48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia Bursa Efek Indonesia dimulai dengan dibukanya Bursa Efek Jakarta pada tanggal 14 desember 1912, dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda didirikan di Kota Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda yang kita kenal sekarang dengan Jakarta. Bursa Efek Jakarta dulu disebut Call-Efek. Sistem perdagangannya seperti lelang, dimana tiap efek berturutturut diserukan pemimpin “Call”, kemudian para pialang masing-masing mengajukan permintaan beli atau penawaran jual sampai ditemukan kecocokan harga, maka transaksi terjadi. Pada saat itu terdiri dari 13 perantara pedagang efek (makelar). Bursa saat itu bersifat demand-following, karena para investor dan para perantara pedagang efek merasakan keperluan akan adanya suatu bursa efek di Jakarta. Bursa lahir karena permintaan akan jasanya sudah mendesak. Orang-orang Belanda yang bekerja di Indonesia saat itu sudah lebih dari tiga ratus tahun mengenal akan investasi dalam efek, dan penghasilan serta hubungan mereka memungkinkan mereka menanamkan uangnya dalam aneka rupa efek. Baik efek dari perusahaan yang ada di Indonesia maupun efek dari luar negeri. Sekitar 30 sertifikat (sekarang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
disebut depository receipt) perusahaan Amerika, perusahaan Kanada, perusahaan Belanda, perusahaan Prancis dan perusahaan Belgia. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dibagi ke dalam enam periode sebagai berikut (Alwi,2008:15): 1. Periode Pertama (1912-1942): Periode Zaman Penjajahan. Tahun 1912 adalah tahun pertama pasar modal didirikan di Indonesia. efek yang diperdagangkan adalah milik perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi pemerintah india belanda dan efek belanda lainnya. Pada tanggal 1 Agustus 1925 didirikan efek di Surabaya. Semua bursa efek ini beroperasi hingga sampai pada kedatangan Jepang di Indonesia pada tahun 1942. 2. Periode Kedua (1952-1960): Periode Orde Lama. Pada tahun 1952 pemerintah mengeluarkan UU Darurat tentang Bursa No.13 Tahun
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
1951 yang kemudian ditetapkan dengan UU No.15 Tahun 1952. Bursa efek Jakarta dibuka kembali pada tanggal 3 Juni 1952. Pembukaan tersebut dilakukan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-Efek (PPUE) di mana Bank Indonesia terlibat sebagai penasihat. 3. Periode Ketiga (1977-1988): Periode Orde Baru. Bursa Efek Jakarta dilahirkan kembali pada tahun 1977 pada masa Orde Baru sebagai hasil Keputusan Presiden No.52 tahun 1976, keputusan ini menetapkan pendirian Badan Pembina Pasar Modal, pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) dan PT. Danareksa. Bursa Efek Jakarta diresmikan kembali pada tanggal 10 Agustus 1977. Pemerintah juga melakukan deregulasi di sektor keuangan dan perbankan, termasuk pasar modal. 4. Periode Keempat (1988-1995): Periode Kebangkitan. Sejak dihidupkan kembali pada tahun 1977, BEJ hanya menawarkan saham dari 24 perusahaan sehingga periode tersebut disebut dengan istilah keadaan tidur panjang selama sebelas tahun. Setelah tahun 1988 sampai awal tahun 1990, jumlah perusahaan terdaftar di BEJ meningkat menjadi 127 perusahaan, kemudian pada tahun 1996 jumlah perusahaan meningkat menjadi 238. Pada periode ini terjadi Initial Public Offering (IPO) pertama, yang menjadi peristiwa nasional. 5. Periode Kelima (1995-1996): Periode Otomatisasi. Periode ini dikenal dengan istilah periode otomatisasi, karena kegiatan transaksi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
sudah melebihi kapasitas manual, BEJ memutuskan untuk mengotomatisasi kegiatan transaksi di BEJ. Sistem baru tersebut disebut
Jakarta
Automated
Trading
System
(JATS)
dan
