BAB II LANDASAN PERANCANGAN
2.1
Teori Desain Kata ”desain” pertama dipopulerkan dengan bahasa inggris yaitu design,
yang berarti rancangan, rencana, dan reka rupa. Dari kata design timbullah kata desain yang berarti mencipta, memikir dan merancang (Soekarno, 2005 :1), Desain dapat juga diartikan upaya atau aktifitas pemecahan suatu masalah yang dipadu oleh suatu sasaran yang ditetapkan (Bruce L.Archer 1968), dan desain juga berarti merancang, menciptakan susunan garis, warna, bidang, dan tektur serta memilih
unsur-unsur
tersebut
yang
kemudian
menggarap,
mengelola,
membentuknya dan mewujudkan suatu bentuk ciptaan yang mengandung kaidah rasa nilai estetika dari wujud yang dimaksud (Affendi, 1976:5).
2.1.1 Pengertian Desain Tekstil Kata “tekstil” berasal dari kata “textere” (bahasa Inggris) yang merupakan asal mula dari kata “textile’s” (bahasa latin) yang merupakan kata benda dari “textere” ýang artinya menenun tekstil, dimana tekstile tersebut merupakan suatu yang dihasilkan dengan cara memintal, menenun, merajut, merenda, dilampisi, dikempa, untuk menjadi suatu lembaran kain untuk menghasilkan busana dan keperluan lainnya yang terbuat dari benang atau berbagai serat engan berbagai warna. Bedasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa desain tekstil adalah suatu proses perancangan, penciptaan, bentuk dan pengolahan susunan garis, bidang warna, atau nada tekstur yang mengandung nilai estetik yang diwujudkan, melalui gambar dan motif diatas kain permukaan atau tekstil untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat terutama desain tekstil yang meliputi aspek fungsi dan bahan. Desain (surface design) yaitu merupakan salah satu upaya pemberian rupa dan warna diatas permukaan tekstil dan tenun (Nanang Rizaldi, 2001;212), karena unsur rupa tersebut bisa diterapkan melalui teknik batik, bordir, pencelupan, dan lain sebagainya. Dalam membuat desain permukaan, bentuk desain yang
www.stisitelkom.ac.id
digunakan adalah bentuk pengulangan (Repeated) dan bentuk desain tanpa pengulangan (Non Repeated design form) (Watermann 184;24). Desain adalah sebuah rancangan / seleksi atau aransemen dari elemen formal karya seni, ekspresi konsep seniman dalam berkarya yang mengkomposisikan berbagai elemen dan unsur yang mendukung. Atau aktivitas menata unsur–unsur karya seni. (Susanto,2002 : 31).
2.1.1.1 Penggolongan Desain Tekstil Pada desain tekstil secara garis besarnya digolongkan menjadi dua kelompok (Nanang Rizaldi, 2006;34) yaitu: 1. Desain Struktur (Structural design) Desain struktur merupakan perancangan desain yang mana diperoleh melalaui jalan mengolah susunan benang dengan cara menjalin struktur anyaman benang melalui perbedaan bahan, meliputi ukuran, warna,
kerenggangan,
dan
tekstur
benang,
yang
mana
teknik
pembuatannya secara umum dihasilkan melalui teknik pembuatan kain tenun atau suatu upaya penciptaan desain baru yang memanfaatkan struktur susunan dari proses menenun, namun kemungkinan lain dari wujud desain struktur ini berupa renda (crochet) , rajut (knitting), dan kepangan (braiding). 2. Desain permukaan (Surface Design) Desain permukaan adalah desain yang dikerjakan setelah proses pembuatan kain dilakukan. Desain permukaan yaitu Penciptaan desain dengan cara memberi hiasan berupa motif dan warna di atas permukaan kain setelah ditenun. (Nanang Rizali, 2006 : 34 – 36). Penampilan rupa dan warna menjadi peran utama yang berkaitan dengan daya tarik estetik misalnya printing, painting, embroidery, beads dan lain-lain. Untuk membuat motif desain tekstil ada unsur-unsur desain yang tidak dapat dipisahkan, tetapi berhubungan satu dengan yang lain membentuk suatu kesatuan (unity). Unsur-unsur desain tekstil menurut Nanang Rizali (2006:49 – 54) diantaranya :
www.stisitelkom.ac.id
a. Garis (lines) Garis dibedakan menjadi dua, yaitu : Garis yang bersifat grafis, contohnya : garis lengkung, bengkok, patah, bergelombang dan lain sebagainya. Garis ini biasanya di manfaatkan untuk motif batik, lukisan Bali dan lain sebagainya. Dan garis yang bersifat/mengikat ruang, massa, warna bentuk (structural line), pada hakikatnya garis ini tidak jelas, secara tergambarkan tidak terlihat. b. Bentuk (shape) Kesatuan dari garis akan berwujud berbagai macam bentuk seperti bentuk-bentuk figuratif, natural, abstrak dan lain sebagainya. Pengertian bentuk selalu dikaitkan dengan motif, pola ragam hias. c. Warna Warna merupakan kesan yang diperoleh oleh mata kita pada saat melihat cahaya yang dipantulkan oleh benda yang dikenainya. Dalam karya seni rupa peranan warna sangat penting karena dapat digunakan untuk menyatakan gerak, jarak, tegangan, ruang, bentuk, ekspresi, dan lain-lain. d. Tekstur Dalam desain tekstil tekstur dapat dibentuk melalui penciptaan dari desain struktur melalui proses tenun.
