GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT AWAM TENTANG PREHOSPITAL CARE MANAGEMENT PASIEN TRAUMA DI KELURAHAN TRIMULYO SEMARANG
Manuscript
OLEH : Yudi Purnomo Nim : G2A012033
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016
http://jurma.unimus.ac.id
GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT AWAM TENTANG PREHOSPITAL CARE MANAGEMENT PASIEN TRAUMA DI KELURAHAN TRIMULYO SEMARANG Yudi Purnomo 1 , Chanif2, Sri Widodo3 1. Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS, 2. Dosen Keperawatan Medikal Bedah Fikkes UNIMUS 3. Dosen Keperawatan Medikal Bedah Fikkes UNIMUS,
Abstrak Pertolongan pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Orang awam kadang-kadang mengambil keputusan yang salah tentang cara penanganan korban kecelakaan lalulintas. Tujuan penelitian adalah untuk menggambarkan pengetahuan masyarakat awam tentang penanganan prehospital management care pasien trauma di Kelurahan Trimulyo Semarang. Desain penelitian ini adalah studi deskriprif. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat awam yang tinggal di Kelurahan Trimulyo Semarang berjumlah 327 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling dengan jumlah 64 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ratarata umur responden adalah 32,85 tahun, sebagian besar jenis kelamin responden adalah lak-laki yaitu sebanyak 54,7%, sebagian besar pendidikan responden adalah SMA atau sederajat yaitu sebanyak 50,0%. Sebagian besar pengetahuan responden adalah cukup yaitu sebanyak 60,9%. Berdasarkan hasil penelitian maka diharapkan kepada masyarakat lebih meningkatkan informasi tentang pertolongan pertama pada kecelakaan misalnya melalui membaca buku atau mengikuti seminar sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk melakukan pertolongan pertama pada trauma kecelakaan dengan lebih baik dan lebih tepat Kata Kunci : Pengetahuan, Prehospital Care Management
Abstract First aid was an act of help given to victims with the aim of preventing the situation gets worse before the victims get care from medical personnel official. Lay people sometimes make the wrong decision on how to handle victims of traffic accidents. The purpose of research is to describe the ordinary people knowledge about handling Prehospital trauma patient care management in Sub district Trimulyo Semarang. Design of this research was deskriprif study. The population in this study was the ordinary people who lived in the Sub district Trimulyo Semarang amounted to 327 people. The sampling technique used was accidental sampling with 64 respondents. The results showed that the age average of respondents was 32.85 years, the majority of respondents' gender was male as much as 54.7%, the majority of respondents were high school education or equivalent was 50.0%. Most of the respondents' knowledge was quite as many as 60.9%. Based on the research results to the public was expected to further improve the information about first aid eg, through reading books or seminars in order to increase public knowledge to perform first aid on accident trauma with better and more appropriate. Keywords: Knowledge, Prehospital Care Management
http://jurma.unimus.ac.id
PENDAHULUAN Fenomena kecelakaan merupakan suatu kejadian yang menyebabkan fisik dan mental seseorang terganggu dan tidak jarang pula membahayakan nyawa. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization (WHO), 2007), kecelakaan lalu lintas merupakan pembunuh utama kaum muda berusia 10-24 tahun. Penanganan korban gawat darurat baik di rumah sakit maupun di luar rumah sakit pada prinsipnya adalah sama, yaitu mempertahankan hidup korban secara cepat dan tepat. Korban yang ditemukan di rumah sakit umumnya langsung ditangani oleh tim medis yang memang mengerti cara penanganannya, sedangkan korban ditemukan di lapangan seringkali luput dari pertolongan (Jimmy, 2010). Hal tersebut dikarenakan minimnya pengetahuan tentang bagaimana cara menolong korban gawat darurat secara cepat dan tepat. