NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
STUDY ON OPTIMIZATION OF DRUG INTERACTIONS MEDICATION RECONCILIATION IN PATIENTS DIABETES MELLITUS TYPE 2 PHARMACY IN HOSPITAL PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT 2 Muhammad Hafidh Ari Ardhani, Nurul Maziyyah Pharmacy Department, Faculty of Medicine and Health Sciences University of Muhammadiyah Yogyakarta
[email protected] ABSTRACT Diabetes mellitus type 2 is one of the diseases with a prevalence in Indonesia around 1.5 to 2.3% with a higher incidence than DM type 1. DM patients commonly need multiple medications which potentially could increase drugs interaction complication. Medication reconciliation process is performed by comparing the new drug prescription patients with drugs that are often used, Medication reconciliation is needed to identify and prevent drug interactions, to help patients in achieving therapeutic goals. The purpose of this research is to describe the prevalence and types of drug interaction in DM hospitalized patients at PKU Muhammadiyah Hospital in Yogyakarta based on the result of Medication reconciliation. This research used descriptive non-experimental method. Data collection was performed prospectively by interview with diabetes mellitus type 2 patients that hospitalized at PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit 2 hospital from August to December 2014. The sample in this research was 31 diabetes mellitus type 2 patients and was taken by total sampling technique. Evaluation of drug interactions conducted through the literature search from Drug Interaction Facts by Tatro in 2010 and Stockley’s Drug Interaction by Stockley in 2006. Drug interactions were analyzed based on the mechanism of interaction, onset, level of significance, severity level and interaction documentation. The results showed, the drug in diabetes mellitus type 2 patients mostly used 5 and 7-drug combinations with a percentage of 19,35%. Analyis of drug interactions of 31 patients theoretically showed that 19 patients (61,30%) potentially had experienced drugs interactions. Based on the mechanism: pharmacodynamic interaction occurred in 31 events (68,88%) and pharmacokinetic interaction occurred in 10 events (22,22%). Based on the onset; slow onset interaction occurred in 19 events (42,22%) and fast onset occurred in 6 events (13,33%). Based on severity level; mayor severity level occurred in 2 events (4,44%), moderate severity level occurred in 14 events (31,11%), and minor severity level occurred in 9 events (20%). Based on interaction documentation; probable documentation occurred in 8 events, suspected documentation occurred in 4 events and possible documentation occurred in 13 events (30,95%). Based on the significance level showed interaction significance level 1 occurred in 2 events (4,44%), significance level 2 occurred in 6 events (13,33%), significance level 3 occurred in 4 events (8,88%), significance level 4 occurred in 8 events (17,77%), and significance level 5 occurred in 8 events (17,77%). Key Word: Diabetes Mellitus type 2, medication reconciliation, drug interaction MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
1
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
INTISARI Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi di Indonesia sebesar 1,5 - 2,3% dan memiliki angka kejadian lebih tinggi dari pada DM tipe 1. Pasien DM umumnya membutuhkan terapi kombinasi obat yang berpotensi meningkatkan potensi komplikasi interaksi obat. Medication reconciliation adalah proses yang dilakukan dengan membandingkan resep obat baru yang didapat oleh pasien dengan obat lama yang biasa pasien gunakan, oleh karena itu perlu dilakukan Medication reconciliation untuk mengidentifikasi dan mencegah interaksi obat yang merugikan sehingga dapat membantu pasien dalam mencapai tujuan terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kejadian dan jenis interaksi obat pada pasien DM rawat inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berdasarkan hasil Medication reconciliation. Penilitian ini merupakan penelitian secara deskriptif non eksperimental. Pengumpulan data dilakukan secara prospektif dengan wawancara pasien diabetes melitus tipe 2 rawat inap di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit 2 periode Agustus – Desember tahun 2014. Sampel penelitian ini adalah 31 pasien Diabetes melitus tipe 2 dan diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Evaluasi interaksi obat dilakukan melalui penelusuran literature yakni Drug Interaction Facts oleh Tatro tahun 2010 dan Stockley’s Drug Interaction oleh Stockley tahun 2006. Analisis interaksi obat dilakukan berdasarkan mekanisme interaksi, onset, level signifikansi, tingkat keparahan dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan antidiabetes pada pasien DM tipe 2 lebih banyak menggunakan 5 dan 7 kombinasi obat dengan persentase sebesar (19,35%). Analisis interaksi obat secara teoritik terhadap 31 pasien ditemukan 19 pasien (61,30%) mengalami interaksi obat. Berdasarkan mekanismenya yaitu kejadian interaksi farmakodinamik sebanyak 31 kejadian (68,88%) dan interaksi farmakokinetik sebanyak 10 kejadian (22,22%). Berdasarkan onsetnya diketahui terdapat 19 kejadian (42,22%) interaksi onset lambat dan 6 kejadian (13,33%) interaksi onset cepat. Berdasarkan tingkat keparahannya terdapat 2 kejadian (4,44%) tingkat keparahan mayor, 14 kejadian (31,11%) tingkat keparahan moderate, dan 9 kejadian (20%) tingkat keparahan minor. Berdasarkan dokumentasi interaksinya terdapat 8 kejadian (19,04%) dokumentasi probable, 4 kejadian (9,52%) dokumentasi suspected, dan 13 kejadian (30,95%) dokumentasi possible. Adapun berdasarkan level signifikansinya yaitu terdapat 2 kejadian (4,44%) dengan interaksi level signifikansi 1, 6 kejadian (13,33%) level signifikansi 2, 4 kejadian (8,88%) level signifikansi 3, 8 kejadian (17,77%) level signifikansi 4, dan 8 kejadian (17,77%.) level signifikansi 5. Kata Kunci : Diabetes Melitus tipe 2, medication reconciliation, interaksi obat
MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
2
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
pasien mencapai tujuan terapi yang
PENDAHULUAN Diabetes Melitus (DM) adalah
diharapkan. (Barnsteiner, 2008).