2.1.1.2
Jenis-Jenis Desain Permukaan Ada banyak jenis desain permukaan (surface design) sebagai berikut : 1.
Ikat (pelangi, tie dye) Upaya pembuatan ragam hias diatas permukaan kain dengan cara mengikat dengan karet, tali rafia, serat nanas, dan sebagainya. Ikatan tersebut terbuat dari bahan yang tidak muda menyerap agar bagianbagian yang diinginkan tidak terkena warna apabila dicelup.
www.stisitelkom.ac.id
2.
Batik Suatu cara untuk melukis diatas kain (kain mori, katun, tetoron, sutera, dan lainnya) dengan cara melapisi bagian-bagian yang bewarna dengan lilin yang disebut malam, yang mana terbuat dari bahan lilin lebah yang kuning dicampur dengan paraffin atau getah damar (shadily 1999;417).
3.
Isian (binding) Pada isian pada tektil ini berawal dari teknik tie dye atau ikat celup yang biasa digunakan untuk mendapatkan efek kerut dengan permainan warna pada permukaan kainnya,sedangkan isian yang dipakai ini adalah isian tanpa melalui proses celupan yang artinya isian dibiarkan untuk tidak dilepas seperti pada penggunaan tie dye dalam waktu beberapa lama untuk mendapatkan efek kerut yang baik.
4.
Imbuh Pembuatan suatu ragam hias yang baru dengan menambah suatu unsur pada kain yang digunakan bertujuan untuk menghias kain dengan
media
yang
digunakan
seperti
mengecat
langsung
(menggambar pada kain dengan cat tektil), kida (memberi manikmanik, payet, mute, dengan cara dijahit pada permukaan kain sesuai yang diinginkan). 5.
Printing Pemberian warna dan motif dengan teknik membuat permukaan kain menjadi lebih menarik dengan dilakukan secara mekanik (mesin printing).
6.
Patchwork Penggunaan teknik dengan cara menyambung potongan kain satu persatu untuk mendapatkan motif yang baru dengan cara menjahitnya, baik menggunakan mesin maupun secara tradisional menggunakan tangan.
www.stisitelkom.ac.id
7.
Painting Membuat lukisan pada permukaan kain dengan teknik melukis dengan menggunakan kuas dan cat khusus tekstil.
8.
Airbrush Suatu teknik membuat permukaan kain menjadi lebih menarik dengan menggunakan semprotan khusus, sehingga menimbulkan efek-efek gradasi dan nuansa warna yang menarik.
9.
Embroidery Suatu teknik pekerjaan yang bersifat menghias kain dengan menggunakan jarum dan benang, serabut atau jalur kulit sesuai dengan media yang dikehendaki.
10.
Sculpture Penggunaan teknik yang berwujud tiga demensi dari cabang seni rupa yang mengambil bentuk alami yang telah ada disekitar kita, dengan pembentukan pada media tekstil yaitu suatu karya seni yang dibuat menggunakan media kain keras untuk dibuat secara efektif dalam mengaplikasikan suatu bentuk menjadi sebuah karya seni yang indah.
11.
Quilting Suatu teknik seni melapisi hasil dari teknik patchwork dengan material lembut seperti dacron yang kemudia dijahit mengikuti arah teknik patchwork atau garis-garis artistik lainnya.
