No. 09/15/81/Th. XVII, 15 September 2015 Agustus 2007 Agustus 2007
PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2015 RINGKASAN
bp
s.
go
.id
Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada di bawah Garis Kemiskinan) di Maluku pada bulan Maret 2015 sebanyak 328.410 orang (19,51 persen). Di bandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2014 yang berjumlah 316.110 orang (19,13 persen), dalam satu tahun ini tingkat kemiskinan naik sebanyak 0,38 poin, atau bertambah sebanyak 12.300 orang.
m
al
uk
u.
Selama periode Maret 2014 s.d. Maret 2015, penduduk miskin di daerah perdesaan bertambah 10.360 orang, sementara di daerah perkotaan bertambah sebanyak 1.940 orang. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan masih tinggi, yaitu sebesar 26,90 persen dibandingkan dengan daerah perkotaan yang mencapai 7,91 persen.
ht
tp
://
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan Maret 2015, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 76,76 persen. Pada periode Maret 2014 s.d. Maret 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Ini mengindikasikan bahwa dalam periode satu tahun terakhir, rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin mengecil.
Berita Resmi Statistik No. 09/15/81/Th. XVII, 15 September 2015
1
1.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku, Maret 2012—Maret 2015 Tingkat kemiskinan/persentase penduduk miskin pada periode 2012—2015 menunjukkan trend yang semakin menurun dari waktu ke waktu (Tabel 1). Dalam tiga tahun (Maret 2012 ke Maret 2015), jumlah penduduk yang rata-rata pengeluaran per bulannya di bawah Garis Kemiskinan atau yang kita sebut sebagai penduduk miskin, berkurang sebanyak 18.360 orang. Pada Maret 2015, BPS mencatat jumlah penduduk miskin di Maluku sebanyak 28.410 orang, atau bertambah sekitar 12.300 orang jika dibandingkan pada bulan yang sama tahun sebelumnya (Maret 2014, 316.110 orang). Dari sisi persentase, tingkat kemiskinan di Maluku pada Maret 2015 (19,51 persen) lebih tinggi dibandingkan Maret 2014 yang sebesar 19,13 persen. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Maluku Menurut Daerah, Maret 2012—Maret 2014 Persentase Penduduk Miskin
Kota + Desa
Kota
Desa
Maret 2012
57.890
288.880
346.770
9,78
28,87
21,78
Sept 2012
50.300
283.300
333.600
8,39
28,12
20,76
Maret 2013
47.860
268.120
315.990
7,93
26,34
19,49
Sept 2013
49.950
265.260
315.210
7,96
26,30
19,27
Maret 2014
49.830
266.280
316.110
7,80
26,28
19,13
Sept 2014
47.580
259.440
307.020
7,35
25,49
18,44
Maret 2015
51.770
276.640
328.410
7,91
26,90
19,51
go
Desa
://
m
al
uk
bp
s.
Kota
.id
Jumlah Penduduk Miskin
u.
Tahun
Kota + Desa
ht
tp
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Selama periode Maret 2014 s.d. Maret 2015, penduduk miskin di daerah perdesaan bertambah 10.360 orang, sementara di daerah perkotaan bertambah sebanyak 1.940 orang. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan masih tinggi, yaitu sebesar 26,90 persen dibandingkan dengan daerah perkotaan yang mencapai 7,91 persen.
Gambar 1. Trend Tingkat Kemiskinan di Maluku 2012—2012
Berita Resmi Statistik No. 09/15/81/Th. XVII, 15 September 2015
2
21.78 20.76 19.49
19.27
19.13
19.51
18.44
Mar 2012 Sept 2012 Mar 2013 Sept 2013 Mar 2014 Sept 2014 Mar 2015
2.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2014 - Maret 2015
go
.id
Jumlah penduduk miskin di Maluku pada bulan Maret 2015 sebanyak 328.410 orang (19,51 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2014 yang berjumlah 316.110 orang (19,13 persen), dalam satu tahun ini tingkat kemiskinan naik sebanyak 0,38 poin, atau penduduk miskin bertambah sebanyak 12.300 orang.
tp
://
m
al
uk
u.
bp
s.
Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih tinggi daripada perdesaan. Garis kemiskinan di perkotaan pada Maret 2015 sebesar Rp400.347,- per kapita per bulan, sedangkan di perdesaan sebesar Rp399.176,- per kapita per bulan. Secara umum, nilai Garis Kemiskinan yang digunakan sebagai dasar penentuan status kemiskinan penduduk di Maluku pada Maret 2015 sebesar Rp399.632,- yang juga berarti, untuk memenuhi kebutuhan dasar 2100 kkal makanan per hari dan pengeluaran dasar nonmakanan dalam satu bulan per orang di Maluku dibutuhkan uang sekitar Rp399.632,-. Orang dengan jumlah pengeluaran per bulan di bawah nilai Garis Kemiskinan tersebut berstatus miskin.
