http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/transukma/index
PERENCANAAN BANGUNAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI KAWASAN INDUSTRI KARIANGAU BALIKPAPAN Bayu Rendi Pratama1*); Mustakim2); Martheana K.3) *)
Email:
[email protected];
[email protected];
[email protected]
ABSTRACT This study begins with the collection of data in the form of data types of waste, waste amounts of data, review the field of building exist, B3 waste packaging (drums, IBC Tank, Wooden Box, & Bulk Bag). The data processing is done in the form of re-planning and layout of the warehouse dimension B3, determine capacity B3, determine the number, type and placement of detectors, determine the number, type and placement of fire extinguisher. which refers to the Decree of the Head Bapedal number 01 in 1995, SNI 03-3985-2000, Permenakertrans No. Per-04/MEN/1980. Based upon the results of the research, it was found that the overall area of the warehouse B3 (warehouse B3 solid and liquid waste warehouse) planned amounted to 5504.00 m2, with the layout of B3 and compatibility compliance. Capacity, storage, packaging, and placement of B3 waste in the design of buildings designed for warehouse B3 of 1818 tons of solid and liquid B3 waste warehouse of 300,000 liters. Total number of smoke detectors planned in the design of the warehouse B3 waste as much as 221 pieces. APAR according to the type of warehouse designed B3 waste is a type of dry powder (dry powder) based on the classification of types of fires, including in group B (fires liquid materials or flammable gases), with a weight of 12 kg each extinguisher itself. APAR planned number as many as 17 pieces. Keywords: industrial waste, storage sheds, B3 waste ABSTRAK Penelitian ini diawali dengan pengambilan data yang berupa data jenis limbah, data jumlah limbah, tinjauan dilapangan bangunan eksis, kemasan limbah B3 (Drum, IBC Tank, Wooden Box, & Bulk Bag). Pengolahan data yang dilakukan berupa perencanaan ulang dimensi gudang dan tata letak limbah B3, menentukan daya tampung limbah B3, menentukan jumlah, jenis dan penempatan detektor, menentukan jumlah, jenis, dan penempatan APAR. yang mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal nomor 01 tahun 1995, SNI 03-3985-2000, Permenakertrans RI No. Per-04/MEN/1980. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa luasan keseluruhan bangunan gudang limbah B3 (warehouse limbah B3 padat dan warehouse limbah B3 cair) yang direncanakan adalah sebesar 5504,00 m2, dengan tata letak limbah B3 dan kompabilitas yang telah sesuai. Daya tampung, penyimpanan, dan penempatan kemasan limbah B3 dalam desain bangunan yang dirancang untuk warehouse limbah B3 padat sebesar 1818 ton dan warehouse limbah B3 cair sebesar 300.000 ltr. Total jumlah detektor asap yang direncanakan pada rancangan gudang limbah B3 sebanyak 221 buah. Jenis APAR yang sesuai dengan gudang limbah B3 yang dirancang adalah jenis tepung kering (dry powder) berdasarkan klasifikasi tipe kebakaran, termasuk dalam golongan B (kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar), dengan berat setiap APAR sendiri 12 kg. Jumlah APAR yang direncanakan sebanyak 17 buah. Kata kunci: limbah industri, gudang penyimpanan, limbah B3
-58-
JURNAL TRANSUKMA Volume I No. 1 Desember 2015
http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/transukma/index
PENDAHULUAN
limbah B3 berdasarkan Kepka Bapedal nomor 1 tahun 1995 pada desain bangunan yang akan direncanakan? d) Bagaimana menentukan jenis, jumlah, dan penempatan detektor sesuai dengan SNI 03-3985-2000 pada desain bangunan yang direncanakan? e) Bagaimana menentukan jenis, jumlah, dan penempatan APAR sesuai dengan Permenakertrans RI No. Per-04/Men/1980 pada desain bangunan yang direncanakan?