Pada tekstil yang akan dipilih untuk desain permukaan pada busana muslim dengan menerapkan motif geometris dengan media kain perca adalah dengan menggunakan teknik emboidery dan imbuh sebagai teknik yang bisa digunakan dan disesuaikan dengan karakter motif agar terlihat tegas dan mewah.
www.stisitelkom.ac.id
2.1.1.3 Prinsip-Prinsip Desain Motif Prinsip-prinsip desain antara lain Menurut Nanang Rizali (2006 : 42-48): a. Irama / ritme / keselarasan Irama merupakan suatu susunan dalam keseluruhan desain. Irama dapat tercipta dengan pengulangan ukuran atau bentuk atau garis yang beraturan dengan jarak dan bentuk yang sama, perbedaan bentuk yang teratur dan berkelanjutan, serta perbedaan jarak yang berkelanjutan antara bidang yang selaras dalam gerak. b. Dominasi / daya tarik / pusat perhatian Dominasi merupakan bagian yang kontras dengan daerah sekitarnya yang mampu menarik perhatian. Apabila disebarkan dalam suatu ukuran susunan akan menciptakan tema pokok. c. Keseimbangan Keseimbangan merupakan kondisi yang memiliki posisi, ukuran, proporsi, kualitas yang sama. Dalam sebuah desain terdapat dua keseimbangan yaitu keseimbangan simetris dan keseimbangan asimetris. Pengertian keseimbangan simetris adalah tipe balans yang paling sederhana dan nyata, oleh karena itu kesatuan (unity) mudah diperoleh dalam keseimbangan ini. Sedangkan dalam keseimbangan asimetris hanya kepekaan imajinatif yang dapat membantu dalam penciptaan keseimbangan ini.
2.1.2 2.1.2.1
Tinjauan Motif Songket Definisi Motif Songket Pengertian kain songket adalah kain yang ditenun dengan menggunakan
benang emas atau benang perak dan dihasilkan dari daerah-daerah tertentu saja, kata songket karena dihubungkan dengan prinsif benang tambahan yang melalui proses menyungkit atau menyungkit benang lungsi dalam membuat pola hias. Ada beberapa istilah dari beberapa daerah yang menyebutkan asal kata songket. Seperti misalnya dari palembang yang mengatakan bahwa kata songket berasal dari kata songko yaitu saat pertama orang menggunakan benang emas sebagai benang hiasan dari sebuah ikat kepala. Motif songket merupakan suatu motif atau
www.stisitelkom.ac.id
simbol-simbol yang ada dalam kain songket. Motif-motif yang ada tersebut mempunyai arti perlambangan yang sakral dalam setiap coraknya dan dalam satu kain songket terdapat perpaduan beberapa motif ,warna dan perlambangan yang berbeda- beda dalam kain songket yang disesuaikan dalam penggunaanya atau pemakaiannya. Pada kain songket arti dan perlambangan dalam motif atau corak yang ada dalam kain merupakan suatu hal yang melambangkan sebuah do’a untuk sipemakainya dan memiliki arti perlambangan yang baik. Dalam kain songket lebih banyak terdapat motif-motif yang memiliki corak geometris dikarenakan motif geometris lebih muda dibuat pada saat ditenun.
Gambar 2.1 : Contoh kain songket yang ada dipalembang “sumber musium tekstil dan zainal songket”
2.1.2.2
Sejarah Motif Songket Keberadaan kain songket Palembang merupakan salah satu bukti
peninggalan kerajaan Sriwijaya yang mampu penguasai perdagangan di Selat Malaka pada zamannya. Para ahli sejarah mengatakan bahwa kerajaan Sriwijaya sekitar abad XI setelah runtuhnya kerajaan Melayu memegang hegemoni perdagangan laut dengan luar negeri, diantara negara yang mempunyai hubungan
www.stisitelkom.ac.id
dagang dengan kerajaan Sriwijaya adalah India, Cina, Arab dll. Keberadaan hegemoni perdagangan ini menunjukan sebuah kebesaran kerajaan maritim di nusantara pada masa itu. Keadaan geografis yang berada di lalu lintas antara jalur perdagangan Cina dan India membuat kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim dan perdagangan internasional (Achmad Slamet. 1997). Hubungan dagang internasional itu mengantarkan kerajaan Sriwijaya kepada kerajaan yang terbuka terhadap pengaruh dari luar, adanya hubungan dagang dengan Negara tetangga secara tidak langsung mempengaruhi kebudayaan setempat. Sebagai akibat dari adanya pertukaran barang dalam perdagangan telah mempengaruhi corak atau motif kain songket yang dihasilkan didaerah Palembang. Banyaknya pengaruh kesenian yang dibawa oleh para pedagang tersebut yang diantaranya berasal dari Timur Tengah dan Tiongkok ( Cina ) mempengaruhi motif dalam desain kain songket Palembang. Salah satunya adalah agama Islam yang dibawa oleh pedagang dari Timur tengah, walaupun dalam kesenian Islam tidak diperbolehkan mewujudkan mahluk hidup, tetapi didalam desain kain songket tampak dibuat binatang binatang tertentu. Seperti misalnya berbagai jenis burung, reptilia dan naga. Motif bunga manggis dalam desain kain songket juga terdapat pada relief-relief candi Prambanan dari abad kesembilan dan kesepuluh, para ahli memperkirakan ada persamaan dengan motif yang ada dalam desain songket Palembang dan ini merupakan bukti peninggalan sejarah dari zaman Hindu di Indonesia yang terdapat dalam desain kain songket Palembang hingga saat ini (Tenun Tradisional Sumatera Selatan, Tim Penulis Depdikbud Dinas Permuseuman Pembinaan Sumatera Selatan 2000).
