PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PROGRAM PROMOSI KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN DIABETES MELITUS PADA WARGA PEDUKUHAN KASIHAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universits Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : Nurdina Wahyu Hidayati 20120320142
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
HALAMAN PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI KTI PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PROGRAM PROMOSI KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN DIABETES MELITUS PADA WARGA PEDUKUHAN KASIHAN BANTUL
Disusun oleh: NURDINA WAHYU HIDAYATI 20120320142
Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 21 Juni 2016 Dosen pembimbing
Dosen penguji
Yanuar Primanda, S.Kep., Ns., MNS NIK: 19850103201110173177
Dr. Titih Huriah, S.Kep., Ns., Sp.Kom NIK: 19770416200104173045
Mengetahui Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., Sp. Mat NIK: 19770313200104173046
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (2016) The Effect of Audio Visual Media in Health Promotion Program on Knowledge Level and Attitude of Diabetes Mellitus Prevention in Pedukuhan Kasihan Bantul Society
Pengaruh Media Audio Visual dalam Program Promosi Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pencegahan Diabetes Melitus pada Warga Pedukuhan Kasihan Bantul Nurdina Wahyu Hidayati1, Yanuar Primanda2 1Nursing
Student, Nursing Departement Faculty of Medicine and Health Sciences Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2Lecturer
of Nursing, Nursing Departement Faculty of Medicine and Health Sciences Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Abstract The incidence of DM are still high and the level of knowledge and attitudes towards DM are still lack. Because of education of DM prevention are still rare to do, by health promotion with education, can be early step to improve knowledge and attitude towards DM. The aim of this study was to know the effect health promotion program by audio visual media on Knowledge Level and Attitude of Diabetes Mellitus Prevention in Pedukuhan Kasihan Bantul Society. This research was a quasi-experimental design with nonequivalent control group pretest and posttest design. Samples were fifty healthy people which was divided into control (given leaflet) and experiment group (given video) by using purposive sampling technique. There was an increased knowledge after given intervention in control and experimental group (each group p = 0,00) and there was no difference in knowledge and attitude between control and experimental group after given the intervention (each variable p=0,39 and p=0,62). Educational leaflets and video were equally effective increased respondents' knowledge, but those did not affect the attitude. Nurses can use any leaflets and video to increase knowledge about prevention of DM. Keywords: health promotion, leaflet, video, knowledge, attitude, prevention of diabetes mellitus
Abstrak Jumlah penyandang DM dari tahun ke tahun semakin meningkat dan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap DM masih rendah. Edukasi pencegahan DM juga masih jarang dilakukan, promosi kesehatan dengan edukasi dapat menjadi langkah pencegahan awal untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap penyakit DM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian program promosi kesehatan pencegahan diabetes melalui media audio visual terhadap peningkatan tingkat pengetahuan dan sikap pada warga Pedukuhan Kasihan Bantul. Penelitian ini termasuk jenis kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control group pretest and posttest design. Sampel penelitian ini adalah 50 orang warga sehat yang dibagi menjadi kelompok kontrol yang diberi intervensi leaflet dan kelompok eksperimen yang diberi intervensi video dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian yaitu terdapat peningkatan pengetahuan setelah diberikan intervensi pada kelompok kontrol dan eksperimen (masing-masing p=0,00) serta tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah intervensi (masing-masing p=0,39 dan p=0,62). Edukasi leaflet maupun video sama-sama efektif meningkatkan pengetahuan responden, tetapi tidak mempengaruhi sikap. Perawat dapat menggunaan leaflet atau video untuk meningkatkan pengetahuan tentang perilaku pencegahan DM. Kata kunci: promosi kesehatan, leaflet, video, pengetahuan, sikap, pencegahan diabetes melitus
