BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Para ahli mendefinisikan komunikasi menurut sudut pandang mereka masingmasing. Ingat bahwa sejarah ilmu komunikasi, ia di kembangkan dari ilmuan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1996:4) mendefinisikan komunikasi demikian : “A process by which a source rtransmits a message to a receiver through some channel.” ( komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran.) Gode (1969:5) member pengertian mengenai komunikasi, sebagai berikut: “ it is a process that makes common to or several what was the monopoly of one or same.” (komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang.) Raymond S. Ross (1983:8) mendefinisikan kommunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan symbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksud oleh sang komunikator.
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid (1981:18) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam. Definisi-definisi sebagaimana dikemukakan di atas, tentu belum mewakili semua definisi yang telah di buat para ahli. Namun, paling tidsak kita telah memperoleh gambaran tentang apa yang dimaksud komunikasi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Shannon dan Weaver (1949), bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.1 Dari berbagai definisi komunikasi pada dasarnya dapat ditarik benang merah bahwa komunikasi merupakan proses dimana individu dlam hubungan nya dengan orang lain, kelompok, organisasi, atau masyarakat, merespon dan menciptakan pesan untuk berhubungan dengan lingkungan.2
1 2
Wiryanto, pengantar ilmu komunikasi, Jakarta, 2004, hal 5-7 Muhamad Mufid, Komunikasi Dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana, 2010 hal 3
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2 Media massa Media massa (mass media) merupakan berbagai macam media atau wahana komunikasi massa seperti pers (secara sempit diartikan sebagai surat kabar, sedangkan secara luas sebagai media pemberitahuan), media-media cetak pada umumnya (majalah dan jurnal), dan berbagai media elektronik seperti radio, bioskop dan televisi yang mampu menjangkau masyarakat luas (Jeffkins,2004:420). 2.2.1 Jenis-jenis media massa Media massa terbagi menjadi bagian utama, yaitu media cetak, media elektronik, dan media luar ruang (Angipora,1999:346). Tetapi, dalam hal ini hanya media cetak dan media elektronik yang akan di jabarkan. 1. media cetak media cetak adalah suatu media yang statis yang mengutamakan pesan-pesan visual dalam melaksanakan fungsinya sebagai media penyampaian informasi, maka media cetak terdiri dari lembaran dengan jumlah kata,gambar atau foto dalam tata warna dan halaman putih, dengan fumgsi utama adalah memberikan informasi atau menghibur. Media cetak juga adalah suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh sang jurnalis dan diubah dalam bentuk katakata,gambar,foto dan sebagainya.
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. media elektronik media elektronik merupakan media komunikasi atau media massa yang menggunakan alat-alat elektronik. Media elektronik terdiri dari: 1. radio radio adalah media massa elektronik tertua dan paling luwes. Keunggulan radio siaran ini adalah berada dimana saja, di tempat tidur, di dapur, di dalam mobil, dan berbagai tempat lainnya. Apabila surat kabar memperoleh julukan sebagai kekuatan ke empat, maka radio mendapat julukan sebagai kekuatan kelima atau fifth estase. Hal ini di sebabkan radio siaran juga dapat melakukan fungsi control social seperti surat kabar, di samping empat fungsi lainnya yakni member informasi, menghibur, mendidik dan melakukan persuasi (Elvinaro:2004:115) 2.Televisi Televisi (TV) adalah media massa yang menggunakan alat-alat e lektronik dengan memadukan radio (broadcast) dan film (moving picture). Para penonton di rumah-rumah tak mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak ada unsure-unsur radio. Dan tak mungkin dapat melihat-lihat gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika tidak ada unsure-unsur film (Effendy,2000:124).
