.g o. id
.b ps
rta
og ya ka
//y
tp :
ht
.g o. id
.b ps
rta
og ya ka
//y
tp :
ht
.id s. go
rta
.b p
INDEKS TENDENSI KONSUMEN
ht
tp
:// y
og
ya
ka
Daerah Istimewa Yogyakarta 2013
INDEKS TENDENSI KONSUMEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2013
: 978-602-1392-00-3
No. Publikasi
: 34553.14.03
Katalog BPS
: 9202001.34
Ukuran Buku
: 18,2 cm X 25,7 cm
Jumlah halaman
: 70
.b p
s. go
.id
ISBN
ya
ka
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis
rta
Naskah :
og
Gambar Kulit :
ht
tp
:// y
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis
Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
INDEKS TENDENSI KONSUMEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2013
Penanggung Jawab/Pengarah
: Y. Bambang Kristianto, MA
Editor
.b p
s. go
.id
Tim Penyusun
rta
: 1. Mainil Asni, SE, ME
ya
ka
2. Mutijo, S.Si, M.Si
:// y
og
Penulis
ht
tp
Pengolah Data/Tabel Design Cover
: 1. Waluyo, SST, SE, M.Si. 2. Gita Oktavia, S.Si : Waluyo, SST, SE, M.Si. : Waluyo, SST, SE, M.Si.
.id s. go .b p rta
ht
tp
:// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan
KATA PENGANTAR
Informasi dini yang terkait dengan persepsi pelaku konsumsi terhadap situasi perekonomian menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting bagi semua pihak. Informasi dini tersebut sangat diperlukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat karena mampu memberikan sinyal awal mengenai perkiraan kondisi perekonomian jangka pendek selama beberapa bulan mendatang.
.id
Sejak tahun 2011, Badan Pusat Statistik telah mengembangkan Sistem
s. go
Pemantauan Indikator Dini sampai dengan level provinsi, yaitu Indeks Tendensi Konsumen yang dihitung secara triwulanan. Indeks Tendensi
.b p
Konsumen dihitung berdasarkan hasil Survei Tendensi Konsumen yang dilakukan secara berkala setiap triwulan. Publikasi Indeks Tendensi Konsumen
rta
Tahun 2013 merupakan publikasi ketiga yang memuat persepsi konsumen
ka
terhadap kondisi perekonomian di DIY secara triwulanan selama tahun 2013.
ya
Ungkapan penghargaan dan terima kasih disampaikan kepada semua
og
pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan publikasi ini.
ht
tp
:// y
Kritik dan saran sangat diperlukan bagi penyempurnaan publikasi ini.
Bantul,
Maret 2014
Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Kepala,
J. Bambang Kristianto, MA
.id s. go .b p rta
ht
tp
:// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR ISI v
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1. Latar Belakang ..........................................................................
3
1.2. Tujuan ...........................................................................................
4
.id
KATA PENGANTAR ........................................................................................
s. go
1.3. Cakupan Penelitian ........................................................................
4 5
BAB II KAJIAN LITERATUR ..........................................................................
7
.b p
1.4. Sistematika Penulisan ..................................................................
9
2.2. Indeks Sentimen Konsumen (Consumer Sentiment Index) .......
11
2.3. Indeks Kepercayaan Konsumen (Consumer Confidence Index)..
12
2.4. Survei Konsumen (Bank Indonesia) ..........................................
13
BAB III METODOLOGI PENGHITUNGAN ......................................................
15
3.1. Mekanisme Penghitungan Indeks ...............................................
19
:// y
og
ya
ka
rta
2.1. Sejarah Survei Konsumen ............................................................
tp
3.2. Intepretasi Indeks Komposit IIK dan IIM .....................................
ht
BAB IV HASIL PENGHITUNGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN ...............
26
29
4.1. Profil Rumah Tangga Tahun 2012 ................................................
31
4.2. Perkembangan Nilai ITK sampai Triwulan IV-2013 ....................
35
4.3. Nilai ITK Tahun 2013 Berdasarkan Variabel Pembentuknya .....
39
4.4. Perbandingan Pola Perkembangan ITK dengan Pertumbuhan PDRB DIY .......................................................................................
43
4.5. Perbandingan ITK Provinsi se-Jawa dan Nasional ......................
44
BAB V KESIMPULAN ....................................................................................
47
LAMPIRAN ...................................................................................................
51
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
vii
.id s. go .b p
ht
tp
:// y
og
ya
ka
rta
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi Responden STK 2013 di DIY menurut Golongan Pendapatan Rumah Tangga Sebulan (Persen) ......................... 32 Tabel 4.2. Distribusi Responden STK 2013 di DIY menurut Tingkat Pendidikan Kepala Rumah Tangga (Persen) ............................. 33 Tabel 4.3. Distribusi Responden STK2013 di DIY menurut Sumber Utama Penghasilan Rumah Tangga (Persen) ........................................ 34
s. go
.id
Tabel 4.4. Distribusi Responden STK2013 di DIY menurut Status Pekerjaan Utama Kepala Rumah Tangga (Persen) .................. 35
.b p
Tabel 4.5. Perbandingan Nilai ITK Triwulanan Terkini dan Mendatang di DIY menurut Kelompok Pendapatan ........................................ 39
rta
Tabel 4.6. Nilai ITK Triwulanan Tahun 2013 DIY Beserta Variabel Pembentuknya ......................................................................... 40
ht
tp
:// y
og
ya
ka
Tabel 4.7. ITK DIY menurut Variabel Pembentuknya dan ITK Provinsiprovinsi di Pulau Jawa serta Nasional, 2013 ............................. 46
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
ix
.id s. go .b p rta
ht
tp
:// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Indeks Tendensi Konsumen Triwulanan DIY, 2011-2013 ............
36
Gambar 4.2. Perbandingan ITK Terkini (IIK) dengan Perkiraan ITK (IIM) di DIY Tahun 2011-2013 ......................................................................... 38 Gambar 4.3. Indeks Konsumsi menurut Kelompok Komoditas di DIY Triwulan I-IV 2013 ....................................................................................... 41
.id
Gambar 4.4. Indeks Konsumsi menurut Kelompok Komoditas dan Pengeluaran di DIY Triwulan I-IV 2013 ........................................ 42
s. go
Gambar 4.5. Perbandingan Pola Perkembangan ITK, Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga dan Pertumbuhan PDRB Konstan DIY Triwulan I 2011 – Triwulan IV 2013 ............................................................. 44
ht
tp
:// y
og
ya
ka
rta
.b p
Gambar 4.6. Perkembangan Nilai ITK DIY dan Nasional Triwulan I 2011Triwulan I 2014 ........................................................................... 45
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
xi
.id s. go .b p rta
ht
tp
:// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan
:// y
tp
ht
.b p
rta
ka
ya
og
.id
s. go
.id s. go .b p rta
ht
tp
:// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan
1.1. Latar Belakang Informasi dini mengenai kondisi perekonomian regional terkini sangat diperlukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun dunia usaha. Pemerintah memerlukan informasi tersebut sebagai bahan perencanaan, sedangkan dunia usaha menggunakannya untuk keperluan investasi atau ekspansi pasar. Ketersediaan data atau informasi dini sangat memungkinkan berbagai pihak untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam mengantisipasi dan mengatasi perubahan keadaan supaya tidak menimbulkan
.id
kerugian.
s. go
Sejak tahun 1980-an, Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengembangkan berbagai macam indikator yang berkaitan dengan sistem peringatan dini.
.b p
Salah satu di antaranya adalah Indeks Indikator Pendahuluan (Index of
rta
Leading Indicator). Di samping Indeks Indikator Pendahuluan, sejak tahun
ka
1995 BPS juga telah mengembangkan dua macam indikator dini (prompt
ya
indicator) yang saling melengkapi. Kedua indikator tersebut adalah Indeks
og
Tendensi Bisnis (ITB) yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan bisnis
:// y
dari sisi produsen dan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang menggambarkan
tp
persepsi dan kondisi konsumen. ITB dan ITK digunakan untuk mengetahui
ht
gambaran mengenai kondisi bisnis dan perekonomian di Indonesia dalam jangka pendek (triwulanan). Pada level provinsi, penghitungan masih dilakukan secara terbatas untuk menghitung indikator yang berkaitan dengan kondisi konsumen atau ITK. Sementara, penghitungan ITB atau situasi bisnis dari sisi produsen masih dilakukan secara terbatas di tiga provinsi. Penghitungan ITK di level provinsi mulai dilakukan sejak Triwulan I tahun 2011. Sebagai perwakilan BPS Republik Indonesia di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), BPS Provinsi DIY secara berkala juga telah melakukan penghitungan nilai ITK. Pengumpulan data Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
3
pokok yang digunakan dalam penghitungan ITK dilakukan melalui Survei Tendensi Konsumen (STK) yang waktu pengumpulan datanya dilakukan secara berkala setiap triwulan (tiga bulan sekali).
Sementara, penyajian hasil
penghitungan ITK triwulanan telah dipublikasikan ke berbagai kalangan termasuk media massa melalui kegiatan “press release” triwulanan yang bersamaan waktunya dengan publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) triwulanan DIY.
s. go
Beberapa tujuan penyusunan Publikasi ITK adalah:
.id
1.2. Tujuan
sisi konsumen pada triwulan berjalan.
.b p
1. Memberikan informasi dini mengenai perkembangan perekonomian dari
rta
2. Memberikan perkiraan kondisi konsumen (ekspektasi) pada tiga bulan
ya
og
1.3. Cakupan Penelitian
ka
mendatang.
:// y
Data untuk penghitungan ITK bersumber dari hasil Survei Tendensi Konsumen (STK) yang dilakukan secara triwulanan (tiga bulanan). Pada
ht
tp
periode 1995-1998, pengumpulan data dilakukan dalam 3 putaran setiap tahun yakni pada bulan Juli, Oktober, dan Desember. Sejak tahun 1999, pengumpulan data masih dilakukan secara triwulanan sebanyak 4 putaran yang dilaksanakan pada bulan April, Juli, Oktober, dan Januari setiap tahun. Unit pencacahan dalam Survei Tendensi Konsumen adalah rumah tangga yang termasuk dalam kelas pendapatan menengah ke atas di wilayah perkotaan. Jumlah sampel tiap putaran sebanyak 1.000-1.500 rumah tangga. Pelaksanaan Survei Tendensi Konsumen sampai tahun 2011 hanya dilakukan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
4
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
Mulai triwulan I tahun 2011 cakupan pelaksanaan STK diperluas di seluruh wilayah provinsi di Indonesia dan jumlah sampel rumah tangganya juga mengalami peningkatan secara signifikan. Pada tahun 2012, jumlah sampel secara nasional mencapai 14.232 rumah tangga dan 440 rumah tangga diantaranya merupakan sampel rumah tangga STK di wilayah DIY. Sementara,
jumlah sampel rumah tangga STK di DIY pada tahun 2013
sebanyak 400 rumah tangga dan tersebar di lima kabupaten/kota di DIY terutama di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Sampel rumah tangga
s. go
(Sakernas) 2013 khususnya di daerah perkotaan.
.id
STK tersebut merupakan sub-sampel dari Survei Angkatan Kerja Nasional
Pemilihan sampel rumah tangga dilakukan secara panel antartriwulan
.b p
untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan
rta
persepsi konsumen antarwaktu. Dengan adanya perluasan sampel, maka nilai
ka
ITK juga dapat disajikan sampai level provinsi. Upaya ini diharapkan mampu
ya
memenuhi ragam kebutuhan data yang semakin bervariasi hingga tingkat
og
regional (spasial antarprovinsi).
:// y
1.4. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Cakupan
ht
1.
tp
Sistematika penulisan buku ini dibagi menjadi lima bab sebagai berikut:
Penelitian, dan Sistematika Penulisan. 2.
