudian dilakukan Analisis terhadap data tersebut. Yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang.30 Metodologi merupakan cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan yang dilewati untuk mencapai suatu tujuan.31Jadi Metodologi penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati untuk mencapai pemahaman.32
30
Nana Sudjana, Tuntunan Menyusun Karya Ilmiah; Makalah, Skripsi, Tesis, dan disertasi, (Bandung : Sinar Baru, 1988), hlm. 52. 31 Ibid, hlm. 2. 32 Ibid, hlm. 3.
14
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian kualitatif atau kajian literatur murni atau disebut juga penelitian pustaka (library research). Penelitian ini diambil dari sumber data sebagai berikut : 1. Sumber Primer Sumber primer merupakan sumber
pokok yang digunakan
dalam penulisan ini yang relevan dengan pembahasan, sumber ini yaitu kitab Tarbiyah al-Aulad fil Islam, karya Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan. Sebagai sumber utama dalam penelitian ini. 2. Sumber Sekunder Sumber sekunder merupakan penunjang yang dijadikan alat bantu dalam menganalisa terhadap permasalahan yang muncul, sumber ini yaitu buku-buku karya tokoh-tokoh pendidikan Islam kenamaan yang mendukung pendidikan keluarga dan sekolah. Adapun tahapannya sebagai berikut : a. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penulis menggunakan Metode Diskriptif, Metode ini digunakan untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.33Dalam hal ini digunakan untuk
33
hlm. 18.
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta :Raja Grafindo Persada, 1998),
15
memaparkan pemikiran Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan mengenai Optimalisasi
Pendidikan
Islam
Melalui
Sinergitas
Lembaga
Pendidikan antara Rumah, Sekolah dan Masjid. b. Metode Analisis Data Sedangkan
dalam
menganalisis
data
selanjutnya
menggunakan Metode Komparatif, Metode ini menurut Dra. Arwani Sudjud menjelaskan yaitu membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan pandangan orang, group atau negara terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau ide-ide.34Metode ini digunakan dalam rangka mengkomparasikan pendapat atau pemikiran Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan dengan tokoh lain dalam pemikirannya tentang Sinergitas Lembaga Pendidikan antara Rumah, Sekolah dan Masjid. H. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, maka penulis menyusun secara sistematis sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini meliputi : Latar Belakang Masalah, Pembatasan Judul dan Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian yang
34
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), hlm. 21.
16
meliputi (pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data) dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini di bahas tentang : Pengertian Pendidikan Islam dan dalil tentang Pendidikan Islam, Rumah, Sekolah dan Masjid, Rumah sebagai lembaga pendidikan dasar (lembaga pendidikan utama pembentuk pondasi kemanusiaan), Sekolah Sebagai Lembaga Pendidikan Keterampilan dan Pengetahuan Umum, Masjid sebagai lembaga pendidikan spiritual dan pembentukan kepribadian Islam, dan Sinergitas lembaga pendidikan Rumah, Sekolah dan Masjid sebagai optimalisasi pendidikan. BAB III : KAJIAN OBJEK PENELITIAN Bab ini berisi tentang Biografi Abdullah Nashih ‘Ulwan, Pemikiran Abdullah Nashih ‘Ulwan mengenai Sinergitas tiga Lembaga Pendidikan dalam pengoptimalan pendidikan Islam yaitu Rumah, Sekolah dan Masjid, dan karya-karya Abdullah Nashih ‘Ulwan. BAB IV : ANALISIS DATA Pada bab ini Analisis peneliti sendiri terhadap hasil yang telah didapatkan tentang kajian tokoh tersebut. Mengenai : A.Analisis
Efektifitas
Lembaga
Pendidikan
Perkembangan pendidikan Islam Anak 1. Analisis Efektifitas Lembaga Pendidikan Rumah
Terhadap
17
2. Analisis Efektifitas Lembaga Pendidikan Sekolah 3. Analisis Efektifitas Lembaga Pendidikan Masjid B. Analisis Efektifitas Pemikiran Abdullah Nashih ‘Ulwan Tentang Sinergitas Lembaga Pendidikan Islam dan Relevansinya pada Dunia Pendidikan Era Modern BAB V : PENUTUP Pada bab ini peneliti mencoba memberikan kesimpulan penelitian, saran-saran, dan kata penutup.
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Islam dan Dalil Mengenai Pendidikan Islam Pendidikan atau Tarbiyah merujuk kamus bahasa arab, terdapat tiga kata untuk istilah tarbiyah: Pertama, raba-yarbu yang artinya bertambah dan berkembang. Kedua, rabiya-yarba yang di bandingkan dengan khafiya-yakhfa arti yang terkandung adalah tumbuh dan berkembang. Ketiga, rabba-yarubbu, yang di bandingkan dengan madda-yamuddu dan berarti memperbaiki, mengurusi kepentingan, mengatur, menjaga dan memperhatikan.1 Tarbiyah dapat juga diartikan dengan “proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik (rabbani) kepada peserta didik, agar ia memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya, sehingga terbentuk ketakwaan, budi pekerti, dan kepribadian yang luhur.2 Pendidikan adalah sistem proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan, dan pematangan diri.3 Pendidikan adalah pesan atau misi merubah kearah yang lebih baik. Pedidikan adalah memilih tindakan dan perkataan yang sesuai, menciptakan syarat-syarat dan faktor-faktor yang diperlukan, dan membantu seorang individu yang menjadi objek pendidikan supaya dapat dengan 1
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah sekolah dan Masyarakat,(Jakarta : Gema Insani Press, 1995), hlm. 20. 2 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2008), hlm.13. 3 Suparlama Suhartono, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 80.
18
19
sempurna mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya, dan secara perlahan-lahan bergerak maju menuju tujuan dan kesempurnaan yang diharapkan.4 Menurut Hasan Langgulung dalam bukunya pendidikan dan Peradaban Islam, Istilah Pedidikan dalam bahasa Inggris Education, yang berasal dari bahasa latin Educare berarti memasukan sesuatu, yaitu memasukkan Ilmu ke dalam kepala seseorang. Sedangkan Pendidikan dalam artinya yang luas bermakna merubah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam Masyarakat.5 Lebih jauh beliau menjelaskan bahwa Pendidikan adalah suatu tindakan (Action) yang diambil suatu masyarakat, kebudayaan atau peradaban untuk memelihara kelanjutan hidupnya (survival).6 Yaitu dengan cara meyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang dan memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi-generasi muda.7 Dalam pengertian umum yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensipotensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.8 4
Ibrahim Amini, Asupan Ilahi Agar Tak Salah Mendidik Amanat-Nya,(Jakarta : AlHuda,2011), hlm.21. 5 Hasan Laggulung, Pendidikan dan peradaban Islam, (Jakarta : Pustaka Al Husna, 2005), hlm. 3. 6 Hasan Laggulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung : AlMa’arif, 2006), hlm. 91. 7 Ibid, hlm. 92. 8 Fuad Hasan, Dasar-dasar Kependidikan : Komponen MKKD, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hlm. 1.
20
Islam adalah nama Agama yang dibawah oleh Nabi Muhammad SAW. Islam berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan Manusia, ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada Al-Qur’an dan hadits serta Akal.9 Kata “Islam” dalam “Pendidikan Islam” Menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang berdasarkan Islami.10 Pedidikan Islam adalah yang membicarakan tentang paradigma sistem dan proses pendidikan yang berdasarkan Islam dan sejalan dengan ajaran Islam baik yang di munculkan dari dasar Islam (Al-Qur’an Hadits), atau produk historis, teoritis, maupun praktis empiris dalam Islam dan selalu dikembangkan oleh akal manusia berdasarkan pertumbuhan, perkembangan, dinamika budaya, dan peradaban umat Islam dari generasi kegenerasi sepanjang sejarah Islam, sehingga menemukan konsep atau teori baru dalam dunia Pendidikan Islam.11 Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka pendidikan Islam dapat dirumuskan bahwa Pendidikan Islam adalah proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan,bimbingan,
9
pengasuhan,
pegawasan,
dan
pengembangan
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosda Karya offset, 2008), hlm. 12. 10 Ibid, hlm. 24. 11 Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Sukses Offset, 2008), hlm, 44.
21
potensinya,guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.12 Dalam aktivitas pendidikan baik dalam penyusunan konsep teoritis maupun dalam pelaksanaan operasionalnya harus memiliki dasar kokoh. Hal ini dimaksudkan agar yang terlingkupi dalam pendidikan mempunyai keteguhan dan keyakinan yang tegas sehingga praktek pendidikan tidak kehilangan arah dan mudah di kesampingkan oleh pengaruh dari luar pendidikan. Adapun dasar pendidikan Islam dapat diketahui dari firman Allah SWT :
ﻳَﺂأَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳْ َﻦ أٰ َﻣﻨُـ ْﻮا اَ ِﻃْﻴـﻌُﻮا اﷲَ َواَ ِﻃْﻴـﻌُﻮا اﻟﱠﺮ ُﺳ ْﻮَل َواُْوِﱃ ْاﻻَ ْﻣ ِﺮ ِﻣْﻨ ُﻜ ْﻢ ﻓَِﺈ ْن ﺗَـﻨَﺎ َز ْﻋﺘُ ْﻢ ِﰱ َﺷْﻴ ٍﺊ (٥٩ : )اﻟﻨﺴﺎء.ﻓَـ ُﺮﱡدﻩُ اِ َﱃ اﷲِ َواﻟﱠﺮ ُﺳﻮل Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rosul (Nya), dan ulil amri diantara kamu, jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rosul (Sunahnya). (Q.S. An-Nisa : 59).13 Dan dari Hadits di riwayatkan dari Mu’awiyah r.a.Rasulullah SAW. Bersabda:
) َﻣ ْﻦ ﻳُِﺮِد اﷲُ ﺑِِﻪ َﺧْﻴـﺮًا:ْل ُ ْل اﷲِ ﺻﻠﻌﻢ ﻳـَﻘُﻮ َْﺖ َرﺳُﻮ ُ َِﲰﻌ:َﺎل َ َﻋ ْﻦ ُﻣﻌَﺎ ِوﻳَﺔَ َر ِﺿ َﻲ اﷲُ َﻋْﻨﻪُ ﻗ َِال َﻫ ِﺬﻩِ ْاﻻُﱠﻣﺔُ ﻗَﺎﺋِ َﻤﺔٌ َﻋﻠَﻰ اَْﻣ ِﺮ اﷲ َ َوﻟَ ْﻦ ﺗَـﺰ،َﺎﺳ ٌﻢ وَاﷲُ ﻳـُ ْﻌﻄِﻲ ِ َو اِﳕﱠَﺎ اَﻧ،ِﻳـُ َﻔ ﱢﻘ ْﻬﻪُ ِﰱ اﻟ ﱢﺪﻳْﻦ (َﱴ ﻳَﺄِْﰐَ اَْﻣﺮُاﷲِ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري ﺣ ﱠ،ْﻀﱡﺮُﻫ ْﻢ َﻣ ْﻦ ﺧَﺎﻟََﻔ ُﻬﻢ ُ َﻻَﻳ
12
Abdul Mujib, Op.Cit. hlm. 27. Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung :CV Penerbit Diponegoro, 2005), hlm. 87. 13
22
Diriwayatkan dari Mu’awiyah r.a., dia berkata : saya pernah mendengar Rasulullah SAW. Bersabda, “siapa yang di kehendaki oleh Allah mendapat kebaikan maka Allah memberinya pemahaman tentang Islam. Aku hanyalah orang yang menyampaikan, dan Allah-lah yang member petunjuk. Ketahuilah bahwa umat ini (mukmin sejati) akan tetap melaksanakan perintah Allah (Agama Allah) dan mereka tidak terkalahkan oleh orang-orang yang menentang mereka sampai tibahnya hari kiamat.14 B. Rumah Sebagai Lembaga Pendidikan Dasar Yang disebut dengan keluarga adalah orang-orang yang secara terus menerus atau sering tinggal bersama si anak, seperti Ayah, Ibu, Kakek, Nenek, Saudara laki-laki dan saudara perempuan di antara mereka, Ayah dan Ibu disebabkan mempunyai tanggung jawab menjaga dan memelihara si anak dan yang menyebabkan si anak terlahir ke dunia, mempunyai peranan yang sangat penting dan kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan si anak.15 Rumah adalah lambang bahwa fitroh pendidikan berpusat kepada orang tua, lingkungan dan keluarga. Rumah adalah tempat anak lahir dan langsung menjadi anggota baru dalam rumah tangga. Kelahirannya di sambut oleh orangtuanya dengan gembira dan malahan kerapkali di rayakan dengan mengadakan tasyakuran. Dirumah anak diasuh oleh orang tuanya dengan penuh kasih sayang, yang mendorog orang tua mengatasi segala macam kesukaran. Sebaliknya anak mencurahkan segala kepercanyaannya kepada orang tuanya.16
14
Imam Az-zabidi, Ringkasan Hadis Shahih Al-Bukhari, (Jakarta : Pustaka Amani, 2002, cet.1), hlm. 38. 15 Ibrahim Amini, Op.Cit., hlm. 136. 16 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014), hlm.72.
23
Orang tua yang bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya akan memberikan pengarahan dan dasar yang benar kepada anaknya, yakni dengan menanamkan ajaran agama dan akhlakul karimah. Berdakwah dalam keluarga lebih utama dibandingkan dengan di tempat lain. Keselamatan keluarga merupakan tanggung jawab orang tua. Jangan sampai pendidikan keluarga terabaikan karena kepentingan yang lain. Adalah tidak bijak, memberikan penerangan kepada orang lain, sementara keluarganya berantakan. Hal semacam ini dilarang dalam ajaran Islam. Dalam sejarah perkembangan Islam juga dapat diketahui bahwa sebelum berdakwah kepada masyarakat luas, Rasulullah SAW. diperintahkan untuk berdakwah kepada anggota keluarga dan kerabat dekatnya. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi keagamaan dan keselamatan keluarga harus lebih diprioritaskan. Pada hakekatnya dari kebaikan dan keselamatan keluarga akan muncul kebaikan dan keselamatan masyarakat dan negara.17 Hal ini sesuai dengan firman Allah swt.dalam QS.alSyu’araa’ (26): 214.
(۲۱٤:ﲔ )اﻟﺸﻌﺮاء َ ِْﻚ ْاﻷَﻗْـَﺮﺑـ َ ََوأَﻧْ ِﺬ ْر َﻋ ِﺸ ـْﻴـَﺮﺗ Berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang ter-dekat. (QS.alSyu’araa’ (26): 214). 18 Allah juga berfirman dalam surat yang lain yaitu QS.al-Tahrim (66): 06, Dia menyerukan kepada orang-orang beriman untuk menjaga keselamatan keluarganya dari api neraka. 17
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantern Pendidikan Alternatif Masa Depan, (Jakarta :Gema Insani Press, 2000), hlm. 24. 18 Departemen Agama RI, Op. Cit, hlm. 376.