suatu kelompok penyakit metabolik
METODOLOGI
kronik
Bahan dan Alat Penelitian
dengan
karakteristik
hiperglikemi yang terjadi karena
Jenis
penelitian
merupakan
kelainan sekresi insulin, kerja insulin
penelitian non eksperimental dengan
atau
rancangan deskriptif dengan metode
kedua-duanya.
fungsi
insulin
Insufisiensi
disebabkan
oleh
pengumpulan data secara prospektif
gangguan atau defisiensi produksi
dari wawancara terhadap pasien DM
insulin oleh sel-sel beta Langerhans
tipe 2 dengan atau tanpa penyakit
kelenjar pankreas atau disebabkan
penyerta yang dirawat di instalasi
oleh kurang responsifnya sel-sel
rawat inap di rumah sakit PKU
tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
Muhammadiyah Yogyakarta unit 2.
Hasil Penelitian di RSUD PROF. Margono
pengambilan
sampel
Purwokerto
menggunakan metode total sampling
mengenai drug related problem pada
yang berjumlah 31 pasien rawat inap.
pasien rawat jalan menunjukkan
Sampel yang diambil adalah sampel
bahwa terdapat 33 pasien (55,93%)
yang
mengalami interaksi obat, sedangkan
pasien dewasa (>18 tahun), bersedia
26
menjadi
pasien
Soekardjo
Teknik
(44,07%)
tidak
ada
memenuhi kriteria
subjek
inklusi:
penelitian,
interaksi obat yang terjadi. Interaksi
terdiagnosis dengan penyakit kronik
farmakokinetik sebanyak 35 kejadian
diabetes mellitus tipe 2 dengan atau
(52,24%)
tanpa
sebanyak
dan 13
farmakodinamik kejadian
(19,40%)
(Setiani, 2011).
penyakit
penyerta.
Alat
penelitian berupa lembar pengumpul data dan buku referensi interaksi obat
Reconciliation
(Stockley’s Drug Interaction oleh
merupakan salah satu upaya yang
Stockley tahun 2006 dan Drug
dapat dilakukan oleh farmasis untuk
Interaction Facts oleh Tatro tahun
mengidentifikasi
2010).
Medication
kejadian
serta
interaksi
mencegah obat
yang
merugikan sehingga dapat membantu
Bahan
penelitian
adalah
berkas rekam medis pasien. HASIL DAN PEMBAHASAN
MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
3
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
penyakit
Karakteristik Pasien Data pada tabel 1 menunjukan
kronis
seperti
diabetes
melitus tipe 2 dimana fungsi tubuh
bahwa distribusi pasien berdasarkan
secara
jenis kelamin menunjukan bahwa
seperti terjadi penurunan sekresi atau
pasien penyakit Diabetes Melitus tipe
resistensi insulin yang menyebabkan
2
penyakit
kemampuan fungsi tubuh terhadap
penyerta sebesar 35,48% pada pasien
pengendalian glukosa darah yang
laki – laki dan 64,51% pada pasien
tinggi menjadi kurang optimal (Gusti
perempuan.
& Ema, 2014).
dengan
atau
tanpa
Hal ini dikarenakan
fisiologis
akan
menurun
perempuan lebih rentan menderita
Tabel 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi
Jenis kelamin
Jumlah ( orang )
Presentase
Laki – laki Perempuan
11 20
35,48% 64,51%
Total
31
100 %
Pasien
faktor usia >45 tahun rentan terkena
Berdasarkan
diabetes melitus karena terjadinya
Umur Berdasarkan data pada tabel 2
intoleransi yang disebabkan oleh
menunjukan bahwa distribusi pasien
faktor degeneratif yaitu menurunnya
berdasarkan umur paling banyak pada
fungsi tubuh, khususnya kemampuan
usia >45tahun dengan presentase
dari sel beta dalam memproduksi
sebesar 51,61%. Hal ini sesuai
insulin untuk memetabolisme glukosa
dengan teori yang menyatakan bahwa
(Betteng dkk, 2014).
Tabel 2. Distribusi Pasien Berdasarkan Umur Umur
Jumlah
Persentase
<45tahun
1
3,22 %
45-60 tahun
16
51,61 %
>60 tahun TOTAL
14 31
45,16 % 100 %
MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
4
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
Hasil
Medication
Reconciliation
Analisis interaksi obat potensial pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
pasien
Hasil penelitian menunjukan bahwa
presentase kejadian interaksi obat
sebagian besar pasien menggunakan 5
berdasarkan mekanisme interaksi,
dan 7 kombinasi obat (19,35%).
level keparahan, onset
Besarnya masalah interaksi obat,
dokumentasi
terutama
signifikansi.