Pendahuluan Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia (kadar gula darah melebihi normal) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin yang tidak adekuat, atau keduanya (American Diabetic Association [ADA], 2014). World Health Organisation (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Kasim, dkk., 2013) dan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013, DI Yogyakarta menjadi peringkat pertama diagnosis tertinggi DM di Indonesia (KEMENKES RI, 2013). Adanya peningkatan insidensi risiko DM menjadi DM, menandakan masih kurangnya pencegahan dini (National Institute for Health and Care Excellence [NICE], 2011). Pencegahan DM dapat dilakukan dengan promosi kesehatan tentang pengubahan gaya hidup (NICE, 2011). Pencegahan DM sangat penting untuk mengurangi insidensi DM bahkan komplikasinya. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengendalikan 4 pilar pengelolaan DM yaitu edukasi, pengaturan makan, olahraga, dan kepatuhan pengobatan (Perkeni, 2006; Putri, 2013). Dari keempat pilar tersebut, edukasi memegang peranan utama yang akan menjadi dasar membangun pengetahuan (Aljoudi & Taha, 2009). Edukasi difokuskan pada pentingnya pengubahan gaya hidup seperti pengurangan berat badan, diet, dan aktivitas fisik (Sussman dkk., 2015). Di Indonesia, tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan DM masih sangat minim. Bahkan belum ada data menyeluruh yang mengungkapkan baiknya tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat Indonesia tentang DM dan pencegahannya (Soewandono, dkk., 2013). Melihat kondisi kurangnya sikap dan pengetahuan DM di Indonesia, maka perbaikan dalam sistem kesehatan, pendidikan kesehatan, dan pelatihan pasien diabetes sangat diperlukan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap penderita DM (Juwitaningtyas, 2014). Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran sehingga diharapkan mampu memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya (DEPKES RI, 2006). Proses pembelajaran yang menggunakan media audio visual terutama video belum dimanfaatkan secara maksimal di Indonesia. Oleh karena itu, promosi kesehatan melalui media video dapat menampilkan animasi pencegahan diabetes, memberikan tampilan audio visual yang lebih menarik, konteks pesannya juga lebih mudah dimengerti dan menjangkau semua usia, dapat diakses dengan mudah misalnya saja melalui media sosial sehingga menjadi lebih efektif untuk mengedukasi masyarakat. Metode Penelitian ini termasuk jenis kuasi eksperimen dengan rancangan nonequivalent control group pretest and posttest design Sampel penelitian ini adalah 50 orang warga sehat di Pedukuhan Kasihan Bantul yang ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel dibagi menjadi 25 orang kelompok kontrol dengan pemberian edukasi leaflet dan 25 orang kelompok eksperimen dengan pemberian edukasi video. Kuesioner pretest dan posttest diberikan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap masingmasing dan antara kelompok.
Tempat penelitian yaitu Pedukuhan Kasihan dan Pedukuhan Geblagan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu penelitian yaitu Maret 2016. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data demografi, tingkat pengetahuan, dan sikap. Uji validitas pada kuesioner penelitian ini yaitu menggunakan rumus pearson product moment dengan program komputer sedangkan instrumen video, leaflet, dan SAP telah diukur kevaliditasannya dengan menggunakan uji validitas content validity oleh ahli. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik komputasi cronbach alpha. Hasil 1. Gambaran Karakteristik Demografi Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 50 responden yang dibagi dalam dua kelompok yaitu keompok kontrol dan eksperimen. Hasil karakteristik responden dan penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum responden penelitian berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan pernah diberikan edukasi sebelumnya. Tabel 1 Distribusi Usia Responden Penelitian di Pedukuhan Kasihan Bantul (N=50) Min Max Mean SD p Usia Kelompok kontrol (n=25) 18 45 32,28 8,83 0,24 Kelompok eksperimen (n=25) 18 44 33,76 7,08 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian di Pedukuhan Kasihan Bantul (N=50) Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen p Karakteristik Jumlah Persentase Jumlah Persentase (n) % (n) % Jenis Kelamin Laki-laki 10 40 3 12 0,02 a. Perempuan 15 60 22 88 Total 25 100 25 100 Pendidikan Terakhir a. b. c. d.
SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Total Pendapatan > Rp1.163.800,00 < Rp1.163.800,00
6 11 8 25
24 44 32 100
6 1 11 7 25
24 4 44 28 100
0,47
4 21 13
16 84 52
3 22 11
12 88 44
1,00
6 19
24 76
8 17
32 68
0,74
Karakteristik
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Jumlah Persentase Jumlah Persentase (n) % (n) % 25 100 25 100
p
Total Pernah diberikan edukasi Tidak 22 88 23 92 0,67 Ya 3 12 2 8 Total 25 100 25 100 2. Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Setelah Intervensi pada Masing-Masing Kelompok Kontrol dan Eksperimen a. Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Setelah Intervensi Pada Kelompok Kontrol Berdasarkan tabel 3, pada kelompok kontrol terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pengetahuan sebelum dan setelah intervensi dengan nilai signifikansi 0,00 dan tidak terdapat perbedaan sikap yang signifikan sebelum dan setelah intervensi dengan nilai signifikansi yaitu 0,40. Tabel 3. Hasil Analisa Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Kelompok Kontrol Sebelum dan Setelah Intervensi dengan Uji Wilcoxon (N=50) N Median Rerata±s.b p (minimum-maksimum) Pengetahuan pre-test 25 9 (3-13) 9,12±2,40 0,00 post-test 25 11 (6-14) 11,28±1,86 Sikap pre-test 25 27 (21-42) 28,48±5,02 post-test 25 29 (21-44) 29,08±5,85 0,40 Sumber: data primer b. Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Setelah Intervensi pada Kelompok Eksperimen Tabel 4. Hasil Analisa Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Kelompok Eksperimen Sebelum dan Setelah Intervensi dengan Uji Paired T-test (N=50) N Rerata±s.b Perbedaan IK95% p Rerata±s.b Pengetahuan pre-test 25 8,92±2,985 2.720±2,37 0,35-2,67 0,00 post-test 25 11,64±1,89 Sikap pre-test 25 27,52±3,36 1,160±3,67 1,74-3,69 0,13 post-test 25 28,68±3,05 Sumber: data primer
Berdasarkan tabel 4, terdapat perbedaan tingkat pengetahuan yang signifikan sebelum dan setelah intervensi pada kelompok eksperimen yaitu dengan nilai signifikansi 0,00 dan tidak terdapat perbedaan sikap yang signifikan sebelum dan setelah intervensi pada kelompok eksperimen dengan nilai signifikansi yaitu 0,13. 3. Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap antara Kelompok Kontrol dan Eksperimen Setelah Intervensi Berdasarkan tabel 5, tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah diberikan intervensi dengan nilai signifikansi masing-masing 0,39 untuk tingkat pengetahuan dan 0,62 untuk sikap. Tabel 5. Hasil Analisa Perbedaan Pengetahuan dan Sikap antara Kelompok Kontrol dan Eksperimen Setelah Intervensi dengan Uji Mann Whitney (N=50) n Median p (minimum-maksimum) Pengetahuan Kontrol 25 11 (6-14) 0,39 Eksperimental 25 12 (6-14) Sikap Kontrol 25 29 (21-44) 0,62 Eksperimental 25 29 (23-36) Sumber: data primer Diskusi 1. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Sebelum & Setelah Intervensi a. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Setelah Intervensi pada Masing-Masing Kelompok Kontrol dan Eksperimen Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan pada kelompok kontrol mengalami peningkatan secara signifikan setelah diberikan promosi kesehatan berupa leaflet. Peningkatan pengetahuan secara signifikan ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu media edukasi leaflet itu sendiri dan informasi yang ada di dalamnya. Menurut Saraswati (2011) media leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan–pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi. Meski edukasi dasardasar penyakit DM dan pencegahannya merupakan informasi baru bagi responden, namun leaflet dapat beberapa kali dibaca secara ulang. Oleh karena itu, media leaflet tersebut efektif karena memberikan informasi yang masih dapat diingat secara baik. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Kawuriansari, Fajarsari, dan Mulidah (2010) tentang Studi Efektivitas Leaflet terhadap Skor Pengetahuan Remaja Putri tentang Dismenorea di SMP Kristen 01 Purwokerto yang menunjukkan pengetahuan lebih baik setelah menerima
