BAB II LANDASAN PERANCANGAN 2.1.
Landasan Teoritik
2.1.1 Sejarah Tenun Riau dan Batik Tabir Riau Kata Tenun, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) dibuat dari benang (kapas, sutra, dan sebagainya) dengan cara memasuk-masukan pakan secara melintang pada lungsi (benang yang membujur). Berdasarkan pada pengertian tersebut, kata menenun di artikan sebagai membuat barang-barang tenun (dari benang, kapas, sutera dan sebagainya).Selanjutnya, dijelaskan tenunan adalah hasil menenun, barang-barang yang ditenun. Prinsip dasar pekerjaan menenun adalah mempersatukan benang yang melintang dengan benang yang membujur dengan cara-cara tertentu. Tenun Riau atau Tenun Siak merupakan salah satu khazanah budaya di Bumi melayu yang sangat dikenal di Siak Sri Indrapura. Kain tenun ini disebut juga sebagai kain songket, yaitu suatu pekerjaan tenunan yang menggunakan bahan benang kapas/sutera serta dengan menggunakan bubuhan motif benang emas yang diselipkan pada kain dengan cara mengjungkitkannya. Biasanya, kain tenunan ini dibuat dengan prinsip dasar menyatukan benang yang membujur, yang disebut “ Lungsi “ sedangkan benang yang melintang, disebut “Pakan”. Konon pada masa dahulu, kain songket hanya dipakai oleh para raja atau datuk-datuk dan para bangsawan. Kain songket biasa digunakan pada acara-acara resmi dan acara adat, namun dengan perkembangan waktu dan masa yang terus berubah, saat ini Kain tenun atau kain songket, dapat digunakan oleh siapapun dengan tidak mengenal kelas dan kasta yang digunakan dalam berbagai kesempatan.
www.stisitelkom.ac.id
Kerajinan tenun Siak senduru dikenal sejak Kerajaan Siak, yaitu pada masa pemerintahan Assyayyidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin, yaitu pada masa tahun 1746, dimana sebagai perintis kerajinan tenun Siak pada waktu itu adalah Encik Siti Binti Encik Karim yang berasal dari Trengganu. Sedangkan alat tenun yang digunakan pada masa itu adalah “Tenun Tumpu”. Sejalan dengan perubahan zaman, saat ini alat yang digunakan untuk bertenun pun mengalami perubahan dan peningkatan yaitu dengan menggunakan rumah-rumah tenun yang disebut “Kik”. Melihat hasil-hasil peninggalan pada masa lalu, tenun Siak dibuat dengan menggunakan benang sutera. Menurut hasil penelitian, hingga tahun 1942 tenun Siak dibuat dengan menggunakan sutera alam. Akan tetapi di tahun-tahun sesudah itu, bahan benang “Sutera” semakin sulit didapat, akhirnya benang kapas/katunlah yang selalu digunakan oleh para pengrajin untuk menenun. Walaupun tenun Siak dikembangkan oleh guru yang didatangkan dari trengganu, namun dalam pengembangannya teknik dan hasil yang diperoleh sangatlah berbeda dan mempunyai ciri khas masing-masing. Tenunan Siak telah memberikan sentuhan cerdas dengan resam lokal pula. Tenun Siak dalam masa perkembangannya mulai digunakan oleh berbagai kalangan, hal ini menyebabkan tenun Siak mulai bermasyarakat dan dibuat dengan berbagai modifikasi namun tidak meninggalkan ciri khasnya. Semakin banyaknya permintaan terhadap kain tenun, maka upaya-upaya para pengrajin untuk menampilkan karya-karya tenunan semakin maju. Pemerintah Propinsi Riau melalui badan-badan kerajinan dan instansi terkait mulai berupaya untuk mengembangkan kerajinan ini. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain dengan mengadakan pelatihan, membentuk wadah pengrajin, memberikan bantuan manajemen dan pemasaran juga bantuan bahan dengan menyediakan benang-benang berbagai warna.
www.stisitelkom.ac.id
Penggunaan motif-motif seperti pucuk rebung, siku keluang, tampuk manggis, pagar raja, kasih tak sampai, kuntum tak jadi dan lain-lain menjadi sangat populer dan diketahui oleh masyarakat pecinta tenun Siak. Bila bahan baku tenun yang digunakan semakin baik kualitasnya dan tidak luntur, motif-motif yang digunakan juga akan semakin rapat dan menarik. Kawasan pengembangan kerajinan tenun Siak juga tidak terbatas pada kota Siak saja, tetapi tenun Siak telah berkembang ke berbagai daerah di Provinsi Riau, diantaranya Bengkalis, Bukit Batu, Dumai dan Pekanbaru. Sementara untuk pemakai tenun Siak tidak sebatas daerah Riau saja, tapi kini semakin meluas hingga keluar Provinsi Riau bahkan sampai ke Manca Negara. Sejalan dengan berkembangnya tenun Siak, pemerintah kemudian mulai menggalakkan pegawai, masyarakat dan semua pihak untuk memakai tenun Siak dalam berbagai kesempatan. Kebijakan pemerintah yang mengharuskan para pegawai memakai baju Melayu, berkain samping dan memakai baju dari bahan tenun Siak yang telah di modifikasi, menyebabkan pemakaian tenun Siak semakin besar. Pasar untuk penjualan tenun Siak pun semakin lebar, kini tenun Siak tidak hanya sekedar digunakan sebagai pakaian saja, tetapi juga merupakan buah tangan dan cindera mata dari Bumi Lancang Kuning. Sedangkan Batik Tabir, menurut catatan sejarah, batik di daerah Riau sudah ada sejak masa kejayaan kerajaan Daik Lingga dan kerajaan Siak. Pada masa itu, kalangan bangsawan di kedua kerajaan tersebut mengenal kerajinan menghias tekstil dengan menggunakan cap. Cap yang berisikan motif tertentu tersebut terbuat dari perunggu. Pada perkembangannya, ‘batik cap’ ini berubah menjadi telepuk dan cap yang digunakan pun tidak lagi terbuat dari perunggu tetapi terbuat dari kayu lunak. Kayu tersebut diberi motif tertentu dengan cara mengukirnya.
