ANALISIS KEMAMPUAN CARING PERAWAT ANAK DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG
Manuskrip
Oleh : Bekti Wahyuning Tias NIM : G2A214042
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016
http://lib.unimus.ac.id
http://lib.unimus.ac.id
1
ANALISIS KEMAMPUAN CARING PERAWAT ANAK DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG ANALYSIS ABILITY TO PROVIDE CHILD CARING NURSE IN NURSING CARE AT ROEMANI HOSPITAL MUHAMMADIYAH SEMARANG Bekti Wahyuning Tias 1, Mariyam 2, Dera Alfiyanti 3 1. Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS,
[email protected] 2. Dosen Keperawatan Fikkes UNIMUS,
[email protected] 3. Dosen Keperawatan Fikkes UNIMUS,
[email protected]
ABSTRAK Penilaian baik buruknya kualitas pelayanan keperawatan anak tergantung pada cara perawat anak mengaplikasi kiat dan perilaku caring pada saat memberikan asuhan keperawatan. Kemampuan menerapkan perilaku caring seorang perawat anak dalam memberikan pelayanan baik pada pasien maupun keluarganya diharapkan dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan anak sehingga dampak ataupun hal–hal yang tidak diinginkan selama proses hospitalisasi tidak terjadi. Tujuan penelitian untuk menggambarkan kemampuan caring perawat anak dalam memberikan asuhan keperawatan di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskripitif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat anak di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang yang berjumlah 30 perawat. Sampel penelitian menggunakan total sampling. Analisis data dengan menggunakan deskriptif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan perawat anak di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang sebanyak 96,7% menerapkan perilaku caring. Diharapkan perawat perlu untuk membudidayakan perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan.
Kata Kunci : Caring, Perawat Anak, Asuhan Keperawatan
ABSTRACT Quality of pediatric nursing care depends on caring ability of pediatric nurses on giving the nursing care for children. Nurses ability on applied caring attitude while giving the nursing care will improving quality of care during hospitalization in also supposed the family can increase care quality nursing child so that impact and or undesirable matters during process hospitalisasi can not happen. The purpose of this research was to describe ability caring child nurse in give nursing care at Roemani hospital Muhammadiyah Semarang. The design of this research was descripitive quantitative. Population in this research entire child nurses at Roemani hospital Muhammadiyah Semarang that numbers 30 nurses. Total sampling methode was applied in this research. Research result showed that pediatric nurses caring ability at Roemani Hospital Muhammadiyah Semarang 96,7% apply behaviour caring. Necessary to civilizing behaviour caring nursing care Keywords : Caring, Pediatric Nurses, Nursing Care
http://lib.unimus.ac.id
1
PENDAHULUAN Keperawatan merupakan suatu profesi yang berlandaskan pada kode etik, dimana fungsi dan tugas perawat adalah untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara holistik untuk mencapai tujuan keperawatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional, dimana bentuk pelayanan ini merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasar pada kiat dan ilmu keperawatan (Hidayat, 2008). Pelayanan yang profesional tentu saja akan meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan. Keperawatan anak merupakan pemberian asuhan keperawatan yang aman dan efektif bagi anak (neonatus, bayi, balita, pra sekolah, usia sekolah dan remaja) dalam kontek keluarga sesuai dengan tingkat perkembanganya baik sehat maupun sakit secara langsung maupun tidak langsung dengan menerapkan beberapa teori, konsep dan prinsip keperawatan anak dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan anak. Penilaian baik buruknya kualitas pelayanan keperawatan anak tergantung pada cara perawat anak mengaplikasi kiat dan perilaku caring pada saat memberikan asuhan keperawatan. Kualitas pelayanan keperawatan anak adalah sikap profesional perawat anak yang memberikan kenyamanan dan perlindungan bagi setiap pasien yang sedang menjalani masa penyembuhan dan merupakan kompensasi sebagai pemberi pelayanan yang diharapkan memberi rasa puas pada pasien (Purwanto, 2007). Perpaduan antara profesionalisme keperawatan anak dengan ketrampilan intelektual, tehnikal dan ketrampilan interpersonal dalam pelaksanaannya harus mencerminkan sikap caring. Penerapan perilaku caring berdampak pada keberhasilan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Keberhasilan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh peran perawat anak dalam memberikan asuhan keperawatan yang bermutu, sehingga diharapkan perawat anak mau mengembangkan diri serta meningkatkan kognitif dan perilaku yang mencerminkan sikap caring. Perawat anak yang sudah menunjukkan kemampuan berperilaku caring terhadap pasien dan keluarganya, akan lebih mudah menjalin hubungan therapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan yang menyeluruh. Perawat anak dalam memberikan asuhan keperawatan harus membina hubungan saling percaya sehingga tercapai sebuah komunikasi therapeutik yang tercermin dalam sikap caring. Teori yang dikemukakan oleh Potter dkk, (2009) bahwa caring adalah bentuk perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien, kepedulian, empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa kasih sayang perawat terhadap pasien akan membentuk hubungan perawat – klien yang therapeutik. Watson dalam Theory Of Human Care mengungkapkan bahwa caring adalah sebagai jenis hubungan yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan keperawatan untuk meningkatkan dan melindungi pasien, yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan pasien untuk sembuh. Sentuhan caring merupakan bentuk komunikasi non verbal yang dapat mempengaruhi kenyamanan pasien, meningkatkan harga diri pasien, memperbaiki orientasi tentang kenyataan (Watson, 1994) dalam Potter dkk, (2009). Masyarakat mempersepsikan perawat profesional apabila perawat memiliki etik dan caring dalam pelayanan keperawatan (Liu, Moke& Wong, 2006). Perilaku caring sudah diteliti oleh beberapa peneliti seperti Dedi, dkk. (2008) menerangkan bahwa sudah sebagian besar perawat pelaksana menunjukkan kemampuan perilaku caring dan penelitian ini merekomendasikan perlunya untuk membudayakan perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan. Begitu juga Penelitian oleh Prabowo, dkk. (2014)
http://lib.unimus.ac.id
2
menunjukkan bahwa perawat yang memiliki tingkat kognitif baik tentang caring, maka akan menunjukkan kemampuan perilaku caring yang baik pula. Penelitian yang lain oleh Wicaksono, dkk. (2012) bahwa keperawatan yang baik dan sesuai harapan dalam sebuah rumah sakit meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan penerapan kiat caring perawat dan melakukan supervisi secara berkala sesuai standar untuk mengevaluasi kinerja perawat. Model asuhan keperawatan profesional yang lebih efisien dan efektif sehingga mampu memberikan kepuasan baik dari pihak pasien, keluarga, perawat maupun tim kesehatan lain. Penelitian lain juga dikemukakan oleh Meliyana (2013) mendapatkan hasil bahwa caring perawat terkait hospitalisasi anak dapat menurunkan kecemasan anak juga orang tua pasien. Kemampuan menerapkan perilaku caring seorang perawat anak dalam memberikan pelayanan baik pada pasien maupun keluarganya diharapkan dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan anak sehingga dampak ataupun hal–hal yang tidak diinginkan selama proses hospitalisasi tidak terjadi. Kemampuan perilaku caring dapat mendorong tumbuhnya citra seorang perawat anak sebagai tenaga keperawatan yang profesional. Citra seorang perawat anak sampai saat ini belum terbangun dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan masih banyaknya komplain tentang kurang maksimalnya perhatian tenaga kesehatan khususnya perawat anak dalam memberikan asuhan keperawatan (Blacius Dedi, 2008). Diruang perawatan anak khususnya, bagaimana seorang perawat anak memberikan asuhan keperawatan secara profesional tidak hanya untuk pasien tapi juga untuk keluarganya, sehingga meminimalkan dampak trauma akibat hospitalisasi. Hal ini merupakan tantangan bagi seorang perawat anak dalam melakukan asuhan keperawatan, dimana perawat anak harus mampu menunjukkan prilaku caring secara profesional. Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang pada bulan Oktober 2015, khususnya di ruang perawatan anak menunjukkan bahwa pada tiga bulan terakhir, dengan cara observasi dengan menggunakan lembar kuesioner dan pencatatan di buku laporan didapatkan data bahwa 50% tuntutan keluarga adalah agar pasien diberi pelayanan dengan cepat, efek hospitalisasi terkait tingkat kecemasan anak dan keluarga masih tinggi sesuai dengan penelitian yang dilakukan diruang anak rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang oleh Hananingsari (2015) yang menyatakan bahwa enam dari lima belas anak menunjukkan perilaku takut, menarik diri, menangis dan memeluk orang tua selama proses hospitalisasi, dan dalam tiga bulan terakhir didapatkan ada sembilan komplain keluarga pasien terkait dengan pelayanan keperawatan serta citra perawat anak yang masih belum terbangun sebagai tenaga profesional. Standar prosedur operasional tentang pelaksanaan pelayanan keperawatan pada anak dengan menerapkan perilaku caring yang belum diterapkan di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan caring perawat anak di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh perawat anak di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang yang berjumlah 30 perawat. Cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan total sampling sehingga jumlah sampel 30 perawat anak. Penelitian dilakukan di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Alat pengumpul data dengan kuesioner dan lembar observasi. Peneliti menganalisa variabel yang ada secara deskriptif. Skor kemampuan prilaku caring berbentuk data kategorik yang dianalisis dan dideskripsikan dalam bentuk distribusi frekuensi.