Bab II Kajian Literatur, menyajikan berbagai penelitian yang pernah dilakukan mengenai Indeks Tendensi Konsumen.
3.
Bab III Metodologi Penghitungan Indeks Tendensi Konsumen, menyajikan prosedur penghitungan dan interpretasi hasil penghitungan Indeks Tendensi Konsumen.
4.
Bab IV Hasil Penghitungan Indeks Tendensi Konsumen, menyajikan hasil penghitungan dan perkembangannya ITK selama tahun 2013.
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
5
5.
Bab V Kesimpulan, menyajikan ringkasan indikator dini perekonomian secara umum dilihat dari kondisi ekonomi rumah tangga (sisi konsumen)
ht
tp
:// y
og
ya
ka
rta
.b p
s. go
.id
selama tahun 2013.
6
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
:// y
tp
ht
.b p
rta
ka
ya
og
.id
s. go
.id s. go .b p rta
ht
tp
:// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan
2.1. Sejarah Survei Konsumen Kepercayaan konsumen (consumer confidence) maupun sentimen konsumen (consumer sentiment) menjadi istilah yang cukup populer dan sering dikutip oleh pejabat pemerintah, media masa serta konsumen sendiri untuk menggambarkan kondisi perekonomian nasional secara umum. Pengukuran kepercayaan maupun sentimen konsumen mulai diperkenalkan sejak era 1940-an oleh George Katona dari Universitas Michigan Amerika Serikat sebagai sarana untuk memasukkan harapan/ekspektasi dari konsumen
s. go
.id
dalam model pengeluaran/konsumsi dan perilaku menabung.
Katona menyatakan bahwa konsumsi atau belanja konsumen
(wellingness)
untuk
membeli.
.b p
tergantung pada dua hal, yakni kemampuan (ability) dan kemauan Kemampuan
direpresentasikan
oleh
rta
pendapatan dan aset yang dimiliki oleh konsumen pada saat ini, sementara
ka
kemauan menggambarkan penilaian konsumen mengenai prospek pekerjaan
ya
dan pendapatan yang akan diterimanya pada masa yang akan datang (Curtin,
og
2002). Ketika konsumen merasa optimis maka mereka akan meningkatkan
:// y
pengeluaran untuk berbelanja dan pada saat pesimis maka mereka akan
tp
mengurangi pengeluaran belanja dan meningkatkan tabungan sebagai bentuk
ht
antisipasi terhadap kondisi yang tidak diinginkan. Penelitian mengenai persepsi maupun ekspektasi konsumen terhadap situasi perekonomian terkini dilakukan melalui pendekatan survei konsumen (surveys of consumers). Pusat penelitian survei di Universitas Michigan Amerika Serikat merilis survei konsumen pertama kali pada tahun 1946 yang menekankan pada aspek pengaruh penting pengeluaran konsumen dan pengambilan keputusan dalam konsumsi terhadap arah perekonomian nasional.
Ukuran yang dihasilkan dari survei tersebut disebut indeks
ekspektasi konsumen.
Indeks ini terbukti menjadi indikator yang cukup
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
9
akurat yang mampu menentukan masa depan perekonomian Amerika Serikat, sehingga dimasukkan dalam kelompok indeks komposit indikator dini (Composite Index of Leading Indicator) yang diterbitkan secara rutin oleh Departemen Perdagangan Amerika Serikat. Hal yang menjadi pertimbangan utama adalah kemampuan dari indikator tersebut dalam menangkap atau merangkum fenomena maupun meramalkan perubahan yang terjadi dalam perekonomian nasional. Ada enam karakteristik penting agar sebuah indikator dapat dimasukkan ke dalam
.id
indeks komposit indikator dini, yakni: signifikansi ekonomi, kecukupan
s. go
statistik, konsisten dengan waktu dalam siklus bisnis antara puncak dan resesi, kesesuaian dengan ekspansi dan kontraksi, smoothness, dan up to
.b p
date. Sangat jarang sebuah indikator yang dihasilkan dari survei lainnya yang
rta
mampu memenuhi kriteria yang sangat ketat ini.
ka
Secara umum indeks ekspektasi konsumen fokus pada tiga bidang
ya
pokok, bagaimana konsumen melihat prospek keuangan mereka sendiri;
og
bagaimana mereka melihat prospek ekonomi secara keseluruhan dalam
:// y
jangka pendek; dan pandangan konsumen terhadap perekonomian dalam
tp
jangka panjang. Survei dilaksanakan secara periodik setiap bulan dan secara
ht
statistik dirancang untuk mewakili rumah tangga di seluruh wilayah Amerika Serikat. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara melalui telepon. Kuesioner yang digunakan dalam wawancara mencakup beberapa item pertanyaan terkait dengan sentimen/tendensi konsumen pribadi yakni keuangan pribadi, persepsi tentang situasi/kondisi bisnis secara umum dan kondisi konsumsi/pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa. Beberapa item pertanyaan tersebut dalam perkembangannya dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan Indeks Kepercayaan Konsumen (Consumers Confidence Index) dan Indeks Sentimen Konsumen (Consumer Sentiment Index). 10
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
2.2. Indeks Sentimen Konsumen (Consumer Sentiment Index) Indeks Sentimen Konsumen (Consumer Sentiment Index = CSI) dihitung melalui pendekatan Survei Sentimen Konsumen yang dilakukan setiap bulan. Tujuan utama penyusunan indeks ini adalah untuk kepentingan investasi. Indeks Sentimen Konsumen disusun sebagai pembanding dari Purchasing Managers Index (PMI) atau Indeks Pembelanjaan Perusahaan yang memantau kondisi bisnis khususnya dari sisi pasar bursa. Nilai indeks PMI diinterpretasikan
sebagai
berikut:
jika
nilai
indeks
di
bawah
50
.id
mengindikasikan kondisi perekonomian mengalami kontraksi, sedangkan nilai
s. go
indeks di atas 50 menandakan kondisi perekonomian dalam ekspansi. Variabel-variabel yang digunakan untuk menyusun PMI antara lain:
.b p
belanja perusahaan terhadap saham, pembelian barang tahan lama dan total
rta
penjualan kendaraan mobil. Dua variabel terakhir menunjukkan bahwa
Akibatnya, suplai barang dari produsen juga
ya
tahan lama dan mobil.
ka
semakin tinggi volumenya, semakin tinggi pula permintaan terhadap barang
og
meningkat yang tentunya akan memberikan dampak pada peningkatan
:// y
kesempatan kerja. Di lain pihak, permintaan terhadap barang tahan lama dan
tp
kendaraan juga merupakan gambaran dari konsumsi rumah tangga.
ht
Pada dasarnya PMI merupakan ukuran kuantitatif, sementara CSI merupakan ukuran kualitatif. Secara kualitatif, informasi dari pengusaha mengenai belanja barang dan jasa perusahaan seperti iklan dan jasa konsultan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat sentimen perusahaan terhadap bisnisnya.
Hal ini sejalan dengan sikap konsumen
terhadap konsumsi rumah tangga. Peningkatan konsumsi rumah tangga akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana diketahui bahwa konsumsi rumah tangga domestik menjadi salah satu faktor pendorong dalam memperkuat fundamental ekonomi, meskipun dalam perekonomian yang Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
11
lebih luas dan terbuka, konsumsi domestik bukan satu-satunya faktor pendorong karena adanya kegiatan ekspor dan impor.
2.3. Indeks Kepercayaan Konsumen (Consumer Confidence Index) Consumer Confidence Index (CCI) atau Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) diperkenalkan oleh The Conference Board sejak tahun 1985 melalui Survei Kepercayaan Konsumen. IKK ditentukan berdasarkan tingkat optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian, yang disajikan dalam
.id
bentuk indeks yang secara normatif ditentukan dalam nilai 100. Nilai indeks
s. go
ini merupakan proporsi dari pendapat konsumen mengenai kondisi saat ini dengan bobot sebesar 40 persen dan kondisi mendatang dengan bobot
dari
indeks
ini
adalah
apabila
IKK
meningkat
rta
Interpretasi
.b p
sebesar 60 persen.
ka
mengindikasikan konsumsi/belanja konsumen juga meningkat. Akibatnya,
oleh
meningkatnya
permintaan.
Dampak
lain
adalah
og
disebabkan
ya
dari sisi penawaran perusahaan akan meningkatkan produksinya yang
:// y
meningkatnya konsumsi rumah tangga sehingga tingkat permintaan kredit ke Bank meningkat. Dengan demikian pemerintah dapat mengantisipasi akan
tp
adanya kenaikan pajak pendapatan yang diperoleh dari naiknya konsumsi
ht
rumah tangga. Sebaliknya bila IKK menurun, maka konsumsi rumah tangga juga menurun yang berarti permintaan terhadap produk juga menurun. Hal ini akan mengakibatkan turunnya suplai dari perusahaan baik dari sektor industri manufaktur, konstruksi, dan lain-lain. Kondisi ini akan mengakibatkan kondisi perekonomian mengalami kontraksi. Survei Kepercayaan Konsumen dilakukan setiap bulan dengan jumlah responden sekitar 5.000 rumah tangga. Variabel yang dicakup pada kuesioner survei ini antara lain: 12
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
1. Kondisi bisnis saat ini 2. Kondisi bisnis 6 (enam) bulan mendatang 3. Kondisi lapangan pekerjaan saat ini 4. Kondisi lapangan pekerjaan 6 (enam) bulan mendatang 5. Jumlah pendapatan seluruh anggota keluarga selama 6 bulan mendatang Setiap variabel di atas mempunyai jawaban positif (meningkat) dan negatif (menurun). Jawaban meningkat diberi skor “1” dan menurun diberi skor “0”. Untuk penghitungan nilai indeks masing-masing variabel digunakan
.id
rumus Diffussion Index. Besarnya indeks menunjukkan tingkat kepercayaan
s. go
konsumen terhadap kondisi perekonomian pada periode tertentu terhadap periode pembandingnya. Apabila pertumbuhan indeks kurang dari 5 persen,
.b p
maka kepercayaan konsumen cenderung tetap atau stagnant, tetapi bila
ka
dibanding periode pembandingnya.
rta
pertumbuhan lebih dari 5 persen maka kepercayaan konsumen meningkat
ya
Indeks Kepercayaan Konsumen yang disusun oleh The Conference Board
og
dibagi menjadi dua macam indeks, yaitu Indeks Kepercayaan Konsumen Kini
:// y
(Current Consumer Confidence Index) dan Indeks Kepercayaan Konsumen
tp
Mendatang (Future Consumer Confidence Index). Indeks Kepercayaan
ht
Konsumen Kini merupakan komposit dari dua variabel, yaitu kondisi bisnis saat ini dan kondisi lapangan pekerjaan saat ini. Sedangkan Indeks Kepercayaan Konsumen mendatang merupakan komposit dari tiga variabel: kondisi bisnis 6 bulan mendatang, kondisi lapangan pekerjaan 6 bulan mendatang dan jumlah pendapatan seluruh anggota keluarga selama 6 bulan mendatang.
2.4. Survei Konsumen (Bank Indonesia) Bank Indonesia juga melakukan survei sejenis yang dinamakan Survei Konsumen. Survei ini dilakukan setiap bulan terhadap 4.600 rumah tangga di Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
13
18 kota besar, yaitu: Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Bandar Lampung, Palembang, Banjarmasin, Padang, Pontianak, Samarinda, Manado, Denpasar, Mataram, Pangkal Pinang, Ambon dan Banten. Survei ini dilakukan sejak tahun 1999 dan menghasilkan suatu ukuran yaitu Indeks Keyakinan Konsumen. Indeks Keyakinan Konsumen dihitung dengan menggunakan metode Balance Score (SB-net balance + 100), yaitu dengan menjumlahkan hasil dari Metode SB-net balance ditambah 100.
