e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI MELALUI MODEL JURISPRUDENSIAL BERBASIS WISATA LAPANGAN PADA SISWA KELAS X IPA 2 SMA NEGERI 3 SINGARAJA Nelly Hagashita, I Nengah Martha, Ni Md. Rai Wisudariani Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} Abstrak Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan menentukan (1) langkah-langkah pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, (2) hasil belajar menulis teks laporan hasil observasi melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, dan (3) respons siswa terhadap pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja. Objek penelitian ini adalah langkahlangkah pembelajaran model jurisprudesial berbasis wisata lapangan, peningkatan hasil belajar, dan respons siswa dalam penerapan model juriprudensial berbasis wisata lapangan. Data dalam penelitian dikumpulkan melalui metode observasi, metode tes, dan metode kuesioner dan dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif dan deksriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) langkah-langkah pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menulis teks laporan hasil observasi terdiri atas beberapa tahap yakni orientasi kasus melalui kegiatan wisata lapangan, identifikasi kasus, penetapan pendapat terhadap kasus, mengeksplorasi contoh-contoh, menjernihkan dan menguji posisi, serta mengetes asumsi faktual (2) model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dapat meningkatkan kemampuan menulis teks laporan hasil observasi, hal ini di buktikan dari hasil belajar siswa secara klasikal pada prasiklus 65,00 (cukup), pada siklus I meningkat sebesar 76,84 (baik), dan siklus II meningkat sebesar 79,96 (baik), dan (3) respons siswa terhadap model jurisprudensial berbasis wisata lapangan tergolong positif dengan rata-rata skor pada siklus I sebesar 42,53 (positif) dan meningkat pada siklus II sebesar 43,72 (positif). Kata kunci: keterampilan menulis, model jurisprudensial, siswa SMA
Abstract This classroom action research was aimed at determining (1) the steps in the teaching of writing about observation result report texts through field tour based jurisprudential model, (2) the learning achievement in writing observation result report texts through field tour based jurisprudential model, and (3) the students’ response to the teaching of writing about observation result report texts based on field tour based jurisprudential model. The subjects were the students of Class X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja. The objects were the steps of teaching based on field tour jurisprudential model. The data were collected through descriptive quantitative and descriptive qualitative techniques. The results showed that (1) the steps in
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 teaching that need to be focused on are related to case orientation, case identification, establishment of opinion on the case, exploration of examples, clarifying and verifying positions, testing factual assumptions (2) field tour based jurisprudential model can improve ability in writing observation result report texts as shown by the increase in the mean score obtained by the students: 65.00 (enough) in pre-cycle to 76.84 (good) in Cycle I, and 79.96 (good) in Cycle II. The students’ responses were 42.53 (positive) in Cycle I and 43.72 (positive) in Cycle II. This has proven that field tour based jurisprudential model is good to be used in teaching observation result report texts. Therefore, the teachers are recommended to use this model in teaching report texts. Keywords: writing skill, jurisprudential model, senior high school student
PENDAHULUAN Menulis sebagai salah satu komponen keterampilan berbahasa dan bersastra, memiliki kedudukan yang strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah banyak ditentukan oleh keterampilan menulis. Selain dapat memudahkan siswa berpikir secara kritis, menulis juga dapat digunakan siswa untuk mengomunikasikan perasaan, pendapat, dan pengalaman kepada orang lain. Pada era globalisasi yang serba modern ini, keterampilan menulis dapat meningkatkan taraf hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan yang intensif terhadap kemampuan menulis dengan tidak mengabaikan aspek bahasa yang lain. Hal ini senada dengan pernyataan Tarigan (1986:1), bahwa keterampilan menulis bersifat fungsional terhadap pengembangan diri siswa, baik untuk studi, melanjutkan studi maupun untuk terjun di masyarakat. Dengan keterampilan menulis yang dimiliki, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan dapat mempergunakan bahasa sebagai sarana menyalurkan kreativitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat melatih keterampilan menulis melalui ragam kegiatan menulis yang dipelajari di sekolah. Ragam kegiatan menulis itu ada dua, yakni menulis sastra dan menulis nonsastra. Kompetensi menulis yang terdapat pada kelas X SMA terdiri atas jenis teks laporan obesrvasi, teks anekdot, dan teks eksposisi, teks prosedural kompleks, dan teks negosiasi. Materi menulis teks laporan hasil observasi tercantum dalam salah satu kompetensi dasar pada Kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas X, yakni 4.2.