2.1.3
Tinjauan Motif Geometris
2.1.3.1 Definisi Motif Geometris Geometri adalah ilmu yang membahas tentang hubungan antara titik, garis, sudut, bidang, dan bangunan-bangunan ruang (Travers dkk “1987”). Geometris menurut Drs.Aryo sunaryo adalah bersifat ilmu ukur, bertalian dengan bentuk-bentuk ilmu ukur seperti garis lurus, bidang segi empat, segi tiga, dan sebagainyaa. Bentuk Geometris/Beraturan adalah bentuk matematis yang apabila
www.stisitelkom.ac.id
di potong akan membagi sama pada salah satu atau di kedua sisinya (Alberta.H,”catatan perkuliahan”) . Sedangkan definisi motif adalah bentuk atau tema pokok ragam hias, unsur pokok dalam sebuah hiasan yang ditambahkan pada produk seni atau ragam hias. Jadi motif geometris adalah suatu ragam hias geometris yang menggunakan motif-motif yang teratur, Ragam hias geometris memiliki pola (pattern) yang teratur yang terdiri dari kelompok motif yang teratur pula bentuknya (shape), ada yang mengembang kesatu dua arah saja, atau bahkan motif-motifnya mengembang kesegala arah (Dedy suardi).
2.1.3.2
Perkembangan motif geometris Motif geometris adalah suatu motif yang merupakan motif tertua dalam
ornamen, motif geometris sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Motif geometris menggunakan unsur-unsur rupa seperti garis dan bidang yang pada umumnya bersifat abstrak, yang dapat dikenali sebagai bentuk objek-objek alam, Hampir di setiap daerah di Indonesia banyak ditemukan motif geometris, menurut Drs.Aryo Sunaryo motif-motif geometris juga merupakan warisan dari nenek moyang yang pengembangan motif geometris ini sebagaimana yang terdapat dari peninggalan kebudayaan prasejarah yang berasal dari kebudayaan dongson.
Gambar 2.2: Contoh motif-motif geometris dari zaman prasejarah (sumber Aryo Sunaryo)
www.stisitelkom.ac.id
Gambar 2.3 Contoh motif geometris pada kain (sumber Suwarti Kartiwa)
2.1.4
Tinjauan kain perca Kain perca merupakan suatu kain yang tidak terpakai lagi atau dengan kata
lain sisa atau potongan-potongan kecil dari produksi dari bahan jadi, berdasarkan nilai guna kain perca dapat dikatakan sebagai limbah kain yang tidak memiliki nilai pungsi secara keseluruhan atau di golongkan sebagai limbah, beberapa ahli mengatakan limbah dapat diartikan sebagai bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan". (Kamus Istilah Lingkungan, 1994). limbah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemilikya atau pemakai semula. (Tandjung, Dr. M.Sc., 1982), limbah adalah sumber daya yang tidak siap pakai (Radyastuti, W. Prof. , Ir, 1996).
2.1.5 Tinjauan Umum Busana 2.1.5.1 Pengertian Desain Busana Busana memiliki arti kata dari bahasa sangsakerta yaitu “Bhusana” dalam istilah jawa disebut “Busono”, kedua bahasa tersebut memiliki arti yang sama
www.stisitelkom.ac.id
yaitu “perhiasan”. Definisi busana adalah pakaian yang enak di pandang mata, serasai, selaras, dan harmoni dengan pemakai dan kesempatan pemakai (Riyanto, 2003 : 1). Definisi busana secara umum adalah dapat diartikan bahan tekstil atau bahan lainnya yang sudah dijait atau tidak dijahit dipakai untuk menutupi tubuh. Sedangkan definisi busana secara luas adalah semua yang kita pakai mulai dari kepala sampai dengan ujung kaki yang menampilkan keindahan(Riyanto,2003 :3).
