e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016)
PENGARUH WHISTLEBLOWING SYSTEM DAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD PADA PENGELOLAAN KEUANGAN PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (Studi Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng) 1Ni
Kadek Siska Agusyani, 1 Edy Sujana, 2Made Arie Wahyuni
e-mail:{
[email protected],
[email protected].,
[email protected]}@undiksha.ac.id
Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh whistleblowing system dan kompetensi sumber daya manusia terhadap pencegahan fraud. Penelitian ini bertempat di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data dari kuesioner dan diukur dengan menggunakan skala likert/ordinal. Populasi dalam penelitian ini yakni seluruh pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, dengan jumlah sampel 90 responden. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni data primer. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 19 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh signifikan antara whistleblowing system dan komptensi sumber daya manusia terhadap pencegahan fraud. Secara simultan whistleblowing system dan komptensi sumber daya manusia berpengaruh simultan terhadap pencegahan fraud. Kata Kunci: Whistleblowing system, kompetensi sumber daya manusia, pencegahan fraud. Abstract The purpose of this study was to analyze the effects of whistleblowing system and the competence of human resources to the prevention of fraud. Research in Dispenda haused in Buleleng regency. This research is a quantitative study using data from questionnaires and measured using a likert scala/ordinal. the population in this study that all employees Dispenda Buleleng regency. Sampling was done by purposive sampling technique, with a sample of 102 respondents. Data used in this study the primary data. Data were analyzed using multiple linear regression analysis with the help of the program SPSS 19 for windows. The results showed that partially there is significant effect of whistleblowing system and the competence of human resources to the prevention of fraud. Simultaneously whistleblowing system and human resource competencies simultaneous effect on the prevention of fraud. Keywords: Whistleblowing system, human resource competency, fraud prevention.
e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan UndangUndang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, setiap daerah di Indonesia memiliki kewenangan secara penuh untuk mengelola keuangan daerahnya. Selain itu, melalui pelaksanaan desentralisasi, fungsi kepemerintahan tentu dilimpahkan kepada pemerintah daerah dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah guna menyelenggarakan pemerintahannya. Desentralisasi daerah memberikan kewenangan kepada daerah otonom untuk mengurus dan mengatur rumah tangga daerahnya sendiri. Tugas daerah otonom yang harus diselenggarakan adalah penyelenggaraan pemerintah umum, memberikan pelayanan kepada masyarakat, serta melaksanakan pembangunan daerah. Untuk menjamin terselenggaranya otonomi daerah, maka daerah memerlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan keuangan sendiri demi mendanai pelaksanaanya. Yaitu dengan upaya meningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Menurut Kaho (1997), untuk menjalankan fungsi pemerintahan daerah, faktor keuangan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena setiap kegiatan organisasi pemerintahan, baik publik atau swasta memerlukan biaya. Koswara (2000) mengemukakan pendapatnya bahwa, “perbedaan ini tergantung dari sumber daya alam dan sumber daya berkaitan dengan modal yang dimiliki daerahnya tersebut. Oleh karena itu, setiap daerah memiliki penekanan tersendiri pada setiap potensi yang dapat menggali dan menambah sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kecenderungan kecurangan akuntansi telah menarik banyak perhatian media dan menjadi isu yang menonjol serta penting di mata pemain bisnis dunia. Terdapat kasus dugaan korupsi yang terjadi di Kabupaten Buleleng adalah kasus korupsi upah pungut Pajak Bumi dan Bangunan Kehutanan Perkebunan dan Pertambangan (PBB-KPP) senilai Rp