www.stisitelkom.ac.id
Selain dari kayu, cap yang digunakan pun dapat pula terbuat dari bahan-bahan lain diantaranya adalah kentang. Tetapi cap yang terbuat dari kentang tentunya tidak dapat bertahan lama. Cap yang terbuat dari perunggu maupun kayu dicecahkan pada zat pewarna kemudian dicapkan pada permukaan kain sutera atau kain halus lainnya yang berwarna hitam atau berwarna gelap.Warna yang digunakan adalah emas dan perak. Sebenarnya teknik tersebut tidak dapat dikatakan batik karena proses penerapan motif maupun warna pada kain tidak menggunakan cairan malam cair sebagai perintang warna. Bahkan tidak terjadi proses perintangan warna sama sekali. Teknik cap tersebut lebih dikenal dengan istilah block printing. Sejalan dengan berakhirnya masa kekuasaan raja-raja Melayu, maka kerajinan ‘batik cap’ maupun telepuk turut pula menghilang. Pemerintah Daerah Provinsi Riau rupanya berkeinginan untuk menghidupkan kembali dan mengembangkan kerajinan ‘batik
cap’
tersebut. Maka pada tahun 1985 Pemda pun segera memberikan pelatihan pada masyarakat setempat. Tetapi pelatihan yang diberikan bukanlah keterampilan ‘batik cap’ atau telepuk yang pernah ada di masa lalu, melainkan keterampilan membatik yang sesungguhnya, yaitu menggunakan cairan malam panas sebagai perintang warna seperti cara membatik yang biasa dilakukan di berbagai daerah di Pulau Jawa. Meskipun teknik membatik yang diajarkan adalah ‘teknik Jawa’ tetapi motif yang digunakan tetaplah motif-motif atau ragam hias khas budaya Melayu yang banyak ditemukan pada kain tenun, tekat (sulaman) dan ukiran pada rumah adat. Meskipun batik yang dikembangkan oleh masyarakat Riau tersebut telah menggunakan ragam hias khas Riau namun di anggap belum mempunyai kekuatan untuk dijadikan sebagai penanda batik Riau. Sepintas susunan maupun visualisasi motif-motif tersebut belum menggambarkan budaya Riau yang unik dan khas.
www.stisitelkom.ac.id
Maka pada tahun 2004, Ketua Dekranasda Provinsi Riau yaitu Dra. Hj. Septina Primawati Rusli, menugaskan seorang seniman bernama H. Encik Amrun Salmon untuk merancang motif yang benar-benar mencerminkan budaya Melayu Riau. Setelah melalui berbagai kajian dan percobaan, akhirnya ditemukanlah suatu pola penyusunan motif batik yang mengambil pola yang terdapat pada Tabir Belang budaya Melayu riau yang memanjang dari atas ke bawah. Motif batik yang digunakan adalah yang dikembangkan dari motif yang terdapat pada tabir pelaminan Melayu riau yang kemudian diberi nama sesuai dengan nama motif aslinya, antara lain Bungo Kesumbo, Bungo tanjung, Bungo Cempaka, Bungo Matahari Kaluk Berlapis dan lain-lain. Kain batik Riau ini pun kemudian diberi nama Batik Tabir Riau. Seperti kain-kain tradisional lainnya, dibalik nama motif batik Tabir Riau yang puitis terkandung makna filosofis yang mencerminkan peri kehidupan masyarakat Riau yang menjunjung tinggi adat dan budaya setempat. Kandungan filosofis yang terdapat pada motif batik tabir sebagai petuah atau sebagai pengingat bagi masyarakat luas agar dalam menjalani kehidupan ini selalu berbuat kebaikan dan selalu mengingat ajaran agama sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja motif Sari Bertambah Kuntum Penuh memiliki makna filosofis : “ Sesama insan hidup akur membuat negeri aman dan damai “. Sedangkan motif Kuntum Mekar Kembang Bertabur yang komposisi nya mengingatkan pada motif ceplokan pada batik Solo atau Yogya ini memiliki kandungan filosofi : “ Awak cantik budipun cantik,membuat senang,besar pahala ‘. Motif Bintang-bintang Mekar Berseling yang terdiri dari motif bunga anggrek yang disusun memanjang secara vertikal dan berselang-seling dengan motif paisley berbintang mengandung makna “ Ketengah ketepi hidup terpandang, pikiran sejuk dadapun lapang’. Motif Kembang Penuh Siku Beradu memiliki makna “ Ilmu agama menjadi suluh sebagai bakal di hari nanti ‘.