yang
dapat
berakibat
dengan
cara
menghitung
interaksi,
interaksi
dan
timbulnya efek samping (adverse
Analisis Interaksi Obat Potensial
drug reaction), dapat meningkat
Berdasarkan Mekanisme Interaksi
secara
Kejadian interaksi farmakokinetik
bermakna
pada
populasi
masyarakat tertentu sejalan dengan
sebesar
bertambahnya jumlah obat
yang
kejadian farmakodinamik sebesar 28
dikonsumsi secara bersamaan setiap
kejadian (68,88%), dan kejadian yang
hari. (Ament dkk, 2000). Resistensi
tidak
insulin merupakan dasar dari diabetes
sebesar 4 kejadian (8,88%). Hal
melitus tipe 2, dan kegagalan sel β
tersebut menunjukan bahwa obat-
(beta)
obat
mulai
berkembangnya
terjadi
sebelum
kejadian
diketahui
yang
(22,22%),
mekanismenya
diberikan
saling
yaitu
berinteraksi pada reseptor, tempat
dengan terjadinya ketidakseimbangan
kerja atau sistem fisiologi yang sama
antara resistensi insulin dan sekresi
sehingga dapat terjadi efek yang
insulin (ADA, 2008).
aditif, sinergis (saling memperkuat),
Analisis
diabetes
10
Interaksi
Obat
Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
atau antagonis (saling meniadakan) (Martin, 2009).
MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
5
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
Analisis Interaksi Obat Potensial Berdasarkan Onset Tabel 3. Distribusi Interaksi Obat Potensial Berdasarkan Onset Onset Delayed
Rapid
Tidak diketahui
Obat A
Obat B
Gliburid Diklofenak Gemfribrozil Ibuprofen Gliburid Kaptopril Aspirin Gliburid Alprazolam Aspirin Ketorolak Aluminium hidroksida Siprofloksasin Aspirin Levofloksasin Amitriptilin Diklofenak Diklofenak Seftriaksone Nifedipin Gemfribrozil Gemfribrozil Metoclopramid e Kaptopril Ceftazidime Klonidine Kaptopril Ranitidine Aspirin ketorolac diclofenak
Tabel
interaksi
Gliburid Kaptopril Gliburid Insulin aspart Gliburid Furosemid Furosemid Metformin Insulin aspart Glimepirid Acitaminofen
1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1
Gliburide Furosemid Insulin aspart Insulin aspart Sianokobalamin Kunyit Asam, temulawak Kunyit Asam, temulawak Kunyit Asam, temulawak
1 1 1 2 1 1
Total kejadian 19
Presentase (%) 42,22
6
13,33
20
44,44
1 1
obat
(44,44%). Interaksi dengan onset
menunjukan
cepat memerlukan penanganan degan
bahwa secara teoritik terdapat 6
cepat karena interaksi dapat terjadi
kejadian
dalam
berdasarkan
3
Ranitidine Ketorolak Simvastatin Ketorolac Gemfibrozil Furosemid Insulin aspart Aspirin Amitriptilin Furosemid Furosemid Siprofloksasin
Jumlah kejadian 4 1 2 1 1 2 3 2 2 1 2 1
onset
dengan
onset
cepat
waktu
24
jam
setelah
(13,33%), 19 kejadian dengan onset
penggunaan obat, sedangkan pada
lambat (42,22%) dan 20 kejadian
onset lambat efek interaksi akan
dengan onset yang tidak diketahui
muncul dalam beberapa hari sampai
MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
6
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
minggu sehingga monitoring untuk
memerlukan
interaksi
panjang (Tatro, 2010).
dengan
onset
lambat
waktu
yang
lebih
Tabel 4. Distribusi Interaksi Obat Potensial Berdasarkan Tingkat Keparahan Keparahan
Obat A
Obat B
Mayor Moderate
Gemfibrozil Gliburide Aluminium hidroksida Gliburid Aspirin Gliburid Siprofloksasin Aspirin Levofloksasin Ketorolak Diklofenak Ibuprofen Kaptopril Aspirin Alprazolam Amitriptilin Diklofenak Diklofenak Ceftriaksone Nifedipin Gemfibrozil Gemfibrozil Metocloprami d Kaptopril Ceftazidime Klonidin Kaptopril Ranitidine Aspirin, ,
Simvastatin Simvastatin Siprofloksasin
Jumlah kejadian 2 4 1
Gemfibrozil Insulin aspart Aspirin Gliburid Kaptopril Gliburid Furosemid Ketorolak Ketorolak Furosemid Furosemid Amitriptilin Insulin aspart Gliburid Furosemid Furosemid Metformin Insulin aspart Glimepirid Acitaminofen
1 3 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 3 1 1 2 1 1 1 1
Gliburide Furosemid Insulin aspart Insulin aspart Sinokobalamin Kunyit Asam, temulawak Kunyit Asam, temulawak Kunyit Asam, temulawak
1 1 1 2 1 1
Minor
Tidak diketahui
ketorolac diclofenak
Total
Presentase (%) 4,44 31,11
2 14
9
20
20
44,44
1 1
Analisis Interaksi Obat Potensial
mayor sebesar 2 interaksi (4,44%),
Berdasarkan Tingkat Keparahan
moderate
Tabel
4
interaksi
sebesar
14
interaksi
obat
(31,11%), minor sebesar 9 interaksi
berdasarkan tingkat keparahan, yang
(20%) dan kejadian interaksi yang
menimbulkan
tidak diketahui tingkat keparahannya
tingkat
keparahan
MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
7
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
sebesar 20 interaksi (44,44%). Fungsi
keparahan
mengetahui interaksi obat potensial
interaksi obat A dan B sebagai acuan
berdasarkan tingkat keparahan yakni
untuk membuat penanganan (Tatro,
untuk
2006).
