e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
PENERAPAN METODE LATIHAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMPARAFRASA IKLAN BARIS MENJADI WACANA EKSPLANASI SISWA KELAS XI MULTIMEDIA 1 SMK NEGERI 1 SUKASADA A.A.Sagung Putri Pramestiswari1, I Nyoman Sudiana2, I Made Astika3 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan (1) mengetahui langkahlangkah pembelajaran memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi dengan menerapkan metode latihan terbimbing pada siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 1 Sukasada, (2) mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi dengan menerapkan metode latihan terbimbing pada siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 1 Sukasada. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 1 Sukasada yang berjumlah 21 orang. Objek penelitian ini adalah penggunaan metode latihan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi Metode pengumpulan data ini adalah metode observasi dan metode tes. Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data langkah-langkah metode latihan terbimbing dan metode tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil kemampuan memparafrasa iklan baris menjadi wacana eksplanasi. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) langkah-langkah penerapan metode latihan terbimbing, yaitu guru memberikan umpan balik kepada siswa untuk mengetahui kesulitan siswa, guru menjelaskan materi pelajaran secara jelas, guru membimbing siswa secara intensif dalam memparafrasakan, dan guru meminta siswa menyampaikan hasil latihan parafrasa secara lisan, (2) hasil peningkatan skor yang diperoleh pada pratindakan yaitu 65,3 dengan kategori cukup. Pada siklus I skor meningkat menjadi 76,4 dengan kategori baik, dan pada siklus II menjadi 83,7 dengan kategori baik. Dapat disimpulkan bahwa metode latihan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi di kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 1 Sukasada. Kata kunci: metode latihan terbimbing, iklan baris, parafrasa, wacana eksplanasi
ABSTRACT This research is the act of class research that has purposes such as (1) it’s knowing steps the study of paraphrase advertising line that become explanation discourse to apply guided exercise method of students XI grade of Multimedia 1 SMK Negeri 1 Sukasada. (2) Its knowing increase capacity students in paraphrase advertising line become explanation discourse to apply guided exercise of students XI grade SMK Negeri 1 Sukasada. Subject of this research are teacher and students on eleventh grade of multimedia 1 SMK Negeri 1 Sukasada which has totaled 21 persons. Object of this research is the use of guided exercise method to increase the ability of paraphrase advertising line it become verbal explanation discourse in students on eleventh grade of multimedia 1. Collecting data methods in this research make observation method and test method. The data of this research is analyzed it use descriptive technique, descriptive qualitative, quantitative. The results of this study indicate that (1) the steps of applying the guided practice method, that is, the teacher gives feedback to the students to know the difficulties of the students, the teacher explains the subject matter clearly, the teacher guides the students intensively in paraphrasing, and the teacher asks the students to deliver the results of paraphrase practice orally, (2) improvement results scores obtained on pre-action that is 65.3 with
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
enough category. In the first cycle the score increased to 76.4 with good category, and in cycle II to 83,7 with good category. It can be concluded that guided training method can improve the ability paraphrased classified ads into oral explanation discourse in class XI Multimedia 1 SMK Negeri 1 Sukasada. Keywords: guided exercise method, advertising line, paraphrase, explanation discourse.
PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara lisan dan tulisan. Komunikasi yang dilakukan secara lisan (verbal) biasanya seseorang langsung menyampaikan pesan kepada lawan bicaranya sehingga pesan langsung sampai kepada yang dituju, sedangkan komunikasi secara tulisan (nonverbal) berarti pesan yang disampaikan oleh seseorang disampaikan secara tidak langsung dan cenderung bahasa yang digunakan lebih terstruktur dibandingkan bahasa lisan (verbal). Terdapat empat kemampuan berbahasa yang wajib dikuasai oleh siswa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek tersebut saling berkaitan dan mendukung dalam penyelenggaraan belajar-mengajar di kelas. Keterampilan menyimak digunakan dalam menangkap dan mengumpulkan informasi serta gagasan dari siswa. Keterampilan berbicara digunakan dalam menyampaikan materi, memberi pertanyaan dalam mengelola kelas. Keterampilan membaca digunakan dalam memahami dan menangkap isi pesan secara tertulis sementara keterampilan menulis digunakan menyampaikan pesan secara tertulis, seperti menjelaskan materi secara tertulis ataupun dalam memberikan evaluasi (Balitbang, 2002: 65). Secara fungsional dan komunikatif pembelajaran lebih menekankan siswa untuk belajar berbahasa, dalam kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dalam garis besarnya dikenal dua cara yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sasarannya dan komunikasi nonverbal menggunakan sarana gerakgerik (Wendra, 2014: 2).