2.1.5.2 Klasifikasi Busana Berdasarkan gender busana dibagi yaitu busana wanita dan pria, Busana merupakan hal yang penting dalam kehidupan oleh karena itu busana dapat digolongkan berdasarkan kegunaan sipemakai yang disesuaikan dengan keadaan, dan karakter penampilan yaitu : 1. Ready To Wear Adalah suatu jenis busana yang dapat dikenakan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya (wearability), dan biasanya diproduksi secara massal atau terbatas dalam berbagai pilihan ukuran dan warna serta yang terpenting adalah ketahanan dan proses perawatan serta pemeliharaan busana yang tidak rumit. 2. Artwear Yaitu bentuk busana yang rancangannya lebih menonjolkan aspek estetika dibandingkan dengan fungsionalnya, ada beberapa jenis artwear yaitu avant garde dan radical wear. Artwear diproduksi secara manual dan dilakukan dengan pengerjaan tangan bukan mesin. 3. High Fashion Dalam bahasa Indonesia berarti adibusana yang mana proses produksinya dan pengerjaannya rumit, materialnya memiliki kualitas tinggi, perhatian dan perlakuan khusus terhadap aspek detail, jahitan busana serta ketepatan dengan bentuk tubuh dan ekslusif yang sangat terbatas, biasanya karakter busana ini anggun dan elegan namun aspek pemeliharaannya busana ini tergolong rumit dan harus hati-hati.
www.stisitelkom.ac.id
2.1.5.3 Teori Fungsi Busana Busana memiliki nilai fungsi dan kegunaan maka ada beberapa hal yang melandasi akan teori yang menjelaskan tentang busana : 1. Teori Melindungi Diri (Protection Theory) Banyak alasan yang membuat seseorang untuk melindungi dirinya termasuk seseorang memiliki alasan dalam berbusana adalah untuk melindungi diri seseorang cuaca panas dan dingin. 2. Teori Berhias (Decoration Theory) Teori pada busana yang mengutamakan estetika adalah agar sipemakai terlihat menarik yang mana teori berhias ini juga untuk mempercantik seseorang ketika memakai busana atau membuat seseorang menarik perhatian lawan jenis atau yang memperhatikannya.Teori ini juga dapat dikatakan sebagai cara untuk melihat menaikkan status sosial seseorang. 3. Teori Kesopanan (Modesty Theory) Pada teori ini pendapat bahwa fungsi busana yang didasari akan nilainilai atau suatu teori kesopanan terdapat perbedaan dalam penerapan suatu teori kesopanan dalam berbusana yang diiringi beberapa faktor : a.
Berbedanya nilai kesopanan disetiap kebudayaan .
b.
Tergantung pada situasi dan kondisi masyarakat tersebut terhadap konsep kesopanan yang berbeda-beda sesuai dengan usia dan latar belakang kehidupan seseorang.
2.1.5.4 Aspek-aspek Perancangan Busana Dalam hal perancangan sebuah desain busana perlu hal yang direncanakan
dengan
baik
sesuai
dengan
aspek-aspek
perancangan
(Riyanto,2003:68-74). Aspek-aspek perancangan busana tersebut adalah: •
Aspek Struktural
Aspek strutural adalah meliputi bagaimana suatu busana dibentuk agar bisa memenuhi kegunaannya dan bagaimana garis-garis struktural serta bagian-bagiannya saling berhubungan satu sama lain, sehingga masing-
www.stisitelkom.ac.id
masing pada bagian untuk saling menyatu, bagaimana sebuah baju pas untuk dikenakan dan bagaimana cara melepaskannya. •
Aspek Dekoratif
Untuk sebuah aspek dekoratif adalah suatu desain yang dibuat untuk memperindah suatu desain struktur baik melalui sebagai hiasan maupun mempunyai fungsi ganda. Yang bersifat aspek dekoratif lebih dekat hubungannya dengan pengaruh visual dan penampilannya, Juga ada hal yang berfungsi ganda yaitu yang bersifat dekoratif dan bersifat fungsional. •
Aspek Fungsional
Aspek fungsional merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan bagaimana busana tersebut “bekerja” atau dikenakan, hal tersebut terkait pada beberapa ataupun keseluruhan dari busana pada saat waktu pemakaian. Ada beberapa cara untuk menerapkan desain dekoratif dalam pakaian : a.
Pada penerapan kain atau bahan pada permukaan struktur, seperti bermacam-macam hiasan pita, hisban, renda serta kancing.
b.
Warna dan motif, desain dekoratif dengan warna pada blus, misalnya blus yang bewarna merah dengan saku dan kerah warna hijau atau biru, dapat pula pada rok pias (lajur/jalur) enam dengan mengkombinasikan dua warna selang seling polos atau bermotif.
c.
Detail kontruksi, misalnya dengan setikan pinggiran, lipitan jarum, kerutan dengan benang, smock, patchwork, dan quilting. Detail pada desain tersebut dapat berfungsi sebagai hiasan atau dapat pula menampilkan suatu desain struktur. Contohnya hiasan pada busana yaitu smok dengan suatu garis pas dibagian pinggang, hiasan dengan quilting untuk jaket, atau patchwork pada busana anak.