www.stisitelkom.ac.id
Selain motif-motif yang terdiri dari dedaunan dan bunga-bungaan, terdapat pula motif Geometris yang diberi nama Wajik Bersusun Bertabur Anak.Motif bergaya ‘ ceplokan’ yang sangat kental dengan nuansa islami ini mengandung makna filosofis : “ Hati mulia dadapun lapang,tua beriman,contoh tauladan”. Motif-motif yang mengandung makna filosofis tersebut diterapkan dalam aneka warna yang cerah diatas latar berwarna gelap. Selain itu ada juga yang hanya terdiri dari warna monokrom saja. Sedangkan kain yang digunakan tidak terbatas pada kain katun tetapi ada juga kain sutera. Bahkan akhir-akhir ini untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup dan selera masa kini batik tabir tersebut juga dibuat diatas kain sutera Doby. 2.1.2 Busana Kata ”busana” diambil dari bahasa Sansekerta ”bhusana”. Namun dalam bahasa Indonesia terjadi penggeseran arti ”busana” menjadi ”padanan pakaian”. Meskipun demikian pengertian busana dan pakaian merupakan dua hal yang berbeda. Busana merupakan segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Busana ini mencakup busana pokok, pelengkap (milineris dan aksesories) dan tata riasnya. Sedangkan pakaian merupakan bagian dari busana yang tergolong pada busana pokok. Jadi pakaian merupakan busana pokok yang digunakan untuk menutupi bagian-bagian tubuh. Busana yang dipakai dapat mencerminkan kepribadian dan status sosial si pemakai. Selain itu busana yang dipakai juga dapat menyampaikan pesan atau image kepada orang yang melihat. Busana dalam pengertian luas adalah segala sesuatu yang dipakai mulai dari kepala sampai ujung kaki yang memberi kenyamanan dan menampilkan keindahan bagi si pemakai. Secara garis besar busana meliputi :
www.stisitelkom.ac.id
1. Busana Mutlak yaitu busana yang tergolong busana pokok seperti baju, rok, kebaya, blus, bebe dan lain-lain, termasuk pakaian dalam seperti singlet, bra, celana dalam dan lain sebagainya. 2. Milineris yaitu pelengkap busana yang sifatnya melengkapi busana mutlak, serta mempunyai nilai guna disamping juga untuk keindahan seperti sepatu, tas, topi, kaus kaki, kaca mata, selendang, scraf, shawl, jam tangan dan lain-lain. 3. Aksesoris yaitu pelengkap busana yang sifatnya hanya untuk menambah keindahan si pemakai seperti cincin, kalung, leontin, bross dan lain sebagainya. Dari uraian di atas jelaslah bahwa busana tidak hanya terbatas pada pakaian seperti rok, blus atau celana saja, tetapi merupakan kesatuan dari keseluruhan yang kita pakai mulai dari kepala sampai ke ujung kaki, baik yang sifatnya pokok maupun sebagai pelengkap yang bernilai guna atau untuk perhiasan.
2.1.3 Teori Fungsi Busana Menurut Horn (1986:9-34) terdapat empat teori yang menjelaskan fungsi busana bagi pemakainya, antara lain : 1. Teori Kesopanan (Modesty Theory) Teori ini berpendapat bahwa fungsi busana didasari oleh nilai-nilai atau kesopanan, terdapat beberapa perbedaan dalam penggunaan teori kesopanan dalam berbusana karena berbagai faktor yaitu ; a. Berbedanya nilai kesopanan setiap kebudayaan b. Cara ungkapan nilai kesopanan diatur oleh Masyarakat dalam suatu masyarakat dalam suatu daerah bergantung pada situasi dan kondisi masyarakat tersebut terhadap konsep kesopanan yang berbeda-beda sesuai dengan usia dan latar-belakang kehidupan seseorang.
www.stisitelkom.ac.id
2. Teori Ketidak Sopanan (Immodesty Theory) Teori ketidak sopanan bertolak-belakang dengan teori kesopanan, karena menurut teori ini busana yang dikenakan bukan hanya menutupi tubuh, tetapi berfungsi untuk daya tarik seksual dan menarik perhatian orang lain terhadap tubuh yang ditutupi. 3. Teori Berhias (Decoration Theory) Teori berhias mengutamakan estetika agar pemakainya terlihat menarik dan cantik. Tujuan teori berhias ada beberapa macam yaitu : a. Daya tarik seksual bertujuan untuk mempercantik atau membuat lebih menarik untuk menarik lawan jenis. b. Trophysm,
bertujuan
untuk
menunjukan
kehebatan,
keberanian atau keterampilan yang dimiliki pemakainya. c. Terorism, bertujuan untuk menakut-nakuti musuh. d. Totenism,
bertujuan
sama
dengan
terrorism,yaitu
menghindari dari roh jahat, memberikan perlindungan bagi pemakainya. e. Identifikasi, bertujuan untuk memberikan identifikasi dan membedakan diri atau kelompok dengan yang lainnya. Hal yang dapat diidentifikasi melalui busana adalah : •
Status
•
Jabatan seseorang
•
Agama
•
Kelompok formal dan informal
4. Teori Perlindungan (Protection Theory) Menurut teori ini pakaian digunakan oleh manusia dengan tujuan untuk melindungi diri. Hal-hal yang dilindungi bukan saja fisik tetapi juga psikologis.