1.600.000.000 oleh Mantan Bupati Buleleng Putu Bagiada dalam siding Pengadilan Tipikor Denpasar. Bagiada yang terbukti melakukan korupsi selama dua perioda menjabat tahun 2002 hinga 2012 juga harus mengembalikan uang Negara yang dikorupsi sebesar Rp 574.700.000.000 lebih (infokorupsi.com: 2016). Kasus korupsi lainnya pada dinas pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng yang menagih pengembalian dana korupsi upah pungut pajak bumi dan bangunan (PBB) senilai Rp 600.000.000 dari mantan kepala Dispenda Nyoman Pastika yang telah dijatuhi hukuman oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Denpasar (metrobali.com: 2016). Kecurangan merupakan bentuk penipuan yang sengaja dilakukan sehingga dapat menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan (Alison, 2006). Menurut Nurillah (2014) kompetensi sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang atau individu, suatu organisasi (kelembagaan), atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsifungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Pada aspek sumber daya manusia terdapat potensi persoalan, yakni pada tenaga kerja berpotensi melakukan korupsi/fraud memanfaatkan lemahnya sistem pengendalian internal. Untuk mendeteksi, meminimalisir dan kemudian menghilangkan kecurangan atau penipuan yang dilakukan pihak internal organisasi. Menurut octaviari (2015) Sistem pelaporan pelanggaran atau yang biasa disebut dengan Whistleblowing System merupakan wadah bagi seorang whistleblower untuk mengadukan kecurangan atau pelanggaran yang dilakukan pihak internal organisasi. Sistem ini bertujuan untuk mengungkap fraud yang dapat merugikan organisasi dan mencegah fraud yang lebih banyak lagi. Penerapan WhistleBlowing System menjadi suatu alat yang dapat dipergunakan untuk mencegah terjadinya korupsi atau kecurangan yang bisa terjadi pada pengelolaan keuangan penerimaan PAD. Whistleblower adalah sesorang yang melaporkan suatu tindakan melawan
e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) hukum, terutama korupsi atau fraud, di dalam organisasi atau institusi tempat ia bekerja. Orang ini biasanya mempunyai data atau bukti yang memadai terkait tindakan yang melawan hukum tersebut. Peran whistleblower sangatlah penting dalam mengungkap suatu tindakan melawan hukum di dalam internal organisasi. Namun, banyak orang yang takut untuk mengadukan tindak kecurangan, karena tak sedikit risiko yang harus dihadapi, bahkan sulit dihindari dan solusinya mereka lebih memilih untuk diam. Mulai dari ancaman terlapor pada dirinya maupun keluarganya dan ancaman pemecatan. Jaminan keamanan dan perlindungan hukum terhadap whistleblower juga sudah ada sejak tahun 2006 dengan lahirnya UU 13/2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Hal tersebut merupakan salah satu pendorong atau motivasi seseorang untuk menjadi whistleblower. Seorang whistleblower dalam upaya mengungkap suatu tindak pelanggaran dan kecurangan, baik di perusahaan atau suatu lembaga pemerintahan, memang dapat dilatarbelakangi berbagai motivasi, seperti pembalasan dendam ingin “menjatuhkan” perusahaan tempatnya bekerja, mencari “selamat”, atau niat untuk menciptakan lingkungan perusahaan tempatnya bekerja menjadi lebih baik dan lebih beretika. Yang jelas seorang whistleblower memiliki motivasi yang kuat untuk berani mengungkap skandal kejahatan terhadap publik. Whistleblower memiliki suara hati yang memberi petunjuk kuat mengenai pentingnya sebuah skandal untuk diungkap. (Lembaga Perlindungan Saksi dan korban, 2011). BPK RI menemukan permasalahan yakni masih rendahnya kualitas informasi laporan keuangan daerah yang disebabkan oleh pemahaman akuntansi dari penyusun laporan itu sendiri yang berhubungan langsung dengan kompetensi sumber daya manusia, belum diterapkannya secara optimal sistem akuntansi keuangan dan masih lemahnya sistem pengendalian internal. Menurut Warisno (2008) dalam Sukmaningrum (2012) dalam pengelolaan keuangan daerah yang baik, karyawan harus memiliki sumber daya manusia
yang kompeten, yang didukung dengan latar belakang pendidikan akuntansi, sering mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan mempunyai pengalaman di bidang keuangan. Terdapat beberapa permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut, yaitu apakah whistleblowing system berpengaruh terhadap pencegahan fraud pada pengelolaan keuangan penerimaan PAD pada dinas pendapatan daerah kabupaten Buleleng, apakah kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap pencegahan fraud pada pengelolaan keuangan penerimaan PAD pada dinas pendapatan daerah kabupaten Buleleng, dan apakah whistleblowing system dan kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap pencegahan fraud pada pengelolaan keuangan penerimaan PAD pada dinas pendapatan daerah kabupaten Buleleng. Dalam rangka menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh whistleblowing system dan kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap pencegahan fraud pada pengelolaan keuangan penerimaan PAD pada dinas pendapatan daerah kabupaten Buleleng. Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini maka ditarik beberapa hipotesis dalam penelitian ini yaitu Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2008:2) salah satu manfaat dari penyelenggaraan whistleblowing system yang baik adalah timbulnya keengganan untuk melakukan pelanggaran, karena kepercayaan terhadap sistem pelaporan yang efektif. Keberadaan whistleblowing system tidak hanya sebagai saluran pelaporan kecurangan yang terjadi, namun juga sebagai bentuk pengawasan. Karyawan menjadi takut untuk melakukan kecurangan karena sistem ini bisa digunakan oleh seluruh karyawan, sehingga sesama karyawan menjadi saling mengawasi satu sama lain dan takut untuk dilaporkan karyawan lain karena melakukan kecurangan. Hal ini dapat mencegah fraud yang akan terjadi pada pengelolaan keuangan desa. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Vredy Octaviari Nugroho (2015) yang
e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) menunjukkan bahwa whistleblowing system berpengaruh terhadap pencegahan fraud pada PT Pagilaran. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya maka hipotesis penelitian yang diajukan : H1 : WhistleBlowing System berpengaruh terhadap pencegahan Fraud pada pengelolaan keuangan penerimaan PAD pada dinas pendapatan daerah kabupaten Buleleng. Kompetensi adalah kualifikasi yang dibutuhkan audirotr untuk melaksanakan audit dengan benar. Dalam melaksanakan audit, seseorang auditor harus memiliki mutu personal yang bauik, pengeetahuan yang memadai, serta keahlian khuusus dibidangnya.. Hasil penelitian Rozmita (2012), menyatakan bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian fraudulent financial reporting. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya maka hipotesis penelitian yang diajukan : H2 : Kompetesi sumber daya manusia berpengaruh terhadap pencegahan Fraud pada pengelolaan keuangan penerimaan PAD pada dinas pendapatan daerah kabupaten Buleleng. Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2008:2) salah satu manfaat dari penyelenggaraan whistleblowing system yang baik adalah timbulnya keengganan untuk melakukan pelanggaran, karena kepercayaan terhadap sistem pelaporan yang efektif, Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Vredy Octaviari Nugroho (2015) yang menunjukkan bahwa whistleblowing system berpengaruh terhadap pencegahan fraud pada PT Pagilaran. Kompetensi adalah kualifikasi yang dibutuhkan auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Dalam melaksanakan audit, seseorang auditor harus memiliki mutu personal yang bauik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus dibidangnya. Hasil penelitian Rozmita (2012), menyatakan bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh signifikan terhadap
pendeteksian fraudulent financial reporting, Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya maka hipotesis penelitian yang diajukan : H3 : Whistleblowing System dan kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap Pencegahan Fraud pada pengelolaan keuangan penerimaan PAD pada dinas pendapatan daerah kabupaten Buleleng. METODE Penelitian ini menggunakan jenis rancangan penelitian kuantitatif dengan mengajukan beberapa pernyataan dalam bentuk kuesioner kepada responden yaitu pegawai di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bueleng yang bertujuan untuk menjawab pernyataan yang berkaitan dengan subyek yang diteliti. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan bantuan program SPSS 19. Penelitian ini menggunakan jenis data primer. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tipe proporsive sampling yaitu teknik dimana cara pengambilan sampel dilakukan dengan menetapkan ciri yang sesuai dengan tujuan, yang dimana pegawai yang menjadi sampel adalah yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir SMA, S1, S2, dan S3. Berdasarkan penentuan sampel tersebut, jumlah kuesioner yang disebar kepada pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng sebanyak 102 kuesioner. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan skala likert/ordinal yang digunakan untuk mengukur whistleblowing system dan kompetensi sumber daya manusia. Penetapan skor diberikan kepada butir-butir pernyataan penelitian di dalam kuesioner. Skala likert yang digunakan dalam penelitian ini berdimensi lima dengan rentangan nilai 1 sampai dengan 5 dengan asumsi jawaban (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) kurang setuju, (4) setuju, dan (5) sangat setuju.
