Prosiding
”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN HORTIKULTURA DI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA Oleh Sarno Politeknik Banjarnegara Jl. Raya Madukara Km 02, Kenteng, Banjarnegara Jawa Tengah 53482 Telp/Fax (0286) 591145, E-mail :
[email protected]
ABSTRACT This study aims to analyze horticultural commodity of superior and distribution model of each distric in Banjarnegara regency. The research used is case study and convering 20 distric at Banjarnegara regency. Data analysis conducted using Location Quotient (LQ), Shift Analysis (SA), Super Impose (SI), Locallization Coefisien, Spesiallization Coefisien. The research result reveals that : (a) The vegetables and fruits are commodity of superior at all distric in Banjarnegara regency; (b) The vegetables commodity that highest potency to developed in Banjarnegara regency are onion leaf, carrot, stringbean, redbean, spinach, and leafy vegetable ; (c) The fruits commodity that highest potency to developed in Banjarnegara regency are sapodilla fruit, petai, gnetum gnemon tree, lanseh totree, salaca, mango, mangosteen, and star fruit; (d) Distribution commodity model of vegetables and fruits are distributed equally or location is everywhere at each distric and that have speciallitation in activity so the comparative of superior ascertainable. Key words : Horticultural Commodity, Superior, Distric, Banjarnegara
ABSTRACT Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menganalisis komoditas unggulan hortikultura dan pola distribusinya pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. Penelitian tersebut menggunakan studi kasus yang terjadi pada masingmasing 20 kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. Analisis data yang digunakan adalah Location Quotient (LQ), Shift Analysis (SA), Super Impose (SI), Locallization Coefisien (Koefisien Lokalisasi), Spesiallization Coefisien (Koefisien Spesialisasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (a) Komoditas sayuran dan buah-buahan semuanya merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Banjarnegara; (b) Komoditas sayuran yang paling berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Banjarnegara adalah bawang daun, wortel, kacang panjang, kacang merah, bayam, dan kangkung; (c) Komoditas buah-buahan yang paling berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Banjarnegara adalah sawo, petai, melinjo, duku, salak, mangga, manggis, dan belimbing; (d) Pola distribusi komoditas sayuran dan buah-buahan terdistribusi secara merata atau lokasinya cenderung menyebar pada masing-masing kecamatan dan memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu sehingga keunggulan komparatifnya dapat diketahui. Kata kunci : Komoditas Hortikultura, Unggulan, Kecamatan, Banjarnegara
1
Prosiding
”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
PENDAHULUAN Komoditas hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang dikembangkan di Kabupaten Banjarnegara. Komoditas hortikultura tersebut diantaranya komoditas sayur-sayuran : bawang daun, kentang, kubis, sawi, wortel, kacang merah, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, tomat, terung, kangkung, buncis, mentimun, labu siam, bayam, jamur. Untuk komoditas buah-buahan meliputi : alpukat, belimbing, duku, durian, jambu biji, jambu air, jeruk siam, jeruk besar, mangga, manggis, nangka, nenas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, sirsak, sukun, melinjo, petai. Konsep pengembangan komoditas hortikultura di Kabupaten Banjarnegara dilakukan dengan mengutamakan peran setiap kecamatan atau potensi yang dimiliki kecamatan seperti potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Hal ini dilakukan karena setiap kecamatan memiliki potensi yang berbeda-beda dalam menghasilkan komoditas hortikultura tertentu sesuai dengan kondisi geografis dan iklim yang ada. Menurut Warpani (1984) bahwa hasil utama dari adanya usaha pengembangan komoditas hortikultura adalah diketahuinya konsentrasi usahatani komoditas hortikultura di tiap kecamatan dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas (kabupaten) sehingga dapat diketahui sebenarnya komoditas hortikultura unggulan apa yang dapat dikembangkan di kecamatan tersebut. Salah satu kriteria penentuan komoditas hortikultura unggulan adalah berorientasi pasar dan berbasis sumberdaya lokal spesifik. Disamping itu jumlah dan jenisnya akan sangat banyak, sehingga diperlukan proses penapisan bidang usaha komoditas unggulan. Proses ini sangat berguna untuk menyeleksi secara dini bidang usaha apa saja yang memiliki potensi unggulan wilayah. Agar penentuan bidang usaha komoditas unggulan dapat dilaksanakan secara tepat, beberapa aspek yang menjadi dasar analisis penentuan komoditas dan wilayah pengembangan komoditas unggulan harus diperhatikan (Puslitbang Sosek, 2004). Berdasarkan beberapa hal tersebut maka permasalahan yang akan dijawab pada penelitian ini adalah sebetulnya komoditas unggulan hortikultura apa yang merupakan unggulan pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara dan bagaimana pola distribusi komoditas hortikultura pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menganalisis komoditas unggulan hortikultura dan pola distribusinya pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara.