Pengolahan limbah hasil industri yang berkaitan dengan B3 belum memadai di Kalimantan Timur hingga mendasari dilaksanakannya penelitian ini. Dari hasil survei PT. BES (2015), diketahui bahwa untuk bangunan eksis pengelolaan limbah B3 saat ini memiliki luas 955,74 m2 dengan kapasitas maksimal penampungan limbah B3 padat sebesar 276 ton. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam Pada kenyataannya limbah B3 yang disimpan dalam gudang penyimpanan sampai dengan penelitian ini, antara lain: a) Mendesain bangunan bulan Agustus 2015 mengalami overload hingga pengelolaan limbah B3 PT. BES berdasarkan Kepka Bapedal nomor 1 tahun 1995; b) Mendesain mencapai 321,86 ton. Tata letak limbah berdasarkan kompatibilitas tata letak limbah B3 berdasarkan kompatibilitas karakteristik limbah B3 saling bercampur karakteristik limbah B3 pada desain bangunan dengan karakteristik limbah B3 lainnya, serta yang akan direncanakan; c) Menentukan daya minimnya sistem pendeteksi kebakaran dalam tampung, penyimpanan dan penempatan kemasan gudang penyimpanan limbah B3. Maka PT. BES limbah B3 berdasarkan Kepka Bapedal nomor merencanakan pembangunan fasilitas pengelolaan 1 tahun 1995 pada desain bangunan yang akan limbah B3 yang baru guna menunjang kegiatan direncanakan; d) Menentukan jenis, jumlah, dan pengelolaan di bidang industri, pertambangan, penempatan detektor sesuai dengan SNI 03-3985dan migas. Rencananya, fasilitas ini berlokasi di 2000 pada desain bangunan yang direncanakan; Kawasan Industri Kariangau (KIK), Kelurahan e) Menentukan jenis, jumlah, dan penempatan Kariangau, Kecamatan Balikpapan Barat Kota APAR sesuai dengan Permenakertrans RI No. Per-04/Men/1980 pada desain bangunan yang Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur. direncanakan. Perlu dilakukan desain ulang bangunan Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini limbah B3, desain tata letak limbah B3, desain jumlah dan penempatan sarana pemadam bagi perusahaan, meliputi: a) meningkatkan daya kebakaran pada gudang penyimpanan limbah tampung, persyaratan bangunan pengelolaan B3 sebagai sarana untuk menyimpan bahan limbah, dan tata letak limbah B3 sesuai dengan berbahaya. Desain ulang yang dilakukan sesuai peraturan yang berlaku dalam bangunan/gudang dengan jumlah dan jenis limbah yang ada. penyimpanan limbah B3 yang dirancang; b) Perhitungan penempatan sarana pemadam menjamin keselamatan kerja dan meminimalkan kebakaran dilakukan sesuai dengan kebutuhan potensi bahaya yang ditimbulkan dalam bangunan pengelolaan limbah B3. Sedangkan bagi dan luas gudang penyimpanan limbah B3. mahasiswa, dapat meningkatkan kemampuan Rumusan masalah dalam penelitian mendesain bangunan dan sistem proteksi ini, meliputi: a) Bagaimana desain bangunan kebakaran dalam bangunan pengelolaan limbah pengelolaan limbah B3 PT. BES berdasarkan B3. Kepka Bapedal nomor 1 tahun 1995? b) Bagaimana Batasan masalah yang ditentukan dalam tata letak limbah B3 berdasarkan kompatibilitas karakteristik limbah B3 pada desain bangunan penelitian ini adalah a) data limbah B3 yang yang akan direncanakan? c) Bagaimana daya dikelola/disimpan oleh PT. BES sampai dengan tampung, penyimpanan, dan penempatan kemasan Agustus 2015; b) penelitian ini tidak menghitung estimasi biaya yang dikeluarkan. JURNAL TRANSUKMA Volume I No. 1 Desember 2015
-59-
http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/transukma/index
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Limbah B3 Berikut ini diuraikan karakteristik limbah B3 sebagaimana tercantum dalam peraturan pemerintah. a. Limbah mudah meledak, yaitu limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25°C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia atau fisika dapat mengahsilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi, b. Limbah mudah terbakar, yaitu 1) Limbah berupa cairan yang mengandung alkohol <24% volume dan atau apada titik nyala <60°C (140°F) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api, atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg. 2) Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada suhu dan tekanan standar (25°C, 760 mmHg) dapat menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air, atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus-menerus. 3) Merupakan limbah teroksidasi. c. Limbah reaktif, yaitu 1) Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan. 2) Merupakan limbah sianida, sulfide, atau ammonia yang pada PH2.0 – 12.5, bereaksi hebat dengan air dan dapat menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan. 3) Dapat mudah meledak atau beraksi pada suhu dan tekanan standar (25°C, 760 mmHg). d. Limbah beracun, mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia atau lingkungan, yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit, atau mulut.