e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) Pengujian instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji statistik deskriptif, uji validitas dan uji reliabilitas. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas. Metode pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda yaitu uji t, uji F, dan koefisien determinasi (R2). Uji hipotesis menggunakan analisis regresi berganda yang digunakan untuk melihat pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen.
deviasi yang jauh lebih kecil dari mean, yang mengindikasikan bahwa penyimpangan data cukup rendah. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor kontruk dengan bantuan program SPSS 19,0 for windows. Bila korelasi antar masingmasing indikator terhadap skor kontruk menunjukkan hasil yang signifikan, yaitu bernilai <0,05 maka indikator dinyatakan valid. Hasilnya menunjukkan bahwa korelasi antara masing-masing indikator/pertanyaan terdapat total skor konstruk menunjukkan hasil yang HASIL DAN PEMBAHASAN signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Jumlah kuesioner yang disebar masing-masing indikator variabel adalah dalam penelitian ini adalah sebanyak 102 valid. buah. Namun kuesioner yang kembali Hasil uji reliabilitas dilihat dari nilai sebanyak 100 kuesioner dan 10 kuesioner Cronbach’s Alpha yang variabel yang tidak memenuhi syarat untuk diolah whistleblowing system memiliki nilai sehingga kuesioner yang dapat diolah sebesar 0,737. Variabel kompetensi sebanyak 90 kuesioner dengan sumber daya manusia memiliki nilai menggunakan program SPSS. Cronbach’s Alpha sebesar 0,722, variable Pengujian statistik deskriptif dalam pencegahan fraud memiliki nilai penelitian ini untuk mengetahui besarnya Cronbach’s Alpha sebesar 0,713. nilai rata-rata, nilai minimum, nilai Sehingga dapat disimpulkan bahwa maximum dan standar deviasi dari seluruh butir pertanyaan dalam variabelmasing-masing variabel. Hasil yang variabel tersebut adalah reliabel.Karena ditunjukkan ialah hasil yang baik, karena seruluh variabel mempunyai nilai masing-masing variabel memiliki standar Cronbach’s Alpha > 0, Tabel 1.hasil uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 90 Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 1.81513554 Most Extreme Differences Absolute ,097 Positive ,097 Negative -,086 Kolmogorov-Smirnov Z .918 Asymp. Sig. (2-tailed) ,368 a. Test distribution is Normal. Sumber: data primer diolah,2016 Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam setiap variabel pernyataan yang digunakan dalam penelitian terdistribusi normal atau tidak.
Berdasarkan hasil uji Kolmogrov-Smirnov dengan nilai Asymp. Sig sebesar 0,368> 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa datadata penelitian telah terdistribusi normal.
e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) Tabel 2.hasil uji multikolinearitas Variabel Tolerance VIF
No
Keterangan
1
Whistleblowing system (X1)
0,888
1.127
bebas multikolinearitas
2
Kompetensi sumber daya manusia (X2)
0,888
1.127
bebas multikolinearitas
Sumber: data primer diolah 2016 Hasil perhitungan uji multikolinearitas menunjukkan bahwa nilai tolerance variabel whistleblowing system sebesar 0,888 dan nilai tolerance varibel kompetensi sumber daya manusia sebesar 0,888 yang berati lebih besar dari
0,10 dan nilai VIF variabel whistleblowing system sebesar 1,127 dan nilai VIF variabel kompetensi sumber daya manusia sebesar 1,127 yang berate lebih kecil dari 10 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.
Tabel 3. Hasil uji heteroskedastisitas Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Model
1
(Constant) X1 X2
B -3.587 .117 .101
a. Dependent Variable: pencegahan fraud Sumber: data primer diolah 2016 Terjadinya heterokedastisitas ditunjukkan apabila nilai signifikan variabel bebas < 0,05. Berdasarkan hasil uji glejser menunjukkan bahwa variabel
B (Constant) X1 X2
Std. Error 15.513 3.779 .485 .153 .808 .132
a. Dependent Variable: pencegahan fraud Sumber: data primer diolah 2016
.143 .142
T
Sig.