Tarigan (dalam Wendra, 2014: 3), berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Keterampilan berbicara dalam pembelajaran bahasa Indonesia memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah memparafrasakan iklan baris menjadi wacana lisan. Dalam memparafrasakan iklan baris secara lisan siswa dilatih berbicara untuk dapat menuangkan kreativitas dan imajinasi yang kuat. Nolker (1983: 3) menjelaskan bahwa keterampilan berbicara memiliki peranan yang penting dalam pendidikan kejuruan. Terlebih lagi karena pendidikan kejuruan memiliki tujuan menciptakan siswa yang siap bersaing dalam dunia kerja. Dengan demikian, tidak semua jurusan dalam pendidikan kejuruan menjadikan keterampilan berbicara sebagai keterampilan pokok yang harus dimiliki. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dewa Carma selaku guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia, ada beberapa permasalahan yang ditemukan, yaitu (1) minat siswa kurang termotivasi untuk belajar, (2) rendahnya tingkat penguasaan kosakata sehingga peserta didik mengalami kesulitan untuk mengembangkan pokok-pokok informasi yang dimiliki menjadi parafrasa lisan, (3) kurangnya penguasaan keterampilan pemilihan kata/diksi, (4) penggunaan metode dalam pembelajaran yang membuat siswa merasa bosan dan tidak aktif. Hal tersebut di dukung dari nilai ratarata pada materi “membuat parafrasa lisan dalam konteks bekerja” di kelas tersebut sebesar 65 dan belum mampu mencapai standar ketuntasan minimal, yaitu 80. Dari 21 siswa, hanya 2 siswa yang berhasil tuntas, sedangkan sebanyak 19 siswa masih memperoleh nilai di bawah KKM atau
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
belum tuntas. Kegiatan pembelajaran memparafrasakan di kelas belum mampu melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Tindakan yang dilakukan guru selama pembelajaran memparafrasa juga tidak sesuai dengan KD. Tindakan yang dilakukan guru selama pembelajaran tersebut tidak mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan parafrasa lisan, tetapi mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan parafrasa tulis. Selama proses pembelajaran bahasa Indonesia, guru lebih sering menggunakan metode konvensional, karena metode konvensional dianggap metode pembelajaran yang paling mudah dilakukan oleh guru. Contohnya saja saat peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Dewa Carma selaku guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI Multimedia 1 di SMK Negeri 1 Sukasada, bahwa dalam proses pembelajaran guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Hal tersebut tentu membuat minat siswa kurang termotivasi dan merasa bosan. Untuk mengatasi hal tersebut, guru seharusnya mengubah metode pengajaran yang digunakan dalam proses belajar. Dengan demikian, peneliti menawarkan penggunaan metode latihan terbimbing untuk memecahkan permasalahan tersebut dalam rangka meningkatkan keterampilan berbicara siswa khususnya dalam hal memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi. Pupuh Fathurrohman (2011: 60) menjelaskan bahwa metode pelatihan yang disebut juga dengan metode training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasan-kebiasan tertentu, selain itu dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan. Metode pelatihan merupakan suatu cara mengajar yang baik diaplikasikan dalam pembelajaran memparafrasakan. Dengan menanamkan kebiasaan-kebiasaan latihan dalam memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi dengan baik. Latihan ini sangat penting dalam hal meningkatkan kemampuan siswa dalam memparafrasakan. Tanpa adanya latihan,
siswa akan merasa kebingungan jika disuruh memparafrasakan. Keberhasilan penerapan metode latihan terbimbing telah ditemukan oleh peneliti, salah satunya dalam penelitian yang dilakukan oleh Ariantini 2015 yang berjudul “Penerapan Metode Pelatihan Terbimbing Dengan Penggunaan Narasi Stand Up Comedy Show Di Metro TV untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas X-IBB 2 SMA Negeri 3 Singaraja”, Universitas Pendidikan Ganesha. Penelitian ini merupakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Ada tiga hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Hasil penelitian di kelas X-IBB2 SMA Negeri 3 Singaraja menunjukkan bahwa memang benar metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy dapat membantu siswa dalam membuat teks anekdot. Peningkatan kemampuan menulis teks anekdot berdasarkan penerapan metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy dibuktikan dengan hasil pembelajaran dari siklus I, secara klasikal skor rata-rata siswa adalah 69,58%. Pada siklus II, secara klasikal, skor rata-rata siswa adalah 72,81%. Dari kedua siklus tersebut terjadi peningkatan sebesar 3,23%. Pada siklus I dan siklus II aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I respons siswa secara klasikal yakni 41,55%. Adapun rincian pengeskoran yakni, sebanyak 6 (18,18%) siswa memberikan respons sangat positif, 26 (76,79%) siswa memberikan respons positif terhadap pelaksanaan tindakan siklus I, dan 1 (3, 03%) siswa memberikan respons cukup positif. Pada siklus II respons siswa secara klasikal yakni 42,27% dengan kategori positif. Adapun rincian pengeskoran yakni, sebanyak 9 (27,27%) siswa memberikan respons sangat positif, 24 (72,73%) siswa memberikan respons positif. Walaupun respons siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan, namun kategori yang dicapai tetap sama yakni aktif. Respons positif yang ditunjukkan oleh
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