2
Prosiding
”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
METODE ANALISIS Metode dasar penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada wilayah Kabupaten Banjarnegara tentang potensi wilayah dalam pengembangan komoditas unggulan hortikultura. Metode studi kasus digunakan untuk mendapatkan keterangan yang jelas dan menyeluruh serta mendalam dari permasalahan yang diteliti. Nazir (1998) menyatakan bahwa studi kasus merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yang bersangkutan (daerah penelitian) dalam menelaah permasalahan penelitian. Penelitian dilakukan pada tahun 2010 dengan menggunakan data tahun 2004 sampai 2008 dan menggunakan studi kasus pada wilayah Kabupaten Banjarnegara mencakup 20 kecamatan yang memiliki potensi komoditas hortikultura sayuran dan buahbuahan. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pemahaman kecamatan secara partisipatif, observasi langsung dan juga dilakukan wawancara terhadap beberapa orang petani. Selain bersumber pada data primer, hasil dan pembahasan juga diperkaya dengan data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Banjarnegara, dan Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Banjarnegara. Metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut : Analisis Location Quotient (LQ) Teknik analisis Location Quotient (LQ) merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu kecamatan dalam sektor kegiatan tertentu. Secara matematika Tarigan (2005), merumuskan sebagai berikut : LQ Keterangan : LQ = Location Quotient Si = Volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan S = Volume (Luas panen, Produksi) seluruh usahatani di kecamatan Ni = Volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kabupaten N = Volume (Luas panen,Produksi) seluruh usahatani di kabupaten Kriteria/Indikator : LQ > 1 menunjukkan kemampuan atau potensi wilayah yang diteliti lebih menonjol atau memiliki potensi ekspor (surplus) LQ < 1 menunjukkan kemampuan atau potensi wilayah yang diteliti kurang menonjol atau memiliki potensi impor
3
Prosiding
”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
LQ = 1 menunjukkan kemampuan atau potensi wilayah yang diteliti self sufficient dalam arti jumlah produksi sama dengan jumlah konsumsinya Analisis Pergeseran (Shift Analisys) Analisis pergeseran (Shift Analisys) digunakan untuk mengukur perkembangan relatif dari suatu variabel tertentu antar daerah atau wilayah dibandingkan dengan lingkup yang lebih luas. Secara matematika Tarigan (2005), merumuskan sebagai berikut : SD
=
Keterangan : SD = Shift Differensial (Perbedaan pergeseran netto) Vijt = Volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan pada tahun t Vit = Volume (Luas panen, Produksi) usahatani i dalam skala yang lebih luas (kabupaten) pada tahun t Vijp = Volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan j pada tahun p, p = tahun 2004 dan t = tahun 2008 Vip = Volume (Luas panen, Produksi) usahatani i pada skala yang lebih luas (kabupaten) pada tahun p ∑STi = Jumlah pergeseran keseluruhan Kriteria/Indikator : SD = + maka usahatani tertentu di kecamatan berkembang lebih cepat daripada di kecamatan lain atau kabupaten secara keseluruhan SD = - maka kecamatan tersebut memiliki karakteristik yang berlawanan dengan karakteristik yang menunjukkan angka positif Analisis Super Impose (SI) Analisis Super Impose (SI) merupakan analisis gabungan antara Location Quotient (LQ) dan Shift Analisys (SA). Analisis Super Impose (SI) dapat digunakan untuk mengetahui sektor unggulan yang dapat dikembangkan di suatu kecamatan. Sukiyah dkk (2004), menetapkan hasil analisis menjadi lima golongan, yaitu : a. Kecamatan yang tidak berpotensi, ditunjukkan oleh sel atau kotak yang kosong b. Kecamatan yang kurang berpotensi, ditunjukkan oleh sel atau kotak yang hanya memiliki satu tanda plus (1+) c. Kecamatan yang cukup berpotensi, ditunjukkan oleh sel atau kotak yang memiliki dua tanda plus (2+) d. Kecamatan yang berpotensi, ditunjukkan oleh sel atau kotak yang memiliki tiga tanda plus (3+) e. Kecamatan yang paling berpotensi, ditunjukkan oleh sel atau kotak yang memiliki empat tanda plus (4+) 4
Prosiding
”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
Analisis Koefisien Lokalisasi (α) Analisis Koefisien Lokalisasi (α) merupakan suatu ukuran relatif konsentrasi komoditas tertentu di suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas. Soedjito (1976) dalam Mulyani (2006), secara matematika merumuskan bahwa langkah untuk mencari nilai Koefisien Lokalisasi adalah sebagai berikut : a. aij =
Vij x100% Vi
c. cij = aij – bij
b. bij d.
