DAFTAR ISI
Abstrak …………………………………………………………………………….. Sambutan Ketua Lembaga Penelitian IAIN Raden intan Lampung ……….…………. Kata Pengantar …………………………………………………………………….. Daftar Isi ………………..……………………………………………………………..
i iii v vi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………….. Latar Belakang Masalah ……………………………………………………………… Identifikasi dan Perumusan Masalah …………………………………………………. Tujuan Penelitian …………………………………………………………………….. Manfaat Penelitian …………………………………………………………………….. Asumsi Dasar ………………………………………………………………………….
1 1 10 12 13 13
BAB II KONSEP DASAR BIMBINGAN PRIBADI DAN KONSEP DIRI MAHASISWA Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi ……………………………………… 15 Konsep Diri Mahasiswa ………………………………………………………………. 31 Penelitian Terdahulu yang Relevan …………………………………………………… 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………………………….. Pendekatan dan Metode Penelitian ……………………………………………………. Definisi Operasional Variabel ………………………………………………………… Populasi dan Sampel Penelitian ………………………………………………………. Data dan Instrumen Pengumpul Data ……………………………………………….. Teknik Analisis Data ………………………………………………………………….
44 44 44 47 47 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………………… Hasil Penelitian ………………………………………………………………………. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………………………………… Program Bimbingan Pribadi Bagi Mahasiswa Prodi PGMI Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung ……………………………………………….
54 54 62
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ……………………………………….. SIMPULAN …………………………………………………………………………… REKOMENDASI ……………………………………………………………………..
81 81 82
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………
85
75
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Saat ini menjadi guru profesional merupakan keniscayaan. Seorang guru dituntut memiliki kualifikasi kompetensi sebagai guru profesional. Untuk menjadi guru yang dimaksud perlu dipersiapkan melalui layanan pendidikan calon guru yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), dalam konteks ini LPTK yang dimaksud adalah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung mempersiapkan calon guru khususnya guru untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI). Untuk meraih predikat sebagai guru profesional, calon guru sejak awal dibekali dengan sejumlah ilmu pengetahuan yang terdapat di program studi tempat ia kuliah. Di antara ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah komponen Mata Kuliah Dasar Keguruan (MKDK). Mata kuliah ini diharapkan mampu secara komprehensif mengembangkan wawasan kependidikan tehaga guru khususnya bagi calon guru MI. Beberapa mata kuliah yang terangkum dalam MKDK ini bertujuan agar calon guru memiliki pemahaman tentang prinsip-prinsip pedagogis dan psikologis dan mampu mengaplikasikannya ke dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di MI. Yang tidak kalah pentingnya adalah guru nantinya mampu menerapkan prinsip-prinsip dan asas-asas bimbingan dan konseling (BK) dalam pelayanan BK di MI, misalnya kemampuan mengidentifikasi masalah yang dialami pesrta didik atau dapat mengembangkan kemampuan kreativitas mereka. Untuk memberikan bekal kepada calon guru MI agar mumpuni memahami perkembangan perilaku anak MI dan terampil mengaplikasikan pemahamannya dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik di MI maka diberikan mata kuliah Proses Belajar
1
Mengajar dan Pemahaman Peserta Didik. Pembekalan mata kuliah tersebut merupakan salah satu bentuk untuk menjadi guru profesional. Diungkapkan Oemar Hamalik, (2002) bahwa karakteristik guru yang patut menyandang predikat guru professional adalah guru yang : (1) selalu punya energi untuk siswanya; (2) mempunyai tujuan jelas untuk pelajaran; (3) mempunya keterampilan mendisiplinkan yang efektif; (4) memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik; (5) mampu berkomunikasi dengan baik dengan orang tua sisw; (6) mempunyai harapan yang tinggi pada siswanya; (7) memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah; (8) memiliki pengetahuan tentang subyek yang diajarkan; (9) selalu memberikan yang terbaik untuk anak dan proses pengajaran; (10) memiliki hubungan yang berkualitas dengan siswa Rice & Bishoporik dalam Bafadal (2003:5) mengemukakan bahwa guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Profesionalisasi guru oleh kedua pasangan tersebut dipandang sebagi sebuah proses gerak yang dinamis dari ketidaktahuan (ignorance) menjadi tahu, dari ketidakmatangan (immaturity) menjadi matang, dari diarahkan (other-directedness) menjadi mengarahkan diri sendiri. Lebih lanjut Glickman dalam Bafadal (2003: 5) mengatakan seorang guru profesional bilamana memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (high level commitment) komitmen lebih luas dari concern sebab komitmen itu mencakup waktu dan usaha. Tingkat komitmen guru terbentang dalam satu garis kontinum, bergerak dari yang paling rendah ketempat yang paling tinggi. Guru yang memiliki komitmen rendah biasanya kurang memberikan perhatian kepada murid, demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu pendidikan pun sedikit. Sebaliknya, seorang guru yang memiliki komitmen yang tinggi biasanya tinggi sekali perhatian terhadap murid, demikian pula waktu yang disediakan untuk peningkatan mutu pendidikan pun lebih banyak. Sedangkan tingkat abstraksi yang dimaksudkan disini adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, mengklarifikasi masalah-masalah pembelajaran, dan menentukan alternatif pemecahannya. Menurut Glickman dalam Bafadal (2003:5) guru yang memiliki
2
abstraksi yang tinggi adalah guru yang mampu mengelola tugas, menemukan berbagai permasalahan dalam tugas, dan mampu secara mandiri memecahkannya. Selanjutnya dalam Undang-Undang No 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal 39 Ayat 2 dan Pasal 40 ayat 2b dan 2c dinyatakan sebagai berikut. Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembim bingn dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban memiliki komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga. Calon guru pada MI dituntut menjadi guru yang professional karena selain sebagai pengajar guru juga sebagai pendidik dan penentu keberhasilan pendidikan. Guru merupakan peletak pondasi pendidikan dan pendidikan di MI adalah pendidikan dasar. Oleh karena itu pendidikan di MI harus kuat dan kokoh karena menjadi penentu kelancaran dan keberhasilan pendidikan selanjutnya. Guru di MI adalah figur manusia sumber yang menempati
posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan di MI. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Hal tersebut tidak dapat disangkal kerana lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. sebagai besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat (Djamarah, 2000). Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi 3
tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur murid dan fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya. Guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan peserta didik, sebagai ujung tombak, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik, pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut tercermin pada kompetensi guru. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat tergantung pada kreativitas dan inovasi yang dimiliki guru. Gunawan (1996) mengemukakan bahwa guru merupakan perencana, pelaksana sekaligus sebagai evaluator pembelajaran di kelas, maka peserta didik merupakan subjek yang terlibat langsung dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap memegang peranan yang penting. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih oleh apapun. Hal ini disebabkan karena masih banyak unsur-unsur manusiawi yang tidak dapat diganti oleh unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi peserta didik guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. (Wijaya dan Rusyan, 1994). Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Guru sebagai pekerja harus berkemampuan yang meliputi penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 4
bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Harapan dalam Undang-Undang tersebut menunjukkan adanya perubahan paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya sebagai sumber informasi bagi siswa dan selalu mendominasi kegiatan dalam kelas berubah menuju paradigma yang memposisikan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan selalu terjadi interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam kelas. Kenyataan ini mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya terutama memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut Pidarta (1999) setiap guru merupakan pribadi yang berkembang. Bila perkembangan ini dilayani, sudah tentu dapat lebih terarah dan mempercepat laju perkembangan itu sendiri, yang pada akhirnya memberikan kepuasan kepada guru-guru dalam bekerja di sekolah sehingga sebagai pekerja, guru harus berkemampuan yang meliputi unjuk kerja, penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya. Jelas keahlian yang diemban guru profesional sangat ditunjang oleh penampilan kepribadian dan salah satu penampilan kepribadian yang wajib dimiliki oleh guru profesional adalah rasa percaya diri. Dengan kepercayaan diri yang kuat seseorang akan tampil lebih meyakinkan sehingga dapat mempengaruhi orang lain. Rasa percaya diri ini lebih dominan menggambarkan kualitas kepribadian seseorang yang berasal dari konsep dirinya. Menurut Burns (1993: vi) konsep diri (self concept) adalah suatu gambaran campuran dari apa yang dipikirkan seseorang tentang pendapat orang lain mengenai dirinya, dan seperti apa seseorang menginginkan dirinya. Cara pandang individu terhadap dirinya akan membentuk suatu konsep tentang diri sendiri. Konsep tentang diri merupakan hal yang penting bagi kehidupan individu karena konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi (Calhoun & Acoccela, 1990). Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Dacey & Kenny, 1997), 5
konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Keliat, 1992). Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Penghargaan mengenai diri akan menentukan bagaimana individu akan bertindak dalam hidup. Apabila seorang individu berpikir bahwa dirinya bisa, maka individu tersebut cenderung sukses, dan bila individu tersebut berpikir bahwa dirinya gagal, maka dirinya telah menyiapkan diri untuk gagal. Jadi bisa dikatakan bahwa konsep diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap aspek pengalaman, baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan tingkah laku individu (Calhoun & Acoccela, 1990). Dengan tercerminnya pribadi yang sehat (mantap) yang terkandung di dalamnya konsep diri positif maka calon guru dalam konteks ini mahasiswa PGMI menunjukkan adanya kesiapan untuk menjadi guru pada madrasah ibtidaiyah. Seorang guru dikatakan siap menjalankan tugasnya sebagai pendidik atau pengajar bila ia memiliki rasa percaya diri bahwa dirinya mampu tampil di depan peserta didik dalam menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu setelah sebelumnya ia mempersiapkan segala sesuatunya. Dengan kata lain guru dimaksud memiliki rasa percaya diri karena ia sudah menyiapkan dirinya untuk melakukan aktivitas sebagai guru dan guru yang pribadinya sehat (mantap) merupakan cerminan guru yang professional. Hurlock dalam Yusuf (2002: 11) menegaskan bahwa kepribadian yang sehat (healthy personality) ditandai dengan karakteristik sebagai berikut: (1) mampu menilai diri secara realistic); mmpu menilai situasi secara realistic; (3) mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistic; (4) menerima tanggung jawab; (5) kemandirian; (6) mampu mengontrol emosi; (7) berorientasi tujuan; (8) berorientasi keluar; (9) penerimaan social; (10) memiliki filsafat hidup; (11) berbahagia.
6
Untuk meraih predikat guru yang profesional mahasiswa PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung sebagai calon guru madrasah ibtidaiyah seyogyanya memiliki konsep diri yang positif yang tercermin dalm sikap dan perilaku optimistik, aktif, kreatif, dan percaya diri. Konsep diri positif yang dimaksudkan di sini lebih kepada penerimaan diri bukan sebagai suatu kebanggan yang besar tentang diri, bersifat stabil dan bervariasi. Guru yang memiliki konsep diri positif adalah guru yang tahu betul tentang dirinya, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang bermacam-macam tentang dirinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain. Ia mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang mempunyai kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan didepannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan. Singkatnya, guru yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul siapa dirinya sehingga dirinya menerima segala kelebihan dan kekurangan, evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih positif serta mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas. Dalam keseharian sang mahasiswa akan mampu tampil mandiri, dapat menempatkan diri pada tempat yang tepat, mampu mengungkapkan pendapatnya, dan berani bertanya saat perkuliahan berlangsung. Untuk mengembangkan dan memperbaiki konsep diri pada mahasiswa khususnya mahasiswa PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung sebaiknya dilakukan melalui layanan bimbingan pribadi. Sebagaimana diungkapkan Nurihsan (2003: 21) bahwa bimbingan pribadi merupakan bimbingan untuk membantu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi yang diberikan secara kelompok atau secara individual. Dari sejumlah observasi yang peneliti lakukan, kenyataan di lapangan konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung belum
7
berkembang secara optimal. Hal tersebut tergambar dari sikap dan perilaku mahasiswa yang belum dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, khususnya lingkungan kampus. Kekurangmampuan ini ditunjukkan dengan adanya perasaan rendah diri, perasaan tidak mampu, perasaan bersalah, bersikap cemas, gugup dan sebagainya. Kondisi ini dimungkinkan karena mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung belum pernah mendapatkan layanan bimbingan pribadi, berkenaan dengan belum tersedianya fasilitas dan program bimbingan baik dari dosen pembimbing maupun dari unit bimbingan dan konseling fakultas aaupun institut. Kondisi di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung hanya ada pembimbing akademik (PA) yang berfungsi sebagai dosen PA. Dosen PA pun tidak secara rutin dan menangani permasalahan-permasalaha yang sifatnya pribadi yang dialami oleh mahasiswa. Selama ini dosen PA baru berfungsi sebatas penandatanganan kartu rencana studi (KRS), saat mahasiswa akan mengontrak kredit semester. Kondisi ini membuat penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian, sebab dengan keberadaan mahasiswa PGMI seperti yang diuraikan di atas tadi memperlihatkan bahwa mahasiswa belum menunjukkan adanya kesiapan untuk menjadi guru di madarasah ibtidaiyah. Bila dibiarkan tentu akan dapat diperkirakan bagaimana nantinya saat mahasiswa ini menjadi guru di MI. Padahal mereka adalah pendidik generasi penerus para calon-calon pemimpin masa depan yang ada dilembaga pendidikan dasar yang bernama madrasah ibtidaiyah Tidak bisa dipungkiri betapa besarnya peran guru dalam menentukan arah kelanjutan pembangunan bangsa ini. Bagaimanapun juga guru MI merupkan model nyata bagi peserta didik di MI – di mana anak MI dilihat dari karakteristik perkembangannya – sangat peka terhadap contoh yang diberikan oleh gurunya. Dengan demikian calon guru untuk MI sebaiknya dipersiapkan sejak di bangku kuliah, agar kelak begitu saatnya terjun ke lapangan sudah benar-benar siap berjuang dengan
8
menyandang guru yang professional. Dikatakan Abdulhak (2005) bahwa guru yang professional adalah guru yang : (1) memberikan yang memberikan pelayanan secara maksimal dan bermutu sesuai dengan tuntutan masyarakat dan komunitas profesinya, (2) memiliki kompetensi yang dapat memenuhi tuntutan tugasnya, dan (3) mengikuti program pendidikan yang memberikan pengalaman yang cukup untuk mengembangkan dirinya. Lebih lanjut Abdul (2005) menjelaskan bahwa guru yang professional didukung oleh lima kompetensi, yaitu : (1) adanya keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang ideal; (2) meningkatkan dan memelihara citra profesi; (3) memiliki keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan untuk pengembangan professional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilannya; (4) mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi; dan (5) memiliki kebanggaan akan profesinya. Kelima kompetensi tersebut selanjutnya tergambar dalam situasi keseharian guru saat mengajar. Guru mampu memahami kondisi setiap peserta didik dan dapat menciptakan situasi interaksi belajar mengajar sehingga peserta didik dapat melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru sehingga muaranya anak akan terbantu ke arah perkembangan yang lebih optimal. Uraian di atas mengindikasikan bahwa calon guru MI yang profesional harus dipersiapkan secara maksimal agar mereka memiliki konsep diri yang positif. Salah satu bentuk upaya dimaksud adalah pemberian layanan bimbingan pribadi. Layanan bimbingan pribadi ini tentunya harus dumulai dengan membuat program layanan. Sebab dengan adanya program suatu kegiatan akan terlaksana secara teratur, terrah, sistematik, dan terorganisir. Untuk maksud tersebutlah maka penelitian ini difokuskan pada pengembangan program bimbingan pribadi untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.
9
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Terdapat sejumlah faktor yang yang mempengaruhi terbentuknya konsep diri yang posistif, di antaranya lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan tersebut saling mempengaruhi. Lingkungan keluarga dipandang sebagai faktor penentu utama yang membentuk kepribadian anak. Perlakuan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan yang diberikan kepada anak tentang nilai-nilai kehidupan – baik nilai-nilai agama maupun nilai-nilai sosial budaya – merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan warga masyarakat yang sehat. Situasi dan kondisi keluarga sangat menentukan perkembangan kepribadian seseorang. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang hamonis dan dinamis – keluarga yang memberikan curahan kasih sayang, perhatian dan bimbingan dalam bidang agama –
maka perkembangan
kepribadiannya cenderung positif dan sehat. Sedangkan anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orang tua bersikap keras, maka perkembangan kepribadiannya cenderung mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya. Fokus masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya dalam lingkungan kampus sebagai salah satu lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian seorang mahasiswa, di samping lingkungan keluarga dan masyarakat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri mahasiswa dibatasi hanya pada lingkungan kampus, yaitu di antaranya sebagai berikut. 1. Iklim emosional perkuliahan di kelas, kelas yang iklim emosinya sehat memberikan dampak yang positif bagi perkembangan psikis mahasiswa. 2. Sikap dan perilaku dosen, berpengaruh dalam upaya membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan penyesuaian sosialnya. 3. Disiplin (tata tertib) yang ditujukan untuk membentuk sikap dan perilaku mahasiswa. 4. Penyelenggaraan layanan bimbingan pribadi.
10
Sementara itu fokus penelitian ini adalah program bimbingan pribadi dan konsep diri. Konsep diri merupakan cara pandang seseorang terhadap dirinya sendiri, baik positif maupun negatif, dalam aspek citra diri, harga diri, dan penilaian diri. Sedangkan yang dimaksud pengembangan program bimbingan pribadi adalah suatu rencana kegiatan yang terorganisir dan teratur dalam suatu periode tertentu, yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungannya, untuk memperbaiki konsep diri yang negatif pada mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. Berdasarkan permasalahan yang berkembang di atas, maka masalah utama yang diteliti adalah “Program bimbingan pribadi seperti apa yang dapat digunakan untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung?” Agar lebih terfokus maka secara rinci rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana profil konsep diri yang ditampilkan oleh mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung? 2. Bagaimana pemahaman para dosen pembimbing Akademik (PA) dalam memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung? 3. Upaya apa saja yang dilakukan para dosen pembimbing Akademik (PA) dalam memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung? 4. Bagaimana daya dukung lingkungan kampus IAIN Raden Intan Lampung terhadap perbaikan konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung?