Memproduksi teks hasi observasi secara baik secara lisan maupun tulisan. Teks laporan obeservasi merupakan salah satu jenis teks baru dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, teks laporan observasi merupakan jenis teks berbasis pengamatan, maka teks ini mampu mengasah kepekaan siswa terhadap lingkungan. Sebenarnya siswa sudah menggunakan teks ini dalam kehidupan sehari-hari, namun siswa tidak menyadari bahwa teks tersebut adalah teks laporan hasil observasi. Hal lain yang membuat teks laporan observasi penting untuk dipelajari adalah teks ini dipelajari pada dua jenjang pendidikan yang berbeda, yaitu kelas VII SMP dan kelas X SMA. Kemunculannya pada dua jenjang pendidikan yang berbeda ini membuktikan bahwa teks laporan hasil observasi penting untuk dikuasai. Mengingat pentingnya teks laporan dikuasai oleh siswa, guru sangat berperan dalam proses pembelajaran. Guru dituntut mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat. Namun, pada kenyataannya guru seringkali hanya menyampaikan teori definisi teks laporan hasil observasi, struktur pembentukan teks laporan hasil observasi, dan unsur-unsur kebahasaan yang ada dalam teks laporan hasil observasi. Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah cenderung bersifat hafalan serta kurang sesuai dengan pengembangan kemampuan siswa. Guru menganggap siswa akan mampu menulis teks laporan hasil observasi hanya dengan diberikan teori saja. Akan tetapi, teori yang diberikan secara monoton akan membuat siswa jenuh dan malas menulis. Penjelasan teori yang terlalu teoritis membuat siswa bingung ketika menulis teks laporan hasil observasi. Aktivitas pembelajaran dan hasil belajar menulis
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 laporan hasil observasi belum mampu menggali dan mengkaji berbagai peristiwa yang perlu siswa laporkan dalam bentuk tulisan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia yang mengajar di kelas X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja diperoleh informasi bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam menulis teks laporan hasil observasi. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 65, padahal Kriteria Ketuntasa Minimal (KKM) yang semestinya diperoleh siswa dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi adalah 77. Di dalam tulisan siswa, terdapat beberapa kesalahan. Dari segi kejelasan tulisan, siswa kurang jelas dalam mengungkapkan gagasan atau pokok pikiran dan organisasi belum logis dan sistematis. Selain itu penguasaan permasalahan terbatas, sehingga pengembangan topik tidak memadai dan kurang terperinci. Dari segi kata dan kalimat, siswa sering melakukan kesalahan dalam bentuk maupun pilihan kata dan kurang menguasai tata kalimat. Padahal, dalam menulis teks laporan hasil observasi, semua aspek tersebut harus dikuasai dengan baik. Kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menulis teks hasil observasi tersebut disebabkan oleh tidak tepatnya model yang digunakan guru dalam mengajar. Selama melakukan aktivitas mengajar di kelas, guru belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif. Dalam menyampaikan materi, guru hanya menggunakan metode ceramah yang sifatnya teoritis. Setelah menjelaskan materi, guru melanjutkan pembelajaran dengan pemberian tugas tanpa diawali contoh. Dengan proses pembelajaran seperti itu, tentu siswa cenderung bosan dan kurang memperhatikan penjelasan materi dari guru. Strategi yang seperti itu juga mengakibatkan aktivitas belajar-mengajar kurang memadai karena tidak adanya variasi yang dilakukan oleh guru saat mengajar di kelas. Hal ini diperkuat oleh Surya (2003:5) yang menyatakan bahwa perhatian, minat, dan motivasi sangat penting dalam upaya melakukan kegiatan belajar-mengajar. Untuk mencapai tujuan tertentu dalam pembelajaran perlu dilakukan sesuatu yang dapat membantu