www.stisitelkom.ac.id
2.1.4 Klasifikasi Busana Busana terbagi menjadi beberapa kriteria sesuai dengan waktu dan kondisinya adalah : 1. Busana menurut kegiatannya : a. Busana sehari-hari adalah busana yang dikenakan seharihari baik pada saat di rumah, sekolah,kerja. Ciri-cirinya terletak pada kesederhanaan motif, warna dan potongannya karena tujuannya adalah praktis untuk berbagai kegiatan. b. Busana khusus, yaitu busana yang dikenakan pada waktu dan tempat yang khusus, misalnya pakaian adat, pakaian formal, pakaian pesta, busana seragam dan busana resmi. c. Busana pertunjukan adalah kostum yang dikenakan untuk membantu pemain menjadi lebih fleksibel dalam melakukan kegiatan dan gerakan-gerakan yang akan ia pertunjukan pada para penonton. Pakaian pertunjukan ini biasanya digunakan untuk pertunjukan teater, musik, tari dan lainlain. 2. Busana menurut usia : a. Busana anak-anak b. Busana remaja c. Busana dewasa 3. Busana menurut waktunya : a. Busana untuk pagi hari b. Busana untuk siang hari c. Busana untuk malam hari 4. Busana menurut penampilan : a. Art wear b. Ready to wear 5. Busana menurut jenis kelamin : a. Busana pria b. Busana wanita
www.stisitelkom.ac.id
2.1.5 Busana Pesta Pesta adalah suatu perayaan, jamuan makan-minum dan bersuka ria ( Poerwadarminta, 1976:747). Pesta digolongkan menjadi beberapa golongan, diantaranya adalah : 1. Pesta Dansa : Pesta perayaan dengan berdansa 2. Pesta Bujangan :Pesta mengganti nama bujangan yang sudah menginjak usia dewasa 3. Pesta Pernikahan : Pesta untuk merayakan perkawinan 4. Pesta Kostum : Pesta dengan menggunakan busana atau kostum yang aneh 5. Pesta Ulang Tahun : Pesta untuk merayakan hari jadi atau kelahiran 6. Pesta Perpisahan : Pesta merayakan kelulusan sekolah atau perpisahan lainnya 7. Pesta Topeng :Pesta dimana para tamu menggunakan topeng untuk menyembunyikan wajahnya 8. Pesta Kebun :Pesta yang dirayakan di kebun, untuk merayakan pernikahan,ulangtahun, arisan dan lain-lain 9. Pesta Selebritis : Pesta perayaan penganugerahan baik dibidang musik ataupun perfilman. Berdasarkan penggolongan pesta diatas, maka dapat disimpulkan bahwa busana pesta adalah pakaian yang dikenakan pada acara-acara tertentu yangdisesuaikan dengan keadaan atau jenis pesta. Busana pesta biasanya terbuat dari bahan yang bertekstur halus dengan berbagai hiasan yang menarik sehingga terlihat lebih istimewa dibandingkan dengan busana untuk sehari-hari. 2.1.6 Psikologi Dewasa Madya Pengertian dewasa madya dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut : a. Usia Produktif antara 23-30 tahun. b. Mulai mengembangkan karier. c. Mencari hiburan dan mempersiapkan diri untuk berumah tangga.
www.stisitelkom.ac.id
2.2
Landasan Empirik
2.2.1 Proses Pembuatan Tenun Riau atau Tenun Siak Proses pembuatan kain tenun Riau dengan alat tenun Kik dimulai dengan mengumpulkan lembaran benang dan menggulungnya pada seruas bambu atau kumparan (disebut dengan menerau). Kemudian kumpulan benang pada bambu/kumparan tadi disusun menyatu dengan benang lainnya hingga mencapai panjang 20-30 m, dan digulung pada alat penggulung yang diletakan di ujung Kik. Pekerjaan ini disebut menghani. Selanjutnya, benang ini direntang memanjang mengikuti panjang Kik dan benang yang terentang memanjang ini disebut benang lonsen atau lungsi. Peralatan lain yang diperlukan pada sebuah Kik adalah : •
Karap (alat pemisah benang atas dengan bawah)
•
Sisir (alat pemisah susunan benang lonsen/lungsi)
•
Belebas (alat bantu menyusun motif)
•
Peleting (bambu kecil tempat benang lintang)
•
Torak (alat tempat peleting)
•
Lidi pemungut (alat bantu membentuk motif)
•
Pijak-pijak (alat pijak untuk menggerakan benang lonsen/lungsi ke atas dan ke bawah mengapit benang pakan)
•
Bangku-bangku (tempat duduk si penenun)
Dengan berjalannya waktu dan pengetahuan manusia yang terus berkembang, tidak terkecuali di bidang tenun songket Riau,maka diperkenalkanlah pemakaian Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Proses teknis pembuatan songket dengan alat ini lebih efisien dibandingkan dengan alat tenun Kik (gedogan). Beberapa kelemahan menenun dengan Kik telah disempurnakan oleh ATBM, antara lain lebar kain + 125 cm sehingga tidak perlu dikampuh lagi. Bentuk kain yang tidak bersambung ini disebut Selerang.
