BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Komunikasi
2.1.1 Komunikasi Sebagai Interaksional Model linear berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Tentu saja hal ini merupakan pandangan yang sangat sempit terhadap partisipan-partisipan dalam proses komnunikasi. Oleh karenanya, Wilbur Schramm (1954) dalam buku Richard West dan Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi mcngcmnukakan bahwa kita juga harus mengamati hubungan antara seorang pengirim dan penerima. Ia mengonseptualisasikan model komunikasi interaksional (interactional model of communication), yang mcnekankan proses komunikasi dua arah di antara para komunikator (Gambar 1.4). Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah dari pengirim kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Pandangan interaksional mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi baik pengirim maupun penerima dalarn sebuah interaksi, tetapi tidak dapat mcnjadi keduanya sckaligus
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
FIgur 1.4 : Model Komunikasi Interaksional Satu elemen yang penting bagi model komunikasi interaksional adalah umpan balik (feedback), atau tanggapan terhadap suatu pesan. Umpan balik dapat berupa verbal atau nonverbal, sengaja maupun tidak disengaja. Umpan balik juga membantu para komunikator untuk mengetahui apakah pesan mereka telah tersampaikan atau tidak dan sejauh mana pencapaian makna terjadi. Dalam model interaksional, umpan balik terjadi setelah pesan diterima, tidak pada saat pesan sedang dikirim. Elemen terakhir dalam model interaksional adalah bidang pengalaman (field of experience) seseorang, atau bagaimana budaya, pengalaman dan keturunan sescorang memengaruhi kcmampuannya untuk berkomnunikasi dengan satu sama lain. Setiap orang membawa bidang pengalaman yang unik dalam tiap episode
komunikasi.
dan
pengalaman-pengalaman
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tersebut
sering
kali
14
memengaruhi komunikasi yang terjadi. Sebagai coniohnya, ketika dua orang saling mengcnal dan mulai berkcncan mereka secara mutlak membawa bidang pcngalaman mereka ke dalam hubungan ini. Pihak yang satu mungkin dibesarkan dalam keluarga besar dan memiliki beberapa orang saudara, sementara yang satunya mungkin adalah anak tunggal. Mungkin juga yang satu dibesarkan oleh kakek dan neneknya. sementara yang satunya dibesarkan oleh dua orang pria. Pengalaman-pengalaman ini (dan yang lainnya) akan memengaruhi bagaimana dua orang ini ketika bersama dan hampir pasti akan memengaruhi cara keduanya mempertahankan hubungan mereka. Seperti pandangan linear, model interaksional juga telah dikritisi. Pertamatama, model ini menyatakan bahwa satu orang bertindak sebagai pengirim sementara yang lainnya bertindak sebagai penerima dalam sebuah proses komunikasi. Sebagaimana telah kita alami, seseorang dapat berperan sebagai pengirim dan penerima sekaligus dalam satu peristiwa komunikasi. Kritik yang relevan terhadap model interaksional berkaitan dengan umpan balik. Apa yang terjadi ketika seseorang mcngirimkan pesan nonverbal dalam sebuah interaksi? Tersenyum, cemberut, atau mengalihkan pembicaraan dalam sebuah interaksi antara dua orang selalu tcrjadi. Dalam sebuah interaksi antara ibu dan anak misalnya, si ibu mungkin saja memarahi anaknya sambil terus-menerus “membaca” perilaku nonverbal anaknya. Apakah ia tertawa ? Atau sedih ? Atau apakah ia mendengarkan ibunya ? Tiap perilaku ini akan memengaruhi si ibu untuk menyesuaikan pesannya ketika ia berbicara dengan anaknya. Pandangan interaksional berasumsi bahwa dua orang berbicara dan mendengarkan, tapi tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
dalam saat yang bersamaan. Kritik inilah yang mendorong munculnya model komunikasi yang ketiga.1