TVj X 100% TV
c
positif 100
Keterangan : aij = Persen volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan j bij = Persen total volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan j Vij = Volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan j Vi = Volume (Luas panen,Produksi) usahatani i di kabupaten TVj = Total volume (Luas panen, Produksi) seluruh usahatani di kecamatan j TV = Total volume (Luas panen, Produksi) seluruh usahatani di kabupaten α = Koefisien Lokalisasi cij = Surplus volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan j Kriteria/Indikator : α = 1 menunjukkan terjadi pemusatan penuh atau usahatani mengumpul di satu kecamatan 0 ≤ α ≤ 1 menunjukkan komoditas tersebut tidak mengumpul di satu kecamatan atau terdistribusi secara merata Analisis Koefisien Spesialisasi (β) Analisis Koefisien Spesialisasi (β) digunakan untuk mengetahui spesialisasi suatu wilayah dalam kegiatan tertentu sehingga diketahui keunggulan komparatifnya. Soedjito (1976) dalam Mulyani (2006), merumuskan bahwa langkah untuk mencari nilai koefisien spesialisasi adalah sebagai berikut : a. aij =
Vij x100% TVj
c. cij = aij – bij
b. bij = d.
c
Vij x100% TV
positif 100
Keterangan : aij = Persen volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan j bij = Persen total volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan j Vij = Volume (Luas panen,Produksi) usahatani i di kecamatan j
5
Prosiding
”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
Vi TVj TV β cij
= Volume (Luas panen,Produksi) usahatani i di kabupaten = Total volume (Luas panen, Produksi) seluruh usahatani di kecamatan j = Total volume (Luas panen, Produksi) seluruh usahatani di kabupaten = Koefisien Spesialisasi = Surplus volume (Luas panen, Produksi) usahatani i di kecamatan j
Kriteria/Indikator : β =1 menunjukkan kecamatan tersebut memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu sehingga diketahui keunggulan komparatifnya 0≤β≤1 menunjukkan kecamatan tersebut tidak memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu sehingga keunggulan komparatifnya berbeda-beda HASIL DAN PEMBAHASAN Komoditas Unggulan Hortikultura di Wilayah Kabupaten Banjarnegara Komoditas unggulan hortikultura sayuran dan buah-buahan di wilayah Kabupaten Banjarnegara merupakan jenis komoditas unggulan wilayah berdasarkan analisis Location Quotient (LQ), Shift Analisys (SA), dan Super Impose (SI). Komoditas tersebut merupakan unggulan ditingkat kabupaten setelah dibandingkan dengan masing-masing kecamatan. Berdasarkan data luas panen dan produksi tahun 2004 - 2008 komoditas hortikultura sayuran pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara menunjukkan bahwa cabe rawit, terung, buncis, wortel, bawang daun, kangkung, kubis merupakan komoditas sayuran yang paling banyak dikembangkan dan merupakan komoditas unggulan paling berpotensi (LQ > 1) di Kecamatan Pandanarum, Wanadadi, Pejawaran, dan Wanayasa. Sedangkan untuk komoditas hortikultura buah-buahan menunjukkan bahwa komoditas pisang, pepaya dan salak pondoh merupakan komoditas yang paling banyak dikembangkan karena berpotensi sebagai komoditas unggulan. Komoditas tersebut dapat dikembangkan hampir di seluruh kecamatan dan memiliki nilai LQ > 1. Komoditas pisang dapat dikembangkan di seluruh kecamatan kecuali di Kecamatan Madukara, Banjarmangu, Pagentan, dan Wanayasa. Sedangkan komoditas pepaya dapat dikembangkan di enam belas kecamatan kecuali di Kecamatan Pejawaran, Batur, Wanayasa, Pagedongan, dan Pandanarum. Komoditas salak pondoh meskipun dapat dikembangkan hampir di seluruh kecamatan, akan tetapi yang berpotensi terdapat di kecamatan Banjarnegara, Sigaluh, Madukara, Karangkobar, dan Wanayasa. Hasil Shift Analisys menunjukkan bahwa Kecamatan Wanadadi merupakan satusatunya yang tidak mengusahakan jenis komoditas sayuran berdasarkan pada perhitungan nilai pergeseran netto jumlah produksi.