www.stisitelkom.ac.id
Susunan benang pada ATBM tidak berbeda dengan Kik. Pada bagian ujung terdapat gulungan benang yang sudah diani sebagai benang lungsi ( membujur), dan ditarik ke pangkal dengan terlebih dahulu disisipkan melalui gun (karap) dan sisir besi. Pada pangkalnya di kaitkan ke paku penggulung kain kelak bila kain sudah jadi. Pemasangan benang pakan (melintang) pada benang lungsi di masukan dari sisi kiri dan kanan melalui celah benang lungsi, lalu sisir besi dihentakkan kea rah penenun ( melantak) sehingga berbunyi, plakplak-tak, maka terbentuklah satu garis kain baru dari persilangan dua benang lungsi dengan pakan. Torak bekerja dengan cepat, yaitu apabila si penenun selesai menarik sisir kearah dirinya (melantak) maka torak secara cepat meluncur kearah sisi kain yang lain,seterusnya bagian kain yang sudah terjepit pada bagian kanan dan kirinya agar tidak berkerut dan kemudian tergulung rapi. Setelah selesai sesuai ukuran panjang yang diinginkan, maka kain yang sudah jadi itu di potong dan jadilah sehelai kain. Untuk membentuk motif pada kain digunakan benang emas dengan menyisipkannya diantara benang lungsi yang ada. Ini dinamakan dengan “ memungut”. Melalui jari jemari terampil seorang penenun, tidak diperlukan lagi membuat pola dasar melalui lidi-lidi pemungut sebagaimana pada Kik, melainkan mereka langsung memungut dengan jari jemarinya yang siap menyelipkan benang emas pada benang lungsi yang terentang memanjang tersebut. Dengan demikian,pekerjaan lebih cepat diselesaikan. Dengan kecepatan ini, maka untuk menyelesaikan satu helai kain dengan benang emas bermotif bagus, cukup dalam waktu 3 atau 4 hari
saja.
Karena
menggunakan
ATBM
lebih
efisien
daripada
menggunakan kik, sekarang Kik sudah mulai di tinggalkan, kecuali oleh para penenun tradisional yang masih mempertahankan kebiasaannya. Keindahan
kain Tenun Riau antara lain terletak pada perpaduan
warna, serta rapat tidaknya susunan benang yang dipergunakan.
www.stisitelkom.ac.id
Pewarnaan pada benang dapat dilakukan dengan pencelupan yang dilakukan sendiri oleh si penenun dengan menggunakan bahan pewarna yang sudah ada di pasaran tinggal memilih mutu yang mana yang akan dipergunakan. Untuk lebih jelasnya, proses menggulung benang, menenun, dan membentuk motif dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.1 Proses Menggulung dan Menenun Tenun Riau ( Sumber :Dokumen pribadi )
Gambar 2.2 Proses Membentuk Motif ( Sumber :Dokumen pribadi ) Untuk memberi warna pada benang terlebih dahulu bahan pewarna di timbang dengan berat 0.5 % dari berat benang yang akan diwarnai. Zat pewarna
diaduk
dalam
air
panas,
kemudian
dicampur
dengan
menambahkan air setengah panas, lalu benang siap dicelupkan ke dalam zat pewarna yang setengah panas tadi. Setelah rata, maka benang diangkat dan diperas,lalu dikeringkan dengan menjemurnya pada ruang yang tidak terkena sinar matahari secara langsung.
www.stisitelkom.ac.id
Untuk selanjutnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.3 Proses pewarnaan dan penjemuran benang setelah proses pencelupan ( Sumber : Khazanah Kerajinan Melayu Riau : 97 ) Sampai sekarang ini kurang lebih ada 92 macam motif yang dipakai dalam Tenun songket Riau ini, salah satu diantaranya antara lain :
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 2.4 Beberapa macam motif Tenun Riau (Sumber : Khazanah Kerajinan Melayu Riau,2009 :33)
www.stisitelkom.ac.id
Gambar 2.4 Beberapa macam motif Tenun Riau (lanjutan) (Sumber : Khazanah Kerajinan Melayu Riau,2009 :33)
www.stisitelkom.ac.id
Keterangan gambar : a) Corak dasar : PUCUK REBUNG Variasi : PUCUK REBUNG KUNTUM MAMBANG Filosofi : Pucuk Rebung Kuntum Mambang Cahaya bagai bulan mengambang Hilang raga Lenyaplah bimbang Bagaikan bunga baharu kembang b) Corak dasar Variasi Filosofi
: PUCUK REBUNG : PUCUK REBUNG BERTUNAS : Memakai Pucuk rebung Bertunas Lapar hilang dahaga pun lepas Sejuk dating menjauh panas Beban terbawa hutang pun lepas