siswa dapat diamati dari keantusiasan siswa dalam kegiatan pembelajaran jika dibandingkan dengan sebelum diterapkan metode pelatihan terbimbing dan siklus. Penelitian kedua dilakukan oleh Fitryana 2011 yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Media Berita Dengan Metode Latihan Terbimbing pada Siswa Kelas X.3 SMA Negeri 1 Rembang Purbalingga”, Universitas Negeri Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Rembang Purbalingga. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur pelaksanaan dan implementasi di lokasi penelitian terbagi dalam dua siklus. Siklus I dilakukan dua kali pertemuan dan begitu juga siklus II dilakukan dua kali pertemuan. Penelitian ini difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui media berita dengan metode latihan terbimbing. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen melalui media berita dengan metode latihan terbimbing pada siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Rembang Purbalingga dapat meningkatkan proses dan produk belajar siswa. Peningkatan proses siswa pada akhir tindakan siklus I, yaitu siswa menjadi cukup antusias, semangat, gembira, aktif dalam menulis cerpen. Pada akhir tindakan siklus II terlihat peningkatan proses, yaitu antusias dan semangat yang ditunjukkan siswa dalam menulis cerpen lebih besar, aktif, dan percaya diri. Peningkatan produk ditunjukkan dengan semakin meningkatnya ketutasan tes hasil belajar. Skor rata- rata yang dicapai siswa sebelum proses tindakan adalah 61,44. Pada akhir tindakan siklus I skor rata-rata yang diperoleh sebesar 70,31 sehingga mengalami peningkatan 8,87 poin. Pada akhir siklus II skor rata-rata yang diperoleh sebesar 83,81 sehingga mengalami peningkatan sebesar 13,5 poin dari siklus I. Jadi dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui media berita dengan metode latihan terbimbing dapat meningkatkan
keterampilan menulis cerpen siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Rembang Purbalingga. Penelitian ketiga dilakukan oleh Anggoro 2010 yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Iklan Baris dengan Metode Menulis Terbimbing Latihan Struktur Secara Lisan dan Intensif pada Siswa Kelas IX-4 SMP N 1 Pegandon Kendal Tahun Ajaran 2009/2010”, Universitas Negeri Semarang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis iklan baris. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas IX 4 SMP Negeri 1 Pegandon tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini terdiri atas dua siklus. Tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Analisis data tes dilakukan secara kuantitatif sedangkan analisis data nontes dilakukan secara kualitatif. Hasil analisis data penelitian keterampilan menulis iklan baris pada siklus I dan II diperoleh hasil sebagai berikut. Hasil tes siklus I menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan menulis iklan baris siswa adalah 61,45. Rerata tersebut naik menjadi 94,45 atau 53,7% pada siklus II. Peningkatan rata-rata secara klasikal juga diikuti dengan peningkatan skor yang diperoleh siswa pada setiap aspek penilaian menulis iklan baris. Peningkatan keterampilan menulis iklan baris siswa pada setiap siklus diikuti dengan perubahan tingkah laku siswa ke arah positif. Hal tersebut terlihat pada keaktifan dan keantusiasan siswa dalam menerima pembelajaran karena siswa merasa senang dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran menulis iklan baris dengan metode menulis terbimbing dengan latihan struktur secara lisan dan intensif. Penelitian di atas memang sejenis dengan yang peneliti lakukan, namun penelitian yang dirancang oleh peneliti memiliki persamaan, perbedaan, dan kelebihan dengan penelitian yang sudah ada. Kelebihan dari penelitian yang sudah ada bahwa penggunaan metode latihan yaitu memotivasi siswa, memberikan siswa kesempatan untuk berekspresif, dan melatih siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
Perbedaan dan persamaan penelitian yang sudah ada dengan penelitian yang peneliti rancang yaitu terletak pada objek dan subjek penelitiannya. Objek penelitian ini adalah kemampuan memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi dan subjek penelitian ini yaitu guru dan siswa, namun persamaannya adalah sama-sama menggunakan metode latihan terbimbing. Untuk itu ini penting diteliti karena metode pembelajaran latihan terbimbing memberikan kesempatan kepada siswa berekspresi dan aktif untuk belajar memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi di kelas. Penelitian ini dirancang menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Kelebihan penelitian yang dirancang oleh peneliti terletak pada metode yang digunakan untuk mengatasi permasalahan mengenai kemampuan berbicara pada materi parafrasa lisan. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti termotivasi untuk menerapkan penggunaan metode latihan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 1 Sukasada. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui langkah-langkah pembelajaran memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi dengan menerapkan metode latihan terbimbing pada siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 1 Sukasada, (2) mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi dengan menerapkan metode latihan terbimbing pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Sukasada. Penelitian ini memberikan manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran yang mendukung kegiatan pembelajaran parafrasa khususnya untuk meningkatkan pemahaman mengenai teori parafrasa khususnya pada parafrasa iklan baris menjadi wacana eksplanasi dengan metode latihan terbimbing untuk siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 1 Sukasada. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memantapkan kemampuan siswa dalam memparafrasakan iklan menjadi sebuah informasi yang baik agar pembaca lebih mudah menangkap suatu informasi yang diperoleh. Manfaat praktisnya, antara lain (1) Bagi siswa, Strategi dalam penelitian ini dapat dijadikan cara yang baru untuk meningkatkan hasil belajar di sekolah. Hal ini akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa yaitu memperoleh pengalaman belajar yang baru sehingga diharapkan adanya peningkatan dalam kemampuan memparafrasakan khusunya dalam memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi. (2) Bagi guru, mengatasi kesulitan dalam pembelajaran parafrasa sebagai alternatif untuk mengembangkan pendekatan, metode, dan teknik pengajaran bahasa Indonesia serta menciptakan kegiatan belajar yang menarik. Memberikan masukan kepada guru bahwa penggunaan metode latihan terbimbing dapat digunakan sebagai variasi pembelajaran parafrasa dan menambah wawasan serta pengetahuan terhadap penggunaan media dalam pembelajaran parafrasa lisan. (3) Bagi peneliti lain, Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk penelitian masalah lain yang sejenis dengan penelitian ini, peneliti lain bisa menemukan masalah lain yang belum dibahas dalam penelitian ini. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian tindakan kelas. Wendra (2014: 32) menyatakan, rancangan penelitian merupakan strategi mengatur latar (setting) penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat/valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang secara kolaboratif antara peneliti, guru dan pihak sekolah. Subjek dalam penelitian ini adalah salah satu guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas XI Multimedia 1 yang bernama I Dewa Gede Carma Wijaya dan siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 1 Sukasada. Dipilihnya I Dewa Gede Carma
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
Wijaya, sebagai subjek penelitian karena beliau dalam mengajar kurang menerapkan metode pembelajaran yang inovatif dan cenderung menggunakan metode ceramah dan penugasan dalam pelajaran bahasa Indonesia. Siswa kelas XI Multimedia 1 dipilih sebagai subjek penelitian karena kemampuan memparafrasakan masih kurang, karena dapat dilihat skor yang diperoleh siswa masih dibawah KKM, padahal kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah 80. Objek penelitian merupakan hal yang dikaji dalam penelitian tersebut. Objek penelitian ini adalah penggunaan metode latihan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi siswa kelas XI Multimedia 1. Data dikumpulkan oleh peneliti menggunakan metode observasi dan metode tes. Pertama, metode observasi digunakan untuk mengetahui langkahlangkah penerapan metode latihan terbimbing. Kedua, peneliti menggunakan metode tes untuk mengetahui peningkatan hasil kemampuan memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi. Adapun teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif kuantitatif. Analisis data deskriptif kualitatif adalah teknik analisis data yang digunakan dengan cara menggambarkan data atau fenomena secara umum untuk dicari simpulannya. Deskripstif kualitatif digunakan untuk menganalisis data mengenai langkah-langkah pembelajaran. Deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data hasil penilaian kemampuan memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi, berupa nilai dari hasil tes individu. Penentuan kriteria ketuntasan minimal disesuaikan dengan standar minimal yang digunakan di tempat penelitian yaitu SMK Negeri 1 Sukasada. Apabila 75 dari seluruh siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan yang ditetapkan oleh sekolah dengan nilai 80 ke atas atau skor rata-rata kelas melebihi KKM
yang dirancang oleh sekolah tersebut, maka penelitian dapat dihentikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini berisi deskripsi data langkah-langkah metode latihan terbimbing dan hasil peningkatan kemampuan memparafrasakan. Adapun hasilnya sebagai berikut. Adapun langkah-langkah pembelajaran yaitu (1) guru menyampaikan salam saat memasuki kelas, (2) guru memberikan apersepsi terkait dengan materi yang akan dijelaskan, (3) guru menggali pemahaman siswa dengan memberikan umpan balik terkait materi yang belum mereka pahami, (4) guru memberikan motivasi kepada siswa, agar siswa semangat mengikuti pelajaran di kelas, (5) guru menjelaskan materi pelajaran secara jelas dan terperinci mengenai parafrasa lisan. Guru tidak hanya sekadar menjelaskan materi, tetapi guru juga mengajak siswa memahami langkahlangkah memparafrasakan iklan baris, 6) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami mengenai parafrasa lisan khususnya memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi, (7) guru menjelaskan aspek-aspek yang akan dinilai pada hasil parafrasa dan menyampaikannya secara lisan seperti, kesesuaian wacana parafrasa dengan wacana asli, kerututan kalimat, pemilihan kata atau diksi, sikap berbicara, ekspresi, ketepatan lafal dan intonasi, (8) guru membagikan iklan baris yang akan di parafrasakan dengan tema “lowongan pekerjaan”, (9) guru menugaskan siswa memparafrasakan iklan tersebut menjadi sebuah wacana eksplanasi dengan langkah-langkah memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi yang sudah dijelaskan berdasarkan aspek penilaian, (10) guru membimbing siswa saat memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi. Pertama, guru membimbing siswa saat menentukan tema. Kedua, guru membimbing siswa mencari arti kata dalam singkatan iklan baris. Ketiga, guru membimbing siswa menyusun parafrasa menjadi wacana eksplanasi, (11)