Interpretasi dari IKK, adalah jika
.id
indeks di atas 100 berarti optimis dan sebaliknya, jika indeks di bawah 100
ht
tp
:// y
og
ya
ka
rta
.b p
s. go
berarti pesimis.
14
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
:// y
tp
ht
.b p
rta
ka
ya
og
.id
s. go
.id s. go .b p rta
ht
tp
:// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, BPS RI dan BPS Provinsi DIY sejak triwulan I-2011 telah melakukan penghitungan ITK yang dihitung berdasarkan informasi yang diperoleh dari STK. Survei tersebut bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai situasi bisnis dan perekonomian secara umum menurut pendapat konsumen sebagai pelaku konsumsi. Informasi yang dikumpulkan meliputi rencana pembelian beberapa komoditi kategori “normal goods” seperti daging, ikan, susu, buah-buahan untuk konsumsi makanan, dan komoditi pakaian, biaya perumahan, biaya
.id
pendidikan, transportasi, biaya kesehatan, dan rekreasi untuk komoditi bukan
s. go
makanan. Di samping itu dikumpulkan pula informasi “luxury goods” seperti rumah/tanah, mobil, TV, komputer untuk konsumsi bukan makanan, serta
.b p
informasi mengenai kondisi pendapatan dan tabungan.
rta
Sejak triwulan I tahun 2013 dilakukan penyempurnaan terhadap
ka
kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data. Penyempurnaan
ya
dilakukan untuk mempertajam variabel tingkat konsumsi makanan dan non
og
makanan oleh rumah tangga serta variabel rencana pembelian barang tahan
:// y
lama oleh rumah tangga.
Penyempurnaan kuesioner tersebut tidak
tp
menghilangkan informasi penting dalam kuesioner tahun 2012, tetapi
ht
memperinci jenis-jenis komoditas yang dikonsumsi sehingga keterbandingan cakupan dengan triwulan sebelumnya masih terjaga. Konsumsi rumah tangga komoditas makanan dirinci menjadi dua kelompok, yaitu bahan makanan dan makanan jadi di restoran/rumah makan. Sementara, konsumsi rumah tangga terhadap komoditas non makanan dirinci menjadi tujuh kelompok yakni perumahan (listrik, gas dan bahan bakar); pakaian, tas dan sepatu; kesehatan, peralatan kesehatan dan rumah sakit; pendidikan; rekreasi (termasuk penginapan/hotel); transportasi/angkutan; serta komunikasi. Pertanyaan yang terkait dengan rencana pembelian barang Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
17
tahan lama dikelompokkan menurut jenisnya dan menambahkan variabel rencana pesta/hajatan, rencana membeli tanah dan rencana membeli rumah. Indeks Tendensi Konsumen terdiri dari dua jenis indeks yaitu Indeks Indikator Kini (Current Indicator Index) dan Indeks Indikator Mendatang (Future Indicator Index). Indeks Indikator Kini (IIK) merupakan indeks komposit dari beberapa variabel yang dapat mengidentifikasi kondisi ekonomi rumah tangga (konsumen) pada saat triwulan berjalan (saat survei) dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Sedangkan Indeks Indikator
.id
Mendatang (IIM) merupakan indeks komposit dari beberapa variabel yang
s. go
dapat mengidentifikasi kondisi ekonomi rumah tangga (konsumen) dan rencana untuk membeli barang-barang tahan lama pada periode tiga bulan
.b p
mendatang.
ka
Konsumen adalah sebagai berikut:
rta
Variabel-variabel yang digunakan dalam penghitungan Indeks Tendensi
ya
i. Variabel Indeks Indikator Kini (IIK), terdiri dari:
tiga
terakhir)
dibandingkan
dengan
triwulan
tp
sebelumnya.
bulan
:// y
(periode
og
a. Pendapatan seluruh anggota rumah tangga selama triwulan berjalan
ht
b. Pengaruh kenaikan harga-harga terhadap konsumsi makanan dan bukan makanan sehari-hari (kaitan inflasi dengan konsumsi sehari-hari). c. Volume/tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan non makanan
Makanan: bahan makanan dan makanan jadi di restoran/warung
Bukan makanan: perumahan (listrik, gas dan bahan bakar); pakaian, sepatu, tas; kesehatan, peralatan kesehatan, jasa rumah sakit;
pendidikan;
rekreasi
(termasuk
penginapan/hotel);
transportasi/angkutan; dan komunikasi. 18
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
ii. Variabel Indeks Indikator Mendatang (IIM),terdiri dari: a. Perkiraan pendapatan seluruh anggota rumah tangga pada periode tiga bulan yang akan datang dibandingkan dengan triwulan berjalan. b. Rencana pembelian barang-barang tahan lama: Elektronik (televisi, CD/VCD player/compo, DVD, dll)
Perhiasan logam dan batu mulia (emas, permata, mutiara, dll)
Perangkat komunikasi (HP, Tabet/Ipad, notebook, dll)
Perabot mebelair (kursi, lemari, tempat tidur, dll)
Peralatan rumah tangga (kulkas, mesin cuci, oven listrik, AC, dll)
Membeli/mengganti sepeda motor
Membeli/mengganti mobil
Merencanakan rekreasi (keluar kota/negeri termasuk menginap di
.b p
s. go
.id
rta
hotel dll)
Merencanakan pesta/hajatan (pernikahan, khitanan, ulang tahun)
Membeli tanah
Membeli rumah
og
ya
ka
:// y
3.1. Mekanisme Penghitungan Indeks
tp
Data yang dikumpulkan melalui Survei Tendensi Konsumen merupakan
ht
data yang bersifat kategorik (kualitatif). Secara umum, data menggambarkan persepsi konsumen mengenai variabel pembentuk indeks yang jawabannya dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu menurun, sama, dan meningkat. Menurun berarti kondisi sekarang lebih buruk/pesimis dibandingkan dengan tiga bulan yang lalu, sama berarti tidak ada perubahan, dan meningkat berarti kondisi sekarana lebih baik/optimis dibandingkan dengan tiga bulan yang lalu. Secara sederhana dapat diartikan, bahwa semakin banyak responden yang menjawab meningkat maka kondisi ekonomi konsumen semakin membaik dan indikasi tersebut tercermin pada nilai indeks yang juga semakin besar. Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
19
Sebaliknya, jika sebagian besar responden menjawab menurun maka kondisi ekonomi konsumen semakin memburuk. Prosedur penghitungan Indeks Tendensi Konsumen (IIK dan IIM) adalah sebagai berikut: 1.
Penggolongan Pendapatan Rumah Tangga Sampel rumah tangga terpilih digolongkan menjadi dua kelompok, golongan pendapatan rendah (rata-rata pendapatan kurang dari 2 juta rupiah per bulan) dan golongan pendapatan tinggi (rata-rata pendapatan
2.
Pemberian Skor Jawaban Variabel Tunggal
s. go
sebagai pembeda/ bobot dalam penghitungan indeks.
.id
per bulan 2 juta rupiah ke atas). Penggolongan pendapatan digunakan
.b p
Untuk mengakomodir kondisi ekonomi konsumen dalam bentuk indeks maka pada tahapan ini adalah memberikan skor kepada setiap pilihan
rta
jawaban responden terhadap setiap variabel tunggal pembentuk IIK dan
ka
IIM. Pemberian skor untuk variabel pendapatan rumah tangga triwulan
ya
berjalan, pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari dan
og
pendapatan rumah tangga mendatang adalah sebagai berikut:
:// y
Skor 2, jika jawaban responden “meningkat”
tp
Skor 1, jika jawaban responden “sama”
ht
Skor 0, jika jawaban responden “menurun”. Untuk memperoleh Total Skor (TS) setiap variabel terpilih dilakukan dengan menjumlahkan skor jawaban dari seluruh responden terpilih. 3.
Pemberian skor jawaban variabel konsumsi beberapa komoditas makanan dan minuman Varibel konsumsi terhadap beberapa komoditas makanan dan non makanan yang ditanyakan dalam STK terdiri dari 9 kategori.
Setiap
responden terpilih akan ditanya seputar total pengeluaran konsumsi 20
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
seluruh anggota rumah tangganya selama triwulan berjalan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, apakah meningkat/lebih banyak, sama/ tetap atau menurun/lebih sedikit. Setiap komoditas akan diberi skor sesuai dengan jawaban responden, skor 0 jika konsumsi sekarang lebih sedikit dibandingkan dengan triwulan yang lalu, skor 1 jika konsumsi triwulan berjalan sama dengan konsumsi triwulan yang lalu dan skor 2 jika konsumsi triwulan berjalan kurang dari triwulan yang lalu. Total skor untuk komoditas makanan dan non makanan dihitung dengan rata-rata
.id
tertimbang dari Diffusion Index dari setiap komoditas. Penimbang
s. go
masing-masing komoditas diperoleh dari data Susenas, yaitu proporsi rata-rata nilai pengeluaran setiap kelompok komoditas terhadap rata-
.b p
rata pengeluaran rumah tangga dalam sebulan. Pemberian penimbang
Pemberian Skor Jawaban pada Variabel Pembelian Barang Tahan Lama
ka
4.
rta
juga dibedakan menurut golongan pendapatan rumah tangga.
ya
Kegiatan atau aktivitas pembelian barang tahan lama yang direncanakan
og
oleh rumah tangga selama tiga bulan ke depan mencakup 11 jenis. Untuk
:// y
masing-masing jenis aktivitas/pembelian, setiap responden akan ditanya
tp
apakah berencana untuk membeli barang tersebut, dari mana sumber
ht
dana yang digunakan untuk membeli (tabungan, pendapatan, pinjaman, pemberian, dan belum tahu), serta alasan jika tidak membeli (tidak ada dana, sudah memiliki atau tidak/belum butuh). Pemberian skor jawaban untuk variabel pembelian barang tahan lama adalah sebagai berikut: x = menyatakan rencana jumlah barang tahan lama yang akan dibeli y = menyatakan jumlah barang tahan lama yang sumber dananya berasal dari tabungan, pendapatan, pinjaman dan pemberian. z = menyatakan alasan tidak akan membeli barang karena tidak/belum butuh. Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
21
Skor 2 diberikan jika x > 0, artinya responden telah merencanakan untuk membeli barang tahan lama tersebut minimal 1 jenis/item. Skor 1 diberikan jika x > 0 dan y = 0 atau x = 0 dan z > 0, artinya responden mempunyai rencana untuk membeli batang tahan lama, tetapi sumber dananya tidak tahu, atau responden tidak mempunyai rencana untuk membeli barang tahan lama dengan alasan tidak/belum butuh.
.id
Skor 0 diberikan jika x = 0 dan z = 0, artinya responden tidak memiliki
s. go
rencana untuk membeli barang tahan lama karena alasan tidak mempunyai dana. Penghitungan Indeks Variabel
.b p
5.
rta
Untuk mendapatkan indeks dari setiap variabel, dihitung dengan
ka
menggunakan rumus Diffusion Index seperti yang digunakan oleh The
ya
Conference Board (1990). Penghitungannya adalah dengan menghitung
og
total skor variabel yang diberi penimbang dan dibagi dengan jumlah
:// y
responden yang telah diberi penimbang dan dikalikan 100:
Ivi
(
)
(
)
(
) )
ht
tp
(
= indeks variabel terpilih ke-i = total skor variabel ke-i dari seluruh responden pada kelompok pendapatan < 2 juta rupiah. = total skor variabel ke-i dari seluruh responden pada kelompok pendapatan ≥ 2 juta rupiah. = jumlah responden pada kelompok pendapatan < 2juta rupiah = jumlah responden pada kelompok pendapatan ≥ 2 juta rupiah
Nilai indeks variabel berkisar antara 0 – 200. 22
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
6.