11
5. Program bimbingan pribadi seperti apa yang sesuai dengan kondisi Kampus IAIN Raden Intan Lampung menurut dosen pembimbing akademik (PA) yang dapat diterapkan pada mahasiswa? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh program bimbingan pribadi untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung yang berlandaskan pada profil konsep diri yang ditampilkan oleh mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung, pemahaman para dosen pembimbing Akademik (PA) dalam memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung, upaya-upaya yang dilakukan dosen PA dalam membantu memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung, daya dukung lingkungan kampus IAIN Raden Intan Lampung terhadap perbaikan konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung dan konsep-konsep bimbingan pribadi yang ideal bagi mahasiswa dalam rangka meningkatkan kualitas kepribadian mahasiswa pada umumnya dan pelayanan bimbingan dan konseling khususnya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut diperlukan beberapa langkah untuk memperoleh data tentang: 1. Profil konsep diri yang ditampilkan oleh mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. 2. Pemahaman para dosen pembimbing Akademik (PA) dalam memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung 3. Upaya yang dilakukan para dosen pembimbing Akademik (PA) dalam memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.
12
4. Daya dukung lingkungan kampus IAIN Raden Intan Lampung terhadap perbaikan konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. 5. Program hipotetik bimbingan pribadi yang sesuai dengan kondisi Kampus IAIN Raden Intan Lampung menurut dosen pembimbing akademik (PA) yang dapat diterapkan pada mahasiswa. D. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut. 1. Bagi pengembangan teori bimbingan dan konseling khususnya bimbingan pribadi; berangkat dari kondisi obyektif di lapangan, penelitian ini bermanfaat dalam menyusun program bimbingan pribadi untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. Program ini ini diharapkan dapat menjadi salah satu khazanah dari berbagai program bimbingan pribadi yang telah dibangun oleh para peneliti terdahulu. 2. Bagi dosen pembimbing akademik (PA) dalam memberikan perlakuan pembimbingannya dapat mendorong tebentuknya konsep diri yang positif pada para mahasiswa. 3. Bagi penelitian; penelitian ini menghasilkan program bimbingan pribadi untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa di kampus. Program ini dapat dijadikan sebagai pijakan bagi penelitian yang lebih mendalam tentang bimbingan pribadi untuk memperbaiki konsep diri dan mengembangkan konsep diri positif untuk para mahasiswa di prodi/jurusan lainnya, juga dapat diarahkan untuk mengembangkan beberapa konsep diri atau kepribadian mahasiswa sehingga hasil penelitiannya dapat dijadikan standarisasi tentang bimbingan pribadi para mahasiswa yang sesuai dengan keadaan di lapangan. E. Asumsi Dasar Penelitian tentang model bimbingan perkembangan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual anak TK ini dilandasi oleh asumsi-asumsi sebagai berikut.
13
1. Konsep tentang diri merupakan hal yang penting bagi kehidupan individu karena konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi (Calhoun & Acoccela, 1990). 2. Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Rini, 2002:http:/www.epsikologi.com/dewa/160502.htm). 3. Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. 4. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
5. Dosen PA sebagai pembimbing dalam memberikan layanan bimbingan pribadi pada mahasiswa dituntut untuk memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat membantu perkembangan akademik dan kepribadian mahasiswa.
14
BAB II KONSEP DASAR BIMBINGAN PRIBADI DAN KONSEP DIRI MAHASISWA
1.
Bimbingan dan Konseling Di Perguruan Tinggi 1. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi Pada hakekatnya bimbingan merupakan proses bantuan yang diberikan kepada individu agar individu mampu mencapai perkembangan yang optimal. Bantuan dalam arti bimbingan yaitu memfasilitasi individu untuk mengembangkan kemampuan memilih dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri. Adapun perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai yang dianut (Kartadinata , 2010: 204). Dahlan (1990: 2) dalam dimensi yang lebih khusus menjelaskan bahwa bimbingan mahasiswa merupakan membantu para mahasiswa mengembangkan dirinya dan mengatasi problema-problema akademik dan social pribadi yang
berpengaruh
terhadap
perkembangan
akademik
mereka.
Sementara
itu
dikemukakan Supriadi (2004: 207) bahwa bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan oleh konselor/pembimbing kepada klien (konseli) agar konseli dapat : (1) memahami dirinya, (2) mengarahkan dirinya, (3) memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, (4) menyesuaikan diri dengan lingkungannya (keluarga, sekolah, masyarakat), (5) mengambil manfaat dari peluang-peluang yang dimilikinya dalam rangka mengembangkan diri sesuai dengan potensi-potensinya, sehingga berguna bagi dirinya dan masyarakatnya. Dari sejumlah pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para pakar di atas dapat dipahami bahwa bimbingan mempunyai garapan yang sama, yaitu masalah yang dihadapi individu (konseli). Perbedaannya terletak pada titik berat perhatian terhadap
15
masalah tersebut. Dapat dipahmi juga bahwa yang menjadi obyek garapan bimbingan adalah masalah-masalah psikologis individu. Adapun fungsi bimbingan bagi para mahasiswa menurut Dahlan (1990: 3) antara lain sebagai berikut : (1) pengenalan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang kondisi, potensi, dan karakteristik mahasiswa; (2) membantu penyesuaian diri dengan kehidupan di perguuan tinggi; (3) membantu mengatasi masalah-masalah akademik dan sosial pribadi yang kiranya berpengaruh terhadap perkembangan akademik mahasiswa Sementara itu diiungkapkan oleh Yusuf (2009: 1) bahwa program bimbingan di perguruan tinggi ditujukan agar mahasiswa memiliki kemampuan intelektual dan profesional, berakhlak mulia, dan berkepribadian yang mantap sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang bermakna bagi kemajuan dan kesejahteraan hidup dirinya dan juga orang lain (masyarakat). Bimbingan dan konseling di perguruan tinggi seyogyanya mewarnai seluruh aktivitas yang diselenggarakan di perguruan tinggi termasuk dalam proses belajar mengajar karena bimbingan dan konseling memiliki peran yang strategis dalam mengembangkan potensi manusia yang ada diperguruan tinggi. Secara lebih rinci Dahlan (1990: 3) mengemukakan bahwa tujuan diberikannya layanan bimbingan bagi mahasiswa adalah agar para mahasiswa (1) mampu memilih sendiri program studi yang sesuai dengn bakat, minat, dan cita-cita mereka; (2) mampu menyelesaikan perkuliahan dan segala tuntutan perkuliahan tepat pada waktunya; (3) meraih prestasi akademik yang sesuai dengan kemampuan mereka; (4) mampu membina hubungan sosial dengan sesama mahasiswa dan dosennya dengan baik; (5) memiliki sikap dan kesiapan profesionalis. 2. Pengertian Bimbingan Pribadi Winkel (1997 : 142) mengartikan bimbingan pribadi sebagai bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri, dalam mengatur dirinya sendiri di bidang
16
kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagiannya, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan pergaulan sosial. Sementara itu Surya (1995 : 38) mengatakan bahwa bimbingan pribadi adalah bimbingan membantu individu untuk mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi sebagai akibat kekurangmampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan aspek-aspek perkembangan, keluarga, persahabatan, belajar, cita-cita, konflik, seks, sosial, finansial, pekerjaan dan lain-lain. Selanjutnya Juntika (2003 : 21) mengemukakan bahwa bimbingan sosial pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial pribadi, yaitu hubungan dengan sesama teman mahasiswa, dosen dan staf, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mahasiswa tinggal dan penyelesaian konflik. Bimbingan sosial pribadi di arahkan untuk memantapkan dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalahmasalah dirinya. Bimbingan pribadi ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu. Bimbingan sosial pribadi diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif, serta keterampilan-keterampilan sosial pribadii yang tepat. Bimbingan pribadi yang diberikan di jenjang pendidikan tinggi dilaksanakankan melalui bimbingan kelompok dan sebagian lagi melalui bimbingan individual. Proses bimbingan pribadi ini menurut Yusuf (2009: 2) di arahkan pada sukses secara pribadi. Sukses pribadi dimaksud merujuk kepada perkembangn sikap mental yang sehat dan kesadaran moralitas (spiritul) yang mantap. Perkembangan aspek ini sangat penting bagi
17
pra lulusan perguruan tinggi karena sesuai dengan fitrah insaniyahnya sebagai makhluk beragama (homo religius) dan makhluk yang berakal, mereka memiliki tanggung jawab moral untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera dan bahagia, baik secara personal maupun sosial. Lebih jauh diungkapkan Yusuf (2009: 2) bahwa mahasiswa yang telah mencapai sukses pribadi ini memiliki karakteristik antara lain : (1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME; (2) bersikap respek atau mau memahami dan menerima diri secara obyektif; (3) dapat mengembangkan potensi diri melalui berbagai aktivitas yang positif; (4) bersikap optimis, dan (5) dapat mengendalikan diri dari perbuatan yang tidk selaras dengan norma-norma agama. Adapun unsur-unsur yang lumrahnya ada dalam bimbingan pribadi adalah sebagai berikut. a. Informasi tentang fase atau tahap perkembangan yang sedang dilalui oleh mahasiswa, antara lain tentang konflik bantin yang mungkin timbul misalnya tentang tata cara bergaul yang baik baik dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis (sex education) yang tidak hanya mencangkup penerangan seksual, tetapi pula corak pergaulan antara jenis kelamin. b. Penyadaran akan keadaan masyarakat dewasa ini, yang semakin berkembang ke arah masyarakat modern, antara lain apa ciri-ciri kehidupan modern, dan apa makna ilmu pengetahuan serta teknologi bagi kehidupan manusia. c. Pengaturan diskusi kelompok mengenai kesulitan yang dialami oleh kebanyakan siswa dan mahasiswa, misalnya menghadapi orang tua yang taraf pendidikannya lebih rendah dari pada anak-anaknya. Khususnya siswa remaja dapat merasa lega – bila dia menyadari bahwa teman-temannya mengalami kesulitan yang sama – dia lalu tidak akan memandang dirinya lagi sebagai orang yang abnormal. Diskusi kelompok ini dapat mendorong siswa dan mahasiswa untuk menghadap konselor atau guru/dosen
18
pembimbing guna membicarakan suatu masalah secara pribadi dalam wawancara konseling. d. Pengumpulan data yang relevan untuk mengenal kepribadian mahasiswa, misalnya sifat-sifat kepribadian yang tampak dalam tingkah laku, latar belakang keluarga dan keadaan kesehatan. 3. Program Bimbingan Pribadi Program bimbingan adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisir, dan terorganisasi selama periode waktu tertentu – misalnya dalam rentang satu tahun ajaran – yang diarahkan untuk membntu mahasiswa menumbuhkan kesiapan mental, untuk memahami dan mengenal profesi yang akan dimasuki, serta mengembangkan wawasan kependidikan melalui berbagai kegiatan akademis. Program bimbingan pribadi merupakan program bimbingan untuk membantu mahasiswa dalam menghadapi masalah pribadi yang mungkin berpengaruh terhadap studi dan penyelesaian studi. Masalah-masalah dimaksud diantaranya adalah masalah psikis, kepribadian, penyesuaian diri dalam pergaulan, keluarga, dan ekonomi. Dari sejumlah masalah tersebut, secara lebih operasional Dahlan (1990: 8) mengutarakan bahwa bimbingan pribadi hendaknya di arahkan pada : (1) penyesuaian diri terhadap suasana perguruan tinggi; (2) pembinaan dan pemeliharaan motif dan gairh untuk belajar secara kreatif dan produktif; (3) menghindarkan dan memecahkan konflik baik dengan teman, dosen, maupun keluarga; (4) penyesuaian terhadap lingkungan tempat tinggal; dan (5) penyelesaian konflik antara keinginan studi dengan pemenuhan tugas pekerjaan dan keluarga (bagi mahasiswa yang sudah bekerja dan berkeluarga)
19
4. Pola-Pola Program Layanan Bimbingan Di Perguruan Tinggi Juntika (2003: 36) menegaskan bahwa pemberian layanan bimbingan pribadi mahasiswa didesak oleh banyaknya problema yang dihadapi oleh para mahasiswa dalam perkembangan pribadinya. Belajar di perguruan tinggi memiliki sejumlah karakteristik yang berbeda dengan belajar di sekolah lanjutan. Karakteristik utama dari studi tingkat ini adalah kemandirian, baik dalam pelaksaaan kegiatan belajar dan pemilihan program studi maupun dalam pengelolaan dirinya sebagai mahasiswa. Problema pribadi merupakan kesulitan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam mengelola kehidupannya sendiri baik di kampus maupun di tempat tinggalnya. Adapun bentuk problem dimaksud antara lain (1) kesulitan ekonomi/biaya kuliah; (2) kesulitan berkenaan dengan masalah pemondokan; (3) kesulitan menyesuaikan diri dengan teman sesama mahasiswa baik di kampus atapun di lingkungan tempat tingga; (4) Kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar tempat tinggal mahasiswa (khususnya mahasiswa pendatang); (5) kesulitan karena masalah-masalah keluarga, dan (6) kesulitan-kesulitan karena masalah pribadinya. Secara umum layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi ini meliputi layanan bimbingan akademik serta bimbingan bimbingan sosial pribadi yang dapat diberikan oleh dosen-dosen PA pada tingkat jurusan/program serta
tim
bimingan dan konseling pada tingkat jurusan/program studi, fakultas/balai dan institut. Adapun fungsi-fungsi yang diemban bimbingan mahasiswa antara lain (1) pengenalan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang kondisi, potensi, dan karakteristik mahasiswa; (2) membantu penyesuaian diri dengan kehidupan di perguruan tinggi; (3) membantu mengatasi masalah-masalah akademik dan pribadi sosial yang berpengaruh terhadap perkembangan akademik mahasiswa.
20
Bimbingan di perguruan tinggi selain memiliki fungsi sebagai pemberi layanan kepada mahasiswa juga dapat memberikan layanan bimbingan kepada sivitas akademik lainnya agar masing-masing dapat berkembang secara optimal. Secara khusus dilihat dari sifatnya layanan tersebut dapat berfungsi pencegahan, perbaikan, pemeliharaan dan pengembangan. Dilihat dari hubungan antara mahasiswa, sivitas akademik dengan kampus sebagai lingkungannya, bimbingan dan konseling memiliki fungsi penyaluran dan penyesuaian. a. Tujuan Dan Sasaran Dengan diberikannya layanan bimbingan di perguruan tinggi maka mahasiswa diharapkan mampu dalam hal-hal berikut ini : (1) mampu memilih sendiri program studi yang sesuai dengn bakat, minat, dan cita-cita mereka; (2) mampu menyelesaikan perkuliahan dan segala tuntutan perkuliahan tepat pada waktunya; (3) meraih prestasi akademik yang sesuai dengan kemampuan mereka; (4) mampu membina hubungan sosial dengan sesama mahasiswa dan dosennya dengan baik; (5) memiliki sikap dan kesiapan profesionalis: (6) memiliki pandangan yang realistis tentang diriny dan lingkungannya. Bila dikaitan dengan fungsinya maka tujuan program bimbingan di perguruan tinggi secara umum adalah terselenggaranya dan terpenuhinya keperluan jasa layanan pendataan, informasi, konsultasi komunikasi dan konseling kepada mahasiswa, sivitas akademika, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, sehingga terciptanya kemudahan bagi terselenggaranya proses dan tercapainya tujuan program pendidikan dengan lancar seperti yang diharapkan. Secara keseluruhan program layanan bimbingan di perguruan tinggi mempunyai tujuan sebagai berikut. 1) Membantu mahasiswa dalam (1) memperoleh penyesuaian akademis secara efektif dan efesien; (2) memecahkan masalah-masalah sosial; (3) memperoleh penyesuaian sosial; (4) mengembangkan profesi kependidikan.
21
2) Membantu lembaga-lembaga dan seluruh sivitas akademika di lingkungan perguruan tinggi dalam memperoleh pemahaman dan pemberian bantuan terhadap mahasiswa. 3) Membantu lembaga-lembaga lain di luar Perguruan tunggu dalam hubungannya dengan masalah-masalah bimbingan. Secara khusus dengan diadakannya program bimbingan yang melembaga ini, diharapkan dapat: membantu para mahasiswa yang (1) memerlukan data/informasi tentang potensi (intelegensi dan bakat), minat dan sikapnya, kekuatan; (2) memerlukan data/informasi tentang situasi dan kondisi lingkungan yang mungkin dapat merupakan faktor penunjang atau berarti bagi dirinya, sehingga yang bersangkutan lebih mampu menyesuaikan dirinya; (3) memerlukan data/informasi tentang prospek krisis yang mungkin dapat dicapainya serta berbagai program yang tersedia untuk mencapainya, sehingga yang bersangkutan dapat lebih mampu memilih program studi yang sesuai dengan karir yang diharapkannya; (4) memerlukan bantuan jasa layanan konsultasi dalam mengatasi konflik sosial-psikologis yang mungkin terjadi dengannya; (5) membantu pimpinan kelembagaan (institut, fakultas, jurusan/prodi dan sebagainya) yang memerlukan data dan infomasi tentang kesesuaian, kelancaran dan keberhasilan program layanan pendidikan pada lembaganya dikaitkan dengan performance mahasiswa; dan (6) membantu masyarakat dan pemerintah yang memerlukan data dan informsasi tentang kemungkinan-kemungkinan studi pada lembaga pendidikan tinggi, keadaan mahasiswa dan lulusan, jasa layanan testing, konseling, dan konsultasi yang relevan dengan ruang lingkup pendidikan. Berdasarkan tujuan tersebut di atas, maka sasaran yang mungkin dicapai dengan program ini adalah dapat mencangkup seluruh anggota sivitas akademika yang memerlukannya dengan prioritas pertama di alamatkan kepada mahasiswa, lebih diprioritaskan lagi mahasiswa yang bermasalah. Seluruh anggota masyarakat dan
22
pemerintah yang memerlukan dengan penjaga konfidensialitas dan sesuai dengan kemampuan yang ada. b. Ruang Lingkup Layanan Sesuai dengan permasalahan yang sering dialami oleh mahasiswa dan sistem perkuliahan yang berdasarkan sistem SKS, menurut Juntika (2003: 44-48) kegiatan bimbingan di mahasiswa di perguruan tinggi mencakup jenis-jenis bimbingan berikut ini. 1. Bimbingan Akademik Bimbingan akademik merupakan layanan utama dari bimbingan mahasiswa. Sejumlah faktor yang bersifat nonakademis yang menjadi permasalahan mahasiswa juga akan berpengaruh terhadap kegiatan akademik (studi) mereka. Secara rinci bimbingan akademik ini dapat difokuskan ke dalam upaya membantu siswa dalam hal-hal berikut ini. a). Penentuan program studi tiap semester. Dalam aspek ini mhasiswa dibantu dalam memahami hal-hal berikut. 1) Hakikat, tujuan, dan misi program/konsentrasi/pilihan mata kuliah yang dipilihnya dalam kaitannya dengan keseluruhan program studi yng dimasukinya. 2) Struktur, isi, dan mekanisme pelaksanaan kurikulum prodi yang dipilihnya, serta persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat mengikuti program yang hendak ditempuhnya. 3) Hakikat, isi, dan fungsi setiap mata kuliah yang membangun kurikulum prodi yang dipilihnyaserta kaitannya dengan mata-mata kuliah lain dalam pembentukan kemampuan profesionalisnya. 4) Prosedur formal dan nonformal yang seyogyanya ditempuh untuk kelancaran penentuan dan perencanaan prodi yang dipilihnya.
