Jurnal Agriculture Vol. XI No. 4, Maret - Juni 2017
KORELASI ANTARA AKTIVITAS CMA DENGAN SIFAT BIOLOGI TANAH PADA TANAMAN KEDELAI DI ULTISOLS (CORRELATION BETWEEN CMA ACTIVITY WITH THE SOIL BIOLOGICAL PROPERTIES OF SOYBEAN PLANTS AT ITS ULTISOLS) Oleh: Evi Andriani Fakultas Pertanian, Universitas Dehasen Bengkulu ABSTRACT This research aims to know the relationship of root colonization by CMA withthe soil biological properties of soybean plants at its ultisols. This experiment was apart of A2 grant which was conducted at experimental garden of Bengkulu University from June to September . It was arranged in factorial split plot design and consisted of two factor. The first factor was soybean cultivars.The second factor was double inoculation of Rhizobium and. The collected data was analyzed statistically and tested by F test at level of 5% and continued with Duncan Multiple Range test for differences among the treatments. The correlation among variables was analyzed with regression and correlation analysis. The result of this research showed that (1) the influence of root colonization to the number of CMA spores level is 53%. (2) Correlation analysis showed that positive linier relationship between the percentages of root colonization by CMA with the number of spores for that had been found in the soil, where the level of r is 0,73. (3) Root colonization by Glomusmanihotis orGigaspora margarita correlated positively with nodules dry weight with each level of r is r = 0,57 and r = 0,37. (4) Root colonization by Glomusmanihotis or Gigaspora margarita correlated negatively with soil C-Organic level for each level of r is r = – 0,55 and r = – 0,43. Keywords : soybean, CMA, Ultisols ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kolonisasi akar oleh CMA dengan sifat biologi tanah tanaman kedelai di ultisols. Penelitian ini dilaksanakan di lahan kebun percobaan Unib, dari bulan Juni sampai September. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Teratur (Split Block) dengan dua faktor yang disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah kultivar kedelai. Sebagai faktor kedua adalah perlakuan inokulasi ganda CMA dan Rhizobium. Data yang diperoleh diuji dengan analisis keragaman (uji F) dan jika terdapat perbedaan yang nyata dilakukan dengan uji DMRT taraf 5%. Untuk menjelaskan hubungan dilakukan uji regresi korelasi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa (1).besarnya pengaruh kolonisasi akar terhadap jumlah spora CMA sebesar 53 %, (2) Analisis korelasi menunjukkan hubungn linier positif antara persen kolonisasi akar oleh CMA dengan jumlah spora CMA yang ditemukan dalam tanah, dimana nilai r nya 0,73, (3). Kolonisasi akar oleh Glomus manihotis maupun Gigaspora margarita berkorelasi positif dengan bobot kering bintil akar, masing-masing dengan nilai r = 0,57 dan r = 0,37, (4). kolonisasi akar oleh Glomus manihotis dan Gigaspora margarita berkorelasi negatif dengan kadar C-organik tanah masing-masing dengan nilai r = – 0,55 dan r = – 0,43 Kata Kunci : Kedelai, CMA, Ultisol
KorelasiAgriculture antara Aktivitas CMA sifatMaret Biologis………………. Jurnal Vol. XIdengan No. 4, - Juni 2017
ISSN : 1412 -4262
(Evi Andriani)
