PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERILAKU MULIA MELALUI STORYTELLING DI KELOMPOK B TK DHARMA WANITA KRENDOWAHONO, GONDANGREJO, KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh :
NOVI NUR ENDAH RAHAYU A 520090023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2014
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Bismillahirrahmanirrohim Yang bertanda tangan dibawah ini, saya Nama
: Novi Nur Endah Rahayu
NIM
: A 520 090 023
Fakultas/Jurusan
: FKIP / Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Jenis
: Skripsi
Judul
: “ Pengembangan Kemampuan Memahami Perilaku Mulia Melalui Story Telling Di Kelompok B TK Dharma Wanita Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013”
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk : 1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta 3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana semestinya
Surakarta, 12 Maret 2014 Yang Menyatakan
( Novi Nur Endah Rahayu)
ABSTRAK PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERILAKU MULIA MELALUI STORY TELLING DI KELOMPOK B TK DHARMA WANITA KRENDOWAHONO, GONDANGREJO, KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Novi Nur Endah Rahayu, A520090023, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta 2013 Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan kemampuan memahami perilaku mulia melalui story telling. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara, dokumentasi. Data dianalisis dengan metode deskriptif interaktif (pengumpulan data, reproduksi data, dan menarik kesimpulan). Subyek penelitian anak TK Dharma Wanita Krendowahono, dengan banyak anak didik 20 orang. Hasil penelitian menunjukkan dengan story telling dapat mengembangkan kemampuan memahami perilaku mulia anak. Pencapaian prosentase pada siklus I adalah 76,75% dan siklus II adalah 84,5%. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa melalui story telling dapat meningkatkan pengembangan kemampuan memahami perilaku mulia di TK Dharma Wanita Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. Kata Kunci : pengembangan kemampuan memahami perilaku mulia, story telling
Pendahuluan
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, serta perkembangan kejiwaan peserta didik yang dilakukan di dalam maupun di luar lingkungan keluarga agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Melalui pendidikan, kita mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar mampu menyerap, menilai dan mengembangkan secara mandiri ilmu yang dipelajarinya. Secara teoritis dan fisiologis tujuan pendidikan adalah membentuk pribadi anak menjadi seorang dewasa yang berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Anak dilahirkan dengan suatu kemampuan untuk tumbuh dan berkembang, dan bila otak berkembang dengan baik, kemampuan belajar akan bertambah dan kemungkinan kegagalan di sekolah dan di kehidupan selanjutnya semakin kecil (Anwar dan Arsyad, 2009: xviii). Memahami Perilaku mulia dapat diajarkan kepada anak melalui berbagai teknik pembelajaran salah satunya adalah Storytelling. Storytelling merupakan sebuah seni bercerita yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai pada anak yang dilakukan tanpa perlu menggurui sang anak. Storytelling merupakan suatu proses kreatif anak-anak yang dalam perkembangannya, senantiasa mengaktifkan bukan hanya aspek intelektual saja tetapi juga aspek kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni, daya berfantasi, dan imajinasi anak yang tidak hanya mengutamakan kemampuan otak kiri tetapi juga otak kanan. Berbicara mengenai storytelling, secara umum semua anak-anak senang mendengarkan storytelling, baik anak balita, usia sekolah dasar, maupun yang telah beranjak remaja bahkan orang dewasa. Dalam kegiatan storytelling, proses bercerita menjadi sangat penting karena dari proses inilah nilai atau pesan dari cerita tersebut dapat sampai pada anak. Pada saat proses storytelling berlangsung terjadi sebuah penyerapan pengetahuan yang disampaikan pencerita kepada audience. Proses inilah yang menjadi pengalaman seorang anak dan menjadi tugas gurulah untuk menampilkan kesan menyenangkan pada saat bercerita (Asfandiyar, 2007:2).
Landasan teori
Menurut Kohlberg pada awalnya anak berperilaku adalah agar mendapatkan pujian dan terhindar dari hukuman, dan diterima oleh lingkungan sekitar serta terhindar dari kecaman orang lain. Sementara pandangan ahli psikologi perilaku mulia adalah hasil pemberian penguatan “hukuman” dan perilaku “model” dari orang tua (Eprilia Hanny, 2007:15). Menurut Adler (1974) (dalam PUT, 2004:1.22) perilaku mulia adalah dalam rangka pembentukan kepribadian yang harus dimiliki manusia. Perilaku adalah cara berfikir atau cara pandang seseorang yang akan tercermin dalam pola pikir dan tindak seperti bersikap, berbicara, atau mengekspresikan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dimana anak berada (Depdiknas, 2007:6.7). Menurut Santrouck (2007) (dalam Eprilia Hanny, 2007:1) pengembangan perilaku adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku standar benar dan salah. Perkembangan moral anak menurut beberapa pakar di dalam
bidang
pengembangan
moralitas
anak.