-60-
e. Limbah infeksius, bagian tubuh yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular. f. Limbah korosif, yaitu 1) Menyebabkan iritasi atau terbakar kulit. 2) Menyebabkan proses pengaratan/ pengorosian pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6.35 mm/tahun pada suhu pengujian 55°C. 3) Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar 12.5 untuk limbah yang bersifat basa. Kriteria Limbah B3 Kriteria limbah B3 dapat berbeda di setiap negara, yang dikategorikan sebagai limbah B3 adalah limbah yang apabila setelah melalui uji karakteristik atau uji toksikologi. Uji toksikologi diperlukan untuk menentukan sifat akut atau sifat kronik limbah. Penentuan sifat akut dilakukan dengan uji hayati guna mengetahui hubungan dosis respons antara limbah dengan organisme uji untuk menentukan LD50, sedangkan sifat kronik ditentukan dengan uji toksisitas jangka panjang. Pembuktian secara ilmiah (Trihadiningrum, 2000), dilakukan berdasarkan: a. Uji karakteristik limbah B3 b. Uji toksikologi c. Hasil studi yang menyimpulkan bahwa limbah B3 yang dihasilkan tidak menimbulkan pencemaran dan gangguan kesehatan terhadap makhluk hidup Limbah B3 Berdasarkan Sumber Menurut Peraturan Pemerintah RI No.85/1999, limbah B3 dapat diidentifikasi menurut sumbernya (Trihadiningrum, 2000), meliputi: a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik, limbah yang pada umumnya berasal bukan
JURNAL TRANSUKMA Volume I No. 1 Desember 2015
http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/transukma/index
dari proses utamanya, tetapi dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi (inhibitor korosi), pelarutan kerak, pengemasan, dan sebagainya. b. Limbah B3 dari sumber spesifik, limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah. c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi, dikarenakan tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan kembali. Suatu produk dapat menjadi limbah B3 yang memerlukan pengelolaan seperti
limbah B3 lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk sisa kemasan limbah B3 dan bahan-bahan kimia yang kadaluarsa. Kompatibilitas/Kecocokan Limbah B3 Dalam penyimpanan limbah B3 di dalam bangunan/gudang penyimpanan, harus disesuaikan dengan daftar kompabilitas/ kecocokan antara sifat karakteristik limbah B3 yang satu dengan limbah B3 lainnya. Tujuan dari pengelompokan ini ialah untuk mengetahui limbah B3 yang disimpan saling cocok dan yang tidak cocok dalam satu gudang penyimpanan limbah B3. Berikut daftar kompatibilitas limbah B3.