proses pembelajaran agar berjalan dengan lancar. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja dalam proses belajarmengajar, guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan teks laporan hasil observasi. Proses belajar-mengajar sesuai dengan karakteristik teks laporan hasil observasi yang menuntut siswa mampu mengamati objek tertentu dengan baik dan melaporkannya dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu siswa sebaiknya diajak secara langsung untuk mengamati sebuah objek yang akan ditulis. Hal ini dapat dilakukan oleh guru dengan menerapkan wisata lapangan. Dengan wisata lapangan, siswa diberikan kebebasan menuangkan ide dan gagasan terhadap suatu peristiwa untuk dituangkan ke dalam sebuah tulisan yang bersumber dari apa yang mereka alami. Wisata lapangan merupakan salah satu cara yang dapat membantu siswa menerapkan pengalaman dan pembelajaran di kelas kepada dunia yang lebih besar dan lebih luas, sehingga mampu mengenal dunia luar. Wisata lapangan merupakan pengalaman berlajar yang bermanfaat (Partin, 2009:165). Dalam menerapkan pembelajaran wisata lapangan, guru juga harus mengacu pada model pembelajaran yang tepat agar melatih siswa untuk dapat mengamati dan berpikir kritis. Model tersebut adalah model pembelajaran jurisprudensial. Model yang telah dikembangkan oleh Donald Oliver dan James P. (dalam Hamzah, 2011:30-31) mengungkan bahwa model pembelajaran jurisprudensial didasarkan atas pemahaman masyarakat di mana setiap orang memiliki pandangan dan prioritas satu sama lain, dan nilai-nilai sosialnya saling berkonfrontasi satu sama lain. Model jurisprudensial memiliki perbedaan dengan model-model lain, yakni di dalam model jurisprudensial terdapat tahapan siswa harus beriorientasi atau terlebih dahulu mengetahui masalah yang akan mereka hadapi ketika melakukan pengamatan objek secara langsung. Selain itu, model jurisprudensial dapat membuat siswa berpikir kritis tentang masalah yang sedang mereka hadapi pada objek yang diamati dan mengaitkan masalah tersebut dengan kondisi saat ini. Dengan
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan ini, siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengembangkan wawasan, pengetahuan, dan pengalamannya dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan melibatkan siswa secara langsung dari awal hingga akhir pembelajaran, yakni sejak perencanaan (penentuan topik), proses observasi atau pengamatan, diskusi, pemaparan atau presentasi, dan evaluasi. Dengan demikian, siswa mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi atau kekurangan-kekurangan yang ada, serta membantu siswa terampil dalam menulis laporan. Penggunaan model ini dapat membantu siswa untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik. Di dalam penggunaan model jurisprudensial, siswa dibagi ke dalam kelompok. Dalam satu kelompok masing-masing siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Setelah siswa mendapat kelompok, siswa diajak mengamati objek secara langsung, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu teks laporan observasi di depan kelas. Pembelajaran dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dapat menarik minat siswa, memotivasi, dan mengenalkan serta menujukkan teks laporan hasil observasi sesuai dengan kriteria dan menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah-kaidan yang ada. Dengan model tersebut, keterampilan menulis laporan hasil obeservasi pada siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja dapat meningkat. Selain itu, dapat membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Adapun penelitian sejenis yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Penelitian pertama, berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe (STAD) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Siswa Kelas X Mia 1 SMAN 1 Mendoyo” oleh Komang Krisna Kumarawati pada tahun 2015. Penelitian Kumarawati (2015) memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti rancang. Persamaan tersebut terletak pada jenis penelitian dan salah satu objek penelitian.