BAB I PENDAHULUAN Pemanfaatan tanah mineral masam, khususnya Ultisols memiliki banyak kendala yang disebabkan oleh tingginya kemasaman tanah yang menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi Al3+ dan Fe3+ yang bersifat racun bagi tanaman, kandungan hara rendah, retensi hara tinggi, dan rendahnya kadar bahan organik (Sanchez, 1992), rendahnya kadar bahan organik berpengaruh pada rendahnya pertukaran ion dalam tanah, populasi, dan aktivitas jasad renik tanah menjadi terbatas (Hardjowigeno, 1993). Ketersediaan unsur hara yang rendah pada Ultisols dapat menyebabkan produktivitas tanaman budidaya seperti kedelai kurang optimal. Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kedelai di Ultisols adalah dengan memanfaatkan pupuk hayati dalam bentuk inokulan jasad renik tanah, misalnya Rhizobium dan mikoriza (Rao, 1994, Smith and Read, 1997). CMA dan rhizobia dikenal sebagai dua jasad renik yang umum mengkolonisasi akar tanaman kedelai. Kolonisasai CMA dan rhizobia pada akar kedelai umumnya bersinergi dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai (Bertham et al., 2005). Hubungan antara aktivitas jasad renik dalam tanah dengan pertumbuhan dan hasil tanaman sudah sering dilaporkan oleh para peneliti. Jasad renik tanah terlibat langsung dalam berbagai proses biogeokimia, misalnya dalam pelapukan mineral (Blum et al., 2002), dekomposisi bahan organik (Hodge et al., 2001), pergerakan hara dan air dalam tanah dan lain sebagainya (Van der Heijden et al., 1998). Oleh sebab itu, penting artinya mendeskripsikan hubungan antara aktivitas jasad renik tanah dengan sifat-sifat tanah
1374
dan tanaman. Mengingat rhizobia ada di dalam akar sedangkan organ CMA ada yang di dalam dan di luar akar maka lebih relevan mengkaitkan aktivitas CMA dengan sifat-sifat tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan kolonisasi akar dengan sifat biolog tanah seperti jumlah spora, jumlah bintil akar, bobot kering bintil akar dan C-organik tanaman kedelai pada Ultisols. BAB II METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di lahan kebun percobaan UNIB. Percobaan menggunakan rancangan Petak Teralur (Split Block). Sebagai petak utama adalah kedelai yang terdiri dari V1 = Pangrango, V2 = Ceneng, dan V3 = DS1. Anak petak adalah perlakuan inokulasi CMA dan Rhizobium yaitu GlmR1 = Glomus manihotis + Rhizobium KLR 5,3; GlmR2 = Glomus manihotis + Rhizobium TER 2,2; GimR1 = Gigaspora margarita + Rhizobium KLR 5,3; GimR2 = Gigaspora margarita + Rhizobium TER 2,2; dan Kontrol = pemupukan NPK dengan dosis rekomendasi tanpa. Dari kedua faktor yang diteliti diperoleh 15 kombinasi perlakuan yang masing masing diulang tiga kali, sehingga diperoleh 45 satuan percobaan. Lahan yang digunakan dalam penelitian ini seluas 276 m2 dengan panjang 23 m dan lebar 12 m.. Pada lahan tersebut disiapkan tiga blok yang satu dengan lainnya dipisahkan dengan jarak 1 m. Tiap blok terdiri dari 15 petak dan setiap petak berukuran 2 m x 2 m yang berisi 25 tanaman kedelai dengan jarak tanam 35 cm x 35 cm. Petak satu dengan petak yang lainnya dipisahkan dengan jarak 0,5 m. Untuk analisis awal, sifat-sifat tanah yang diukur adalah pH H20 dan KCl (pH meter) metode ekstrak , C-organik
Jurnal Agriculture Vol. XI No. 4, Maret - Juni 2017
metode Walkey-Black, N-Total metode Kjeldahl, K-dd metode NH40AC, Ptersedia metode Bray 1, Al-dd metode ekstrak KCl, KTK NH40AC 1 N pH 7,0, respirasi tanah metode Verstraete dan populasi CMA metode ayakan basah. Satu hari sebelum tanam dilakukan pemberian pupuk dasar dengan takaran 25 kg ha-1 N, 20 kg ha-1 P2O5, dan 100 kg ha-1 K2O. PupukUrea diberikan secara terpisah yaitu separuh takaran pada saat tanaman dan sisanya pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam. Pada perlakuan pupuk NPK dosis rekomendasi tanpa inokulan diberikan pupuk dengan takaran 100 kg ha-1 N, 80 kg ha-I P2O5, dan 100 kg ha-1 K2O yang diberikan saat pananaman benih kedelai. Inokulasi Rhizobium dilaksanakan berdasarkan metode dua tahap dari Somasegaran dan Hoben (1994). Benih kedelai ditanam pada lubang tanam dengan kedalaman 2,5 cm dan setiap lubang diberi 3 benih kedelai yang telah diinokulasi dengan Rhizobium sesuai perlakuan dan 2,5 g inokulan CMA.