Penghitungan Indeks Indikator Kini dan Mendatang Indeks Tendensi Konsumen (ITK) merupakan indeks komposit yang terdiri dari Indeks Indikator Kini (IIK) dan Indeks Indikator Mendatang (IIM). Kedua indeks tersebut disusun secara terpisah. Masing-masing indeks indikator tersebut merupakan indeks rata-rata tertimbang dari beberapa indeks variabel pembentuknya. Untuk menghitung IIK dan IIM digunakan rumus sebagai berikut:
= Indeks Indikator Mendatang
wi
= Penimbang variabel ke i
Ivi
= Indeks variabel terpilih ke-i
.b p
IIM
ka
rta
= Indeks Indikator Kini
Penentuan Penimbang Indeks Indikator Kini (IIK) dan Mendatang (IIM)
ya
7.
IIK
s. go
∑
.id
∑
og
Penentuan penimbang untuk IIK dan IIM dilakukan menggunakan fungsi
:// y
double log dari masing-masing variabel pembentuknya.
tp
a. Indeks Indikator Kini (IIK)
ht
IIK merupakan indeks komposit yang menggambarkan kondisi konsumen dari sisi persepsi mengenai kondisi ekonomi konsumen dan perilaku konsumsi konsumen terhadap situasi perekonomian pada triwulan berjalan (saat ini). Indeks komposit ini dibentuk 3 variabel pembentuk indeks, yakni: pendapatan rumah tangga triwulan berjalan, pengaruh kenaikan harga/inflasi terhadap konsumsi rumah tangga sehari-hari dan konsumsi beberapa komoditas makanan dan bukan makanan.
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
23
Dalam penghitungan indeks komposit, setiap variabel pembentuk indeks
mempunyai
penimbang
masing-masing
dengan
mempertimbangkan tingkat elastisitas dari setiap variabel terhadap pembentukan indeks kompositnya. Nilai penimbang masing-masing variabel tersebut dihitung dari series data IIK sebelumnya (Triwulan I 1990 sampai dengan Triwulan I 2013) dengan menggunakan model fungsi Double Log sebagai berikut: )
(
)
)
s. go
Dimana: IIK
(
.id
(
= Indeks Indikator Kini
.b p
PDK = Pendapatan seluruh anggota rumah tangga pada triwulan
rta
berjalan
= Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari
KK
= Konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan 1,
2,
3
= Estimasi parameter fungsi double log
og
0,
ya
ka
KH
:// y
Dalam penghitungan fungsi double log nilai koefisien/parameter setiap variabel dalam persamaan menunjukkan elastisitas dari masing-
ht
tp
masing variabel yang bersangkutan. Nilai koefisien (elastisitas) tersebut dijadikan sebagai penimbang dari masing-masing variabel pembentuk IIK. Secara umum, nilai elastisitas menyatakan besarnya perubahan variabel tak bebas IKK (dalam satuan persen) ketika variabel bebas (PDH, KH, dan KK) berubah sebesar 1 persen. Sebagai ilustrasi diperoleh nilai parameter (
1,
2,
3)
masing-masing
sebesar 0,5307; 0,2587 dan 0,2106, maka Besarannya elastisitas pendapatan seluruh anggota rumah tangga terhadap IIK sebesar 0,530 dan nilai ini menjadi bobot/penimbang 24
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
variabel pendapatan rumah tangga sekarang dalam penghitungan indeks komposit kini (IIK). Besarnya nilai elastisitas perubahan kenaikan harga terhadap konsumsi makanan sehari-hari terhadap IIK sebesar 0,2587 dan nilai ini menjadi bobot/penimbang dari variabel pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari dalam penghitungan indeks komposit kini (IIK).
.id
Besarnya nilai elastisitas konsumsi beberapa komoditi makanan
s. go
dan bukan makanan saat ini terhadap IIK sebesar 0,2106 dan nilai ini menjadi bobot/penimbang dari variabel tingkat konsumsi
.b p
beberapa komoditi makanan dan bukan makanan dalam
rta
penghitungan IIK.
ka
b. Indeks Indikator Mendatang (IIM)
ya
IIM merupakan indeks komposit yang menggambarkan persepsi
og
konsumen tentang prediksi kondisi ekonomi konsumen dan perilaku
:// y
konsumsi konsumen terhadap situasi perekonomian selama tiga bulan yang akan datang. Indeks komposit ini dibentuk oleh 2 variabel, yakni:
tp
pendapatan mendatang dan rencana pembelian barang-barang tahan
ht
lama.
Dalam penghitungan indeks komposit, setiap variabel pembentuk indeks di atas mempunyai penimbang masing-masing dengan mempertimbangkan tingkat elastisitas dari setiap variabel terhadap pembentukan indeks kompositnya. Nilai penimbang masing-masing variabel tersebut dihitung dari series data IIK sebelumnya (sejak triwulan I 2004) dengan menggunakan model fungsi Double Log sebagai berikut: Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
25
(
)
(
);
dimana: IIM
= Indeks Indikator Mendatang
PDM = Perkiraan pendapatan seluruh anggota rumah tangga selama triwulan mendatang RTH = Rencana pembelian barang-barang tahan lama 0,
1,
2
= Estimasi parameter fungsi double log
.id
Dalam penghitungan fungsi double log tersebut diperoleh suatu nilai
s. go
koefisien (parameter) untuk setiap variabel sebagai ukuran elastisitas dari masing-masing variabel. Hasil nilai koefisien dari fungsi double log
.b p
tersebut menjadi penimbang dari masing-masing variabel pembentuk
Besaran
1
mengindikasikan elastisitas pendapatan seluruh
ka
rta
indeks komposit, dengan ilustrasi sebagai berikut:
ya
anggota rumah tangga pada triwulan mendatang terhadap IIM
og
(misalnya sebesar 0,6746). Nilai elastisitas 0,6746 ini menjadi
:// y
bobot/penimbang dari variabel pendapatan mendatang dalam
Besaran
2
ht
tp
penghitungan indeks komposit mendatang (IIM). mengindikasikan elastisitas rencana pembelian barang-
barang tahan lama pada triwulan mendatang terhadap IIM (misalnya sebesar 0,3254). Nilai elastisitas 0,3254 ini menjadi bobot/penimbang dari variabel rencana pembelian barang-barang tahan lama dalam penghitungan indeks komposit mendatang (IIM).
3.2. Interpretasi Indeks Komposit IIK dan IIM Nilai IIK dan IIM berkisar antara 0 sampai dengan 200. Interpretasi masing-masing indeks adalah sebagai berikut: 26
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
• Jika nilai IIK maupun IIM berkisar antara 100 sampai 200 maka jumlah jawaban ”meningkat” lebih besar dari jawaban ”menurun”. Artinya, kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan meningkat lebih optimis dibanding periode triwulan sebelumnya (untuk IIK), atau perkiraan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan mendatang meningkat lebih optimis dibanding pada triwulan yang berjalan (untuk IIM). • Jika nilai IIK atau IIM sama dengan 100, maka jumlah jawaban Artinya, kondisi
.id
”meningkat” dan ”menurun” adalah seimbang.
s. go
ekonomi konsumen pada triwulan berjalan sama dengan triwulan sebelumnya (untuk IIK), atau perkiraan kondisi ekonomi konsumen
.b p
pada triwulan mendatang sama dengan triwulan berjalan ( untuk IIM).
rta
• Jika nilai IIK atau IIM kurang dari 100, maka jumlah jawaban ”menurun”
ka
lebih besar dari jawaban ”meningkat”. Artinya, kondisi ekonomi
ya
konsumen pada triwulan berjalan cenderung menurun (lebih pesimis)
og
dibanding keadaan triwulan sebelumnya (untuk IIK), atau perkiraan
:// y
kondisi ekonomi konsumen pada triwulan mendatang menurun (lebih
ht
IIM).
tp
pesimis) dibandingkan dengan kondisi pada triwulan berjalan (untuk
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
27
.id s. go .b p rta
ht
tp
:// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan
:// y
tp
ht
.b p
rta
ka
ya
og
.id
s. go
.id s. go .b p rta
ht
tp
:// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan
4.1. Profil Umum Rumah Tangga Sampel STK Tahun 2013 di DIY Indeks Tendensi Konsumen (ITK) dihitung untuk memperkirakan gerak perekonomian berdasarkan informasi dini konsumen (rumah tangga) melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). Pelaksanaan STK dilakukan secara terintegrasi dengan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) setiap 3 (tiga) bulan sekali dalam setahun. STK 2013 di wilayah DIY dilakukan di seluruh kabupaten/kota terutama di wilayah yang berstatus perkotaan dan respondennya merupakan sub-sampel dari Sakernas. Pemilihan sampel
.id
dilakukan secara panel antartriwulan untuk memperoleh gambaran yang lebih
s. go
akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antarwaktu.
Target sampel STK tahun 2013 di wilayah DIY sebanyak 400 rumah
.b p
tangga yang tersebar di 40 blok sensus di kabupaten/kota. Tingkat pemasukan
rta
(respon rate) dokumen dari triwulan ke triwulan cukup berfluktuasi dengan
ka
kisaran antara 83-91 persen di tahun 2013. Tingkat respon yang rendah
ya
terjadi pada responden yang tempat tinggalnya berstatus sewa/indekost. Di
og
triwulan yang bersamaan waktunya dengan momentum liburan sekolah,
:// y
tingkat pemasukan dokumen pada kelompok ini relatif menurun.
tp
Sampel STK dikategorikan menjadi dua golongan berdasarkan rata-rata
ht
pendapatan seluruh anggota rumah tangga selama sebulan. Golongan yang pertama adalah rumah tangga berpendapatan rendah atau memiliki pendapatan kurang dari 2 juta rupiah per bulan. Golongan yang kedua adalah rumah tangga yang berpendapatan tinggi atau memiliki pendapatan per bulan sebesar 2 juta rupiah atau lebih. Dalam pelaksanaan STK 2013, distribusi rumah tangga sampel pada golongan berpendapatan kurang dari 2 juta rupiah masih lebih dominan (Tabel 4.1). Proporsi rumah tangga yang berpendapatan kurang dari 2 juta rupiah berada pada kisaran 55-58 persen di setiap triwulan. Selama triwulan Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
31
III, terjadi peningkatan pendapatan rumah tangga yang cukup signifikan yang ditunjukkan oleh meningkatnya proporsi rumah tangga berpendapatan lebih dari 2 juta rupiah hingga mencapai 47,43 persen. Tabel 4.1. Distribusi Responden STK 2013 di DIY menurut Golongan Pendapatan Rumah Tangga Sebulan (Persen) Triwulan
Golongan Pendapatan Rumah Tangga Sebulan
II
III
IV
(2)
(3)
(4)
(5)
< 2 juta
57,62
55,34
52,57
55,87
> 2 juta
42,38
44,66
47,43
44,13
Jumlah
100,00
100,00
100,00
100,00
s. go
.b p
(1)
rta
Sumber: diolah dari data STK Triwulan I-IV 2013 DIY
.id
I
ka
Profil rumah tangga sampel STK2013 juga bisa dikaji dari sisi pendidikan
ya
terakhir yang ditamatkan oleh kepala rumah tangga. Secara umum, mayoritas
og
rumah tangga sampel STK 2013 dikepalai oleh kepala rumah tangga yang
:// y
berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sederajat. Jika tingkat
tp
pendidikan tertinggi yang ditamatkan dibagi menjadi dua kategori, SLTP ke
ht
bawah (berpendidikan rendah) dan SLTA ke atas (berpendidikan tinggi), maka proporsi kepala rumah tangga yang berpendidikan tinggi masih lebih dominan dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Sebaran sampel STK2013 menurut triwulan juga menunjukkan rumah tangga yang dikepalai oleh kepala rumah tangga yang berpendidikan SLTA selalu lebih dominan dengan proporsi antara 36,42-40,78 persen dan diikuti oleh kepala rumah tangga yang berpendidikan SD ke bawah dengan proporsi 29,05 sampai 34,33 persen. Jumlah sampel rumah tangga yang dikepalai oleh kepala rumah tangga yang berpendidikan akademi ke atas juga cukup besar, 32
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
tetapi proporsinya semakin berkurang dari triwulan ke triwulan. Hal yang perlu menjadi catatan adalah masih besarnya proporsi kepala rumah tangga yang berpendidikan SD ke bawah, karena hal ini bisa berpengaruh terhadap kualitas jawaban yang diberikan jika yang bersangkutan dijadikan sebagai narasumber. Tabel 4.2.