Ada
baiknya
jika
mempertimbangkan teori tersebut dibuat berdasarkan pola pikir karena jati diri banyak dipengaruhi para pakar. Masalah ini hanya bersifat ilmiah. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa memahami perilaku mulia adalah strategi atau cara individu untuk mengetahui pembentukan karakter serta kepribadian anak sesuai dengan nilai-nilai atau tuntutan norma yang berlaku sehingga dapat diterima oleh masyarakat lingkungan setempat dan dapat dikembangkan melalui pembelajaran.
Kerangka pemikiran
Kondisi awal anak dalam memahami perilaku mulia pada kelompok B di TK Dharma Wanita Krendowahono belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh salah satunya metode pembelajaran yang diberikan guru yang kurang menarik serta kurang adanya kegiatan storytelling yang diberikan. Kemudian dilakukan tindakan yakni dalam pembelajaran guru menggunakan storytelling. Kelebihan dari storytelling yakni anak mampu memperhatikan dan mendengarkan isi cerita dari awal sampai akhir dengan baik, membuat anak tidak mudah jenuh dan anak mampu berani bertanya tentang cerita yang diberikan. Selain hal tersebut,
storytelling juga mampu mengembangkan perilaku mulia pada anak didik kelompok B, melalui kondisi awal, siklus 1, siklus 2, dst sampai mencapai target yang diharapkan dan kondisi akhir.
Hipotesis tindakan
Hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap dapat dijadikan jawaban dari suatu permasalahan yang timbul. Hipotesis merupakan kesimpulan yang nilai kebenarannya masih harus di uji. Berdasarkan uraian dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu: Storytelling bisa mengembangkan kemampuan memahami Perilaku Mulia.
Metode penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Tk Dharma Wanita, Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian Pelaksanaan penelitian direncanakan pada Semester I bulan September 2013. Subyek penelitian adalah dalam satu kelas yaitu siswa kelompok B yang anak didiknya berjumlah 20 anak terdiri dari 10 anak laki – laki dan 10 anak perempuan. Pemilihan dan penentuan subyek penelitian ini yaitu untuk mengetahui perkembangan memahami perilaku mulia anak. Jenis penelitian yang di gunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis, reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Proses penelitian ini berbentuk siklus yang berlangsung beberapa kali, sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Dalam setiap siklus terdiri dari empat pokok yaitu : 1). Perencanaan 2). Tindakan 3). Observasi 4). Refleksi. Data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Instrumen penelitian
Instrument digunakan untuk mencatat atau memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Berikut butir amatan pedoman observasi perkembangan memahami perilaku mulia melalui storytelling.
Indikator penelitian
Penelitian ini dianggap berhasil jika memenuhi indikator yang ditetapkan. Adapun indikator pencapain setiap siklus adalah jika rata-rata kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling anak mencapai 76,75% pada siklus I, 84,5% pada siklus II.
Hasil penelitian Peneliti melakukan pengamatan lebih dulu pada hari Senin - Jumat tanggal 16 – 20 September 2013. Pengamatan dilakukan mulai dari kegiatan awal sampai dengan selesai. Pada hari Senin - Rabu tanggal 16 - 18 September 2013, peneliti melakukan observasi. Pembelajaran dilakukan didalam kelas, guru kelas memberi pembelajaran kepada anak yaitu
meronce dengan manik-manik, menempel
gambar bunga pada buku menempel, mewarnai gambar dan membedakan perbuatan baik (diberi tanda contreng) dan perbuatan buruk (diberi tanda silang). Pada hari Kamis dan Jumat tanggal 19–20 September 2013, peneliti melakukan observasi lagi. Pembelajaran masih dilakukan di dalam kelas, guru kelas melakukan pembelajaran kepada anak yaitu anak melakukan kegiatan story telling (bercerita didepan kelas sebelum kegiatan) dan membatik. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan. Peneliti dapat disimpulkan banyak anak yang tidak mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru. Pada tahap prasiklus ini prosentase mencapai 40,5%. Hal ini belum ada pertimbangan dikarenakan Anak yang tidak mau mendengarkan cerita yang disampaikan teman tersebut disebabkan anak masih asik bermain sendiri, anak tidak memperhatikan teman ketika maju kedepan kelas. Dengan Hasil amatan prasiklus dapat dijadikan peneliti sebagai tolak ukur untuk melangkah pada tahap siklus. Pada siklus I