1375
Panen dilakukan dua tahap yaitu pada fase vegetatif dan generatif. Panen fase vegetatif dilaksanakan pada saat tanaman berumur 40 HST . Peubah yang diamati ialah bobot kering berangkasan (g), jumlah bintil (buah), dan bobot bintil (g), populasi CMA metode ayakan basah, respirasi tanah metode Verstraete (Anas, 1989), dan kolonisasi akar metode Phillips dan Hayman dimodifikasi (Bertham, 2006). Pemanenan fase generatif dilakukan pada saat tanaman berumut 75 HST. Peubah yang diamati ialah jumlah biji (buah) dan Corganik metode WalkleyBlack. Data yang diperoleh diuji dengan analisis keragaman (uji F) dan jika terdapat perbedaan yang nyata dilakukan dengan uji DMRT taraf 5%. Untuk menjelaskan hubungan antara kolonisasi akar dengan jumlah spora, jumlah bintil akar, bobot kering bintil akar dan C-organik tanaman kedelai maka dilakukan uji regresi korelasi.
Tabel 1. Hasil analisis awal contoh tanah pada lokasi penelitian di lahan Kebun Parameter pH H2O pH KCl C organik (%) N total (%) Nisbah C/N P total (%) P tersedia (ppm) Kdd (me 100g-1) Ca (me 100g-1) Mg (me 100g-1) Na (me 100g-1) KTKtotal (me 100g-1) Aldd (me 100g-1) Kejenuhan Al (%)
Metoda Ekstrak air 1 : 1 Ekstrak KCl 1 : 1 Walkley dan Black Kjeldahl HCl 25% Bray I NH4Oac NH4Oac NH4Oac NH4Oac NH4Oac Ekstrak KCl
* Sumber : Pusat Penelitian Tanah Bogor
Nilai 4,80 4,50 2,15 0,14 15,34 126,30 9,20 0,42 6,18 2,64 0,56 18,86 1,36 7,21
Kriteria * Masam Masam Sedang Rendah Rendah Tinggi Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Tidak beracun
Jurnal Vol. XIdengan No. 4, - Juni 2017 KorelasiAgriculture antara Aktivitas CMA sifatMaret Biologis……………….
1376
ISSN : 1412 -4262
(Evi Andriani)
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN Selama
penelitian
berlangsung,
suhu tanah rata-rata 30,7ºC (berdasarkan pengukuran) dan 32,1ºC (BMG), suhu
hujan paling optimum antara 100–200 mm bulan-1 (Rukmana dan Yunarsih, 1996). 3. 1 Hasil Analisis Keragaman Pada
Tabel
2
tampak
bahwa
udara rata-rata berkisar antara 23,4ºC -
terdapat interaksi antara kultivar dan
30,9ºC, penyinaran matahari 73,75% dan
inokulan pada semua variabel, kecuali
jumlah curah hujan ratarata 167,2 mm
pada respirasi tanah dan jumlah biji.
bulan-1. Kondisi iklim selama penelitian ini
Kultivar kedelai berpangaruh nyata pada
kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
variabel C-organik, jumlah bintil, bobot
kedelai karena tanaman kedelai pada
kering tanaman, dan bobot biji. Sedangkan
umumnya paling cocok dibudidayakan
inokulan berpengaruh nyata pada C-
pada daerah-daerah yang memiliki suhu
organik, kolonisasi akar, jumlah spora,
antara 25 ºC – 27 ºC, kelembaban udara
bobot kering bintil, dan bobot kering
rata-rata 65%, penyinaran matahari 12 jam
tanaman.