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
guru menugaskan siswa untuk menyampaikan hasil parafrasa yang telah di buat berdasakan aspek penilaian nonkebahasaan yang sudah disampaikan, (12) guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan tanggapan terhadap hasil kerja temannya, (13) jika terdapat kesalahan dalam menulis dan berbicara ketika menyampaikan hasil parafrasanya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaikinya, (14) selama proses pembelajaran, guru mengamati aktivitas belajar siswa, (15) guru memfasilitasi siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas tentang memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi dan memberikan bimbingan secara terusmenerus, (16) guru menyuruh siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran hari itu, (17) guru mengadakan evaluasi secara proses, (18) guru mengadakan refleksi mengenai pembelajaran, (19) guru memberikan penghargaan terhadap usaha yang dilakukan siswa dalam belajar memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi, (20) guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. Hasil pada siklus 1 kemampuan memparafrasakan siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 1 Sukasada setelah mendapatkan tindakan dari 21 siswa sebanyak 2 orang atau 9,52 % memperoleh kategori sangat baik, 17 orang siswa atau 80,9 % memperoleh kategori baik, 2 orang siswa atau 9,52 % memperoleh kategori cukup. Walaupun 17 orang atau 80,9 % siswa menduduki kategori baik, namun hanya 2 siswa yang mampu mencapai nilai KKM yang ditetepkan oleh sekolah, sedangkan siswa lain yang berkategori baik belum mampu mencapai nilai KKM. Nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi setelah mendapat tindakan berkategori baik, yaitu 76,4. Dengan nilai rata-rata tersebut maka terjadi peningkatan nilai dari pratindakan sebesar 5,49 %. Jika dilihat dari nilai yang ditargetkan pada siklus I yaitu 80, maka terdapat 19 siswa yang masih berada di bawah nilai rata-rata (nilai KKM). Oleh karena itu, peneliti melanjutkan
pada siklus II dengan harapan siswa mampu mencapai nilai 80. Hasil tindakan siklus II siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 1 Sukasada, yaitu dari 21 siswa sebanyak 12 orang atau 57,14% memperoleh kategori sangat baik, 9 orang siswa atau 42,85% memperoleh kategori baik. Pada siklus II tidak ada siswa yang memperoleh kategori cukup, kurang, dan sangat kurang. Dari 21 siswa pada siklus II, 4 siswa memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditentukan dengan kategori baik. Nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi dengan menggunakan metode latihan terbimbing setelah mendapat tindakan II berkategori baik, yaitu 83,7. Dengan nilai rata-rata tersebut maka terjadi peningkatan nilai dari siklus I sebesar 7,3%. PEMBAHASAN Dari hasil temuan di lapangan yang peneliti lakukan di SMK Negeri 1 Sukasada diperoleh hasil bahwa langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode latihan terbimbing perlu dimaksimalkan lagi. Terdapat komponen-komponen penggunaan metode latihan terbimbing yang belum sesuai seperti, (1) guru tidak menjelaskan secara rinci proses memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi, (2) guru tidak membimbing siswa secara intensif selama pembelajaran berlangsung, (3) guru tidak membimbing siswa sesuai dengan taraf kemampuan masing-masing siswa tetapi guru malah membimbing siswa dengan cara yang sama. Sejalan dengan pendapat Abdul Majid (2015: 214) bahwa, penerapan langkah-langkah metode latihan terbimbing, yaitu (1) siswa harus diberikan pengertian secara mendalam mengenai materi yang akan di ajarkan sebelum mengadakan latihan, (2) proses latihan dan bimbingan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa, karena setiap siswa memiliki taraf kemampuan yang berbeda, (3) proses latihan harus sering dilakukan dan dibimbing secara intensif. Pelaksanaan pada siklus II sudah berhasil. Berdasarkan temuan di lapangan guru sudah mempersiapkan materi
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
pembelajaran secara maksimal sesuai dengan kebutuhan dan karakter siswa. Guru sudah menjelaskan secara rinci langkah-langkah memparafrasakan, agar mempermudah siswa dalam memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi. Sesuai dengan pendapat Fathurrohman (2011: 59-60), bahwa penetapan suatu metode mengajar harus sesuai dengan langkah-langkah dan karakter anak agar kemampuannya dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu, guru harus membimbing siswa dengan intensif dan baik dalam proses memparafrasakan. Masing-masing siswa mendapat perlakuan yang berbeda oleh guru, karena setiap individu mempunyai taraf kemampuan yang berbeda dalam mengikuti pembelajaran di kelas agar mampu mengembangkan keterampilan yang dimiliki. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Arikunto (2008: 65), yang menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan-bantuan khusus yang diberikan kepada siswa dengan memperhatikan potensi-potensi yang ada pada siswa agar dapat berkembang secara maksimal. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari pendahuluan, inti, dan penutup yang sudah baik mendukung meningkatkan kemampuan siswa dalam memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi. Saat pelaksanaan pembelajaran, siswa kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 1 Sukasada merasa senang dan nyaman mengikuti pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode latihan terbimbing. Pembelajaran dengan penggunaan metode latihan terbimbing membuat siswa merasa dibimbing secara proses, termotivasi sehingga menimbulkan kemauan belajar dan mencoba menyampaikan gagasan di depan kelas. Keadaan seperti membuat interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa terjalin harmonis. Fachrurrozi dan Erta (dalam Sari, 2016) mengatakan interaksi antara guru dengan siswa bukan hanya interaksi dalam menjelaskan materi pelajaran, tapi juga mengajak siswa berbicara dan membimbing siswa untuk