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.Internet Secara harfiah internet ( kependekat dari interconnected networking) ialah rangkaian computer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Dapat diartikan internet adalah system computer umum, yang terhubung secara global dan menggunakan TCP/IP srbagai protocol pertukaran paket. Jumlah pengguna internet yang besar dan semakin berkembang, telah mewujudkan budaya internet. Internet juga mempunyai pengaruh yang besar atas ilmu pengetahuan, dan pandangan dunia. Dengan hanya berpandukan pada mesin pencari seperti “google”, pengguna di seluruh dunia mempunyai akses internet yang mudah dan cepat atas bermacammacam informasi. Di banding dengan buku dan perpustakaan, internet melambangkan pemyebaran informasi dan data secara ekstrim. 4. Film Khalayak menonton film terutama untuk hiburan. Akan tetapi dalam film terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bukan persuasif. Film nasional dapat di gunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building. Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif atau film documenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3 Film 2.3.1 Pengertian Film film sering juga disebut sebagai gambar hidup (motion pictures), yang merupakan serangkaian gambar diam (still picture) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Film lebih dahulu menjadi media hiburan dibanding radio dan siaran televisi. Menonton bioskop menjadi aktivitas popular bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an.3 Film merupakan salah satu bentuk media massa elektronik yang sangat besar pengaruhnya kepada komunikan, dampak yang ditimbulkan bisa positif atau negative. Jadi fungsi media massa dan tugas media massa harus benar-benar diperhatikan oleh komunikator, apalagi komunikator yang menggunakan media massa elektronik. Film misalnya dalam menyampaikan pesan-pesan komunikasi, sangat berpengaruh terhadap komunikan.4 Harus kita akui bahwa hubungan antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi. Oey Hong Lee (1965:40), misalnya, menyebutkan, “film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai masa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, dengan perkataan lain pada waktu unsur-unsur yang merintangi perkembangan surat kabar sudah dibikin lenyap. Ini berarti bahwa dari permulaan sejarah nya film dengan lebih mudah dapat 3
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya. Komunikasi Mass Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya:Bandung.2005. Hal 134 4 James Monaco. Cara Menghayati Sebuah Film. Yayasan Citra.1977. Hal 35
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menjadi alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur teknik, politik, ekonomi, sosial dan demografi yang merintangi kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhannya dalam abad ke-18 dan permulaan abad ke-19”. Film, kata Oey Hong Lee, mencapai puncaknya di antara perang Dunia I dan Perang Dunia II, namun kemudian merosot tajam setelah tahun 1945, seiring dengan munculnya medium televisi.5 2.3.2 Peran Film Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum.6 2.3.3 Genre Film Dalam film kita akan mengenal istilah genre atau atau untuk mudah nya kita biasa menyebut nya jenis atau bentuk sebuah film berdasarkan keseluruhan cerita. Walaupun sebenarnya hal ini bukan dimaksudkan untuk mengkotak-kotakan film, ini digunakan untuk mempermudah penonton menentukan film apa yang akan ia tonton. Genre Film ada beberapa macam, contohnya :7
5
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya,2003, hal 126 McQuail. “Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar”, Jakarta: Erlangga, 1987, hal. 13 7 Ibid. Hal. 3 6
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Action – Laga Pada genre ini biasanya ubtuk film yang bercerita mengenai perjuangan seorang tokoh untuk bertahan hidup. Biasanya dibumbui dengan pertarungan. Jika sutradaranya jeli mengolah film ber-genre action, maka penonton akan seolah-olah mampu merasakan ketegangan yang dialami isi tokoh di dalam film. 2. Comedy – Humor Jenis film comedy adalah film-film yang ceritanya mengandalkan kelucuankelucuan baik dari segi cerita maupun dari segi penokohan. 3. Roman – Drama Film ber-genre roman biasanya banyak disukai penonton karena dianggap sebagai gambaran nyata sebuah kehidupan. Sehingga pada akhirnya penonton dapat ikut merasakan adegan film di karenakan kesamaan pengalaman hidup antara si tokoh dalam film dan penonton. 4. Mysteri – Horor Genre misteri biasa mengetengahkan cerita yang terkadang berada di luar akal umat manusia. Walaupun begitu, genre ini banyak di sukai karena pada dasarnya setiap manusia di bekali rasa penasaran akan apa yang berada pada dunia lain di luar dunia manusia.