hari-1 atau minimal 10 jam hari-1, dan curah Tabel 2. Nilai F hitung perlakuan kultivar kedelai dan inokulan terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai Variabel C-organik Respirasi Kolonisasi akar Jumlah Spora Jumlah bintil akar Bobot kering bintil akar Bobot kering tanaman Bobot biji Jumlah biji F- table
Genotipe 588,83 * 0,26 ns 1,06 ns 1,85 ns 9,43 * 0,48 ns 28,35 * 10,61 * 4,76 ns 6,94
Nilai F hitung pada Inokulan 647,64 * 1,21 ns 6,76 ns 3,94* 2,28 ns 33,96 * 9,01 * 3,38 ns 2,00 ns 3,84
Interaksi 4,99* 1,10 ns 3,34 ns 3,03* 2,94 * 6,58 * 2,72 * 6,00 * 2,50 ns 2,59
* = Berbeda nyata pada taraf 5%, ns = berbeda tidak nyata
3.2 Hubungan antara CMA dengan Sifat
Biologi
Tanaman kedelai
Tanah
pada
Kolonisasi akar merupakan ukuran keberadaan struktur CMA dalam akar tanaman yaitu hifa, spora, vesikel, dan arbuskula. Spora ekstraseluler merupakan
Jurnal Agriculture Vol. XI No. 4, Maret - Juni 2017
1377
organ reproduksi dan bertahan hidup dari
menunjukkan hubungn linier positif antara
CMA dan terbentuk dari ujung hifa yang
persen kolonisasi akar oleh CMA dengan
menggelembung
kemudian
jumlah spora CMA yang ditemukan dalam
memisahkan diri dari hifa induknya (Smith
tanah, dimana nilai r nya 0,73. Kedua
and Read, 1997). Proses pembentukan
peubah
spora dari hifa biasa disebut dengan
hubungan linier dengan persamaan :
sporulasi
dan
cendawan.
Analisis
hayati
tersebut
membentuk
korelasi
Jumlah spora = 3,30 + 0,22 Kolonisasi akar (R2 = 0,53) (Gambar 1).
Gambar 1. Hubungan antara kolonisasi akar dengan jumlah spora Persamaan tersebut menunjukkan
di atas, dapat diketahui bahwa besarnya
menunjukkan semakin tinggi kolonisasi
pengaruh kolonisasi akar terhadap jumlah
akar oleh CMA berarti semakin banyak
spora CMA dalam penelitian ini adalah
pula jumlah spora CMA yang ditemukan
sebesar 53 % (R=0,53) sedangkan sisanya
dalam tanah. Semakin tinggi populasi
ditentukan oleh faktor-faktor lain. Sifat-
CMA dalam tanah berarti semakin tinggi
sifat tanah seperti suhu, kadar air, kadar
pula peluang CMA untuk mengkolonisasi
senyawa-senyawa
akar tanaman sehingga dapat membantu
sebagainya memang dapat mempengaruhi
meningkatkan
sporulasi hifa CMA (Smith and Read,
serapan
hara
dan
air
(Sukiman, 2003). Dari persamaan tersebut
1997).
beracun,
dan
lain
KorelasiAgriculture antara Aktivitas CMA sifatMaret Biologis………………. Jurnal Vol. XIdengan No. 4, - Juni 2017
1378
ISSN : 1412 -4262
(Evi Andriani)
Jika dianalisis lebih lanjut, ternyata
Gigaspora umumnya tidak bertahan lama
pengaruh kolonisasi akar terhadap jumlah
atau segera mengalami kematian dalam
spora ditentukan oleh spesies CMA yang
medium.