Tabel 1. Daftar Kompatibilitas/Kecocokan Karakteristik Limbah B3 dalam Penyimpanan
METODE PENELITIAN
a. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder bertujuan Prosedur Perencanaan Bangunan Pengelolaan Limbah B3 di Kawasan Industri Kariangau untuk mengumpulkan data-data langsung yang didapatkan dari sumber utama. Pengumpulan data Balikpapan. sekunder dilakukan dengan mengumpulkan dataPengumpulan Data data yang berkaitan dan berhubungan dengan Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penelitian. Data tersebut berasal dari textbook, maka dilakukan pengumpulan data secara standar badan-badan atau organisasi pemerintah, hasil dan sistematis. Penelitian ini terdiri dari dua jenis penelitian orang lain, jurnal ilmiah, dan website. data, yaitu: Data-data yang diperlukan, meliputi: JURNAL TRANSUKMA Volume I No. 1 Desember 2015
-61-
http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/transukma/index
1) Data profil perusahaan PT. BES penerimaan limbah yang berasal dari Data ini digunakan untuk mengetahui klien PT. BES. profil perusahaan dan kegiatan pengelolaan limbah B3 yang PT. BES lakukan dan menentukan tata letak limbah B3 berdasarkan kompatibilitas karakteristik limbah B3 pada desain bangunan yang akan direncanakan. 2) Standar tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 Data ini digunakan untuk mengetahui persyaratan dalam merencanakan bangunan pengelolaan limbah B3 sesuai Gambar 1. Alur Kegiatan Penerimaan dengan Keputusan Kepala Bapedal Limbah PT. BES nomor 1 tahun 1995. (Sumber: Arsip PT. BES, 2015) a) Persyaratan standar perencanaan sistem detektor kebakaran 2) Tinjauan lapangan terhadap spesifikasi Data ini digunakan untuk menentukan bangunan, tata letak, dan penempatan jenis, jumlah, dan penempatan limbah B3 yang disesuaikan dengan detektor sesuai dengan SNI 03-3985penempatannya di dalam gudang 2000 pada desain bangunan yang penyimpanan pengumpulan limbah B3 direncanakan. di area operation PT. BES. b) Persyaratan standar perencanaan 3) Pengelompokan karakteristik jenis pemadam kebakaran (APAR) limbah yang dikelola oleh PT. BES. Data ini digunakan untuk menentukan 4) Jumlah limbah B3 yang ditampung oleh jenis, jumlah, dan penempatan APAR PT. BES tujuh bulan terakhir. sesuai dengan Permenakertrans RI 5) Pengukuran aktual bangunan eksis, mulai No.Per-04/Men/1980 pada desain dari dimensi luasan area bongkar muat bangunan yang direncanakan. limbah, area segregasi limbah, bangunan b. Data Primer penampungan limbah, bangunan Pengumpulan data primer bertujuan untuk pengolahan limbah cair dan kapasitas mengumpulkan data-data informasi terkait daya tampung limbah dalam bagunan penelitian. Data primer pada penelitian ini eksis pengelolaan limbah B3 PT. BES. didapatkan dari hasil penelitian langsung yang dilakukan peneliti. Pengumpulan data primer Desain Bangunan Pengelolaan Limbah B3 dilakukan dengan survei dan penelitian di Pada tahap ini peneliti melakukan desain lapangan. Pengumpulan data primer ini, terdiri bangunan yang akan direncanakan berdasarkan atas: data primer yang telah didapat, yaitu data hasil 1) Penentuan area studi pada penelitian ini tinjauan di lapangan, data karakteristik jenis adalah area operation PT. BES, di mana limbah yang dikelola oleh PT. BES, data jumlah area operation ini sebagai pusat kegiatan limbah B3 yang ditampung oleh PT. BES tujuh pengumpulan limbah B3. Di bawah ini bulan terakhir, data pengukuran bangunan, dan merupakan alur kegiatan operasional kapasitas daya tampung limbah dalam bagunan -62-
JURNAL TRANSUKMA Volume I No. 1 Desember 2015
http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/transukma/index
eksis pengelolaan limbah B3 PT. BES. Berikut parameter/tolok ukur yang akan digunakan. Tabel 2. Daftar Parameter/Tolok Ukur Desain Bangunan No 1
2
3
4
5
Dasar Peraturan Luas tanah termasuk untuk bangunan penyimpanan dan fasilitas lainnya Kepka Bapedal sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar nomor 1 tahun 1995 Lokasi harus cukup jauh dari fasilitas umum dan ekosistem tertentu. Jarak Kepka Bapedal terdekat yang diperkenankan adalah nomor 1 tahun - 150 meter dari jalan utama atau jalan tol; 50 meter dari jalan lainnya, 1995 - 300 meter dari fasilitas umum, seperti daerah pemukiman, perdagangan, rumah sakit, pelayanan kesehatan atau kegiatan sosial, hotel, restoran, fasilitas keagamaan, fasilitas pendidikan, dll. Dilengkapi dengan bak penampung tumpahan/ceceran limbah yang Kepka Bapedal dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pengangkatannya. nomor 1 tahun 1995 Bangunan pengumpulan limbah B3 dirancang khusus hanya untuk Kepka Bapedal menyimpan 1 (satu) karakteristik limbah yang disesuaikan dengan jumlah, nomor 1 tahun karakteristik limbah B3. 1995 Jika bangunan berdampingan dengan gudang lain, maka harus dibuat Kepka Bapedal dinding pemisah atau tembok pemisah tahan api. Dinding pemisah nomor 1 tahun tersebut dapat berupa: 1995 a. Tembok beton bertulang dengan tebal minimum 15 cm b. Tembok bata merah dengan tebal minimum 23 cm c. Blok (padat) tak bertulang dengan tebal min 30 cm Parameter Tinjauan Lapangan
No
Parameter Tinjauan Lapangan
6
Untuk kestabilan struktur pada tembok penahan api dianjurkan agar digunakan tiang-tiang beton bertulang yang tidak tembus oleh kabel listrik dan atau percikan api. Terlindung dari masuknya air hujan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
7
8
Rangka pendukung atap terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan dibuat tanpa plafond dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai.