melihat
seberapa
besar
yang
terjadi
antara
Analisis Interaksi Obat Berdasarkan Dokumentasi Interaksi Tabel 5. Distribusi Interaksi Obat Berdasarkan Dokumentasi Interaksi Obat Dokumentasi Probable
Suspected Possible
Tidak diketahui
Obat A
Obat B
Ketorolak Aluminium hidroxida Aspirin Gliburid Gemfibrosil Kaptopril Gliburid Diklofenak Ibuprofen Gliburid Aspirin Siprofloksasin Alprazolam Aspirin Levofloksasin Amitriptilin Diklofenak Diklofenak Seftriakson Nifedipin Gemfibrosil Gemfibrosil Metoklopramide Kaptopril Ceftazidime Klonidin Kaptopril Ranitidine Aspirin
Furosemide Siprofloksacin
Ketorolak Diklofenak
Tabel
5
Insulin aspart Aspirin Simvastatin Furosemide Ranitidine Ketorolak Ketorolak Gemfibrosil Furosemide Gliburid Amitriptilin Captopril Gliburid Insulin aspart Gliburid Furosemide Furosemide Metformin Insulin aspart Glimepirid Acitaminofen Gliburid Furosemide Insulin aspart Insulin aspart sianokobalamin Kunyit asam, temulawak Kunyit asam, temulawak Kunyit asam, temulawak
8
Presentase (%) 19,04
4
9,52
13
30,95
20
44,44
1 1
4
berdasarkan dokumentasi yang terjadi
(8,88%),
13
terdapat
(28,88%), dan 20 interaksi (44,44%)
interaksi
obat
3 2 2 2 4 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1
Jumlah
(17,77%),
8
interaksi
Jumlah Kejadian 2 1
probable
interaksi interaksi
suspected possible
MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
8
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
yang tidak diketahui dokumentasinya.
terdapat 2 kejadian (4,44%) pada
Fungsi mengetahui interaksi obat
level signifikansi 1, 6 kejadian
potensial berdasarkan dokumentasi
(13,33%) pada level signifikansi 2, 4
adalah
kejadian
menentukan
interaksi
dapat
perubahan
respon
bilamana menyebabkan
pada
level
signifikansi 3, 8 kejadian (17,77%)
(Tatro,
pada level signifikansi 4, 8 kejadian
2006). Hasilnya adalah kualitas dan
(17,77%) pada level signifikansi 5 ,
relevansi klinis dari literatur primer
dan 20 kejadian (44,44%) pada level
yang mendukung adanya interaksi
signifikansi yang tidak diketahui.
obat.
Tingkat signifikansi 1 yaitu berat
Sebagian
mengalami
klinis
(8,88%)
besar
interaksi
pasien dengan
dengan
dokumentasi
suspected,
dokumentasi yang tidak diketahui,
signifikansi 2 yaitu sedang dengan
yang berarti interaksi tersebut dapat
dokumentasi suspected, signifikansi 3
terjadi
yaitu ringan dengan dokumentasi
tetapi
data–data
yang
menunjukan interaksi tidak diketahui,
suspected,
signifikansi
walaupun demikian perlu dilakukan
berat/sedang dengan dokumentasi
monitoring untuk mewaspadai jika
possible,
interaksi menunjukan efek secara
ada/kecil
klinik.
possible. Tingkat signifikansi tersebut
Analisis Interaksi Obat Potensial
berdasarkan
Berdasarkan Level Signifikansi
berpotensi dialami oleh pasien.
signifikansi dengan
4
5
yaitu
yaitu
dokumentasi
keparahan
yang
Tabel 6 analisis interaksi obat berdasarkan
level
signifikansi
MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
9
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
Tabel 6. Distribusi Interaksi Obat Potensial Berdasarkan Level Signifikansi Level signifikansi 1 2
3 4
5
Tidak diketahui
Obat A
Obat B
Gemfibrozil Aluminium hidroksida Aspirin Aspirin Ketorolak Kaptopril Ranitidine Gemfibrozil Siprofloksasin Levofloksacin Aspirin Diklofenak Ibuprofen Aspirin Alprazolam Aspirin, ketorolak, Diklofenak Amitriptilin Diklofenak Diklofenak Ceftriakson Nifedipin Gemfibrozil Gemfibrozil Metoclopramid Kaptopril Ceftazidime Klonidine Kaptopril Ranitidine Aspirin
Simvastatin Siprofloksasin
Ketorolak diklofenak
Jumlah kejadian 2 1
Insulin aspart Gliburid Furosemid Furosemid Gliburid Gliburid Gliburid Gliburid Kaptopril Ketorolak Ketorolak Furosemid Amitriptilin Kunit asam, temulawak
3 2 2 2 4 1 1 1 1 1 1 1 2 3
Insulin aspart Gliburid Furosemid Furosemid Metformin Insulin aspart Glimepirid Acitaminofen Gliburid Furosemid Insulin aspart Insulin aspart sianokobalamin Kunyit Asam, temulawak Kunyit Asam, temulawak Kunyit Asam, temulawak
3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1
Total kejadian 2 6
Presentase (%) 4,44 13,33
4
8,88
8
17,77
8
17,77
20
44,44
1 1
Untuk mengatasi interaksi yang
dengan mekanisme kerja interaksi
terjadi perlu dilakukan manajemen
obat dan efek dari interaksi terjadi.