23
5) Personalia yang secara fungsional dapat membantu melancarkan proses penentuan dan perancangan prodi. Dalam proses kontrak studi inilah dituntut peran aktif dari dosen pembimbing akademik (PA) yang bukan sekedar memberikan tanda tangan pengesahan kartu rencana studi (KRS) mahasiswa, namun juga dituntut untuk membantu mahasiswa memilih dan menentukan mata kuliah mana dan berapa banyak SKS yang akan atau layak ditempuhnya. Tentu saja hal ini berpedoman kepada Pedoman Akademik masingmasing perguruan tinggi. b). Penyelesaian studi dalam setiap mata kuliah. Tidak dipungkiri lagi bahwa dalam melaksanakan proses perkuliahan mahasiswa acapkali menemui masalah dalam menyelesaikan tugas-tugas, memilih metode dan sumber belajar serta menyesuaikan diri terhadap tuntutan lain yang terkait dengan mata kuliah yang diikutinya. Untuk itu
mahasiswa perlu memperoleh bimbingan guna memperoleh kemampuan sebagai berikut. 1) Mengikuti perkuliahan dalam bentuk tatap muka secara penuh sesuai dengan ketentun yang berlaku. 2) Membuat laporan bahasan topik, bab, atau buku yang relevan dengan mata kuliah. 3) Menyusun makalah tentang permasalahan yang relevan dengan mata kuliah. 4) Menyusun laporan survey, observasi, atau praktikum dari mata kuliah terkait. 5) Melaksanakan tugas-tugas kerja, praktik lapangan, laboratorium, bengkel unit produksi, unit usaha, dan lain-lain. c). Dorongan penyelesaian tugas akhir. Acapkali hambatan mahasiswa dalam menyelesaikan studi disebabkan oleh keterlambatan penyelesaian tugas akhir. 24
Hal ini disebabkan mereka kurang memiliki motif dan kemampuan membagi waktu bagi penyelesaian tugas akhirnya. Untuk itu para mahasiswa seyogyanya mendapatkan bimbingan dalam hal (1) membangkitkan dan meningkatkan motivasi dalam penyusunan tugas akhir; dan (2) merencanakan dan mengatur waktu untuk menyelsaikan tugas akhir. d). Penyelesaian praktek lapangan. Untuk membina dan menumbuhkan sikap profesional maka kegiatan praktek lapangan merupakan unjung tombak dan keniscayaan. Melalui kegiatan praktek lapangan inilah mahasiswa diarahkan untuk menghayati tugas-tugas serta praktek profesinya. Dalam konteks ini sebaiknya mahasiswa dibimbing untuk (1) menumbuhkan motif dan kesiapan diri untuk terjun dan tampiln sebagai tenaga profesional dalam bidangnya; dan
(2) menumbuhkan kesiapan dan kemampuan mandiri dalam penyelesaian tugas-tugas profesionalnya. 2. Bimbingan Pengembangan Sikap dan Tanggung Jawab Profesional Tidak jarang ditemui ada mahasiswa yang memperlihatkan gejala yang kurang mendukung sikap dan perilaku serta tanggung jawab profesional. Untuk itulah para mahasiswa perlu diberikan bimbingan dalam bentuk antara lain (1) menumbuhkan kesipan diri untuk menjadi tenaga profesional; (2) mengembangkan wawasan bidang profesinya melalui berbagai kegiatan kademis. 3. Bimbingan Penyesuaian Sosial dan Pribadi Dalam mengikuti dan menyelesaikan studinya mhasiswa seringkali menghadapi sosial pribadi yang cukup berpengaruh terhadap proses studinya.
25
Untuk itulah para mahasiswa membutuhkan bimbingan dalam aspek (1) adaptasi terhadap suasana kehidupan kampus (khususnya untuk mahasiswa baru); (2) pembinaan dan pemeliharaan motif dan gairah belajarse secara kreatif dan produktif; (3) menghindarkaan dan memecahkan konflik, baik dengan teman, dosen, maupun dengan anggota keluarga; (4) adaptasi dengan suasana tempat tinggal; dan (5) penyelesaian konflik antara keinginn studi dengan pemenuhan tugas dan keluarga. c. Prosedur Bimbingan Mahasiswa 1. Tahap-tahap Bimbingan Juntika (2003: 49) secara rinci mengemukakan tentang prosedur bimbingan untuk mahasiswa di perguruan tinggi sebagai langkah pemerolehan data dan informasi, lanhkah pemberian bantuan, dan pemantauan hasil bantuan yang diberikan. Pemerolehan data dan informasi setiap mahasiswa dapat dilakukan melalui kegiatan berikut ini. a. Penelahaan transkrip akademik mahasiswa b. Penelahaan hasil seleksi masuk mahasiswa c. Pengumpulan data dari mahasiswa melalui wawancara, pengamatan oleh dosen PA, maupun inventori yang dilaksanakan oleh unit bimbingan dan konseling. Sedangkan langkah pemberian bantuan menurut Juntika (2003: 50) terdiri atas beberapa tahap sebagai berikut. 1) Tahap pertama : bantuan awal bersamaan dengan pemerolehan data melalui wawancara, observasi atau inventori serta orientasi mahasiswa (terutama mahasiswa baru) terhadap program pendidikan dan pengajaran yang diikutinya. Tahap bimbingan ini dilakukan 26
2)
3)
4)
5)
pada masing-masing fakultas/jurusan di bawah koordinasi Pembantu Dekan I dan III dan para Ketua Jurusan/Program. Tahap kedua : Bantuan bersifat kelompok yang diberikan oleh seorang dosen PA yang telah ditetapkan. Dosen PA ini adalah pembimbing yang akan membantu mahasiswa yang bersangkutan selama mengikuti program pendidikan di lingkungan perguruan tinggi. Setelah mahasiswa memiliki dosen PA maka sebagian besar pembimbingan akademik diambil oleh dosen PA dan seyogyanya bersama-sama mereka akan merancang program kegiatan bimbingan yang dijadwalkan bersama, secara rutin, sesuai dengan keperluan atau kesepakatan kelompok. Pada tahapan ini masalah yang ditangani lebih terfokus pada masalah-masalah akademik. Tahap ketiga : bimbingan perorangan yang dilakukan oleh dosen PA untuk membantu mahasiswa menangani maalah yang dihadapi, sesuai dengan keperluannya. Pada tahapan ini masalah yang ditangani le bih terpusat pada masalah sosial pribadi. Dalam membantu mahasiswa pada tahap ini – jika dipandang perlu – dosen PA dapat meminta bantuan pimpinn jurusan/program atau konselor guna mencari jalan pemecahannya. Tahap keempat : bila diperlukan pada tahap ini mahasiswa memperoleh bimbingan khusus dari konselor (tim BK) baik pada tingkat jurusan, fakultas, maupun institut. Bantuan ini diberikan apabila masalah yang dihadapi mahasiswa merupkan persoalan yang khusus dan perlu ditangani secara khusus pula, sebagai hasil rujukan dari dosen PA. Tahap kelima : bantuan rujukan keluar, bila mahasiswa yang bersangkutan memerlukan bantuan yang tidak dapat dipenuhi oleh dosen PA dan konselor (Tim BK) yang ada di lingkungan perguruan tinggi.
2. Mekanisme Layanan Bimbingan Idealnya mekanisme layanan bimbingan di perguruan tinggi menurut Juntika (2003: 51) adalah mencakup alur kegiatan sejak penerimaan mahasiswa, bahkan sejak seleksi calon mahasiswa yang secara operasional mekanisme layanan di maksud adalah sebagai berikut. a. Seleksi dan penerimaan mahasiswa baru. b. Pemerolehan data dan informasi hsil seleksi maupun melalui wawancara, observasi, maupun inventori. c. Bimbingan Tahap I 1) Pembimbing : Pembantu Dekan I/III/Ketua program/jurusan. 27
2) Fokus permasalahan : Penyesuaian akademik 3) Tujuan. (a) Oreintasi akademik, termasuk sistem program studi yang akan ditempuh mahasiswa. (b) Identifikasi masalah umum mahasiswa. 4) Peranan PD I bersama PD III. (a) Mengkoordinasi seluruh layanan bimbingan bagi mahasiswa di tingkat fakultas. (b) Bersama-sama ketua jurusan memberikan orientasi akademis, terutama dalam sistem studi di lingkungan PT. (c) Mengidentifikasikan permasalahan umum yang dihadapi mahasiswa. (d) Bersama-sama konselor membantu mahasiswa menangani masalahnya yang tidak dapat diselesaikan bersama dosen PA. 5) Peranan Ketua Jurusan/Program Studi (a) Memberikan orientasi akademik tentang program studi/jurusan yang dimasukinya. (b) Memberikan pengarahan awal mengeni kegiatan akademik. d. Bimbingan Tahap II dan III 1) Pembimbing : Dosen PA yang telah ditetapkan oleh dekan. 2) Fokus Permasalahan : (a) Permasalahan akademik, terutama yang berkaitan dengan kegiatan studi sehari-hari. (b) Permasalahan sosial pribadi yang berkaitan erat dengan kelancaran studi. 3) Tujuan (a) Membantu mahasiswa dalam mengatasi persoalan akademik sehingga mereka dapat menyelesaikan studinya dengan efektif dan efisien. (b) Membantu mahasiswa dalam mengatasi masalah sosial pribadi yang mungkin menghambat kelancaran studi. 4) Peranan Dosen Pembimbing Akademik (a) Mengungkap persoalan akademik yang dihadapi oleh setiap mahasiswa yang dibimbingnya. (b) Mengungkap persoalan sosil pribadi setiap mahasiswa bimbingannya. (c) memberikan bantuan dalam mengatasi masalah akademik maupun sosial pribadi (d) meakukan rujukan kepada mahasiswa untuk mendapatkan bantuan atas masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan dosen PA. e. Bimbingan Tahap IV Bimbingan pada tahap ini dilakukan atas dasar hasil rujukan dari dosen PA atau atas dasar kehendak mahasiswa yang bersangkutan dengan diketahui oleh dosen PA 1) Konselor Pembimbing fakultas atau pihak lain yang terkait di luar fakultas. 2) Fokus Permasalahan Masalah-masalah sosial pribadi yang tidak tertangani oleh dosen PA 28
3) Tujuan Membantu mahasiswa mengatsi masalah soail pribadi yang menghambat kelancaran penyelesaian studinya. 4) Peranan Konseor (a) Menerima rujukan dari dosen PA (b) Memberikan bantuan kepada mahasiswa yang bersangkutan. (c) Memeberikan rujukan kepada mahasiswa untuk memperoleh bantuan dari pihak lain, bila diperlukan.
3. Teknik-teknik Bimbingan Untuk memberikan layanan bimbingan kepada mahasiswa di perguruan tinggi ada sejumlah teknik yang dilakukan. Menurut Juntika (2003: 54) pelaksanaan teknik-teknik dimaksud hendaklah sejalan dengan mekanisme dan tahap bimbingan di atas. Adapun teknik-teknik yang dapat dipilih untuk digunakan secara tepat adalah seperti berikut ini. a. Teknik diskusi kelompok bersifat oreintasi, mencakup : diskusi tentang program studi, kurikulum, personalia akademik, dan proses belajar mengajar yang diterapkan dalam pelaksanaan prodi. b. Teknik diskusi kelompok yang bersifat bantuan, mencakup : diskusi tentang permasalahan belajar, sosial dan pribadi serta karier. c. Teknik kegiatan kelompok lain, baik yang bersifat oreintasi maupun bantuan. d. Konsultasi perorangan untuk menangani masalah-masalah akademis. e. Konseling perorangan untuk menangani masalah-masalah sosial pribadi. f. Pembahasan kasus, yaitu pembahasan mahasiswa dn permasalahannya bersama-sama dengan personalia akademik lain untuk menemukan jalan keluar dalam membantu mahasiswa. g. Rujukan bagi mahasiswa yang menghadapi kesulitan sosial pribadi yang tidak dapat ditangani oleh persoalan akademik yang ada di fakultas. Lebih jauh Juntika (2003: 55) menegaskan bahwa dalam upaya memantau kegiatan bimbingan mahasiswa, dosen PA beserta pihak-pihak terkait sebaiknya melakukan pencatatan dan pelaporan. Pemantauan dan pelaporan bimbingan dimaksud antara lain setiap akhir semester dosen PA mencatat SKS dan IPK perolehan mahasiswa asuhannya dalam format yang disiapkan. Informasi untuk keperluan pencatatan perolehan SKS dan IPK ini bisa diperoleh dari bgian akademik atau langsung dari mahasiswa yang 29
dibimbingnya. Tabel 2.1 berikut ini merupakan kartu bimbingan yang dapat digunakan oleh dosen PA dalam melaksanakan layanan bantuan kepada mahasiswa bimbingannya. Tabel 2.1 Kartu Bimbingan Mahasiswa (diadopsi dan diadaptasi dari Juntika Nurihsan, Dasar-dasar BK, 2003:56)
KARTU BIMBINGAN (RAHASIA)
Nama Mahasiswa : NIM : Jurusan/Program : Fakultas : Alamat :
I. Beberapa Data a. b. II. Masalah dan Bantuan A. Masalah yang dihadapi 1. 2. B. Bantuan yang Diberikan 1. 2. III. Beberapa Data a. b. IV. Bantuan Lanjutan yang diperlukan
Catatan: Catatan ini bersifat rahasia. Dapat digunakan Bandar Lampung,.................... sebagai bahan referal kepada tim BK Dosen Pembimbing Akademik Jurusan/Program Fakultas/Institut (.....................................................) 30
B. Konsep diri Mahasiswa 1. Pengertian Konsep diri Menurut Burns (1993: vi) konsep diri (self concept) adalah suatu gambaran campuran dari apa yang dipikirkan seseorang tentang pendapat orang lain mengenai dirinya, dan seperti apa seseorang menginginkan dirinya. Cara pandang individu terhadap dirinya akan membentuk suatu konsep tentang diri sendiri. Konsep tentang diri merupakan hal yang penting bagi kehidupan individu karena konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi (Calhoun & Acoccela, 1990). Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Dacey & Kenny, 1997), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Keliat, 1992). Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Penghargaan mengenai diri akan menentukan bagaimana individu akan bertindak dalam hidup. Apabila seorang individu berpikir bahwa dirinya bisa, maka individu tersebut cenderung sukses, dan bila individu tersebut berpikir bahwa dirinya gagal, maka dirinya telah menyiapkan diri untuk gagal. Jadi bisa dikatakan bahwa konsep diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap aspek pengalaman, baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan tingkah laku individu (Calhoun & Acoccela, 1990). Jadi konsep diri dapat diartikan sebagai persepsi (pandangan), penilaian dan perasaan seseorang terahadap dirinya (self), baik menyangkut aspek fisik, psikis, maupun sosial. Seseorang yang menggambarkan konsep dirinya seperti, wajah saya jelek (persepsi tentang fisik), saya pintar (persepsi tentang psikis), teman-teman menyayangi saya (persepsi sosial). Contoh tersebut merupakan konsep diri yang sifatnya kognisi (pengetahuan/persepsi), konsep diri yang sifatnya kognisi ini, akan menjadi masalah bagi seseorang apabila mempunyai 31
perasaan negatif, seperti dari contoh pertama, dia mengatakan: ”karena wajah saya jelek, saya malu untuk bergaul dengan teman-teman”. Konsep diri itu akan berpengaruh pada perilaku atau kepribadian individu, konsep diri negatif berpengaruh kurang baik terhadap perilaku dan kepribadiannya, sebaliknya konsep diri positif akan berpengaruh positif juga terhadap perilaku dan kepribadiannya. Individu yang memiliki konsep diri yang negatif seperti contoh di atas, akan merasa minder dan cenderung akan mengisolasi diri dari pergaulan dengan orang lain. Akan lain pengaruhnya kepada perilaku dan kepribadiannya, apabila ia mempunyai konsep diri yang positif, seperti: ”meskipun saya jelek saya menerimanya sebagai anugerah dari Tuhan, karenanya saya tidak perlu malu untuk bergaul dengan siapapun”. Rogers dalam Burn (1979) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan gestalt konseptual yang terorganisasi dan konsisten yang terdiri dari persepsi persepsi tentang sifatsifat dari diri subjek atau objek dengan orang lain yang melihat pada persepsi-persepsi ini. Gestal ada pada kesadaran meskipun tidak harus disadari bersifat lentur (berubah-ubah) namun pada setiap saat merupakan suatu entitas spesifik. Rogers (1959) mengungkapkan bahwa konsep diri merupakan serangkaian kesimpulan yang diambil seseorang tentang dirinya berdasarkan pengalamannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain individu yang memahami bahwa dirinya mempunyai kelebihan (secara fisik) diantara teman-temannya dan dapat menerima penilaian orang yang menjadi tumpuan kepercayaan dirinya. Ini bemakna konsep diri individu terbentuk dari pengalaman tentang diri dan juga penilaian orang lain tentang dirinya. Pengalaman dan informasi penilaian tersebut perlu diasimilasikan dan diintegrasikan ke dalam konsep diri, sehingga bermuara pada sosialisasi dan pengenalan kekuatan dan kelemahan individu yang bersangkutan. Konsep diri merupakan konstruksi dasar yang tertanam dalam diri seseorang ketika ia dapat mengenali lingkungannya yang bersifat positif atau negatif. Bila positif cenderung akan
32
berperilaku positif, sebaliknya bila negatif maka akan membuatnya cenderung berperilaku negatif/menyimpang. Dengan demikian konsep diri sangat erat kaitannya bagaimana individu dibentuk oleh keluarga dan lingkungannya, berhubungan dengan perkembangan kepribadian seseorang dalam suatu kehidupan yang dialaminya. Maknanya konsep diri seseorang sebenarnya melekat pada individu tersebut tidak saja mempunyai pengalaman dan penilaian positif ketika dalam permulaan kehidupannya diperlukan secara hati-hati dan penuh kasih sayang sehingga tumbuh pribadi yang sehat, namun juga memiliki pengalaman dan penilaian negatif dalam artian bahwa ketika dalam permulaan kehidupan individu tersebut diasuh tidak secara benar maka akan tumbuh pribadi yang kasar dan tak bersahabat. Cohen (1976) menyatakan bahwa konsep diri tercakup tiga hal penting dalam perkembangan pribadi yaitu sikap yang diperoleh, identitas diri, dan respon terhadap sesuatu. Dikatakan Calhoun dan Acocella (1995:67) konsep diri adalah pandangan tentang diri sendiri yang memiliki tiga dimensi, yaitu pengetahuan diri, pengharapan diri dan penilaian mengenai diri sendiri. Pernyataan ini menyiratkan bahwa konsep diri sebagai diri yang memiliki rasa cinta kasih, memiliki dorongan, bagaimana bersikap, dan kemampuan atas diri yang bernuansa positif atau negatif. Diungkapkan Hardy dan Heyes (1995:197) bahwa untuk mengenal konsep diri sendiri mengandung arti dua pertanyaan yaitu siapakah saya dan apakah saya. Karena itu perlu mengenal sejauhmana individu berperilaku sesuai dengan citra diri (self image) dan harga diri (self estem). Menurut pandangan ini citra diri merupakan deskripsi sederhana tentang diri individu misalnya saya seorang mahasiswa, saya baik hati, dan sebagainya. Sedangkan harga diri merupakan deskripsi diri bagaimana menilai, memandang, dan berbenah diri, misalnya saya seorang yang ramah dan santun, saya seorang yang pandai, saya bijaksana dan sebagainya. Jadi semakin berkembang pengalaman seseorang semakin mampu mengatasi hal-hal dan menilai apa yang terjadi pada dirinya dan