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi tugas dari petugas kesehatan untuk menangani masalah tersebut.Walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi pada daerah yang sulit untuk membantu korban sebelum ditemukan oleh petugas kesehatan menjadi sangat penting (Sudiharto & Sartono, 2011). Organisasi kesehatah dunia dalam Report on Road Traffic Injury Prevention, menjelaskan bahwa setiap tahunnya di seluruh dunia terdapat sekitar 1,2 juta orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka (WHO, 2009). Dalam 2 tahun terakhir, kecelakaan lalu lintas di Indonesia oleh WHO dinilai sebagai pembunuh terbesar ketiga setelah jantung koroner dan Tuberkolosis. Berdasarkan data dari asian development bank, kecelakaan lalu lintas di indonesia telah memakan korban sebanyak 37.000 jiwa pada tahun 2005 dan 48.400 pada tahun 2010. Data WHO tahun 2011 menyebutkan sebanyak 67% korban kecelakaan lalu lintas berada pada usia produktif, yaitu 22-50 tahun. (WHO 2012).Kecelakaan lalu lintas mengakibatkan 33.815 korban tewas di kawasan Asia Tenggara ( South East Asia Region, disingkat SEAR) pada tahun 2010, dengan rata-rata 18,5 korban tewas per 100.000 populasi. Rata-rata kematian karena kecelakaan lalu lintas lebih tinggi pada negara berpendapatan menengah ke bawah dengan 19,5 kematian per 100.000 populasi dari pada di negara miskin dengan 12,7 kematian karena kecelakaan lalu lintas per 100.000 populasi. Pengguna jalan yang rentan (pengguna kendaraan bermotor roda dua dan tiga, pejalan kaki dan pesepeda) menyumbangkan hampir setengan (50%) dari total kematian karena kecelakaan lalu lintas di wilayah Regional Asia Tenggara (WHO, 2013 ).
http://jurma.unimus.ac.id
Pertolongan pertama/penanganan pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Pertolongan Pertama biasanya diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan kematian (Anonim, 2006).Banyaknya korban akibat kecelakaan transportasi (lalu lintas) yang menimbulkan kondisi gawat darurat, membutuhkan pertolongan secara cepat pada lokasi kejadian untuk mencegah morbiditas dan mortalitas korban.Pertolongan yang diberikan di lokasi kejadian merupakan bagian dari prehospital care.Pre-hospital care ini diberikan kepada korban sebelum korban kecelakaan lalu lintas sampai di rumah sakit.Pemberian pertolongan pre-hospital care secara tepat dapat menurunkan resiko kematian akibat trauma (Miguel, 2012). Pemberian pertolongan pada korban kecelakaan lalulintas penolong harus memberikan penanganan atau tindakan dengan tepat untuk menghilangkan ancaman nyawa korban. Sebenarnya dalam tubuh kita terdapat organ dan semua itu terbentuk dari sel-sel, sel terasebutakan tetap hidup bila pasokan oksigen tidak terhenti, dan kematian tubuh itu akan timbul jika sel tidak bisa mendapatkan pasokan oksigen. Kematian ada dua macam yaitu mati klinis dan mati biologis.Mati klinisadalah apa bila korban henti nafas dan henti jantung, wakttunya 6-8 menit setelah terhenti pernafasan dan sistem sirkulasi tubuh sedangkan mati biologisadalah mulai terjadinya kerusakan sel-sel otak dan waktunya dimulai 6 sampai 8 menit setelah berhentinya system pernafasan dan sirkulasi (Swasanti dan Putra, 2014). Orang awam kadang-kadang mengambil keputusan yang salah tentang cara penanganan korban kecelakaan lalulintas. Mereka mungkin terlambat menelepon 118 atau bahkan mengabaikan layanan medis darurat (emergency medical service, EMS) dan membawa korban cedera atau yang sakit serius kelayanan bantuan medis dengan kendaraan pribadi, padahal ambulan lebih baik untuk korban.Beberapa situasi pekerjaan perlu memanggil layanan medis darurat dan bukan orang awam yang membawa pasien.Lebih lanjut hanya membutuhkan pertolongan pertama. Meskipun demikian, harus mengetahui cara menolong korban kecelakaan lalulintas dengan benar dan kapan saatnya mencari pertolongan medis (Thygerson, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Triwibowo (2009) yang meneliti tentang gambaran tentang persepsi masyarakat terhadap pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas, yang