menjalin keakraban dalam pembelajaran. Hal tersebut memberi dampak positif pada lingkungan belajar siswa. Siswa menjadi tidak terbebani untuk mengikuti pembelajaran. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggoro (2010) yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Iklan Baris dengan Metode Latihan Terbimbing Struktur Secara Lisan dan Intensif pada Siswa Kelas IX-4 SMPN 1 Pegandon Kendal Tahun Ajaran 2009/2010”, Anggoro menunjukkan bahwa penggunaan metode latihan terbimbing berdampak baik pada perubahan tingkah laku siswa ke arah positif. Hal tersebut didukung dari hasil penelitiannya terjadi keaktifan dan keantusiasan siswa dalam menerima pembelajaran karena siswa merasa sangat senang dan tertarik saat mengikuti pembelajaran dengan metode latihan terbimbing dengan intensif. Peningkatan keterampilan menulis iklan baris siswa pada setiap siklus diikuti dengan perubahan tingkah laku siswa ke arah positif. Secara teoritis, temuan ini didukung oleh pendapat Pupuh Fathurrohman (2011: 60) bahwa keunggulan metode latihan terbimbing ini memberikan siswa kesempatan untuk mengembangkan keterampilan yang dimiliki dan bertanggungjawab, menimbulkan rasa kompetitip yang sehat sehingga membangkitkan kemauan belajar yang sunguh-sungguh. Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian dari Fitryana (2011) yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Media Berita dengan Metode Latihan Terbimbing pada Siswa Kelas X.3 SMA Negeri 1 Rembang Purbalingga”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode latihan terbimbing mengalami peningkatan dari segi proses belajar. Di mana dari hasil yang diperoleh siswa sangat antusias, semangat, gembira, aktif, dan percaya diri dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas di kelas. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariantini (2015) yang berjudul “Penerapan Metode
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
Pelatihan Terbimbing dengan Penggunaan Narasi Stand Up Comedy Show Di Metro TV untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas X-IBB2 SMA Negeri 3 Singaraja” menunjukkan bahwa memang benar metode pelatihan terbimbing dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran menulis teks anekdot dan pelaksanaan bimbingan yang dilakukan guru harus melihat perbedaan kemampuan individu karena itu dapat membantu siswa untuk memperoleh hasil yang baik dalam pembelajaran. Berdasarkan temuan tersebut, guru bahasa Indonesia di kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 1 Sukasada sudah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan baik sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Dalam hal ini pada siklus I dan II, guru sudah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah penerapan metode latihan terbimbing walaupun dalam pelaksanaanya masih terjadi kendala. Akan tetapi, kendala tersebut sudah diperbaiki pada perencanaan dan pelaksanaan siklus II, sehingga pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode latihan terbimbing sudah berjalan lancar. Keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh perencanaan yang matang. Perencanaan yang direncanakan oleh guru sudah baik, sehingga pelaksanaan yang dilaksanakan oleh guru di kelas dapat mencapai hasil yang maksimal. Perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru terdiri dari tiga tahap yaitu, kegiatan awal, inti, dan penutup. Menurut pendapat Fattah (2006) menyatakan bahwa perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dengan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang efesien dan efektif. Pendapat tersebut, dipertegas oleh pendapat B. Uno (2006) bahwa perencanaan yaitu suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipasif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah diharapkan.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran sudah berjalan dengan maksimal, Pelaksanaan dapat berjalan dengan maksimal karena perencanaan yang dirancang oleh sudah baik dan saat pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran telah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat (Indriani dalam Sari, 2016) bahwa suatu perencanaan pembelajaran sangatlah dibutuhkan karena pembelajaran adalah proses yang bertujuan, kerjasama, kompleks, dan akan efektif manakala memanfaatkan berbagai sarana dan prasaran yang tersedia termasuk memanfaatkan berbagai sumber belajar. Temuan kedua menyangkut peningkatan hasil kemampuan memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi dengan menerapkan metode latihan terbimbing. Penerapan metode latihan terbimbing mampu meningkatkan kemampuan memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi. Hal ini terlihat dari ratarata yang diperoleh oleh siswa. Rata-rata skor yang diperoleh siswa pada nilai pratindakan adalah 65,38% dengan kategori cukup, karena pada pratindakan guru tidak menjelaskan materi secara rinci, guru masih menggunakan metode ceramah dan penugasan dan belum memberikan bimbingan secara intensif pada siswa sehingga siswa kesulitan dalam memparafrasakan. Perolehan rata-rata skor nilai pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 76,42% dibandingkan dengan pratindakan. Walaupun masih banyak siswa yang belum mencapai nilai 80 sesuai dengan KKM yang ditentukan, karena guru belum bisa menerapkan metode latihan terbimbing secara maksimal. Perencanaan yang dirancang oleh guru belum dilaksanakan dengan maksimal sehingga hasil yang diperoleh siswa kurang maksimal. Oleh karna itu, penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan perencanaan yang matang untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus II adalah 83,7%