Kendati demikian, subjek dan objek lainnya berbeda. Penelitian kedua, berjudul “Analisis Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Pembelajaran Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Kelas X IPS.1 SMAN 1 Mendoyo” oleh Ni Putu Eka Puspita Dewi pada tahun 2014. Terkait dengan penelitian Dewi (2014), terdapat persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu sama-sama mendeskripsikan pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Namun, perbedaan penelitian ini terletak pada subjek, jenis model pembelajaran yang digunakan, dan masalah yang dirumuskan. Penelitian ketiga, berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Telaah Yurisprudensial Melalui Metode Dialog Socrates untuk Meningkatkan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sukasada” oleh I Komang Rika Adi Putra pada tahun 2013. Penelitian Putra (2013) memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti rancang, yakni sama-sama menerapkan model pembelajaran yurisprudensial. Dari segi subjek penelitian, kedua penelitian ini berbeda. Perbedaan lainnya terletak pada pembelajarannya. Berdasarkan hal tersebut, sudah jelas terlihat perbedaan antara penelitian ini dan penelitian yang lain terletak pada fokus permasalahan yang akan dikaji. Mengingat pentingnya, “Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan pada Siswa Kelas X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja”, penelitian PTK ini sangat penting untuk dilakukan. Sehubungan dengan pemaparan pada bagian latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana langkah-langkah pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja? (2) bagaimana hasil belajar menulis teks laporan hasil observasi melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja? dan (3) bagaimana respons siswa terhadap pembelajaran menulis teks laporan hasil
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 observasi melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja? Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah (1) untuk medeskripsikan langkahlangkah pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja, (2) untuk mendeskripsikan hasil belajar menulis teks laporan hasil observasi melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja, dan (3) untuk mendeskripsikan respons siswa terhadap pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja. Penelitian memberikan dua manfaat, yaitu berupa manfaat teoritis dan praktis. Manfaat teoretis penelitian ini yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan kontribusi untuk menentukan arah strategi dalam pemilihan dan pemanfaatan model pengajaran teks hasil observasi secara tepat, khususnya untuk siswa SMA. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak (1) bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi, (2) bagi guru bahasa Indonesia, hasil belajar ini diharapkan dapat menjadi model pembelajaran yang alternatif dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi, dan (3) bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam multisiklus. Dalam penelitian ini, peneliti merancang metode penelitian yang meliputi, refleksi awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi, metode dan instrument pengumpulan data, dan analisis data. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X IPA 2
SMA Negeri 3 Singaraja. Objek penelitian ini adalah langkah-langkah, peningkatan hasil belajar, dan respons siswa dalam penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode tes, dan metode kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini mengandung data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa data perilaku guru dan siswa selama proses pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Data kuantitatif berupa hasil belajar yang ditunjukkan dengan nilai tes menulis dan respons siswa. Sesuai dengan data tersebut, penelitian ini menggunakan tiga metode, yakni metode observasi, tes, dan metode kuesioner. Penelitian ini menggunakan instrumen sebagai alat untuk mendukung penggunaan metode tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, tes unjuk kerja menulis teks laporan hasil observasi, dan lembar angket respons siswa. Instrumen lembar observasi digunakan dalam metode observasi .Instrumen tes unjuk kerja menulis teks laporan hasil observasi digunakan dalam metode tes, sedangkan instrumen lembar angket digunakan dalam metode koesioner. Penelitian ini menggunakan metode analisis data, yaitu teknik analisis deskriptif kuantitaif dan deskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan setelah seluruh data diperoleh. Teknik analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data berupa angka-angka yaitu hasil tes yang dilakukan siswa dan hasil kuesioner siswa. Teknik analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil observasi dan kuesioner yang diinterpretasikan menggunakan kata-kata. Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, kriteria keberhasilan belajar menulis teks laporan hasil observasi ditunjukkan dengan adanya keberhasilan pemerolehan skor rata-rata kelas pada kategori tuntas atau 80% dari jumlah siswa memperoleh skor 77. Kriteria ini juga sesuai