http://jurma.unimus.ac.id
menemukan bahwa ada hubungan gambaran tentang persepsi masyarakat terhadap pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas.Penelitian yang dilakukan oleh Martono (2012) yang meneliti tentang pengetahuan kegawatdaruratan trauma dan sikap posdaya dalam merencanakan tindakan trauma, menemukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang kegawatdaruratan trauma dengan sikap anggota Posdaya dalam merencanakan tindakan pada trauma. Penelitian lain yang dilakukan oleh Widodo (2015) yang meneliti tentang hubungan pengetahuan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dengan perilaku menolong Dewan Kerja Hizbul Wathan (HW) di SMA Muhammhadiyah Gombong, menemukan bahwa terdapat 55% responden memiliki pengetahuan kategori baik, 17,5% pengetahuan kategori cukup, 27,5% pengetahuan kategori kurang. 47,5% responden memiliki perilaku menolong tinggi, 35% kategori sedang, 17,5% kategori rendah. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Jalan raya Kaligawe kelurahan Trimulyo Semarang menunjukan bahwa masyarakat disekitar jalan rayaKaligawe tidak mengetahui penanganan pertama pada korban trauma.Selama ini yang dilakukan masyarakat sekitar jalan tersebut apabila ada korban kecelakaan, korban hanya diberi air mineral atau jika korban tidak sadar masyarakat membiarkan korban hingga pihak kepolisian datang. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana Pengetahuan Masyarakat Awam Tentang Penanganan Pasien Trauma Pada Penolong Pertama. METODOLOGI Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat awam yang tinggal di Kelurahan Trimulyo Semarang berjumlah 327 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling dengan jumlah 64 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Tabel 1 Deksripsi Responden Berdasarkan Umur Umur
Mean
Median
Minimum
Maksimum
SD
Umur
32,85
28
21
60
11,45
http://jurma.unimus.ac.id
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa rata-rata umur responden adalah 32,85 tahun dengan usia termuda adalah 21 tahun dan usia tertua adalah 60 tahun Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
Laki-laki Perempuan
35 29
54,7 45,3
Jumlah
64
100
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis kelamin responden adalah lak-laki yaitu sebanyak 35 orang (54,7%).. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
SMP SMA Perguruan tinggi
7 32 25
10,9 50,0 39,1
Jumlah
64
100
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar pendidikan responden adalah SMA atau sederajat yaitu sebanyak 32 orang (50,0%).. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak bekerja IRT Swasta Wiraswasta Mahasiswa
3 24 19 17 1
4,7 37,5 29,7 26,6 1,6
Jumlah
64
100
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan responden adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 24 orang (37,5%).
http://jurma.unimus.ac.id
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan PengetahuanTentang Penanganan Prehospital Management Care Pasien Trauma di Kelurahan Trimulyo Semarang Pengetahuan
Frekuensi
Persentase (%)
Kurang Cukup Baik
14 39 11
21,9 60,9 17,2
Jumlah
64
100
Berdasarkan tabel Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan responden adalah cukup yaitu sebanyak 39 orang (60,9%), yang kurang sebanyak 14 orang (21,9%) dan yang baik sebanyak 11 orang (17,2%)..