c) Corak dasar Variasi Filosofi
: PASU-PASU : PASU BERBELAH : Pasu Berbelah nama hiasan Dipakai orang laut dan darat Budi mulia sempurna iman Selamatlah badan dunia akhirat
d) Corak dasar Variasi Filosofi
: PUCUK REBUNG : REBUNG BERSIKU KELUANG : Pucuk Rebung Bersiku Keluang Dipakai untuk Tenun dan Tekat Laba menuntung muka belakang Sampailah pintu terkabul niat
e) Corak dasar Variasi Filosofi
: KELOPAK JAMBU AIR : BULAN MENGAMBANG : Kalau memakai kelopak jambu Mulut manis orang tak jemu Aib menjauh mengelak madu Di situ tempat kasih berpadu
f) Corak dasar Variasi Filosofi
: BUNGA KESUMBA : LAMBAIAN ANGIN : Bunga Kesumba Lambaian Angin Jadi hiasan membawa berkah Hati yang panas menjadi dingin Rezeki yang ada terus bertambah
www.stisitelkom.ac.id
g) Corak dasar Variasi Filosofi
: KALUK PAKU : BATANG BERDAUN : Kaluk Paku Batang berdaun Menjadi hiasan serba guna Elok laku serta penyantun Muda handal tua ternama
h) Corak dasar Variasi Filosofi
: BINTANG-BINTANG : BINTANG BERDADA WAJIT : Memakai bintang berdada wajit Beragam pula makna dikandung Perangai terbilang lidah pun baik Sejahtera hidup sama sekampung
i) Corak dasar Variasi Filosofi
: BUNGA HUTAN : BUNGA HUTAN KELOPAK LIMA : Bunga Hutan Kelopak Lima Menjadi Hiasan besar tuahnya Mulia badan akhlak ternama Dihari kemudian besar berkahnya
j) Corak dasar Variasi Filosofi
: WAJIK-WAJIK : WAJIK KEMBANG : Hiasan Bernama Wajik Kembang Elok ditengok sedap dipandang Hati mulia dada pun lapang Kemana duduk dihormati orang
k) Corak dasar Variasi Filosofi
: WAJIT-WAJIT : WAJIT SUSUR : Memakai Hiasan Wajit Susur Di tangga pelaminan ia melekat Pandai berkawan tahu bersyukur Terjaga iman terpelihara adat
l) Corak dasar Variasi Filosofi
: ITIK-ITIK : ITIK SEKAWAN : Hiasan bernama itik Sekawan Dundun-berdundun kemana pergi Makan bersama ingatlah kawan Bersopan santun mulailah budi
www.stisitelkom.ac.id
2.2.2
Proses Pembuatan Batik Tabir Riau Proses pembuatan Batik Tabir Riau secara sistematis sebagai berikut :
1) Melukiskan desain gambar pada kertas. 2) Memindahkan desain gambar dari kertas ke kain dasar putih. 3) Mencanting Klowong dan memberikan isen-isen/isian. 4) Mewarnai dengan warna cerah memakai sistem colet. 5) Alat pewarna yang dipergunakan adalah Prociont dan indigosol. 6) Diamkan selama satu malam. 7) Mengunci warna. 8) Melorot ( menghilangkan lilin bekas cantingan/isian). 9) Menjemur (tidak terkena cahaya matahari langsung). 10) Merapikan dengan cara menyetrika lembaran batik. 11) Selesai dan siap dipakai sesuai kebutuhan. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.5 Proses melukiskan desain gambar pada kertas (Sumber : Dokumen Pribadi)
Gambar 2.6 Proses pembuatan batik Tabir Riau (Sumber : Dokumen pribadi)
www.stisitelkom.ac.id
Motif Batik Riau untuk saat ini terdiri dari berbagai macam motif, yang sudah dikembangkan lebih kurang 200 motif. Motif-motif batik Riau yang sudah mempunyai Hak Paten (HaKI) sebanyak 39 motif. Motif-motif tersebut antara lain : 1) Kembang Berisi Keluk Anak 2) Kembang Penuh Puteri Berhias 3) Daun paku Buluh Bertunas 4) Kembang Berhias Tumpang Tindih 5) Bunga Matahari Mutiara Bersusun 6) Bunga Mekar Kuntum Bersanding 7) Bunga Kapas Putri Berhias 8) Bunga Matahari Bertabur Kuntum 9) Bunga Cengkeh Mekar Penuh 10) Bunga Bintang Hias Bersiku 11) Kembang Penuh Wajik Bersambung 12) Kembang Terkulai Bintang Bertabur 13) Kuntum Mekar Wajik Bersusun 14) Kuntum Penuh Tajuk Melambai 15) Kuntum Bertangkai Mekar Penuh 16) Kesuma Mekar Bertangkup 17) Kuntum Mekar Jalur Berhias 18) Kuntum Bunga Mekar Melambai 19) Sari Bertabur Kuntum Penuh 20) Wajik Susun Bertabur Anak 21) Kembang Berisi Tampuk Lima 22) Kembang penuh siku Beradu 23) Dayang daun Kembang 24) Kembang Berhias Kuntum Muda 25) Bunga Mekar Pelangi Bersusun 26) Bunga Penuh awan Jingga
www.stisitelkom.ac.id