digunakan. Kolonisasi akar oleh Glomus
Kolonisasi akar oleh CMA ternyata
manihotis berkorelasi positif (r = 0,65)
berpengaruh terhadap aktivitas bakteri
dengan
Rhizobium
jumlah
sebaliknya
spora Gigaspora
dalam
tanah,
yang
ditunjukkan
dengan
margarita
pengaruhnya terhadap jumlah bintil akar
berkorelasi negatif (r = – 0,73). Hal
efektif. Pengaruh kolonisasi akar tersebut
tersebut diduga disebabkan oleh perbedaan
ditentukan oleh spesies CMA-nya, Glomus
karakteristik sporulasi spesies CMA yang
manihotis ber-pengaruh negatif (r = – 0,73)
bersangkutan. Bertham (2006) melaporkan
terhadap
sporulasi Gigaspora memang lebih cepat
sebaliknya
Gigaspora
dibandingkan
berpengaruh
positif
Glomus
namun
spora
jumlah
bintil
akar
(r
efektif, margarita
=
0,59).
Hubungan linier pada peubah tersebut ditunjukkan pada Gambar 2. Jumlah bintil akar (y1) = 18,82 – 0,15 Kolonisasi akar (R2 = 0,54) (Glomus) Jumlah bintil akar (y2) = 3,90 + 0,12 Kolonisasi akar (R2 = 0,35) (Gigaspora)
Gambar 2. Hubungan antar jumlah bintil akar efektif dengan persen kolonisasi akar pada masing masing CMA
Namun demikian, kolonisasi akar
manihotis maupun Gigaspora margarita
berpengaruh positif terhadap bobot kering
berkorelasi positif dengan bobot kering
bintil akar. Kolonisasi akar oleh Glomus
bintil akar, masing-masing dengan nilai r =
1379
Jurnal Agriculture Vol. XI No. 4, Maret - Juni 2017
0,57 dan r = 0,37
(Gambar 3) dan
dengan persamaan :
keduanya membentuk hubungan linier Bobot kering bintil akar (y1) = – 40,79 + 1,29 Kolonisasi akar (R2 = 0,33) (Glomus) Bobot kering bintil akar (y2) = –1,38 + 0,58 Kolonisasi akar (R2 = 0,14) (Gigaspora)
Gambar 3. Hubungan antara bobot kering bintil akar efektif dengan persen kolonisasi akar pada masing masing CMA Hubungan antara bobot kering
sebaliknya, dan populasi CMA yang tinggi
bintil akar efektif dengan persen kolonisasi
tidak selalu berkaitan dengan kemampuan
akar pada masing-masing CMA Kedua
infeksi dan keefektifannya (Bertham et al.,
persamaan di atas menunjukkan semakin
2005; Bertham, 2006). Sehingga tidak
tingginya kolonisasi akar oleh CMA tidak
semua
selalu diikuti dengan peningkatan jumlah
meningkatkan pertumbuhan tanaman dan
dan bobot kering bintil akar efektif
tidak semua tanaman dapat memberikan
bergantung kepada spesies CMA yang
respon
digunakan. Yusnaini (1998) melaporkan
inokulasi CMA (Sopiah, 2004).
inokulasi
Rhizobium,
mikoriza,
dan
jenis
pertumbuhan
CMA,
mampu
dipengaruhi
pertumbuhan
efektif
positif
dalam
terhadap
Selain dipengaruhi oleh kehadiran
inokulasi keduanya ternyata tidak selalu meningkatkan
CMA
pembentukan oleh
bintil
kondisi
juga
lingkungan.
tanaman kedelai secara nyata. Tidak jarang
Rhizobia tidak dapat membentuk simbiosis
kolonisasi
sempurna dengan tanaman inang jika
akar
oleh
CMA
justru
menghambat pembentukan bintil akar atau
kondisi
lingkungannya
tidak
KorelasiAgriculture antara Aktivitas CMA sifat Biologis………………. Jurnal Vol. XIdengan No. 4, Maret - Juni 2017
1380
ISSN : 1412 -4262
(Evi Andriani)
menguntungkan. Inokulasi rhizobia tidak
rizosfir ke dalam akar tanaman (Smith and
selalu berhasil membentuk bintil akar
Read,
(Nusantara
et
fotosintesis yang dialirkan dari tanaman ke
lingkungan
yang
al.,
2002).
dapat
Kondisi
menimbulkan
rizosfir
1997).