Triwulan
IV
(2)
(3)
(4)
(5)
SD ke bawah
29,72
29,78
34,33
29,05
SLTP
11,67
11,24
11,34
13,97
SLTA
40,28
39,33
36,42
40,78
Akademi ke atas
18,33
19,66
17,91
16,20
100,00
100,00
100,00
rta
ka
100,00
og
Jumlah
s. go
II
.b p
I (1)
III
ya
Tingkat Pendidikan
.id
Distribusi Responden STK 2013 di DIY menurut Tingkat Pendidikan Kepala Rumah Tangga (Persen)
:// y
Sumber: diolah dari data STK Triwulan I-IV 2013 DIY
tp
Distribusi persentase responden STK2013 menurut sumber utama
ht
penghasilan rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 4.3. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas sampel rumah tangga memiliki sumber utama penghasilan dari sektor jasa-jasa dengan proporsi sampel setiap triwulan di atas 23 persen dan diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan proporsi sampel setiap triwulan di atas 19 persen. Sumber penghasilan utama rumah tangga yang berasal dari sektor lainnya relatif rendah (di bawah 10 persen), karena survei ini memang didesain di daerah perkotaan yang mayoritas penduduknya memiliki lapangan usaha di sektor perdagangan dan jasa-jasa. Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
33
Tabel 4.3. Distribusi Responden STK2013 di DIY menurut Sumber Utama Penghasilan Rumah Tangga (Persen) Triwulan
Lapangan Usaha Sumber Pendapatan Rumah Tangga
III
IV
(2)
(3)
(4)
(5)
21,07
17,61
24,02
Pertanian
8,59
6,18
8,96
8,38
Pertambangan
0,55
0,28
0,30
0,84
Industri
7,48
8,15
11,34
8,94
Gas dan Air
1,66
1,40
1,19
0,56
Konstruksi
8,31
8,99
5,97
6,70
Perdagangan
21,88
19,10
21,49
22,35
Transportasi
2,77
3,09
4,48
3,07
Jasa Perusahaan
3,88
2,81
1,19
1,12
28,93
27,46
24,02
100,00
100,00
100,00
23,27
rta
Jasa-jasa
s. go
21,61
.b p
Penerima Pendapatan
II
.id
(1)
I
100,00
ka
Jumlah
ya
Sumber: diolah dari data STK Triwulan I-IV 2013 DIY
og
Di sisi yang lain, jumlah sampel rumah tangga dengan sumber
:// y
penghasilan utama sebagai penerima pendapatan juga relatif masih besar.
tp
Proporsi setiap triwulannya berada pada kisaran 17,61 persen sampai 24,02
ht
persen. Kelompok penerima pendapatan pada umumnya terdiri dari rumah tangga yang berstatus kost/sewa (mahasiswa/pelajar), para pensiunan dan rumah tangga tunggal yang anggota rumah tangganya sudah berusia lanjut (tua) dan masih mengandalkan transfer/kiriman pendapatan dari anak/famili lain untuk kelangsungan hidupnya. Masih besarnya proporsi kelompok ini cukup berpengaruh terhadap menurunnya tingkat pemasukan (respon rate) dokumen, karena mobilitas responden terutama yang statusnya kost/sewa cukup tinggi dan cukup sulit untuk ditemuai pada saat liburan. Di samping itu, jawaban yang diberikan oleh responden terkait dengan perkembangan 34
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
pendapatan yang diterima triwulan berjalan maupun satu triwulan ke depan, pola konsumsi komoditas makanan dan bukan makanan maupun rencana pembelian barang tahan lama cenderung statis (tidak mengalami perubahan antartriwulan) serta ada indikasi jawaban yang diberikan antarresponden juga relatif homogen/seragam. Status pekerjaan utama dari responden STK2013 yamg bekerja dibedakan menjadi dua kategori, yaitu berstatus berusaha dan berstatus sebagai buruh. Selama triwulan I sampai triwulan IV 2013, persentase yang
.id
berstatus sebagai buruh selalu lebih dominan dari responden yang berstatus
s. go
berusaha. Jumlah responden yang berstatus sebagai buruh selama empat
.b p
triwulan berada pada kisaran 54,95 persen sampai 58,93 persen. Tabel 4.4.
Jumlah
ht
Buruh
tp
Berusaha
:// y
(1)
Triwulan
I
II
III
IV
(2)
(3)
(4)
(5)
41,70
41,07
41,97
45,05
58,30
58,93
58,03
54,95
100,00
100,00
100,00
100,00
og
Status Pekerjaan Utama
ya
ka
rta
Distribusi Responden STK2013 di DIY yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama Kepala Rumah Tangga (Persen)
Sumber: diolah dari data STK Triwulan I-IV 2013 DIY
4.2. Perkembangan Nilai ITK DIY sampai Triwulan IV-2013 Perkembangan kondisi ekonomi konsumen/rumah tangga di DIY selama triwulan I 2013 sampai dengan triwulan IV-2013 menunjukkan pola yang positif atau semakin membaik.
Hal ini direpresentasikan oleh nilai ITK
triwulanan yang selalu berada di atas 100, artinya persepsi konsumen selalu Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
35
berada pada taraf optimis. Meskipun demikian, tingkat optimisme konsumen atau rumah tangga terlihat cukup bervariasi antartriwulan. Gambar 4.1. Indeks Tendensi Konsumen Triwulanan DIY, 2011-2013 120 115
116,23
112,90
111,91 110,02
110
109,71
109,85 109,21
110,47
112,11
105,64 106,13 102,79
.id
105
Optimis
100
s. go
Pesimis
90 Tw II 2011
Tw III 2011
Tw IV 2011
Tw I 2012
Tw II 2012
Tw III 2012
Tw IV 2012
rta
Tw I 2011
.b p
95
Tw I 2013
Tw II 2013
Tw III 2013
Tw IV 2013
ka
Sumber: diolah dari data STK Triwulan I-IV 2011-2013 DIY
ya
Perkembangan nilai ITK triwulanan DIY selama periode 2011-2013
og
dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Secara umum, terdapat indikasi pola
:// y
musiman dalam angka ITK triwulanan selama tahun 2011-1013. Nilai ITK
tp
mencapai level puncak/tertinggi selama triwulan III (Juli-September) yang
ht
bersamaan waktunya dengan momentum liburan dan pergantian tahun ajaran baru sekolah serta perayaan hari raya Idul Fitri. Selama masa ini, tingkat optimisme konsumen terkait dengan kondisi ekonominya maupun kondisi perekonomian secara umum cenderung meningkat lebih tinggi. Tingginya optimisme dari sebagian besar rumah tangga ditandai oleh meningkatnya pendapatan yang diterima oleh konsumen/rumah tangga baik yang bersumber dari tunjangan hari raya, transfer dari keluarga/famili, maupun sumber lainnya. Di sisi yang lain, tingkat konsumsi rumah tangga terhadap komoditas makanan dan non makanan selama masa tersebut juga 36
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
mengalami kenaikan yang cukup signifikan, karena pada umumnya rumah tangga melakukan konsumsi komoditas sandang, pendidikan dan rekreasi selama masa ini. Nilai ITK mencapai level terendah pada triwulan I (Januari-Maret) di setiap tahun.
Fenomena ini terjadi karena setelah perayaan Natal dan
liburan akhir tahun rumah tangga cenderung mengurangi tingkat konsumsi terhadap komoditas makanan dan non makanan. Dengan kata lain, tingkat optimisme
konsumen
selama
triwulan
I
cenderung
lebih
rendah
s. go
.id
dibandingkan dengan tingkat optimisme di triwulan lainnya.
Perbandingan antara nilai ITK riil yang dihitung selama triwulan
.b p
berjalan (IIK) dengan perkiraan nilai ITK triwulan yang dihitung di triwulan sebelumnya (IIM) menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu signifikan
rta
(Gambar 4.2). Selisihnya antara keduanya tidak lebih dari 2 poin, kecuali di
ka
Triwulan I-2013 dan Triwulan III-2013 selisihnya lebih dari 2 poin. Hasil
ya
perkiraan ITK triwulan I-2013 yang dihitung di triwulan IV-2012 sebesar
og
109,54, sementara hasil penghitungan yang sebenarnya mencapai 106,13
:// y
atau lebih rendah 3,41 poin dari perkiraan. Selisih antara nilai perkiraan ITK
tp
triwulan II-2013 dengan nilai riilnya cukup rendah dan hanya terpaut 0,2
ht
poin. Perbandingan antara nilai ITK riil selama triwulan III 2013 dan triwulan IV 2013 dengan nilai perkiraannya menunjukkan nilai riilnya lebih optimis. Selisih di triwulan III-2013 mencapai 2,1 poin dan selisih di triwulan-IV 2013 mencapai 0,57 poin. Kondisi ITK riil yang lebih tinggi dari nilai perkiraannya menggambarkan kondisi perekonomian sesungguhnya yang lebih baik dari kondisi yang diperkirakan. Secara umum, hal ini berkaitan dengan realisasi inflasi yang lebih rendah dari perkiraan atau peningkatan pendapatan yang lebih tinggi dari perkiraan sehingga mendorong peningkatan konsumsi makanan dan non makanan oleh rumah tangga. Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
37
Gambar 4.2. Perbandingan ITK Terkini (IIK) dengan Perkiraan ITK (IIM) di DIY Tahun 2011-2013 118
IIK
IIM
116,2
116
114,1
114
112,9 112,6
111,9
112
110,0
110 108 106
112,1 111,5
111,6
110,5
110,2 109,2
109,9 109,7 109,5 108,5
106,6 105,6
110,7 110,5 109,5
106,1
.id
104
100 Trw III 2011
Trw IV 2011
Trw I 2012
Trw II 2012
Trw III 2012
Trw IV 2012
Trw I 2013
Trw II 2013
Trw III 2013
Trw IV 2013
.b p
Trw II 2011
s. go
102
rta
Sumber: diolah dari data STK Triwulan I-IV 2011-2013 DIY
ka
Perbandingan nilai ITK triwulanan menurut kelompok pendapatan di
ya
DIY selama tahun 2013 menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan (Tabel
og
4.5). Nilai ITK baik terkini (IIK) maupun mendatang (IIM) pada kelompok
:// y
berpendapatan ≥ 2 juta rupiah selalu lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok berpendapatan < 2 juta rupiah.