9
Memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang penyimpanan.
JURNAL TRANSUKMA Volume I No. 1 Desember 2015
Dasar Peraturan Kepka Bapedal nomor 1 tahun 1995 Kepka Bapedal nomor 1 tahun 1995 Kepka Bapedal nomor 1 tahun 1995 Kepka Bapedal nomor 1 tahun 1995
-63-
http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/transukma/index
10 Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan. 11 Dilengkapi dengan sistem penangkal petir.
Kepka Bapedal nomor 1 tahun 1995
Kepka Bapedal nomor 1 tahun 1995 12 Penyimpanan limbah cair dalam jumlah besar disarankan menggunakan Kepka Bapedal tangki dengan ketentuan sebagai berikut. nomor 1 tahun d. Tanki penyimpanan limbah B3 harus terletak di luar bangunan tempat 1995 penyimpanan limbah B3. e. Bangunan penyimpanan tangki merupakan konstruksi tanpa dinding yang memiliki atap pelindung dan memiliki lantai yang kedap air. f. Tangki dan daerah tanggul, serta bak penampungannya harus terlindung dari penyinaran matahari secara langsung serta terhindar dari masuknya air hujan, baik secara langsung maupun tidak langsung. g. Di sekitar tangki harus dibuat tanggul dengan dilengkapi saluran pembuangan yang menuju bak penampungan. Bak penampungan harus kedap air. h. Tangki harus diatur sedemikian rupa sehingga bila terguling akan terjadi di daerah tanggul dan tidak akan menimpa tangki lain. 13 Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, Kepka Bapedal kuat, dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah nomor 1 tahun bak penampungan dengan kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar 1995 bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir ke arah menjauhi bangunan penyimpanan. 14 Lebar gang antarblok penyimpanan limbah harus memenuhi persyaratan Kepka Bapedal peruntukannya. Lebar gang untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm nomor 1 tahun 1995 15 Faktor-faktor keamanan lain yang harus dipenuhi salah satunya ialah: Kepka Bapedal nomor 1 tahun i. Sistem pendeteksi kebakaran 1995; SNI 03j. Sistem pemadam kebakaran 3985-2000; Permenakertrans RI No.Per-04/ MEN/1980 (Sumber: Keputusan Kepala Bapedal nomor 1 tahun 1995)
-64-
JURNAL TRANSUKMA Volume I No. 1 Desember 2015
http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/transukma/index
Kompatibilitas/Kecocokan Karakteristik Limbah B3 pada Desain Bangunan Pada tahap ini, peneliti melakukan penempatan tata letak limbah B3 yang dikelola
oleh PT. BES dalam gudang penyimpanan pada desain bangunan yang direncanakan berdasarkan tabel kompatibilitas karakteristik limbah B3 sebagai berikut :
Tabel 3. Daftar Kompatibilitas/Kecocokan Karakteristik Limbah B3 dalam Penyimpanan
(Sumber: Arsip PT. BES, 2014) Daya Tampung, Penyimpanan, dan Penempatan Kemasan Limbah B3 pada Desain Bangunan Pada tahap ini peneliti melakukan desain tata letak dan penempatan kemasan limbah B3 pada desain bangunan yang akan direncanakan sesuai dengan standar Keputusan Kepala bapedal nomor 1 tahun 1995.