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
dengan kategori baik dan sudah mencapai kriteria yang ditentukan oleh sekolah. Keberhasilan tercapainya ketuntasan nilai memparafrasakan, karena guru sudah membimbing siswa secara intensif sesuai dengan langkah-langkah metode latihan terbimbing. Siswa telah memiliki rasa percaya diri ketika harus berbicara di hadapan teman-teman yang lain. Sesuai dengan pendapat Majid (2015) menjelaskan bahwa metode latihan terbimbing digunakan untuk mengembangkan kemahiran dan keterampilan serta dapat mengembangkan sikap percaya diri dan kebiasaan menyampaikan gagasan. Sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh oleh Arianti (2015) menunujkkan bahwa rata-rata hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah tercapainya ketuntasan hasil belajar menulis teks anekdot siswa berkat diterapkannya metode pelatihan terbimbing dengan penggunaan narasi stand up comedy. Peningkatan tersebut terjadi karena guru melakukan perbaikan dengan lebih menekankan penjelasannya pada pembuatan teks anekdot khususnya mengenai langkah-langkah menulis teks anekdot. Selain itu pemberian motivasi dalam proses pembelajaran dapat memengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan dari hasil skor yang diperoleh siswa dari pratindakan hingga siklus II , yaitu skor awal diperoleh 64,09% dengan kategori cukup, siklus I adalah 69,58% dengan kategori cukup, sedangkan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus II adalah 72,81% dengan kategori baik. Sesuai dengan pendapat Djamarah (2010: 182) menyatakan “motivasi” memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi dalam dirinya. Bahkan, tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar”. Oleh karena itu, guru selalu memotivasi siswa agar siswa lebih semangat dalam belajar. Motivasi yang diberikan oleh guru sangat penting bagi siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik. Temuan lain yang sejalan mengenai penelitian penggunaan metode latihan terbimbing juga dilakukan oleh Anggoro
(2010) yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Iklan Baris dengan Metode Menulis Terbimbing Latihan Struktur Secara Lisan dan Intensif pada Siswa Kelas IX-4 SMP N 1 Pegandon Kendal Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu hasil tes siklus I menunjukkan bahwa ratarata keterampilan menulis iklan baris siswa adalah 61,45 dan rerata tersebut naik menjadi 94,45 atau 53,7% pada siklus II. Peningkatan skor rata-rata siswa dari pratindakan hingga siklus II, karena guru sudah melalukan perbaikan secara intensif sesuai dengan langkah-langkah metode latihan terbimbing. Selain Ariantini dan Anggoro, hasil temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitryana yang berjdul “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Media Berita dengan Metode Latihan Terbimbing pada Siswa Kelas X.3 SMA Negeri 1 Rembang Purbalingga” yang menunjukan bahwa metode latihan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan menulis berita dilihat dari hasil peningkatan skor rata- rata yang dicapai siswa sebelum proses tindakan adalah 61,44. Pada akhir tindakan siklus I skor rata-rata yang diperoleh sebesar 70,31 sehingga mengalami peningkatan 8,87 poin. Pada akhir siklus II skor rata-rata yang diperoleh sebesar 83,81 sehingga mengalami peningkatan sebesar 13,5 poin dari siklus I. Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan metode latihan terbimbing model pada siklus I, keterampilan memparafrasa iklan baris menjadi wacana eksplanasi yang masih dalam kategori cukup dan diperbaiki pada siklus II. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode latihan terbimbing dapat membantu siswa untuk memparafrasa iklan baris menjadi wacana eksplanasi. Peningkatan hasil belajar siswa dalam memparafrasa iklan baris terjadi karena langkah- langkah memparafrasa iklan baris yang diterapkan sudah sesuai dengan landasan teoretis. Pemahaman siswa mengenai memparafrasa iklan baris juga sudah sesuai dengan landasan teoretis. Menurut Bormann (1991:214-
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
219), strategi- strategi yang dapat diterapkan untuk menarik minat rekan kerja atau klien, yaitu (1) pembicara harus mampu membangun kepercayaan antara dirinya dengan pedengar; (2) seorang pembicara harus mampu mengekspresikan idenya dengan jelas; (3) seorang pembicara dituntut mampu menjadi pendengar yang baik sehingga dapat memahami keinginan, harapan, serta kekhawatiran klien; (4) pembicara harus mampu menunjukkan kompetensi, keahlian, dan kredibilitasnya; dan (5) pembicara harus mampu membangun kesan yang baik. Di dalam pembelajaran memparafrasa iklan baris menjadi wacana eksplanasi lisan, kelima strategi tersebut mampu diterapkan siswa dengan baik sehingga nilai memparafrasa iklan baris mereka juga mengalami peningkatan. Selain itu, pemahaman peserta didik terhadap materi memparafrasa iklan baris menjadi wacana eksplanasi juga sudah sesuai dengan landasan teoretis. Menurut Mulyadi (2013: 174), wacana eksplanasi berbeda dengan wacana eksposisi. Jika dalam wacana eksposisi hanya sekadar memaparkan informasi mengenai suatu hal/objek, maka dalam wacana eksplanasi pembicara juga dituntut untuk mampu mempengaruhi/membujuk pendengar agar tertarik dengan objek yang dipaparkan dengan menambahkan bukti nyata dan argumen-argumen yang menguatkan. Berkaitan dengan hal tersebut, ketika peserta didik memparafrase iklan baris menjadi wacana eksplanasi, mereka juga tidak sekadar memaparkan informasi yang ada dalam iklan baris. Akan tetapi, mereka juga berusaha mempengaruhi/membujuk pendengar agar tertarik dengan iklan yang mereka parafrasakan. Jadi, dapat dikatakan bahwa penerapan metode latihan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi, karena pada pembelajaran ini nilai siswa meningkat dan mencapai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil tes memparafrasakan