dioperasikan mulai pada hari Senin tanggal 22 Mei 1995. 6. Periode Keenam (1997): Krisis Moneter. Periode ini adalah periode terberat bagi pasar modal Indonesia. Krisis moneter dimulai dengan penurunan nilai mata uang Negara-negara di Asia, termasuk rupiah. Untuk mengantisipasi krisis yang semakin melebar, pemerintah mencabut peraturan pembatasan 49% pemilikan asing terhadap saham di pasar modal, akan tetapi langkah ini tidak menghambat keterpurukan pasar modal Indonesia. Langkah selanjutanya yang dilakukan oleh pemerintah adalah melakukan likiudasi 16 bank swasta nasional. Setelah keenam periode diatas Bursa Efek Jakarta pada tahun 2002, mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh, dan pada tahun 2007 pemerintah melakukan penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI), dalam Bahasa Inggris disebut dengan Indonesian Stock Exchange (ISX) adalah sebuah pasar saham yang merupakan hasil penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES), di mana BES melebur ke dalam BEJ. Perusahaan hasil penggabungan usaha ini memulai operasinya pada 1 Desember 2007. BEI saat ini dipimpin oleh Direktur Utama Ito Warsito. BEJ menggunakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sistem JATS ini sendiri direncanakan akan digantikan sistem baru yang akan disediakan OMX. Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang perkembangan bursa kepada publik, BEJ mempublikasikan data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham. Saat ini BEI mempunyai tujuh macam indeks saham, yaitu: 1. IHSG, menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen kalkulasi indeks. 2. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap sektor. 3. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui beberapa tahapan seleksi. 4. Indeks Individual, merupakan indeks untuk masing-masing saham didasarkan harga dasar. 5. Jakarta Islamic Index (JII), merupakan indeks perdagangan saham syariah. 6. Indeks papan umum utama dan papan pengembangan, indeks yang didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok Papan Utama dan Papan Pengembangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
7. Indeks Kompas 100, menggunakan 100 saham pilihan harian Kompas. Adapun alamat dari Bursa Efek Indonesia adalah Gedung Bursa Efek Indonesia Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53 Jakarta Selatan, 12190.
2. Daftar Perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) Berikut adalah daftar dari masing-masing perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama periode 2012-2014. Tabel 4.1
Daftar Perusahaan Jakarta Islamic Index (JII) (2012-2014)
No.
Kode
Nama Saham
1.
AALI
Astra Agro Lestari Tbk.
2.
ADRO
Adaro Energy Tbk
3.
AKR
AKR Corporindo Tbk.
4.
ASII
Astra International Indonesia Tbk.
5.
ASRI
Alam Sutera Realty Tbk.
6.
CPIN
Charoend Pokphand Indonesia Tbk.
7.
ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
8.
INCO
Vale Indonesia Tbk.
9.
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk.
10.
INTP
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
11.
ITMG
Indo Tambang Raya Megah Tbk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
12.
KLBF
Kalbe Farma Tbk.
13.
LPKR
Lippo Karawaci Tbk.
14.
LSIP
London Sumatera Plantation Tbk.
15.
PGAS
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
16.
PTBA
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.
17.
SMGR
Semen Indonesia (Persero) Tbk.
18.
UNTR
United Tractors Tbk.
19.
UNVR
Unilever Indonesia Tbk.
Sumber: ICMD 2012-2014 dan www.idx.co.id B. Hasil Uji Statistik Deskriptif Menurut Sugiyono (2004:169) Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis statistik deskriptif memberikan suatu gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), deviasi standar dari masing-masing variabel penelitian. Hasil analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan eviews 7.0 terhadap variabel-variabel penelitian yang terdiri dari ROA, DER, PBV dan return saham dengan hasil sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
Tabel 4.2
Hasil Statistik Deskriptif
Mean
X1 (ROA)
X2 (DER)
X3 (PBV)
0.091000
11.44000
-0.510826
1.163151
0.094719
Median
Maximum
0.697000
Minimum Std. Dev.