terapi yang tepat. Manajemen terapi
Berikut
yang
masing level signifikansi interaksi
dilakukan
berkaitan
berat
penjelasan dari
masing-
MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
10
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
yang terjadi pada pasien secara
ini adalah cepat dengan tingkat
teoritik :
keparahan moderate. Interaksi obat
Interaksi Level Signifikansi 1
tersebut
Gemfibrozil dan Simvastatin
probable (Tatro, 2010). Menurut
Interaksi
gemfibrozil
simvastatin
terjadi
penggunaan
dan karena
kombinasi
obat
ini
mungkin
Stockley
(2006)
terjadi
atau
interaksi
dapat
terjadi pada gugus aktif quinolon pada
siprofloksacin
memiliki efek pada pasien dengan
membentuk
hiperlipidemia
terbentuk dapat mengurangi absorbsi
berat
yang
dapat
kelat.
dengan yang
mengakibatkan miopati berat atau
siprofloksasin
rhabdomyolysis (Tatro, 2010). Kadar
Oleh
AUC
kombinasi yang dilakukan dengan
yang
tercatat
konsentrasi
karena
di
Kelat
gastrointestinal. itu
managemen
simvastatin meningkat saat diberikan
tidak
bersamaan
keduanya pada waktu bersamaan
dengan
gemfibrozil
(Stockley, 2006).
menggabungkan
antara
(Tatro, 2010).
Onset dari efek obat ini lambat dengan tingkat keparahan mayor dan terdokumentasi
suspected.
Oleh
Aspirin dan Insulin Aspart Interaksi aspirin dan insulin Aspart terjadi karena glukosa serum dapat
karena itu manajamen yang dilakukan
menurunkan
adalah menghindari penggunaan obat
mekanismenya yakni terjadi secara
ini serta memantau tanda dan gejala
farmakodinamik dengan menaikkan
myopati pada pasien (Tatro, 2010).
konsentrasi insulin basal dan beban
Interaksi Level Signifikansi 2
respon insulin akut dan beban glukosa
Aluminum
Hidroksida
dan
Interaksi aluminum hidroksida dan siprofloksasin penurunan
efek
mekanismenya penyerapan
terjadi
karena
dari
quinolon,
dapat
mengurangi
quinolon
insulin,
ditingkatkan. Onset dari efek obat ini adalah
Siprofloksasin
aksi
lambat
dengan
tingkat
keparahan moderate. Interaksi obat tersebut dapat terjadi atau mungkin terjadi (Tatro, 2010). Interaksi terjadi karena adanya
di
inhibisi prostaglandin di mukosa
gastrointestinal. Onset dari efek obat
gastrointestinal yang secara tidak
MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
11
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
langsung
menyebabkan
produksi
Manajemen dengan memantau dan
glukagon tidak terjadi, bila kadar
momonitor kadar gula darah pasien.
glukagon terus menurun dan tidak
Aspirin dan Kaptopril
diproduksi
maka
tubuh
akan
Interaksi
yang
terjadi
antara
memproduksi insulin secara terus
kombinasi aspirin dan Kaptopril
menerus yang mengakibatkan resiko
adalah aspirin memiliki efek dapat
terjadinya hipoglikemia (Mayasari
mengurangi
dkk, 2015). Managemen yang dapat
dalam menurunkan tekanan darah dan
dilakukan
vasodilatas.
memonitor
konsentrasi
efek
ACE
inhibitor
Mekanisme
dengan
glukosa darah dan menyesuaikan
penghambatan sintesis prostaglandin
regimen
sehingga
insulin
sesuai
dengan
menyebabkan
kebutuhan (Tatro, 2010).
vasokonstriksi. Onset dari obat ini
Aspirin dan Gliburid
adalah
Interaksi aspirin
cepat
dengan
tingkat
dan gliburid
keparahan moderate. Interaksi obat
terjadi karena meningkatnya efek
tersebut belum pasti terjadi atau
hipoglikemik
terdokumentasi possible (Tatro, 2010;
dari
sulfonilurea,
mekanismenya salisilat mengurangi
Stockley,
kadar glukosa plasma basal dan
memonitoring
meningkatkan sekresi insulin. Aspirin
menurunkan
bekerja dengan menghambat sintesis
dengan penggantian alternatif obat
prostaglandin pada beberapa jaringan,
lain (Tatro, 2010).
termasuk
Interaksi Level Signifikansi 3
jaringan
pankreas.
Penurunan produksi prostaglandin di pankreas
menyebabkan
2006).
Manajemennya
tekanan dosis
aspirin
darah, atau
Ketorolak dan Furosemide
dan
Interaksi antara ketorolak dan
berhubungan dengan meningkatnya
furosemide terjadi karena ketorolak
sekresi insulin (Mayasari dkk, 2015).
dapat
Onset dari efek obat ini adalah lambat
furosemidenya.
dengan tingkat keparahan moderate.
melalui penghambatan prostaglandin
Interaksi obat tersebut dapat terjadi
yang
atau mungkin terjadi (Tatro, 2010).
terhadap hemodinamik ginjal (Tatro,
mengurangi
bertanggung
efek
dari
Mekanismenya
jawab
besar
2010). Onset dari obat ini adalah MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
12
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
cepat
dengan
minor.
tingkat
Interaksi
mungkin
keparahan
obat
terjadi
tersebut
atau
ranitidin
dapat
meningkatkan
sulfonilurea dalam darah yang dapat
probable.
mengakibatkan
Manajemennya menaikkan dosis dari
Mekanismenya
furosemidenya
menurunkan metabolisme
atau
hipoglikemia. H2
antagonis hepatik
mempertimbangkan anti inflamasi
dari sulfonilurea sehingga terjadi
lain.
akumulasi sulfonylurea. Onsetnya
Kaptopril dan Furosemide
lambat dengan tingkat keparahan
Interaksi antara kaptopril dan
moderate. Interaksi obat tersebut
furosemide dapat terjadi karena ACE
mungkin terjadi, atau terdokumentasi
inhibitor dapat menghambat efek
possible (Tatro, 2010). Manajemenya
furosemid.
dengan cara memonitor glukosa darah
adanya
Hal
ini
dikarenakan
penghambatan
produksi
dan
mengamati
tanda-tanda
angiotensin II oleh ACE inhibitor
terjadinya hipoglikemia.