Hal ini menunjukkan tingkat
ht
tp
optimisme kelompok berpendapatan ≥ 2 juta rupiah yang lebih tinggi (lebih optimis) terkait dengan kondisi perekonomian selama berjalan maupun triwulan mendatang. Bahkan, Tabel 4.5 juga memperlihatkan ITK terkini pada kelompok berpendapatan < 2 juta rupiah selama triwulan I 2013 menyentuh level 98,39 (ITK< 100) yang artinya persepsi konsumen terkait dengan kondisi ekonominya berada dalam kondisi pesimis. Faktor yang menjadi penyebab adalah menurunnya pendapatan yang diterima selama triwulan berjalan dan menurunnya tingkat konsumsi makanan dan non makanan sebagai akibat dari tingginya inflasi maupun ekspektasi terhadap inflasi beberapa bulan ke depan
38
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
karena wacana pencabutan subsidi BBM maupun penaruh musiman dalam konsumsi rumah tangga. Sebagai catatan, kelompok berpendapatan < 2 juta rupiah selama triwulan I 2013 mengalami penurunan konsumsi hampir di semua kelompok komoditas, kecuali komoditas pakaian, transportasi dan komunikasi. Tabel 4.5. Perbandingan Nilai ITK Triwulanan Terkini dan Mendatang di DIY menurut Kelompok Pendapatan Golongan Pendapatan
I 2013
(1)
(2)
(3)
< 2 Juta
98,39
≥ 2 Juta
110,25
Total < 2 Juta
ka
ITK Mendatang (IIM)
≥ 2 Juta
ya Total
II 2013
(5)
(6)
108,61
106,09
115,48
120,29
115,32
106,13
110,47
116,23
112,11
102,82
105,88
108,86
105,44
114,85
118,40
112,96
110,92
110,67
114,04
111,54
109,02
s. go
.id
IV 2013
rta
ITK Terkini (IIK)
III 2013
.b p
ITK
(4)
101,07
:// y
og
Sumber: diolah dari data STK Triwulan I-IV 2013 DIY
tp
4.3. Nilai ITK Tahun 2013 Berdasarkan Variabel Pembentuknya
ht
Ketiga variabel atau komponen pembentuk ITK terkini memiliki pengaruh yang bervariasi di setiap triwulan (Tabel 4.6). Secara umum, semua variabel memiliki nilai indeks di atas 100, sehingga memberi pengaruh positif terhadap tingkat optimisme konsumen yang terbentuk selama triwulan berjalan di tahun 2013. Indeks variabel pendapatan rumah tangga kini memberi pengaruh terbesar terhadap nilai ITK terkini di triwulan I, II dan IV, sedangkan indeks variabel konsumsi makanan dan non makanan memberi pengaruh terbesar terhadap nilai ITK terkini di triwulan III 2013. Sementara itu, pengaruh kenaikan harga atau inflasi terhadap konsumsi makanan dan Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
39
non makanan memberi pengaruh terendah meskipun laju inflasi tahunan selama tahun 2013 menyentuh level 7,32 persen dan lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi tahun sebelumnya yang sebesar 4,31 persen. Hal ini berarti peningkatan pendapatan yang diterima rumah tangga secara umum masih mampu menutupi peningkatan kebutuhan konsumsi makanan dan non makanan akibat kenaikan harga/inflasi, meskipun jika dikaji menurut kelompok pendapatan maupun jenis komoditas yang dikonsumsi akan
.id
menghasilkan pola yang lebih bervariasi. Tabel 4.6.
s. go
Nilai ITK Triwulanan 2013 DIY Beserta Variabel Pembentuknya
II
III
IV
rta
(3)
(4)
(5)
110,47
116,23
112,11
107,58
112,46
115,96
113,31
Pengaruh Inflasi Terhadap Konsumsi Makanan dan non Makanan
106,22
109,22
113,56
110,86
Konsumsi Makanan & Non Makanan
102,54
107,36
120,33
110,89
Nilai ITK Mendatang (IIM)
110,67
114,04
111,54
109,02
tp
I
.b p
Triwulan
Variabel
113,55
115,52
113,1
109,94
105,50
111,4
108,74
107,37
(1)
(2)
106,13
ka
Nilai ITK Kini (IIK)
:// y
og
ya
Pendapatan Ruta Kini
ht
Pendapatan Ruta Mendatang Rencana Pembelian Barang Tahan Lama, Rekreasi dan Pesta/Hajatan Sumber: diolah dari data STK 2013 DIY
Tingkat konsumsi rumah tangga berdasarkan kelompok komoditas menunjukkan dari sembilan kelompok komoditas, lima kelompok diantaranya selalu memiliki indeks konsumsi di atas 100 yakni kelompok komoditas bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan, perumahan, transportasi dan komunikasi (Gambar 4.3). 40
Sementara, empat kelompok lainnya yang
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
terdiri dari komoditas pakaian, sepatu dan tas; kesehatan, peralatan kesehatan
dan
rumah
sakit;
pendidikan;
dan
rekreasi
(termasuk
penginapan/hotel memiliki nilai indeks < 100 terutama di triwulan I. Gambar 4.3. Indeks Konsumsi menurut Kelompok Komoditas di DIY Triwulan I-IV 2013 I
140
II
III
IV
120
.id
100
s. go
80 60
.b p
40
0 Pakaian
Kesehatan Pendidikan
ka
Makanan Perumahan jadi
Rekreasi Transportasi Komunikasi
ya
Bahan makanan
rta
20
og
Sumber: diolah dari data STK 2013 DIY
:// y
Nilai indeks konsumsi kelompok rumah tangga berpendapatan < 2 juta rupiah selama tahun 2013 lebih bervariasi dan menyentuh level terendah
ht
tp
sebesar 95,81 akibat rendahnya nilai indeks konsumsi baik pada kelompok komoditas makanan (95,11) dan non makanan (98,37). Nilai indeks konsumsi kelompok berpendapatan < 2 juta rupiah di triwulan II sebesar 100,37 dan kelompok komoditas makanan memiliki nilai indeks sebesar 98,37. Selama triwulan III dan IV nilai indeks konsumsi kelompok makanan dan non makanan pada kelompok rumah tangga berpendapatan < 2 juta rupiah semakin optimis dengan nilai di atas 100. Indeks konsumsi kelompok rumah tangga berpendapatan ≥ 2 juta rupiah selama 2013 sudah berada pada taraf yang lebih optimis (nilai Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
41
indeksnya selalu di atas 100). Hampir semua kelompok komoditas memiliki nilai indeks yang optimis kecuali pada kelompok pakaian; kesehatan; dan rekreasi selama triwulan I yang memiliki nilai pesimis (indeks < 100). Salah satu penyebabnya adalah rumah tangga sudah melakukan konsumsi yang cukup besar terhadap ketiga kelompok komoditas selama triwulan IV 2012, sehingga cenderung mengurangi konsumsi di triwulan I 2013. Peningkatan konsumsi yang cukup signifikan baik makanan maupun non makanan terjadi selama triwulan III 2013 yang bersamaan waktunya dengan momentum
.id
liburan sekolah, pergantian tahun ajaran baru, dan peringatan hari raya Idul
s. go
Fitri.
.b p
Gambar 4.4.
rta
Indeks Konsumsi menurut Kelompok Komoditas dan Pengeluaran di DIY Triwulan I-IV 2013
ka
140
ya
120 100
og
80
:// y
60
tp
40
0 < 2 Jt
ht
20 ≥ 2 Jt
Total
< 2 Jt
I
≥ 2 Jt
Total
< 2 Jt
II
Indeks Konsumsi
Indeks Konsumsi Makanan
≥ 2 Jt III
Total
< 2 Jt
≥ 2 Jt
Total
IV
Indeks Konsumsi non Makanan
Sumber: diolah dari data STK 2013 DIY
Berdasarkan Tabel 4.6, semua variabel penyusun ITK mendatang (IIM) DIY memiliki nilai indeks yang optimis (>100).
Secara umum, variabel
pendapatan rumah tangga mendatang (tiga bulan ke depan) memiliki pengaruh yang lebih besar dalam pembentukan IIM (nilai indeks lebih tinggi) 42
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
dibandingkan dengan variabel rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi dan pesta/hajatan.
Selama tahun 2013, nilai IIM yang tertinggi
terjadi di triwulan III dan hasil ini tidak berbeda jauh dengan nilai realisasi IIK. Sementara, nilai ITK triwulan I 2014 (IIM) diperkirakan sebesar 109,02 atau akan berada pada taraf optimis meskipun tingkat optimismenya sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan IV 2013. 4.4. Perbandingan Pola ITK dengan Pertumbuhan PDRB DIY
yang
mampu
memprediksi
arah
dan
gerak
perekonomian
s. go
dini
.id
Seperti telah dijelaskan pada Bab III, ITK menjadi salah satu indikator
nasional/regional ke depan dalam jangka pendek. Gambar 4.5 menyajikan
.b p
secara ringkas pola perkembangan ITK dan pertumbuhan konsumsi rumah
rta
tangga serta PDRB konstan di DIY triwulan I 2011 sampai triwulan IV 2013.
ka
Secara umum, terdapat pola yang hampir mirip dan searah antara
ya
perkembangan ITK dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga triwulanan.
og
Kedua ukuran tersebut secara umum memiliki pola musiman, mencapai level tertinggi di triwulan III (Juli-September) dan mencapai level terendah di
:// y
triwulan I (Januari-Maret).
Berdasarkan perkiraan nilai ITK triwulan
tp
mendatang yang optimismenya sedikit melemah diprediksi pula arah
ht
pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Triwulan I 2014 yang juga akan mengalami perlambatan. Perbandingan nilai ITK triwulanan dengan pertumbuhan PDRB konstan (pertumbuhan ekonomi) DIY juga memiliki pola yang hampir serupa, meskipun terdapat sedikit perbedaan.
Kedua ukuran baik ITK maupun
pertumbuhan ekonomi mencapai level puncak (nilai tertinggi) di waktu yang sama, yakni selama triwulan III (Juli-September). Namun demikian, terdapat perbedaan waktu terjadinya nilai terendah, yaitu ITK terendah terjadi selama
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
43
triwulan I (Januari-Maret) sedangkan pertumbuhan ekonomi mencapai level terendah di triwulan ke II (April-Juni). Perbedaan ini terjadi karena dalam struktur PDRB penggunaan DIY konsumsi rumah tangga hanya memiliki peranan sebesar 50,82 persen. Gambar 4.5. Perbandingan Pola Perkembangan ITK, Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga dan Pertumbuhan PDRB Konstan DIY Triwulan I 2011 – Triwulan IV 2013 Pertumbuhan Konsumsi RT
Pertumbuhan PDRB Konstan
ITK 120
.id
7
s. go
5
.b p
3 1
100
ka
-5 Tw III- Tw IV2011 2011
Tw I2012
Tw II2012
og
Tw II2011
Tw III- Tw IV2012 2012
95 Tw I2013
Tw II2013
Tw III- Tw IV- Tw I2013 2013 2014*)
:// y
Tw I2011
ya
-3
110
105
rta
-1
115
tp
4.5. Perbandingan ITK Provinsi se-Jawa dan Nasional
ht
Perkembangan ITK DIY triwulan I 2011 sampai triwulan I 2014 memiliki pola yang sama dengan ITK nasional. Secara umum, nilai ITK DIY selama periode tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan ITK nasional. Selisih ITK terbesar terjadi selama triwulan III 2013 sebesar 4,17 poin, sementara selisih nilai ITK triwulan I 2014 diperkirakan mencapai 2,18 poin. Fenomena ini menggambarkan tingkat optimisme konsumen DIY terhadap kondisi perekonomiannya yang lebih baik (lebih optimis) dibandingkan dengan ratarata optimisme secara nasional.