Y (Return)
-0.460000
Cross Sections
0.253172 19
13.45193 71.51000
-0.437119 1.903599
1.181583
3.842244
1.690000
-2.040221
-0.210721
19
19
19
10.86453
0.761452
Observations 57 57 Sumber: Data sekunder yang diolah, 2015
57
0.821577 57
Hasil dari analisis deskriptif di atas menunjukkan bahwa terdapat 57 observasi dari penelitian, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis data panel. Gabungan antara cross section dan time series, dengan cross section sebanyak 19 perusahaan dan time series selama 3 tahun, yaitu 2012, 2013, dan 2014. Sehingga total observasi menjadi 57. Pada variabel independen yang terdiri dari ROA, DER, dan PBV dapat diketahui bahwa variabel X1(ROA), menunjukkan nilai terkecil sebesar 1.690000 dan nilai yang terbesar adalah 71.51000 dengan nilai ratarata sebesar 13.45193 dan nilai deviasi standar sebesar 10.86453. Nilai variabel X2(DER) yang terkecil adalah -2.040221 dan nilai yang terbesar adalah 1.903599 dengan rata-rata sebesar -0.437119 dan nilai standar deviasi sebesar 0.761452. Pada variabel X3(PBV), nilai terkecil adalah sebesar -0.210721 sedangkan nilai terbesar adalah 3.842244 dengan rata-rata sebesar 1.181583
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
dan nilai standar deviasi sebesar 0.821577. Sedangkan pada variabel dependen yaitu Y(Return), nilai terkecil adalah -0.460000, nilai terbesar adalah 0.69700, kemudian nilai rata-ratanya sebesar 0.094719, dan standar deviasinya adalah 0.253172. C. Hasil Uji Stasioner Data Sebelum dilakukan analisis data panel pada data, diperlukan suatu uji kelayakan data untuk menunjukkan stasioneritas sebuah data dengan melakukan Uji Akar Unit atau Unit Root Test menggunakan metode Augmented Dicky-Fuller (ADF). Menggunakan hipotesis sebagai berikut: H0: Terdapat unit root (Data tidak stasioner) Ha: Tidak terdapat unit root (Data stasioner) Stasioneritas sebuah data dapat diketahui dengan melihat nilai probabilitas hasil pengujian. Pengujian kali ini menggunakan nilai α sebesat 5% (0,05). Bila hasil pengujian menunjukkan nilai lebih kecil dari nilai α, maka data yang digunakan adalah data yang stasioner. Berikut adalah hasil pengujian stasioneritas data penelitian: a. Hasil Uji Stasioner Data Return on Asset (ROA) Tabel 4.3 Hasil Uji Akar Unit ROA
Null Hypothesis: X1(ROA) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level
t-Statistic
Prob.*
-4.086517 -3.555023 -2.915522
0.0022
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
10% level
-2.595565
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Berdasarkan hasil uji diatas dapat diketahui bahwa nilai probabilitas ROA menunjukkan nilai sebesar 0.0022, nilai ini lebih kecil dari tingkat keyakinan sebesar 0,05 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan ini data ROA dianggap tidak terdapat unit root dan data stasioner b. Hasil Uji Stasioner Data Debt to Equity Ratio (DER) Tabel 4.4 Hasil Uji Akar Unit DER Null Hypothesis: X2(LnDER) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-3.664688 -3.552666 -2.914517 -2.595033
0.0073
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Berdasarkan hasil uji diatas dapat diketahui bahwa nilai probabilitas DER menunjukkan nilai sebesar 0.0073, hasil ini diperoleh setelah data diproses dengan logaritma natural (Ln), sehingga menghasilkan nilai lebih kecil dari tingkat keyakinan sebesar 0,05 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan ini data DER dianggap tidak terdapat unit root dan data stasioner.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
c. Hasil Uji Stasioner Data Price to Book Value (PBV) Tabel 4.5 Hasil Uji Akar Unit PBV
Null Hypothesis: X3(LnPBV) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.741558 -3.552666 -2.914517 -2.595033
0.0075
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Berdasarkan hasil uji diatas dapat diketahui bahwa nilai probabilitas PBV menunjukkan nilai sebesar 0.0075, hasil ini diperoleh setelah data diproses dengan logaritma natural (Ln), sehingga menghasilkan nilai lebih kecil dari tingkat keyakinan sebesar 0,05 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan ini data PBV dianggap tidak terdapat unit root dan data stasioner. d. Hasil Uji Stasioner Data Return Saham Tabel 4.6 Hasil Uji Akar Unit Return Saham
Null Hypothesis: D(Y) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-9.514489 -3.557472 -2.916566 -2.596116
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
Berdasarkan hasil uji diatas dapat diketahui bahwa nilai probabilitas return saham menunjukkan nilai sebesar 0.0000, nilai ini lebih kecil dari tingkat keyakinan sebesar 0,05 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan ini data PBV dianggap tidak terdapat unit root dan data stasioner.