(Tatro, 2010). Renin angiotensin
Gemfibrozil dan Gliburid
memiliki
peran
penting
dalam
Interaksi
yang
terjadi
antara
menjaga filtrasi glomerulus ketika
gemfribrozil dan gliburid terjadi
tekanan
karena gemfibrosil mempengaruhui
arteri
renal
berkurang
(Stockley, 2008).
metabolisme
enzim
CYP2C9/10
Onset dari obat ini adalah lambat
sehingga meningkatkan level dari
dengan tingkat keparahan minor.
gliburid. Onset dari interaksi obat ini
Interaksi obat tersebut kemungkinan
adalah
terjadi
keparahan moderate. Interaksi obat
dan
diduga
atau
terdokumentasi
suspected
(Tatro,
lambat
tersebut
dengan
mungkin
terjadi
tingkat
atau
2010). Manajemennya menghentikan
terdokumentasi possible. Manajemen
atau
pada
mengurangi
furosemide
pasien
yang
menggunakan
bersamaan dengan ACEI.
gemfribrozil dan gliburide adalah
Interaksi Level Signifikansi 4
dengan mempertimbangkan kadar
Ranitidin dan Gliburid
glukosa
Interaksi
yang
terjadi
antara
darah
saat
penggunaan
gemfibrozil dengan menyesuaikan
ranitidin dan gliburid terjadi karena MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
13
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
dosis sulfonilurea yang sesuai (Tatro,
dengan tingkat keparahan moderate.
2010).
Interaksi
Siprofloksacin
dan
Gliburid,
yang
terjadi
penggunaan
karena
siprofloksasin,
levofloksasin dan gliburid adalah resiko
hipoglikemia
tersebut
mungkin
terjadi atau terdokumentasi possible (Tatro, 2010). Untuk manajemennya
Levofloksasin dan Gliburid Interaksi
obat
berat
dan
tidak perlu dilakukan perubahan terapi. Aspirin dan Furosemide Interaksi
yang
terjadi
antara
persisten. Mekanisme menghambat
aspirin dan furosemide adalah efek
enzim cytochrome P450 sehingga
aspirin mengganggu respon dari
kadar obat anti diabetes meningkat
diuretik loop. Mekanisme interaksi
dan terjadi hipoglikemia, namun tidak
dari kedua obat ini yaitu pemakaian
mempengaruhi toleransi glukosa dan
bersamaan akan menurunkan aktifitas
sel B pankreas (Baxter, 2008).
dari kedua obat. Onset dari obat ini
Onsetnya
adalah lambat dengan tingkat keparan
cepat
dengan
tingkat
keparahan moderate. Interaksi obat
minor.
tersebut
atau
mungkin terjadi atau terdokumentasi
(Tatro,
possible (Tatro, 2010). Penggunaan
2010). Manajemennya menghindari
aspirin yang dikombinasikan dengan
penggunaan
furosemide perlu hati-hati dalam
mungkin
terdokumentasi
terjadi,
possible
secara
bersamaan
Interaksi
obat
tersebut
dengan gliburid dan selalu memonitor
penggunaannya.
kadar glukosa darah pasien.
Alprazolam dan Amitriptilin Interaksi
Interaksi Level Signifikansi 5 Diklofenak,
ibuprofen
dan
Interaksi menurunkan efek dari
lambung.
terjadi
karena
alprazolam dapat menurunkan efek farmakologi dari amitriptilin (Tatro,
Ketorolak
NSAID
yang
dan
dapat
mengiritasi
Mekanismenya
meningkatkan
metabolisme
dapat dan
2010).
Mekanismenya
alprazolam
dapat
yaitu
meningkatkan
substrat CYP2D6 yang kemudian akan
menurunkan
efek
dari
binding protein dari NSAID. Onset
amitriptilin (Sweetman, 2005). Onset
dari interaksi obat ini adalah lambat
dari obat ini adalah lambat dengan
MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
14
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
tingkat keparahan minor. Interaksi
Interaksi yang secara potensial
obat tersebut mungkin terjadi atau
dapat terjadi dan tidak diketahui
terdokumentasi
level signifikasnsinya
possible
(Tatro,
2010). Pada penggunaan amitripilin perlu dilakukan pengamatan kadar plasma
kepada
menggunakan
pasien
alprazolam
yang dengan
Amitriptilin dan Insulin aspart Interaksi trisiklik
antara
dan
antidepresan
antidiabetik
terjadi
secara farmakodinamik, meskipun
amitriptilin.
jarang
Aspirin, Ketorolac, diclofenak dan
meningkatkan efek dari insulin aspart
Kunyit Asam, Temulawak
yang dalam hal ini mengakibatkan
Interaksi yang terjadi antara
terjadi
hipoglikemia
amitriptilin
dapat
(Stockley,
2006).
aspirin, ketorolak, diklofenak serta
Managemenya mengatur ulang dosis
beberapa obat golongan NSAID lain
yang diberikan atau mengatur waktu
dengan obat
pemberian insulin aspart dengan
herbal dikarenakan
aspirin, ketorolac, diklofenak dan
amitriptilin (Mayasari dkk, 2015).