33
lingkungannya sehingga akhirnya individu tersebut sangat memahami siapa dirinya yang sebenarnya. Cowagas dalam Clara (1983:2) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisik kreatifitas, kepribadian, dan kegagalannya. Dengan demikian jelas bahwa konsep diri merupakan sikap dan pandangan individu terhadap keseluruhan keadaan mengenai dirinya. Oleh sebab itu konsep diri dapat diartikan sebagai totalitas sistem kepercayaan sikap dan opini yang sangat kompleks untuk dipelajari, diorgansir, dan dinamis yang dimiliki setiap orang sebagai fakta tentang dirinya. Oleh karena itu konsep diiri berbeda dengan perasaan dan tingkat kepuasan diri. Erik Fromm (1956:1) sangat jelas mendeskripsikan konsep diri sebagai kehidupan untuk menjadikan sadar akan dirinya. Sementara Roger (1959) melihat bahwa diri merupakan unsur utama dalam kepribadian dan penyesuaian pribadi, diri sebagai sebuah produk sosial yang berkembang dari hubungan interpersonal dan berusaha mencapai keajegan, dan ada satu kebutuhan dasar manusia untuk memperoleh penghargaan positif dari orang lain dan diri sendiri. Menurut pandangan ini konsep diri terkait dengan bagaimana individu menilai dirinya sehingga dapat menunjukan perilaku yang mengandung arti pengenalan harga diri, dan kepercayaan diri. Gambaran diri yang sesuai dengan perkembangan dan pengalaman hidup seseorang dalam mengenal diri dan lingkungan tersebut dapat digunakan sebagai perisai sehingga seseorang mampu mengatasi setiap permasalahan yang sedang dihadapinya. Dengan demikian konsep diri dapat diasumsikan memiliki tiga keutamaan yaitu dapat dipelajari, dapat diorganisir, dan dinamis.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Mahasiswa Calhoun dan Acocella dalam Syahputra (2005) berpendapat bahwa konsep diri seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor keluarga yaitu orang tua yang merupakan kontak
34
sosial yang paling awal dan paling kuat dialami oleh individu. Sehingga orang tua menjadi sangat kuat pengaruhnya terhadap anak karena apa yang dikomunikasikan oleh orang tua pada anak, akan cepat ditanggap oleh anak daripada informasi lain yang diterima anak sepanjang hidupnya. Sedangkan Azwar dalam Jamaluddin (1997) berpendapat bahwa konsep diri seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu orang lain dianggap penting dan orang yang dianggap persetujuannya bagi setiap gerak-geriknya dan pendapatnya. Sementara itu Rahmat dalam Wijaya (2000) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah : (a) orang lain :
tidak semua orang memiliki pengaruh yang sama pada
masing-masing diri individu, tetapi yang paling berpengaruh pada diri individu tersebut adalah orang-orang terdekat seperti orang tua, saudara dan orang yang tinggal satu rumah dengan individu yang bersangkutan karena memiliki hubungan yang emosional; dan (b) kelompok rujukan : setiap kelompok memiliki norma-norma tertentu di mana ada kelompok yang secara emosional mengikat individu dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri. Burns (1993) menyebutkan bahwa secara garis besar ada enam faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri, yaitu (1) citra fisik (evaluasi terhadap diri secara fisik; (2) bahasa (kemampuan melakukan konseptualisasi dan verbalisasi); (3) umpan balik dari lingkungan;(4) identifikasi dengan model; (5) peran jenis yang tepat; dan (6) pola asuh orang tua. Konsep diri individu akan terbentuk baik dan menjadi positif jika faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut berfungsi secara positif juga. Pendapat Burns ini sejalan dengan Hurlock
(1973)
yang
mengungkapkan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perkembangan konsep diri di antaranya adalah ; fisik, pakaian, nama dan nama panggilan, intelegensi, tingkat aspirasi, emosi, budaya, sekolah dan perguruan tinggi, status sosial ekonomi, dan keluarga. Pengaruh keluarga sangat besar bagi pembentukan konsep diri karena untuk beberapa waktu lamanya anak belum mengenal lingkungan sosial di luar keluarganya. 35
Pengaruh karakteristik hubungan orang tua dengan anak sangat penting dalam pembentukan identitas, ketrampilan persepsi sosial, dan penalaran. Sedangkan pada masa remaja pengaruh lingkungan sosial justru yang sangat berpengaruh. Menurut Lerner dan Spanier (dalam Nuryoto, 1993), perkembangan seseorang selain ditentukan oleh kondisi dirinya, juga dikaitkan dengan kehidupan kelompok dalam lingkungan masyarakatnya pada setiap tahap perkembangan yang dilaluinya. Garbarino
(1992)
mengemukakan
bahwa
pada
prinsipnya
dalam
proses
perkembangan manusia bisa dilihat dalam perspektif ekologi. Dalam perspektif ini individu berintraksi dengan lingkungan. Interaksi tersebut membuat kedua elemen saling memperngaruhi satu sama lain dan membentuk sistem dalam beberapa tingkatan, yang terdiri dari microsystems, mesosystems, exosystems, dan macrosystems. Mikrosistem merupakan realitas psikologis dari kehidupan nyata yang dialami oleh individu sehari-harinya yang terdiri dari lingkungan fisik tempat individu berada, lingkungan sosial di sekitar individu, dan interaksi antara kedua lingkungan di mana individu ikut berpartisipasi. Pada anak-anak ukuran mikrosistem relatif kecil karena hanya terdiri dari tempat tinggalnya, dengan siapa orang-orang yang tinggal bersamanya, dan juga bagaimana mereka berinteraksi. Seiring dengan pertambahan usia individu maka ukuran mikrosistem akan semakin besar dan individu mulai mengenal mesosistemnya. Mesosistem merupakan hubungan antara mikrosistem di mana individu yang sedang berkembang dan mengalami kenyataan hidup. Semakin kuat dan lengkap jaringan di antara seting realita maka mesosistem akan semakin kuat dalam mempengaruhi perkembangan individu. Di luar mesosistem masih ada eksosistem, yaitu situasi yang mempengaruhi orang-orang terdekat anak tanpa melibatkan anak untuk berpartisipasi langsung dalam situasi tersebut. Lingkungan pekerjaan orang tua dan rapat-rapat di sekolah adalah contoh eksosistem. Sedangkan sistem dengan tingkat paling tinggi adalah makrosistem yaitu ideology dan budaya yang melingkupi mesosistem dan 36
eksosistem. Dari uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri di atas, dapat pahami bahwa semua faktor tersebut tercakup dalam tiga perkembangan khas pada remaja, yaitu fisik, psikis, dan sosial. Ketiga perkembangan itu saling berkait dalam pembentukan konsep diri (http://id.shvoong.com) Hardy dan Heyes (1995) menyatakan bahwa ada empat faktor yang berperan penting dalam perkembangan konsep diri individu, yakni (1) reaksi yang diberikan orang lain; (2) perbandingan dengan orang lain; (3) peranan orang lain, dan (4) identifikasi terhadap orang lain. Dalam kenyataannya konsep diri terbentuk dalam waktu yang tidak singkat. Dalam arti pembentukan dimaksud merupakan reaksi yang tidak biasa dari individu yang akan dapat mengubah konsep diri. Namun bila reaksi tersebut muncul karena orang lain yang sangat berarti bagi individu misalnya reaksi dari orang tua atau teman akrabnya maka akan memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan konsep dirinya. Dalam konteks ini perlakuan orang terdekat individu akan sangat penting artinya dalam membentuk harga diri dan citra diri individu. Perlakuan dimaksud jelas sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukn konsep diri seseorang disebabkan adanya respon untuk mengubah konsep diri menjadi positif atau sebaliknya. Pandangan positif individu menjadi kunci utama dalam mewujudkan sikap percaya diri sehingga individu memiliki kecenderungan lebih besar untuk sukses. Sedangkan pandangan yang bersifat negatif lebih melihat pada kepercayaan dirinya sangat rendah sehingga cenderung mengalami kegagalan. 3. Jenis-jenis Konsep Diri Yusuf (2004:27) mengungkapkan bahwa ditilik dari jenisnya konsep diri terdiri dari empat jenis seperti diuraikan berikut ini. a. The basic self concept (real concept), yaitu konsep seseorang tentang dirinya sebagaimana adanya. Jenis ini meliputi : persepsi seseorang tentang penampilan dirinya, kemampuan 37
dan ketidakmampuanna, peranan dan status dalam kehidupannya, dan nilai-nilai, keyakinan, serta aspirasinya. b. The Transitory self concept, yaitu individu yang memiliki self concept yang pada suatu saat dia memegangnya, namun pada saat lain dia melepaskannya. Konsep diri ini mungkin menyenangkan, namun bisa juga sebaliknya. Kondisinya sangat situasional, sangat dipengaruhi oleh suasana perasaan (emosi) atau pengalaman yang terdahulu. c. The social self concept, yaitu jenis konsep diri yang berkembang berdasarkan cara individu mempercayai orang lain yang mempersepsi dirinya, baik melalui perkataan maupun perbuatan Jenis ini disebut juga “mirror image”, misalnya bila kepada seorang anak secara terus menerus dikatakan bahwa dirinya “nakal” maka dia akan mengembangkan konsep dirinya menjadi anak yang nakal. Bila anak dihina, disalahkan, dan ditolak oleh orang-orang terdekatnya maka anak akan mengembangkan sikap-sikap yang tidak menyenagkan bagi dirinya sendiri. Sebaliknya bila seorang anak diterima, dicintai, dan dihargai oleh orang-orang yang berarti baginya (orang tua, guru, dan teman), maka anak tersbut akan dapat mengembangkan sikap untuk menerima dan menghargai dirinya sendiri. Perkembangan konsep diri social individu sangat dipengaruhi oleh jenis kelompok social – baik keluarga, sekolah, teman sebaya atau masyarakat – di mana individu tersebut hidup. d. The ideal self concept, merupakan persepsi individu tentang apa yang diinginkan mengenai dirinya atau keyakinan tentang apa yang seharusnya mengenai dirinya. Konsep diri ideal ini berhubungan dengan citra fisik maupun psikis. Pada fase anak terdapat diskrepansi yg cukup renggang antara konsep diri ideal dengan konsep diri yang lainnya. Namun hal ini dapat berkurang seiring dengan perkembangan usianya, khususnya saat individu memasuki fase dewasa.
38
4. Karakteristik Konsep Diri William D.Brooks (dalam Rahkmat, 2005:105) mengatakan bahwa dalam menilai dirinya individu ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif. Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang positif dan ada yang mempunyai konsep diri yang negatif. Lebih lanjut Brooks mengemukakan sejumlah karakteristik individu yang memiliki konsep diri yang positif dan individu yang memiliki konsep diri yang negatif. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah seperti uraian berikut ini. 1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Individu mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. 2. Merasa setara dengan orang lain. Individu selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain. 3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Individu menerima pujian tanpa rasa malu, tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. 4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Individu peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat. 5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Individu mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya. Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah kepada kerendahan hati dan kedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan.
39
Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif. Sedangkan karakteristik individu yang memiliki konsep diri negatif adalah seperti berikut ini. 1. Peka terhadap kritik. Individu terlihat sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah (naik pitam), yang menampakkan bahwa ia belum dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang salah. Bagi individu seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi individu yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru. 2. Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun individu mungkin berpura-pura menghindari pujian, namun ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Untuk individu seperti ini, segala macam embel-embel yang menjunjung harga dirinya menjadi pusat perhatian. Bersamaan dengan kesenangannya terhadap pujian, merekapun hiperkritis terhadap orang lain. 3. Cenderung bersikap hiperkritis. Individu tampak selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain. 4. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Individu merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan. Ia merasa rendah diri atau bahkan berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci, mencela atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi (bermusuhan).
40
5. Bersikap pesimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam keengganan individu untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya. Sementara
itu
Rini
(http://www.e-psikologi./com/dewasa/1670502.htp)
menyebutkan bahwa individu yang memiliki konsep diri negatif maupun positif memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Individu yang memiliki konsep diri negatif meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Individu ini akan cenderung bersikap psimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Individu yang memiliki konsep diri negatif akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika ia mengalami kegagalan akan menyalahkan diri sendiri maupun menyalahkan orang lain. Individu yang memiliki konsep diri positif akan bersikap optimis, percaya diri sendiri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialami. Kegagalan tidak dipandang sebagai akhir segalanya, namun dijadikan sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah kedepan. Individu yang memiliki konsep diri positif akan mampu menghargai dirinya sendiri dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang. Dengan melihat uraian di atas maka dapat dipahami bahwa karakteristik konsep diri dapat dibedakan menjadi dua yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif Keduanya memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda antara ciri karakteristik konsep diri positif dan karakteristik konsep diri yang negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif dalam segala sesuatunya akan menanggapinya secara positif, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Ia akan percaya diri, akan bersikap yakin dalam bertindak dan berperilaku. Sedangkan individu yang memiliki konsep diri negatif akan menanggapi segala sesuatu dengan pandangan negatif pula, dia akan mengubah terus menerus konsep dirinya atau melindungi konsep dirinya itu secara kokoh dengan cara mengubah atau menolak informasi baru dar lingkungannya. 41
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan Pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu dipandang penting dalam rangka memperoleh gambaran penelitian ini secara utuh dalam posisinya dalam khazanah hasil penelitian tentang program bimbingan pribadi untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa. Untuk kepentingan tersebut dipandang perlu menjelaskan hal-hal yang relevan dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penelitian ini, terutama sebagai upaya untuk menghasilkan program bimbingan pribadi untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa. Beberapa penelitian yang relevan sebagai upaya menghasilkan program bimbingan pribadi utuk memperbaiki konsep diri dan kepribadian, di antaranya hasil penelitian penelitian Dahlan (1998: 3). Dikaji bahwa sebagai bagian dari pola kepribadian konsep diri konsep akan tergambar dalam kepribadian individu. Begitu pula dengan konsep diri seorang guru. Hasil penelitian tentang sifat-sifat guru ini mengungkapkan bahwa seorang guru diharapkan memiliki kepribadian secara ideal dan universal, yang bermakna bahwa kepribadian seorang guru dapat dibentuk dan diubah berdasarkan lingkungannya. Ada perbedaan ciri kepribadian antara guru dan bukan guru. Khusus untuk guru di tingkat SD/MI yang ideal dan universal – yang perlu dihayati dan dilaksanakan serta menyatu dalam diri guru – mencakup tiga aspek yaitu (1) pribadi yang sesuai dengan kepribadian manusia Indonesia (Pancasila), (2) pribadi yang professional, dan (3) pribadi guru sebagai orang tua kedua di sekolah. Kerpibadian terbentuk dan melekat pada diri individu tidak berdiri sendiri namun dipengaruhi dan sangat ditentukan oleh factor internal dan eksternal. Aspek internal berhubungan dengan minat, sikap, motivasi, kemampuan, akatjenis kelamin, dan kesehatan. Sedangkan aspek eksternal berkaitan erat dengan pengalaman, kondisi lingkungan kerja, kesemptan, pelatihan dan pendidikan, masa kerja, kedaan social ekonomi, dan pengaruh sejawat. Demikian pula dengan minat guru terhdap profesinya.
42
Hasil penelitian Hasan (1999) menyimpulkan bahwa banyak guru SD yang belum memiliki kebiasaan membaca dan kurang memiliki sikap professional terhadap profesinya. Sementara hasil penelitian Semarji (2006) tentang profil kemampuan dan pola keterampilan guru didapatkan bahwa pada beberapa indicator pada setiap kemampuan masih ditemukan sisi-sisi lemahnya, khususnya pada penguasaan wawasan kependidikan (kemampuan dasar mengajar), misalnya pada aspek membuka dan menutup pelajaran, aspek memberi reinforcement pada peserta didik dan keterampilan mengelola kelas.