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 dengan KKM yang dirancang oleh guru pada sekolah itu. Dengan tercapainya kriteria keberhasilan yang telah ditentukan di atas, penelitian ini dapat dihentikan. Siklus tindakan yang mampu mencapai kriteria keberhasilan ataupun ketercapaian KKM dianggap sebagai tindakan terbaik yang memenuhi kriteria keberhasilan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini difokuskan pada temuan yang dapat meningkatkan kemampuan menulis teks laporan hasil observasi melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, yaitu (1) terdapat beberapa langkah penerapan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan untuk meningkatkan kemampuan dan tercapainnya ketuntasan hasil belajar menulis teks laporan hasil observasi, (2) tercapainnya peningkatan dan ketuntasan hasil belajar menulis teks laporan hasil observasi siswa X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, (3) siswa memberikan respons positif terhadap penerapan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Temuan-temuan tersebut diuraikan sebagai berikut. Temuan pertama, dalam proses pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, ada beberapa langkah yang harus dilalui agar keterampilan menulis teks laporan hasil observasi siswa bisa meningkat. Proses pembelajaran seperti pada umunya terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup baik itu pada siklus I maupun pada siklus II. Penerapan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan diaplikasikan saat siswa mengikuti kegiatan inti pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Pada kegiatan awal guru memberikan apersepsi dan motivasi terhadap siswa karena sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru menggunakan kesempatan ini untuk memberikan penekanan terhadap materimateri yang perlu dikuasai oleh siswa. Guru menjelaskan langkah-langkah menulis teks laporan hasil observasi dari penentuan
topik atau objek sampai mengembangkan kerangkan tulisan. Selain pemberian apersepsi, guru juga perlu memberikan motivasi. Pemberian motivasi oleh guru dapat mendorong siswa untuk lebih bersemangat dan lebih baik dalam menulis. Dengan diberikan motivasi, siswa akan belajar lebih baik dan lebih tekun. Djamarah (2010: 182) mengemukakan pendapatnya tentang motivasi, yaitu sebagai berikut. Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi dalam dirinya. Bahkan, tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu, guru perlu memotivasi siswa agar siswa lebih semangat dalam belajar. Motivasi yang diberikan oleh guru sangat penting bagi siswa. Setelah itu, aktivitas inti dilakukan dengan guru menjelaskan tahapan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model jurisprudensial dan langkah-langkah berwisata lapangan. (Dick & Carey dalam Iskadaewassid 2013:28) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menentukan keberhasilan belajar pada siswa. Model jurisprudensial memiliki enam tahap atau langkah (Joyce dan Weil dalam Winataputra 2001:41). Enam tahapan model juriprudensial yaitu tahap pertama dalam model ini adalah orientasi terhadap kasus, tahap kedua adalah mengidentifikasi isu atau kasus, tahap ketiga yaitu menetapkan posisi, tahap keempat, yaitu mengeksplorasi contoh-contoh dan pola argumentasi, tahap kelima pada model ini adalah menjernihkan dan menguji posisi, dan tahap yang paling akhir atau tahap keenam pada model ini adalah mengetes asumsi faktual yang melatarbelakangi posisi yang diluluskannya. Tahapan perlu dijelaskan dan perlu disiasati menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa.
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 Ketika siswa sudah selesai melakukan tahapa pelaksanaan pembelajaran menggunakan model jurisprudensial dan langkah-langkah berwisata lapangan wisata lapangan. Maka langkah selanjutnya membuat kerangka tulisan dan mengembangkan kerangka tersebut menjadi teks laporan hasil observasi. Dalam tahapan ini, guru perlu menjelaskan aspek-aspek yang dinilai dalam tulisan siswa. Tahapan itu, yakni aspek isi, aspek struktur teks, aspek kosa kata, aspek kalimat, dan aspek mekanik. Hal ini perlu diketahui karena menyangkut penilai terhadap tulisan siswa. Penilain yang digunakan guru adalah penilaian dengan pendekatan analisis. Hal tersebut senada dengan teori yang dikemukakan oleh Burhan (2001:307) Penilaian dengan pendekatan analisis merinci karangan ke dalam aspek-aspek seperti content (isi, gagasan yang dikemukakan), form (organisasi isi), grammar (tata bahasa dan pola kalimat), style (gaya pilihan struktur dan kosakata), dan mechanics (ejaan). Aspek mekanik merupakan aspek yang sangat perlu ditekankan dalam memberikan penjelasan. Aspek mekanik menjadi penting karena tidak hanya terdapat dalam aspek penilain menulis teks laporan hasil observasi saja, tetapi juga dalam menulis teks lain. Menurut The Liang Gie (2002:7) mekanik menulis adalah sejumlah unsurunsur yang menyatu dalam aktivitas menulis yang meliputi: ejaan, kalimat, gaya bahasa, kata dan kosa kata, paragraf, wacana, dan gagasan yang tergabung dalam sebuah kelompok dan memiliki perbendaharaan yang memadai. Pembelajaran siklus I dan siklus II ditutup dengan terlebih dahulu guru menyimpulkan materi pelajaran yang sudah dibahas sambil mengadakan evaluasi secara proses kepada siswa. Guru dan siswa mengakhiri pembelajaran dengan salam. Temuan kedua, dengan menerapkan langkah-langkah pembelajaran tersebut kemampuan menulis teks laporan hasil observasi meningkat. Hal ini terlihat dari peningkatan hasil keterampilan menulis teks laporan hasil observasi siswa. Peningkatan tersebut terjadi karena penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan yang memiliki keunggulan.