D. Hasil Uji Regresi Data Panel 1. Hasil Estimasi dengan Model Common Effect (PLS) Hasil estimasi dengan menggunakan model pengujian common effect dengan tehnik weighted least square dapat dilihat pada hasil output dibawah ini: Tabel 4.7
Hasil Estimasi Common Effect/Pooled EGLS (Cross-Section-Weights) Dependent Variable: Y(RETURN)? Method: Pooled Least Squares Date: 01/10/16 Time: 23:59 Sample: 2012 2014 Included observations: 3 Cross-sections included: 19 Total pool (balanced) observations: 57 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X1(ROA)? X2(LnDER)? X3(LnPBV)?
-0.046309 -0.011252 -0.011866 0.243068
0.056584 0.004599 0.039941 0.060971
-0.818421 -2.446472 -0.297081 3.986633
0.4168 0.0178 0.7676 0.0002
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.247128 0.204513 0.225804 2.702336 6.015143 5.799043 0.001667
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Sumber: Hasil olah data, 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
0.094719 0.253172 -0.070707 0.072665 -0.014988 2.154579
60
Hasil pengujian diatas menunjukkan bahwa slope variabel ROA sebesar -0.011252, slope DER sebesar -0.011866, slope PBV sebesar 0.243068. Sementara nilai p-value ROA adalah 0.0178, DER sebesar 0.7676, dan PBV sebesar 0.0002 ini menunjukkan bahwa hanya DER yang tidak signifikan secara parsial. Nilai probabilitas uji F adalah sebesar 0.001667 yang berarti semua variabel signifikan secara simultan. 2. Hasil Estimasi dengan Model Fixed Effect Hasil estimasi dengan menggunakan model fixed effect dengan tehnik weighted least square dapat dilihat pada hasil output dibawah ini: Tabel 4.8
Hasil Estimasi Fixed Effect/LSDV-EGLS (Cross-Section-Weights) Dependent Variable: Y(RETURN)? Method: Pooled Least Squares Date: 01/10/16 Time: 23:57 Sample: 2012 2014 Included observations: 3 Cross-sections included: 19 Total pool (balanced) observations: 57 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X1(ROA)? X2(LnDER)? X3(LnPBV)? Fixed Effects (Cross) _AALI--C _ADR--C _AKR--C _ASII--C _ASRI--C _CPIN--C _ICBP--C _INCO--C _INDF--C _INTP--C _ITMG--C _KLBF--C
-0.570834 0.000243 0.089397 0.593581
0.180705 0.005265 0.133491 0.149966
-3.158921 0.046096 0.669682 3.958107
0.0033 0.9635 0.5075 0.0004
-0.056662 0.353636 -0.057699 -0.048926 0.207497 -0.218121 0.093509 0.543000 0.479198 0.097819 -0.183795 -0.142384
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
_LPKR--C _LSIP--C _PGAS--C _PTBA--C _SMGR--C _UNTR--C _UNVR--C
0.448449 0.218396 0.016933 -0.213480 -0.084342 0.092529 -1.545557 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.621453 0.394324 0.197031 1.358747 25.61042 2.736130 0.004104
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.094719 0.253172 -0.126681 0.661865 0.179774 2.671441
Sumber: Hasil olah data, 2015