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian Tujuan akhir penelitian ini adalah tersusunnya program bimbingan pribadi untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. Kerangka isi dan kerangka program dibuat berdasarkan kajian konsep dan teori bimbingan pribadi, teori konsep diri, kajian hasil penelitian terdahulu yang relevan, analisis permasalahan perkembangan konsep diri, dan kajian empiris tentang kondisi aktual layanan bimbingan pribadi yang terkait dengan perbaikan konsep diri mahasiswa. Sesuai dengan fokus, permasalahan, dan tujuan penelitian maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, yakni suatu metode yang menggambarkan keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilakukan, berdasarkan fakta yang ada (Furqon, 2003: 10; Arikunto, 1998: 309; Nawawi, 1993: 63). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang keadaan pribadi mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. Data yang ingin dicari adalah pribadi mahasiswa yang mantap dan belum mantap. Bila diperoleh data tentang pribadi mahasiswa yang mantap berarti mahasiswa tersebut memiliki konsep diri posistif, yang akan mengarah pada kesiapan untuk menjadi pendidik di madrasah ibtidaiyah (MI). B. Definisi Operasional Variabel Terdapat dua variabel utama dari tema penelitian yang akan diukur dan dianalisis hubungannya dalam penelitian ini, yakni variabel konsep diri mahasiswa dan bimbingan pribadi bagi mahasiswa. Adapun definisi operasional dari kedua variabel penelitian tadi
44
dijelaskan berikut ini. 1. Konsep Diri Mahasiswa Burns (1993: vi) mendefinisikan konsep diri (self concept) sebagai suatu gambaran campuran dari apa yang dipikirkan seseorang tentang pendapat orang lain mengenai dirinya, dan seperti apa seseorang menginginkan dirinya. Cara pandang individu terhadap dirinya akan membentuk suatu konsep tentang diri sendiri. Konsep tentang diri merupakan hal yang penting bagi kehidupan individu karena konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi (Calhoun & Acoccela, 1990). Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Dacey & Kenny, 1997), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Keliat, 1992). Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Penghargaan mengenai diri akan menentukan bagaimana individu akan bertindak dalam hidup. Apabila seorang individu berpikir bahwa dirinya bisa, maka individu tersebut cenderung sukses, dan bila individu tersebut berpikir bahwa dirinya gagal, maka dirinya telah menyiapkan diri untuk gagal. Jadi bisa dikatakan bahwa konsep diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap aspek pengalaman, baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan tingkah laku individu (Calhoun & Acoccela, 1990). Selanjutnya yang dimaksud dengn konsep diri dalam penelitian ini adalah cara pandang individu terhadap dirinya sendiri, baik positif maupun negatif dalam aspek citra diri, harga diri, dan penilian diri, yang terangkum dalam aspek (1) keberhasilan diri; (2) ingin dikenal dan diakui; (3) bangga terhadap diri; (4) memiliki kemampuan dan kelebihan; (5)
45
mudah bergaul; (6) Kooperatif; dan (7) daya tarik. 2. Program Bimbingan Pribadi Winkel (1997 : 142) mengartikan bimbingan pribadi sebagai bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri, dalam mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagiannya, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan pergaulan sosial. Sementara itu Surya (1995 : 38) mengatakan bahwa bimbingan pribadi adalah bimbingan membantu individu untuk mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi sebagai akibat kekurangmampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan aspekaspek perkembangan, keluarga, persahabatan, belajar, cita-cita, konflik, seks, sosial, finansial, pekerjaan dan lain-lain. Selanjutnya Juntika (2003 : 21) mengemukakan bahwa bimbingan sosial pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial pribadi, yaitu hubungan dengan sesama teman mahasiswa, dosen dan staf, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mahasiswa tinggal dan penyelesaian konflik. Bimbingan sosial pribadi di arahkan untuk memantapkan dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Dalam penelitian ini bimbingan pribadi ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu, yang diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif, serta keterampilan-keterampilan sosial pribadi yang tepat. Program bimbingan pribadi ini ditujukan untuk memperbaiki konsep diri
46
negatif pada mahasiswa Prodi PGMI Fakutas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. Yang dimaksud dengan mahasiswa Prodi PGMI dalam studi ini adalah individuindividu yang sedang mengikuti proses pendidikan dalam mempersiapkan diri di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung untuk menjadi guru pada madrasah ibtidaiyah (MI) guna menjadi guru yang profesional. C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung angkatan 2012 yang sekarang berada pada semester dua. Jumlah mahasiswa tersebut 120 orang yang terdistribusi pada empat kelas, yaitu kelas A, B, C, dan D. Dari populasi yang ada diambil sampel dengan menggunakan teknik random sampling, Furqon (1997: 135) mengemukakan agar mewakili populasi sampel dimaksud harus diambil secara acak (random) di mana setiap anggotaa populasi memiliki kesempatan untuk diambil sebagai sampel. Bailey (1982) mengatakan bahwa dalam penelitian sosial sampel bisa diambil paling sedikit seratus satuan sementara itu Fraenkel (1990: 85) mengemukakan sebagai pedoman umum untk menentukan jumlah minimum sampel adalah untuk penelitian deskriptif sebanyak 100 (seratus) sampel. Berangkat dari pedoman di atas maka diambil sampel sebanyak 50 % dari populasi yang ada : 50 % X 120 = 60 dengan perincian 20 orang untuk masing-masing kelas. Selanjutnya peneliti menetapkan sumber data dan responden dari pihak dosen yang yang mengajar di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung sebanyak 20 orang yang berperan sebagai dosen pembimbing akademik. D. Data dan Instrumen Pengumpul Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data tentang konsep diri
47
mahasiswa dan data tentang bimbingan pribadi yang dilakukan dosen pembimbing akademik. Instrumen Pengumpul Data Untuk mengungkap data tentang gambaran profil konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung digunakan kuesioner. Instrumen ini dikembangkan mengacu pada cara pandang mahasiswa terhadap dirinya (positif atau negatif) dari aspek citra diri, harga diri, dan penilain diri. Kuesioner digunaakan karena responden jumlahnya cukup banyak dan diberikan dalam waktu yang singkat. Mahasiswa diberikan sejumlah pertanyaan yang sama dan mereka memiliki kebebasan untuk memberikan keterangan. Mereka juga memiliki waktu yang cukup untuk menjawab pertanyaan sehingga dimungkinkan juga akan terhindar dari subyektivitas. Untuk memperkuat data yang diperoleh melalui kuesioner, dilakukan wawancara (yang dilakukan dengan para dosen PA) dan observasi. Untuk itu dikonstruksi pedoman wawancara yang memuat aspek-aspek yang akan diwawancarai, antara lain tentang kontribusi dosen yang berperan sebagai dosen PA dalam memberikan layanan bimbingan khususnya yang mengarah kepada perbaikan konsep diri mahasiswa. Dengan adanya pertanyaan-pertanyaan tersebut diperoleh jawaban subjek penelitian, kemudian jawaban tersebut diperdalam lagi dengan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya, hingga diperoleh data yang lengkap. Sedangkan observasi dilakukan untuk mengetahui daya dukung yang ada di lingkungan kampus IAIN Raden Intan Lampung terhadap perbaikan konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. 1. Menyusun Kisi-kisi Kisi-kisi instrumen penelitian dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan menganalisis sejumlah literatur yang berhubungan dengan topik penelitian, memperhatikan
48
definisi operasional, indikator dan meminta sejumlah masukan dari tiga orang dosen PA. Masukan ketiga dosen PA dimaksud berkenaan dengan pasangan dari setiap item antara positif dengan positif untuk menghindari kecenderungn responden memilih indikator positif jika pasangannya berlawanan antara positif dengan negatif. Demikian juga masukan yang berkenaan dengan uji keterbacaan khususnya dalam penggunan bahasa baku dengan EYD. Awalnya dikembang 45 item indikator konsep diri yang dikembangkan dari teori Brookover (1967), namun berdasarkan masukan tadi terpakai 35 item. Instrumen tadi selanjutnya diujicobakan kepada 30 orang mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling guna mengetahui tingkat keterbacaan mahasiswa. Dengan kata lain mahasiswa bukan hanya memahami petunjuk pengisian namun juga mengerti isi pernyataan dari item-item yang disodorkan. Dari 35 item pernyataan yang diberikan ternyata hasilnya mahasiswa tidak mengalami kesulitan dalam memahami petunjuk dan pernyataan-pernyataan dalam mengerjakan item-item soal dimaksud. Kisi-kisi tentang konsep diri dapat disimak dalam tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Konsep Diri Akademik Mahasiswa No
Aspek
1.
Citra Diri
2.
Harga Diri
3.
Penilaian Diri
Indikator a. Keberhasilan Diri b. Ingin Dikenal c. Ingin Diakui a. Bangga terhadap Diri b. Memiliki Kemampuan c. Memiliki Kelebihan a. Mudah Bergaul b. Kooperatif c. Daya Tarik
Jumlah Item 5 4 4 4 5 3 4 3 3
Selanjutnya dikembangkan kisi-kisi pedoman wawancara. Pedoman wawancara ini
49
dimaksudkan untuk memperoleh data tentang (1) pemahaman para dosen pembimbing Akademik (PA) dalam memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung; (2) upaya yang dilakukan para dosen pembimbing Akademik (PA) dalam memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung; dan (3) daya dukung lingkungan kampus IAIN Raden Intan Lampung terhadap perbaikan konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. Kisi-kisi dimaksud dapat disimak dalam tabel 3.2 berikut ini. Tabel 3.2 Pemahaman dan Upaya yang Dilakukan Dosen Pembiming Akademik serta Daya Dukung Lingkungan Lingkungan Kampus dalam Memperbaiki Konsep Diri Mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung
A. Pemahaman Dosen Pembiming Akademik dalam Memperbaiki Konsep Diri Mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung NO PERTANYAAN JAWABAN 1 Apa yang dijadikan rujukan program bimbingan pribadi di Prodi PGMI untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa ? 2 Apa yang dijadikan tujuan program bimbingan pribadi di Prodi PGMI untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa? 3
Apa saja lingkup materi layanan kegiatan program bimbingan pribadi di Prodi PGMI untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa?
B. Upaya yang Dilakukan Dosen Pembiming Akademik dalam Memperbaiki Konsep Diri Mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung NO PERTANYAAN JAWABAN 1 Bagaimana Proses bimbingan pribadi di Prodi PGMI untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa ? 2 Seperti apa penilaian bimbingan pribadi di Prodi PGMI untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa ? 3 Seperti apa perlakuan dosen PA kepada mahasiswa yang memerlukan perhatian khusus terkait dengan konsep diri? 4 Apa saja faktor pendukung yang dihadapi dosen PA dalam 50
5
melaksanakan bimbingan pribadi di Prodi PGMI untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa? Apa saja faktor penghambat yang dihadapi dosen PA dalam melaksanakan bimbingan pribadi di Prodi PGMI untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa?
C. Daya Dukung Lingkungan Lingkungan Kampus IAIN Raden Intan Lampung terhadap Perbaikan Konsep Diri Mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung NO PERTANYAAN JAWABAN 1 Bagaimana dukungan personal kampus dalam membantu mahasiswa Prodi PGMI dalam upaya memperbaiki konsep diri? 2 Bagaimana dukungan sarana dan prasarana kampus dalam membantu mahasiswa Prodi PGMI memperbaiki konsep diri? Untuk memperkuat data yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara di atas, dilakukan observasi terutama untuk melihat sarana dan prasana layanan bimbingan dan konseling di IAIN Raden Intan Lampung terutama yang ada di Fakultas Tarbiyah. Sarana dan prasana di maksud antara lain personil layanan bimbingan, buku-buku pedoman layanan bimbingan, alat pengumpul data, alat penyimpanan data, perlengkapan administrasi layanan bimbingan, serta ruang bimbingan dan konseling. Untuk keperluan observasi dimaksud dibuat kisi-kisi observasi seperti tabel 3.3 berikut ini. Tabel 3.3 Daya Dukung Lingkungan Kampus IAIN Raden Intan Lampung dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
No 1.
Aspek yang Diobservasi Personil a. Konselor (Dosen Pembimbing) b. Petugas Administrasi
2.
Buku-buku Pedoman a. Pogram Bimbingan b. Kurikulum Bimbingan c. Buku-buku Sumber Layanan Alat Pengumpul Data
3.
51
Sumber Data Rektor, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, dan Ketua Prodi PGMI Dosen Pembimbing Akademik
4.
5.
a. Angket b. Pedoman Wawancara c. Daftar Cek Masalah d. Pedoman Observasi e. Daftar Nilai Prestasi f. Blangko Sosiometri g. Buku/ Kartu Pribadi h. Buku/Kartu Konseling i. Buku/Kartu Home Visit Perlengkapan Administrasi a. Form Surat b. Panggilan Mahasiswa c. Agenda Surat d. Papan Informasi e. Alat Tulis (ATK) Ruang Bimbingan (individual dan Kelompok) a. Ruang Kerja Konselor b. Ruang Dokumentasi
E. Teknik Analisis Data Terdapat empat kelompok data yang diperoleh melalui penelitian ini, yaitu (1) profil konsep diri yang ditampilkan oleh mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung, (2) pemahaman para dosen pembimbing Akademik (PA) dalam memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung, (3) upaya yang dilakukan para dosen pembimbing Akademik (PA) dalam memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung, dan (4) daya dukung lingkungan kampus IAIN Raden Intan Lampung terhadap perbaikan konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. Teknik analisis data yang digunakan terhadap hasil penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Untuk menggambarkan profil konsep diri yang ditampilkan oleh mahasiswa Prodi
52
PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung, maka jawaban mahasiswa tersebut dicari prosentasenya kemudian dianalisis (dimaknai). Sedangkan untuk data lainnya (data kedua, ketiga dan keempat) jawabannya dianalisis secara naratif. Berdasarkan analisis data dimaksud maka selanjutnya disusun program bimbingan pribadi untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.
53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A Hasil Penelitian 1. Profil Konsep Diri Mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung Berdasarkan hasil penelitian yang dijaring melalui kuesioner konsep diri akademik kepada para mahasiswa yang menjadi subjek penelitian maka diperoleh gambaran profil konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fak. Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung, seperti pada tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Profil Konsep Diri Mahasiswa Prodi PGMI No
Aspek
Indikator
1.
Citra Diri
a. b. c.
2.
Harga Diri
a. b. c.
3.
Penilaian Diri
a. b. c.
% ∑ Mahasiswa yang Memiliki Konsep Diri Positif Keberhasilan Diri 15 orang = 25,7 Ingin Dikenal % Ingin Diakui 24 orang = 40,7 % 14 orang = 24 % Bangga terhadap Diri 8 orang = 14 Memiliki Kemampuan % dan keterampilan Memiliki kelebihan 10 orang = 17,3 % 16 orang = 41,3 % Mudah Bergaul 16 orang = 26 Kooperatif % Daya tarik 9 orang = 14,3 % 26 orang = 44 %
% ∑ Mahasiswa yang Memiliki Konsep Diri Negatif 45 orang = 74,3 % 36 orang = 58,3 % 46 orang = 76 %
52 orang =
86 %
50 orang = 82,7 % 44 orang = 58, 7 %
44 orang = 74 % 51 orang = 85,3 % 34 orang = 54 %
Temuan penelitian menggambarkan bahwa dalam aspek citra diri dengan indikator keberhasilan diri 25,7% mahasiswa memiliki konsep diri positif dan 74, 3% 54
memiliki konsep diri negatif, pada indikator ingin dikenal 40,7% memiliki konsep diri positif dan 59,3% memiliki konsep diri negatif, dan pada indikator ingin diakui 24% memiliki konsep diri positif dan 76% memiliki konsep diri negatif. Sedangkan pada aspek harga diri dengan indikator bangga terhadap diri 14% mahasiswa memiliki konsep diri positif dan 86 % memiliki konsep diri negatif; pada indikator mempunyai kemampuan dan keterampilan 17,3% memiliki konsep diri positif dan 82,7% memiliki konsep diri negatif; dan pada indikator memiliki kelebihan 41,3% memiliki konsep diri positif dan 58,7% memiliki konsep diri negatif. Adapun pada aspek penilaian diri dengan indikator mudah bergaul 26% memiliki konsep diri positif dan 74% memiliki konsep diri negatif; pada indikator kooperatif 14,3% memiliki konsep diri positif dan 85,3% memiliki konsep diri negatif; pada indikator daya tarik 44% memiliki konsep diri positif dan 56% memiliki konsep diri negatif.