27) Bunga Kundur Putri Bangsawan 28) Bunga Matahari keluk Berlapis 29) Bunga Bertabur Tangkai Penuh 30) Bintang-bintang Mekar Berseling 31) Kembang Semangat Tajuk Bidadari 32) Kembang Tersusun Kuntum Terkulai 33) Kuntum Muda Kelopak Daun 34) Mekar Kesuma Daun Bertindih 35) Kuntum Bercabang Bintang-bintang 36) Kuntum Bersusun Penuh 37) Kuntum Mekar Kembang Bertabur 38) Kuntum Mekar Tanjung Bersusun 39) Siku-siku kelopak Bersusun
Disamping itu terdapat beberapa motif yang sudah dikembangkan, antara lain : •
Tabir Dewangga
•
Muda Bangsawan
•
Bunga Kesumbo
•
Cempaka Gading
•
Mercu Gemala dan lain-lain
Gambar 2.7 Motif batik : a) Tabir Dewangga, b) Cempaka gading, c) Muda Bangsawan, d) Mercu Gembala (Sumber : Kerajinan Batik, 2009 : 16)
www.stisitelkom.ac.id
Beberapa Motif Batik Tabir Riau yang sudah di patenkan, salahsatunya antara lain :
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g) (h) Gambar 2.8 Beberapa contoh motif Batik Tabir Riau yang telah di patenkan. ( Sumber :Kerajinan Batik,2009 : 163 )
www.stisitelkom.ac.id
Keterangan Gambar : a) Pemegang hak cipta Jenis Ciptaan Judul Ciptaan No dan tanggal Pendaftaran Filosofi
b) Pemegang hak cipta Jenis Ciptaan Judul Ciptaan No dan tanggal Pendaftaran Filosofi
c) Pemegang hak cipta Jenis Ciptaan Judul Ciptaan No dan tanggal Pendaftaran Filosofi
d) Pemegang hak cipta Jenis Ciptaan Judul Ciptaan
No dan tanggal Pendaftaran Filosofi e) Pemegang hak cipta Jenis Ciptaan Judul Ciptaan No dan tanggal Pendaftaran Filosofi f) Pemegang hak cipta
: DEKRANASDA PROVINSI RIAU : Seni Motif : BATIK TABIR “SARI BERTABUR KUNTUM PENUH” : 036211, 30 November 2007 : Sesama insan hidup akur Membuat Negeri aman dan damai : DEKRANASDA PROVINSI RIAU : Seni Motif : BATIK TABIR “SIKU-SIKU KELOPAK BERSUSUN” : 036233, 30 November 2007 : Seperti Bulan Bersinar penuh Hadapi masalah jangan mengeluh : DEKRANASDA PROVINSI RIAU : Seni Motif : BATIK TABIR “KUNTUM MEKAR TAJUK BERSUSUN” : 036208, 30 November 2007 : Nama harum laku terpuji Menjadi bekal belakang hari : DEKRANASDA PROVINSI RIAU : Seni Motif : BATIK TABIR “BUNGA MEKAR PELANGI BERSUSUN” : 036214, 30 November 2007 : Dalam sengketa baik bersabar Hasil yang baik dapat dihimpun : DEKRANASDA PROVINSI RIAU : Seni Motif : BATIK TABIR “KUNTUM MEKAR MELAMBAI” : 036210, 30 November 2007 : Jika besar jadi pelindung Hidup aman damai dan sejahtera : DEKRANASDA PROVINSI
www.stisitelkom.ac.id
Jenis Ciptaan Judul Ciptaan
No dan tanggal Pendaftaran Filosofi
g) Pemegang hak cipta Jenis Ciptaan Judul Ciptaan No dan tanggal Pendaftaran Filosofi
h) Pemegang hak cipta Jenis Ciptaan Judul Ciptaan No dan tanggal Pendaftaran Filosofi
RIAU : Seni Motif : BATIK TABIR “KEMBANG PENUH WAJIK BERSAMBUNG” : 036237, 30 November 2007 : Kain batik kembang penuh Untung baik rezeki bersambung : DEKRANASDA PROVINSI RIAU : Seni Motif : BATIK TABIR “BUNGA BINTANG HIAS BERSIKU” : 036212, 30 November 2007 : Bagai bunga baru berkembang Indah dipandang tiada jemu : DEKRANASDA PROVINSI RIAU : Seni Motif : BATIK TABIR “KEMBANG BERISI KELUK ANAK” : 036215, 30 November 2007 : Elok laku serta santun Semakin berisi semakin tunduk
2.2.3 Penggunaan Tenun Riau 1. Upacara Adat Dalam Upacara-upacara adat Tenun/Songket ini di pergunakan untuk : •
Pakaian pembesar kerajaan
•
Pakaian adat
•
Baju pengantin pria maupun wanita
•
Kain Samping ( pria )
•
Perlengkapan kelengkapan adat
•
Upacara tujuh bulanan kehamilan anak sulung
•
Selendang
2. Pemakaian Lainnya
www.stisitelkom.ac.id
Kain tenun selain dipergunakan untuk bahan pakaian juga di pergunakan untuk keperluan lainnya,seperti : •
Taplak Meja
•
Sarung Bantal kursi
•
Hiasan Dinding
•
Bahan alas kaki
•
Selendang
•
Bungkus kotak tisu
•
Alas Kasur
•
Cenderamata
•
Hiasan Dinding Untuk contoh produknya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.9 Penggunaan Tenun Riau dalam kehidupan sehari-hari (Sumber : Dokumen Pribadi )
2.2.4 Penggunaan Batik Tabir Riau 1. Upacara adat •
Pada umumnya, dalam upacara adat melayu tidak banyak menggunakan bahan-bahan batik, kecuali sebagai kelengkapan tambahan pada acara : Hari Pernikahan dan upacara lainnya.