beberapa obat golongan NSAID lain
Diclofenak dan Gliburid
mempunyai
potensi
berinteraksi
Interaksi antara kedua obat ini
terhadap obat herbal yang memiliki
menimbulkan
aktivitas sebagai antiplatelet sehingga
farmakokinetik
dapat
yang tidak signifikan. Bagaimanapun
mengakibatkan
resiko
perdarahan. Tidak ada manajemen
gol
penggantian
menyebabkan
obat
yang
harus
perubahan dari
NSAID
glibenklamid
dan efek
gliburid hipoglikemi
dilakukan, hal ini perlu ada kesadaran
dibandingkan dengan penggunaan
antara professional tenaga kesehatan
glibenklamide tunggal, tetapi efek
dengan
interaksi
kliniknya secara signifikan tidak
potensial yang merugikan antara obat
diketahui. Tidak ada interaksi yang
analgesik dan obat herbal serta
signifikan terjadi (Stockley, 2006).
memberikan tindakan pencegahan
Diklofenak dan Furosemide
pasien
akan
yang tepat (Abebe, 2002; Heck dkk., 2000; Yang dkk., 2006).
Dari
penelitian
yang
telah
dilakukan terhadap pasien gagal hati dan
sirosis
diketahui
MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
bahwa 15
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
diklofenak
150mg/hari
dapat
Gemfribrozil
diketahui
dapat
menurunkan efek dari furosemide
menaikan atau menurunkan glukosa
dengan menginduksi ekskresi dari
darah puasa tergantung dari jenis
kadar
natrium
sebanyak
38%.
antidiabetic yang digunakan pasien
memberikan
jeda
tersebut. Manajemennya memberikan
waktu pemberian antara diklofenak
jeda waktu pemberian agar tidak
dengan furosemide (Stockley, 2006).
terjadi
Seftriakson dan Furosemide
diinginkan. (Stockley, 2006).
Manajemennya
Ceftriakson dapat meningkatkan toksisitas dari furosemide dengan efek farmakodinamik yang sinergis, dapat
meningkatkan
nefrotoksik.
resiko
dari
interaksi
yang
tidak
Metoklopramide
dan
Asetaminofen Interaksi antara metoklopramide dan
Asetaminofen
dengan
Manajemennya
meningkatkann
memonitor fungsi ginjal sebelum dan
asetaminophen
sesudah menggunakan terapi, untuk
plasma dengan cara mempercepat
melihat apakah ada penurunan fungsi
pengosongan
ginjal pada pasien (Stockley, 2006).
2006). Manajemennya pengaturan
Nifedipin dan Merformin
dosis obat yang diberikan yang
Nifedipin
dapat
absorbsi dan
dari
kadar
lambung
level
(Stockley,
meningkatkan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien
absorbsi dari metformin sehingga
serta mengatur waktu pemberian obat
dapat mengakibatkan hipoglikemia
(Stockley, 2010).
pada
Kaptopril dan Gliburid, Kaptopril
pasien.
Manajemennya
memberikan jeda waktu, jika terjadi interaksi
maka
dan Insulin aspart
dapat
Mekanisme interaksi yang terjadi
dipertimbangkan dengan penggantian
antara kaptopril dan gliburid atau
terapi nifedipin (Stockley, 2006).
insulin
Gemfribrozil
meningkatkan
dan
Glimepiride,
Gemfribrozil dan Insulin aspart Interaksi antara gemfribrozil dan antidiabetic
dapat
sehingga
yakni
ACE sensitifitas
dapat
hipoglikemia,
inhibitor insulin
memnyebabkan
walaupun
begitu
menurunkan
aktifitas obat golongan ACE inhibitor
konsentrasi glukosa darah puasa.
dapat melindungi ginjal sehingga
MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
16
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
akan mengurangi terjadinya nefropati
Manajemennya meninjau ulang dosis
diabetic oleh karena itu obat golongan
yang diberikan dan waktu yang tepat
ACE Inhibitor masih dipertahankan
serta memonitor secara teratur untuk
pada pengobatan hipertensi pada
melihat efek samping yang terjadi dan
pasien DM tipe 2 (Mayasari dkk,
penggantian terapi anti hipertensi lain
2015).
dengan
yakni (amlodipine) yang aman jika
pengaturan dosis obat yang diberikan
diberikan bersamaan dengan insulin
yang disesuaikan dengan kebutuhan
(Mayasari dkk, 2015).
pasien
Ranitidin dan sianokobalamin
Manajemennya
serta
mengatur
waktu
pemberian obat dan perlu dilakukan
Ranitidin
mereduksi
asam
monitoring untuk melihat hasil terapi
lambung sehingga mengurangi fungsi
pada pasien (Stockley, 2006).
asam
Ceftazidime dan furosemide
vitamin B12. Manajemennya dengan
Ceftazidime
lambung
dalam
absorbsi
meningkatkan
memberikan jeda waktu pemberian
toksisitas dari furosemide, meskipun
karena vitamin B12 diabsorsi di
jarang
lambung atau dapat diberikan dengan
ditemukan
dan
kecil
kemungkinan tetapi interaksi antara
jalur intravena (Stockley, 2006).
kedua
KESIMPULAN DAN SARAN
obat
ini
nefrotoksik.
menyebabkan Manajemennya
menghindari, atau memantau obat terapeutik
hati
setidaknya
harus
Kesimpulan A. Kesimpulan Berdasarkan hasil medication
dilakukan (Stockley, 2010).