2. Pemahaman Dosen PA dalam Memperbaiki Konsep Diri Mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung Pemahaman para dosen pembimbing akademik dalam memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung diperoleh dengan wawancara. Pedoman wawancara memuat tiga item pertanyaan yaitu (1) apa yang dijadikan rujukan program bimbingan pribadi mahasiswa Prodi PGMI Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung?; (2) apa yang dijadikan tujuan program bimbingan pribadi mahasiswa Prodi PGMI Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung? (3) apa saja lingkup materi layanan kegiatan program bimbingan bagi mahasiswa Prodi PGMI untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa? Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan konsep diri mahasiswa sebagai calon guru di madrasah ibtidaiyah dipahami para dosen PA sebagai sesuatu yang sangat penting. 55
Para dosen menjelaskan bahwa perbaikan konsep diri mahasiswa memiliki peranan yang signifikan dalam keseluruhan pembentukan kepribadian calon guru. Seorang guru harus memiliki pandangan positif terhadap dirinya sendiri dalam makna bahwa guru hendaknya memandang, menerima, dan menghargai dirinya sendiri secara hangat, hormat, nyaman, dan simpatik sehingga akan memperoleh penghargaan dari orang lain dalam bentuk kehangatan, dihormati, perasaan disenangi, diterima secara nyaman dan disimpatik sehingga akan memperlakukan anak didiknya seperti yang dia peroleh dari orang lain. Sementara itu temuan penelitian memperlihatkan bahwa dalam melaksanakan layanan bimbingan akademik/pribadi tidak berdasarkan program bimbingan akademik atau bimbingan pribadi karena tidak ada pedoman atau petunjuk pelaksanaan layanan bimbingan akademik taupun layanan bimbingan pribadi yang dibakukan. Dalam pelaksanaan layanan bimbingan tidak dilaksanakan secara periodik, namun hanya secara insidental, yakni ketika mahasiswa akan mengontrak kredit semester dengan menandatangani kartu rencana studi (KRS). Dosen PA hanya melakukan layanan bimbingan bila ada mahasiswa yang datang kepada mereka karena menghadapi masalah baik khususnya masalah akademik yang harus diselesikan. Adapun temuan penelitian tentang ruang lingkup materi kegiatan bimbingan pribadi mahasiswa adalah (a) pengenalan kampus; (b) kebiasaan belajar yang baik; (c) materi belajar di perguruan tinggi; dan (d) etika pergaulan. 3. Upaya yang Dilakukan Dosen PA dalam Memperbaiki Konsep Diri Mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung Upaya yang dilakukan dosen PA dalam memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung diperoleh dengan wawancara. Pedoman wawancara memuat lima item pertanyaan yaitu (1) bagaimana proses pemberian layanan bimbingan pribadi mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung? (2) seperti apa perlakuan dosen PA kepada mahasiswa yang memerlukan perhatian khusus terkait dengan konsep diri? (4) apa saja faktor 56
pendukung yang dihadapi dosen PA dalam melaksanakan bimbingan pribadi di Prodi PGMI untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa? (5) apa saja faktor penghambat yang dihadapi dosen PA dalam melaksanakan bimbingan pribadi
di Prodi PGMI untuk memperbaiki
konsep diri mahasiswa? Temuan penelitian tentang bagaimana proses pemberian layanan bimbingan pribadi mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung adalah bahwa proses pemberian layanan bimbingan pribadi belum dilaksanakan dosen terutama yng berkenaan dengan layanan bantuan untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa. Para dosen PA biasanya melakukan kegiataan bimbingan akademik melalui dua kegiatan yaitu terintegrasi dalam proses perkuliahan di kelas dan di luar perkuliahan (luar kelas). Dalam kegiatan perkuliahan biasanya dosen mengaplikasikan nilai-nilai bimbingan dalam proses perkuliahan sehingga mahasiswa merasa termotivasi untuk belajar secara optimal, misalnya dengan membuat suasana kelas tidak tegang, bersikap ramah, respek dan tidak arogan. Beberapa dosen berupaya mengembangkan potensi intelektual mahasiswa melalui proses diskusi di kelas, dan meminta mahasiswa untuk disiplin dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. Sedangkan pemberian di luar perkuliahan (luar kelas) adalah bimbingan individual saat ada penandatanganan KRS atau saat mahasiswa datang meminta bimbingan karena ada masalah akademis. Namun kegiatan bimbingan yang terakhir sangat insidental dan haya sebatas layanan yang berkaitan dengan masalah akademik bukan masalah pribadi apalagi yang berkaitan dengan perbaikan konsep diri. Sedangkan temuan penelitian tentang perlakuan dosen terhadap mahasiswa yang memerlukan perlakuan dan perhatian khusus adalah dosen belum memberikan pelayanan bimbingan sebagaimana seharusnya terhadap mahasiswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa ataupun yang memerlukan bimbingan responsif berkenaan dengan konsep diri dan pengembangannya secara efektif. Adapun temuan penelitian tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi dosen PA dalam melaksanakan proses pembimbingan untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa
57
adalah dosen belum mampu melaksanakan pembimbingan sebagaimana mestinya untuk membantu mahasiswa mengembangkan potensi atau tugas-tugas perkembangannya secara optimal agar mereka memiliki kemampuan intelektual dan professional dan berkepribadian yang mantap. Para dosen kurang memiliki kesempatan dan atau kemampuan untuk membantu mahasiswa dalam mengatasi masalahnya. Sehingga potensi mahasiswa dan tugas-tugas perkembangannya kurang dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Mahasiswa kurang terbantu dalam hal pengembangan diri dan konsep diri, misalnya kurang memahami berbagai peluang pengembangan diri dan kurang meyakini keunikan diri sebagai aset yang harus dikembangkan secara harmonis dalam kehidupan. Para dosen PA belum menganggap bahwa layanan bimbingan dan konseling merupakan komponen sistem pendidikan di pergurun tinggi. 4. Daya Dukung Lingkungan Kampus IAIN Raden Intan Lampung terhadap Perbaikan Konsep Diri Mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung Temuan penelitian tentang daya dukung lingkungan kampus terhadap perbaikan konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung dijaring dengan dua item pedoman wawancara yaitu (1) bagaimana dukungan personal kampus dalam membantu mahasiswa Prodi PGMI dalam upaya memperbaiki konsep diri? dan (2) bagaimana dukungan sarana dan prasarana kampus dalam membantu mahasiswa Prodi PGMI memperbaiki konsep diri? Temuan penelitian tentang dukungan personal dalam membantu meningkatkan kecerdasan spiritual anak adalah bahwa semua personel kampus memberikan dukungan untuk membantu memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI. Namun dukungan tersebut baru terbatas pada wacana. Sebagian dosen PA belum mengetahui bagaimana cara untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI. Namun mereka mengetahui dan meyakini bahwa konsep diri yang positif sangat penting untuk dikembangkan pada semua orang
58
terutama pada mahasiswa Prodi PGMI sebagai calon guru yang akan mengajar di level pendidikan dasar. Tanpa adanya pemahaman dari mahasiswa tentang konsep diri positif dan cara mengembangkannya maka mahasiswa akan kehilangan makna tentang konsep dirinya sendiri dan tidak akan memahami apa saja indikator perilaku konsep diri yang positif ataupun yang negatif. Sementara itu ditemukan juga bahwa pimpinan perguruan tinggi (rektor) dan pimpinan fakutas (dekan) di IAIN Raden Intan Lampung belum menetapkan kebijakan yang mendukung pengembangan layanan bimbingan dan konseling secara umum, apalagi yang berkenaan dengan bimbingan pribadi secara khusus. Di sini dapat dipahami bahwa para pimpinan IAIN belum memiliki pandangan dan perlakuan bahwa layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu unsur terpadu dalam keseluruhan program pendidikan di perguruan tinggi. Sehingga belum terlihat adanya dukungan terhadap layanan bimbingan dan konseling sebagai layanan profesional yang berfungsi dan bertujuan membantu mahasiswa mencapai perkembangan yang optimal melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Sedangkan temuan penelitian tentang dukungan sarana dan prasarana kampus dalam membantu mahasiswa Prodi PGMI memperbaiki konsep dirinya masih belum memadai. Belum adanya konselor yang khusus bertugas di unit pelaksana teknis layanan bimbingan dan konseling kampus, demikian juga belum ada petugas administrasi layanan bimbingan dan konseling. Buku-buku pedoman bimbingan juga belum tersedia. Ruangan bimbingan dan konseling untuk tingkt fakultas sudh ada yaitu ruangan bimbingan dan konseling di Prodi BK namun belum memadai kaena ruangannya sempit dan belum dilengkapi dengan perlenkapanperlengkapan yang menunjang dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Ruangan layanan bimbingan inipun tidak secara khusus dipergunakan untuk ruangan lyanan bimbingan namun digunakan pula sebagai ruang praktikum BK. Pemberian layanan bimbingan hanya diberikan oleh dosen PA. Para dosen PA pun belum memberikan layanan
59
bimbingan secara maksimal. Mereka jarang menetapkan jadwal konsultasi, artinya dosen tidak menyediakan hari tertentu untuk bimbingan tetapi mahasiswalah yang meminta bimbingan dengan menghubunginya melalui telepon karena para dosen PA jarang ada di ruangannya. 5. Program Bimbingan Pribadi yang Dikembangkan PA untuk Memperbaiki Konsep Diri Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Fak. Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung Program bimbingan pribadi yang akan dirancang dan dikembangkan di Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung seyogyanya mengacu pada program bimbingan dan konseling secara umum yang telah terlebih dahulu dikembangkan dan diaplikasikan di beberapa perguruan tinggi, yang memuat layanan bimbingan pribadi. Salah satu isu mendasar yang mewarnai perkembangan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi adalah berkaitan dengan keberadaan dan posisinya dalam keseluruhan penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi serta kontribusinya bagi upaya peningkatan mutu lulusan khususnya yang berkaitan dengan sumbangan khas-nya bagi peningkatan dan pengembangan komptensi mahasiswa sehingga aspek-aspek tugas pekembangan yang semestinya tampil menjadi dimensi keunggulan mahasiswa dapat diwujudkan secara optimal. Sejumlah aspek tugas perkembangan mahasiswa yang perlu diwujudkan – selain perkembangan pribadi sosial yang salah satu dimensinya adalah konsep diri yang memadai – adalah perkembangan intelektual. Dalam aspek perkembangan intelektual menujukkan bahwa masih cukup dominan mahasiswa yang posisi perkembangan intelektualnya berada pada tingkat simplisistik, memandang ilmu pengetahuan secara absolute, menggunakan dukungan data, dan strategi problem solving yang sangat sedikit. Gejala ini ditandai dengan cara pandang terhadap konsep dan gagasan secara absolut, yaitu sebagai betul dan salah atau baik dan buruk. Dalam keseharian ditandai oleh masih banyaknya mahasiswa yang dalam 60
menjawab soal-soal ujian hanya berada pada level tebak-terka tanpa dilandasi oleh sistematika berpikir yang memadai. Adapun dalam aspek perkembangan pribadi sosial kecenderungan perkembangannya juga belum sehat dan optimal yang memeperlihatkan bahwa dalam kawasan ini mahasiswa sangat membutuhkannya; sehingga gejala vandalism dikampus, dilakukannya beberapa tindakan
kriminal
di
kampus,
perkelahian
antar
penyalahgunaan obat-obat terlarang dapat terhindari.
kelompok
mahasiswa
ataupun
Adanya layanan bimbingan dan
konseling di kampus diharapkan mampu berperan nyata dalam upaya mengoptimalkan pencapaian konsep diri yang baik dalam diri mahasiswa. Kajian analitis ini sejalan dengan pemikiran Semiawan (2004) dan Supriadi (2003) bahwa kian rumitnya situasi kehidupan di masa depan yang dihadapi mahasiswa di satu sisi dan semakin beragamnya karakteristik dan kondisi mahasiswa di sisi lain menuntut peningkatan mutu layanan pendidikan. Maksud pemikiran ini adalah di samping peningkatan komponen layanan instruksional maka peningkatan layanan bimbingan dan konseling perlu lebih dikembangkan. Persoalannya adalah belum ada upaya yang terprogram secara sistemik untuk mengelola kondisi lingkungan mahasiswa agar mereka mampu menunaikan semua aspek tugas perkembangan. Kajian terhadap profil konsep diri yang ditampilkan oleh mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi sangat diperlukan kehadirannya sebagai mitra layanan pendidikan yang lain, namun belum didukung oleh formulasi peluncuran yang sistemik. Dalam konteks upaya perbaikan konsep diri mahasiswa, temuan di atas mengandung implikasi yang sangat mendasar, yaitu sangat mendesak dikembangkannya program layanan bimbingan pribadi yang aspiratif dan komprehensif.
61
B. Pembahasan Hasil Penelitian Setelah mendeskripsikan hasil penelitian langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan dan membahas hasil penelitian tentang jawaban atas pertanyaan penelitian 1. Profil Konsep Diri Mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung Hasil penelitian tentang profil konsep diri mahasiswa menunjukkan bahwa konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung mayoritas masih negatif. Dikatakan Brookoper (Sukartini, 1999) rumusan konsep ini merupakan hasil orientasi individu tentang dirinya dalam lingkungannya dalam konteks kemampuan dan ketidakmampuannya dalam mempelajari diri dibandingkan dengan orang lain. Bila individu memperoleh penghargaan dari pihak lain dalam bentuk kehangatan, disenangi, dihormati dan diterima dengan sikap empatik maka dalam dirinya akan timbul harga diri positif, namun sebaliknya bila hal-hal dimaksud tidak diperolehnya maka yang timbul adalah harga diri yang negatif. Demikian juga bila timbul orientasi mendalam tentang kelemahan dan ketidakmampuan dalam dirinya maka akan berujung pada konsep diri negatif. Muatan makna yang perlu dicermati dari data di atas adalah bahwa masalah konsep diri yang negatif dapat memunculkan masalah pibadi dan ini mengisyaratkan bahwa dalam menjalani studinya mahasiswa “diganggu” oleh kesulitan-kesulitan yang bersifat pribadi. Tafsiran ini menggiring dugaan bahwa sumber kesulitan belajar dan keterlambatan penyelesaian studi mahasiswa bukan disebabkan oleh ketidakmampuan akademik melainkan karena terbelenggu oleh kesulitan-kesulitan yang bersifat nonakademik. Dalam konteks pikir lembaga pendidikan sebagai fsilitator optimalisasi perkembangan pribadi peserta didik (mahasiswa), temuan ini mengajak dilakukannya pengembangan spektrum layanan pendidikan di perguruan tinggi. Dalam bahasa yang lebih operasional, komponen pendidikan (perkuliahan) dan bimbingan akademik perlu diutuhkan dengan layanan yang memfokuskan kepedulian kepada upaya membantu perkembangan pribadi 62
mahasiswa. Untuk itu tidaklah keliru bila para personil yang ada di perguruan tinggi mendukung pengembangan layanan bimbingan ini dengan berpandangan positif terhadap keberadaan dan fungsi layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi, meskipun belum sepenuhnya “sejalan” dengan hakikat dan makna bimbingan dan konseling, namun mendukung upaya pengembangannya di lingkungan perguruan tinggi. Dengan dukungan ini diharapkan keberadaan dan kekuatan perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan formal paling puncak akan mampu mewujudkan output yang berorientasi ke masa depan, berwawasan luas, bersikap dan berperilaku futuristik dan antisipatoris.
2. Pemahaman Dosen PA dalam Memperbaiki Konsep Diri Mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung Pemahaman para dosen pembimbing akademik (PA) tentang perbaikan konsep diri mahasiswa menjadi sangat urgen bagi penelitian ini. Para dosen PA mengatakan bahwa perbaikan konsep diri mahasiswa sebagai calon guru di madrasah ibtidaiyah merupakan sesuatu yang sangat penting. Para dosen menjelaskan bahwa perbaikan konsep diri mahasiswa memiliki peranan yang signifikan dalam keseluruhan pembentukan kepribadian calon guru. Seorang guru harus memiliki pandangan positif terhadap dirinya sendiri dalam makna bahwa guru hendaknya memandang, menerima, dan menghargai dirinya sendiri secara hangat, hormat, nyaman, dan simpatik sehingga akan memperoleh penghargaan dari orang lain dalam bentuk kehangatan, dihormati, perasaan disenangi, diterima secara nyaman dan disimpatik sehingga akan memperlakukan anak didiknya seperti yang dia peroleh dari orang lain. Konsep diri positif dan pengembangannya menjadi salah satu aspek yang sangat penting bagi pengembangan kemampuan professional guru secara lebih komprehensif. Dengan memiliki konsep diri yang positif maka mahasiswa akan mempunyai sikap respek terhadap diri sendiri, mampu mearawat dan mengembangkan diri, dan mampu memanfaatkan
63
kemmpuan diri secara efektif. Sikap respek terhadap diri sendiri diperlukan calon guru sehingga membuatnya memiliki konsep diri dan kepercayaan diri, serta menyadari dan memahami potensi ya ng dimilinya. Dengan mempunyai respeksibilitas yang tinggi maka mahasiswa akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan kemampun diri dan menyadari keterbatasan dirinya, sehingga muaranya adalah pendalian emosi menjadi relative lebih stabil dan konsep diri positifnya semakin kokoh dan mantap. Berkaitan dengan pernyataan di atas Sukartini (1997: 40) mengatakan bahwa konsep diri individu bukan hanya pandangannya tentang diri dalam lingkungannya namun juga mencakup tentang kemampuan dan ketidakmampuan individu dalm memperlajari diri dibandingkan dengan yang lain. Rogers (1959) menjelaskan bahwa jika individu memperoleh penghargaan dari orang lain dalam bentuk kehangatan, perasaan disenangi, dihormati, dan diterima maka akan tumbuh harga diri positif. Sebalikya jika individu tidak mendapat penghormatan atau tidk dihargai orang lain maka akan tumbuh harga diri negatif. Dijelaskan Yusuf (2004) karakteristik individu yang memiliki konsep diri negatif antara lain (1) anti kritik dan suka marah bila dikritik, (2) senang dipuji, (3) suka meremehkan dan mencela orang lain, (4) merasa tidak disenangi, ditolak, atau tidak diperhatikan orang lain sehingga kurang akur dalam berteman, dan (5) bersikap pesimis dalam suasana persaingan dan masa depan.
3. Upaya yang Dilakukan Dosen PA dalam Memperbaiki Konsep Diri Mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung Temuan penelitian tentang bagaimana proses pemberian layanan bimbingan pribadi mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung adalah bahwa proses pemberian layanan bimbingan pribadi secara khusus belum dilaksanakan dosen terutama yang berkenaan dengan layanan bantuan untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa. Para dosen PA biasanya melakukan kegiataan bimbingan akademik melalui dua kegiatan yaitu terintegrasi dalm proses perkuliahan di kelas dan di luar perkuliahan (luar 64
kelas). Dalam kegiatan perkuliahan biasanya dosen mengaplikasikan nilai-nilai bimbingan dalam proses perkuliahan sehingga mahasiswa merasa termotivasi untuk belajar secara optimal, misalnya dengan membuat suasana kelas tidak tegang, bersikap ramah, respek dan tidak arogan. Beberapa dosen berupaya mengembangkan potensi intelektual mahasiswa melalui proses diskusi di kelas, dan meminta mahasiswa untuk disiplin dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. Sedangkan pemberian di luar perkuliahan (luar kelas) adalah bimbingan individual saat ada penandatanganan KRS atau saat mahasiswa datang meminta bimbingan karena ada masalah akademis. Namun kegiatan bimbingan yang terakhir sangat insidental dan haya sebatas layanan yang berkaitan dengan masalah akademik bukan masalah pribadi apalagi yang berkaitan dengan perbaikan konsep diri. Secara umum bimbingan akademik diarahkan untuk membantu mahasiswa memperlancar kegiatan dan kehidupan akademiknya di kampus. Bila mahasiswa mengalami suatu masalah – masalah pribadi atau akademik – maka diberikan tindakan layanan bantuan untuk mengembangkan sikap dan perilaku efektif dan proaktif. Layanan bimbingan ini juga selain dimaksudkan untuk membantu mahasiswa agar memiliki pemahaman diri sebagai individu yang unik – khususnya yang menyangkut kelebihan dan ketebatasan kemampuan diri – juga bakat, minat, dan kondisi sosialnya juga diarahkan untuk pengembangan kemampuan mengambil keputusan yang efektif sesuai dengan rencana masa depan dan tujuan hidupnya. Dalam konteks membantu mahasiswa untuk memperbaiki konsep diri ini Yusuf (2009: 1) mengemukakan bahwa dosen sebagai pendidik dan pembimbing hendaklah berupaya membuat mahasiswa meraih catur sukses (empat keberhasilan) mahasiswa, yaitu (1) sukses pribadi, (2) sukses sosial, (3) sukses akademik, dan (4) sukses karier. 4. Daya Dukung Lingkungan Kampus IAIN Raden Intan Lampung terhadap Perbaikan Konsep Diri Mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung Temuan penelitian tentang daya dukung lingkungan kampus terhadap perbaikan konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan 65
Lampung menunjukkan bahwa sarana dan prasarana bimbingan dan konseling di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung sampai saat ini belum memadai. Konselor khusus untuk membantu mahasiswa belum ada sehingga pemberian layanan bimbingan
dan konseling dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah mahasiswa
belum bias diwujudkan, baik dalam bentuk layanan bimbingan pribadi maupun dalam aspekaspek layanan bimbingan sosial, akademik maupun karier. Mahasiswa belum memperoleh layanan bantuan walaupun hanya sebatas layanan pemecahan masalah atau perbaikan perilaku mahasiswa saat menghadapi masalah. Sejatinya layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi dapat menemukan relevansi dan kontribusinya terutama dalam mengembangkan kompetensi nilai dan sikap serta kompetensi untuk menghadapi perubahan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Djoyonegoro (2005: 4) bahwa ada empat jenis kompetensi yang dapat disumbangkan perguruan tinggi untuk mengembangkan kualitas manusia seperti yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Jenis-jenis kompetensi yang dimaksud adalah pertama, kompetensi
akademik
yaitu
kompetensi
yang
berkenaan
dengan
kiat
dan
kemampuanmetodologis keilmuan dalam rangka penguasaan dan pengembangan iptek; kedua, kompetensi professional yakni kompetensi yang berkenaan dengan wawasan, perilaku, dan kemampuan penerapan iptek dalam realitas kehidupan bermasyarakat; ketiga komptensi nilai dan sikap – yang membingkai komptensi sebelumnya sehingga lebih bermakna – berkenaan dengan kemampuan untuk selalu menempatkan segala pesoalan dalam kerangka nilai-nilai budaya bangsa dan iman dan takwa kepada Allah; dan keempat kompetensi untuk menghadapi perubahan dalam konteks mampu memahami makna dan hakikat perubahan yang terjadi, mampu mengsntisipasi arah dan kecenderungan perubahan, dan mampu mengelola dan memanfaatkan perubahan untuk mencapai keunggulan masa depan.