44
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
Gambar 4.6. Perkembangan Nilai ITK DIY dan Nasional Triwulan I 2011-Triwulan I 2014 120 116,23
115
112,90
111,91 110,02 109,71 109,85
110 105,64
105
112,11 110,47 109,21
110,24
106,13 108,77
108,44
102,79 106,36
109,02
112,06
111,12 108,63
109,64 108,02 106,84
106,54 104,70
102,42
.id
100
95 Tw II2011
Tw III2011
Tw IV2011
Tw I2012
Tw II2012
Tw III2012
Tw IV2012
Tw I2013
Tw II2013
Tw III2013
ITK Nasional Tw IV- Tw I2013 2014*)
.b p
Tw I2011
s. go
ITK DIY
Catatan: *) ITK perkiraan triwulan mendatang (IIM)
rta
Sumber: diolah dari data STK 2011-2013
Dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa, nilai ITK DIY
ka
berada pada peringkat kedua sampai ketiga di setiap triwulan. Memasuki
ya
triwulan I 2013, nilai ITK DIY berada diperingkat ketiga setelah Provinsi Banten
og
(108,34) dan DKI Jakarta (108,32). Urutan peringkat selama triwulan II 2013
:// y
tidak mengalami perubahan yang berarti, tertinggi adalah Provinsi Banten dan
ht
tp
diikuti oleh Provinsi DKI Jakarta dan DIY. Selama triwulan III 2013 terjadi sedikit perubahan dalam peringkat, DKI Jakarta berubah menjadi peringkat pertama (118,09) dan DIY meningkat di peringkat kedua (116,23).
Menutup tahun 2013, tingkat optimisme
konsumen tidak mengalami perubahan atau sama dengan triwulan III, DKI Jakarta masih berada di peringkat pertama (113,55) dan diikuti oleh DIY (112,11). Secara nasional, nilai ITK DIY triwulan IV 2013 berada di peringkat keenam setelah Provinsi Bali, DKI Jakarta, Maluku, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara.
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
45
Tabel 4.7. ITK DIY menurut Variabel Pembentuknya dan ITK Provinsi-provinsi di Pulau Jawa serta Nasional, 2013 Triwulan II
III
IV
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pendapatan rumah tangga Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan dan non makanan Tingkat konsumsi komoditi makanan dan non makanan ITK DIY
107,58
112,46
115,96
113,31
106,22
109,22
113,56
110,86
102,54
107,36
120,33
110,89
106,13
110,47
116,23
112,11
Jateng
104,68
108,14
113,46
108,08
Jabar
104,14
107,75
113,53
110,04
DKI
108,32
110,87
118,09
113,55
Jatim
105,50
108,07
114,17
108,67
Banten
108,34
110,93
115,36
110,05
Nasional
104,70
108,02
112,06
109,64
ka
rta
.b p
s. go
I
.id
Komoditi
ht
tp
:// y
og
ya
Sumber: diolah dari data STK 2013
46
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
:// y
tp
ht
.b p
rta
ka
ya
og
.id
s. go
.id s. go .b p rta
ht
tp
:// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan.
Nilai ITK DIY yang terdiri dari ITK terkini (IIK) maupun ITK mendatang (IIM) selama triwulan I-IV 2013 berada pada taraf optimis (nilai indeks di atas 100). Perkembangan ITK triwulanan mengikuti pola musiman, mencapai level puncak (optimisme tertinggi) di triwulan III (Juli-September) yang berkaitan dengan momentum pergantian tahun ajaran baru sekolah, liburan dan perayaan hari raya Idul Fitri. Sementara, ITK mencapai level terendah di triwulan I (Januari-Maret). Variabel/komponen pembentuk indeks yang memiliki pengaruh
.id
terbesar terhadap IIK adalah pendapatan yang diterima selama triwulan
s. go
berjalan. Meskipun laju inflasi tahunan di Kota Yogyakarta selama tahun 2013 cukup tinggi akibat kebijakan pengurangan subsidi BBM dan listrik (inflasi
.b p
mencapai level 7,32 persen), pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi
rta
makanan dan non makanan masih mampu dikompensasi oleh peningkatan
ka
pendapatan sehingga persepsi konsumen masih mampu berada pada taraf
ya
optimis. Kinerja perekonomian DIY dari sisi suplai mampu tumbuh 5,40
og
persen selama tahun 2013. Secara tidak langsung hal ini turut mendorong
:// y
peningkatan pendapatan yang diterima masyarakat/konsumen sehingga
tp
tingkat konsumsi terhadap barang dan jasa juga mengalami peningkatan dan
ht
persepsi yang terbentuk cukup optimis. Sementara variabel pembentuk IIM yang memiliki pengaruh terbesar adalah perkiraan peningkatan pendapatan yang diterima. Realisasi nilai ITK terkini (IIK) dengan nilai perkiraan ITK yang dilakukan pada triwulan sebelumnya tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, artinya masih berjalan searah meskipun ada selisih perbedaan antara keduanya.
Perkembangan ITK triwulanan DIY selama tahun 2011-2013
memiliki pola yang searah dengan pola pertumbuhan konsumsi rumah tangga dalam PDRB triwulanan, sehingga ITK dapat dijadikan sebagai indikator dini Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
49
untuk menentukan arah pertumbuhan konsumsi rumah tangga dalam jangka pendek. Dibandingkan dengan level ITK provinsi-provinsi lainnya di Pulau Jawa maupun dengan ITK nasional, peringkat ITK DIY selama tahun 2013 berada pada posisi yang relatif baik. Berada di peringkat keenam secara nasional dan peringkat kedua diantara provinsi-provinsi se Jawa menunjukkan bahwa persepsi konsumen/masyarakat DIY terhadap kondisi ekonominya relatif lebih
.id
optimis atau lebih baik.
s. go
Evaluasi pelaksanaan STK di DIY secara umum menghasilkan tingkat pemasukan (respon rate) dokumen setiap triwulan pada kisaran 83-91 persen,
.b p
artinya sudah cukup mewakili untuk melakukan penghitungan nilai ITK. Namun demikian, beberapa persoalan terkait dengan sebaran sampel seperti
rta
besarnya komposisi rumah tangga sampel yang termasuk dalam kategori
ka
berpendapatan rendah (< 2 juta rupiah); proporsi pendidikan kepala rumah
ya
tangga yang berpendidikan rendah (SD ke bawah) yang masih besar; proporsi
og
rumah tangga sampel dengan sumber pendapatan utama yang berstatus
:// y
sebagai penerima pendapatan masih cukup besar akan menyebabkan kualitas
tp
jawaban responden menjadi sangat meragukan. Persoalan dan keterbatasan
ht
terkait dengan sebaran sampel STK disebabkan oleh pelaksanaan lapangan yang integrasi dengan sampel Sakernas yang bertujuan untuk pengumpulan data ketenagakerjaan. Ke depan perlu dipertimbangkan pelaksanaan pengumpulan data yang berdiri sendiri, sehingga mampu mengontrol sebaran responden yang mewakili semua golongan konsumen.
50
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
:// y
tp
ht
.b p
rta
ka
ya
og
.id
s. go
.id s. go .b p rta
ht
tp
:// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan
Tabel 1. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-2013 dan Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan II-2013 Tingkat Nasional dan Provinsi Pengaruh Konsumsi Rencana Pembelian Pendapat Pendapatan Inflasi Thd Makanan & Barang Tahan Lama, ITK an Ruta ITK Kini Ruta Tingkat Non Kegiatan Pesta dan Mendatang 1) Kini Mendatang Konsumsi Makanan Rekreasi
Provinsi
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
105,95
101,55
104,77
108,23
103,72
106,62
105,36
110,77
101,48
106,00
110,09
104,41
108,06
Sumatra Barat
104,52
109,66
101,80
105,33
107,66
107,08
107,45
Riau
105,18
105,10
101,97
104,47
109,96
101,68
107,00
Jambi
101,70
106,87
100,72
102,89
110,72
103,97
108,31
Sumatra Selatan
105,86
107,42
102,46
105,56
108,45
107,26
108,02
Bengkulu
104,73
106,03
101,05
104,29
107,64
107,32
107,52
Lampung
102,76
103,12
100,74
102,42
109,23
104,74
107,63
Kepulauan Babel
103,57
104,27
101,21
103,25
106,45
113,49
108,96
Keulauan Riau
109,48
98,68
99,51
104,41
111,67
108,81
110,65
DKI Jakarta
109,71
109,50
103,47
108,32
113,54
108,14
111,61
Jawa Barat
108,37
99,79
99,50
104,14
108,82
105,78
107,73
Jawa Tengah
104,07
108,53
101,24
104,68
108,35
107,73
108,13
DI Yogyakarta
107,58
106,22
102,54
106,13
113,55
105,50
110,67
Jawa Timur
105,27
107,73
103,24
105,50
109,46
105,26
107,96
Banten
108,19
111,66
104,49
108,34
112,83
108,03
111,12
Bali
109,52
107,64
102,46
107,50
117,89
107,96
114,34
NTB
107,12
104,88
100,60
105,12
107,50
108,76
107,95
NTT
104,60
99,63
96,59
101,53
106,78
103,92
105,76
Kalimantan Barat
106,76
106,21
104,44
106,12
109,15
106,06
108,05
Kalimantan Tengah
105,40
106,88
101,70
105,01
109,08
108,42
108,85
Kalimantan Selatan
107,34
109,06
101,02
106,46
109,60
104,20
107,67
Kalimantan Timur
108,12
109,97
101,16
107,13
114,75
106,16
111,68
110,29
103,57
98,09
105,85
114,24
104,62
110,80
106,25
98,14
99,08
102,51
112,19
103,34
109,03
Sulawesi Selatan
107,45
105,37
100,78
105,46
110,49
109,89
110,27
Sulawesi Tenggara
103,85
101,47
99,07
102,18
105,61
116,90
109,64
Gorontalo
105,47
108,10
100,72
105,17
110,11
102,49
107,39
Sulawesi Barat
104,68
105,49
100,67
104,04
113,04
102,71
109,35
Maluku
105,27
101,96
98,96
103,02
111,49
107,60
110,10
Malut
101,88
104,54
101,19
102,45
111,63
102,05
108,21
Papua Barat
108,75
98,03
93,34
102,54
111,31
103,33
108,46
Papua
103,24
104,75
98,28
102,59
109,74
99,24
105,99
Nasional
105,99
105,36
100,76
104,70
110,34
106,08
108,82
s. go
.b p
rta
ka
ya
:// y
ht
Sulawesi Tengah
tp
Sulawesi Utara
.id
105,48
Sumatra Utara
og
(1)
NAD
Catatan: 1) Angka Perkiraan ITK Triwulan II 2013
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
53
Tabel 2. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan II-2013 dan Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2013 Tingkat Nasional dan Provinsi
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
105,17
103,39
105,05
110,85
106,81
109,40
Sumatra Utara
108,55
107,40
104,39
107,33
110,15
105,72
108,56
Sumatra Barat
108,56
107,53
104,86
107,48
114,99
106,02
111,78
Riau
109,01
106,58
106,44
107,79
111,29
107,42
109,90
Jambi
106,85
108,46
104,16
106,70
110,84
111,50
111,07
Sumatra Selatan