24
(٦: )اﻟﺘﺤﺮﱘ... ﻳﺂﻳـّﻬَﺎ اﻟْ ِﺬﻳْ َﻦ أ َﻣﻨـُﻮْا ﻗـُﻮْآ اَﻧـُْﻔﺴ ـَ ُﻜ ْﻢ َواَ ْﻫﻠِ ـْﻴ ُﻜ ْﻢ ﻧَﺎرًا Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS.al-Tahrim (66): 06). 19 Untuk
mendapatkan anak yang mempunyai perilaku baik tidak
semudah membalik telapak tangan, tetapi orang tua harus mempersiapkan tahapan-tahapan yang harus diajarkan kepada putra putrinya agar tujuannya tercapai. Sehingga Keluarga merupakan wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak tumbuh dengan baik pula, jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peranan ibu dalam keluarga amat penting di dialah yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya.20 Sebagai pendidikan yang pertama dan utama, pendidikan keluarga dapat mencetak anak agar mempunyai kepribadian yang kemudian dapat dikembangkan dalam lembaga-lembaga berikutnya, sehingga wewenang lembaga-lembaga tersebut tidak diperkenankan mengubah apa yang telah dimilikinya, tetapi cukup dengan mengkombinasikan antara pendidikan yang diperoleh dari keluarga dengan pendidikan lembaga tersebut, sehingga masjid,
19
Ibid., hlm. 559. Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Masyarakat,(Jakarta : Ruhama, 1995), hlm.47. 20
25
pondok pesantren, dan sekolah merupakan tempat peralihan dari pendidikan keluarga.21 Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak. Karena di dalam keluarga, anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma Pendidikan Keluarga memberikan pengetahun dan keterampilan dasar, agama, dan kepercayaan, nilai moral, norma sosial dan pandangan hidup yang diperlukan peserta didik untuk dapat berperan dalam keluarga dan dalam masyarakat.(Kepmendibud, 0186/P/1984).22 Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan di antara anggotanya bersifat khas. Dalam lingkungan ini terletak dasar-dasar pendidikan. Di sini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku di dalamnya, artinya tanpa harus di umumkan atau dituliskan terlebih dahulu agar diketahui dan diikuti oleh seluruh keluarga. Di sini diletakkan dasar-dasar pengalaman melalui rasa kasih sayang dan penuh kecintaan, kebutuhan akan kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan. Justru karena pergaulan yang demikian itu berlangsung dalam hubungan yang bersifat pribadi dan wajar, maka penghayatan terhadapnya mempunyai arti yang amat penting.23 Lembaga Pendidikan Islam ini muncul dari pemikiran-pemikiran yang selaras
dengan
kebutuhan
Masyarakat,
disadari,
digerakkan,
dan
dikembangkan oleh Al-Qur’an dan sunah karena itu, lembaga Pendidikan 21
Abdul Mujib, Op.Cit. hlm.227. Fuad Hasan, Op.Cit., hlm. 17. 23 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Op.Cit., hlm.66. 22
26
Islam bukanlah sesuatu yang datang dari luar, tetapi tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan ajaran Islam telah mengenal lembaga pendidikan saja detik-detik awal turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW.24 Disisi lain kalau kita hayati, Rumah memang lembaga awal dalam pembinaan yang dilakukan oleh kedua orang tua (Ayah dan Ibu) untuk menggembleng putra putrinya menjadi seorang yang beradab, berakhlak, dan bertauhid kepada Allah SWT. Jika pembinaan tersebut tidak terlaksana dengan semestinya, berarti proses pendidikan tidak jalan dan orang tua telah menciptakan kegagalan suatu generasi, sehingga tidak heran apabila dekadensi moral dan portitusi selalu membanyangi dalam masyarakat kita.25 Menurut Rasulullah SAW. Fungsi dan peran orangtua bahkan mampu untuk membentuk arah keyakinan anak-anak mereka. Menurut beliau, setiap bayi yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan agama yang akan dianut anak sepenuhnya tergantung dari bimbingan, pemeliharaan, dan pengaruh kedua orangtua mereka.26 Dalam sebuah riwayat Rasulullah S AW bersabda:
ُِﻚ ﺗـ ُْﻮﺗَﻪ ُ ِﺲ َﻋ ﱠﻤ ْﻦ ﳝَْﻠ َ َﻛﻔَﻰ ﺑِﺎﻟْﻤ َْﺮِء اِﲦًْﺎ أَ ْن َْﳛﺒ Cukuplah seseorang berdosa bahwa ia menahan dirinya dari orang yang menjadi tanggungannya,(HR.Muslim)27
24
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam (Meelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia),(Jakarta : Kencana, 2011), hlm. 110. 25 Ibid, hlm. 112. 26 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004)hlm. 222. 27 Abdullah Nashih ‘Ulwan, Tarbiyatul ‘Aulad fil Islam, Pendidikan Anak Dalam Islam, Terj. Arif Rahman Hakim, Lc, (Solo : Insan Kamil, 2012), Cet. 1.hlm. 831.
27
Sehingga rumah keluarga muslim adalah benteng utama tempat anakanak dibesarkan melalui pendidikan Islam. Yang di maksud dengan keluarga muslim adalah keluarga yang mendasarkan aktivitasnya pada pembentukan keluarga yang sesuai dengan syariat Islam. Berdasarkan Al-Qur’an dan AsSunnah, kita dapat mengatakan bahwa tujuan terpenting dari pembentukan keluarga adalah hal-hal berikut. Tujuan terpenting dari pembentukan keluarga adalah sebagai berikut : 1. Mendirikan syariat Allah dalam segala permasalahan rumah tangga dengan bertujuan mendirikan rumah tangga muslim yang mendasarkan kehidupannya pada perwujudan penghambaan kepada Allah. 2. Mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologis. 3. Memenuhi kebutuhan cinta kasih anak-anak. 4. Mewujudkan sunnah Rasulullah SAW. Dengan melahirkan anak-anak shaleh sehingga umat manusia bangga. 5. Menjaga fitra anak agar anak tidak melakukan penyimpanganpenyimpangan.28 Sehingga fungsi keluarga sebagai berikut : 1. Merupakan pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak, pengalaman ini merupakan faktor yang sangat penting bagi perkemnbangan berikutnya, khususnya bagi perkembangan pribadinya.
28
Abdurrahman An Nahlawi, Op.Cit., hlm. 144.
28
2. Pendidikan di lingkungan keluarga dapat menjamin kehidupan emosional anak untuk tumbuh dan berkembang. Kehidupan emosional ini sangat penting dalam pembentukan pribadi anak. 3. Di dalam keluarga akan tumbuh sikap tolong-menolong, tenggang rasa, sehingga tumbuhlah kehidupan keluarga yang damai dan sejahtera. 4. Di dalam keluarga akan terbentuk pendidikan moral. 5. Keluarga merupakan lembaga yang memang berperan dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan agama. Kebiasaan orang tua membawa anaknya ke masjid merupakan langkah yang bijaksana dari keluarga dalam upaya pembentukan anak sebagai makhluk relegius. 6. Dalam konteks membangun keluarga lebih cendrung untuk menciptakan kondisi yang dapat menumbuh kembangkan inisiatif, kreativitas, kehendak, emosi, tanggung jawab, keteramnpilan dan kegiatan lain sesuai dengan yang ada dalam keluarga.29 Oleh karena itu, mendidik dan mengajar anak merupakan salah satu kewajiban yang sangat penting dan berat yang diletakkan di atas pundak kedua orangtua. Nasib seorang anak sampai batas tertentu berada di tangan kedua orangtuanya, dan ini terkait dengan tingkat pendidikan keduanya, dan sampai sejauh mana perhatian yang diberikan keduanya dalam mendidik dan mengajar
anak-anaknya.
Jika
seorang
ibu
benar-benar
menunaikan
kewajiannya maka ia telah melakukan pelayanan terbesar kepada anakanaknya. Jika seorang ayah dan ibu benar-benar menunaikan kewajibannya
29
Fuad Hasan, Op.Cit., hlm. 18.
29
maka ia telah melakukan pelayanan terbesar kepada anak-anaknya dan telah menjamin kebahagiaan dan masa depan yang cerah bagi mereka.30 Kewajiban mendidik anak bukan hanya berlangsung pada masa kanakkanak tetapi terus berlanjut hingga anak memasuki usia remaja,bahkan masa remaja dan masa muda adalah masa yang sangat sensitif yang perlu mendapat perhatian yang sangat besar dari kedua orangtua. Pada masa ini orang tua harus benar-benar mengawasi anaknya, namun cara pengawasan yang dilakukan pada masa ini berbeda dengan cara pengawasan yang dilakukan pada saat anak masih kanak-kanak.31 C. Sekolah Sebagai Lembaga Pendidikan Keterampilan Dan Pengetahuan Umum Madrasah merupakan isim makna dari darasa yang berarti tempat untuk belajar. Istilah madrasah kini telah menyatu dengan istilah Sekolah atau perguruan (terutama perguruan Islam).32 Lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana adalah Sekolah. Guru-guru yang melaksanakan tugas pembinaan, pendidikan dan pengajaran tersebut adalah orang-orang yang telah dibekali dengan pengetahuan tentang anak didik, dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas kependidikan.33 Pada usia enam tahun biasanya seoarang anak mulai masuk sekolah dan ia akan terus bersekolah hingga kira-kira berusia delapan belas tahun. Setiap 30
Ibrahim Amini, Op.Cit., hlm. 136. Ibid, hlm. 141. 32 Abdul Mujib, Op.Cit. hlm. 241. 33 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Masyarakat, Op.Cit. hlm. 31
77.
30
harinya mereka berada di sekolah kurang lebih sekitar enam jam, ketika kembali ke rumah, sela pada jam-jam tidur, makan dan sedikit bermain, mereka sibuk mengerjakn tugas-tugas sekolah. Dengan demikian, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk urusan sekolah. Begitulah ia melalui masa kanak-kanak dan masa remajanya di sekolah.34 Sekolah sebagai kelembagaan pendidikan adalah pelanjut dari pendidikan keluarga. Karena keterbatasan para orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, maka mereka diserahkan ke sekolah-sekolah. Sejalan dengan kepentingan dan masa depan anak-anak, terkadang para orang tua sangat selektif dalam menentukan tempat untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Mungkin saja para orang tua yang berasal dari keluarga yang taat beragama akan memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah agama. Sebaliknya, para orang tua lain lebih mengarahkan anak mereka untuk masuk ke sekolahsekolah umum. Atau sebaliknya, para orang tua yang sulit mengendalikan tingkah laku anaknya akan memasukkan anak-anak mereka ke sekolah agama dengan harapan secara kelembagaan sekolah tersebut dapat memberi pengaruh dalam membentuk kepribadian anak-anak tersebut.35 perubaha Sekolah adalah pusat penertiban (Nidhom untuk memproses perubahan kea rah baik melalui materi atau ajaran baik yang berhubungan dengan agama, dunia, dan Akhirat. Dalam konsepsi Islam, fungsi utama sekolah adalah sebagi media realisasi pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran, akidah, dan syarat demi terwujudnya penghambaan diri kepada Allah serta sikap megesahkan Allah 34
Ibrahim Amini, Loc.Cit. Jalaluddin, Op.Cit. hlm. 223.
35
31
dan mengembangkan segala bakat atau potensi manusia sesuai fitrahnya sehingga manusia terhindar dari berbagai penyimpangan.36 Rasulullah SAW bersabda:
َﺳ ﱠﻬ َﻞ اﷲُ ﻟَﻪُ ﻃَ ِﺮﻳْـﻘًﺎ ا َِﱃ اﳉَْﻨﱠﺔ،ﺲ ﻓِْﻴ ِﻪ ِﻋ ْﻠﻤًﺎ ُ َﻚ ﻃَ ِﺮﻳْـﻘًﺎ ﻳـَ ْﻠﺘَ ِﻤ َ َﻣ ْﻦ َﺳﻠ Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah pasti memudahkan untuknya jalan menuju surga.(HR. Muslim)37 Di sekolah guru merasa bertanggung jawab terutama terhadap pendidikan otak murid-muridnya. Ia merasa telah memenuhi kewajibannya dan mendapat nama baik, jika murid-muridnya sebagian basar naik kelas atau lulus dalam ujian. Akan tetapi ajaran Islam memerintahkan bahwa guru tidaklah hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Ia sendiri harus memberi contoh dan menjadi teladan bagi murid-muridnya dan dalam segala mata pelajaran ia dapat menanamkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran Islam.38 Tugas Sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anak untuk kehidupan masyarakat. Sekolah bukan semata-mata sebagai konsumen, tetapi juga ia sebagai produsen dan pemberi jasa yang sangat erat hubungannya dengan pembangunan. Pembangunan tidak mungkin berhasil dengan baik tanpa didukung oleh tersedianya tenaga kerja yang memadai sebagi produk pendidikan. Karena itu sekolah perlu di rancang dan dikelola dengan baik.39
36
Abdurrahman An Nahlawi, Op.Cit., hlm. 152. Abdullah Nashih ‘Ulwan, Op.Cit., hlm. 832. 38 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam,Loc.Cit. 39 Fuad Hasan, Op.Cit., hlm. 20. 37
32
Konsep pendidikan lebih dititik beratkan pada fungsi sekolah yang menginduk pada fungsi fundamental Islam. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam melingkupi tujuan pendidikan kontemporer serta mengarahkan pendidikan kontemporer itu ke arah ideal sehingga melahirkan insan-insan berkualitas tinggi, baik dalam kehidupan individualnya maupun dalam kehidupan sosialnya. Fungsi-fungsi fundamental pendidikan Islam melalui sekolah sebagai berikut :40 1. Fungsi penyederhanaan dan penyimpulan. 2. Fungsi penyucian dan pembersihan. 3. Memperluas wawasan dan pengalaman anak didik melalui transfer tradisi. 4. Fungsi
mewujudkan
keterikatan,
integrasi,
homogenitas,
dan
keharmonisan antarsiswa. Sekolah atau lembaga pendidikan didatangi ratusan siswa yang berasal dari lingkungan yang bervariasi, baik itu dalam hal kekayaannya, status sosialnya, dan lain-lain. 5. Fungsi penataan dan validasi sarana pendidikan. 6. Penyempurna tugas keluarga dalam pendidikan.41 Satu-satunya lembaga terbaik yang dapat memenuhi kekurangan dan membantu remaja pada masa yang sangat sensitif adalah lembaga sekolah. Sekolah adalah lembaga penting yang memikul tanggung jawab yang berat. Sekolah tidak hanya berkewajiban mengajarkan ilmu kepada para anak didik, sekolah juga mempunyai kewajiban mengajarkan ilmu kepada para anak didik, sekolah juga mempunyai kewajiban untuk mendidik mental dan akhlak 40
Abdurrahman An Nahlawi, Loc.Cit. Abdurrahman An Nahlawi, Op.Cit., hlm. 161.