66
Daya dukung lingkungan kampus dalam konteks penyediaan sarana dan prasarana layanan bimbingan dan konseling di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung pada umumnya belum emenuhi syarat sebagai tempat layanan professional. Ruang dan perlengkapan yang disediakan cenderung disamakan dengan unit-unit layanan kemasiswaan lainnya, yaitu satu atau dua ruangan saja. Demikian juga dalam hal alokasi dana yang disediakan, belum dianggarkan dengan pelaksanaan layanan yang dikembangkan secara professional. Tidak berbeda jauh dengan penetapan isi layanan masih sangat jauh dan belum menyentuh kebutuhan mahasiswa secara akurat. Layanan bimbingan baru diberikan sebatas yang dilakukan oleh dosen penasehat akademik saat penandatangan kartu rencana studi (KRS). Dari aspek kuantitas perlengkapan layanan bimbingan baik yang berhubungan dengan alat pengumpul data maupun penyimpanan data belum tersedia misalnya alat pengumpul data seperti angket, pedoman observasi, pedoman wawancara, dan buku pribadi. Belum tersedianya sarana-sarana tersebut membuat pemberian layanan bimbingan kepada mahasiswa untuk membantu mahaiswa memperbaiki konsep diri belum dapat diberikan. Dengan kata lain pengelolaan layanan bimbingan pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung belum menunjukkan dukungan manajemen yang efektif dan proaktif. Kondisi tersebut dilatari oleh beberapa persoalan, antara lain para pimpinan perguruan tinggi belum menetapkan serangkaian kebijakan yang mengatur penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi yang dipimpinnya, seperti produkproduk kebijakan tentang pengangkatan dosen petugas bimbingan. Keterbatasan ini menjadikan penyelenggaraan layanan tersebut belum mengembangkan rancangan kerjasama yang sistemik dan sistematik dengan unit-unit atau kompenen-komponen pendidikan lainnya. Adanya beberapa bentuk kerjasama (networking) yang dilakukan pada umumnya masih
67
dilaksanakan secara spontan, insidentil, dan cenderung sporadis. Demikian juga dalam hal kerjasama dengan pihak lain di luar lembaga pergurun tinggi ini. Jika ditelaah lebih mendalam terkait dengan perbaikan konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung, kondisi obyektif tersebut belum memperlihatkan dukungan yang berarti untuk pencapaian tingkat kondisi ideal. Kondisi obyektif gejala di atas terdukung oleh sikap penerimaan diri yang cenderung belum memadai. Meski telah memasuki usia mahasiswa meeka belum mampu menunjukkan sikap dan perilaku respek terhadap diri sendiri, memahami dan menyiasati keterbatasan dan kemampuan dirinya secara efektif. Masih sangat dominan munculnya perilaku-perilaku yang tidak mandiri, cenderung menuntut, mengeluh, konflik berkepanjangan, bahkan sampai pada kondisi fustrasi. Terkadang mulai muncul kepedulian terhadap kepentingan orang lain dan kepekaan terhadap masalah-masalah social, namun sikap tersebut belum diwarnai, diwujudkan, dan diimbangkan dengan perilaku yang bertanggung jawab. Berdasarkan kondisi di atas maka mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung belum secara utuh mendapatkan layanan bimbingan dan konseling untuk memperbaiki konsep diri. 5. Pembahasan Tentang Efektivitas Program Bimbingan Pribadi untuk Memperbaiki Konsep Diri Mahasiswa Prodi PGMI Fak. Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung a. Proses Pengembangan Program Dikaji dari kerangka kerjanya, proses pengembangan program ini relevan dengan kebutuhan lapangan yang melatari muncul dan berkembangnya berbagai isu dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi, khususnya bimbingan pribadi di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung dalam konteks perbaiakan konsep diri mahasiswa prodi PGMI. Temuan penelitian memperlihatkan bahwa konsep diri yang dikembangkan oleh mahasiswa prodi PGMI sebagian besar masih 68
negatif baik pada aspek citra diri, harga diri, maupun penilaian diri. Proses pengembangan program ini menjadi sesuatu yang strategis bagi upaya perbaikan konsep diri mahasiswa Prodi PGMI. Sementara itu pengembangan program ini sejalan dengan pendekatan penelitian pengembangan. Karena sejumlah keterbatasan seperti kurangnya komitmen dukungan pimpinan perguruan tinggi, tidak dilibatkan personil bimbingan di lapangan, dan masih sporadisnya beberapa variabel yang diteliti, upaya-upaya pengembangan program yang telah dilakukan hanya sampai kepada simpulan temuan studi dan rekomendasinya. Diharapkan pola pengembangan program dalam studi ini dapat menjadi alternative untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan dimaksud. Pola dasar bimbingan secara generaralisasi mengikuti kegiatan bimbingan tertentu, misalnya orientasi studi dan cara belajar mandiri, kajian tentang tantangan yang dihadapi mahasiswa sebagai manusia pembangun. Komponen bimbingan yang diutamakan adalah layanan konseling sepanjang masa studi, misalnya dengan mengadakan wawancara konseling untuk mengumpulkan data. Sedangkan bentuk bimbingan yang diutamakan sangat tergantung dari layanan bimbinan yang diberikan, misalnya dengan pemberian informasi dalam suasana bimbingan kelompok. Dilihat dari formulasi dan rumusannya, temuan program studi ini mencakup komponen yang komprehensif sehingga cukup aplikatif untuk dikembangkan sebagai layanan bimbingan pribadi. Rumusan visi dan misinya yang futuristik dan edukatif menjadikan program ini mempunyai landasan dan arah kerja yang mantap. Melalui perwujudan kinerja ini diharapkan secara bertahap konsep diri mahasiswa dapat dikembangkan kearah yang lebih positif dan optimal. b. Visi bimbingan 1) Sebagai bagian dari keseluruhan sistem pendidikan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung, bimbingan dan konseling selalu berorientasi
69
kepada upaya optimalisasi potensi dan kompetensi sehingga menjadi individu yang berkperibadian, bertakwa kepada Allah YME, berilmu pengetahuan, seta memiliki sikap dan kemampuan professional yang berdaya saing sampai bermuara pada kesuksesan pembangunan bangsa. 2) Pelaksanaan progam BK di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung senantiasa mengacu pada sejumlah norma baik norma agama, falsafah negara, perundangan-undangan, konsep-konsep BK, dan perkembangan iptek dan social budaya. 3) Program bimbingan ini adalah komponen terpadu dengan program pendidikan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan –masing.secara keseluruhan. Karenanya layanan bimbingan merupakan tugas bersama personel sesuai dengan kinerja masing. 4) Program bimbingan dan konseling berorientasi kepada pengembangan pribadi mahasiswa yang memiliki daya life long education dan secara sehat berinteraksi dengan lingkungannya. c. Misi Bimbingan Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan mengemban misi memberikan bantuan kepada mahasiswa untuk mengenal dan memahami diri dan lingkungan, mengarahkan diri, membuat alternative pilihan, dan mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalahnya dalam upaya menunaikan tugastugas perkembangan serta mewujudkan dirinya secara optimal. Misi berikutnya adalah memfasilitasi berbagai kemudahan kepada mahasiswa agar mereka mampu menyelesaikan studinya dengan lancer, yang mengarah pada upaya pembentukan sumber daya manusia professional yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Di samping itu melalui layanan
70
bimbingan mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan life skill sehingga mampu berkontribusi positif kepada masyarakat. d. Fungsi Bimbingan Layanan bimbingan dan konseling berfungsi sebagai layanan yang diharapkan melahirkan individu yang berkepribadian utuh dan mandiri. Oleh karena itu layanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling. Adapun fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut. Fungsi Pemahaman, yaitu membantu individu agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. Jadi fungsi pemahaman ini meliputi (a) pemahaman tentang diri sendiri, terutama oleh mahasiswa sendiri; (b) pemahaman tentang lingkungan mahasiswa, termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan kampus; (c) pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, dan informasi sosial dan budaya atau nilai-nilai) terutama oleh mahasiswa. Fungsi Preventif, yaitu upaya layanan bimbingan untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh mahaiswa. Melalui fungsi ini diberikan bimbingan kepada mahasiswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para mahasiswa dalam mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya bahayanya minuman keras, penyalahgunaan obat-obat terlarang, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
71
Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif yakni para dosen dan pimpinan lembaga senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan mahasiswa. Dalam konteks ini para dosen dan pimpinan serta civitas akademika lainnya bekerjasama merumuskan dan melaksanakan program bimbingan dan konseling secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu mahasiswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan dan konseling yang dapat digunakan di sini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming). Fungsi Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada mahasiswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remidial teaching, serta konsultasi. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu mahasiswa memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karier atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya yang memerlukan kerjasama banyak pihak di dalam maupun di luar institusi. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan khususnya dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan mahasiswa. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai mahasiswa, dosen dalam memperlakukan mahasiswa secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi, memilih metode dan proses pekuliahan, maupun mengadaptasikan bahan perkuliahan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan mahasiswa. Beberapa fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana yang terkandung di dalam masing-masing fungsi tersebut. Setiap pelaksanaan layanan bimbingan
72
dan konseling harus secara langsung mengacu pada satu atau fungsi-fungsi tersebut agar hasil yang hendak dicapai secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi. Bila fungsi-fungsi itu telah terlaksana dengan baik, secara keseluruhan, dapatlah konseli berkembang secara wajar dan mantap menuju aktualisasi diri secara optimal pula. Keterpaduan fungsi tersebut akan amat membantu perkembangannya. d. Sasaran dan Tujuan Sebagai sasaran dan tujuan tujuan akhir dari program layanan bimbingan dan konseling adalah berkembangnya mahasiswa yang utuh/mantap sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual. Merupakan tujuan antara adalah teselenggaranya dan terpenuhinya keperluan jasa pelayanan pendataan, informasi dan konsultasi, para mahasiswa dan pihakpihak yang berkepentingan lainnya, sehingga tercipta suatu kemudahan bagi terselenggaranya proses pendidikan yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan program pendidikan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung yang bermuara pada lulusan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan profesional. Tujuan khusus program bimbingan dan konseling yang diharapkan adalah sebagai berikut. 1. Membantu mahasiswa yang memerlukan. a) Data/informasi tentang potensi (intelegensi, bakat, minat, sikap dan kepibadian), kelebihan dan kelemahan dirinya, sehingga yang bersangkutan dapat memahami, menerima, dan mengembangkan ke arah yang positif dan produktif. b) Data/informasi tentang prospek karir yang mungkin dapat dicapainya sebagai program yang mungkin tersedia untuk mencapainya, sehingga yang bersangkutan lebih mampu memilih program studi sesuai dengan apa yag diharapkannya. c) Bantuan pelayanan konseling dalam proses pengambilan keputusan untuk menetapkan jurusan atau karir tertentu, dan teman hidup.
73
d) Bantuan pelayanan konseling dalam memecahkan atau mengatasi sejumlah masalah akademik serta layanan informasi tentang penempatan dan memperoleh pekerjaan. 2. Membantu para mahasiswa asing dalam hal penyesuaian diri dalam kontek budaya, sosial-psikologis, akademis, pribadi dan spiritual, serta mengatasi beberapa hambatan baik yang bersifat akademik maupun non akademik. 3. Membantu staf pengajar sebagai Pembimbing Akademik (PA) yang memerlukan data dan informasi secara konfidensial tentang latar belakang kehidupan dan potensi mahasiswa serta tentang cara dan teknis berkomunikasi yang efektif dengan mahasiswa, cara mengidentifikasi kasus-kasus mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar, mengadakan diagnosa dan upaya remedial terhadapnya sehingga mampu melaksanakan layanan penyelesaian konflik pribadi dan sosial. 4. Membantu para orang tua mahasiswa yang memerlukan informasi tentang kehidupan dan kemajuan belajar anaknya; memerlukan bantuan jasa layanan konsultasi dalam mengatasi konflik sosial-psikologis yang mungkin terjadi dengan anaknya; masalah pembinaan keluarga dan masalah spiritual. Berdasarkan ruang lingkup tujuan di atas, maka sasaran yang mungkin dijangkau dengan program ini adalah seluruh anggota sivitas akademika IAIN Raden Intan Lampung yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan prioritas mahasiswa yang bermasalah serta anggota masyarakat yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling sampai batas-batas tertentu sesuai dengan kemampuan yang ada. e. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Program Bimbingan dan Konseling Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling pada lembaga ini seyogyanya memegang teguh beberapa prinsip berikut.
74
1) Layanan diberikan kepada siapapun yang memerlukannya. 2) Layanan yang diberikan didasarkan kepada data dan informasi yang objektif. 3) Menjamin kerahasiaan pribadi konseli. 4) Layanan diberikan atas dasar keinsyafan moral dan kasih sayang yang bersumber kepada kesadaran akan tanggung jawab kemanusiaan bahwa konseli adalah hamba dan khalifah Allah. f. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling 1) Penyiapan data base mahasiswa, yaitu data biografis, data psikologis (kecedasan, kepribadian, dan minat), dan data prestasi belajar (IPK). 2) Layanan bimbingan akademik, yaitu cara merencanakan studi sejak awal (kontrak kredit) hingga akhir studi serta pengendalian pelaksanaannya; teknik-teknik mengikuti perkuliahan, mempelajari buku, menyelesaikan tugas, menyusun karya tulis, mempersiapkan dan mengikuti ujian, melaksanakan kerja lapangan atau laboratorium; identifikasi masalah belajar mahasiswa; dan konseling masalahmasalah belajar. C. Program Bimbingan Pribadi Bagi Mahasiswa Prodi PGMI Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung Hasil penelitian menggambarkan bahwa hampir setengah dari subyek penelitian masih memiliki konsep diri negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa tersebut perlu pendapat layanan bimbingan pribadi. Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung sampai saat ini masih belum mempunyai petugas khusus (konselor) serta fasilitas sarana dan prasarana belum sempurna. Oleh karena itu layanan bimbingan pribadi tersebut akan dilaksanakan oleh dosen yang berperan sebagai pembimbing akademik. Dimulai sejak mahasiswa masuk sebagai mahasiswa baru pada lembaga tersebut sampai menjelang Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL). Pengembangan program layanan bimbingan pribadi dimaksud adalah seperti berikut ini. 75
1. Rasional Keberadaan dan kekuatan perguruan tinggi sebagai
lembaga pendidikan formal
terpuncak terletak pada kesanggupannya untuk mengembangkan orientasi ke masa depan, mengembangkan wawasan, sikap, dan perilaku antisipatoris dan futuristik. 2. Visi dan Misi Bimbingan pribadi merupakan komponen dari bimbingan dan konseling yang berupaya mengembangkan pribadi para mahasiswa Prodi PGMI Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung agar menjadi sumber daya manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Yang Maha Esa, menjadi pribadi yang baik dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pelayanan bimbingan pribadi di Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung dimaksudkan untuk mengembangkan mental para mahasiswa dengan cara mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal sehingga para mahasiswa tersebut dapat menunjukkan kesiapannya untuk menjadi guru pada madrasah ibtidaiyah dengan predikat yang profesional. 3. Tujuan bimbingan pribadi Amanah yang diemban layanan bimbingan pribadi ini adalah pengembangan kemampuan kompetensi diri dengan cara mengembangkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh setiap mahasiswa karena setiap individu mempunyai kelebihan dan kemampuan yang unik. Jika amanah ini terwujud, dapat disadari dan dikembangkan oleh mahasiswa maka berikutnya akan berkembang rasa percaya diri dan harga diri. Perasaan ini akan mencegah timbulnya rasa malu dan mengendalikan rasa rendah diri, dan akan bermuara pada konsep diri yang positif.