ht
Tabel 2. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2012—Maret 2014
Kota
Desa
Kota + Desa
Jumlah penduduk miskin
Maret 2012
300.490
268.981
280.693
346.770
21,78
September 2012
314.855
284.629
295.904
333.600
20,76
Maret 2013
315.012
285.967
296.778
315.990
19,49
September 2013
358.068
339.466
346.599
315.210
19,27
Maret 2014
362.783
345.536
352.208
316.110
19,13
September 2014
369.738
355.478
361.022
307.020
18,44
Maret 2015
400.347
399.176
399.632
328.410
19,51
Tahun
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Persentase penduduk miskin
Sumber: Diolah dari data Susenas
Berita Resmi Statistik No. 09/15/81/Th. XVII, 15 September 2015
3
Gambar 2. Trend Garis Kemiskinan Maluku, Maret 2012—Maret 2015 Kota+Desa
Desa
Kota
399632 399176 400347 361022 355478 369738 352,208 345,536 362,783 346,599 339,466 358,068 296,778 285,967 315,012 295,904 284,629 314,855 280,693 268,981 300,490
Mar 2015 Sept 2014 Mar 2014 Sept 2013
Mar 2013 Sept 2012
Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2014—Maret 2015
bp
3.
s.
go
.id
Mar 2012
uk
u.
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
ht
tp
://
m
al
Selama Maret 2014 - Maret 2015, Garis Kemiskinan naik sebesar 13,46 persen, yaitu dari Rp352.208,- per kapita per bulan pada Maret 2014 menjadi Rp399.632,- per kapita per bulan pada Maret 2015. Dengan memerhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri atas Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM), maka peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan Maret 2015, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 76,76 persen. Masih besarnya porsi makanan dalam struktur pengeluaran penduduk adalah karakteristik penduduk miskin, yaitu penghasilan penduduk lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan paling dasar seperti makanan dan minuman daripada hal lain seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, pakaian, hiburan dan investasi. Tabel 3. Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan Maluku, Sept 2013 - Maret 2015 Tahun
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Bukan Makanan Total
September 2013
265.760
80.839
346.599
Maret 2014
269.700
82.507
352.208
September 2014
277.002
84.021
361.022
Maret 2015
306.768
92.864
399.632
Sumber: Diolah dari data Susenas
Berita Resmi Statistik No. 09/15/81/Th. XVII, 15 September 2015
4
Gambar 3. Perbandingan Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan Maluku, Maret 2014 dan Maret 2015 (Rp/Kapita/Bulan) Makanan
Nonmakanan 306,768
269,700
92,864
82,507
Maret 2015
ht
tp
://
m
al
uk
u.
bp
s.
go
.id
Maret 2014
Berita Resmi Statistik No. 09/15/81/Th. XVII, 15 September 2015
5
4.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu mengurangi jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Pada periode Maret 2014 - Maret 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 3,80 pada Maret 2014 menjadi 3,52 pada Maret 2015. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 1,11 menjadi 0,92 pada periode yang sama. Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.
4.56
3.88
3.52
3.8
4.11
1.11
1.37
3.52
1.31
uk
1.16
0.93
0.92
m
al
1.36
u.
bp
s.
4.38
P2
go
P1
.id
Gambar 4. Trend P1 dan P2 Maluku, Maret 2012—Maret 2015
ht
tp
://
Mar 2012 Sept 2012 Mar 2013 Sept 2013 Mar 2014 Sept 2014 Mar 2015
Berita Resmi Statistik No. 09/15/81/Th. XVII, 15 September 2015
6
Kota
Desa
Kota + Desa
Maret 2012
1,74
6,24
4,56
September 2012
1,61
6,03
4,38
Maret 2013
1.49
5.30
3.88
September 2013
1,13
5.00
3.52
Maret 2014
1,53
5,22
3,80
September 2014
1,14
5,99
4,11
Maret 2015
1,36
4,89
3,52
Maret 2012
0,42
1,91
1,36
September 2012
0,46
1,81
1,31
Maret 2013
0.41
1.61
1.16
September 2013
0,24
1,36
0.93
bp
Tabel 4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Maluku Menurut Daerah, Maret 2012—Maret 2015 Tahun
0,52
1,49
1,11
0,26
2,08
1,37
0,33
1,30
0,92
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
go
s.
Maret 2014
u.
September 2014
uk
Maret 2015
tp
://
m
al
Sumber: Diolah dari data Susenas
.id
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
ht
Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan jauh lebih tinggi dari pada perkotaan. Pada Maret 2015, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 1,36 sementara di daerah perdesaan mencapai 4,89. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan sebesar 0,33 sementara di daerah perdesaan mencapai 1,30. Dapat disimpulkan bahwa orang miskin di perdesaan akan lebih sulit untuk keluar dari kemiskinan. Hal tersebut diperparah juga dengan masih tingginya kesenjangan di antara penduduk miskin itu sendiri yang tercermin dari nilai P2, namun sudah menunjukkan kecenderungan membaik.
Berita Resmi Statistik No. 09/15/81/Th. XVII, 15 September 2015
7
5.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data a.
b.
u.
ht
tp
://
m
al
uk
e.
bp
s.
d.
go
.id
c.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran, Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri atas dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan Maret 2014 adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional/Susenas Modul Konsumsi bulan Maret 2014.
Berita Resmi Statistik No. 09/15/81/Th. XVII, 15 September 2015
8
go
.id
BPS PROVINSI MALUKU
s.
Informasi lebih lanjut hubungi:
u.
bp
Maritje Pattiwaellapia, SE, M.Si Kepala Bidang Statistik Sosial
uk
e-mail :
[email protected]
ht
tp
://
m
al
Telepon: 0911-361319, 361320
Berita Resmi Statistik No. 09/15/81/Th. XVII, 15 September 2015
9