41
33
para anak didik dan mencegah mereka supaya tidak terjerumus kepada berbagai tindak penyimpangan. Pihak sekolah telah menerima tanggung jawab besar yang suci, dan oleh karena itu mereka harus bersungguh-sungguh dalam pelaksanaannya.42 D. Masjid Sebagai Lembaga Pendidikan Spiritual Dan Pembentukan Kepribadian Islam. Kata Masjid berasal dari bahasa Arab, Sajada (fiil madi) Yusajidu (mudahari) Masaajid atau sajdan (masdar), artinya tempat sujud. Dalam pengertian yang lebih luas berarti tempat sholat dan bermunajat kepada Allah sang pencipta Khalid dan tempat merenung dan menata masa depan (zikir). Dari perenungan terhadap penciptaan Allah tersebut Masjid berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan. Sejarah pendidikan Islam erat pertaliannya dengan Masjid. Membicarakan Masjid berasal dari kita membicarakan suatu tempat yang asasi dipandang sebagai tempat penyiaran ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Proses yang mengantar Masjid sebagai pusat dan pengetahuan adalah karena di Masjid tempat awal pertama mempelajari Ilmu Agama yang baru lahir dan mengenal dasar-dasar hukum-hukum dan tujuan-tujuannya.43 Sejarah pendidikan Islam amat erat pertaliannya dengan Masjid. Karena itu apabila kita membicarakan masjid adalah berarti bahwa kita membicarakan suatu lembaga yang dipandang sebagai tempat yang asasi untuk menyiarkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Lingkaran-lingkaran pelajaran telah 42
Ibrahim Amini, Op.Cit., hlm. 143. Samsul Nizar, Op.Cit. hlm.116.
43
34
diadakan di masjid semenjak masjid didirikan dan keadaan ini berjalan terus sepanjang tahun dengan tidak putus-putusnya di seluruh negeri Islam.44 Pendidikan Islam tingkat pemula lebih baik dilakukan di Masjid sebagai lembaga pengembangan pendidikan keluarga, sementara itu dibutuhkan suatu lingkaran (lembaga) dan ditumbuhkannya. Dengan terciptanya lingkaran tersebut, bukan berarti fungsi Masjid berhenti, tetapi tetap memberikan sahamnya dalam menciptakan dan menimbulkan lingkaran baru lagi.45 Masjid merupakan lambang pendidikan yang menggambarkan atau menghubungkan kepada Allah SWT yang terfokus kepada kepada ketahuidan. Semenjak berdirinya Masjid di zaman Nabi Muhammad SAW. Masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kaum muslimin, baik yang menyangkut pendidikan, dalam perkembangannya kemudian, di kalangan umat Islam tumbuh semangat untuk menuntut ilmu dan memotivasi mereka mengantar anak-anaknya untuk memperoleh pendidikan di Masjid sebagai lembaga pendidikan menengah setelah kuttab.46 Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Rasul/ullah SAW bersabda :
َﺖ ْ اِﻻﱠ ﻧـََﺰﻟ،َْﺎب اﷲِ َوﻳـَﺘَﺪَا َرﺳ ُْﻮﻧَﻪُ ﺑـَْﻴـﻨَـ ُﻬﻢ َ ﻳـَْﺘـﻠ ُْﻮ َن ﻛِﺘ،ِْت اﷲ ِ ْﺖ ِﻣ ْﻦ ﺑـُﻴـُﻮ ٍ ﻣَﺎا ْﺟﺘَ َﻤ َﻊ ﻗـ َْﻮٌم ِﰱ ﺑـَﻴ ُ َوذَ َﻛَﺮُﻫ ُﻢ اﷲُ ﻓِْﻴ َﻤ ْﻦ ِﻋْﻨ َﺪﻩ،َُﺸﻴَْﺘـ ُﻬ ُﻢ اﻟﺮﱠﲪَْﺔُ َو َﺣﻨﱠْﺘـ ُﻬ ُﻢ اﻟْ َﻤﻼَﺋِ َﻜﺔ ِ َوﻏ،َُﻋﻠَْﻴ ِﻬ ُﻢ اﻟ ﱠﺴ ِﻜْﻴـﻨَﺔ Tidaklah satu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, mereka membaca kitab Allah,dan mempelajarinya di antara mnereka, melainkan turun ketenangan kepada mereka, rahmat melingkupi mereka, para 44
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam,Op.Cit,hlm. 75. Abdul Mujib, Op.Cit. hlm. 231. 46 Samsul Nizar, Loc.Cit. 45
35
malaikat meliputi mereka, dan Allah menyebutkan mereka di hadapan semua yang ada di sisi-Nya.(HR. Muslim)47 Aktivitas Agama di Masjid, di Rumah-rumah ibadah lainnya, atau di Sekolah Agama, mungkin menarik perhatian anak-anak, karena pakaian seragam yang berwarna-berwarni. Dia gembira menyaksikan orang-orang yang sedang sholat atau sembayang. Anak-anak itu mau pergi kepengajian selama kawan-kawanya juga pergi kepengajian suatu kenyataan yang tidak dapat di pungkiri ialah semakin besar suatu Masyarakat, semakin sedikit prosentasi anak yang mengikuti pengajian Agama.48 Latihan-latihan keagamaan yag menyangkut ibadah seperti sholat, do’a, membaca Al-Qur’an (atau menghafalkan ayat-ayat atau surat-surat pendek), sembahyang atau sholat berjama’ah di Masjid atau di langgar, harus dibiasakan sejak kecil, sehingga lama-kelamaan akan tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut. Dia dibiasakan sedemikian rupa, sehingga dengan sendirinya Ia akan terdorong untuk melakukannya tanpa suruhan dari luar, tapi dirinya dari dalam. Ingat prinsip Agama Islam tidak ada paksaan,tapi ada keharusan pendidikan yang dibebaskan kepada orag tua dan guru atau yang mengerti Agama (Ulama’).49 Implikasi masjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah : 1. Mendidik anak untuk tetap beribadah kepada Allah SWT.
47
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Loc.Cit. Zakiah Dradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 2010), hlm. 54-55. 49 Ibid, hlm. 75. 48
36
2. Menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan menanamkan solidaritas sosial, serta menyadarkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai insan pribadi, sosial dan warga Negara. 3. Memberikan rasa ketentraman, kekuatan, dan kemakmuran potensi-potensi rohani manusia melalui pendidikan kesabaran, perenungan, optimisme, dan mengadakan penelitihan.50 Masjid yang didirikan atas kehendak Allah akan membiasakan pengaruh pendidikan terbesar dalam kehidupan Manusia. Disana akan berkumpul kaum mukmin atas nama Allah yang di dalam dirinya berkembang pengakuan dan kebanggaan sebagai masyarakat muslim. Di masjid, mereka akan menyimak khutbah-khutbah dan berbagai pengetahuan umum sehingga mereka menjalani hidup dengan kesadaran atas akidah Islam, penuh pemahaman atas tujuan hidup, dan bersyukur atas apa yang disediakan Allah untuk kepentingan dunia akhirat mereka. Mereka mempelajari Al-Qur’an dan membacanya dengan tartil sehingga mereka mampu menyeimbangkan perkembangan pola pikir dan peradabannya dengan undang-undang masyarakat Islam dan perkembangan spiritual yang menjadi pengikat dirinya kepada Sang Khaliq.51
50
Abdul Mujib, Op.Cit. hlm.232. Abdurrahman An Nahlawi, Op.Cit., hlm. 138.
51
37
E. Sinergitas Lembaga Pendidikan Rumah, Sekolah Dan Masjid Sebagai Optimalisasi Pendidikan. Institusi keluarga, sekolah, dan Masjid semestinya secara sikron, Integrated, dan sinergi dalam memberikan pengaruh-pengaruh pendidikan pada anak. Akan tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Karena alasan sibuk, tidak jarang keluarga yang merasa cukup menyerahkan pendidikan kepada sekolah. Padahal, disadari bahwa interaksi guru murid di sekolah amatlah terbatas dari segi waktu dan kesempatan Kontrol, yakni tidak lebih tujuh jam sehari. Kelemahan sekolah yang demikian itu, ternyata malah diperparah oleh lingkungan masyarakat, yang dalam kenyataannya seringkali menyuguhkan nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang diperoleh di sekolah dan keluarga.52 Di antara faktor efektif dalam pembentukan kepribadian intelektual anak, rohani, dan fisiknya adalah mengadakan kerjasama atau sinergitas yang baik antara rumah, sekolah, dan masjid. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa rumah memiliki peranan tanggung jawab nomor satu dalam mendidik anak dari segi fisiknya. Maka dari itu, termasuk dosa besar bagi siapa saja yang menyia-nyiakan dan mengabaikan hak anak tersebut. Begitu pula, sudah ditegaskan bahwa masjid di dalam Islam memiliki fungsi utama sebagai tempat pendidikan rohani, berupa sholat jamaah,
52
hlm. 4.
Imam Suprayoga, Pendidikan Berparadigma Qur’an, (Malang : Aditya Media, 2004),
38
membaca Al-Qur’an, dan rahmat Allah tidak pernah berhenti dan terputus disana.53 Semua sepakat, kalau fungsi utama sekolah itu adalah untuk pendidikan intelektualitas anak. Sebab, ilmu pengetahuan memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian dan mengangkat derajat kemuliaan manusia. Karenanya, ilmu memiliki keutamaan yang besar dalam pandangan Islam.54 Rasulullah SAW Bersabda :
َﱴ ﻳـَﺮِْﺟ ُﻊ َﺐ اﻟْﻌِْﻠ ِﻢ ﻓَـ ُﻬ َﻮ ِﰱ َﺳﺒِﻴ ِْﻞ اﷲِ ﺣ ﱠ ِ َﻣ ْﻦ َﺧَﺮ َج ِﰱ ﻃَﻠ Barang siapa yang keluar mencari ilmu, maka ia sedang berada di jalan Allah sampai ia kembali.(HR. At-Tirmidzi).55 Pihak keluarga dan sekolah dituntut untuk melakukan kerjasama atau sinergitas dalam membina pendidikan Islam. Dalam praktiknya, sekolah harus menata hubungan harmonis dengan wali muridnya. Lebih jauh lagi, sekolah harus mengetahui identitas wali muridnya, mulai dari alamat, nomor telepon, suasana keluarga, dan metode yang mereka pakai untuk mendidik murid di rumah. Hubungan kemitraan antara sekolah dan keluarga akan membentuk pendidikan yang sempurna bagi muridnya karena apa yang tidak tuntas di sekolah, dapat di tuntaskan di rumah, dan sebaliknya, apa yang tidak tuntas di rumah akan di tuntaskan di sekolah. Atau bisa jadi juga, kedua bela pihak saling mengoreksi dalam membina anak-anak didiknya sehingga anak-anak terhindar dari kontradiksi pendidikan sekolah dan pendidikan rumah. Yang 53
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Op.Cit.,hlm.831. Ibid, hlm. 832. 55 Abdullah Nashih ‘Ulwan, Loc.Cit. 54
39
jelas, semuanya di tujukan untuk menamkan keimanan dalam diri anak dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi si anak. Fungsi penyempurna pendidikan rumah hanya akan terlaksana jika sekolah dibangun atas dasar prinsip saling berpesan dalam kebenaran. Dengan demikian, akan terjalinlah kerjasama antara sekolah dengan keluarga, sekolah dengan masjid, sekolah dengan masyarakat, atau keluarga dengan masyarakat dengan dasar penghambaan kepada Allah, pengaplikasian syariat-nya, serta perwujudan kemuliaan dan keagungan umat Islam.56 Pada dasarnya sekolah harus merupakan suatu lembaga yang membantu bagi tercapainya cita-cita keluarga dan masyarakat, khususnya masyarakat Islam, dalam bidang pengajaran yang tidak dapat secara sempurna dilakukan dalam rumah dan masjid. Bagi umat Islam, lembaga pendidikan yang dapat memenuhi harapan ialah lembaga pendidikan Islam, artinya bukan sekedar lembaga yang di dalamnya diajarkan pelajaran agama Islam, melainkan suatu lembaga pendidikan yang secara keseluruhannya bernapaskan Islam. Hal itu hanya mungkin terwujud jika terdapat keserasian antara rumah dan sekolah dalam pandangan keagamaan. Anak-anak dari keluarga Muslim yang bersekolah sesunggunya secara serempak hidup dalam tiga lingkungan, yaitu keluarga, masjid, dan sekolah. Ketiga unsur itu harus serasi, saling mengisi dan bersinergi dalam membentuk kepribadian anak didik.57
56
Abdurrahman An Nahlawi, Op.Cit., hlm. 162. Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam,Op.Cit,hlm.74.
57
40
Dapat dimengerti betapa pentingnya kerja sama atau sinergitas antara ketiga lembaga itu, kerja sama itu hanya tercapai, apabila ketiga belah pihak saling mengenal dan bersinergi dalam pengoptimalan pendidikan Islam.58 Ketika mengatakan harus ada sinergitas atau kerja sama antara rumah, masjid, dan sekolah, artinya bahwa anak akan menjadi sempurna kepribadiannya baik itu rohani, jasmani, akal, dan mental sebagai hasil dari kerja sama tersebut. Bahkan, ia menjadi anggota masyarakat yang aktif dalam memajukan umat dan memuliahkan agamanya Namun, kerjasama ini tidak akan bisa maksimal jika belum memenuhi dua syarat asasi berikut ini. Pertama, tidak adanya dualisme atau paradoks antara pengarahan yang diberikan rumah dan sekolah. Kedua, kerjasama yang terjalin harus bertujuan untuk mengadakan integritas dan keseimbangan dalam membentuk kepribadian anak yang Islami. Jika sinergitas atau kerjasama tersebut sudah mencakup dua hal tersebut, maka anak akan memiliki kepribadian yang sempurna, mencakup rohani, jasmani, intelektual, dan mentalnya. Bahkan, ia menjadi manusia yang seimbang dan sempurna yang disenangi semua orang dan menjadi teladan yang baik.59 Dapat dimengerti betapa pentingnya kerja sama atau sinergitas antara rumah dan sekolah. Kerja sama itu hanya tercapai, apabilah kedua belah pihak saling mengenal. Orang tua harus mengenal anaknya, sekolah dan guru. Keadaan anak biasanya di ketahui orang tua dari (a) daftar nilai, (b) surat 58
Ibid., hlm.76. Abdullah Nashih ‘Ulwan.,Op.Cit. hlm. 833.