Tabel 4. Perhitungan Jumlah Detektor Ketinggian Faktor Pengali No Langit - Langit (%) 1 0 - 3,0 100 2 3,0 – 3,6 91 3 3,6 – 4,2 84 4 4,2 – 4,8 77 5 4,8 – 5,4 71 6 5,4 – 6,0 64 7 6,0 – 6,7 58 8 6,7 – 7,3 52 9 7,3 – 7,9 46 10 7,9 – 8,5 40 11 8,5 – 9,1 34
Menentukan Jenis, Jumlah, dan Penempatan Sistem Pendeteksi Kebakaran (Detektor) Pada tahapan ini peneliti menentukan jenis detektor, menghitung jumlah, dan mendesain penempatan sistem pendeteksi (detektor) (Sumber: SNI 03-39885-2000) kebakaran yang digunakan dalam bangunan Keterangan perhitungan sebagai berikut. pengelolaan limbah B3 yang akan direncanakan a. Jarak antardetektor asap (S) = 12 x Faktor sesuai dengan SNI 03-3985-2000. Untuk Pengali perhitungan jumlah detector, digunakan rumus b. Jarak antar detektor panas (S) = 7 x Faktor sebagai berikut. Pengali JURNAL TRANSUKMA Volume I No. 1 Desember 2015
-65-
http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/transukma/index
c. d. e. f. g.
Panjang (P) = Panjang Bangunan Lebar (L) = Lebar Bangunan Jumlah Detektor Panjang (JDP) = P/S Jumlah Detektor Lebar (JDL) = L/S Total Jumlah Detektor (TJD) = JDP x JDL
Menentukan Jenis, Jumlah, dan Penempatan Sistem Pemadam Kebakaran (APAR) Pada tahapan ini peneliti menentukan jenis, menghitung jumlah, dan mendesain penempatan sistem pemadam kebakaran (APAR) yang digunakan dalam bangunan pengelolaan limbah B3 yang akan direncanakan sesuai dengan Permenakertrans RI No.Per-04/Men/1980. PEMBAHASAN Pengumpulan Data Data Sekunder a. Standar Desain Bangunan Penyimpanan/ Pengumpulan Limbah B3. Menurut Keputusan Kepala Bapedal nomor 1 tahun 1995 mengenai standar desain bangunan penyimpanan dan pengumpulan limbah B3, dirangkum sebagai berikut. Menentukan daya tampung, penempatan kemasan limbah B3 yang digunakan pada bangunan limbah B3 yang direncanakan
Berikut tata cara penyimpanan kemasan limbah B3 di dalam bangunan/gudang penyimpanan yang direncanakan : 1) Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok (gang). Setiap blok terdiri atas 2 x 2 kemasan sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan dan jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani. 2) Lebar gang antarblok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar gang untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya. 3) Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum adalah tiga lapis dengan tiap lapis dialasi palet (setiap palet mengalasi empat drum). Jika tumpukan lebih dari tiga lapis atau kemasan terbuat dari plastik, maka harus dipergunakan rak. 4) Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap dan dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu) meter.