http://lib.unimus.ac.id
3
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden berdasarkan umur didapatkan rata-rata umur responden 34 tahun (tabel 1). Pendidikan didapatkan sebagian besar pendidikan responden adalah D3 (tabel 2). Lama kerja perawat didapatkan rata-rata lama kerja 4,5 tahun (tabel 3). Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Responden di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Tahun 2016 Variabel Umur
Mean 33,53
Standar deviasi 6,991
Min 23
Max 49
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Tahun 2016 Pendidikan D3 S1 Ners Total
Frekuensi 26 2 2 30
Persentase (%) 86,7 6,7 6,7 100
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Kerja di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Tahun 2016 Karakteristik Lama Kerja
Median 4,50
Standar deviasi 3,944
Min 1
Max 15
Tabel 4 Distribusi Kemampuan Caring Perawat Anak di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Tahun 2016 Kemampuan Caring Perawat Anak Kurang Mampu Mampu Total
Frekuensi 1 29 30
Persentase (%) 3,3 96,7 100
Tabel 4 diketahui bahwa perawat anak sebagian besar memiliki kemampuan caring kategori mampu sebanyak 29 perawat (96,7%) dan hanya 1 perawat (3,3%) yang kurang mampu mengaplikasikan caring dalam memberikan asuhan keperawatan. PEMBAHASAN Kemampuan caring perawat anak dalam memberikan asuhan keperawatan berdasarkan alat ukur yang dikembangkan oleh Watson dan Lea (1997) menunjukkan bahwa terdapat 29 (96,7%) perawat masuk dalam kategori mampu dan 1 (3,3%) perawat masuk dalam kategori kurang mampu dalam memberikan asuhan keperawatan diruang perawatan anak rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Perawat dinilai mampu berperilaku caring karena telah melaksanakan minimal 23 dari 25 item Caring Dimensions Inventory, penelitian ini didapatkan 27 perawat melaksanakan 23 item CDI dan 2 perawat melakukan 25 item CDI. Perawat yang masuk kategori kurang mampu dalam penelitian ini melaksanakan 19 item dari 25 item CDI.
http://lib.unimus.ac.id
4
Caring dilihat dari aspek pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat anak dalam penelitian ini meliputi tindakan membantu pasien dalam aktivitas dan latihan, membuat catatan keperawatan, menjelaskan prosedur klinik, melaporkan kondisi pasien, menjelaskan prosedur klinik, duduk dengan pasien, bersama pasien dalam prosedur klinik, konsultasi dengan dokter, mengukur tanda vital dan mengobservasi efek medikasi, sedangkan tindakan yang tidak dilakukan oleh perawat anak dari aspek asuhan keperawatan adalah melakukan sharing dengan pasien dan keluarga. Caring dilihat dari profesionalisme keperawatan yang dilaksanakan perawat anak pada penelitian ini meliputi memberikan informasi, mengorganisasi pekerjaan, bersikap kompeten, memberikan jaminan prosedur klinik, bersikap gembira, berpakaian rapi, mendahulukan kebutuhan pasien, mendengarkan pasien dan memberikan privacy, sedangkan tindakan yang tidak dilaksanakan dilihat dari aspek profesionalisme keperawatan adalah merasa bersalah atau menyesal. Caring dilihat dari aspek dokumentasi adalah membuat catatan keperawatan, dan pada penelitian ini semua perawat anak sudah melaksanakannya. Proses penelitian ini menemukan 1 perawat yang masuk kategori kurang mampu dalam pelaksanaan caring dimana ada 6 item yang tidak dilaksanakan meliputi duduk dengan pasien, merasa bersalah atau menyesal, melakukan sharing, mengorganisasi pekerjaan, mendengarkan pasien dan mendahulukan kebutuhan pasien. Teori yang dikemukakan oleh Potter dkk, (2009) bahwa caring adalah bentuk perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien, kepedulian, empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa kasih sayang perawat terhadap pasien akan membentuk hubungan perawat – klien yang therapeutik. Watson dalam Theory Of Human Care, mengungkapkan bahwa caring adalah sebagai jenis hubungan yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan keperawatan untuk meningkatkan dan melindungi pasien, yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan pasien untuk sembuh. Sentuhan caring merupakan bentuk komunikasi non verbal yang dapat mempengaruhi kenyamanan pasien, meningkatkan harga diri pasien, memperbaiki orientasi tentang kenyataan (Watson, 1994) dalam Potter dkk,(2009). Masyarakat mempersepsikan perawat profesional apabila perawat memiliki etik dan caring dalam pelayanan keperawatan (Liu, Moke& Wong, 2006). Kemampuan caring perawat anak adalah kapasitas atau penilaian seorang perawat anak dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien berdasarkan nilai kemanusiaan, dan mendahulukan kesejahteraan orang lain, dalam hal ini pasien dan keluarganya dengan memperhatikan prinsip family center care dan atraumatic care. Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan pada anak tergantung pada kemampuan caring perawat anak.Caring merupakan suatu orientasi human science dan kemanusiaan terhadap proses, fenomena dan pengalaman human caring. Transpersonal caring mengakui kesatuan dalam hidup dan hubungan yang terdapat pada lingkaran caring dari individu pada orang lain, pada masyarakat, pada dunia dan pada alam semesta (Watson, 2004). Hasil penelitian 96,7% perawat telah memiliki kemampuan caring, namun masih terdapat perawat yang tidak memiliki kemampuan caring. Terdapat 28 perawat (93,3%) yang tidak merasa bersalah atau menyesal jika tindakan tidak dapat dilakukan secara maksimal dengan menunjukkan sikap empati. Hal ini merupakan salah satu perilaku yang tidak baik, karena perilaku seorang perawat pada pasien akan berdampak dalam proses pemberian asuhan keperawatan selama pengobatan dirumah sakit. Alasan bahwa perawat merasa tindakannya sudah dilakukan dengan maksimal sehingga tidak perlu melakukan penyesalan dan menunjukkan empati adalah perilaku yang tidak mencerminkan sikap caring.
http://lib.unimus.ac.id
5
Terdapat 1 perawat (3,3%) yang menyatakan tidak duduk dengan pasien. Hal ini dapat terjadi karena perawat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat menyempatkan waktu untuk duduk bersama pasien.Terdapat 1 perawat (3,3%) yang menyatakan tidak mampu mengorganisasi pekerjaan dengan perawat lain untuk kesehatan pasien. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengalaman perawat, informasi terbaru tentang pengorganisasian dan pendelegasian dengan perawat lain dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, dan dapat juga karena perawat belum paham tentang metode keperawatan yang digunakan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan sehingga perawat tidak mampu mengorganisasi pekerjaan dengan perawat lain untuk kesehatan pasien. Terdapat 1 perawat (3,3%) yang menyatakan tidak mampu mendengarkan keluhan pasien. Hal ini dapat terjadi karena kesibukan perawat sehingga tidak mempunyai cukup waktu untuk mendengarkan keluhan semua pasien. Terdapat 1 perawat (3,3%) yang menyatakan tidak mendahulukan kebutuhan pasien atau tidak menempatkan kebutuhan pasien sebelum kebutuhan pribadi. Hal ini dapat terjadi karena perawat merasa kebutuhan pribadinya lebih utama, lagi pula kebutuhan pasien juga dapat ditangani oleh perawat lain atau bahkan keluarganya. Terdapat 29 perawat (96,7%) yang menyatakan tidak melakukan sharing mengenai masalah yang dihadapi pasien atau keluarga. Hal ini dapat terjadi karena kesibukan perawat sehingga tidak mempunyai cukup waktu untuk melakukan sharing mengenai masalah yang dihadapi pasien atau keluarga. Peningkatan pelayanan yang berdasar perilaku caring harus diterapkan dan dibiasakan, salah satunya dengan melakukan sharing baik masalah kesehatan maupun pribadi, karena seorang perawat juga harus menggali berbagai aspek biopsiko, sosial dan kultural dari setiap pasien untuk menunjang tindakan yang akan diberikan selama pemberian asuhan keperawatan. Dilihat dari karakteristik responden sebagian besar