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.4 Jenis-Jenis Film Dibawah ini adalah jenis-jenis film, seperti: 1. Film Dokumenter Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Seiring dengan perjalanan waktu, muncul berbagai aliran film dokumenter misalnya docudrama. Dalam docudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat docudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam docudrama, realita tetap jadi pakem pegangan. 2. Film Cerita Pendek Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Jenis film ini banyak di hasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikin, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini di pasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televise.
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Film Cerita Panjang Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazim nya berdurasi 90-100 menit. Film yang di putar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. Bahkan ada beberapa film yang berdurasi lebih dari 120 menit. 4. Film –film Jenis Lain a. Profil perusahaan Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan. b. Iklan Televisi Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk maupun layanan masyarakat.8
2.4 Etnik
Etnik berasal dari kata bahasa Yunani ethnos, yang merujuk pada pengertian bangsa atau orang. Acap kali ethnos diartikan sebagai setiap kelompok sosial yang ditentukan oleh ras, adat istiadat, bahasa, nilai dan norma budaya, dan lain-lain, yang pada akhirnya mengindikasikan adanya kenyataan kelompok yang minoritas atau mayoritas dalam suatu masyarakat. Koentjaningrat ( 1989 ) memaksudkan etnik sebagai kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang mempunyai sistem 8
Heru Effendy. “ Mari Membuat Film : Panduan Menjadi Produser”, Yogyakarta: Panduan,2008, Hal. 11
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
interaksi, sistem norma yang mengatur interaksi tersebut, adanya kontuniuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri.9
Pengertian etnik atau suku menurut para ahli :
1. Frederick Bart
Etnik adalah himpunan manusia karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa ataupun kombinasi dari kategori tersebut yang terikat pada sistem nilai budaya.
2. Hassan Shadily MA
Suku bangsa atau etnik adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis.
3. Narroll
Kelompok etnik dikenal sebagai suatu populasi yang secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu budaya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri dan menentukan
9
Alo Liliweri, Prasangka Dan Konflik : Komunikasi Lintas Budaya Mayarakat Multikultura, Yogyakarta, LKiS Yogyakarta, 2005, hal 8
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
cirri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.10
2.5 Kebudayaan Kebudayaan dalam bahasa inggris culture. Kata culture berasal dari perkataan cultura, dari bahasa latin colore, yang berarti memelihara memajukan, dan memuja – muja. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, yaitu buddhayah, bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) di artikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal budi manusia. 11 Ada beberapa definisi kebudayaan yang di ungkapkan para pakar diantaranya sebagai berikut:12 1. Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa dan rasa manusia 2. Ki Hadjar Dewantara mendefinisikan kebudayaan sebagai hal yang berhubungan dengan budaya. 3. Sutan Takdir Alisyahbana mengemukakan bahwa kebudayaan adalah pola kejiwaan yang didalamnya terkandung dorongan hidup yang mendasar, insting, perasaan, pikiran, kemauan, dan fantasi yang dinamakan budi. 10
Ibid hal 9 Beni Ahmad Saebeni. Pengantar Antropologi:PustakaSetia.Bandung.2012.Hal 161 12 Ibid hal 161 11
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Budi adalah segala kehidupan manusia. Oleh karena itu perbedaan tingkah laku manusia dan binatang ditentukan oleh akal budinya atau kehidupan budayanya. Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar.13
2.6 Betawi 2.6.1 Asal usul
Apa yang di sebut dengan orang atau suku betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta. Seperti orang sunda, jawa, bali, Sumbawa, ambon, dan melayu. Antropolog Universitas Indonesia Dr Yasmine Zaki Shahab MA menaksir etnis betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893.
Perkiraan ini didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang di rintis sejarawan Australia, Lance Casle. Di zaman colonial Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, dimana data sensus penduduk Jakarta tahun 1615-1815
13
Koentjaraningrat.Pengantar Antropologi:Aksara Baru:Jakarta.1981.Hal 180
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi.
Pada tahun 1930, kategori orang betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul sebagai katagori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu itu.
Antropolog Universitas Indonesia lainnya, Prof Dr Parsudi Suparian menyatakan, kesadaran sebagai orang betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu juga belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang Senen, atau orang Rawabelong.
Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda, baru muncul pada tahun 1923, saat Moh Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Baru pada waktu itu pula segenap orang betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.14
14
Sylviana Murni. Pernak Pernik Abang Dan None Jakarta,Jakarta, Mahendra Agung Jaya. 2011,hal 7172
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.6.2 Wilayah Budaya Betawi
Seiring perkembangan zaman, masyarakat Betawi terus berkembang dengan cirri-ciri budayanya yang semakin mudah untuk dibedakan dari kelompok etnis lainnya. Salah satu unsur yang paling kuat yang dapat mengungkapkan cirri-ciri ke Betawian adalah bahasa melayu dengan dialek yang khas betawi, digunakan secara turun temurun sebagai bahasa sehari-hari. Berdasarkan penggunaan bahasa oleh penduduknya, ternyata wilayah yang dianggap sebagai wilayah budaya Betawi itu meliputi seluruh DKI Jakarta, sebagian besar wilayah Bekasi, sebagian wilayah Bogor, sebagian di wilayah Batu Jaya Kabupaten Krawang dan sebagian lagi di daerah Tangerang.
Menurut garis besarnya wilayah budaya Betawi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Betawi Tengah atau Betawi Kota dan Betawi Pinggiran. Yang termasuk wilayah Betawi Tengah yaitu kawasan yang pada zaman akhir pemerintahan kolonial Belanda termasuk wilayah Gemeente Batavia, kecuali beberapa tempat seperti Tanjung Priok dan sekitarnya. Sedangkan daerah-daerah lain di luar daerah tersebut, terutama di daerah-daerah di luar wilayah DKI Jakarta, merupakan wilayah budaya Betawi Pinggiran, yang pada masa itu disebut juga Betawi Ora.
Pembagian kedua wilayah tersebut bukan berdasarkan pembagian geografis, melainkan berdasarkan pada cirri-ciri budayanya, termasuk bahasa dan kesenian tradisionalnya. Menurut garis besarnya dialek Betawi dapat dibagi menjadi dua sub
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dialek, yaitu sub dialek Betawi Tengah dan sub dialek Betawi Pinggiran. Pada sub dialek Betawi tengah menurut garis besar nya, terdapat vocal akhir /e/ pada beberapa kata yang dalam bahasa Indonesia berupa /a/ atau /ah/. Sedangkan sub dialek Betawi Pinggiran tidak terdapat perubahan huruf vocal /a/ menjadi /e/.
Di wilayah budaya Betawi Tengah, kesenian nya banyak dipengaruhi oleh kesenian Melayu, seperti pada orkes dan Tari Samrah. Selain itu masyarakatnya pun merupakan pendukung kesenian yang bernuansa islami, sedangkan di daerah pinggiran lebih berkembang kesenian tradisi lainnya, seperti wayang topeng, lenong, tanjidor dan lain sebagainya yang tidak terdapat dalam lingkungan masyarakat Betawi Tengah.
Timbulnya dua wilayah budaya tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena perbedaan historis, ekonomis, sosiologis, perbedaan kadar dari unsur-unsur etnis yang menjadi cikal bakal budaya tersebut, termasuk juga kadar budaya dari asal suku sebelumnya.15
2.6.3 Kesenian Betawi
Kesenian Betawi mempunyai banyak keanekaragaman, paling tidak terdapat 73 jenis kesenian Betawi dari seluruh disiplin seni termasuk ragam hiasnya. Selain beberapa jenis kesenian Betawi seperti Lenong, Ondel-Ondel, Topeng dan Gambang Kromong yang sering tampil di masyarakat, masih banyak keanekaragaman kesenian 15
Ibid hal 81
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Betawi lainnya yang belum dikenal oleh masyarakat luas. Berikut ini beberapa kesenian Betawi yang dibagi berdasarkan disiplin seninya.