Senyawa
dengan
karbon
demikian
hasil
akan
masalah bagi bagi rhizobia adalah tanah
meningkatkan kadar karbon dalam rizosfir.
marginal dengan curah hujan rendah, suhu
Hifa
ekstrim, tanah masam dengan status hara
terdekomposisi
rendah dan tanah yang rendah kemampuan
meningkatkan kadar Corganik
retensi airnya (Pujianto, 2001). Selama
dalam tanah. Secara teoritis, kolonisasi
penelitian berlangsung telah terjadi periode
akar oleh CMA akan berkorelasi positif
kekeringan akibat musim kemarau dan
dengan kadar C-organik di rizosfir. Namun
suhu yang tinggi.
demikian dalam penelitian ini diperoleh
Hifa cendawan ekstraseluler yaitu
ekstraseluler
juga
akan
sehingga
juga
hal yang sebaliknya, kolonisasi akar oleh
hifa yang menjulur ke luar akar merupakan
Glomus
organ penghubung antara akar dengan
margarita berkorelasi negatif dengan kadar
rizosfir
pipa
C-organik tanah masing-masing dengan
penyalur C organik dari tanaman ke
nilai r = – 0,55 dan r = – 0,43 (Gambar 4)
rizosfir dan unsur hara serta air dari
dengan persamaan linier sebagai berikut :
yang
berfungsi
sebagai
manihotis
dan
Gigaspora
C organik (y1) = 2,63 – 0,01 Kolonisasi akar (R2 = 0,30) (Glomus manihotis) C organik (y2) = 3,19 – 0,01 Kolonisasi akar (R2 = 0,18) (Gigaspora margarita)
Gambar 4. Hubungan antara kolonisasi akar dengan kadar C organik tanah pada masing masing CMA Hubungan antara kolonisasi akar dengan
kadar
C-organik
tanah
tersebut diduga karena C-organik hasil
pada
fotosintesis yang dialirkan ke rizosfir
masing-masing CMA Korelasi negatif
melalui hifa ekstraseluler dan karbon hasil
Jurnal Agriculture Vol. XI No. 4, Maret - Juni 2017
dekomposisi
hifaekstraseluler
memicu
dekomposisi bahan organik yang ada dalam tanah, proses demikian disebut efek
1381
masing-masing dengan nilai r = – 0,55 dan r = – 0,43 DAFTAR PUSTAKA
priming (Stevenson, 1982). Pengaruh hifa CMA terhadap dekomposisi bahan organik tanah juga telah dilaporkan oleh Hodge et al. (2001). Selain itu, kadar C-organik yang diukur dalam penelitian ini adalah Corganik tanah keseluruhan yaitu yang berasal dari rizosfir dan non-rizosfir. Sebagai akibatnya, pengaruh bersih hifa ekstraseluler terhadap kadar C-organik menjadi terimbas oleh kadar C-organik hasil aktivitas jasad renik yang ada di luar
Anas, I. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi. IPB. Bertham, Y.H. 2002. Ketergantungan terhadap MVA dan serapan hara fosfor tiga galur Bertham, Y.H. 2006. Pemanfaatan CMA dan Bradyrhizobium dalam Meningkatkan Produktivitas Kedelai pada Sistem Agroforestri Kayu Bawang (Scorodocarpus , Burm. F) di Ultisol. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Bertham, Y.H., C. Kusmana, Y. Setiadi, I. Mansur dan D. Sopandie. 2005. Introduksi