perawat anak di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang sebagian besar berpendidikan Diploma III yaitu sebanyak 26 responden (86,7%) dan lama kerja terbanyak < 5 tahun yaitu sebesar 50%. Hal ini dapat berdampak pada kurangnya informasi atau pengetahuan tentang ilmu keperawatan terbaru terutama aplikasi tentang caring dalam asuhan keperawatan. Pengalaman perawat dalam melakukan caring juga berdampak pada kebiasaan perawat menerapkan perilaku caring dalam melaksanakan tindakan. Meskipun tidak selalu tingkat pendidikan dan pengalaman berpengaruh pada pengetahuan dan pengalaman perawat dalam melakukan caring, namun informasi terbaru dan kebiasaan perilaku caring dapat mendukung keberhasilan dalam penerapan perilaku caring dalam perawatan. Teori menurut Watson (2004) bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku caring meliputi: pembentukan nilai-nilai humanistik-atruistik, pemantapan harapan kepercayaan, penanaman sensitifitas terhadap diri seseorang dan terhadap orang lain, pengembangan hubungan percaya, peningkatan dan penerimaan ekspresi perasaan positif dan negatif, penggunaan secara sistematik metode penyelesaian masalah ilmiah dalam pengambilan keputusan, peningkatan belajar-mengajar interpersonal, menyediakan dukungan, perlindungan, fisik, sosiokultural, dan lingkungan dan atau korektif mental, spiritual, membantu dengan pemuasan kebutuhan manusia, mendukung untuk kekuatan eksistensial-fenomenologikal. Citra seorang perawat anak sampai saat ini belum terbangun dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan masih banyaknya komplain tentang kurang maksimalnya perhatian tenaga kesehatan khususnya perawat anak dalam memberikan asuhan keperawatan (Blacius Dedi, 2008). Diruang perawatan anak khususnya, bagaimana seorang perawat anak memberikan asuhan keperawatan secara profesional tidak hanya untuk pasien tapi juga untuk keluarganya,
http://lib.unimus.ac.id
6
sehingga meminimalkan dampak trauma akibat hospitalisasi. Hal ini merupakan tantangan bagi seorang perawat anak dalam melakukan asuhan keperawatan, dimana perawat anak harus mampu menunjukkan perilaku caring secara profesional. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dedi (2008) yang menyatakan bahwa sebagian besar perawat pelaksana sudah menunjukkan kemampuan perilaku caring dan penelitian ini merekomendasikan perlunya untuk membudayakan perilaku caring dalam pemberian asuhan keperawatan. Begitu juga Penelitian oleh Prabowo, dkk. (2014) yang menyatakan bahwa perawat yang memiliki tingkat kognitif baik tentang caring, maka akan menunjukkan kemampuan perilaku caring yang baik pula. Penelitian ini perawat anak di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang sudah sebagian besar membudidayakan perilaku caring, hal ini karena di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang sedangmenerapkan prosedur pelayanan keperawatan berdasarkan pada standar prosedur operasional, dan peningkatan asuhan keperawatan dengan memperhatikan mutu pelayanan dengan pemenuhan terhadap hak pasien dan keluarga, pendidikan pasien dan keluarga, serta pelayanan yang berorientasi pada keselamatan pasien dan keluarga. Perawat anak dalam penelitian ini sebagian besar (29 perawat) sudah mampu melaksanakan perilaku caring, hal ini harus dijadikan kebiasaan ataupun standar dalam pemberian asuhan keperawatan agar tercapai derajat kesehatan yang optimal dengan penerapan perilaku caring. KESIMPULAN Hasil penelitian kemampuan caring perawat anak di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang didapatkan 29 (96,7%) perawat mampu melakukan perilaku caring dan 1 (3,3%) perawat kurang mampu melakukan perilaku caring. Perawat anak mampu melakukan minimal 23 item dari CDI meliputi perawat membantu pasien dalam ADL, membuat catatan keperawatan, memberikan informasi, menjelaskan prosedur klinik, berpakaian rapi, mengidentifikasi gaya hidup pasien, melaporkan