Hasil koefisien untuk variabel independen yang terdiri dari ROA adalah sebesar 0.000243, DER sebesar 0.089397 dan PBV sebesar 0.593581. Berdasarkan perhitungan dari dua variabel independen yaitu ROA dan DER menunjukkan nilai p-value < 0.05, sehingga kedua variabel tersebut tidak signifikan, sedangkan variabel PBV signifikan karena p-value > 0.05 yaitu sebesar 0.0004. Nilai intersep untuk masing-masing perusahaan adalah AALI sebesar -0.056662, ADR sebesar 0.353636, AKR sebesar 0.057699, ASII sebesar -0.048926, ASRI sebesar 0.207497, CPIN sebesar 0.218121, ICBP sebesar 0.093509, INCO sebesar 0.543000, INDF sebesar 0.479198, INTP sebesar 0.097819, ITMG sebesar -0.183795, KLBF sebesar -0.142384, LPKR sebesar 0.448449, LSIP sebesar 0.218396, PGAS sebesar 0.016933, PTBA sebesar -0.213480, SMGR sebesar -0.084342, UNTR sebesar 0.092529, UNVR sebesar -1.545557.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
3. Hasil Estimasi dengan Model Random Effect Hasil estimasi dengan menggunakan model random effect dapat dilihat pada hasil output dibawah ini: Tabel 4.9
Hasil Estimasi Random Effect/Pooled EGLS (cross-section Random Effect)
Dependent Variable: Y? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 01/11/16 Time: 00:08 Sample: 2012 2014 Included observations: 3 Cross-sections included: 19 Total pool (balanced) observations: 57 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X1? X2(LnDER)? X3(LnPBV)? Random Effects (Cross) _AALI--C _ADR--C _AKR--C _ASII--C _ASRI--C _CPIN--C _ICBP--C _INCO--C _INDF--C _INTP--C _ITMG--C _KLBF--C _LPKR--C _LSIP--C _PGAS--C _PTBA--C _SMGR--C _UNTR--C _UNVR--C
-0.046827 -0.011149 -0.011744 0.242379
0.049811 0.004028 0.035151 0.053491
-0.940095 -2.767759 -0.334113 4.531227
0.3514 0.0078 0.7396 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
-0.000779 -0.001441 -0.001116 -0.001507 0.001661 0.000403 0.002904 0.001172 0.002809 0.001003 -0.003807 0.002161 0.003037 -0.001495 0.002950 -0.002707 7.06E-05 -0.002633 -0.002685 0.245193 0.202468 0.225196 5.738882 0.001779
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
Sumber: Hasil olah data, 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
0.093851 0.252166 2.687802 2.162463
63
Hasil dari intersep (C) sebesar -0.046827 merupakan hasil dari nilai rata-rata dari komponen kesalahan random (random error component). Nilai random effect menunjukkan seberapa besar perbedaan kesalahan random sebuah perusahaan terhadap nilai rata-rata intersep semua perusahaan, sebagai contoh pada perusahaan AALI adalah -0.000779 ini menunjukkan seberapa besar perbedaan komponen kesalahan random perusahaan AALI dengan nilai intersep rata-rata semua perusahaan. Jika dijumlahkan semua random effect maka akan menghasilkan angka nol. 4. Hasil Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel a. Uji Chow / Likelihod Ratio Test ( Common Effect atau Fixed Effect) Uji chow (chow test)/likelihood ratio test juga biasa disebut dengan uji signifikasi fixed effect (uji F), yang merupakan uji perbedaan dua regresi yang digunakan unuk membuat keputusan apakah sebaiknya menambah variabel dummy untuk mengetahui intersep berbeda antar perusahaan dengan fixed effect atau atau tidak (Widarjono, 2009). Hasil dari uji F dapat dilihat pada hasil output dibawah ini: Tabel 4.10
Redundant Fixed Effects Tests Pool: Fixed Test cross-section fixed effects Effects Test
Hasil Uji Chow
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
Sumber: Hasil olah data, 2015
1.922753 39.190559
d.f.
Prob.