Tabel 5. Perhitungan Jumlah Detektor yang Dibutuhkan untuk Bangunan/Gudang Limbah B3 Keterangan perhitungan: - Jarak antardetektor asap (S) = 12 x Faktor Pengali - Panjang (P) = Panjang Bangunan - Lebar (L) = Lebar Bangunan - Jumlah Detektor Panjang (JDP) = P/S - Jumlah Detektor Lebar (JDL) = L/S - Total Jumlah Detektor (TJD) = JDP x JDL Diketahui: Warehouse (Tinggi langit - langit = 9 m) & (Lebar x Panjang) bangunan 1. yang akan dipasang detektor: a) Incoming Hz Waste Area 10.00 m x 15.00 m b) Shredder Area 10.00 m x 15.00 m -66-
JURNAL TRANSUKMA Volume I No. 1 Desember 2015
http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/transukma/index
c) Mixing Area 20.00 m x 40.00 d) AF (Alternatif Fuel) Area 10.00 m x 25.00 e) Outgoing Hz Waste Area 15.00 m x 25.00 f) AF (Alternatif Fuel) Non Shredder Area 15.00 m x 15.00 g) AM (Alternatif Material) Area 15.00 m x 20.00 h) Chemical Area 10.00 m x 15.00 i) Incenerator Area 15.00 m x 20.00 j) Medical Area 5.00 m x 20.00 k) Smelter Area 15.00 m x 20.00 l) Press Drum Area 15.00 m x 20.00 Karena tinggi langit – langit 9 m, maka faktor pengali adalah 34% Jadi, S = 12 x 34% = 4,08 m 100% Waste Oil Area (Tinggi langit - langit = 6 m) & (Lebar = 12.00 m x 2. Panjang = 42.00 m) Karena tinggi langit – langit 6 m, maka faktor pengali adalah 64% Jadi, S = 12 x 64% = 7,68 m 100%
m m m m m m m m m m
Dijawab : No
Ruangan
P/ S (meter)
JDP (buah)
L/ S (meter)
JDL (buah)
Incoming Hz Waste 15 / 4,08 3.68 ≈ 4 10 / 4,08 2.45 ≈ 2 Area Shredder Area 15 / 4,08 3.68 ≈ 4 10 / 4,08 2.45 ≈ 2 Mixing Area 40 / 4,08 9.80 ≈ 10 20 / 4,08 4.90 ≈ 5 AF Area 25 / 4,08 6.13 ≈ 6 10 / 4,08 2.45 ≈ 2 Outgoing Hz Waste 25 / 4,08 6.13 ≈ 6 15 / 4,08 3.68 ≈ 4 Area AF Non Shredder Area 15 / 4,08 3.68 ≈ 4 15 / 4,08 3.68 ≈ 4 AM Area 20 / 4,08 4.90 ≈ 5 15 / 4,08 3.68 ≈ 4 Chemical Area 15 / 4,08 3.68 ≈ 4 10 / 4,08 2.45 ≈ 2 Incenerator Area 20 / 4,08 4.90 ≈ 5 15 / 4,08 3.68 ≈ 4 Medical Area 20 / 4,08 4.90 ≈ 5 5 / 4,08 1.23 ≈ 1 Smelter Area 20 / 4,08 4.90 ≈ 5 15 / 4,08 3.68 ≈ 4 Press Drum Area 20 / 4,08 4.90 ≈ 5 15 / 4,08 3.68 ≈ 4 2 Waste Oil Area 42 / 7,68 5.47 ≈ 5 12 / 7,68 1.56 ≈ 2 Jumlah detektor keseluruhan Jadi, Detektor asap yang dibutuhkan untuk bangunan / gudang penyimpanan sebanyak 221 buah 1
JURNAL TRANSUKMA Volume I No. 1 Desember 2015
TJD (buah) 8 8 50 12 24 16 20 8 20 5 20 20 10 221
-67-
http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/transukma/index
Tabel 6. Bentuk dan Dimensi Kemasan Limbah yang Digunakan pada Gudang Limbah B3 Volume No Jenis Kemasan Dimensi Kemasan Kemasan 1 Steel / Plastic Drum: Ø = 0,57 meter 0,23 m³ Tinggi = 0,78 meter (200 kg)
2
Double Steel / Plastic Drum : Drum dengan alas Wooden Pallet : Ø = 0,57 meter Tinggi = 0,78 meter
Drum :
Pallet : Panjang = 1,10 meter Lebar = 0,57 meter Tinggi = 0,12 meter
Pallet : 0,08 m³
Panjang = 1,00 meter Lebar = 1,20 meter Tinggi = 1,00 meter
1,20 m³ (1000 kg)
0,46 m³ (400 kg)
IBC (Intermediate Bulk Container) :
-68-
JURNAL TRANSUKMA Volume I No. 1 Desember 2015
http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/transukma/index
No
Jenis Kemasan
Dimensi Kemasan
Volume Kemasan
Wooden Box :
Panjang = 2,20 meter Lebar = 1,10 meter Tinggi = 1,00 meter
4
Bulk Bag dengan alas Wooden Pallet :
5
2,42 m³ (1000 kg)