reconciliation
Klonidin dan insulin aspart
Muhammadiyah Yogyakarta unit 2
Interaksi antara klonidine dan antidiabetic pelepasan
periode
di
RS
Agustus-Desember
PKU
2014,
disebabkan
oleh
maka dapat ditarik kesimpulan hasil
katekolamin
yang
penelitian sebagai berikut :
menyebabkan penurunan influk ion
1. Prevalensi kejadian interaksi obat
kalsium sehingga terjadi penurunan
potensial pada pasien diabetes melitus
sekresi
peningkatan
tipe 2 di instalasi rawat inap RS PKU
sekresi glukagon yang berakibat
Muhammdiyah Yogyakarta Unit 2
peningkatan kadar glukosa darah.
adalah 61,30 %
insulin
dan
MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
17
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
2. Jenis interaksi obat potensial yang
(dokter, farmasis, dan perawat) dalam
dominan pada pasien diabetes melitus
mengurangi insiden interaksi obat
tipe 2 di instalasi rawat inap RS PKU
melalui medication
Muhammadiyah Yogyakarta Unit 2
dan menangani interaksi obat yang
adalah sebagai berikut :
berbahaya.
a. Interaksi pada fase farmakodinamik sebesar 68,88 % b. Jenis obat yang berinteraksi dominan adalah
Ranitidine
dan
Gliburid
dengan persentase mencapai 8,88 % c. Tingkat signifikansi interaksi yang dominan
adalah
signifikansi
4
pada
dan
persentase
level
5
dengan
masing-masing
signifikansi mencapai 17,77 % d. Interaksi
obat
didominasi
oleh
interaksi dengan tingkat keparahan, onset,
dokumentasi
diketahui
yang
masing-masing
tidak sebesar
44,44% Saran 1. Bagi Pasien Diperlukan konsultasi dengan tenaga kesehatan
sebelum
mengambil
langkah untuk mengonsumsi vitamin, jamu
maupun
suplemen
untuk
menghindari adanya interaksi obat yang membahayakan. 2. Bagi Instalasi Rumah Sakit Diperlukan
adanya
peningkatan
reconciliation
DAFTAR PUSTAKA Abebe, W. (2002), Herbal Medication: Potential for Adverse Interactions with Analgesic Drugs, J Clin Pharm Ther 27:391-401 Alter M, Hademenos G.J; Goldstein L.B; Gorelick P.B; Y. Hsu C.Y, Biller J, MD; Wendy Edlund W, National Guideline Clearinghouse, 2004, Anticoagulants and antiplatelet agents in acute ischemic stroke: report of the Joint Stroke Guideline Development Committee of the American Academy of Neurology and the American Stroke Association. Ament PW, Bertolino JG, Liszewski JL. Clinical pharmacology: clinically significant drug interactions, Am Fam Physician, 2000; 61:1745-5 American Diabetes Association, (ADA), 2007, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, Diabetes Care (30),S42-S47. Barnsteiner, J.H., Medication Reconciliation in Hughes, R.G., Patient Safety and Quality: An Evidence-Based Handbook for Nurses Vol 2, AHRQ Publication, Rockville, MD. Bloomgarden ZT, 2008, Approaches to Treatment of Type 2 Diabetes. DiabetesCare; 31 1697-1703.
kerjasama antara tenaga kesehatan MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
18
NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 6 AGUSTUS 2015
Boedicker, Martin dan Freya, 2009, The Philosophy of Tai Chi Chuan, PT. Alex Media Komputindo, Jakarta. Dhien setiani, 2011, Drug Related Problem Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD PROF, Margono Soekardjo Purwokerto, Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta Fagan S.C, Hess D.C, 2005, “Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach”, 6 th ed, New York, McGraw-Hill, Gapar, R.S, 2003, Interaksi Obat Beta-Blocker dengan Obat-obat lain, Medan, Bagian Farmakologi FK USU, Hal. 1-2. Gohil, and Patel, 2007, Herb-Drug Interactions, Indian Journal of Pharmacology, 39(3):129-139. Gusti & Ema, 2014, Hubungan Faktor Usia, Jenis Kelamin, Kegemukan dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah. Volume 17 (2) : 76-72. Mayasari Erlisa, M. Andrie, Eka Kartika Untari, 2015, Analysis of Potential Drug Interactions Injection of Insulin Antidiabetic on Prescribing Participants Askes Outpatients at dr.
Soedarso Hospital Pontianak Period From April to June 2013, skripsi, Universitas Tanjungpura, Pontianak. Richardo, Betteng., Damayanti, Pangemanan., dan Nelly, Mayulu, 2014, Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Di Puskesmas Wawonasa, Jurnal e-Biomedik, 2(2):404-412. Stockley, 2006, Stockley Drug Interactions, 6th Edition By Ivan H. Stockley Pharmaceutical Press, London Sudoyo. A. W., Setiyohadi. B., Alwi. I., Simadibrata K. M., Setiati. S, 2006, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III ed IV, Jakata, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sweetman SC. et.al, 2005, Martindale:The complete drug reference, 34th ed., Pharmaceuticall Press Tatro, D. S., 2010., Drug Interaction Facts, Facts and Comparations, A Wolters Kluwer Health, San Carlos, California World Health Organization, 1999, Definition, Diagnosis and Classification of diabetes and its complications, Geneva.
MUHAMMAD HAFIDH ARI ARDHANI [FARMASI FKIK UMY]
19