2.1.2 Komunikasi Sebagai Transaksional Model komunikasi transaksional (transactional model of communication) (Barnlund, 1970) dalam buku Richard West dan Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi menggaris bawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus-menerus dalam sebuah episode komunikasi sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.5. Mengatakan bahwa komunikasi bersifat transaksional berarti mengatakan bahwa proses tersebut kooperatif; pengirim dan penerima sama-sama bertanggung jawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi. Dalam model komunikasi linear, makna dikirim dari satu orang ke orang Iainnya. Dalam model interaksional, makna dicapai melalui umpan balik dari pengirim dan penerima. Dalam model transaksional, orang membangun kesamaan makna. Apa yang dikatakan orang dalam scbuah transaksi sangat dipengaruhi olch pengalamannya di masa lalu. Jadi, misalkan, dalam scbuah acara pameran di kampus. terdapat kemungkinan yang besar bahwa seorang mahasiswa akan memiliki banyak hal untuk dikatakan pada seorang murid SMA karena ia telah memiliki pengalaman sclama kuliah di kampus tersebut. Seorang mahasiswa senior akan memiliki pandangan yang berbeda terhadap kampus terscbut bila dibandingkan dengan mahasiswa junior yang baru
1
Richard West dan Lynn H. Tunner, Pengantar Teori Komunikasi : Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Salemba Humanika, 2008 Hal : 12-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
saja masuk kuliah karena ia mcmiliki lcbih banyak pengalaman di kampus terscbut dibandingkan juniornya.
Figur 1.5 Model Komunikasi Transaksional
Model transaksional menuntut kita untuk menyadari pcngaruh satu pesan terhadap pcsan lainnya. Satu pcsan dibangun dari pesan sebelumnya; karena itu. ada saling ketergantungan antara masing-masing komponen komunikasi. Perubahan di satu komponen akan mengubah yang lainnya juga. Model transaksional juga berasumsi bahwa saat kita secara terus-menerus mengirimkan dan menerima pesan. kita berurusan baik dengan elemen verbal maupun nonverbal
dan
pesan
terscbut.
Dengan
kata
lain,
para
komunikator
menegosiasikan makna. Contohnya, ketika seorang teman bcrtanya mengenal latar belakang keluarga Anda, Anda mungkin akan mnenggunakan istilah yang tidak dimengcrti oleh teman Anda. la mungkin akan mengerutkan dahinya, menunjukkan ketidakpahamannya akan kata yang Anda gunakan. Menanggapi hal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
ini, hampir pasti Anda akan segera mcnjelaskan istilah yang Anda gunakan dan melanjutkan pcmbicaraan. Contoh ini mcnggarisbawahi suatu tingkatan di mana dua orang terlibat secara aktif dalam sebuah peristiwa kornunikasi. Pesan nonverbal sama pcntingnya dengan pesan verbal dalam proses transaksional. 2 2.1.3 Pola Komunikasi Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Pola diartikan sebagai bentuk (struktur) yang tetap sedangkan komunikasi adalah proses penciptaan arti atau ide yang disampaikan. Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, hubungan, kontak. Dengan demikian, pola komunikasi disini dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.3 Istilah pola komunikasi dapat disebut juga sebagai model tetapi maksudnya sama, yaitu sistem yang terdiri dari atas berbagai kompenen yang berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan keadaan masyarakat. Pola adalah bentuk atau model yang bisa dipakai untuk membuat atau menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu khususnya jika yang ditimbulkan cukup mencapai satu jenis untuk pola dasar yang ditunjukan atau terlihat.4
2
Ibid, Hal : 14-15 Penelitian Skripsi Pola Komunikasi Pada Komunitas Senayan Vespa, Wisnu WIcaksana, 2015. hal: 28 4 Ibid hal : 29 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Pola komunikasi terdiri dari berbagai macam : 1. Pola komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan baik menggunakan media maupun tanpa media, tanpa adanya umpan balik dari komunikan. 2. Pola komunikasi dua arah atau timbal balik (two way traffic communication) yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi mereka. Komunikator pada terhadap pertama menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi. Namun pada hakekatnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama, komunikator utama memiliki tujuan tertentu melalui proses komunikasi tersebut, prosesnya dianalogi, serta diumpan balik terjadi secara langsung. 3. Pola komunikasi multiarah yaitu proses komunikasi terjadi dalam satu kelompok yang lebih banyak dimana komunikator dan komunikan akan saling bertukar pikiran secara dialogis dan terus menerus. Pola komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur-unsur yang dicakup beserta keberlangsunganya. Guna memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis untuk memampukan menggeneralisasikan kasus yang belum teramati.5