rizosfir. BAB IV KESIMPULAN Aktivitas jasad renik tanah, pertumbuhan dan hasil kedelai di Ultisols dipengaruhi oleh interaksi antara kultivar kedelai dan inokulan yang digunakan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa (1).besarnya pengaruh kolonisasi akar terhadap jumlah spora CMA sebesar 53 %, (2). Analisis korelasi menunjukkan hubungan linier positif antara persen kolonisasi akar oleh CMA dengan jumlah spora CMA yang ditemukan dalam tanah, dimana nilai r nya 0,73, (3). Kolonisasi akar oleh Glomus manihotis maupun Gigaspora margarita berkorelasi positif dengan bobot kering bintil akar, masingmasing dengan nilai r = 0,57 dan r = 0,37, (4). kolonisasi akar oleh Glomus manihotis dan Gigaspora margarita berkorelasi negatif dengan kadar C-organik tanah
Blum, J.D., A. Klaue, C.A. Nezat, C.T. Driscoll, C.E. Johnson, T.G. Siccama, C. Eagar, Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademia Presindo. Jakarta. Hodge, A., D.C. Campbell, and A.H. Fitter. 2001. An arbuscular mycorrhizal fungus inokulasi ganda cendawan mikoriza arbuskular dan Rhizobium sp. JIPI 4(2): 6270. Nusantara, A. D., G. Anwar, dan Rismayati. 2002. Tanggap semai sengon terhadap pasangan CMA dan Rhizobia indigenous untuk peningkatan pertumbuhan dan hasil kedelai di Ultisol Bengkulu. JIPI 7(2): 94-103.
Korelasi antara Aktivitas CMA Biologis………………. Jurnal Agriculture Vol. XIdengan No. sifat 4, Maret - Juni 2017 (Evi Andriani)
Pujianto. 2001. Pemanfatan jasad mikro jamur mikoriza dan bakteri dalam sistem pertanian berkelanjutan di Indonesia. http://www.hayatiip6.com/rudyet/indiv 2001/pujianto.htm. 13 Desember 2004. Rao, N. S. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Penterjemah : Herawati Susilo. Edisi Kedua. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Sanchez, P. A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Penerbit ITB. Bandung Smith,
S.E.. and D.J. Read. 1997. Mycorrhizal Symbiosis. 2nd. Academic Fress. San Diego.
Somasegaran P. and Hoben, H. J. 1994. Handbook for Rhizobia Methods in Legume- Rhizobium Technology. Springer-verlag. New York Sopiah, A. 2004. Pengaruh pemotongan akar dan pemberian CMA terhadap pertumbuhan semai jati. Skipsi. Fakultas Pertanian. UNIB (tidak dipubIikasikan) Stevenson FJ. 1982. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reaction. John Wiley and Sons, New York.
ISSN : 1412 -4262
1382
Sukiman. 2003. Pengaruh inokulasi propagul cendawan mikoriza dari akar sengon terhadap semai kayu Afrika. Skipsi. Fakultas Pertanian. UNIB (tidak dipublikasikan) Suresh, C.K. and D.J. Bagyaraj. 2002. Mycorrhiza-microbe interactions: Effect on rhizosphere. Dalam: Sharma AK, Johri BN, eds. Arbuscular Mycorrhize. Interactions in Plants, Rhizosphere and Soils. Sci. Publ. Inc., Enfield. hlm 7-28. T. Boller, A. Wiemken, I.R. Sanders. 1998. Mycorrhizal fungal diversity determines plant biodiversity, ecosystem variability and productivity. Nature 396:69-72. T.J. Fahey and G.E. Likens. 2002. Mycorrhizal weathering of apatite as an important calcium source in base-poor forest ecosystems. Nature 417:729-731 Yusnaini, S.1998. Pengaruh inokulasi ganda rhizobium dan mikoriza vesilkular arbuskular terhadap nodulasi dan produksi kedelai pada tanah Ultisol Lampung. Jurnal Tanah Tropika. 7 :103-108.