Perancangan busana akan dapat dihasilkan dengan baik apabila memenuhi kriteria aspek, unsur, dan prinsif desain. ketiga hal tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya dan tidak dapat berdiri sendiri (Davis,1979 : 28).
www.stisitelkom.ac.id
2.1.5.5
Prinsip-prinsip Desain Busana
1. Pengulangan (Repeat) Pengulangan adalah sesuatu yang dibuat dengan berulang-ulang atau pemakaian lebih dari satu kali, dan hal yang sama disusun dalam posisi yang berbeda tetapi dengan bentuk yang sama. 2. Proporsi (proportion) Proporsi adalah keseimbangan antara garis,bentuk dan warna dalam peletakan. 3. Keseimbangan (Balance) Keseimbangan adalah sesuatu yang terbagi merata dan mengakibatkan terwujudnya keseimbangan atau kestabilan dalam penempatan. 4. Irama (Rhythm) Irama adalah suatu gerakan yang terorganisir, aspek ketebalan, jejak, keseimbangan pada garis dan aspek-aspek lainnya dan garis dengan sendirinya telah mengandung irama. 5. Komposisi Komposisi adalah Penyusunan unsur-unsur dalam suatu wadah (bidang atau ruang) dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan prinsipprinsip rupa. Dalam perancangan, unsur-unsur desain biasanya dikaitkan dengan segala sesuatu bahan/material yang akan digunakan pada proses pembuatan produk akhir. (Alberta H,”catatan perkuliahan”). Prinsif desain yang dipakai dan disesuaikan dengan kondisi desain tidaklah selalu harus dipakai semuanya dalam satu desain sebab akan menimbulkan kesan tumpang tindih karena desain yang baik adalah desain yang tepat dalam penempatan unsur-unsur didalam desainnya (Davis :1980,191-275).
2.1.5.6 Definisi Busana Muslim Busana muslim adalah suatu busana yang dikenakan oleh orang muslim (Islam) untuk menutupi auratnya dan termasuk kedalam klasifikasi busana ready to wear, busana atau pakaian yang dikenakan bagi wanita muslim dari atas kepala
www.stisitelkom.ac.id
sampai keujung kaki harusla tertutup kecuali muka dan telapak tangan sedangkan bagi laki-laki dari leher sampai mata kaki kecuali telapak tangan dan telapak kaki. Ada beberapa bagian di Al Qur'an yang mewajibkan untuk menutupi aurat. Berdasarkan Dari Surat (Al Ahzab:59) Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mu'min: hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.
Yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang(Al-Qur'an:340). Dari Alquran surat (An Nur:31) Katankanlah kepada wanita yang beriman; 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan jangan mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (Al-Qur'an:282). Ada banyak hal yang dimaksud dengan aura dan ada bermacam-macam interpretasi tentang bagaimana dan kapan aurat ditutupi. Ada para aktivis Islam di Indonesia yang percaya bahwa busana tertutup dikenakan ketika harus menutupi badan untuk sholat saja, dan tidak harus sehari-hari (Brenner 1996:674). Juga ada orang Muslim yang menutupi aurat dengan cadar, dan ada yang lain yang memakai jilbab saja. Jadi Busana Muslim adalah pakaian yang tidak ketat atau logar ketika dikenakan dan menutupi aurat baik untuk laki-laki dan wanita.
Gambar 2.4 : Contoh busana muslim secara umum yang dikenakan di timur tengah“sumber busana muslim .com
www.stisitelkom.ac.id
2.1.6
Busana Muslim Untuk Wanita Dewasa
2.1.6.1 Busana Pesta Pesta merupakan suatu tradisi perayaan, jamuan makan dan minum atau bersuka ria dengan dikelilingi banyak kolega serta sanak saudara yang diiringi musik dan tari sebagai sambutan pesta. Dalam pesta biasanya busana yang banyak dikenakan oleh para tamu atau kolega adalah busana yang tidak dikenakan pada hari-hari biasa, karena dari bahan, aksesoris dan motif yang disertai dengan imbuh terkesan mewah atau gemerlap karena imbuh. Pemakaian busana yang dikenakan untuk pesta pada saat siang dan petang biasanya menggunakan warna-warna terang dan pastel, untuk dimalam hari busana muslim untuk pesta menggunakan atau memakai warna gelap dan warna-warna tua. Berdasarkan jenis kelamin juga dapat dibedakan menjadi busana pesta pria dan wanita, sedangkan berdasarkan acara pestanya dapat dibedakan menjadi busana pesta formal biasanya dibuat dengan menggunakan bahan yang bertekstur lembut dan halus, dengan hiasan yang menarik sehingga kelihatan istimewa sedangkan busana pesta in formal biasanya memililih cutting (pemotongan) dan model yang lebih simpel, terkesan muda, materi dan bahan serta warna lebih bebas tidak harus gelap.dengan demikian dapat disimpulkan bahwa busana pesta adalah pakaian yang dikenakan pada acara-acara tertentu yang disesuaikan dengan keadaan atau macam pesta (catatan perkuliahan, jusuf 2005).