1. Musik
Musik tradisional Betawi beraneka ragam, sesuia dengan keanekaragaman cikal bakal masyarakatnya yang heterogen. Dalam musik Betawi terdapat pengaruh Eropa, Tionghoa, Arab, Melayu, Sunda, dan lain-lain. Seperti musik tradisional di daerah lainnya, musik tradisional Betawi mempunyai fungsi dan sifat yang sama yaitu ada yang bersifat sebagai musik mandiri, dan juga ada yang berfungsi sebagai musik pengiring. Baik itu pengiring tarian, maupun musik pengiring wayang atau theater tradisional lainnya. Berikut adalah beberapa jenis musik dalam kebudayaan Betawi :
1. Gambang Kromong 2. Tanjidor 3. Keroncong Tugu 4. Gamelan Ajeng 5. Gambang Rancag 6. Samrah 7. Gamelan Topeng 8. Rebana 9. Orkes Gambus
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Tari
Banyaknya suku-suku maupun bangsa lain yang berbaur dan menjadi cikal bakal masyarakat Betawi sangat mempengaruhi kebudayaan Betawi, baik itu seni musik maupun seni tari. Beberapa tari-tarian lama seperti Tari Topeng Betawi, Tari Uncul, maupun Tari Blenggo, merupakan tari-tarian yang banyak mendapat pengaruh dari budaya daerah Sunda. Di kalangan masyarakat Betawi Santri kegiatan
menari yang dilakukan perempuan
kurang
dikehendaki. Karena itu tari Japin, Samrah dan Blenggo dilakukan ileh kaum laki-laki. Sementara di kalangan masyarakat Betawi abangan tarian dengan penari perempuan merupakan kegiatan seni yang lazim.
2.6.4 Upacara Adat Betawi
Dalam siklus kehidupan masyarakat Betawi terdapat berbagai ritual ataupun upacara adat yang biasa dilakukan, dimulai dari lahir hingga sampai kepada kematiannya. Masing-masing ritual tersebut dipercaya melambangkan simbol-simbol tertentu dan mempunyai tujuannya masing-masing. Upacara-upacara adat itu diantaranya adalah :
1. Akekah
Adalah upacara selamatan untuk anak yang baru dilahirkan dengan pemberian nama dan pemotongan rambut dari si bayi tersebut. Akekah
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
biasanya dilakukan paling cepat seminggu setelah bayi dilahirkan, atau dengan tenggang 7, 14, sampai 21 hari setelah kelahiran. Pada upacara itu dipotong kambing, satu ekor untuk bayi perempuan dan dua ekor untuk bayi laki-laki, serta hasil seluruh rambut yang dipotong atau dicukur dikumpulkan kemudian ditimbang dengan ukuran gram lalu ditukarkan dengan ukuran uang seharga gram emas yang disumbangkan kepada anak yatim-piatu dan fakir miskin.
2. Sunatan ( Khitanan )
Sunat bagi orang Betawi adalah upacara memotong ujung kemaluan dari anak laki-laki dengan ukuran tertentu. Menurut ajaran agama Islam, seorang laki-laki yang telah memasuki masa akil balig harus segera dikhitan atau disunat, sebagai salah satu syarat untuk menyempurnakan ibadah nya. Sehari sebelum hari pelaksanaan sunat biasanya si anak dirias dengan pakaian pengantin sunat dan diarak keliling kampong, tujuannya untuk member hiburan atau memberi kegembiraan serta semangat kepada si anak bahwa besok dia akan dapat pengalaman baru, yaitu pengalaman di sunat.
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Khatam Al-Quran
Khatam Qur’an di Betawi sering disebut Tamatan Qur’an. Merupakan salah satu upacara yang sangat penting bagi orang Betawi karena ini sebagai pertanda bahwa seseorang dianggap telah menjadi orang yang mengerti ajaran agama islam.