5
Ibid hal : 30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
2.2
Guru dan Murid Sebagai Pelaku Komunikasi Komunikasi dilakukan manusia bukan hanya untuk menyampaikan atau
saling bertukar pesan/informasi, melainkan ada tujuan untuk membangun dan memelihara relasi. Dalam praktik pembelajaran pun, komunikasi yang dilakukan guru dan siswa bukan hanya proses pertukaran dan penyampaian materi pembelajaran, melainkan ada dimensi relasi guru dan siswa. Baik relasi guru dan siswa menjadi prasyarat utama terciptanyan proses pembelajaran yang efektif. Di sekolah, guru dan siswa merupakan pelaku utama dalam proses pembelajaran yang dilangsungkan disekolah. Oleh sebab itu, diantara kedua pelaku utama ini sudah semestinya terjalin relasi edukasi yang baik. Ada banyak, penelitian yang menunjukkan bagaimana relasi guru dan siswa ini berdampak terhadap proses pembelajaran. Seperti yang kita ketahui, komunikasi diantar manusia tidak selalu secara formal. Ada juga yang berlangsung secara informal. Komunikasi informal ini lebih kuat dimensi ketimbang dimensi pertukaran atau penyampaian pesannya. Sedangkan komunikasi formal lebih kuat dimensi pertukaran atau penyampaian pesannya ketimbang dimensi relasionnya. Dalam proses pembelajaran disekolah, baik komunikasi formal maupun informal sama pentingnya untuk mendorong peningkatan mutu belajar. Efektivitas pembelajaran sedikit banyak bergantung juga pada efektivitas komunikasi. Karena itu, efektivitas seorang guru dalam pembelajaran bergantung pada seberapa efektif komunikasinya dengan siswa di dalam atau di luar kelas. Komunikasi efektif memainkan peran penting dalam keberhasilan pembelajaran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
pada semua jenjang pendidikan. Membelajarkan bukan semata proses transfer ilmu, melainkan juga proses komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Guru professional mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa. Interaksi guru dan siswa di kelas adalah komunikasi pembelajaran (instructional communication). Membelajarkan berarti membangun komunikasi efektif dengan siswa. Oleh sebab itu, penting untuk diinsyafi oleh para guru, bahwa guru yang baik adalah guru yang memahami bahwa komunikasi dan pembelajaran adalah dua hal yang saling bergantung, yang lebih mementingkan apa yang siswa sudah pelajari daripada apa yang sudah diajarkannya, dan yang terus menerus memilih dan menentukan apa yang harus dikomunikasikan dan bagaimana cara mengkomunikasikannya (Richmond ea.al, 2009) dalam buku Dr. Yosal Iriantara & Usep Syaripudin, Komunikasi Pendidikan. Intinya guru yang baik adalah komunikator yang baik atau guru efektif adalah komunikator yang efektif.6 2.3
Pesan Pendidikan Seks Banyak kesimpangsiuran pendapat tentang arti pendidikan seks. Untuk
membatasi arti pendidikan seks dalam rangka studi akan dikemukakan beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan seks. Salim Sahli dalam buku Drs. Muhajir, M, Ed. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan SMP Kelas VIII mengemukakan bahwa sex education atau pendidikan seks merupakan penerangan yang bertujuan untuk membimbing serta mengasuh tiap-tiap lelaki dan perempuan, sejak dari anak-anak sampai
6
Dr. Yosal Iriantara & Usep Syaripudin, Komunikasi Pendidikan, Simbiosa Rekatama Media. 2013. Hal : 72-74
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
sesudah dewasa, perihal pergaulan antar-kelamin umumnya dan kehidupan seksual khususnya, agar mereka dapat melakukan sebagaimana mestinya sehingga kehidupannya mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia.