2.1.6.2 Aspek Estetika 1. Ragam Hias atau Corak Pemilihan dari suatu ragam hias didasari dari minat yang selalu memperhatikan penampilan terutama pada kesempatan tertentu seperti pesta, berkumpul pada suatu kegiatan sosial, atau sekedar kumpul dengan komunitas, maka dapat dipilih ragam hias yang berkesan anggun, cantik, sederhana namun menarik dan elegan. Motif yang akan diambil adalah motif yang terinspirasi dari motif geometris yang ada pada kain songket palembang dengan menonjolkan ragam hias dengan menerapkan motif
www.stisitelkom.ac.id
geometris pada busana muslim yang dapat menunjang penampilan busana muslim wanita dewasa. 2. Warna Komposisi warna mengacu pada warna-warna pastel yang disesuaikan dengan motif yang dilihat berdasarkan dengan psikologi warna dan juga berfungsi agar warna tetap natural tetapi memiliki aksen gemerlap. 3. Komposisi Dalam pemilihan ragam hias motif geometris,warna-warna cerah, sedikit mencolok dan proporsi tubuh yang disesuaikan dengan busana muslim yang akan dikenakan wanita agar terlihat cantik dan anggun tetapi tetap modern. 4. Proporsi Bentuk dan model busana merupakan suatu hal yang harus diperhatikan, terutama dengan pertimbangan bentuk tubuh sipemakainya.
2.1.7 Psikologi Dewasa Masa dewasa menurut E.B Hurlock, adalah terbentangnya sejak tercapainya kematangan secara hukum sampai kira-kira usia 40 tahun, dialami seseorang sekitar 20 tahun (Hurlock dalam Mapiere,1983 : 19). Rhenaldi kasali (2000, 200-201) mengatakan bahwa ada dua konsep yaitu jika seseorang sudah mengalami perubahan biologis dan dewasa, sedangkan secara ekonomi yaitu jika seseorang mampu membiayai hidupnya sendiri. •
Usia 17-21 tahun : adalah masa transisi Usia ini merupakan usia manusia yang cendrung berpenghasilan masi rendah, bahkan sebagian masi tergantung pada orang tua.
•
Usia 22-30 tahun Pada masa ini sebagian besar adalah manusia yang menapaki usianya untuk menjajaki atau membentuk rumah tangga, dan sebagian anggaran belanja dihabiskan untuk palaian,aksesoris, makan diluar dan menyenangi berbagai tentang informasi kehidupan diluar aktifitasnya.
www.stisitelkom.ac.id
•
Usia 31-40 tahun Pada masa ini baru mulai membentuk ,dan mulai membangun rumah tangganya serta kebutuhan anak semangkin meningkat.
•
Usia 41-50 tahun Biasanya usia ini adalah usia yang sudah menampaki kemampanan,jika seseorang sudah mempersiapkannya dari usia muda.
•
Usia 51-60 tahun Usia ini adalah usia yang sudah mempersiapkan untuk pensiun dan biasanya usia ini lebih memperdalam ilmu keagamaan.
Berdasarkan psikologi dewasa diatas maka Pada usia yang akan dipilih usia 30-40 tahun adalah penggabungan pengelompokan usia dan karakter secara umum yaitu : •
Pada masa ini adalah masa yang mempersiapkan pernikahan
•
Sebagian anggaran dipergunakan untuk belanja untuk kebutuhan aksesoris ataupun untuk kebutuhan rumah
•
Menapaki rumah tangga secara benar
•
Pada umumnya dengan usia wanita dewasa pemakaian busana yang lebih terlihat sopan dan elegan untuk tetap tampil beda.
Maka dapat dikatakan usia dewasa ini adalah usia yang mana pola hidup, pola perasaan, pola pikir sikap dan pola prilaku kehidupan dapat ditentukan dengan cara menyikapi usia dan karakternya dengan bijak.