iklan baris menjadi wacana eksplanasi pada nilai awal siswa terhadap nilai siklus I dan nilai siklus I dibandingkan dengan nilai siklus II. Rata-rata skor nilai siklus II secara klasikla adalah 83,7. Untuk mengatasi permasalahan yang ditemui oleh guru maupun siswa dalam pembelajaran memparafrasakan, guru dapat mengaplikasikan metode latihan terbimbing. Metode latihan terbimbing dapat dijadikan salah satu pilihan alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan yaitu (1) Langkah-langkah penerapan metode latihan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi siswa kelas XI Multimedia 1 sebagai berikut. Pertama, guru memberikan umpan balik kepada siswa untuk mengetahui kesulitan siswa. Kedua, memberikan penjelasan tentang pengertian parafrasa, pengertian iklan baris, langkah-langkah memparafrasakan, langkah-langkah memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi secara jelas dan mendalam. Ketiga, guru memberikan bimbingan secara intensif sesuai dengan taraf kemampuan siswa kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memparafrasakan. Keempat, guru menugasi siswa untuk menyampaikan hasil latihan parafrasanya secara lisan di depan kelas, (2) Keterampilan memparafrasa iklan baris menjadi wacana eksplanasi lisan kelas XI Multimedia 1 SMK Negeri 1 Sukasada setelah menggunakan metode latihan terbimbing mengalami peningkatan. Hasil yang diperoleh dari pratindakan, siklus I, dan siklus II menunjukkan peningkatan nilai rata-rata yang baik dan mencapai ketuntasan hasil belajar. Hasil pratindakan diperoleh nilai rata-rata sebesar 65.3 dengan kategori cukup. Hasil siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 76,4 dengan kategori baik. Hasil siklus II diperoleh nilai rata-rata 83,7 dengan kategori baik. Peningkatan tersebut terjadi karena guru sudah melaksanakan
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
pembelajaran memparafrasakan iklan baris menjadi wacana eksplanasi sesuai dengan langkah-langkah metode latihan terbimbing. Jadi, metode latihan terbimbing terbukti dapat meningkatkan pembelajaran memparafrasa iklan baris menjadi wacana eksplanasi. Terkait dengan simpulan di atas, diajukan saran sebagai berikut. Pertama, Guru dapat menggunakan metode latihan terbimbing dalam pembelajaran memparafrasa iklan baris menjadi wacana eksplanasi agar dapat menumbuhkan minat, ketertarikan peserta didik, dan membuat siswa lebih aktif dan berani untuk berbicara di depan kelas, sekaligus memberikan pengalaman pada siswa tentang metode latihan terbimbing ketika pembelajaran memparafrasa iklan baris menjadi wacana eksplanasi. Kedua, hasil penelitian ini dapat direkomendasikan untuk dibaca oleh guruguru bahasa Indonesia agar dapat melakukan pembelajaran parafrasa lisan yang lebih baik. Selain itu, hasil penelitian ini di rekomendasikan kepada kepala sekolah untuk mengadakan suatu pelatihan mengenai model-model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru. Ketiga, Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai motivasi untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas dan mencoba menerapkan metode latihan terbimbing pada materi lain agar hasilnya dapat menjadi bahan konfirmasi terhadap penerapan metode tersebut. DAFTAR PUSTAKA Anggoro, Dwi. 2010. Peningkatan Keterampilan Menulis Iklan Baris Dengan Metode Menulis Terbimbing Latihan Struktur Secara Lisan dan Intensif Pada Siswa Kelas IX-4 SMP N 1 Pegandon Kendal Tahun Ajaran 2009/2010. Semarang. Skripsi : Universitas Negeri Semarang. Ariantini, Susi. 2015. Penerapan Metode Pelatihan Terbimbing dengan Penggunaan Narasi Stand Up Comedy Di Metro Tv untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Anekdot Siswa Kelas X-IBB 2
SMA Negeri 3 Singaraja. Singaraja. Skripsi : Universitas Pendidikan Ganesha. Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Balitbang. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Kurikulum dan Hasil Belajar (KHB). Jakarta: Bumi Aksara. Jakarta. Djamarah, Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama. Fitryana, Dewi Ika. 2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Media Berita Dengan Metode Latihan Terbimbing Pada Siswa Kelas X.3 Sma Negeri 1 Rembang Purbalingga. Yogyakarta. Skripsi : Universitas Negeri Yogyakarta. Hamalik. 2001. Langkah-langkah Pembelajaran. Tersedia pada http://www.langkahpembelajaran.com/ 2015/03/pengertian-perencanaanpembelajaran-dan.html. Diakses pada 19 Juni 2017. Majid, Abdul. 2015. Strategi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Mulyadi, Yadi dan Andriani. 2014. Bahasa Indonesia Untuk Kelas XI SMA. Solo: Yrama Widya. Nolker, Helmut. 1983. Pendidikan Kejuruan : Pengajaran, Kurikulum, Perencanaan. Jurnal. http: //puslit.petra. ac. id/. Diunduh 27 Februari 2017. Wendra, I Wayan. 2014. Buku Ajar Penulisan Karya Ilmiah. Singaraja: Undiksha. -------. 2006. Keterampilan Berbicara. Singaraja: Undiksha.