59
41
peringatan, (c) kunjungan kepada guru di sekolah, (d) pertemuan dengan orang tua murid dan (e) guru memahami murid-murid.60 Mengenai kerja sama dengan sekolah, ada beberapa hal yang dapat di paparkan kepada para pendidik dan orang tua sebagai berikut: a. Banyak pengajar di sekolah dan perguruan tinggi beranggapan bahwa pendidikan yang benar hanyalah dengan mengikuti apa yang datang dari barat. b. Mereka inilah yang mendidik anak-anak kaum muslimin dengan cara barat dan metodologi atheisme yang menyimpang. Karena perasaan, hati, dan akal mereka sudah terpengaruh oleh apa yang datang dari barat. c. Buku-buku pelajaran yang diajarkan kepada anak di sekolah penuh dengan penyimpangan dari ajaran Islam, pencelaan terhadap agama, dan ajakan kepada kekufuran dan atheisme.61 d. Pengajaran agama minim sekali jika dibandingkan dengan seluruh materi sains dan sastra yang diajarkan kepada siswa di sekolah. Maka sisiwa muslim dengan sistem pengajaran yang seperti itu, bagaimana mungkin bisa bagus bacaan Al-Qur’an-nya, mengenal hukumhukum syariah, mengetahui sirah dan sejarah. Karena sekolah tidak memberikan itu semua. Maka siswa keluar atau lulus dari sekolah dengan wawasan keislaman, pemahaman tentang sistem Islam yang sangat terbatas. Jika
pendidik
di
rumah
tidak
menjalankan
tanggung
jawab
pendidikannya dengan semestinya, maka sudah bisah dipastikan anak akan 60
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam,Op.Cit,hlm. 76. Abdullah Nashih ‘Ulwan.,Op.Cit. hlm. 833.
61
42
melenceng akidahnya dan menyimpang akhlaknya. Pada saat seperti itu, sudah tidak berguna lagi memberi arahan kepada anak dan sulit untuk bisa meluruskan kembali.62 Maka dari itu perlu adanya pertemuan guru dan orang tua disekolah tujuannya ialah memperkenalkan sekolah kepada orang tua, memperlihatkan kepadanya apa yang terjadi di dalam sekolah, agar tercapai hubungan yang erat antara orang tua dengan guru-guru. Kerja sama dalam mendidik anak memerlukan sikap kenal mengenal antara guru dengan orang tua. Banyak hal yang dapat di bicarakan tentang perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai, kesulitan-kesulitan yang dialami serta cara-cara mengatasinya dan hal-hal yang patut dilakukan orang tua berkenaan dengan bakat atau kemampuan anaknya dan sebaganya.63 Berdasarkan pemaparan di atas, bisa di simpulkan bahwa orang tua di rumah sebagai penanggung jawab pertama pendidikan anak secara jasmani dan akhlak. Sedangkan di masjid, anak dididik rohaninya dan di sekolah anak dididik akidah, pengetahuan, dan wawasannya. Jika dirasakan anak di sekolah tidak dididik dengan prinsip-prinsip Islam dan tidak mendapatkan pendidikan yang berkaitan dengan syariah, maka orang tua harus bangkit untuk menjalankan tanggung jawab tersebut. Bahkan, ia harus melipatgandakan usaha dan waktunya demi manfaat yang besar dan kebaikan yang banyak untuk anak. Seperti dengan mencarikan guru agama yang baik, memilihkan teman yang shaleh, dan membiasakan anak 62
Ibid, hlm. 834. Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam,Op.Cit,hlm. 78.
63
43
mendengarkan dakwah yang menggugah. Dengan cara seperti itu, orang tua atau pendidik telah membentengi anak dengan akidah Islam yang kuat dan akhlak Islam yang lurus. Maka anak tidak akan terpengaruh dengan pemikiran atheis dan akhlak hedonis.64 Dari beberapa pemaparan di atas Sehingga sinergitas tiga lembaga antara rumah, sekolah dan masjid sangat perlu dalam pendidikan Islam sebagai bentuk optimalisasi pendidikan untuk anak, sehingga perlunya menguatkan hubungan antara pendidik dan anak dalam ketiga lembaga tersebut untuk mnenyemnpurnakan pembentukan intelektual, mental, dan akhlak anak.
64
Abdullah Nashih ‘Ulwan.,Loc.Cit.
BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIHAN A. Biografi Abdullah Nashih ‘Ulwan. Abdullah Nashih ‘Ulwan merupakan pemerhati masalah pendidikan terutama pendidikan anak dan dakwah Islam. Ia dilahirkan di kota Halab, Suriah, tahun 1928. Beliau menyelesaikan studi di sekolah lanjutan tingkat atas jurusan Ilmu Syariah dan Pengetahuan Alam di Halab, tahun 1949. Kemudian melanjutkan di al-Azhar University (Mesir) mengambil fakultas Ushuluddin, yang selesai pada tahun 1952. Selang 2 tahun kemudian, yaitu 1954, ia lulus dan menerima ijazah spesialisasi pendidikan, setara dengan Master of Arts (M.A). Pada tahun yang sama (1954), ia tidak sempat meraih gelar doktor pada perguruan tinggi tersebut, karena diusir dari negeri Mesir oleh pemerintahan Jamal Abdel Naser. Semenjak ditetapkan sebagai tenaga pengajar untuk materi pendidikan Islam di sekolah-sekolah lanjutan atas di Halab, yaitu tahun 1954, ‘Ulwan juga aktif menjadi seorang da’i. Ulwan termasuk penulis yang produktif, untuk masalah-masalah dakwah, syariah, dan bidang tarbiyah sebagai spesialisnya. Ia dikenal sebagai seorang penulis yang selalu memperbanyak fakta-fakta Islami, baik yang terdapat dalam al-Qur’an, as-Sunnah, dan atsaratsar para salaf yang saleh terutama dalam bukunya yang berjudul “Tarbiyatul Aulad Fil-Islam.” Hal ini sesuai dengan pendapat Syaikh Wahbi Sulaiman al-Ghawaji al-Albani yang berkata : bahwa beliau adalah seorang 44
45
laki-laki yang beriman yang pandai dan hidup dimana pada kedua mata, sayap, hati, dan darahnya terdapat sabda nabi Muhammad SAW.1 Lalu beliau pergi ke Yordania dan tinggal di sana. Kemudian pergi ke Arab Saudi dan bekerja sebagai pengajar di Universitas Al-Malik ‘Abdul Aziz. Di sanalah ia menyelesaikan S3-Nya dan mendapatkan gelar Doktor dalam bidang fiqih dan dakwah. Ia terus bekerja di sana sampai meninggal dunia pada hari Sabtu, 5 Muharram 1398 H/29 Agustus 1987 M, di Jeddah. Jenazahnya dibawa ke Mekah lalu dikuburkan di sana. Jenazahnya dishalatkan setelah shalat Asyar.2 B. Pemikiran Abdullah Nashih ‘Ulwan mengenai Sinergitas Tiga Lembaga Pendidikan Islam Antara Rumah, Sekolah dan Masjid. Institusi keluarga, sekolah, dan Masjid semestinya secara sikron, Integrated, dan sinergi dalam memberikan pengaruh-pengaruh pendidikan pada anak. Akan tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Karena alasan sibuk, tidak jarang keluarga yang merasa cukup menyerahkan pendidikan kepada sekolah. Padahal, disadari bahwa interaksi guru murid di sekolah amatlah terbatas dari segi waktu dan kesempatan Kontrol, yakni tidak lebih tujuh jam sehari. Kelemahan sekolah yang demikian itu, ternyata malah diperparah oleh lingkungan masyarakat, yang dalam kenyataannya seringkali menyuguhkan
1
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Tarbiyatul ‘Aulad fil Islam, Pendidikan Anak Dalam Islam, Terj. Arif Rahman Hakim, Lc, (Solo : Insan Kamil, 2012), Cet. 1. hlm. xxv. 2 Ibid, hlm. 905.
46
nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang diperoleh di sekolah dan keluarga.3 Menurut Abdullah Nashih ‘Ulwan di antara faktor efektif dalam pembentukan kepribadian intelektual anak, rohani, dan fisiknya adalah mengadakan kerjasama atau sinergitas yang baik antara rumah, sekolah, dan masjid. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa rumah memiliki peranan tanggung jawab nomor satu dalam mendidik anak dari segi fisiknya. Maka dari itu, termasuk dosa besar bagi siapa saja yang menyia-nyiakan dan mengabaikan hak anak tersebut. Nabi Muhammad SAW. Bersabda :
ُِﻚ ﺗـ ُْﻮﺗَﻪ ُ ِﺲ َﻋ ﱠﻤ ْﻦ ﳝَْﻠ َ َﻛﻔَﻰ ﺑِﺎﻟْﻤ َْﺮِء اِﲦًْﺎ أَ ْن َْﳛﺒ Cukuplah seseorang berdosa bahwa ia menahan dirinya dari orang yang menjadi tanggungannya,(HR.Muslim)4 Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan di antara anggotanya bersifat khas. Dalam lingkungan ini terletak dasar-dasar pendidikan. Di sini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku di dalamnya, artinya tanpa harus di umumkan atau dituliskan terlebih dahulu agar diketahui dan diikuti oleh seluruh keluarga. Di sini diletakkan dasar-dasar pengalaman melalui rasa kasih sayang dan penuh kecintaan, kebutuhan akan kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan. Justru karena pergaulan yang demikian itu berlangsung dalam hubungan yang
3
hlm. 4.
Imam Suprayoga, Pendidikan Berparadigma Qur’an, (Malang : Aditya Media, 2004),
4
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Op.Cit., hlm. 831.
47
bersifat pribadi dan wajar, maka penghayatan terhadapnya mempunyai arti yang amat penting.5 Sehingga Pendidikan dengan Nasihat sangat penting untuk anak, Setiap manusia (anak) selalu membutuhkan nasihat, sebab dalam jiwa terdapat pembawaan itu biasanya tidak tetap, dan oleh karena itu kata-kata atau nasihat harus diulang-ulang Nasihat akan berhasil atau mempengaruhi jiwa anak, tatkala orangtua mampu memberikan keadaan yang baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. al-Baqarah ( 2) : 44.
أﻓَﻼَ ﺗـَْﻌ ِﻘﻠ ُْﻮ َن
ﻗﻠﻰ
َﺎب َ ْﱪ َوﺗـَْﻨﺴ َْﻮ َن اَﻧـُْﻔﺴَـ ُﻜ ْﻢ َواَﻧـْﺘـُ ْﻢ ﺗـَْﺘـﻠ ُْﻮ َن اﻟْ ِﻜـﺘ ﱠﺎس ﺑِﺎﻟِﱢ َ اَﺗَﺄْ ُﻣﺮُو َن اﻟـﻨ (٤٤:)اﻟﺒﻘﺮة
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca alKitab (Taurat) ? maka tidakkah kamu berpikir ? (Q.S al-Baqarah : 44)6
Agar harapan orang tua terpenuhi yakni anak mengikuti apa-apa yang telah diperintahkan dan yang telah diajarkannya, tentunya disamping memberikan nasihat yang baik juga ditunjang dengan teladan yang baik pula. Karena pembawaan anak mudah terpengaruh oleh kata-kata yang didengarnya dan juga tingkah laku yang sering dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari dari pagi hari sampai sore hari.
5
hlm.66.
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014),
6
Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung :CV Penerbit Diponegoro, 2005), hlm. 7.
48
Nasihat juga harus diberikan sesering mungkin kepada anak-anak masa sekolah dasar, sebab anak sudah bersosial dengan teman sebayanya. Agar apaapa yang telah diberikan dalam keluarganya tidak mudah luntur atau tepengaruh dengan lingkungan barunya. Menurut ‘Ulwan, dalam Penyajian atau memberikan nasihat itu ada pembagiannya, yaitu :7 a. Menyeru untuk memberikan kepuasan dengan kelembutan atau penolakan. Sebagai contohnya adalah seruan Lukman kepada anak–anaknya, agar tidak mempersekutukan Allah SWT. Q.S. Lukman (31) :13.
اﻟﺸ ْﺮُك ﻟَﻈُْﻠ ٌﻢ َﻋ ِﻈْﻴ ٌﻢ ِ وأِ ْذ ﻗَ َﺎل ﻟُْﻘ َﻤ ُﻦ ِﻻﺑـْﻨِ ِﻪ َوُﻫ َﻮ ﻳَﻌِﻈُﻪُ ﻳـَﺒُـﻨَـَﻲ َﻻﺗُ ْﺸ ِﺮْك ﺑِﺎﷲِ ﻗﻠﻰ إِ ْن (۱۳:)ﻟﻘﻤﻦ Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar–benar kezaliman yang besar. (Q.S Luqman : 13).8 b. Metode cerita dengan disertai tamsil ibarat dan nasihat Metode ini mempunyai pengaruh terhadap jiwa dan akal. Biasanya anak itu menyenangi tentang cerita-cerita. Untuk itu orang tua sebisa mungkin untuk memberikan masalah cerita yang berkaitan dengan keteladanan yang baik yang dapat menyentuh perasaannya.Sebagaimana firman-Nya dalam QS. al-A`raf (7) : 176.
7
Abdullah Nashih Ulwan, Op. Cit., hlm. 591. Depag. RI, Op. Cit., hlm. 412.