Bulk Bag : Panjang = 1,20 meter Lebar = 1,00 meter Tinggi = 1,00 meter Pallet : Panjang = 1,10 meter Lebar = 1,10 meter Tinggi = 0,12 meter
Bag : 1,20 m³ (500 kg)
Pallet : 0,15 m³
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan a. Desain baru bangunan/gudang penyimpanan yang dirancang untuk Warehouse Limbah B3 limbah B3 PT. BES yang dirancang terdiri Padat sebesar 1818 ton dan untuk Warehouse dari dua bangunan, yaitu Warehouse Limbah Limbah B3 Cair sebesar 300.000 ltr. B3 Padat & Warehouse Limbah B3 Cair d. Jenis pemilihan alat pendeteksi kebakaran dengan luasan keseluruhan bangunan sebesar yang cocok dengan gudang penyimpanan 2 5504,00 m . limbah B3 yang dirancang adalah jenis b. Desain baru tata letak limbah B3 berdasarkan detektor asap. Jumlah detektor untuk kompatibilitas karakteristik limbah B3 dalam Warehouse Limbah B3 Padat sebanyak 211 desain bangunan yang dirancang saling cocok buah dan untuk Warehouse Limbah B3 Cair (boleh digabung dalam penempatan kemasan sebanyak 10 buah. limbahnya). e. Jenis pemilihan alat pemadam kebakaran c. Daya tampung, penyimpanan, dan penempatan (APAR) yang cocok dengan gudang kemasan limbah B3 dalam desain bangunan penyimpanan limbah B3 yang dirancang JURNAL TRANSUKMA Volume I No. 1 Desember 2015
-69-
http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/transukma/index
berdasarkan klasifikasi tipe kebakaran sebanyak 13 buah dan untuk Warehouse termasuk dalam golongan B (Kebakaran Limbah B3 Cair sebanyak 4 buah. bahan cair atau gas yang mudah terbakar). Maka, jenis APAR yang baik adalah jenis Saran serbuk kimia kering (dry powder) dengan Penelitian ini dapat digunakan dan berat setiap APAR sendiri 12 kg. Jumlah dikembangkan pada penelitian lanjutan untuk APAR untuk Warehouse Limbah B3 Padat lokasi yang berbeda, jenis karakteristik limbah B3 yang diteliti, dan sebagainya. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Kawasan Industri Kariangau. Balikpapan: Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu. Anonim. 2014. Company Profile PT. BES. Balikpapan: PT Balikpapan Environmental Services. Anonim. 2014. Daftar Kompatibilitas Karakteristik Limbah B3. Balikpapan: PT Balikpapan Environmental Services. Bapedal. 1995. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 1 Tahun 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta: Bapedal. Nedved, Milos & Imamkhasani, Soemanto. 1991. Fundamental Chemical Safety And Major Hazard Control. Jakarta: tp. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Permenaker No.04-MEN-1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. Septemberina, Dien Ayu. 2011. “Desain Ulang Gudang Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT Petrowidada”. Tugas Akhir, Teknik K3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Setyawan, Adhitya Chandra. 2012. “Perancangan Sistem Detektor, Alarm, dan Sistem Sprinkler pada Gedung Plaza dan Gedung Direktorat PPNS-ITS”. Tugas Akhir, Teknik K3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. SNI 03-3985-2000 tentang Tata Cara Perencanaan, Pemasangan, dan Pengujian Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran untuk Pencegahan Bahaya pada Bangunan Rumah dan Gedung Trihadiningrum, Yulinah. 2000. Buku Ajar Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Surabaya: Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. -70-
JURNAL TRANSUKMA Volume I No. 1 Desember 2015