Kecamatan Pejawaran, Pagentan, Wanayasa,
6
Prosiding
”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
Batur, Karangkobar mendominasi keberadaan usaha pengembangan komoditas sayuran. Ini berarti dapat dikatakan bahwa beberapa kecamatan tersebut sangat berpotensi secara luas panen dan jumlah produksi untuk mengembangkan komoditas sayuran unggulan daerah. Keberadaan beberapa komoditas seperti kentang, kubis, bawang daun, wortel, cabe rawit menunjukkan perkembangan yang relatiif cepat dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Banjarnegara. Komoditas salak dan pisang merupakan komoditas buah yang paling banyak dikembangkan hampir di semua kecamatan dan memiliki perkembangan yang relatif lambat dibandingkan dengan kecamatan lain seperti Kecamatan Sigaluh, Madukara, Banjarmangu, dan Pejawaran. Kecamatan Banjarmangu merupakan satu-satunya kecamatan yang mengembangkan semua jenis komoditas buah dan semuanya menunjukkan nilai perkembangan yang relatif cepat dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Secara garis besar analisis Super Impose (SI) merupakan analisis gabungan antara LQ dan SA. Melalui analisis tersebut dapat diketahui kecamatan yang berpotensi, tidak berpotensi, kurang berpotensi, cukup berpotensi, dan paling berpotensi dalam pengembangan komoditas tanaman tertentu. Hasil Super Impose menunjukkan bahwa komoditas sayuran paling potensial adalah bawang daun, wortel, buncis, kacang merah, bayam, dan kangkung. Sedangkan komoditas buah-buahan unggulan yang dapat dikembangkan di beberapa kecamatan dan berpotensi adalah sawo, nenas, durian, manggis, dan jambu biji Sedangkan komoditas buah salak paling potensial di kecamatan Sigaluh dan Madukara serta Banjarmangu. Pola Distribusi Komoditas Unggulan Hortikultura di Wilayah Kabupaten Banjarnegara Pola distribusi komoditas unggulan hortikultura wilayah berdasarkan analisis Koefisien Lokalisasi menunjukkan bahwa komoditas sayuran yang terdistribusi secara merata atau lokasinya cenderung menyebar di setiap kecamatan adalah komoditas bawang daun, kentang, wortel, kangkung, kubis, sawi, buncis, kacang panjang, dan cabe rawit. Sedangkan komoditas sayuran yang terdistribusi
secara tidak merata atau lokasinya
cenderung memusat atau mengumpul adalah komoditas bayam, terung, labu siam, dan kacang merah. Komoditas buah-buahan menurut jumlah tanaman menghasilkan dan produksi di Kabupaten Banjarnegara menunjukkan komoditas buah-buahan yang ada dapat dikatakan terdistribusi secara merata atau lokasinya cenderung menyebar di setiap kecamatan. 7
Prosiding
”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
Komoditas yang dimaksud yaitu komoditas buah sawo, melinjo, petai, pisang, nenas, salak, jambu biji, duku, papaya, jeruk siam, manggis, alpukat, belimbing, jambu air, jeruk besar, dan nangka. Sedangkan komoditas buah sirsak, sukun, rambutan, durian, dan mangga merupakan komoditas buah-buahan yang dapat dikatakan terdistribusi secara tidak merata atau lokasinya cenderung memusat atau mengumpul di kecamatan bersangkutan. Sebagai contoh komoditas buah durian paling banyak dikembangkan di kecamatan Madukara atau dapat dikatakan kecamatan sentra produksi komoditas durian. Hasil analisis Koefisien Spesialisasi menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki spesialisasi dalam kegiatan pengembangan komoditas sayuran sehingga keunggulan komparatifnya diketahui berdasarkan analisis Koefisien Spesialisasi adalah Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok, Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Banjarnegara, Sigaluh, Madukara, Banjarmang, Wanadadi, Rakit, Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur, Wanayasa, Kalibening, Pagedongan, dan