8
49
(۱۷۶:ﺺ ﻟَـ َﻌﻠﱠ ُﻬ ْﻢ ﻳَـﺘَـ َﻔ ﱠﻜ ُﺮْو َن )اﻻﻋﺮاف َ ﺼ َ ﺺ اﻟ َﻘ ِ ﺼ ﻓَﺎﻗْ ﱡ... Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir. (QS. al-A`raf : 176 )9 c. Pengarahan melalui wasiat Orang tua yang bertanggung jawab tentunya akan berusaha menjaga amanat-Nya dengan memberikan yang terbaik buat anak demi masa depannya dan demi keselamatannya. Islam
dengan
prinsip-prinsipnya
yang
holistik
dan
abadi
mendorong para orang tua dan pendidik lainnya untuk selalu memperhatikan dan mengawasi anak-anak mereka di semua aspek kehidupan dan pendidikannya.10 Begitu pula, sudah ditegaskan bahwa masjid di dalam Islam memiliki fungsi utama sebagai tempat pendidikan rohani, berupa sholat jamaah, membaca Al-Qur’an, dan rahmat Allah tidak pernah berhenti dan terputus disana.11 Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda :
َﺖ ْ اِﻻﱠ ﻧـََﺰﻟ،َْﺎب اﷲِ َوﻳـَﺘَﺪَا َرﺳ ُْﻮﻧَﻪُ ﺑـَْﻴـﻨَـ ُﻬﻢ َ ﻳـَْﺘـﻠ ُْﻮ َن ﻛِﺘ،ِْت اﷲ ِ ْﺖ ِﻣ ْﻦ ﺑـُﻴـُﻮ ٍ ﻣَﺎا ْﺟﺘَ َﻤ َﻊ ﻗـ َْﻮٌم ِﰱ ﺑـَﻴ ُ َوذَ َﻛَﺮُﻫ ُﻢ اﷲُ ﻓِْﻴ َﻤ ْﻦ ِﻋْﻨ َﺪﻩ،َُﺸﻴَْﺘـ ُﻬ ُﻢ اﻟﺮﱠﲪَْﺔُ َو َﺣﻨﱠْﺘـ ُﻬ ُﻢ اﻟْ َﻤﻼَﺋِ َﻜﺔ ِ َوﻏ،َُﻋﻠَْﻴ ِﻬ ُﻢ اﻟ ﱠﺴ ِﻜْﻴـﻨَﺔ Tidaklah satu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, mereka membaca kitab Allah,dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan turun ketenangan kepada mereka, rahmat melingkupi mereka, para 9
Ibid., hlm. 173. Abdullah Nashih ‘Ulwan, Op.Cit.,hlm. 603. 11 Ibid, hlm.831. 10
50
malaikat meliputi mereka, dan Allah menyebutkan mereka di hadapan semua yang ada di sisi-Nya.(HR. Muslim)12 Latihan-latihan keagamaan yag menyangkut ibadah seperti sholat, do’a, membaca Al-Qur’an (atau menghafalkan ayat-ayat atau surat-surat pendek), sembahyang atau sholat berjama’ah di Masjid atau di langgar, harus dibiasakan sejak kecil, sehingga lama-kelamaan akan tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut. Dia dibiasakan sedemikian rupa, sehingga dengan sendirinya Ia akan terdorong untuk melakukannya tanpa suruhan dari luar, tapi dirinya dari dalam. Ingat prinsip Agama Islam tidak ada paksaan,tapi ada keharusan pendidikan yang dibebaskan kepada orang tua dan guru atau yang mengerti Agama (Ulama’).13 Implikasi masjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah : 1. Mendidik anak untuk tetap beribadah kepada Allah SWT. 2. Menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan menanamkan solidaritas sosial, serta menyadarkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai insan pribadi, sosial dan warga Negara. 3. Memberikan rasa ketentraman, kekuatan, dan kemakmuran potensi-potensi rohani manusia melalui pendidikan kesabaran, perenungan, optimism, dan mengadakan penelitihan.14 Masjid yang didirikan atas kehendak Allah akan membiasakan pengaruh pendidikan terbesar dalam kehidupan Manusia. Disana akan berkumpul kaum mukmin atas nama Allah yang di dalam dirinya berkembang 12
Ibid, hlm. 832. Zakiah Dradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 2010),hlm. 75. 14 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2008), hlm.232. 13
51
pengakuan dan kebanggaan sebagai masyarakat muslim. Di masjid, mereka akan menyimak khutbah-khutbah dan berbagai pengetahuan umum sehingga mereka menjalani hidup dengan kesadaran atas akidah Islam, penuh pemahaman atas tujuan hidup, dan bersyukur atas apa yang disediakan Allah untuk kepentingan dunia akhirat mereka. Mereka mempelajari Al-Qur’an dan membacanya dengan tartil sehingga mereka mampu menyeimbangkan perkembangan pola pikir dan peradabannya dengan undang-undang masyarakat Islam dan perkembangan spiritual yang menjadi pengikat dirinya kepada Sang Khaliq.15 Konsep pendidikan lebih lebih dititik beratkan pada fungsi sekolah yang menginduk pada fungsi fundamental Islam. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam melingkupi tujuan pendidikan kontemporer serta mengarahkan pendidikan kontemporer itu ke arah ideal sehingga melahirkan insan-insan berkualitas tinggi, baik dalam kehidupan individualnya maupun dalam kehidupan sosialnya. Fungsi-fungsi fundamental pendidikan Islam melalui sekolah sebagai berikut :16 1. Fungsi penyederhanaan dan penyimpulan. 2. Fungsi penyucian dan pembersihan. 3. Memperluas wawasan dan pengalaman anak didik melalui transfer tradisi. 4. Fungsi
mewujudkan
keterikatan,
integrasi,
homogenitas,
dan
keharmonisan antarsiswa. Sekolah atau lembaga pendidikan didatangi
15
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Masyarakat,(Jakarta : Gema Insani Press, 1995), hlm. 138. 16 Ibid, hlm. 151.
Islam
Di
Rumah
sekolah
dan
52
ratusan siswa yang berasal dari lingkungan yang bervariasi, baik itu dalam hal kekayaannya, status sosialnya, dan lain-lain. 5. Fungsi penataan dan validasi sarana pendidikan. 6. Penyempurna tugas keluarga dalam pendidikan.17 Semua sepakat, kalau fungsi utama sekolah itu adalah untuk pendidikan intelektualitas anak. Sebab, ilmu pengetahuan memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian dan mengangkat derajat kemuliaan manusia. Karenanya, ilmu memiliki keutamaan yang besar dalam pandangan Islam. Rasulullah SAW Bersabda :
َﱴ ﻳـَﺮِْﺟ ُﻊ َﺐ اﻟْﻌِْﻠ ِﻢ ﻓَـ ُﻬ َﻮ ِﰱ َﺳﺒِﻴ ِْﻞ اﷲِ ﺣ ﱠ ِ َﻣ ْﻦ َﺧَﺮ َج ِﰱ ﻃَﻠ Barang siapa yang keluar mencari ilmu, maka ia sedang berada di jalan Allah sampai ia kembali.(HR. At-Tirmidzi) Rasulullah SAW juga bersabda:
َﺳ ﱠﻬ َﻞ اﷲُ ﻟَﻪُ ﻃَ ِﺮﻳْـﻘًﺎ ا َِﱃ اﳉَْﻨﱠﺔ،ﺲ ﻓِْﻴ ِﻪ ِﻋ ْﻠﻤًﺎ ُ َﻚ ﻃَ ِﺮﻳْـﻘًﺎ ﻳـَ ْﻠﺘَ ِﻤ َ َﻣ ْﻦ َﺳﻠ Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah pasti memudahkan untuknya jalan menuju surga.(HR. Muslim)18 Anak-anak dari keluarga Muslim yang bersekolah sesunggunya secara serempak hidup dalam tiga lingkungan, yaitu keluarga, masjid, dan sekolah. Ketiga unsur itu harus serasi, saling mengisi dan bersinergi dalam membentuk kepribadian anak didik.19
17
Ibid, hlm. 161. Abdullah Nashih ‘Ulwan, Loc.Cit. 19 Zakiah Daradjat, dkk, Op.Cit, hlm.74. 18
53
Dapat dimengerti betapa pentingnya kerja sama atau sinergitas antara ketiga lembaga itu, kerja sama itu hanya tercapai, apabila ketiga belah pihak saling mengenal dan bersinergi dalam pengoptimalan pendidikan Islam.20 Ketika mengatakan harus ada sinergitas atau kerja sama antara rumah, masjid, dan sekolah, artinya bahwa anak akan menjadi sempurna kepribadiannya baik itu rohani, jasmani, akal, dan mental sebagai hasil dari kerja sama tersebut. Bahkan, ia menjadi anggota masyarakat yang aktif dalam memajukan umat dan memuliahkan agamanya Namun, menurut Abdullah Nashih ‘Ulwan kerjasama ini tidak akan bisa maksimal jika belum memenuhi dua syarat asasi berikut ini. Pertama, tidak adanya dualisme atau paradoks antara pengarahan yang diberikan rumah dan sekolah. Kedua, kerjasama yang terjalin harus bertujuan untuk mengadakan integritas dan keseimbangan dalam membentuk kepribadian anak yang Islami. Jika sinergitas atau kerjasama tersebut sudah mencakup dua hal tersebut, maka anak akan memiliki kepribadian yang sempurna, mencakup rohani, jasmani, intelektual, dan mentalnya. Bahkan, ia menjadi manusia yang seimbang dan sempurna yang disenangi semua orang dan menjadi teladan yang baik.21 Dapat dimengerti betapa pentingnya kerja sama atau sinergitas antara rumah dan sekolah. Kerja sama itu hanya tercapai, apabilah kedua belah pihak saling mengenal. Orang tua harus mengenal anaknya, sekolah dan guru. 20
Ibid., hlm.76. Abdullah Nashih ‘Ulwan.,Op.Cit. hlm. 833.
21
54
Keadaan anak biasanya di ketahui orang tua dari (a) daftar nilai, (b) surat peringatan, (c) kunjungan kepada guru di sekolah, (d) pertemuan dengan orang tua murid dan (e) guru memahami murid-murid.22 Mengenai kerja sama dengan sekolah, ada beberapa hal yang dapat di paparkan kepada para pendidik dan orang tua sebagai berikut: a. Banyak pengajar di sekolah dan perguruan tinggi beranggapan bahwa pendidikan yang benar hanyalah dengan mengikuti apa yang datang dari barat. b. Mereka inilah yang mendidik anak-anak kaum muslimin dengan cara barat dan metodologi atheisme yang menyimpang. Karena perasaan, hati, dan akal mereka sudah terpengaruh oleh apa yang datang dari barat. c. Buku-buku pelajaran yang diajarkan kepada anak di sekolah penuh dengan penyimpangan dari ajaran Islam, pencelaan terhadap agama, dan ajakan kepada kekufuran dan atheisme.23 d. Pengajaran agama minim sekali jika dibandingkan dengan seluruh materi sains dan sastra yang diajarkan kepada siswa di sekolah. Maka siswa muslim dengan sistem pengajaran yang seperti itu, bagaimana mungkin bisa bagus bacaan Al-Qur’an-nya, mengenal hukumhukum syariah, mengetahui sirah dan sejarah. Karena sekolah tidak memberikan itu semua. Maka siswa keluar atau lulus dari sekolah dengan wawasan keislaman, pemahaman tentang sistem Islam yang sangat terbatas.
22
Zakiah Daradjat, dkk,, Op.Cit,hlm. 76. Abdullah Nashih ‘Ulwan.,Loc.Cit.
23
55
Jika
pendidik
di
rumah
tidak
menjalankan
tanggung
jawab
pendidikannya dengan semestinya, maka sudah bisah dipastikan anak akan melenceng akidahnya dan menyimpang akhlaknya. Pada saat seperti itu, sudah tidak berguna lagi memberi arahan kepada anak dan sulit untuk bisa meluruskan kembali.24 Maka dari itu perlu adanya pertemuan guru dan orang tua disekolah tujuannya ialah memperkenalkan sekolah kepada orang tua, memperlihatkan kepadanya apa yang terjadi di dalam sekolah, agar tercapai hubungan yang erat antara orang tua dengan guru-guru. Kerja sama dalam mendidik anak memerlukan sikap kenal mengenal antara guru dengan orang tua. Banyak hal yang dapat di bicarakan tentang perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai, kesulitan-kesulitan yang dialami serta cara-cara mengatasinya dan hal-hal yang patut dilakukan orang tua berkenaan dengan bakat atau kemampuan anaknya dan sebaganya.25 Berdasarkan pemaparan di atas, bisa di simpulkan bahwa orang tua di rumah sebagai penanggung jawab pertama pendidikan anak secara jasmani dan akhlak. Sedangkan di masjid, anak dididik rohaninya dan di sekolah anak dididik akidah, pengetahuan, dan wawasannya. Jika dirasakan anak di sekolah tidak dididik dengan prinsip-prinsip Islam dan tidak mendapatkan pendidikan yang berkaitan dengan syariah, maka orang tua harus bangkit untuk menjalankan tanggung jawab tersebut. Bahkan, ia harus melipatgandakan usaha dan waktunya demi manfaat yang besar dan 24
Ibid, hlm. 834. Zakiah Daradjat, dkk,, Op.Cit.,hlm. 78.
25
56
kebaikan yang banyak untuk anak. Seperti dengan mencarikan guru agama yang baik, memilihkan teman yang shaleh, dan membiasakan anak mendengarkan dakwah yang menggugah. Dengan cara seperti itu, orang tua atau pendidik telah membentengi anak dengan akidah Islam yang kuat dan akhlak Islam yang lurus. Maka anak tidak akan terpengaruh dengan pemikiran atheis dan akhlak hedonis.26 C. Karya-karya Abdullah Nashih ‘Ulwan. Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan adalah seorang penulis yang sangat produktif. Beliau menulis karya ilmiahnya dalam bidang dakwah, bidang fiqhiyah dan dalam bidang pendidikan sebagai spesialisasinya. Dalam karya-karyanya beliau dikenal sebagai seorang penulis yang selalu memperbanyak fakta-fakta Islami, baik yang terdapat dalam Al-Qur’an, As-Sunnah atau Atsar para salaf saleh, terutama dalam bukunya Tarbiyah alAulad fil Islam Pendidikan Anak Dalam Islam.27 Mengenai karya-karya beliau secara singkat dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu karya tulisnya yang berkaitan dengan masalah-masalah umum dan kajian Islam (studi Islam) dengan pendidikan dan dakwah. Abdullah Nashih ‘Ulwan sangat produktif, beliau telah menulis banyak buku dan artikel tentang Islam, yang meliputi berbagai topik bahasan, lebih dari empat puluh karya telah beliau hasilkan, karya-karya beliau antara lain : 26
Abdullah Nashih ‘Ulwan.,Loc.Cit. Ibid, hlm. xxvi.
27
57
1. Karya Tulis Yang Berkaitan Dengan Pendidikan 1. Tarbiyatul Aulad fi’l Islam (Pendidikan Anak Dalam Islam) 2. Mas’uliyatul – Tarbiyah Al-Jinsiyah (Tanggung Jawab Pendidikan Seks) 2. Karya Tulis yang berkaitan dengan Dakwah 1. At-Takafulu’l – Ijtima’i fi’il –Islam. (Jaminan Sosial Menurut Islam) 2. Ta’addu’z –Zaujiyat fi’il –Islam. (Poligami Dalam Islam) 3. Hatta ya’lama’ sy – Syabab. (Sampai Para Pemuda Mengetahui) 3. Karya yang berkaitan dengan Masalah Umum 1. Ila Kulli Abin Ghayur Yu’min bi’l –lah . (Kepada Para Pewaris Nabi) 2. Fadhu’ ilush – Shiyuam wa ahkamuhu. (Keutamaan Puasa Dan HukumHukumnya) 3. Aḥkām at-Ta`mīn fī al-Islām (Hukum-Hukum Asuransi Dalam Islam) 4. Aḥkām az-Zakāh ‘alā Ḍau`i al-Mażāhib al-Arba’ah (Hukum-Hukum Zakat Empat Mażhab) 5. Syubhatu’z wa Rudu Haula’l – Aqidah wa Ashalu’l –Insan (KeraguRaguan Dan Berbagai Sanggahan) 6. Aqābāt az-Zawāj wa Ṭurūq Mu’ālajatihā ‘Alā Ḍau`i al-Islām (Tahapan Pernikahan Dan Cara Menempuhnya Dalam Perspektif Islam) 7. Ila Warastati’ l - Anbiya’ (Kepada Para Pewaris Nabi) 8. Ta’addudu az-Zaujāt fī al-Islām. (Poligami Dalam Islam) 9. Silsilah Madrasah ad-Du’āh (Rangkaian Sekolah Para Dai)
58
10. Al-Islām Syarī’ah az-Zamān wa al-Makān (Islam syariat sepanjang zaman).28 Berkaitan dengan judul skripsi ini “Pemikiran Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan tentang Optimalisasi Pendidikan Islam Melalui Sinergitas Lembaga Pendidikan Antara Rumah, Sekolah Dan Masjid”, penulis menjadikan karya Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan yang berjudul Tarbiyah Aulad fil Islam : Pendidikan Anak dalam Islam” diterjemahkan oleh Arif Rahman Hakim, Lc, dan Abdul Halim, Lc, sebagai sumber primer untuk penulis. Kitab “Tarbiyatul Aulad Fil Islam” memiliki karakteristik tersendiri. Keunikan karakteristik itu terletak pada uraiannya yang menggambarkan totalitas dan keutamaan Islam. Islam sebagai agama yang tertinggi dan tidak ada yang melebihi ketinggiannya adalah menjadi obsesi ‘Ulwan dalam setiap analisa dan argumentasinya, sehingga tidak ada satu bagian pun dalam kitab tersebut yang uraiannya tidak didasarkan atas dasar-dasar dan kaidahkaidah nash.