b. Pembahasan 1. Gambaran karakteristik responden Hasil penelitian menemukan rata-rata umur responden adalah 32,85 tahun dengan usia termuda adalah 21 tahun dan usia tertua adalah 60 tahun. Berdasarkan rata-rata umur tersebut dapat dikategorikan masuk dalam umur dewasa awal. Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Sementara. Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang dapat menggambarkan kematangan seseorang baik fisik, psikis maupun sosial sehingga membantu seseorang untuk mampu lebih baik dalam membentuk perilaku. Artinya bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang lebih dipercaya dari orang-orang yang belum cukup tinggi dewasanya. Semakin tua umur seseorang, maka pengalaman dan kematangan jiwa menyebabkan kedewasaan dalam berfikir dan bekerja. Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar jenis kelamin responden adalah lak-laki yaitu sebanyak 54,7%. Berdasarkan jenis kelamin kecenderungan untuk bertindak antara laki-laki dan perrempuan berbeda. Hal ini dikarenakan perempuan lebih banyak menggunakan intuisinya dalam bertindak dibandingkan lakilaki. Perempuan lebih banyak memilih dalam setiap tindakannya dan selalu memikirkan faktor resiko dari perbuatannya sehingga kecenderungan untuk bertindak tidak seagresif kaum lelaki. Laki-laki lebih banyak menggunakan emosionalnya
http://jurma.unimus.ac.id
dibanding intuisinya tanpa memikirkan resiko dari tindakannya, sehingga kaum lelaki paling sering terkena resiko dari tindakannya dibanding perempuan (Khairani, 2009). Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar pendidikan responden adalah SMA atau sederajat yaitu sebanyak 50,0%. Hal ini menunjukkan bahwa para responden penelitian sebagian besar berpendidikan menengah. Responden yang berpendidikan menengah akan mempengaruhi kemampuannya dalam menyerap berbagai informasi termasuk mengenai cara pertolongan pertama pada trauma, sehingga terkadang salah dalam melakukan pertolongan tersebut karena awam dalam penanganan trauma. Seserong yang memiliki pendidikan lebih baik dan lebih tinggi maka akan membuat seseorang lebih kritis dalam berfikir dan mengambil keputusan. Orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan memiliki keluwesan dalam menerima setiap informasi dan dapat memilih secara lebih baik mana yang salah dan mana yang benar, termasuk dalam penanganan pertama saat terjadi kecelakaan. Green dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor predesposisi untuk terbentuknya tingkat pengetahuan. Hasil penelitian menemukan sebagian besar pekerjaan responden adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 37,5%. Responden yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga memiliki pengetahuan yang kurang tentang pertolongan pertama pada trauma, hal ini dapat terjadi karena sebagai orang awam akan mempengaruhi pengetahuannya tentang penanganan pertama pada trauma. 2. Gambaran pengetahuan responden Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden adalah cukup yaitu sebanyak 60,9%, yang kurang sebanyak 21,9% dan yang baik sebanyak 17,2%. Hal ini karena di responden penelitian di Kelurahan Trimulyo berdasarkan karakteristiknya berbeda-beda dari yang tidak bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga, swasta dan wiraswasta. Sementara paparan informasi tentang pertolongan pertama pada trauma kecelakaan juga masih rendah, artinya bahwa belum pernah ada penyuluhan terhadap responden tentang penanganan pertama pada trauma kecelakaan. Berdasarkan pendidikan juga banyak ditemukan responden dengan pendidikan setingkat SMP (10,9%) dan yang SMA sebanyak 50,0%. Pendidikan yang rendah akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dalam mempersepsikan sesuatu. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan Notoatmojo, (2007) yang menjelaskan bahwa pengetahuan dan persepsi seseorang erat hubungannya dengan tindakan seseorang dalam
http://jurma.unimus.ac.id
memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu latar belakang pengetahuan tentang trauma dan penanganan pertama dalam merencanakan tindakan pada trauma pada korban sangat penting dalam usaha meningkatkan pengetahuan dan memberikan pilihan dalam dalam merencanakan tindakan pada korban dengan trauma.
Hasil penelitian ini menemukan pengetahuan responden yang rendah sebanyak 21,9%. Pengetahuan yang rendah ini ditemukan dari hasil jawaban kuesioner yaitu tentang pertolongan pertama pra rumah sakit pada korban trauma seluruhnya salah (100%), pertanyaan tentang prinsip dasar dalam melakukan pertolongan pertama sebanyak 81,2 % responden menjawab salah. Pertanyaan tentang etika yang benar dalam melakukan pertolongan pertama sebanyak 51,6% responden menjawab salah dan sebanyak 50,0% responden menjawab salah tentang pertanyaan apa yang dilakukan ketika menemukan korban kecelakaan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pertanyaan tentang pertolongan pertama
pra rumah sakit pada korban trauma seluruhnya salah (100%), hal ini
menunjukkan bahwa responden penelitian tidak memahami tentang siapa yang menjadi penolong pertama. Fenomena yang sering terjadi selama ini adalah jia terjadi trauma kecelakaan biasanya akan ditolong sebisanya oleh masyarakat atau akan memberhentikan kendaraan yang lewat untuk membawa korban ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Selain itu berdasarkan karakteristik responden yaitu pendidikan responden sebagian besar adalah SMA atau sederajat serta jenis pekerjaan sebagian besar adalah ibu rumah tangga, hal ini tentunya akan mempengaruhi tingkat pengetahuan responden. Hasil penelitian menemukan pengetahuan yang kategori baik sebanyak 17,2%. Hasil jawaban responden tentang pengetahuan pertolongan pertama pada trauma terdapat pada pertanyaan tentang cara mengenal tanda-tanda korban yang mengalami
sumbatan dijalan napas 81,2% menjawab benar. Pertanyaan tentang cara mengetahui korban trauma yang mengalami gangguan pernapasan sebanyak 81,2% responden menjawab benar. Pertanyaan tentang cara mengenal sumber perdarahan yang berasal dari
trauma
luar
82,8%
responden
menjawab
benar.