108,22
109,35
106,12
108,06
113,07
106,82
110,83
Bengkulu
108,09
108,80
105,77
107,78
109,55
107,36
106,89
106,54
104,75
106,32
113,76
.id
108,77
Lampung
107,13
111,38
Kepulauan Babel
108,97
107,16
104,64
107,54
112,12
107,48
110,46
Keulauan Riau
111,00
108,84
106,54
109,44
115,33
104,09
111,30
DKI Jakarta
112,98
110,36
106,51
110,87
117,52
111,63
115,41
Jawa Barat
109,16
106,82
105,61
107,75
116,69
102,78
111,71
Jawa Tengah
108,92
109,34
104,81
108,14
114,43
108,98
112,47
DI Yogyakarta
112,46
109,22
107,36
110,47
115,52
114,04
Jawa Timur
109,29
108,37
104,83
108,07
114,81
109,10
112,76
Banten
114,10
107,47
107,77
rta
111,40
110,93
115,74
109,20
113,40
Bali
114,12
110,96
106,84
111,69
122,02
109,72
117,61
NTB
108,76
106,85
104,20
107,25
115,14
103,27
110,88
NTT
106,68
107,31
104,38
106,35
111,35
102,59
108,21
Kalimantan Barat
109,47
107,37
105,86
108,12
110,29
113,83
111,56
Kalimantan Tengah
108,34
108,17
104,88
107,54
112,03
107,14
110,28
Kalimantan Selatan
110,34
106,99
103,30
107,91
109,20
109,22
109,21
Kalimantan Timur
111,54
108,69
104,33
109,21
117,06
103,03
112,03
Sulawesi Utara
110,84
109,12
106,25
109,38
113,24
108,13
111,41
Sulawesi Tengah
109,26
106,68
104,41
107,50
115,85
108,63
113,26
110,01
106,63
105,28
108,07
116,15
104,25
111,88
Sulawesi Tenggara
109,16
106,65
105,19
107,62
115,53
105,89
112,07
Gorontalo
110,12
107,70
103,55
108,04
117,52
107,16
113,80
Sulawesi Barat
109,13
108,64
104,29
107,95
114,23
106,72
111,54
Maluku
106,87
108,72
105,87
107,15
112,32
110,19
111,56
Malut
107,39
109,69
106,89
107,90
110,56
111,73
110,98
Papua Barat
108,32
108,05
103,64
107,23
109,89
107,57
109,06
Papua
106,66
106,65
104,34
106,15
108,16
107,17
107,80
Nasional
109,26
107,95
105,20
108,02
113,55
107,57
111,41
Sulawesi Selatan
og
:// y
tp
.b p
s. go
(3)
105,70
ka
(2)
NAD
ht
(1)
Pengaruh Konsumsi Rencana Pembelian Pendapat Pendapatan Inflasi Thd Makanan & Barang Tahan Lama, ITK an Ruta ITK Kini Ruta Tingkat Non Kegiatan Pesta dan Mendatang 1) Kini Mendatang Konsumsi Makanan Rekreasi
ya
Provinsi
1)
Catatan: Angka Perkiraan ITK Triwulan III 2013
54
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
Tabel 3. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2013 dan Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan IV-2013 Tingkat Nasional dan Provinsi Pengaruh Konsumsi Rencana Pembelian Pendapat Pendapatan Inflasi Thd Makanan & Barang Tahan Lama, ITK an Ruta ITK Kini Ruta Tingkat Non Kegiatan Pesta dan Mendatang 1) Kini Mendatang Konsumsi Makanan Rekreasi
Provinsi
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
108,76
115,09
110,27
110,08
105,17
108,32
109,70
109,28
114,60
110,62
108,04
105,23
107,03
Sumatra Barat
112,85
111,09
117,69
113,40
108,01
105,59
107,14
Riau
113,44
109,89
114,14
112,61
107,88
109,66
108,52
Jambi
112,21
109,09
116,80
112,33
110,74
102,77
107,88
Sumatra Selatan
111,74
108,93
114,85
111,63
110,77
104,38
108,48
Bengkulu
109,70
109,59
114,31
110,65
107,47
104,92
106,56
Lampung
110,82
107,38
112,91
110,32
111,29
108,43
110,26
Kepulauan Babel
112,23
109,15
114,67
111,90
108,11
105,34
107,12
Keulauan Riau
112,49
109,50
115,72
112,36
109,45
107,72
108,83
DKI Jakarta
117,53
116,03
122,10
118,09
111,93
113,02
112,32
Jawa Barat
113,31
112,14
115,89
113,53
110,05
103,97
107,87
Jawa Tengah
114,34
110,07
115,71
113,46
110,04
108,43
109,46
DI Yogyakarta
115,96
113,56
120,33
116,23
113,10
108,74
111,54
Jawa Timur
114,02
112,15
117,14
114,17
111,60
108,19
110,37
Banten
115,92
112,34
117,89
115,36
111,05
109,51
110,50
Bali
117,56
110,42
117,86
115,67
118,13
112,32
116,05
NTB
107,19
111,24
114,53
109,85
111,26
106,19
109,44
NTT
107,75
105,22
113,05
108,18
111,53
108,45
110,42
Kalimantan Barat
116,26
108,24
118,69
114,58
112,59
109,54
111,50
Kalimantan Tengah
111,27
107,23
109,40
109,76
114,10
105,59
111,05
Kalimantan Selatan
109,83
107,14
113,82
109,94
109,37
106,69
108,41
Kalimantan Timur
112,61
113,16
117,13
113,71
112,77
110,27
111,87
109,12
110,08
109,74
109,50
113,63
110,43
112,48
110,84
108,23
109,79
109,89
113,19
108,31
111,44
Sulawesi Selatan
112,05
109,96
113,79
111,84
111,39
107,78
110,09
Sulawesi Tenggara
114,89
112,07
116,77
114,52
109,14
108,01
108,73
Gorontalo
113,73
109,29
114,74
112,73
107,91
115,96
110,79
Sulawesi Barat
110,08
109,86
115,16
111,10
110,65
105,58
108,84
Maluku
109,47
106,58
112,54
109,33
113,63
107,05
111,27
Malut
112,81
110,52
117,72
113,23
111,48
106,56
109,71
Papua Barat
109,23
107,15
111,29
109,10
112,53
108,23
110,99
Papua
108,61
105,22
110,58
108,10
110,52
109,50
110,15
Nasional
112,08
109,71
115,04
112,06
111,01
107,80
109,86
s. go
.b p
rta
ka
ya
:// y
ht
Sulawesi Tengah
tp
Sulawesi Utara
.id
109,07
Sumatra Utara
og
(1)
NAD
Catatan: 1) Angka Perkiraan ITK Triwulan IV 2013
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
55
Tabel 4. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan IV-2013 dan Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-2014 Tingkat Nasional dan Provinsi
Provinsi
(5)
(6)
(7)
(8)
105,59
100,60
103,80
Sumatra Utara
110,32
107,44
109,15
109,27
107,58
99,06
104,52
Sumatra Barat
110,79
108,39
108,15
109,56
105,80
103,23
104,88
Riau
106,31
103,76
103,75
105,06
105,87
103,17
104,90
Jambi
108,42
105,24
106,20
107,07
108,08
103,68
106,50
Sumatra Selatan
111,47
108,56
109,35
110,21
109,47
104,91
107,84
Bengkulu
107,26
105,30
103,91
106,00
106,50
102,41
105,04
Lampung
111,23
108,27
107,15
109,54
109,02
106,78
108,22
Kepulauan Babel
107,79
105,69
105,71
106,76
107,83
104,29
106,56
Keulauan Riau
114,12
109,06
110,87
112,03
109,26
106,53
108,28
DKI Jakarta
115,60
111,75
110,99
113,55
110,40
107,59
109,39
Jawa Barat
111,49
107,69
109,59
110,04
108,32
104,71
107,02
Jawa Tengah
109,28
108,38
104,88
108,08
107,53
103,67
106,15
DI Yogyakarta
113,31
110,86
110,89
112,11
109,94
107,37
109,02
Jawa Timur
111,15
105,83
106,39
108,67
108,94
102,48
106,62
Banten
111,02
108,92
109,20
110,05
109,49
107,18
108,66
Bali
116,29
113,94
113,46
115,03
110,72
107,03
109,40
NTB
108,01
107,94
107,45
107,86
107,77
104,05
106,44
NTT
108,04
106,21
108,09
107,54
105,13
101,68
103,90
Kalimantan Barat
114,86
105,19
111,40
111,47
109,66
106,53
108,54
Kalimantan Tengah
111,01
107,03
107,60
109,19
108,44
103,20
106,56
Kalimantan Selatan
107,24
103,94
104,47
105,74
106,06
100,77
104,16
Kalimantan Timur
113,69
111,27
110,28
112,29
111,24
105,25
109,09
Sulawesi Utara
112,05
112,51
112,39
112,23
107,79
102,61
105,93
Sulawesi Tengah
110,50
109,16
108,74
109,75
111,23
104,31
108,75
111,11
108,73
109,49
110,11
110,77
103,78
108,27
Sulawesi Tenggara
109,13
107,80
108,25
108,57
108,64
103,83
106,92
Gorontalo
110,99
110,38
109,41
110,47
108,30
107,68
108,08
Sulawesi Barat
108,17
107,32
107,01
107,68
107,60
101,91
105,56
Maluku
114,22
111,91
112,23
113,15
108,53
104,81
107,20
Malut
111,04
110,66
110,57
110,83
106,54
103,84
105,57
Papua Barat
111,29
109,21
111,27
110,71
110,38
104,49
108,27
Papua
111,10
109,27
109,38
110,22
107,54
102,45
105,72
Nasional
110,80
108,34
108,54
109,64
108,36
104,12
106,84
og
:// y
tp
ht
Sulawesi Selatan
s. go
107,14
ka
104,10
.id
(4)
107,54
.b p
(3)
108,21
rta
(2)
NAD
ya
(1)
Pengaruh Konsumsi Rencana Pembelian Pendapat Pendapatan Inflasi Thd Makanan & Barang Tahan Lama, ITK an Ruta ITK Kini Ruta Tingkat Non Kegiatan Pesta dan Mendatang 1) Kini Mendatang Konsumsi Makanan Rekreasi
1)
Catatan: Angka Perkiraan ITK Triwulan I 2014
56
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
Tabel 5.
Nilai Indeks Konsumsi Triwulanan 2003 di DIY menurut Golongan Pendapatan dan Kelompok Komoditas Triwulan I
Jenis Komoditas
Triwulan II
< 2 Jt
≥ 2 Jt
Total
< 2 Jt
≥ 2 Jt
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Bahan makanan
93,42
107,06
102,32
94,97
111,85
105,99
Makanan jadi
97,86
114,02
108,41
104,45
108,05
106,80
Perumahan
99,80
106,45
104,14
110,40
118,43
115,64
90,69
94,22
99,45
111,73
107,46
87,92
98,75
94,99
103,27
106,58
105,43
Pendidikan
98,35
101,52
100,42
107,42
113,72
111,53
Rekreasi
90,06
96,47
94,25
98,75
101,43
100,50
Transportasi
100,51
105,15
103,54
108,63
115,18
112,90
Komunikasi
102,75
105,81
104,75
105,92
114,35
111,42
Indeks Konsumsi
95,81
106,12
102,54
100,37
111,09
107,36
Indeks Konsumsi Makanan
95,11
110,18
104,94
98,56
110,15
106,12
Indeks Konsumsi non Makanan
98,37
101,55
106,91
112,14
110,32
.b p
100,45
rta
Pakaian
s. go
100,85
Kesehatan
.id
(1)
Triwulan III
ya
Jenis Komoditas
ka
Lanjutan
Triwulan IV
≥ 2 Jt
Total
< 2 Jt
≥ 2 Jt
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
108,78
139,77
129,00
106,23
112,39
110,25
113,58
116,99
115,81
103,25
122,91
116,08
115,27
128,08
123,62
105,78
116,07
112,50
108,21
134,67
125,48
94,67
103,18
100,22
Kesehatan
108,40
110,41
109,71
106,23
105,63
105,84
Pendidikan
115,47
122,74
120,21
106,48
107,46
107,12
Rekreasi
113,30
119,27
117,20
100,68
107,95
105,43
Transportasi
106,77
122,85
117,26
109,94
116,18
114,01
Komunikasi
111,45
120,46
117,33
110,33
113,77
112,57
Indeks Konsumsi
110,77
125,43
120,33
105,10
117,11
112,93
Indeks Konsumsi Makanan
110,60
129,55
122,97
106,60
110,08
108,87
Indeks Konsumsi non Makanan
111,37
120,79
117,51
105,43
113,80
110,89
Bahan makanan
Pakaian
ht
Perumahan
tp
Makanan jadi
:// y
(1)
og
< 2 Jt
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
57
.id s. go .b p rta
ht
tp
:// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan
.g o. id
.b ps
rta
og ya ka
//y
tp :
ht
.g o. id
.b ps
rta
og ya ka
//y
tp :
ht