Abdullah Nashih Ulwan dalam buku yang sama mengemukakan, bahwa yang dimaksud pendidikan seks adalah “Masalah mengajarkan, memberikan pengertian, dan menjelaskan masalah-masalah yang menyangkut seks, naluri, dan perkawinan kepada anak sejak akalnya mulai tumbuh dan siap memahami hal-hal diatas’.
Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh seorang agar mengerti tentang arti, fungsi, dan tujuan seks sehingga ia dapat menyalurkan ke jalan yang benar.
Pendidikan seks dibedakan menjadi sex instruction dan sex education. Sex Instruction menyangkut penerangan seks dalam hal perubahan anatomi dan organ reproduksi dalam tubuh seseorang sehubungan dengan pengaruh hormon reproduksi. Sementara, sex education menyangkut perihal etika, moral, fisiologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya agar seseorang memahami dirinya merupakan individu seksual dan mengadakan hubungan interpersonal yang baik. Kedua hal ini saling berhubungan dalam pemahaman seksual.
Dalam hal ini, peneliti memilih dalam hal sex education, yang mana berkaitan dengan etika, moral, fisiologi, dan pengetahuan lainnya. Peneliti hanya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
mengambil sedikit mengenai sex instruction, yang mana berkaitan dengan reproduksi. Peneliti tetap menekankan dalam hal sex education
2.3.1 Tujuan Pendidikan Seks Tujuan pendidikan seks adalah sebagai berikut : a. Membentuk pengertian tentang perbedaan seks antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga, pekerjaan, dan seluruh kehidupan yang selalu berubah dan berbeda dalam tiap masyarakat dan kebudayaan. b. Membentuk pengertian tentang peranan seks di dalam kehidupan manusia dan keluarga, hubungan seks dan cinta, perasaan seks dalam perkawiuan, dan sebagainya c. Mengembangkan pengertian diri sendiri sehubungan dengan fungsi dan kebutuhan seks. Di sini, pendidikan seks menjadi pendidikan mengenai seksualitas manusia, yaitu seks dalam arti sempit (in context). d. Membantu siswa dalam mengembangkan kepribadian sehingga mampu untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Misalnya, memilih jodoh, hidup berkeluarga atau tidak, perceraian , kesusilaan dalam seks, dan lain-lain.7
Dalam hal ini, peneliti mengambil tujuan dalam konteks membentuk pengertian tentang peranan seks di dalam kehidupan manusia dan mengembangkan pengertian diri sendiri sehubungan dengan fungsi dan
7
Drs. Muhajir, M, Ed. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan SMP Kelas VIII, Ghalia Indonesia Printing, 2007, Hal : 96
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
kebutuhan seks. Di sini, pendidikan seks menjadi pendidikan mengenai seksualitas manusia, yaitu seks dalam arti sempit (in context).