Pertanyaan
tentang
pembidaian/spalek pada patah tulang tangan sebanyak 81,2% responden menjawab benar. Pertanyan tentang tindakan yang akan dilakukan ketika menemukan korban dengan keadaan perdarahan 78,1 % responden menjawab benar dan pertanyaan tentang tindakan yang dilakukan untuk melihat kemungkinan ada cedera yang timbul pada korban trauma sebanyak 78,1 % menjawab benar.
http://jurma.unimus.ac.id
Orang awam kadang-kadang mengambil keputusan yang salah tentang cara penanganan korban kecelakaan lalulintas. Mereka mungkin terlambat meminta bantuan medis atau bahkan mengabaikan layanan medis darurat (emergency medical service, EMS) dan membawa korban cedera atau yang sakit serius kelayanan bantuan medis dengan kendaraan pribadi, padahal ambulan lebih baik untuk korban. Beberapa situasi pekerjaan perlu memanggil layanan medis darurat dan bukan orang awam yang membawa pasien (Hygerson, 2011). Keterbatasan penelitian ini adalah metode yang digunakan menggunakan studi deskriptif sehingga hasil yang didapatkan hanya menggambarkan pengetahuan responden tentang pertolongan pertama pada trauma kecelakaan, sementara faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden saat ini tidak dapat dijelaskan. PENUTUP Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan: 1. Berdasarkan karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan pada penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata umur responden adalah 32,85 tahun dengan usia termuda adalah 21 tahun dan usia tertua adalah 60 tahun. Jenis kelamin responden sebagian besar adalah lak-laki yaitu sebanyak 35 orang (54,7%). Pendidikan responden sebagian besar adalah SMA atau sederajat yaitu sebanyak 32 orang (50,0%), dan pekerjaan responden sebagian besar adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 24 orang (37,5%) 2. Hasil penelitian ditemukan sebagian besar pengetahuan responden adalah cukup yaitu sebanyak 60,9%, yang kurang sebanyak 21,9% dan yang baik sebanyak 17,2% Berdasarkan hasil penelitian ini maka masyarakat diharapkan lebih meningkatkan informasi tentang pertolongan pertama pada kecelakaan misalnya melalui membaca buku atau mengikuti seminar sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk melakukan pertolongan pertama pada trauma kecelakaan dengan lebih baik dan lebih tepat. KEPUSTAKAAN Martono (2012). Pengetahuan Kegawatdaruratan Trauma Dan Sikap Posdaya Dalam Merencanakan Tindakan Trauma. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 1, Mei 2012, hlm. 1-132 Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta Sindonews.com, (2015). 3.894 Orang Tewas Akibat Laka Lantas di Jateng. http://daerah.sindonews.com/read/1073684/22/3-894-orang-tewas-akibat-laka-lantasdi-jateng-1451570617 Sudiharto, S. (2011). Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta: V.Sagung Seto
http://jurma.unimus.ac.id
Swasanti, N. & Winkanda Satria Putra. (2014). Panduan Praktis Pertolongan Pertama Pada Kedaruratan P3K. Yogyakarta: Kata Hati. Thygerson, A.(2009). First Aid: Pertolongan Pertama. Edisi Kelima. Jakarta:Penerbit Erlangga WHO, 2015. Pre Hospital Care System. http://www.who.int/violence_injury_prevention/media/news/04_07_2005/en/
http://jurma.unimus.ac.id