Model yang telah dikembangkan oleh Donald Oliver dan James P. Shaver (dalam Wena 2008:71) bertujuan mengajari siswa untuk menganalisis isu-isu yang sedang hangat di masyarakat. Menggunakan model pembelajaran yang tepat akan membantu siswa memahami materi pelajaran dan membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif; serta membangun sikap percaya diri dan terbuka terhadap hasil temuannya (Hanafiah & Suhana, 2010). Model yang melatih siswa untuk menganalisis ini sangat baik dipadupadankan dengan berwisata lapangan. Hal ini dipertegas oleh Rohani (1997:17) yang menyatakan bahwa cara terbaik dan termudah dikerjakan untuk mendiskripsikan objek tertentu adalah dengan berhadapan langsung, karena dengan berwisata lapangan siswa dapat melihat secara langsung objek yang akan diteliti. Kegiatan belajar mengajar di luar kelas mampu mengasah aktivitas dan kreativitas para siswa. Hal itu dikarenakan kegiatan tersebut menggunakan strategi belajar sambil melakukan atau mempraktikkan sesuai penugasan. Artinya, ketika para siswa belajar di luar kelas, meraka bisa melibatkan semua pancaindra dalam pembelajaran. tidak hanya mata dan telinga, melainkan juga tangan, kaki, dan aspek motorik lainnya (Vera, 2012:31). Hasil belajar menulis teks laporan hasil observasi melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja yang dilakukan melalui siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata pada prasiklus mengalami peningkatan pada siklus I dan meningkat lagi pada siklus II. Nilai rata-rata prasiklus, siklus I, dan siklus II secara berurutan adalah 65,00 (cukup), 76,84 (baik), dan 79,96 (baik). Nilai rata-rata kelas pada siklus II telah mencapai kriteria ketuntasan minimal, yaitu 77 dengan nilai rata-rata kelas 79,96. Hal tersebut dipertegas dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2009 : 34) Hasil belajar meruapakan hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau sekor akhir setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 melihat penugasan siswa dalam menerima materi pelajaran. Oleh karena itu, penilitian ini telah berhasil meningkatan keterampilan siswa dalam menulis teks laporan hasil observasi tidak perlu diulang pada siklus berikutnya Selain dibuktikan dari nilai rata-rata, keberhasilan penelitian menulis teks laporan hasil observasi melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja dibuktikan dari jumlah siswa yang memperoleh nilai sesuai KKM. Pada siklus I, sebanyak 21 siswa memperoleh nilai sesuai KKM atau jika dipersentasikan sebesar 65,63%, sedangkan pada siklus II sebanyak 26 siswa memperoleh nilai sesuai KKM atau jika dipersentasikan sebesar 81,25%. Dari kedua siklus terjadi peningkatan sebesar 15,62%. Pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi dengan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dikatakan berhasil apabila 80% dari jumlah siswa di kelas memperoleh nilai 77 ke atas (sesuai KKM), sehingga tindakan bisa dihentikan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh I Komang Rika Adi Putra pada tahun 2013 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Telaah Yurisprudensial Melalui Metode Dialog Socrates untuk Meningkatkan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sukasada”. Hasil penelitian ditunjukkan dari persentase ketuntasan. Data refleksi awal menunjukkan bahwa siswa yang tuntas pada kompetensi dasar mendiskusikan masalah (yang ditemukan dari berbagai berita, artikel atau buku) sebesar 37,5%. Pada siklus I, siswa yang tuntas sebesar 54,16% dan pada siklus II, siswa yang tuntas sebesar 79,16. Keberhasilan penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat siswa kelas X SMA Negeri 1 Sukasada dipengaruhi oleh model pembelajaran telaah yurisprudensial melalui metode dialog Socrates. Penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan ternyata mampu meningkatkan mutu pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Hal ini dapat
diidentifikasi dari adanya kondisi yang menandai pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi tersebut sudah memiliki mutu yang telah memenuhi standar. Kondisi tersebut antara lain pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi menumbuhkan minat siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; melatih siswa berkerjasama dalam mendiskusikan masalah yang ditemukan dari objek yang diamati; melatih siswa untuk dapat menjawab masalahmasalah atau pertanyaan-pertanyaan dengan melihat, mendengar, mencoba dan membuktikan secara langsung; melatih siswa untuk menemukan informasi lebih luas dan faktual; membuat siswa merasa senang karena memberikan pengalaman langsung dalam proses pengamatan, sehingga siswa tidak merasa terbebani dalam menulis teks laporan hasil observasi; dapat membuktikan langsung pengetahuan yang diterima di kelas dan kenyataan; dan memupuk sifat kepemimpinan, tanggung jawab dan berorganisasi. Ketujuh kondisi tersebut telah ditemukan pada pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Temuan ketiga, yaitu siswa menjadi sangat senang dan aktif mengikuti pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi malalui model jurisprudensial berbasis wisata lapanga. Rasa senang dan aktif tersebut dapat dilihat dari rata-rata respons siswa yang positif. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2002 : 7). Pada siklus I skor rata-rata respons siswa adalah 42,53 (positif), kemudian skor rata-rata respons siswa meningkat menjadi 43,72 (sangat positif) pada siklus II. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh oleh Galuh Atika Ratna pada tahun 2011 judul Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Argumentasi Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Jurisprudensial Pada Siswa Kelas X5 SMA Negeri 1 Subah Kabupaten Batang. Siswa memberikan tanggapan sangat positif terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri jurisprudensial dalam pembelajaran menulis
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 paragraf argumentasi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, juga menguatkan beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rizal Fahlevi pada tahun 2013 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran “JurisprudentialInquiry” sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Memahami Cerpen padaSiswa Kelas XI MA NU Putra Buntet Pesantren”. Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran jurisprudensial inquiri dikatakan positif. Hal ini disebabkan oleh adanya situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar optimal, model pembelajaran tidak monoton serta pemilihan materi yang otentik. Siswa tidak ada lagi yang terlihat bosan dan ragu dalam proses pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Siswa yang awalnya kurang bersemangat dalam pembelajaran, kini sudah bersemangat. Hal ini dikarenakan guru mengemas pembelajaran dengan apik. Cara belajar yang diterapkan menarik dapat memotivasi siswa untuk semangat belajar. Rickinson (2005:19) mendefinisikan hasil belajar pendidikan di luar ruangan sebagai perubahan dalam berpikir, terhadap perasaan atau perilaku yang diakibatkan secara langsung atau tidak langsung dari pendidikan di luar ruangan. Model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dapat menciptakan suasana belajar yang lebih mnyenangkan dengan mengajak siswa mengamati objek secara langsung yang di lingkungan sekitarnya. Siswa juga merasa senang karena memperoleh pengalaman belajar di luar kelas yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Dalam penelitian ini, masih memiliki keterbatasan karena model jurisprudensial berbasis wisata lapangan hanya digunakan dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan juga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran menulis teks yang lain misalnya teks anekdot, teks procedural kompleks, teks argumentasi. Selain itu, penelitian ini tidak harus menggunakan rancangan PTK tetapi bisa juga menggunakan rancangan penelitian
deskriptif dan eksperimen. Untuk itu, sangat diperlukan peneliti-peneliti lain agar bisa memberikan informasi yang lebih konprehensif SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan di atas, ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini. Pertama, setelah melalui proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II, maka dapat disimpulkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi pada siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja adalah sebagai berikut 1) guru bersama siswa mengucapkan salam, 2) guru mengecek kehadiran siswa, 3) guru memusatkan perhatian siswa pada materi yang akan diajarkan, 4) guru memberikan apersepsi kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan, 5) guru memberikan gambaran manfaat mempelajari materi yang akan diajarkan dan memberikan dorongan atau motivasi yang dapat membangkitkan minat belajar siswa, 6) guru memberikan umpan balik terkait materi yang belum dipahami dan menjelaskan kembali materi pelajaran pokok secara garis besar, 7) guru menyampaikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilalui, 8) siswa memperhatikan contoh teks laporan hasil observasi, 9) guru menjelaskan kepada siswa langkahlangkah menulis teks laporan hasil observasi secara terperinci, 10) guru menjelaskan kepada siswa cara-cara melakukan wisata lapangan di luar kelas. Pada saat ini pula, guru membentuk kelompok-kelompok diskusi dan membagikan lembar pengamatan suatu objek, 11) guru memerintahkan siswa melakukan wisata lapangan di luar kelas untuk mengamati objek yang dipilih siswa, 12) guru mempersilahkan siswa untuk berdiskusi dengan anggota kelompok ataupun guru tentang kendala dan masalah yang dihadapi ketika melakukan wisata lapangan, 13) guru mengarahkan siswa untuk mencari informasi dengan bertanya kepada warga sekolah agar mendapatkan informasi yang lengkap tentang objek yang akan diteliti di lingkungan sekolah, 14)