3.1
Public Relations Pengertian public relations Menurut Cutlip dan Center adalah sebagai
berikut: "Public Relations is the communication and interpretation, and the communications and ideas from an institution to its public, and the communications of information, ideas, and opinions from those publics to the institutions, in a sincere effort to establish mutuality of interest and this achieves the harmonious adjusment of an institution to its community" Artinya,Public Relations (Humas) adalah suatu kegiatan komunikasi dari penafsiran, serta komunikasi - komunikasi dan gagasan - gagasan dari suatu lembaga kepada publik nya, dan pengkomunikasian informasi, gagasan - gagasan serta pendapat dari publiknya itu kepada lembaga tadi, dalam usaha yang jujur untuk menumbuhkan kepentingan bersama sehingga dapat tercipta suatu persesuaian yang harmonis dari lembaga itu dengan masyarakatnya 8
Dari definisi Cutlip dan Center tersebut dapat dilihat ciri khas dari Humas yaitu adanya komunikasi dua arah antara lembaga dengan publiknya. Humas tidak hanya menyampaikan informasi dari suatu lembaga kepada publiknya tetapi Humas juga menyampa ikan gagasan dari publiknya kepada lembaga itu, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara lembaga dengan publiknya. Humas dalam arti luas adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam bidang kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan hati pada
8
Kustadi Suhandang Public relations perusahaan kajian program implementasi. (Bandung: Nuansa. 2004) hal 45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
kedua belah pihak. Sedangkan Humas dalam arti sempit adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi kerja (work situation) dan dalam organisasi kekaryaan (work organization) dengan tujuan untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja dengan semangat kerjasama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati. 9
3.1.1 Peran dan Tugas Public Relations Inti dari tanggung jawab Public Relations dalam melaksanakan kinerjanya adalah menciptakan hubungan harmonis antara perusahaan dengan publiknya dan menjaga citra perusahaan. Untuk mencapai hal tersebut, maka Public Relations mempunyai beberapa peranan. Keberadaan dari peran Public Relations dalam suatu perusahaan dirasakan semakin dibutuhkan mengingat besarnya persaingan yang ada pada masa sekarang ini. Public Relations sangat berperan dalam membangun citra perusahaan. Peranan Public Relations di perusahaan akan mempengaruhi persepsi publik terhadap perusahaan, sehingga dapat membangun reputasi yang baik. Cutlip, Center & Broman menjabarkan ada empat peranan besar hubungan masyarakat yaitu Teknisi Komunikasi (Technician Communications), Penentu Ahli
(Expert
Prescriber
Communications),
Fasilitator
9
Komunikasi
Onong Uchjana Effendy Human relations dan public relations dalam management. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1972)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
(Communications Facilitator), dan Fasilitaor Pemecah Masalah (Problem Solving Facilitator).10 Menurut Frida Kusumawati, Peran petugas humas dapat dibedakan menjadi dua, yakni peranan managerial (communications manager role) dan peranan teknis (communications technician role). 11 Selanjutnya, Frida Kusumastuti menjelaskan ada tiga tugas humas dalam organisasi/lembaga yang berhubungan erat dengan tujuan dan fungsi humas. Ketiga tugas tersebut adalah sebagai berikut : 1. Menginterpretasikan, menganalisis dan mengevaluasi kecenderungan perilaku publik, kemudian direkomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan organisasi/lembaga. 2. Mempertemukan kepentingan organisasi/lembaga dengan kepentingan publik. 3. Mengevaluasi program-program organisasi/lembaga, khususnya yang berkaitan dengan publik.12 Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Public Relations memiliki peran penting dalam sebuah organisasi yaitu sebagai Teknisi Komunikasi (Technician Communications), Penentu Ahli (Expert Prescriber Communications), Fasilitator Komunikasi (Communications Facilitator), dan Fasilitaor Pemecah Masalah (Problem Solving Facilitator).
10
Scott M Cutlip, Allen H Center dan Glen M. Brown, Effective Public Relations: Merancang dan Melaksanakan Kegiatan Kehumasan dengan Sukses, Jakarta: Indeks, 2005, hal. 34-37 11 Frida Kusumastuti, Dasar-dasar Humas, Jakarta: Ghalia Indonesia & UMM Press, 2004, hal 2425 12 Ibid, Frida Kusumastuti
http://digilib.mercubuana.ac.id/