4. Nuju Bulanin
Tanggal pelaksanaan nya biasanya antara tanggal 7,17, atau 27 dari bulan Hijriyah. Orang Betawi biasanya memilih tanggal 7 atau 17, karena tanggal 27 dianggap sudah masuk ke bulan kedelapan. Upacara nuju bulan dilakukan tahap-tahap yaitu selametan ( tahlilan ) dengan membaca surah Yusuf di dalam ruangan, mandi air kembang di kamar mandi, lolos telor, putar lilin kemudian pecah kelapa oleh sang suami, berganti baju sejumlah tujuh kali, dan ngirag yaitu mengurut perut ibu hamil dan membetulkan letak si jabang bayi di dalam perut yang dilakukan oleh dukun beranak di kamar tidur. Masing ritual tersebut mempunyai makna masingmasing,yang pada intinya adalah permohonan kepada yang maha kuasa agar diberi keselamatan dan kemudahan selama dalam masa kehamilan
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
hingga melahirkan nanti, serta agar dikaruniai anak yang sholeh dan atau sholehah sesuai dengan harapan kedua orang tuanya.16
2.6.5 Bahasa Betawi
Kesan awal perbedaan dialek Melayu Betawi dari bahasa Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut. Ciri paling menonjol bahasa Betawi dari bahasa Melayu lain adalah ciri tata ucapnya, yaitu banyaknya vocal ‘e pada kosakata bahasa Betawi seperti ape, ade, aye, dan sebagainya. Kedua, banyaknya suku akhir yang berakhir ‘e s(pepet) dengan konsonan seperti dateng, bekel, bareng, dan sebagainya.
Dalam bidang bentuk kata cirri yang segera tertangkap oleh pemakai bahasa Indonesia adalah pergantian awalan me- bahasa Indonesia dengan hanya nasal saja seperti ngambil ‘mengambil’, ngambek ‘marah’, ngusir ‘mengusir’, dan sebagainya. Kedua, adanya akhiran –in dalam kata kerja bahasa Betawi seperti ndatengin ‘mendatangi’, ngumpetin ‘menyembunyikan’ nguntitin ‘mengikuti’, dan sebagainya.
Dalam bidang kosakata antara lain adanya kata ganti orang gue dan lu, banyaknya kata sambung seperti dong, deh, kok, di, kek, dan sebagainya. Dalam bahasa sehari-hari orang Betawi menghitung biasanya memakai hitungan-hitungan bahasa Cina, seperti cepek, gopek, dan sebagainya.17
16
Ibid hal 82-95 Muhadjir. Bahasa Betawi Sejarah Dan Perkembangannya, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia. 2000, hal 61 17
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Selain itu bahasa Betawi tidak mengenal vocal rangkap atau diftong ai,au. dengan demikian kata-kata yang dalam bahasa Indonesia diucapkan dengan diftong dalam bahasa Betawi diucapan dengan ‘e dan o. kata-kata seperti pantai, cerai, atau pulau di ucapkan sebagai pante, cere, pulo.
Kaidah hilangnya konsonan h dalam akhir kata juga berlaku bagi kata-kata yang hadir dengan vocal selain a seperti u atau o. kaidah itu demikian kuatnya sehingga kata asal bahasa Arab sering hampir tidak kita kenal karena mengenakan kaidah tersebut. Nama –nama seperti dule, ise, time, adalah berasal dari abdulah, aisyah dan Fatimah, yang kehilangan h dan dikenakan kaidah vocal akhir a menjadi e
Dalam bahasa Betawi terdapat beberapa kata akhiran, yaitu –in dan –an .katakata Indonesia mendatangi, menyembunyikan, mengambilkan, menjahitkan, dalam bahasa Betawi adalah: ndatangin, ngumpetin, ngambilin, dan ngejaitin.
Akhiran sama bentuknya dengan bahasa Indonesia atau bahasa Melayu lain, tetapi penggunaannya di Jakarta cukup khas. Dalam bahasa Betawi akhiran itu bisa menyatakan ‘lebih’ bila dihubungkan dengan bentuk dasar adjektiva, seperti cepetan, tinggian, baikan, ‘lebih cepat’, ‘lebih tinggi’. ‘lebih baik’, dan sebagainya. Akhiran – an juga sering hadir pada kata-kata yang dalam bahasa Indonesia tanpa akhiran itu, seperti nggak bakalan ‘tidak akan’, (apa-)apaan ‘apakah’, nggak karuan ‘tidak karuan’.