kondisi pasien, bersama pasien dalam prosedur klinik, bersikap manis pada pasien, konsultasi dengan dokter, menganjurkan tentang aspek self-care, memberikan pengetahuan pada pasien, mengukur tanda vital, bersikap kompeten, melibatkan pasien dalam perawatan, memberikan jaminan prosedur klinik, memberikan privacy, bersikap gembira dan mengobservasi efek medikasi. kemampuan caring perawat anak tidak merasa bersalah atau menyesal sebesar 93,3%, perawat duduk dengan pasien, perawat mampu mengorganisasi pekerjaan dan perawat mampu mendengarkan pasien, perawat tidak melakukan sharing dan perawat mendahulukan kebutuhan pasien masingmasing sebesar 96,7% SARAN Mengingat masih terdapat perawat yang tidak berperilaku caring, maka diharapkan perawat anak perlu membudayakan perilaku caring dalam proses pemberian pelayanan keperawatan anak yang profesional terutama kemampuan caring perawat anak seperti perawat merasa bersalah atau menyesal jika tindakan tidak dapat dilakukan secara maksimal dengan menunjukkan sikap empati, menyempatkan waktu duduk dengan pasien, mengorganisasi pekerjaan dengan perawat lain untuk kesehatan pasien, mendengarkan keluhan pasien, melakukan sharing dan mendahulukan kebutuhan pasien sebelum kebutuhan pribadi. Diharapkan pasien dan keluarga untuk menyampaikan keluhan kepada rumah sakit apabila menemui ketidakpuasan terhadap perawat terutama dalam hal perilaku caring perawat. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi rumah sakit dalam menyusun kebijakan rumah sakit khususnya mengenai pelayanan keperawatan pada anak dan sebagai dasar untuk meningkatkan kinerja bagi tenaga keperawatan sehingga meminimalkan dampak hospitalisasi
http://lib.unimus.ac.id
7
dan komplain, serta meningkatnya mutu asuhan keperawatan anak dengan membudidayakan perilaku caringmelalui pendidikan berkelanjutan, seminar, pelatihan, supervisi, dan pengarahan intensif. Bagi pendidikan keperawatan dapat menambahkan sumber kepustakaan tentang perilaku caring perawat dan pentingnya caring dalam keperawatan. Diharapkan adanya tindak lanjut dari peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode dan variabel yang berbeda sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik, misalnya dengan menggunakan metode wawancara mendalam untuk menggali informasi dari responden dan disarankan dapat menggunakan variabel yang berbeda misalnya dengan menambah variabel lain seperti:dukungan keluarga, budaya dan faktor lingkungan. KEPUSTAKAAN
Dedi, B. (2008). Perilaku Caring Perawat Pelaksana Di Sebuah Rumah Sakit Di Bandung: Studi Grounded Theory. jurnal keperawatan Indonesia, 12(2)
Hananingsari, D. (2015). Gambaran Tingkat Kecemasan Anak Usia Toddler Akibat Hospitalisasi Yang Dilakukan Modifikasi Seragam Perawat Di Ruang Ismail 2 RS. Roemani Muhammadiyah Semarang. Hidayat, (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Liu,J.E., Moke, E., & Wong, T. (2006). Caring in nursing. http://search.epnet.com diperoleh 15 Februari 2007.
Meliyan, E. (2013). Hubungan caring perawat dengan tingkat kecemasan orang tua terkait hospitalisasi anak Di Ruang Melati RSUD Kota Bekasi 2013. Bekasi: publikasi online jurnal Keperawatan. Diakses pada 2014.
Potter & Perry. (2009). Fundamental of Nursing. Jakarta: Salemba Medika. Prabowo. (2014). Hubungan tingkat Kognitif Perawat Tentang Caring Dengan Aplikasi Praktek Caring di Ruang Rawat Inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso. jurnal Pustaka Kesehatan, 2(1). Purwanto, S. (2007). Kualitas Pelayanan Keperawatan. http://klinis.wordpress.com/2007/ 12/28/kualitas-pelayanan-keperawatan/. Diakses tanggal 22 Nopember 2011. Jam 11.34 WIB
Wicaksono,et al.(2012). Kiat keperawatan (Caring) Dalam Meningkatkan Mutu Asuhan Keperawatan : Publikasi Online Jurnal Kesehatan STIKES RS Baptis Kediri. Diakses pada 2 Desember 2012. Watson, Jean. (2004). Theory of human caringHttp://www2.uchsc.edu/son/caring.
http://lib.unimus.ac.id
8