sudah mencapai prosentase 76,75% dikarenakan masih banyak anak yang belum sesuai dengan pencapaian keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti karena masih ada anak yang belum mampu mendengarkan storytelling dengan baik yang disampaikan guru sehingga pengembangan kemampuan perilaku mulia melalui storytelling pada anak didik kelompok B masih rendah. Dari analisa tersebut peneliti merasa belum maksimal. Oleh sebab itu, peneliti membuat perencanaan pada siklus selanjutnya yaitu siklus II. Proses pelaksanaan pada siklus II berjalan dengan baik, kelemahan yang ada pada siklus I dapat sedikit teratasi dan memuaskan kemampuan anak sudah mengalami pengembangan pada siklus I yaitu 76,75% dan pada siklus II ini mengalami pengembangan yang signifikan yaitu 84,5% hal ini dapat dilihat dari hasil refleksi pada siklus II yaitu mampu mendengarkan storytelling dengan baik. Berdasarkan dari refleksi diatas, tindakan pada siklus II dinyatakan berhasil. Pengembangan kemampuan memahami perilaku mulia anak melalui storytelling meningkat jika dibandingkan pada siklus I. Kegiatan melalui storytelling yang telah dilakukan menunjukan peningkatan dan sudah mencapai target yang diharapkan.
Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siklus I, dan siklus II dapat diketahui bahwa perkembanagan memahami perilaku mulia akan mengalami peningkatan pada prasilkus 40,5%, siklus I 76,75%, siklus II 84,5%. Prosentase perkembangan kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling anak dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 36,25% hal ini dikarenakan pada siklus I anak masih dalam proses pengenalan dalam kegiatan storytelling, perkembangan kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling masih dalam tahap permulaan, anak-anak masih banyak yang belum mampu mengikuti kegiatan dan masih banyak anak yang ramai sendiri tidak memperhatikan guru. Prosentase perkembangan kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling anak dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan yaitu 7,75% hal ini dikarenakan anak-anak sudah tertarik dengan storytelling, banyak anak-anak yang antusias dan sangat senang menikmati kegiatan tersebut.
Kesimpulan
Melalui serangkaian penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan terdapat perubahan mengenai storytelling pada anak. Dari tindakan penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Dengan menggunakan kegiatan melalui storytelling sebagai metode dan media belajar yang menarik serta proses pembelajaran yang berlangsung menyenangkan serta melibatkan
anak
untuk
mendengarkan
storytelling.
Telah
mampu
mengembangkan kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling pada anak kelompok usia 6 - 7 tahun di TK B Dharma Wanita Krendowahono Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2012 / 2013. Adapun peningkatan ratarata prosentase kerjasama anak dari sebelum tindakan sampai dengan siklus II yakni prasiklus mencapai 40,55%, siklus I mencapai 76,75%, dan siklus II mencapai 84,5%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Bagi Guru a) Guru hendaknya melaksanakan proses pembelajaran yang menarik serta sesuai minat anak. b) Guru hendaknya berani dalam memilih metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak. Supaya anak tertarik mengikuti pembelajaran dan tidak merasa bosan dalam pembelajaran. Sehingga anak dapat berkembang dengan optimal. c) Guru sebaiknya mengoptimalkan mengembangkan kemampuan anak didik baik di dalam maupun di luar kelas sebagai penunjang pembelajaran 2. Bagi Orang Tua Anak Peran serta orang tua terhadap pendidikan anak sangat menentukan keberhasilan anak. Usaha yang dilakukan guru tidak akan berhasil
maksimal apabila tanpa bantuan orang orang tua. Bimbingan orang tua sangatlah diperlukan guru guna menunjang keberhasilan pendidikan anak. 3. Bagi Peneliti Berikutnya Kepada peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut yang serupa dengan penelitian ini, terutama untuk mengembangkan kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Depdiknas. IGAK Wardhani, Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Maimunah, Hasan. 2010. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Jakarta: DIVA Press. Eprilia, Hanny. 2007. Perkembangan Nilai Moral, Agama, Sosial Dan Emosi. Jakarta: Erlangga. Hidayat, Satibi. 2004. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama. Jakarta: Universitas Terbuka. Susilowati, Wiwik. 2013. Pengembangan Perilaku Mulia Melalui Metode Bercerita Dengan Papan Flanel. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kusumastuti, Dina Nurcahyani. 2010. Pengaruh Kegiatan Story Telling Terhadap Pertumbuhan Minat Baca Siswa. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.