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Frasa kata kerja dengan kata maen tampaknya juga khas Betawi seperti terdapat dalam maen pukul, maen ambil, maen tubruk, dan sebagainya, yang berarti ‘melakukan pekerjaan secara sembarangan, semaunya sendiri’,
Model pembentukan kata itu juga terdapat dengan ‘awalan’ keje atau kerja (pinggiran) seperti terdapat dalam keje ketawa ‘membuat orang ketawa’, keje mare ‘menyebabkan marah’, keje nangis ‘menyebabkan tangis’, dan sebagainya.18
2.7 Semiotika Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu-yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya-dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk adanya hal lain.19 Dalam definisi Saussure (Budiman,1999:107), semiologi merupakan “sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda ditengah masyarakat” dan, dengan demikian, menjadi bagian dari disiplin psikologi sosial. Tujuannya adalah untuk menunjukan bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya.20
18
Ibid hal 62-66 Wahyu Wibowo, Indiawan Seto. Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta. Mitra Wacana Media. 2011. Hal 5 20 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT RemajaRosdakarya.2009. hal 12 19
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji taanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (thinks) memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes,1988,kurniawan,2001:53)21 Kata “semiotika” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda” (Sudjiman dan Van Zoest, 1996.vii) atau same, yang berarti “penafsif tanda” (Cobley dan Janz,1994:4). Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atau seni logika, retorika, dan poetika (Kurniawan, 2001:49). “Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya, asap menandai api.22 Sebagai seluruh cabang keilmuan semiotika memperlihatkan pengarug yang semakin kuat dan luas, signifikansi semiotika tidak saja sebagai metode kajian (decoding), akan tetapi juga sebagai metode penciptaan (encoding). Sebagai metode kajian, semiotika memperlihatkan kekuatannya di dalam berbagai bidang seperti
21 22
Ibid.hal 15 Ibid hal 16
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
antropologi, politik, kajian keagamaan, media studies, dan cultural studies. Sebagai metode penciptaan semiotika mempunyai pengaruh pula pada bidang-bidang desain produk, arsitektur, komunikasi visual, seni tari, seni rupa dan juga seni film.23
2.8 Semiotika Charles Sanders Pierce Menurut Pierce, semiotika itu dari tiga elemen utama. Teori dari Pierce disebut teori segitiga makna atau trilangle meaning,24 diantaranya : a. Tanda Adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap pancra indra manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk hal lain di luar tanda itu sendiri. b. Objek ( Acuan Tanda ) Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. c. Interpretant ( Pengguna Tanda ) Adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
23
Sumbo Tinarbuko. Semiotika Komunikasi Visual, Yogyakarta: Jalasutra. 2009, hal ix Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Kencana, Jakarta, 2008, hal 265 24
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Teori Segitiga Makna Sign
Object
Interpretant
Analisis ini bersifat subjektif. Periset seolah-olah ia memahami pemikiran subjek yang dirisetnya. Tentu saja periset harus menyertakan konteks social budaya, teori-teori,
konsep-konsep,
dan
data-data untuk
menjelaskan
analisis
dan
interpretasinya.25 Menurut Pierce, tanda “is something which stands to somebody for something is some respect or capacity”.26 Tipologi tanda menurut Charles Sanders Pierce : 1. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” sehingga tanda itu mudah dikenali oleh pemiliknya. Di dalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. 2. Indeks adalah tanda yang memilki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks hubungan antara tanda
25 26
Ibid hal 267 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal 41
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan objeknya bersifat kongkrit, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. 3. Symbol adalah jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesepakatan sosial atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat.27
Jenis tanda dan cara kerjanya28 Jenis
Ditandai dengan
Contoh
Proses Kerja
Tanda Ikon
-
Persamaan
-
( kesamaan )
Indeks
Symbol
Gambar, foto, dan -Dilihat patung
-
Kemiripan
-
Hubungan sebab
-
asap
akibat
-
Gejala penyakit
api
-
Keterkaitan
-
Konvensi atau
-
Kata-kata
-
Kesepakatan
-
Isyarat
-Diperkirakan
-Dipelajari
sosial
27 28
Indiwan Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2011, hal 14 Ibid hal 14
37
http://digilib.mercubuana.ac.id/