Pandanarum. Kecamatan Punggelan merupakan satu-satunya kecamatan yang tidak memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu. Kecamatan yang memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu dalam kegiatan pengembangan komoditas buah-buahan sehingga diketahui keunggulan komparatifnya adalah Kecamatan Purworejo Klampok, Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Madukara, Banjarmangu Rakit, Punggelan, Pagentan, Pejawaran, dan Pandanarum. Kecamatan yang tidak memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu sehingga keunggulan komparatifnya berbeda-beda adalah Kecamatan Susukan, Banjarnegara, Sigaluh, Wanadadi, Karangkobar, Batur, Wanayasa, Kalibening, dan Pagedongan.
KESIMPULAN 1.
Komoditas hortikultura sayuran seperti bayam, kangkung, kacang panjang, terung, buncis, kacang merah, cabe rawit, sawi, wortel, bawang daun, kentang, kubis, dan labu siam merupakan komoditas unggulan hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Banjarnegara kecuali Kecamatan Purworejo Klampok, Bawang, dan Punggelan.
2.
Komoditas buah-buahan seperti alpukat, belimbing, duku, durian, jambu air, jambu biji, jeruk siam, jeruk besar, mangga, manggis, nangka, nenas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, sirsak, sukun, melinjo, dan petai semuanya merupakan komoditas unggulan di seluruh kecamatan di Kabupaten Banjarnegara.
3.
Komoditas hortikultura sayuran paling potensial dikembangkan di Kabupaten Banjarnegara adalah bawang daun, wortel, buncis, kacang merah, bayam, dan 8
Prosiding
”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
kangkung. Sedangkan komoditas kurang potensial dikembangkan adalah kacang panjang, cabe rawit, dan terung. 4.
Komoditas hortikultura buah-buahan paling potensial dikembangkan di Kabupaten Banjarnegara adalah sawo, petai, melinjo, duku, salak, mangga, manggis, dan belimbing. Sedangkan komoditas kurang potensial dikembangkan adalah sirsak, nenas, pepaya, durian, jeruk siam, alpukat, dan nangka.
5.
Pola distribusi komoditas hortikultura sayuran terdistribusi merata atau lokasinya menyebar di setiap kecamatan serta memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu. Khusus komoditas bayam, terung, labu siam, dan kacang merah terdistribusi memusat di setiap kecamatan dan tidak memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu.
6.
Pola distribusi komoditas hortikultura buah-buahan terdistribusi merata atau lokasinya menyebar di setiap kecamatan serta memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu. Khusus komoditas sirsak, sukun, rambutan, durian, dan mangga terdistribusi memusat di setiap kecamatan dan tidak memiliki spesialisasi dalam kegiatan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA Mulyani, E., 2003. Potensi dan Pengembangan Komoditas Pangan dalam Mendukung Otonomi Daerah di Kabupaten Purbalingga. Penelitian. Fakultas Pertanian Unsoed. Purwokerto (tidak dipublikasikan). Nazir, M. 1998. Metode Penelitian. Gahalia Indonesia, Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan, 2004. Penentuan Komoditas dan Wilayah Pengembangan Komoditas Unggulan. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta. Sukiyah, E., dan Agus, D.H., 2004. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penetapan Kawasan Rawan Banjir di Kabupaten Bandung Bagian Selatan. Bulletin of Scientific Contributio., Volume 2. Nomor 1. Januari 2004: 26-37. FMIPA Universitas Padjajaran. Bandung. Tarigan, R., 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta. Warpani, S., 1984. Analisis Kota dan Daerah. ITB. Bandung.
9
Prosiding
”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
10