2. Pemakaian Lainnya
www.stisitelkom.ac.id
Dalam perkembangannya, Batik Tabir ini dipergunakan untuk : •
Busana resmi untuk acara resepsi
•
Jas dan Safari
•
Busana berbagai macam mode baik pria maupun wanita
•
Baju seragam sekolah
•
Hiasan dan taplak meja
•
Tas, dompet, sarung HP
•
Sarung tempat tissue
•
Sarung berbagai barang rumah tangga. Untuk selengkapnya,contoh produk dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.10 Penggunaan Batik Tabir Riau dalam kehidupan sehari-hari ( Sumber : Dokumen Pribadi )
2.3
Gagasan Awal
2.3.1 Tema Tema yang diangkat adalah “ Beauty of Malay”, tema ini mempunyai arti tentang kecantikan atau keindahan yang dimiliki oleh Melayu. Rancangan baju pesta mengusung style ready to wear yang feminine, cantik dan tetap terlihat sopan. Material tambahan yang di pakai adalah brukat, taffeta, satin yang di padu padankan dengan tambahan payet jepang dengan warna-warna yang senada khusus untuk desain tertentu. Warna yang di gunakan adalah warna-warna asli dari batik Tabir Riau dan Tenun Riau, antara lain Merah, Merah keunguan, Ungu, Coklat, Orange dan Kuning.
www.stisitelkom.ac.id
Psikologi warna menurut perlambangan secara umum : 1. Merah. Dari semua warna, merah adalah warna terkuat dan paling menarik perhatian,
bersifat
agresif
lambing
primitive.
Warna
ini
diasosiasikan sebagai darah, marah, berani, seks, bahaya, kekuatan, kejantanan, cinta dan kebahagiaan. 2. Merah keunguan. Warna merah keunguan mempunyai karakteristik mulia, agung, kaya, bangga (sombong), dan mengesankan. Lambang serta asosiasinya merupakan kombinasi warna merah dan biru. Sifatnya juga merupakan kombinasi dari kedua warna tersebut. Warna ini disukai oleh raja-raja zaman lampau. 3. Ungu. Karakteristik warna ini adalah sejuk. Warna ini melambangkan dukacita, suci dan lambang agama. 4. Kuning. Warna kuning adalah kumpulan dua fenomena penting dalam kehidupan manusia, yaitu kehidupan yang diberikan oleh matahari diangkasa dan emas sebagai kekayaan bumi. Kuning adalah warna cerah, karena itu sering dilambangkan sebagai kesenangan atau kelincahan. 5. Orange. Warna orange diasosiasikan sebagai warna hangat, semangat muda,menarik dan gairah. 6. Coklat. Warna
coklat
melambangkan
kehangatan,
kebersamaan, alami,bersahabat dan rendah hati.
www.stisitelkom.ac.id
ketenangan,
2.3.2 Rumusan Desain Terdapat beberapa aspek penting dalam proses pembuatan desain tekstil diantaranya adalah : 1. Aspek Fungsi a) Fungsi Fisik, busana di kenakan untuk mempercantik atau menunjang penampilan seseorang. b) Fungsi psikis, busana pesta dengan memakai bahan Tenun Riau dan Batik Tabir Riau diharapkan memberikan rasa percaya diri bagi pemakainya.
c) Fungsi Simbolis, sebuah busana dapat menggambarkan identitas pemakainya, yaitu wanita dewasa madya usia 23-30 tahun dari golongan menengah ke atas. d) Fungsi estetik, kesan yang ditimbulkan dari busana pesta tersebut dengan menampilkan material Tenun Riau dan Batik Tabir Riau diharapkan dapat menarik perhatian orang lain. 2. Aspek bahan Adapun bahan yang digunakan adalah tenun riau dan batik tabir Riau. Kain tersebut dipilih karena belum banyak tereksplorasi menjadi busana pesta yang simple namun tetap bernilai estetis.
www.stisitelkom.ac.id
2.4
Hasil Kuisioner Dalam merancang busana pesta wanita yang memanfaatkan kain Tenun
Riau dan Batik Tabir Riau ini diperlukan survey berupa kuisioner yang diberikan dan disebarluaskan kepada para wanita dewasa yang sering berkunjung ke acaraacara pesta. Kuisioner berisi 15 pertanyaan yang diberikan kepada para wanita yang bertempat tinggal di kota asal Tenun Riau dan Batik Tabir Riau ini,yaitu kota Pekanbaru,Riau (Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman L2). Beberapa pertanyaan khusus diarahkan pada pola rancangan,desain dan material tambahan yang akan digunakan pada busana pesta wanita. Kuisioner ini dibagikan kepada 50 orang wanita, berasal dari kalangan pekerja dengan rata-rata usia 23-30 tahun. Berikut ini adalah hasil jawaban dari 15 pertanyaan multiple choice : Tabel 2.1 Hasil Kuisioner (Sumber : Data Pribadi)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Jumlah
A 7 9 15 3 10 6 17 8 19 9 17 23 47 12 16 218
B 24 12 21 24 11 25 4 2 15 15 10 18 1 19 18 219
C 10 23 9 15 7 9 9 19 5 19 17 2 2 9 7 162
D 9 6 5 8 22 10 20 21 11 7 6 7 10 9 151
750
Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa para konsumen wanita menginginkan busana yang sederhana,simple,menarik,nyaman dipakai dengan kualitas yang bagus.
www.stisitelkom.ac.id