(18,35) 18
0.0479 0.0027
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: H0: Menggunakan Common Effect Model H1: Menggunakan Fixed Effect Model Hasil dari pengujian diatas menunjukkan bahwa uji F signifikan (pvalue) adalah sebesar 0.0479 yang berarti lebih kecil dari 5% (0.05), sehingga H0 ditolak, Maka model fixed effect lebih baik dibandingkan model PLS/common effect. b. Uji Hausman (Fixed Effect vs Random Effect) Pada pengujian sebelumnya didapatkan hasil bahwa model fixed effect lebih baik dari pada model PLS/common effect. Metode pengujian selanjutnya adalah uji hausman, suatu metode pengujian dengan membandingkan antara fixed effect dan random effect, metode ini dikembangkan oleh Hausman. Pengukuran statistic uji hausman mengikuti distribusi chi square dengan Df (Degree of Freedom) sebanyak k,dimana k adalah jumlah variabel independen, jika nilai statistic hausman lebih besar dari nilai kritisnya, maka model yang tepat adalah model fixed effect, dan sebaliknya (Widarjono,2099). Hasil dari uji hausman dapat dilihat pada hasil output dibawah ini:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
Tabel 4.11
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: POOL Test cross-section random effects Test Summary Cross-section random
Sumber: Hasil olah data, 2015
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
19.235163
3
0.0002
Hipotesis uji Hausman H0: Random Effects Model H1: Fixed Effects Model Apabila chi square hitung > chi square table dan p-value signifikan, maka H0 ditolak dan model fixed effect lebih tepat digunakan, begitupun sebaliknya. Berdasarkan hasil output uji hausman, dapat diketahui nilai chi square hitung > chi square table yaitu 19.235163 > 7.815 dan dengan melihat nilai p-value = 0.0002 < 5% (0.05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model fixed effect lebih baik dibandingkan dengan model random effect. Sehingga tidak perlu dilakukan pengujian lagrange multiplier lebih lanjut. Berdasarkan hasil uji chow dan uji hausman, diketahui bahwa model mengikuti fixed effect. Dari hasil estimasi dengan menggunakan metode model fixed effect dapat ditulis persamaan regresi sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
Y = -0.570834 + 0.000243ROA + 0.089397LnDER + 0.593581LnPBV Nilai konstanta pada persamaan sebesar -0.570834 menunjukkan bahwa apabila semua variabel independen (ROA, DER, PBV) dianggap bernilai 0, maka besarnya return saham adalah -0.570834. Nilai koefisien regresi ROA sebesar 0.000243 artinya apabila ROA mengalami kenaikan sebesar 1 sedangkan variabel independen lain dianggap konstan, maka return saham mengalami kenaikan sebesar 0.000243. Nilai koefisien regresi DER sebesar 0.089397 artinya apabila DER mengalami kenaikan sebesar 1 sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka return saham mengalami kenaikan sebesar 0.089397. Nilai koefisien regresi PBV sebesar 0.593581 artinya apabila PBV mengalami kenaikan sebesar 1 sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka return saham mengalami kenaikan sebesar 0.593581.
E. Uji Hipotesis 1. Hasil Uji Regresi Parsial (Uji t) Pengujian secara parsial untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri dari ROA, DER, PBV terhadap return saham menggunakan pengujian statistic uji-t pada tingkat signifikansi α = 5%. Pengujian secara parsial ini dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Gujarati, 1999).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
Berdasarkan hasil pengujian model sebelumnya, maka digunakan pengujian statistic uji-t dengan model fixed effect. Berikut hasil pengujian signifikansi t yang diperoleh dari output model fixed effect: Tabel 4.12 Hasil Uji Parsial (t-Test) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C X1(ROA)? X2(DER)? X3(PBV)?
-0.570834 0.000243 0.089397 0.593581
0.180705 0.005265 0.133491 0.149966
-3.158921 0.046096 0.669682 3.958107
0.0033 0.9635 0.5075 0.0004
Sumber: Hasil olah data, 2015
Berdasarkan pada hasil pengujian t-test, variabel ROA terhadap return saham menghasilkan nilai statistik t sebesar 0.046096 dengan tingkat signifikansi (p-value) = 0.9635 (>0,05). Oleh karena nilai p-value > α (5%) maka dengan demikian Ha1 ditolak dan menerima H01 yang berarti bahwa ROA berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap return saham. Pengujian variabel DER terhadap return saham menghasilkan nilai t sebesar 0.669682 dengan tingkat signifikansi (p-value) = 0.5075 (>0,05). Oleh karena nilai p-value > α (5%) maka dengan demikian Ha2 ditolak, dan menerima H02 yang berarti bahwa DER berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap return saham. Pengujian variabel PBV terhadap return saham menghasilkan nilai t sebesar 3.958107 dengan tingkat signifikansi (p-value) = 0.0004 (<0,05). Oleh karena nilai p-value < α (5%) maka dengan demikian H03 ditolak, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
menerima Ha3 yang berarti bahwa PBV berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap return saham. 2. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan hasil uji diatas dapat diketahui bahwa digunakan lebih dari satu variabel independen, sehingga penelitian ini menggunakan adjusted R square untuk mengetahui presentasi pengaruh variable independen secara serentak terhadap variabel dependen. Berdasarkan pada table 4.7, diketahui bahwa nilai adjusted R square adalah 0.394324. Nilai ini menunjukkan bahwa sebesar 39,43% perubahan variabel dependen dapat dijelaskan oleh penentu variabel tertentu dalam model, sedangkan 60,57% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model.
F. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Return Saham Variabel Return on Asset (ROA) secara parsial terhadap return saham menghasilkan nilai statistic t sebesar 0.046096 dengan tingkat signifikansi (p-value) = 0.9635 (>0,05), berarti ROA berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap return saham, ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki Return on Asset (ROA) yang lebih besar tidak konsisten memiliki return saham yang lebih besar. Return on assets (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva
yang
dipergunakan untuk
beroperasi,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
perusahaan
mampu
69
memberikan laba bagi perusahaan. Akan tetapi di sisi lain perusahaan yang memiliki kondisi Return on Asset (ROA) yang baik tidak berpotensi mempengaruhi daya tarik investor terhadap perusahaan. Investor mempunyai keyakinan potensi saham pada perusahaan akan membaik meskipun pada suatu saat profitabilitas sedang tidak baik. Kondisi ini membuat harga saham perusahaan tersebut menjadi meningkat sehingga peningkatan Return on Asset (ROA) tidak akan berdampak pada return saham perusahaan (Christanti, 2009). Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2013) dan Wingsih (2013) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap return saham. 2. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Variabel Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial terhadap return saham menghasilkan nilai t sebesar 0.669682 dengan tingkat signifikansi (p-value) = 0.5075 (>0,05). Oleh karena nilai p-value > α (5%), berarti DER berpengaruh berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap return saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa perubahan yang terjadi pada DER yang dapat diperoleh
pada
laporan
keuangan perusahaan
tidak
mempengaruhi keputusan atas perubahan harga saham pada indeks saham Jakarta Islamic Indeks (JII). Hal ini dapat terjadi karena besar kemungkinan para investor tidak memandang pentingnya penggunaan hutang maupun tingkat pengembalian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
bunga dan pokok hutang, yang tidak mempengaruhi persepsi investor terhadap keuntungan di masa yang akan datang. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2013) dan Najmiyah (2014) yang menyatakan bahwa DER secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Namun penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Wingsih (2013) yang menyatakan bahwa DER secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham. 3. Pengaruh Price to Book Value (PBV) terhadap Return Saham Variabel Price to Book Value (PBV) secara parsial terhadap return saham menghasilkan nilai t sebesar 3.958107 dengan tingkat signifikansi (p-value) = 0.0004 (<0,05). Oleh karena nilai p-value < α (5%), berarti PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hasil ini mengindikasikan bahwa perubahan yang terjadi pada PBV yang diperoleh pada laporan keuangan perusahaan dapat mempengaruhi keputusan atas perubahan harga saham pada indeks saham Jakarta Islamic Indeks (JII). Price to Book Value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Semakin tinggi rasio Price to Book Value (PBV) yang menunjukkan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham (Sari, 2013). Hasil penelitian ini sesuai dengan signaling theory dimana ketika informasi yang dirilis oleh perusahaan, maka investor
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
akan mengetahui seberapa besar nilai suatu perusahaan. Semakin baik nilai perusahaan, maka investor akan semakin tertarik untuk menginvestasikan dananya. Dengan begitu harga saham akan naik dan mempengaruhi tingkat return saham di masa yang akan datang. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriani (2014) yang menyatakan bahwa secara parsial PBV berpengaruh signifikan terhadap return saham. Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermi (2013), Kautsar (2013), dan Najmiyah (2014) yang menyimpulkan bahwa variabel PBV tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/