28
Ibid., hlm. xxix-xxx.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Analisis
Efektifitas
Lembaga
Pendidikan
Terhadap
Perkembangan
Pendidikan Islam Anak. Kata efektifitas berasal dari kata dasar efektif, yang berarti terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu perbuatan. 1 Setelah melakukan penelitian tentang pemikiran Abdullah nashih ‘Ulwan mengenai Pengoptimalan Pendidikan Islam Melalui Sinergitas Tiga Lembaga Pendidikan Islam dalam kitab “Tarbiyah al-Aulad fil Islam” Pendidikan anak dalam Islam, maka pada bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian yang ditemukan. Abdullah Nashih ‘Ulwan merupakan pemerhati masalah pendidikan terutama pendidikan anak, dalam pemikirannya tentang pendidikan Abdullah Nashih ‘Ulwan memaknainya bukan hanya sekedar
bertujuan memanusiakan manusia, tetapi
‘Ulwan
menyebutkannya sebagai upaya membina mental, melahirkan generasi, membina umat dan budaya, serta memberlakukan prinsip-prinsip kemuliaan dalam Islam. Tujuan yang ingin dicapai adalah merubah manusia dari kegelapan syirik, kebodohan, hedonis, kesesatan dan kekacauan menuju tauhid, Ilmu, hidayah dan kemantapan. Sebagaimana telah diabadikan oleh Allah SWT. Dalam surat alMaidah ayat 15-16. :
1
149.
Pariata Westra, Ensiklopedi Administrasi, (Jakarta: Air Agung Putera, 2000), hlm.
59
60
َﻦ ْ َﺎب َو ﻳـَ ْﻌﻔُﻮْا ﻋ ِ َﲔ ﻟَ ُﻜ ْﻢ َﻛﺜِْﻴـﺮًا ﳑﱢﱠﺎ ُﻛْﻨﺘُ ْﻢ ﲣُْ ُﻔ ْﻮ َن ِﻣ َﻦ اﻟْ ِﻜﺘ َُﺎب ﻗَ ْﺪ ﺟَﺂءَ ُﻛ ْﻢ َرﺳ ُْﻮﻟُﻨَﺎ ﻳـُﺒـ ﱢ ِ ﻳَﺂ ْﻫ َﻞ اﻟْ ِﻜﺘ ﺿﻮَاﻧَﻪُ ُﺳﺒُ َﻞ ْ ( ﻳـَ ْﻬ ِﺪ ْي ﺑِِﻪ اﷲُ َﻣ ِﻦ اﺗﱠـﺒَ َﻊ ِر) ِﲔ ٌْ َﺎب ُﻣﺒ ٌ ﻗَ ْﺪ ﺟَﺂءَ ُﻛ ْﻢ ِﻣ َﻦ اﷲُ ﻧـ ُْﻮٌر َو ﻛِﺘِﲑ ٍْ َﻛﺜ () اط ُﻣ ْﺴﺘَ ِﻘْﻴ ٍﻢ ٍ َﺎت إ َِﱃ اﻟﻨـ ْﱡﻮِر ﺑِﺈ ْذﻧِِﻪ َو ﻳـَ ْﻬ ِﺪﻳْ ِﻬ ْﻢ َإﱃ ِﺻَﺮ ِ ﱠﻼِم َو ﳜُْ ِﺮ ُﺟ ُﻬ ْﻢ ِﻣ َﻦ اﻟﻈﱡﻠُﻤ َ اﻟﺴ Wahai ahli kitab! Sungguh,Rasul kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya, sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menjelaskan. Dengan kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus.(QS. Al-Maidah: 15-16).2 Pengertian dan tujuan pendidikan ini memang tidak dirumuskan secara jelas, namun hal ini dapat dilihat dari pemaparan Abdullah Nashih ‘Ulwan tentang konsep pendidikan yang mengacu pada Al-Qur’an dan Hadits, sebagai berikut: 1. Pendidik Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilainilai ajaran Islam.3 Menurut Abdullah Nashih ‘Ulwan agar seorang pendidik dapat membentuk pribadi anak dan mempersiapkan manusia yang berguna di dalam
2
Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung :CV Penerbit Diponegoro, 2005), hlm. 110. 3 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam (Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia),(Jakarta : Kencana, 2011), hlm. 41.
61
hidup ini, ia harus memiliki sifat: ikhlas, takwa, berilmu, penyabar dan bertanggung jawab. Dengan kelima sifat tersebut, diharapkan para pendidik dapat membentuk pribadi anak didik dan mempersiapkannya menjadi manusia yang berguna di dalam hidup ini. Sifat ikhlas dan takwa yang harus dimiliki oleh pendidik, menurut ‘Ulwan akan mendapatkan keridhaan Allah, dan dicintai murid-muridnya serta dengan takwa pendidik akan merasa mawas diri. Ilmu adalah sebuah keharusan bagi setiap pendidik, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa jika pendidik tidak berilmu, maka bagaimana ia akan memberikan pengetahuan kepada anak didiknya. Dalam hal ini, Ulwan mengibaratkan dengan ungkapan “bagaimana mungkin lampu yang tak berminyak dapat menerangi sekitarnya?”. Selanjutnya yaitu sifat penyabar, dimana sifat ini akan membuat anak didik tertarik kepada pendidiknya. Tetapi bukan berarti pendidik selamanya bersikap sabar dalam mendidik anak, namun hal tersebut disesuaikan dengan kondisi anak didik itu sendiri. pendidik merupakan penanggung jawab pertama dalam pendidikan anak berdasarkan iman dan takwa, sehingga sifat tanggung jawab menjadi salah satu sifat yang harus dimiliki pendidik4 Dari kelima sifat tersebut dapat dipahami bahwa untuk menjadi pendidik bukan hanya kemampuan intelektual yang harus dimiliki, karena pendidik bukan sekedar profesi semata, namun lebih dari itu tanggung jawab seorang pendidik sangatlah besar, sehingga benar jika Islam mensyaratkan sifat-sifat yang harus dimiliki seseorang untuk bisa menjadi pendidik. Hal ini telah diungkapkan pula
4
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Tarbiyatul ‘Aulad fil Islam, Pendidikan Anak Dalam Islam, Terj. Arif Rahman Hakim, Lc, (Solo : Insan Kamil, 2012), Cet. 1. hlm. 834.
62
oleh al-Mawardi seorang tokoh Islam yang berasal dari Basrah (364 H-450 H/974 M-1058 M) bahwa seorang pendidik harus bersikap Ikhlas. Keikhlasan ini ada kaitannya dengan motivasi seseorang. Lebih lanjut al-Mawardi mengatakan bahwa diantara akhlak yang harus dimiliki para guru adalah menjadikan keridhaan dan pahala dari Allah SWT, sebagai tujuan dalam melaksanakan tugas mengajar dan mendidik muridnya, bukan mengharapkan balasan berupa materi.5 2. Anak didik Anak didik adalah seorang anak yang selalu mengalami perkembangan sejak terciptanya sampai meninggal dan perubahan-perubahan itu terjadi secara wajar. 6 Abdullah Nashih ‘Ulwan mengungkapkan beberapa hal tentang perasaan psikologis orang tua terhadap anak adalah dengan memberikan kasih sayang kepada anak, perasaan kasih sayang kepada anak secara fitrah telah tumbuh dalam hati kedua orang tua, begitu pula perasaan psikologis lainnya. Seperti perasaan keibuan dan kebapakan. Rasa cinta kasih merupakan anugerah Allah SWT, perasaan ini merupakan kemuliaan bagi orang tua dalam mendidik, mempersiapkan, dan membina anak-anak untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan paling besar.
5
62.
Abuddin Nata, Filasafat Pendidikan Islam, (Jakarta; Logos Wacana Ilmu, 2000), hlm.
6
Sutari dan Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001) Hlm. 79.
63
Hikmah dari perasaan psikologis ini adalah a) menghilangkan kebiasaankebiasaan jahiliyah yang memandang negatif terhadap anak perempuan, Islam tidak membeda-bedakan antara keadilan perempuan dan laki-laki. Sepatutnya orang tua memberikan kasih sayang yang sama kepada anak-anaknya tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan. b) memperlihatkan keutamaan pahala bagi orang yang sabar karena kehilangan anak. Kesabaran akan membuahkan pahala dan jalan menuju surga. Orang tua yang ditinggal mati oleh anaknya hendaknya bersabar dengan segala imannya. Sehingga kegelisahan itu berubah menjadi ketabahan. c) mendahulukan kepentingan Islam daripada cinta kepada anak. Dengan rasa cinta dan kasih kepada anak, maka seharusnya perasaan ini tidak menghalangi mereka dalam berjihad dijalan Allah swt dan menyampaikan dakwah Allah dimuka bumi.Serta yang terakhir adalah d) menghukum dan meninggalkan anak untuk kepentingan pendidikan. Telah dijelaskan oleh
Abdullah Nashih ‘Ulwan bahwa menghukum anak bisa
dilakukan jika memang memberikan nasehat dengan lemah lembut itu tidak cukup. Jika menghukum tidak cukup merubah anak didik, maka siperbolehkan memukul namun tanpa melukai. Hal-hal di atas adalah buah dari kasih sayang orang tua terhadap anak didik.7 Lembaga keluarga, sekolah, dan Masjid semestinya secara sikron, Integrated, dan sinergi dalam memberikan pengaruh-pengaruh pendidikan pada anak. Akan tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Karena alasan sibuk, tidak jarang keluarga yang merasa cukup menyerahkan pendidikan kepada sekolah. 7
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Op.Cit., hlm. 840.
64
Padahal, disadari bahwa interaksi guru murid di sekolah amatlah terbatas dari segi waktu dan kesempatan Kontrol, yakni tidak lebih tujuh jam sehari. Kelemahan sekolah yang demikian itu, ternyata malah diperparah oleh lingkungan masyarakat, yang dalam kenyataannya seringkali menyuguhkan nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai yang diperoleh di sekolah dan keluarga.8 Sehingga menurut Abdullah Nashih ‘Ulwan di antara faktor efektif dalam pembentukan kepribadian intelektual anak, rohani, dan fisiknya adalah mengadakan kerjasama atau sinergitas yang baik antara rumah, sekolah, dan masjid. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa rumah memiliki peranan tanggung jawab nomor satu dalam mendidik anak dari segi fisiknya. Maka dari itu, termasuk dosa besar bagi siapa saja yang menyia-nyiakan dan mengabaikan hak anak tersebut. Nabi Muhammad SAW. Bersabda :
ُِﻚ ﺗـ ُْﻮﺗَﻪ ُ ِﺲ َﻋ ﱠﻤ ْﻦ ﳝَْﻠ َ َﻛﻔَﻰ ﺑِﺎﻟْﻤ َْﺮِء اِﲦًْﺎ أَ ْن َْﳛﺒ Cukuplah seseorang berdosa bahwa ia menahan dirinya dari orang yang menjadi tanggungannya,(HR.Muslim).9 Ketika mengatakan harus ada sinergitas atau kerja sama antara rumah, masjid,
dan
sekolah,
artinya
bahwa
anak
akan
menjadi
sempurna
kepribadiannya baik itu rohani, jasmani, akal, dan mental sebagai hasil dari
8
hlm. 4.
Imam Suprayoga, Pendidikan Berparadigma Qur’an, (Malang : Aditya Media, 2004),
9
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Op.Cit.,hlm. 831.
65
kerja sama tersebut. Bahkan, ia menjadi anggota masyarakat yang aktif dalam memajukan umat dan memuliahkan agamanya.10 Terciptanya lingkungan yang mendukung untuk memberikan didikan kepada anak secara kontinyu. ‘Ulwan membagi lingkungan ini menjadi dua yaitu lingkungan keluarga yang Islami dan lingkungan masyarakat yang baik. Karena lingkungan masyarakat termasuk teman sangat mempengaruhi perkembangan anak didik. Jika keluarga dapat mendidik anak dengan kebiasaan yang dilakukan dengan terus menerus sehingga menjadikan kebiasaan itu sebagian dari akhlak anak, maka anak akan mempunyai akhlak yang mulia. Ibnu Sina juga mengungkapkan bahwa, metode pendidikan yang paling efektif adalah dengan pembiasaan dan keteladanan.11 Oleh karena itu, selayaknya para pendidik, baik orang tua atau guru mengajarkan anak didik mereka dengan kebiasaan yang baik, bukan hanya dalam hal ibadah saja namun semua hal kebaikan. Jika anak didik sejak dini terbiasa diajak untuk melakukan shalat berjamaah misalnya, maka dia akan sulit meninggalkan shalat berjamaah. 1. Analisis Efektifitas Lembaga Pendidikan Rumah. Abdullah Nashih ‘Ulwan menyoroti bahwa jika anak mendapatkan pendidikan yang baik di dalam lingkungan keluarga, pergaulan yang baik dan lingkungan belajar yang aman, maka anak akan tumbuh menjadi baik. Ungkapan tersebut dapat dipahami bahwa Abdullah Nashih ‘Ulwan cenderung mengakui adanya pengaruh lingkungan keluarga, sebagai 10
Ibid, hlm. 831. Abuddin Nata, Pemikiran Para tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2003), hlm. 79. 11
66
lingkungan pertama dan utama terhadap pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Selain itu anak juga berinteraksi
dengan lingkungan
masyarakat, baik sesama usia maupun dengan orang yang lebih tua. Tak terkecuali juga anak membutuhkan sekolah sebagai tempat belajar setelah memasuki usia sekolah. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sebagaimana yang dijelaskan Keluarga dipandang sebagai tempat pendidikan awal dan utama bagi anak, sebab anak secara otomatis menyaksikan segala gerak-gerik orang tua dan seluruh anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu, Abdullah Nashih ‘Ulwan menyoroti bahwa anakanak di bawah umur biasanya mengikuti jejak sang kakak, bahkan memandang sebagai ikutan dalam segala sesuatu dan mengikuti segala sifat moral dan adat kebiasaan sosialnya. Menyikapi kondisi demikian, kedua orang tua harus memusatkan perhatiannya kepada anak yang pertama, kemudian anak-anak di bawah usianya, agar sang sulung menjadi teladan yang baik bagi adik-adiknya.12 Menurut Abdurrahman An-Nahlawi Yang dimaksud dengan keluarga muslim adalah sepasang suami istri yang kedua tokoh intinya (ibu dan ayah) yang mendasarkan pada pembentukan keluarga yang sesuai dengan syarat Islam. Berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, dapat dikatakan bahwa tujuan terpenting dari pembentukan keluarga adalah hal-hal berikut :
12
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Op.Cit.,hlm. 662-663.