-1.597 1.293 1.286
.114 .199 .202
whistleblowing system dan kompetensi sumber daya manusia tidak terjadi heterokedastisitas karena nilai signifikan lebih besar dari 0,05.
Tabel 4. Hasil uji T Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Model
1
Std. Error 2.246 .091 .078
Standardize d Coefficients Beta
Standardize d Coefficients Beta .270 .523
T
Sig.
4.105 3.175 6.142
.000 .002 .000
e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) Hasil uji t pada tabel 4, whistleblowing system thitung
variabel kompetensi sumber daya manusia thitung
Tabel 5.hasil pengujian koefisien determinasi Model Summary Adjusted R Std. Error of Model R R Square Square the Estimate a 1 ,664 ,441 .428 1,85388 a. Predictors: (Constant), kompetensi sumber daya manusia, whistleblowing system sumber: data primer diolah, 2016 Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari mengidentifikasi bahwa besarnya ukuran hasil perhitungan diperoleh nilai Adjusted penjelasan Adjusted R Square adalah R Square koefisien determinasi sebesar rendah, dimana 43% perubahan variabel 0,43, hal ini berati sebesar 43% yang pencegahan fraud dijelaskan oleh menunjukkan bahwa hubungan secara perubahan variabel Whistleblowing simultan antara variabel Whistleblowing system (X1), dan Kompetensi sumber system (X1), dan Kompetensi sumber daya manusia (X2). Sementara itu sisanya daya manusia (X2) terhadap variabel (100% - 43% = 57%) dijelaskan oleh Pencegahan fraud (Y). Nilai tersebut variabel lain diluar penelitian ini. Tabel 6.hasil perhitungan Uji F ANOVAb Sum of Model Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 231.170 2 115.585 34.294 .000a Residual 293.230 87 3.370 Total 524.400 89 a. Predictors: (Constant), kompetensi sumber daya manusia, whistleblowig system b. Dependent Variable: pencegahan fraud Sumber: data primer diolah 2016 Berdasarkan tabel diatas hasil uji berpengaruh secara simultan terhadap anova atau F test diketahui secara pencegahan fraud dapat diterima bersama-sama variabel independen PEMBAHASAN memiliki pengaruh yang signifikan Pengaruh Whistleblowing System terhadap variabel dependen, dapat terhadap pencegahan fraud dikatakan demikian karena diperoleh Fhitung sebesar 34,294> Ftabel 2,238 dengan Hasil pengujian hipotesis pertama tingkat signifikansi p value lebih kecil dari menunjukkan bahwa variabel 0,05 yaitu 0,000. Dengan begitu bahwa whistleblowing system berpengaruh variabel pencegahan fraud dapat secara signifikan terhadap pencegahan dipengaruhi oleh whistleblowig system fraud yang ditunjukkan oleh nilai (sig.) t dan kompetensi sumber daya manusia. sebesar 0,002, yang dimana tingkat Sehingga hipotesis yang menyatakan signifikansi variabel whistleblowing system bahwa whistleblowing system dan lebih besar dari 0,05 yang berarti hipotesis kompetensi sumber daya manusia diterima. Hal ini berarti bahwa variabel
e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) whistleblowing system berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Hal ini dapat diartikan perusahaan yang dijadikan sebagai objek penelitian ini mendukung untuk diterapkannya whistleblowing system, karena terbukti akan dapat mencegah fraud. Menurut Komite Nasional Kebijakan Governane (2008), whistleblowing system minimal harus terdiri dari tiga aspek yaitu aspek struktural, aspek operasional, dan aspek perawatan. Pada hasil penelitian ini, terbukti bahwa karyawan paham akan ketiga aspek tersebut yang kemudian dapat mempengaruhi mereka untuk enggan melakukan tindakan fraud dan melaporkan tindakan fraud yang terjadi jika mereka mengetahuinya. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Irvandly (2014) dan Octaviari (2015) yang menyatakan bahwa whistleblowing system berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan. Penelitian tersebut dilakukan pada perusahaan yang telah menerapkan whistleblowing system, sedangkan penelitian oleh peneliti dilakukan pada perusahaan yang belum menerapkan whistleblowing system. Maka bahwa Whistleblowing System mempengaruhi Pencegahan Fraud. Namun menurut penelitian Titaheluw (2011) tidak sesuai dengan penelitian ini yang menyatakan bahwa sistem whistleblowing bukanlah satu-satunya cara yang dapat digunakan dalam mencegah terjadinya fraud, terdapat pula faktor-faktor lain yang dapat mencegah terjadinya fraud. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik penerapan whistleblowing system, maka akan semakin tinggi tingkat pencegahan fraud atau kecurangan Pengaruh Kompetensi sumber daya mausia terhadap pencegahan fraud Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh signifikan terhadap pencegahan fraud. Hasil analisis menunjukkan (sig.) t sebesar 0,000, yang dimana tingkat signifikansi variabel kompetensi sumber daya manusia sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang artinya hipotesis diterima. Hal tersebut
menunjukkan kompetensi sumber daya manusia berpengaruh signifikan terhadap pencegahan fraud. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya yang dilakukan Rozmita (2012) dan Taufik (2008) yang menyatakan bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian fraud. Hasil peneltian widiyastuti dan pamudji (2009) menyatakan bahwa kompetensi SDM berpengaruh positif terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan (fraud). Menurut Tjiptoherijanto (2001) dalam Alimbudiono & Fidelis (2004), untuk menilai kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu fungsi, termasuk akuntansi, dapat dilihat dari level of responsibility dan kompetensi sumber daya manusia tersebut. Sehingga dengan kompetensi sumber daya manusia yang baik, maka semakin tinggi karyawan untuk tidak melakukan tindakan fraud. Hal ini karena sumber daya manusia tersebut telah memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai pencegahan fraud. Berdasarkan konsep-konsep tersebut, tampak bahwa kompetensi sumber daya manusia dan pencegahan fraud berbanding lurus, jika semakin baik kompetensi sumber daya manusia pegawai, maka semakin tinggi juga pegawai untuk tidak melakukan tindakan fraud. Karena semakin bagus tingkat kompetensi sumber daya manusia maka pemahaman mengenai fraud sebagai upaya pencegahan dan pendeteksian fraud maka potensi terjadinya tindakan fraud semakin kecil. Sehingga kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud. Pengaruh whistleblowing system dan kompetensi sumber daya manusia terhadap pencegahan fraud. Hasil peneletian hipotesis keenam yang ditunjukkan pada tabel 6, diproleh Fhitung sebesar 34,294 dengan tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel pencegahan fraud dipengaruhi secara simultan oleh variabel
e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) whistleblowing system dan kompetensi sumber daya manusia. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Octaviari (2015) dan Irvandly (2014) yang menunjukkan bahwa whistleblowing system berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Namun menurut penelitian Titaheluw (2011) tidak sesuai dengan penelitian ini yang menyatakan bahwa sistem whistleblowing bukanlah satu-satunya cara yang dapat digunakan dalam mencegah terjadinya fraud, terdapat pula faktor-faktor lain yang dapat mencegah terjadinya fraud. Kompetensi adalah kualifikasi yang dibutuhkan auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Dalam melaksanakan audit, seseorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus dibidangnya. Hasil penelitian Rozmita (2012) dan Taufik (2008 yang menyatakan bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian fraud. Hal ini menunjukkan semakin baik penerapan whistleblowing system, maka akan semakin tinggi tingkat pencegahan fraud atau kecurangan sebaliknya semakin tinggi tingkat kompetensi sumber daya manusia, semakin tinggi pula intensi melakukan tingakan whistleblowing sehingga semakin tinggi tingkat pencegahan kecurangan/fraud. Dalam melakukan tindakan pencegahan fraud tidak hanya bergantung pada efektivitas whistleblowing system saja, tetapi perusahaan harus memperhatikan tingkat kompetensi sumber daya manusia yang baik untuk melakukan tindakan pencegahan fraud/kecurangan. Karena semakin tinggi tingkat kompetensi sumber daya manusia maka pemahaman mengenai whistleblowing system dan pencegahan fraud sebagai upaya pencegahan dan pendeteksian fraud maka potensi terjadinya tindakan fraud semakin kecil. Sehingga whistleblowing system dan kompetensi sumber daya manusia berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan fraud. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) whistleblowing system berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan fraud, (2) kompetensi sumber daya manusia berpengaruh secara signifikn terhadap pencegahan fraud, (3) whistleblowing system dan kompetensi sumber daya manusia berpengaruh secara simultan terhadap pencegahan fraud. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bahwa penerapan whistleblowing system dan kompetensi sumber daya manusia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pencegahan kecurangan (Fraud). Bagi pihak pemimpin dan pegawai di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng diharapkan untuk dapat lebih mengefektifkan dan mengembangkan penerapan whistleblowing system dan kompetensi sumber daya manusia dan pemberian kompensasi yang sesuai (khususnya gaji dan tunjangan) terhadap pegawai agar dapat menekan terjadinya praktek kecurangan. 2. Bagi pegawai dinas pendapatan daerah kabupaten buleleng lebih meningkatkan kompetensi SDM dan pemahaman tentang whistleblowing system dan untuk mencegah terjadinya tindakan fraud, sebaiknya para pegawai menolak segala pemberian hadiah dari pihak dalam maupun luar organisasi jika mereka mengetahui maksud dan tujuan dari pemberian hadiah tersebut adalah bentuk suap untuk mementingkan keuntungan pribadi seseorang atau kelompok. 3. Bagi peneliti selanjutnya dapat memperbanyak variabel independen selain whistleblowing system dan kompetensi sumber daya manusia serta memperbanyak indikator
e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 6 No: 3 Tahun 2016) variabel. Selain itu dapat pula menambah metode lainnya, seperti metode wawancara untuk menambah kuat metode. DAFTAR PUSTAKA Amrizal. 2004. Pencegahan dan Pendeteksian kecurangan oleh Internal Auditor BPKP. Jakarta: Ghalia Indonesia Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Infokorupsi. 2016. Korupsi, Mantan Bupati Buleleng Dihukum 2 Tahun [online] tersedia di: http://infokorupsi.com/id/korupsi.php ?ac=10517&I=korupsi-mantanbupati-buleleng-dihukum-2-tahun. [Diakses pada 28 April 2016] Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2008. Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran – SPP (whistleblowing system – WBS). Jakarta: KNKG Lembaga perlindungan saksi dan korban (LPSK). 2011. Memahami whistleblower. Jakarta: LPSK Metrobali. 2016. Dispenda Buleleng Tagih Pengembalian Dana Korupsi PBB [online] tersedia di: http://metrobali.com/2013/08/30/dis penda-buleleng-tagih pengembalian-dana-korupsi-pbb/. [Diakses pada tanggal 28 April 2016] Octaviari, Nugroho Vredy. 2015. Pengaruh Persepsi Karyawan Mengenai WhistleBlowing System Terhadap Pencegahan Fraud Dengan Perilaku Etis Sebagai Variabel Intervening Pada PT Pagilaran.
Skripsi. Yogyakarta
Universitas
Negeri
Pratana, Irvandly Libramawan. 2014. Pengaruh Penerapan Whistleblowing System Terhadap Pencegahan Kecurangan. Skripsi. Universitas Widyatama. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta. Taufik, Mochammad. 2008. Pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Widari, Nora. 2015. Mengungkap akuntabilitas penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah di dinas pendapatan daerah kabupaten buleleng (studi kasus pada dinas pendapatan daerah kabupaten buleleng). Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha. Widiyastuti dan Pamudji. 2009. pengaruh kompetensi, independensi, dan profesionalisme terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan (fraud). Skripsi Universitas Diponegoro Semarang. Widyantari, Arti. 2013. Pengaruh Efektivitas Sistem Whistleblowing Terhadap Upaya Pengungkapan Kecurangan Manajemen Melalui Pemberian Motivasi (Studi Kasus Pada Dinas Pendidikan Kota Cirebon). Skripsi. Cirebon: Universitas Pasundan.