76
4. Strategi implementasi program bimbingan pribadi Dalam pelaksanaan layanan bimbingan pribadi ini, peneliti bersama para dosen yang berperan sebagai pembimbing akademik (PA) mengimplementasikan program layanan bimbingan dan mendorong pembimbing akademik, para dosen serta ketua program studi untuk bekerja sama dalam menata sistem manajemen bimbingan secara rinci. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: a. Layanan dasar umum Peneliti bersama PA melaksanakan bimbingan pribadi dengan mendata bakat dan minat kepada para mahasiswa yang baru masuk secara kelompok, berkonsultasi dengan dosen pembina kemahasiswaan serta dekan dan wakil dekan di lingkungan Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung berupa kerja sama dalam melaksanakan berbagai unsur layanan dasar informasi mengenai potensi yang sebaiknya dimiliki oleh seorang guru khususnya guru pada level dasar, mengenal dan memahami kelembagaan Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung yang menyelenggarakan pendidikan bagi calon guru madarasah ibtidaiyah, juga diperkenalkan kepada mahasiswa bagaimana cara belajar dan pembelajaran di Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. b. Layanan Responsif Dalam pelaksanaan aspek layanan responsif peneliti bersama dengan para dosen PA menyelenggarakan layanan bimbingan pribadi kepada mahasiswa yang bermasalah dengan konsep dirinya yang masih negatif – pandangan terhadap dirinya hanya pada kekurangannya saja atau ketidakmampuannya saja – sehingga belum mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus demikian juga yang memiliki perasaan belum diakui, belum dikenal, dan belum memiliki kebanggaan terhadap dirinya. Pelaksanaan layanan dilakukan melalui bimbingan kelompok, yaitu dengan tujuan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap mahasiswa melalui kegiatan-kegiatan kemahasiswaan berupa ekstrakulikuler yang tersedia di
77
Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung; serta melalui proses perkuliahan yang sedang berlangsung, misalnya diikutsertakan dalam diskusi kelompok atau mempresentasikan materi perkuliahan. c. Layanan perencanaan individual Dalam layanan ini peneliti bersama dengan para dosen PA mengelompokkan mahasiswa berdasarkan bakat dan minatnya dan disalurkan dalam kegiatan ekstrakurikuler di unit-unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang tesedia di kampus IAIN Raden Intan Lampung seperti Bapinda (Badan Pembinaan Dakwah), Maharipal (Mahasiswa Raden Intan Pencinta Alam), KSR PMI (Korp Sukarelawan Palang Merah Indonesia), Pramuka, Menwa (Resiman Mahasiswa), Blitz (Mahasiswa Fotografi), INKAI (Institut Karate-Do Indonesia), Pencak Silat, dan sejumlah kegiatan ekstrakampus lainnya. Kepada mahasiswa juga diberikan sejumlah informasi tentang cara mengatur jadwal dan cara belajar di perguruan tinggi yang baik. Selanjutnya mahasiswa dibimbing dalam kegiatan diskusi untuk memahami beberapa masalah yang sedang atau yang mungkin akan dialaminya, bagaimana langkah-langkah cara pemecahannya hingga cara pengambilan keputusannya dan tidak ketinggalan pelatihan cara mengajar di madrasah ibtidaiyah yang berbeda dengan tingkat pendidikan lainnya. d. Dukungan Sistem Selanjutnya sebagai langkah terakhir dalam layanan bimbingan pribadi ini adalah penataan sistem manajemen bimbingan pribadi. Dalam konteks ini beberapa kegiatan dilaksanakan yaitu sebagai berikut. 1) Peneliti melakukan diskusi dan meminta pendapat kepada para dosen dan pembimbing akademik tentang visi dan misi bimbingan pribadi di Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung khususnya kesesuaian rumusan program dengan layanan bimbingan yang dihasilkan. Senantiasa membangkitkan motivasi PA dengan cara
78
meminta bantuannya untuk secara bersama mengimplementasikan program hasil penelitian ini dengan menjelaskan manfaat besar yang akan diraih bagi lembaga. 2) Menyarankan kepada dosen PA untuk senantiasa berkemauan menyusun program layanan bimbingan pribadi diwaktu mendatang yang didasarkan pada pengembangan potensi mahasiswa; memungkinkn adanya jam masuk kelas yang bagi dosen PA serta mencoba memfasilitasi sarana dan prasarana yang lebih memadai dibanding dengan yang sekarang; berupaya menata secara lebih jelas dan efektif organisasi layanan bimbingan pribadi di Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung; lebih meningkatkan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan layanan bimbingan pribadi; mendorong para pimpinan fakultas dan para dosen PA untuk senantiasa melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksaan layanan bimbingan pribadi untuk keberhasilan yang diidamkan. Adapun aspek yang perlu dievaluasi meliputi kesesuaian antara program dengan pelaksanaan dan kualitas pelaksanaan program, serta dampak layanan bimbingan pribadi terhadap kebutuhan mahasiswa dan perkembangan pribadinya dengan cara kuesioner wawancara, observasi, dokumen dan melalui tes. Sementara evaluatornya adalah dekan dan jajarannya dibantu oleh para pembimbing akademik dan pihak lain yang mendukung proses kegiatan ini. 3) Penataan kebijakan yakni sebagai suatu layanan yang didukung oleh unsur-unsur manajerial dan dilaksanakan dalam seting lembaga pendidikan formal, aktualisasi layanan bimbingan dan konseling utamanya bimbingan pribadi di perguruan tinggi perlu ditopang oleh serangkaian kebijakan yang jelas. Kebijakan-kebijakan yang dimaksud sekurangkurangnya meliputi tiga unsur dasar, yakni (1) struktur organisasi, (2) pengadaan dan pengembangan staf, dan (3) penyediaan dan pengembangan sarana pendukung, termasuk alokasi pendanaan secara rasional dan proporsional.
79
Secara rinci rumusan “akhir” program bimbingan pribadi bagi mahasiswa Prodi PGMI Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung dapat disimak dalam tabel berikut ini. PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BAGI MAHASISWA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN IAIN RADEN INTAN LAMPUNG A. Layanan Dasar Umum No Tujuan Materi Jenis Layanan 1. Mahasiswa memiliki pemahaman Mengenal kampus IAIN Raden Intan Layanan dan wawasan tentang kampus Lampung, khususnya Fak. Tarbiyah orientasi dan IAIN Raden Intan Lampung dan dan keguruan dan Prodi PGMI baik informasi mampu menyesuaikan diri dengan tentang lembaga, kurikulum, proses lingkungan kampus serta memiliki perkuliahan, dan kemahasiswaan kesadaran tentang dirinya sebagai calon guru madarasah ibtidaiyah 1. Perkenalan dengan personil yang ada di Fak. Tarbiyah dan Keguruan. 2. Mahasiswa mengenal para dosen 2. Peran dan fungsi dosen PA yang akan mengajarnya dan 3. Proses pelaksanaan layanan Layanan mengenal para dosen PA akademik informasi dan diskusi 1. Mengumpulkan data pribadi tentang bakat dan minat 2. Penyaluran mahasiswa ke dalam 3. Mahasiswa memiliki pemahaman kegiatan ektrakurikuler sesuai tentang dirinya, baik kelebihan dengan bakat dan minat maupun kekurangannya secara 3. Cara belajar di perguruan tinggi Diskusi berimbang kelompok B. Layanan Responsif 1. Mahasiswa mampu menerima Jenis-jenis kegiatan kemahasiswaan Layanan kelemahan/kekurangnya dan yang ada di sejumlah UKM di IAIN informasi dan mampu menyalurkan keunggulan raden Intan Lampung diskusi potensi yang dimilikinya kelompok 2.
1.
2.
Mahasiswa berkemampuan 1. Konsep masalah Layanan memecahkan masalah dan dapat 2. Jenis-jenis masalah informasi, mengambil keputusan secara tepat 3. Langkah pemecahan masalah dan diskusi pengambilan keputusan kelompok, simulasi C. Layanan Perencanaan Individual Mahasiswa memiliki kesiapan 1. Potensi dan kompetensi yang harus Layanan untuk menjadi guru MI dimiliki oleh guru MI informasi, 2. Kode etik guru diskusi kelompok. Mahasiswa memahami dan 3. Mikro teaching Simulasi mampu mengaplikasikan semua mata pelajaran untuk madrasah ibtidaiyah 80
Waktu Kuliah taaruf (praperku liahan)
Awal perkuliah an
Semester I.
Semester II
Semester III
Semester IV
Semester VI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan Secara keseluruhan tujuan penelitian ini telah dicapai, yakni diperolehnya rumusan program layanan bimbingan pribadi untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fak. Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung yang dikembangkan secara kolaboratif dan didasarkan kepada kondisi obyektif di lapangan. Dari temuan-temuan empiris studi ini diperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut. Berkenaan dengan pemotretan kondisi obyektif di lapangan menunjukkan bahwa pertama, mahasiswa Prodi PGMI Fak. Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung sebagian besar menunjukkan konsep diri yang negatif yang ditandai dengan adanya gambaran diri mahasiswa dimaksud hanya pada kelemahan dan ketidakmampuannya saja, seperti terlihat dalam aspek konsep diri mahasiswa yang belum memiliki citra diri, kurang adanya kesadaran akan harga diri dan belum mampu menilai diri sendiri sehingga mahasiswa belum mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus. Kedua, perbaikan konsep diri mahasiswa sebagai calon guru di madrasah ibtidaiyah dipahami para dosen PA sebagai sesuatu yang sangat penting. Ketiga, dosen PA belum melaksanakan layanan bimbingan pribadi terutama yang berkenaan dengan layanan bantuan untuk memperbaiki konsep diri mahasiswa. Mahasiswa Prodi PGMI Fak. Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung juga belum pernah mendapat layanan bimbingan dan konseling dengan jenis bimbingan pribadi sebab di kampus IAIN Raden Intan Lampung belum mempunyai petugas khusus dosen BK yang berperan sebagai konselor. Keempat, daya dukung lingkungan kampus IAIN Raden Intan Lampung terhadap perbaikan konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung
81
hampir semua semua personel kampus memberikan dukungan untuk membantu memperbaiki konsep diri mahasiswa Prodi PGMI. Namun dukungan tersebut baru terbatas pada wacana. Pimpinan perguruan tinggi (rektor) dan pimpinan fakutas (dekan) di IAIN Raden Intan Lampung belum menetapkan kebijakan yang mendukung pengembangan layanan bimbingan dan konseling sehingga sarana prasarana layanan BK, alat pengumpul data, alat penyimpan data, dan ruangan bimbingan masih belum memadai. Dalam proses penyusunan program hipotetik ditemukan bahwa pertama, program hipotetik yang dikembangkan berdasarkan kondisi obyektif di lapangan, memuat komponenkomponen (1) rasional, (2) visi dan misi, (3) tujuan bimbingan pribadi, (4) strategi implementasi program bimbingan pribadi. Kedua, uji kelayakan program dilaksanakan secara kolaboratif dengan dosen pembimbing akademik (PA) di lapangan memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam memantapkan fisibilitas program yang disusun. Di samping itu kegiatan ini juga mengkondisikan adanya kesiapan implementasi program di lapangan meskipun tak dapat dipungkiri bahwa masih ditemukan beberapa kesenjangan – kesenjangan ini berkenaan dengan masalah dimensi komponen kurang komprehensif dan kurang operasional serta rumusan konsep dan bahasanya tidak semuanya dapat dipahami oleh personil dosen PA yang bukan berlatar belakang pendidikan bimbingan – antara program hipotetik dengan proses penerapannya di lapangan. B. Rekomendasi Menyadari pentingnya upaya perbaikan konsep diri mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung, program layanan bimbingan pribadi temuan studi direkomendasikan untuk diterapkan di prodi PGMI dan prodi-prodi lain yang ada di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. Idealnya temuan program ini ujicobakan lagi dalam konteks institut yang lebih luas. Operasionalisasi
82
praktisnya, implementasi dimaksud dilaksanakan secara bertahap sambil dilakukan penyesuaian-penyesuaian menuju penyempurnaan. Kepada para pimpinan institut dan fakuktas sebagai pengawas dan penanggungjawab terhadap pelaksanaan layanan pendidikan dan pengajaran terhadap mahasiswa agar memfasilitasi pelaksanaan layanan bimbingan dengan senantiasa memotivasi dan memfungsikan para dosen yang berperan sebagai dosen PA agar dapat melaksanakan layanan bimbingan secara sistemik dan sistematik sehingga dosen PA dapat memahami mahasiswa akan kelebihan dan kekurangnya, yang selanjutnya para dosen PA dapat mengembangkan kelebihan dari potensi yang dimiliki mahasiswanya. Dengan demikian para mahasiswa akan memahami kelebihan dan kekurangan dirinya serta mampu menerima dirinya apa adanyadan akan mampu menerapkan potensi yang dimilikinya. Bila mahasiswa telah mampu menerapkan potensi dimaksud dan dapat diterima dan dihargai orang lain, maka akan tumbuh rasa percaya diri yang nantinya akan tertanam sebagai konsep diri yang positif. Secara teknis, beberapa langkah yang seyogyanya dilakukan dalam menerapkan program ini adalah sebagai berikut. a. Mempelajari dan memahami makna dan implikasi prinsip-prinsip dasar layanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi secara umum, dan layanan bimbingan pribadi secara khusus. b. Mengokohkan komitmen tentang visi dan misi layanan bimbingan pribadi di perguruan tinggi. c. Menetapkan serangkaian kebijakan manajerial, minimal dalam aspek struktur organisasi, pengadaan, persiapan dan pengembangan staf serta penyediaan dan pengembangan sarana pendukung. d. Mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan khusus mahasiswa berkenaan dengan optimalisasi konsep diri positif dan mengaitkannya dengan tridarma perguruan tinggi
83
serta mempersiapkan perangkat manajerial dan administratif yang diperlukan dalam peluncuran program layanan bimbingan pribadi di kampus.. e. Merancang lingkungan kampus yang memungkinkan program layanan bimbingan ini dapat diaplikasikan secara efektif. f. Meancang layanan bimbingan pribadi mahasiswa yang meliputi layanan dasar umum, layanan responsif, layanan perencanaan individual. g. Mengevaluasi efektivitas implementasi pengembangan program bimbingan yang telah dilaksanakan. h. Menindaklanjuti hasil evaluasi untuk menyempurnakan program layanan bimbingan pribadi yang diterapkan di kampus.
84
DAFTAR PUSTAKA Amaryllia Puspasari (2007) Seri Membangun Karakter Anak: Mengukur Konsep Diri. Jakarta: Elex Media Komputindo Blocher, D.H. (1974). Developmental Counseling. New York: John Wiley & Sons Borg, W.R., Gall, M.D. (2003) Educational Research : An Introduction. London : Longman, Inc. Burns, R.B. (1993). Konsep Diri, Teori, Pengukuran, dan Perilaku. Penerjemah; Eddy. Jakarta: Arcan. Covey, Steven R (2005) The 8th Habit (Melampaui Efektivitas, Menggapai Keagungan). Penerjemah: Wandi S. Brata dan Zein Isa. Jakarta: Gramedia. Creswell, J.W. (1994), Research Design Qualitative & Quantitative Approach, Thousand Oaks: Sage Publications. Dahlan, MD, (1998) Kepribadian Guru SD. Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar (3), 1-7 Bandung:n Universitas Pendidikan Indonesia. Dedi Supriadi. (2004). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. ----------- (1997). Profesi Konseling dan Keguruan. Bandung: PPS dan Jurusan PPB FIP Bandung. ----------- (1998) Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita karya Nusa. Dwi Yuwono PS (1998) Pencarian Model Layanan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi. Disertasi. Program Pascasarjana IKIP Bandung. Tidak diterbitkan. Edward, Allen. (1995) Techniques of Attitude Scale Contruction. New York: Appleton Century Craft Inc. Evi Nursafitri. (2000). Mendobrak Krisis Kepercayaan Diri. Femina (16-22 Juli 2000) Hall, CS. & Lindzey, G. (1993). Teori-teori Holistik (Organismik-Fenomenologis). Editor: Supratiknya. Yogyarta: Kanisius Hurlock, E (1980). Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Penerjemah : Istiwidayanti. Jakarta : Erlangga. Juntika Nurihsan. (2003) Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung : Mutiara. Kartadinata, S. (2000) “Pendidikan untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia Bermutu Memasuki Abad XXI: Implikasi Bimbingannya”. Jurnal Psikopedagogia. 1. (1). 1-12. --------- (2010). Isu-isu Pendidikan: Antara Harapan dan Kenyataan. Bandung: UPI Press. 85
Massofa (2009) http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2116807-faktor-faktor-yangmempengaruhi-konsep diri/#ixzz2KWPOO48L [Diakses 9 Maret 2013]. Muro, J.J. & Kottman, T. (1995) Guidance and Counseling in Elementary School and Middle School. Iowa: Brown and Bencmark Publisher. Natawidjaja, R. (1987). Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah. Bandung: Abardin. Pasiak, Taufik. (2006). Manajemen Kecerdasan: Memberdayakan IQ, EQ, dan SQ untuk Kesuksesan Hidup. Bandung: Mizan Pustaka. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (http://www.bsnp-indonesia.org/document php?id=44), [18/12/2011] Prayitno & Amti, Erman (1994) Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud. Renard, John. (2004). Dimensi-dimensi Islam (Seven Door to Islam : Spirituality and The Religious Life of Muslims). Penterjemah: M. Khoirul Anam. Jakarta : Inisiasi Press. Rola F. Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi pada Remaja. 2006; http://www.Digitizedlibrary.usu.ac.id/psikologi/html [Diakses 3 April 2013]. Sariati A. (2007) Pengaruh Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi terhadap Prestasi Akademik Remaja Akhir. 2007; http://www.unpad.ac.id/muammar/files/2010/12/ArtikelAat11.pdf [Diakses 17 Maret 2013]. Sidi, I.P. dan Setiadi, B.N. (2004). Manusia Indonesia Abad 21 yang Berkualitas Tinggi Ditinjau dari Sudut Pandang Psikologi [Online]. Tersedia: http://himpsi.org/BERITA%20KITA/Makalah%2004.htm [29 Oktober 2010]. Sofan Amri, (2011) Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran. Jakarta : Prestasi Pustaka Raya Sudarsono. 1984. Prinsip prinsip Psikologi Sosial. Ditjen. Pedidikan P dan K. Jakarta: Girimukti Pustaka. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta : Bandung. Sukartini, Sri Patmah (1999) Konsep Diri. Bandung: Rafi Center. Sukmadinata, N.S. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek Mengembangkan Potensi dan Kepribadian Siswa. Bandung: Maestro. ----------. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Kerjasama Program Pascasarjana UPI dengan PT Remaja Rosdakarya. 86
Supriadi, D. (2004). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Supriatna, M dan Nurihsan A.J. (2005), Pendidikan dan Konseling di Era Global dalam Perspektif Prof. Dr. M. Djawad Dahlan, Bandung: Rizqi Press. Susana T. (2006) Konsep Diri: Apakah Itu? Konsep Diri Positif Menentukan Prestasi Anak. Yogyakarta: Kanisius. Tasmara, T. (2001). Kecerdasan Ruhani (Transcendental Intelligence) Membentuk Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional, dan Berakhlak, Jakarta: Gema Insani Press. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yusuf, Syamsu (2009). Layanan Bimbingan bagi Mahasiswa, Panduan untuk Dosen Pembimbing Akademik. Bandung : Rizqi
87