67
Pertama, mendirikan syari’at Allah dalam segala permasalahan rumah tangga. Kedua, mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologis. Ketiga, mewujudkan sunah Rasulullah SAW melalui pendidikan Keempat, memenuhi kebutuhan cinta kasih anak-anak Kelima, menjaga fitrah anak agar anak tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan. Dengan demikian orang tua berkewajiban melakukan langkah langkah berikut: Pertama, membiasakan anak-anak untuk mengingat kebesaran dan nikmat
Allah.
Kedua,
membiasakan
anak-anak
untuk
mewaspadai
penyimpangan-penyimpangan yang kerap membiasakan dampak negatif terhadap diri anak.13 Dalam kegiatan pendidikan, sedangkan menurut
Zakiah keluarga
adalah lingkungan pendidikan pertama. Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan di anggota masyarakatnya bersifat khas. Dalam lingkungan keluarga terletak dasar-dasar pendidikan. Dalam keluarga pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku di dalamnya, artinya tanpa harus diumumkan atau dituliskan terlebih dahulu agar diketahui dan diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Dalam keluarga pula diletakkan dasar-dasar pengalaman melalui kasih sayang dan penuh kecintaan, kebutuhan akan kewajiban dan nilai-nilai kepatuhan. Justru karena pergaulan yang demikian itu berlangsung dalam
13
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah sekolah dan Masyarakat, (Jakarta : Gema Insani Press, 1995), hlm. 139.
68
hubungan yang bersifat pribadi dan wajar, maka penghayatan terhadapnya mempunyai arti yang amat penting.14 Dengan demikian, jelas bahwa peran penting orang tua dan anggota keluarga lain di rumah adalah sangat mempengaruhi arah kepribadian anak akan terbentuk. Jika sepanjang kehidupan anak dalam keluarga dipenuhi dengan sikap yang harmonis, jelas akan membawa dampak yang baik, namun demikian jika dalam keluarga anak sering menemui sikap yang apatis dan tidak harmonis justru akan membawa anak pada kepribadian yang tidak baik. Oleh karena itu, pengaruh dari masing-masing anggota keluarga akan sangat mewarnai anak, sebab secara tidak langsung anak akan meniru dan menyerap apa yang dipraktikkan dalam lingkungan keluarga. 2. Analisis Efektifitas Lembaga Pendidikan Sekolah. Lingkungan yang lebih luas adalah lingkungan sekolah dan masyarakat. Dalam lingkungan sekolah anak akan bertemu dengan guru yang mengajar, teman sekelas atau teman satu sekolah, dan termasuk juga dengan orang-orang yang berhubungan dengan sekolah, misalnya penjaga sekolah, satpam dan lain-lainnya. Dengan demikian anak memiliki keluasan untuk bergaul dan berinteraksi dengan mereka. Dalam kondisi demikian secara bertahap besar kemungkinan anak akan mendapatkan pengaruh dari mereka. Menurut an-Nahlawi, dalam konsepsi Islam, sekolah mempunyai tugas-tugas sebagai lembaga pendidikan Islam: Pertama: penyederhanaan dan penyimpulan, kedua: fungsi penyucian dan pembersihan, ketiga: memperluas 14
Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 66.
69
wawasan dan pengalaman anak didik melalui transfer tradisi, keempat: mewujudkan
keterikatan,
integrasi,
homogenitas,
dan
keharmonisan
antarsiswa, kelima: penataan dan validasi sarana pendidikan, dan yang terakhir menyempurnakan tugas keluarga dalam pendidikan.15 Menurut Zakiah Lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana adalah sekolah. Sekolah adalah tempat anak-anak berlatih dan menumbuhkan kepribadiannya. Sekolah bukanlah sekedar tempat untuk menuangkan ilmu pengetahuan ke otak murid, tetapi sekolah juga harus dapat mendidik dan membina kepribadian anak, disamping memberikan pengetahuan kepadanya. Karena itu, adalah kewajiban sekolah untuk ikut membimbing anak dalam menyelesaikan dan menghadapi kesukaran-kesukaran dalam hidup.16 Sedangkan Abdullah Nashih ‘Ulwan memberikan sorotan bahwa “mencarikan sekolah yang dipandang baik adalah sangat penting. Untuk itu, anak ditempatkan pada sekolah yang berpayung Islam”.17 Pentingnya menyekolahkan anak pada lembaga yang berada dalam naungan Islam dapat dipahami bahwa anak pada masa-masa awal pertumbuhannya adalah rentan terhadap pengaruh yang masuk dalam dirinya. Apabila anak berada dalam lingkungan yang tidak sesuai dengan ajaran agama, maka menyebabkan anak akan cenderung mudah terbawa arus, bahkan akan mengalami kebingungan. Oleh karena itu, pada masa awal pembentukan kepribadaian anak, maka akan 15
Abdurrahman An Nahlawi, Op.Cit., hlm. 146. Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Masyarakat,(Jakarta : Ruhama, 1995), hlm.77. 17 Abdullah Nashih ‘Ulwan, Op.Cit., hlm. 161-162. 16
70
lebih tepat jika anak ditempatkan pada lingkungan pendidikan yang dapat membentuk bangunan kepribadian yang kuat dan aman. Artinya anak membutuhkan pembentukan kepribadian yang jelas, terarah dan lurus sesuai dengan ajaran agama. 3. Analisis Efektifitas Lembaga Pendidikan Masjid. Fungsi masjid pada era ini menurut An-Nahlawi mengalami penyempitan, tidak sebagaimana pada zaman Nabi SAW. Hal itu terjadi karena lembaga-lembaga sosial keagamaan semakin memadat sehingga masjid terkesan sebagai tempat ibadah sholat saja dan lebih tragisnya hanya sebagai tempat pengais rizki. Padahal mulanya masjid merupakan sumber kebudayaan masyarakat Islam, pusat organisasi kemasyarakatan, pusat pendidikan, pusat pemikiran (community center), serta sebagai tempat ibadah dan i’tikaf. Implikasi masjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah pertama, mendidik anak untuk tetap beribadah kepada Allah SWT. Kedua, menanamkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan menanamkan solidaritas sosial serta menyadarkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai insan pribadi, sosial, dan warga negara. Ketiga, Memberikan rasa ketentraman, kekuatan, dan kemakmuran potensi-potensi rohani manusia melalui pendidikan kesabaran, perenungan, optimisme, dan mengadakan penelitian.18
18
Abdurrahman An-Nahlawi, Op.Cit., hlm. 137.
71
Pembinaan ketaatan beribadah anak, juga mulai dalam keluarga dan di masjid. Menurut Zakiah Anak yang masih kecil, kegiatan ibadah yang lebih menarik baginya adalah yang mengandung gerak, sedangkan pengertian tentang ajaran agama belum dapat dipahaminya. Karena itu, ajaran agama yang abstrak tidak menarik perhatiannya. Anak-anak suka melakukan shalat, meniru orang tuanya, kendatipun ia tidak mengerti apa yang dilakukannya. Pengalaman keagamaan yang menarik bagi anak di antaranya shalat berjamaah, lebih-lebih lagi bila ia ikut shalat di dalam shaf berjamaah bersama orang dewasa. Di samping itu anak senang melihat dan berada dalam tempat ibadah (masjid, mushalla, surau dan sebagainya) yang bagus, rapi dan dihiasi dengan lukisan atau tulisan yang indah. Pengalaman ibadah yang tidak mudah dilupakan anak, suasana shalat tarawih pada bulan Ramadhan di masjid tempat ia tinggal dan shalat hari raya. Pada bulan ramadhan anak-anak senang ikut berpuasa dengan orang tuanya, walaupun ia belum kuat untuk melaksanakan ibadah puasa sehari penuh. Kegembiraan yang dirasakannya karena dapat berbuka puasa bersama dengan ibu-bapak dan seluruh anggota keluarga, setelah itu mereka bergegas shalat Maghrib, kemudian pergi ke masjid atau langgar bersama temantemannya untuk melakukan shalat tarawih, amat menyenangkan bagi anakanak dan remaja. Anak-anak yang masih kecil, umur antara 2-5 tahun pun ikut gembira untuk melakukan shalat tarawih, walaupun mereka belum mampu duduk atau berdiri lama, seperti orang dewasa, namun pengalaman tersebut, amat penting bagi pembentukan sikap positif terhadap agama dan
72
merupakan unsur-unsur positif dalam pembentukan kepribadiannya yang sedang tumbuh dan berkembang.19 Sebagaimana Luqman menggambarkan ketika menyuruh anaknya untuk shalat. Dalam Al-Qur’an Q.S. Luqman : 17.
َﻚ َ ْﱪ َﻋﻠَﻰ ﻣَﺂ أَﺻَﺎﺑ ِْْف َو اﻧْﻪَ َﻋ ِﻦ اﻟْ ُﻤْﻨ َﻜ ِﺮ َو اﺻ ِ ﺼﻠَﻮةَ َو أْﻣ ُْﺮ ﺑِﺎﻟْ َﻤ ْﻌﺮُو ُﲏ أَﻗِ ِﻢ اﻟ ﱠ ﻳـَﺒـ َﱠ () ِﻚ ِﻣ ْﻦ ﻋَﺰِْم ْاﻷُﻣ ُْﻮِر َ إ ﱠن ذَﻟ Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk yang penting. (QS. Luqman: 17).20 Pelaksanaan perintah tersebut bagi anak-anak adalah dengan persuasi, mengajak dan membimbing mereka untuk melakukan shalat. Jika anak-anak telah terbiasa shalat dalam keluarga, maka kebiasaan tersebut terbawa sampai dewasa, bahkan sampai tua. Begitu pula menurut ‘Ulwan sudah ditegaskan bahwa masjid di dalam Islam memiliki fungsi utama sebagai tempat pendidikan rohani, berupa sholat berjama’ah, membaca Al-Quran, dan rahmad Allah tidak pernah terputus di sana.21 Sejarah pendidikan Islam amat erat pertaliannya dengan Masjid. Karena itu apabila kita membicarakan masjid adalah berarti bahwa kita membicarakan suatu lembaga yang dipandang sebagai tempat yang asasi untuk menyiarkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam untuk pendidikan anak. Lingkaran-lingkaran pelajaran telah diadakan di masjid semenjak
19
60-61.
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Masyarakat, Op.Cit., hlm.
20
Departemen Agama RI, Op.cit., hlm. 412. Abdullah Nashih ‘Ulwan, Op.Cit.,hlm. 831.
21
73
masjid didirikan dan keadaan ini berjalan terus sepanjang tahun dengan tidak putus-putusnya di seluruh negeri Islam. Sehingga dapat dianalisa dan di komparasikan dari beberapa pemikiran-pemikiran
mengenai
keefektifitasan
dalam
pengoptimalan
pendidikan Islam mengenai sinergitas kelembagaan. Pada pemikiran ‘Ulwan untuk membangun sarana pendidikan untuk membentuk konsep pendidikan Islam anak
yang ideal ‘Ulwan dalam pemikirannya lebih menekankan
adanya mengadakan kerjasama yang baik antara rumah, sekolah, dan masjid, berdasarkan pemaparan ‘Ulwan mengenai kerjasama tersebut bahwa orang tua di rumah sebagai penanggung jawab pertama pendidikan anak secara jasmani dan akhlak. Sedangkan di masjid, anak dididik rohaninya dan di sekolah anak dididik akidah, pengetahuan, dan wawasannya.22 Sedangkan menurut An-Nahlawi dalam pemikirannya Pendidikan Islam memiliki berbagai sarana material yang diwujudkan dalam media pendidikan melalui kerjasama kelembagaan. Beliau menekankan bahwa pendidikan merupakan tugas atau tanggung jawab bagi kita semua, bukan hanya tanggung jawab institusi atau lembaga pendidikan semata melainkan harus adanya kerjasama antara rumah, sekolah, dan masjid akan tetapi masyarakat juga. Menurut an-Nahlawi masyarakat mempunyai andil besar dalam pendidikan lewat amar ma’ruf nahi mungkar, menganggap setiap anak
22
Ibid, hlm. 834.
74
sebagai anak sendiri, memberikan kritik sosial, saling bekerja sama, dan menggunakan landasan afeksi lewat rasa saling mencintai dan menyayangi.23 Zakiah pun dalam pemikirannya mengenai lingkungan Pendidikan untuk mencapai sinergitas kelembagaan dalam pemikirannya harus adanya kerjasama yang baik antara keluarga, sekolah dan masyarakat, dalam pemikiran Zakiah lingkungan masyarakat sudah mencakup masjid dan lingkungan sekitar anak jadi tidak secara spesifikasi membahas masjid hanya secara umum saja. Menurutnya masyarakat mempunyai pengaruh yang besar dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya.24 Keberhasilan pelaksanaan pendidikan Agama pada anak sangat tergantung pada lingkungan, karena lingkungan merupakan sebuah wadah atau pusat untuk menyukseskan pelaksanaan pendidikan anak. Dalam hal ini, Abddullah Nashih ‘Ulwan, Abdurrahman An-Nahlawi dan Zakiah Darajat juga sependapat dengan pernyataan tersebut. Karena, dalam usaha mencapai kepribadian anak yang baik menurut mereka tidak dapat dilakukan sendirian, tetapi harus bersama-sama atas dasar saling menolong dan saling melengkapi antara ketiga lingkungan ini yaitu keluarga, sekolah, dan masjid. Sehingga dapat dianalisa bahwa ketiga pemikiran ini sama-sama bekerjasama dalam efektifitasan kelembagaan dalam pendidikan Islam agar 23
Abdurrahman An-Nahlawi, Op.Cit., hlm. 176. Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Op.Cit. hlm. 47.
24
75
dapat besinergi untuk membentuk kepribadian dan pendidikan si anak, hanya saja mereka menambahkan masyarakat dalam pemikiran mereka dalam mencapai sinergitas yang baik. B. Analisis Efektifitas Pemikiran Abdullah Nashih ‘Ulwan tentang Sinergitas Lembaga Pendidikan Islam dan Relevansinya pada Dunia Pendidikan Era Modern. Pada era sekarang ini, yang disebut era global atau modern, setidaknya perlu adanya diterapkan pemikiran Abdullah Nashih ‘Ulwan tentang pendidikan, untuk perbaikan moralitas bangsa, menjadi masyarakat yang berkarakter. Pemikiran-pemikiran beliau mempunyai relevansi dengan konsep pendidikan saat ini. Berdasarkan pendapat ‘Ulwan memberikan tanggung jawab kepada kita semua, bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab kita semua, bukan hanya dibebankan dalam suatu lembaga atau institusi pendidikan saja, melainkan keluarga mempunyai andil yang sangat besar dan penting bagi pembentukan moral. Keluarga mempunyai andil besar dalam peletakan pendidikan karakter pertama kali, jadi sebuah keluarga harus memberikan pendidikan yang baik tentang keimanan sejak dini. Sebuah keluarga harus mempunyai keteladanan dan membekali diri dengan sifat baik, supaya dapat mendidik anaknya kelak dengan baik juga. Keluarga harus mampu mengontrol dan menjaga serta memberikan pengarahan kepada anak-anaknya untuk bertindak sesuai dengan aturan agama dan negara.