2.2
Tinjauan Empirik Dengan perkembangan teknologi dan fashion atau trend saat ini yang
sangat pesat walaupun dengan keadaan ekonomi dan suasana politik yang selalu berubah-ubah, namun perkembangan teknologi dan fashion atau trend yang merupakan suatu kebutuhan tetapla saja berjalan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pasar menyediakan berbagai kebutuhan busana seksi atau mini sampai busana tertutup untuk muslim. Dilihat dari perkembangannya tekstil sudah sangat
www.stisitelkom.ac.id
maju dan beraneka ragam serta banyak macam dalam segi pembuatan desain permukaan mulai dari bordir, imbuh, printing, ikat celup, teknik isian, painting, dan sebagainya baik yang berupa bentuk dari dua dimensi atau tiga dimensi. Pada perkembangannya desain busana muslim dengan esplorasi motif geometris sebagai inspirasi perancangan yang menggunakan teknik embroidery yang diterjemahkan sebagai elemen estetis pada busana muslim. Maka dengan diterapkannya motif geometris yang berasal dari motif songket palembang menjadi suatu motif geometris yang baru pada bagian permukaan pada desain tekstil busana muslim dewasa tanpa meninggalkan ciri atau khas sumatra selatan dan dengan penggunaan warna netral yang disesuaikan dengan motif geometris dengan media kain perca . Penerapan motif geometris ini sebagai elemen estetik pada busana muslim yang terinspirasi dari bentuk –bentuk geometris yang ada pada tekstil Indonesia dan khususnya pada motif kain songket palembang yang lebih banyak dikenakan oleh para pengantin palembang. Motif geometris juga banyak terdapat pada beberapa busana yang ada dipasaran. Busana-busana muslim tersebut merupakan busana yang dikombinasikan oleh desainernya dengan berbagai elemen agar tidak
terlihat kaku tetapi tetap elegan dan indah dan tidak
meninggalkan pungsi dari busana tersebut.
www.stisitelkom.ac.id
Gambar 2.5 : Contoh busana muslim yang ada dipasaran “sumber busana muslim.com:”
www.stisitelkom.ac.id
2.3
Gagasan Dasar Perancangan
2.3.1 Gagasan Awal Dengan melalui hasil kajian teoritik dan faktual, melalui perancangan motif geometris dengan teknik dasar permukaan untuk busana muslim dengan mempertimbangkan karakter manusia dewasa yang selalu ingin tampil menarik tetapi tetap elegan dan simple. Maka perancangan motif geometris yang ingin ditampilkan terletak pada satu beberapa titik, lembut, menarik, dan etnik modern dengan tanpa meninggalkan nilai kebudayaan yang ada. Hasil analisis ini dijadikan sebagai acuan dalam menentukan suatu tema dan suatu rumusan desain. Dengan inspirasi dalam mengangkat motif geometris pada busana muslim dengan media kain perca adalah dengan melihat suatu kebudayaan yang ada dari zaman dahulu, kemudian dibuat sebuah desain permukaan untuk busana muslim dengan menerapkan motif geometris sebagai elemen estetiknya.
2.3.2 Tema Desain Dari penjabaran diatas, dapat diambil satu kesimpulan secara umum bahwa timbulnya gagasan dasar karena upaya untuk memperkenalkan dan mengembangkan salah satu kebudayaan Indonesia yaitu motif geometris dari motif songket palembang sebagai salah satu ide dasarnya. Gagasan ini juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai estetis dari sebuah rancangan busana muslim. Karena hal-hal tersebut maka diambil suatu kesimpulan tema yang ada dari suatu penerapan busan muslim dengan menerapkan motif geometris adalah “the motif geometris of memory” yaitu suatu tema yang mana kita dapat di ingatkan kembali akan suatu motif geometris yang merupakan salah satu motif tertua dan salah cara agar dapat mengenalkan motif geometris tersebut sebagai salah satu ragam motif yang ada pada kain songket palembang dengan pengembangan serta inovasi baru, maka motif tersebut di ungkapkan kembali menjadi motif baru dengan kombinasi dan disesuaikan dengan perkembangan jaman.
www.stisitelkom.ac.id
2.3.3 Rumusan Desain Pada tema yang dituangkan
dalam rancangan busana muslim wanita
dewasa ini menggunakan beberapa jenis bahan yang bersifat ringan, lembut, dan teksturnya halus guna menghasilkan suatu busana yang elegan dan jatuh atau lembut ketika dikenakan dan penerapan motif geometris sebagai elemen estetiknya sebagai motif yang tegas, selain itu ada juga penggunaan bahan kain jins tetapi tetap lembut yang disesuaikan dengan karakter kain yang lain dan karakter wanita yang lembut tetapi tegas. Maka pengembangan rancangan permukaan tersebut menggunakan teknik embroidery dan imbuh sebagai eksplorasinya yang akan diterapkan pada busana muslim wanita dewasa. Warna yang akan digunakan adalah warna alam yang merupakan warna yang indah disekitar wanita yang dipadukan dengan warna yang gemerlap.
www.stisitelkom.ac.id