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 siswa menuliskan hasil temuan-temuannya ke dalam lembar pengamatan suatu objek, 15) guru meminta siswa untuk menggabungkan hasil pengamatannya dengan informasi yang diterima yang akan dijadikan bahan dalam membuat teks laporan hasil observasi, 16) setelah melakukan wisata lapangan dan kembali ke kelas, guru meminta siswa untuk menyusun kerangka tulisan dari informasi-informasi yang telah dikumpulkan menjadi sebuah teks laporan hasil observasi, 17) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan ide yang akan ditulis dan siswa lain diijinkan untuk memberikan masukan, 18) karena waktu tidak mencukupi untuk mengemabangkan kerangkata tulisan, Guru menugasi siswa membuat sebuah teks laporan hasil observasi berdasarkan hasil pengamatan, 19) ada akhir kegiatan guru dan siswa melakukan tanya jawab untuk membuat suatu simpulan materi yang telah dibahas, dan 20) guru dan siswa mengucapkan salam penutup. Kedua, model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dapat meningkatkan kemampuan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 3 Singaraja. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skor rata-rata yang diperoleh siswa dari prasiklus 65,00 (cukup), tindakan siklus I 76,84 (baik), dan tindakan siklus II 79,96 (baik). Pada siklus I, siswa memperoleh nilai sesuai KKM sebesar 65,63%, sedangkan pada siklus siswa memperoleh nilai sesuai KKM sebesar 81,25%. Dari kedua siklus terjadi peningkatan sebesar 15,62%. Pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi dengan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dikatakan berhasil karena 81,25% dari jumlah siswa di kelas memperoleh nilai 77 ke atas (sesuai KKM), sehingga tindakan dihentikan, dan ketiga, respons siswa dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi malalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan adalah positif. Pada siklus I respon siswa secara klasikal dengan skor rata-rata sebesar 42,53 (positif). Pada siklus II atau siklus teraksir, respon siswa secara klasikal dengan skor rata-rata sebesar 43,72 (positif).
Berdasarkan simpulan di atas. Ada beberapa hal yang bisa disarankan bagi pihak-pihak terkait sebagai berikut. (1) bagi guru Bahasa Indonesia, langkah-langkah pembelajaran dalam model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dapat di terapkan sebagai salah satu pilihan model pembelajaran alternatif pada pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi. Model tersebut dapat merangsang minat siswa dalam mengikuti pembelajaran karena model yang digunakan lain dari model pembelajaran yang selama ini diterima oleh siswa. Siswa dapat menuangkan ide dan gagasan ke dalam sebuah tulisan berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan secara langsung, (2) bagi peneliti lain yang ingin meneliti masalah yang relevan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan penelitian dengan mengembangkan aspek-aspek yang belum tersentuh dalam penelitian ini, seperti penerapan model keterampilan menulis teks eksposisi, teks anekdot, teks prosedural kompleks, dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA Dewi, Ni Putu Eka Puspita. 2014. Analisis Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Pembelajaran Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Kelas X Iis.1 SMAN 1 Mendoyo. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta : Andi Hamzah. 2011. Model Pembelajaran.Jakarta: Bumi Angkasa Kumarawati, Komang Krisna. 2015. Penerapan Motode Pembelajaran Kooperatif Tipe (STAD) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Siswa Kelas X Mia 1 SMAN 1 Mendoyo. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta : BPEE
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume : Vol: 3 No: 1 Tahun:2015 Partin, Ronald L. 2009. Kiat Nyaman Mengajar di Dalam Kelas. Jakarta: Indeks. Putra, I Komang Rika Adi. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Telaah Yurisprudensial Melalui Metode Dialog Socrates untuk Meningkatkan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sukasada. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Rickinson, M. dkk. 2005. Engaging and Learning with the Outdoors – The Final Report of the Outdoor Classroom in a Rural Context Action Research Project. Preston Montford, Shropshire: Final Report. http://www.bath.ac.uk/cree/resources/ OCR.pdf. (Diakses 16 Oktober 2015) Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta Surya, Hendra. 2003. Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar. Jakarta: PT. Elice Media Kumputindo Tarigan, Hendry Guntur. 1986. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Vera, Adelia. 2012. Metode Mengajar Anak di Luar Kelas (Outdoor Study). Yogyakarta : Diva Press Wena, Made. 2008. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara Winataputra, Udin S. 2001. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: PAUPPAI.