76
Melihat fungsi masjid dahulu, dan melihat keadaan masjid yang seperti sekarang, yang hanya sebagai tempat shalat dan pengais rizki saja, maka perlu adanya revitalisasi fungsi masjid, sehingga fungsi masjid bisa seperti dulu, yang merupakan pusat kebudayaan Islam. Setidaknya dengan mengadakan kajiankajian ilmiah dalam masjid tiap Minggunya, mengadakan diniyah dan taman pendidikan Al-Qur’an (TPA), serta pengajian untuk Lansia dalam masjid, dan mengadakan pengajian rutin tiap bulan. Keberhasilan pelaksanaan pendidikan Agama Islam pada anak sangat tergantung pada lingkungan, karena lingkungan merupakan sebuah wadah atau pusat untuk menyukseskan pelaksanaan pendidikan anak. Dalam hal ini, Abddullah Nashih‘Ulwan sependapat dengan pernyataan tersebut. Karena, dalam usaha mencapai kepribadian anak yang baik menurutnya tidak dapat dilakukan sendirian, tetapi harus bersama-sama atas dasar saling menolong, saling bersinergi dan melengkapi antara ketiga lingkungan ini yaitu keluarga, sekolah, dan masjid. Menurut Abdullah Nashih ‘Ulwan keluarga merupakan sebagai tempat pendidikan awal dan utama bagi anak, sebab anak secara otomatis menyaksikan segala gerak-gerik orang tua dan seluruh anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu pembinaan kepribadian anak akan mengikut kepada orang terdekatnya.25 Dalam menentukan sekolah ‘Ulwan memberikan sorotan bahwa mencarikan sekolah yang dipandang baik adalah sangat penting. Untuk itu, anak ditempatkan pada sekolah yang berpayung Islam. Pentingnya menyekolahkan anak pada lembaga yang berada dalam naungan Islam dapat dipahami bahwa anak 25
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Op.Cit., hlm. 662-663.
77
pada masa-masa awal pertumbuhannya rentan terhadap pengaruh yang masuk dalam dirinya. Apabila anak berada dalam lingkungan yang tidak sesuai dengan ajaran agama, maka menyebabkan anak akan cenderung mudah terbawa arus, bahkan akan mengalami kebingungan. Oleh karena itu, pada masa awal pembentukan kepribadaian anak, maka akan lebih tepat jika anak ditempatkan pada lingkungan pendidikan yang dapat membentuk bangunan kepribadian yang kuat dan aman. Artinya anak membutuhkan pembentukan kepribadian yang jelas, terarah dan lurus sesuai dengan ajaran agama.26 Dan selanjutnya menyoroti tentang media yang berkembang dimasyarakat seperti televisi, internet dan majalah-majalah karena dengan media yang ada bisa mempengaruhi kepribadian anak, dan juga anak hendaknya berteman dengan orang yang baik-baik. Nashih ‘Ulwan berharap orang tua dan pendidik lainnya dapat mengawasi dan mengadakan kerjasama yang baik agar anak didik
tidak terjerumus kepada
kemaksiatan. Agama Islam dengan pola pendidikannya yang Islami mengarahkan para orang tua dan para pendidik untuk memberikan pengawasan yang ketat terhadap anak-anak mereka, terlebih anak masuk usia tamyiz dan pubertas. Agar para orang tua dan pendidik mengenal bagaimana pergaulan dan siapakah teman mereka, kemana mereka bermain dan beristirahat, Kemana tempat yang mereka tuju. Islam juga mengajarkan bagaimana cara memilih teman yang baik, agar Ia bisa menyerap pengaruh akhlak yang mulia, adab yang luhur, dan kebiasaan yang utama. Islam juga memberikan peringatan akan pengaruh dari lingkungan yang 26
Ibid, hlm. 161-162.
78
buruk, teman jahat, sehingga mereka tidak terjerumus kedalam jerat-jerat penyimpangan dan perangkap kesesatan.27 Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak membawa kemudahan hidup, termasuk televisi yang sudah merambah masuk kerumah-rumah di seluruh pelosok tanah air, mulai dari kota sampai ke desa-desa, bahkan sampai desa terpencil. Maka apa saja yang ditayangkan di Televisi dapat disaksikan oleh anak-anak, termasuk anak yang masih di bawah umur lima tahun. Anak akan menyerap apa yang disaksikan lewat layar kaca yang ada dirumahnya, matanya melihat dan menangkap apa yang ditayangkan, dan telinganya mendengar dan menyerap apa yang diucapkan oleh penyair, penyanyi, atau film yang ditayangkan. Semua akan terserap oleh anak dan menjadi unsur-unsur dalam pribadinya yang sedang dalam proses pertumbuhan. Jika yang ditayangkan oleh Televisi baik dan menunjang pembentukan iman dan takwa, maka peranannya dalam pembentukan pribadi dan identitas agama pada anak akan besar. Sebaliknya, jika yang ditayangkan tidak mendukung atau merusak nilai-nilai agama, maka anak juga akan menyerap nilai-nilai yang merusak tersebut, selanjutnya pribadinya akan diliputi pula oleh hal-hal yang merusak iman dan penampilan diri anak akan jauh dari agama. Sehingga perlunya orang tua dan pendidik lainnya dapat mengawasi dan mengadakan kerjasama yang baik agar anak didik tidak terjerumus kepada kemaksiatan.28 Sehingga memang sudah sepantasnya para orang tua dan pendidik untuk mengambil arahan-arahan yang mulia ini, sehingga kondisi anak bisa menjadi 27
Ibid, hlm. 87. Ibid, hlm. 448.
28
79
baik, akhlak mereka menjadi mulia, dan tampaklah adab mereka yang utama di tengah masyarakat. Dengan demikian, mereka bisa berperan menjadi duta-duta kebajikan dan da’I kepada hidayah. Jika hal itu bisa direalisasikan maka masyarakat akan menjadi baik karena mereka dan umat bisa berbangga karena kemuliaan pekertinya dan perangainya.29 Dengan demikian dapat ditarik pengertian bahwa pendidikan keimanan, Akhlak, dan Sosial dengan mengadakan kerjasama atau sinergitas antara rumah, sekolah dan masjid Seperti yang dikemukakan oleh Abdullah Nashih ‘Ulwan sebagian besar mempunyai nilai relevansi yang cukup tinggi dengan pendidikan anak dewasa ini, terutama di Indonesia. Hal ini Dibuktikan dengan adanya pendidikan keimanan, Akhlak dan sosial yang diistilahkan pendidikan agama Islam dalam lingkup pendidikan anak di Indonesia. Pendidikan agama menjadi bagian mata pelajaran yang harus diikuti oleh semua peserta didik. Dengan demikian, apa yang ditawarkan Abdullah Nashih ‘Ulwan masih relevan dijadikan pijakan dalam penyusunan kurikulum, hanya saja perlu diadakan perincian menjadi mata pelajaran yang jelas. Ketika mengatakan harus ada sinergitas atau kerja sama antara rumah, masjid, dan sekolah, artinya bahwa anak akan menjadi sempurna kepribadiannya baik itu rohani, jasmani, akal, dan mental sebagai hasil dari kerja sama tersebut. Bahkan, ia menjadi anggota masyarakat yang aktif dalam memajukan umat dan memuliahkan agamanya.30 Sehingga sinergitas tiga lembaga antara rumah,
29
Ibid, hlm. 89. Ibid, hlm. 833.
30
80
sekolah dan masjid sangat perlu dalam pendidikan Islam sebagai bentuk optimalisasi pendidikan untuk anak, sehingga perlunya menguatkan hubungan antara pendidik dan anak didik dalam ketiga lembaga tersebut untuk mnenyempurnakan pembentukan intelektual, mental, dan akhlak anak, jadi pemikiran ‘Ulwan mengenai optimalisasi pendidikan Islam melalui sinergitas tiga lembaga antara rumah, sekolah dan masjid sangat relevan jika diterapkan dalam pendidikan Islam di era modern ini.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pada bagian akhir dari pembahasan skripsi ini, penulis mengambil sebuah kongklusi yang diperoleh berdasarkan analisis yang disesuaikan dengan tujuan pembahasan skripsi ini. Penulis juga memberikan saran-saran yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi pikiran yang berharga bagi dunia pendidikan umumnya, dan pendidikan Islam khususnya. Dari pembahasan yang telah penulis lakukan mulai dari awal hingga akhir penulisan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Optimalisasi Pendidikan Islam anak melalui sinergitas tiga lembaga antara rumah, sekolah, dan masjid, perspektif Abdullah Nashih ‘Ulwan dalam kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Pendidikan Anak dalam Islam, merupakan sebuah konsep pendidikan yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadits dimana secara keseluruhannya membahas tentang pendidikan yang bukan hanya dimulai dari anak sesudah lahir di keluarga saja namun lebih dari itu, bahwa dalam mempersiapkan anak didik yang berkualitas juga harus adanya sinergitas atau kerjasama yang baik antara pendidik dan anak didik di rumah, di sekolah dan di masjid. Optimalisasi 81
82
pendidikan Islam anak melalui sinergitas tiga lembaga antara rumah, sekolah, dan masjid, menurut Abdullah Nashih ‘Ulwan meliputi banyak faktor: Pertama Pendidik, Pendidik disini harus mempunyai sifat ikhlas, takwa, sabar, berilmu, dan rasa tanggungjawab. Kedua, anak didik, Untuk menciptakan anak didik yang mampu menjadi khalifah, harus dimulai dengan perkawinan, perlakuan baik orang tua kepada anak didik. materi pendidikan yang meliputi keimanan,moral, fisik, Rasio atau akal, kejiwaan atau psikologis, sosial, dan seksual. Untuk menyampaikan ketujuh materi tersebut tentunya para pendidik memerlukan metode yang efektif dan efisien untuk digunakan, seperti metode keteladanan, pembiasaan, nasehat, perhatian atau pengawasan dan hukuman, sehingga bisa bersinergi dan dapat bekerja sama satu sama lain. 2. Sinergitas Lembaga Pendidikan Rumah, Sekolah, dan Masjid sebagai optimalisasi Pendidikan Menurut Abdullah Nashih ‘Ulwan di antara faktor efektif dalam pembentukan kepribadian intelektual anak, rohani, dan fisiknya adalah mengadakan kerjasama atau sinergitas yang baik antara rumah, sekolah, dan masjid. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa rumah memiliki peranan tanggung jawab nomor satu dalam mendidik anak dari segi fisiknya. Maka dari itu, termasuk dosa besar bagi siapa saja yang menyia-nyiakan dan mengabaikan hak anak tersebut. Sedangkan di masjid, anak dididik rohaninya dan di sekolah anak dididik akidah,
83
pengetahuan, dan wawasannya sehingga ketiga lembaga pendidikan ini sebagai bentuk optimalisasi pendidikan. 3. Pemikiran Abdullah Nashih ‘Ulwan mengenai Optimalisasi Pendidikan Islam Melalui Sinergitas Lembaga Pendidikan antara Rumah, Sekolah dan Masjid, menurut ‘Ulwan Kerjasama ketiga lembaga antara Rumah, Sekolah, dan Masjid tidak akan bisa maksimal jika belum memenuhi dua syarat asasi berikut ini. Pertama, tidak adanya dualisme atau paradoks antara pengarahan yang diberikan rumah dan sekolah. Kedua, kerjasama yang terjalin harus bertujuan untuk mengadakan integritas dan keseimbangan dalam membentuk kepribadian anak yang Islami. Jika sinergitas atau kerjasama tersebut sudah mencakup dua hal tersebut, maka anak akan memiliki kepribadian yang sempurna, mencakup rohani, jasmani, intelektual, dan mentalnya. Bahkan, ia menjadi manusia yang seimbang dan sempurna yang disenangi semua orang dan menjadi teladan yang baik. Ketika mengatakan harus ada sinergitas atau kerja sama antara rumah, masjid, dan sekolah, artinya bahwa anak akan menjadi sempurna kepribadiannya baik itu rohani, jasmani, akal, dan mental sebagai hasil dari kerja sama tersebut. Bahkan, ia menjadi anggota masyarakat yang aktif dalam memajukan umat dan memuliahkan agamanya.
84
B. Saran-saran Bertolak dari kesimpulan yang diuraikan diatas, perlu kiranya penulis memberikan saran-saran, sebagai berikut: 1. Bagi Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan yang utama bagi anak-anak
memiliki tanggung jawab yang sangat penting dalam
pembentukan akhlak anaknya, untuk itu hendaklah para orang tua memiliki kesadaran akan tanggung jawabnya membekali diri dengan ajaran-ajaran agama serta mampu menjadi teladan yang baik dalam semua tingkah lakunya. 2. Bagi para pendidik baik orang tua ataupun guru sebuah lembaga formal, hendaknya memperhatikan anak didiknya dengan baik dan menggunakan cara-cara Islami yang dengan jelas dan lengkap dalam memberikan arahan tentang mendidik anak. Sehingga akan membentuk anak-anak bangsa yang beriman, berakhlak mulia dan cerdas. 3. Menciptakan lingkungan yang mendukung akan perkembangan dan pertumbuhan anak sangatlah penting. Oleh karena itu baik dalam keluarga maupun institusi hendaklah menciptakan lingkungan yang kondusif dan sinergi guna mendukung anak-anak didik dalam berkembang. 4. Pada zaman sekarang, pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah menggulirkan adanya era reformasi dan globalisasi yang tanpa mengenal batas, waktu dan ruang, akan berakibat membawa
85
dampak positif dan negatif. Sehingga sebagi orangtua dan pendidik perlunya mengadakan kerjasama yang baik menciptakan lingkungan yang kondusif antara keluarga dan lingkungan pendidikan lainnya. C. Penutup Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulisan skripsi ini akhirnya terselesaikan. Namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, di karenakan keterbatasan kemampuan penulis. Penulis
menyadari
sepenuhnya
bahwa
dalam
penulisan
dan
pembahasan skripsi ini masih banyak kekurangan, baik dari segi bahasa, sistematika maupun analisisnya. Hal tersebut semata-mata bukan kesengajaan penulis, namun karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki karenanya penulis memohon kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis mohon maaf atas segala khilaf dan semoga Allah SWT meridloi penulisan ini sehingga membawa manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
DAFTAR RIWAYAT PENULIS Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Nor Afifah
Tempat & Tanggal Lahir
: Jepara, 02 Mei 1991
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Bangsa/suku
: Indonesia/Jawa
Alamat
: Desa Sowan Kidul Rt. 06/ Rw. IV kec. Kedung Jepara
Jenjang Pendidikan
: 1. TK. Safinatul Huda Sowan Kidul, Tahun 1997 2. MI Safinatul Huda Sowan Kidul, Tahun 2003 3. MTs. Safinatul Huda Sowan Kidul, Tahun 2006 4. MA Jamiyyah Islamiyyah Pondok Aren Tangerang Selatan, Tahun 2010
Demikian daftar riwayat pendidikan yang dibuat dengan data yang sebenarnya dan semoga menjadi keterangan yang lebih jelas. Jepara,11 September 2015 Penulis
NOR AFIFAH 131310000329