leaflet. Hasil penelitian ini juga memperkuat penelitian Muslikha dan Purwanti (2011) tentang peran leaflet asi eksklusif terhadap pengetahuan ibu tentang asi eksklusif dan motivasi untuk menyususi secara eksklusif di BPS NY. Djuwedah Kebasen Kabupaten Banyumas yang menunjukkan bahwa leaflet memiliki peran dalam peningkatan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan motivasi ibu untuk menyusui secara eksklusif. Pada kelompok eksperimen, edukasi diberikan dengan media audio visual yaitu video dan didapatkan hasil peningkatan signifikan setelah diberikan promosi kesehatan. Adanya peningkatan pengetahuan secara signifikan setelah diberikan video, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti media video itu sendiri dan informasi yang terkandung di dalamnya. Media video adalah perpaduan antara audio dan visual yang menyediakan atau menampilkan suatu tindakan, warna dan bunyi yang serasi dan visual-aids (Agustin, 2014). Video menambah pengetahuan, menarik baik tampilan maupun suara, mudah dipahami, dan tidak membosankan (Agustin, 2014). Selain itu, video dapat menyajikan informasi berupa animasi dan memaparkan proses terjadinya DM dengan lebih mudah. Informasi yang dipaparkan mudah dimengerti dan dapat diringkas dalam waktu yang singkat namun tetap sarat informasi. Pada akhirnya informasi ini mepmberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut dan ditandai dengan hasil penelitian yang mengalami peningkatan pengetahuan pada masing-masing kelompok setelah diberikan intervensi. Meningkatnya pengetahuan setelah diberikan edukasi video didukung oleh beberapa penelitian yaitu penelitian Abdullah (2007), Pandiangan (2005), Nugraheni (2012), Sandhi (2011), dan Sulistyowati (2011). Penelitian tersebut menyatakan bahwa tingkat pengetahuan responden mengalami peningkatan secara bermakna setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media audio visual. b. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Setelah Intervensi antara Kelompok Kontrol dan Eksperimen Setelah Intervensi Pada penelitian ini, tingkat pengetahuan antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah diberikan leaflet maupun video tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tidak adanya perbedaan secara signifikan pada pengetahuan antar kelompok tersebut antara lain edukasi dan media. Edukasi dasar-dasar penyakit DM dan pencegahannya diberikan meski dengan media yang berbeda. Baik leaflet maupun video sama-sama mengandung informasi edukatif sehingga responden memperoleh pengetahuan (Tjahyono, 2013). Responden yang diberikan leaflet ataupun video menunjukkan peningkatan pengetahuan akan tetapi tidak menunjukkan beda yang signifikan antar kelompok. Dari hasil tersebut, pemberian edukasi menggunakan media leaflet ataupun video memberikan informasi dan edukasi yang pernah diberikan edukasi DM sebelumnya. Tidak ada bedanya peningkatan pengetahuan antara kelompok kontrol dan eksperimen secara signifikan dikarenakan edukasi yang hanya diberikan sekali saja namun dengan isi materi yang cukup banyak. Oleh karena itu, jika
merupakan informasi baru dan materi yang cukup banyak, maka perlu pemaparan ulang leaflet ataupun video secara terus menerus sehingga ilmu tersebut akan melekat pada ingatan diri responden. Pengetahuan responden pada penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan. Penelitian ini didukung oleh penelitian Fast (2012) meneliti tentang pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang diet kalsium dan osteoporosis, yaitu didapatkan hasil tidak ada perbedaan secara signifikan terhadap pengetahuan remaja laki-laki setelah diberikan intervensi. Pada penelitian tersebut dijelaskan beberapa keterbatasan penelitian yang menjelaskan mengapa hasil penelitian pengetahuan tidak meningkat pada laki-laki antara lain responden laki-laki tidak pernah terpapar informasi sebelumnya dan faktor personal responden laki-laki seperti kebiasaan kesehataan, kesiapan kognitif, dan pengalaman sebelumnya. Berdasarkan uji regresi linier dengan metode backward untuk mengetahui pengaruh karakteristik responden terhadap pengetahuan, didapatkan hasil analisis bivariat yaitu p<0,25 yaitu pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi pengetahuan adalah pendidikan dengan korelasi sebesar 0,408. Persamaan didapatkan adalah pengetahuan = 9,196 + 0,781 (pendidikan). Persamaan tersebut dikatakan layak karena hasil analisis uji anova menunjukkan p<0,05 dan nilai adjusted R square yang mempunyai arti bahwa persamaan yang diperoleh mampu menjelaskan pengetahuan sebesar 14,9%. Hasil yang masih jauh dari nilai 100% diduga karena dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. 2. Perbedaan Sikap Sebelum dan Setelah Intervensi Hasil penelitian menunjukkan sikap responden baik pada masingmasing kelompok dan antara kelompok tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan setelah diberikan promosi kesehatan leaflet maupun video. Adanya hasil tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti informasi dan pengalaman edukasi sebelumnya. Pada penelitian ini responden belum pernah terpapar edukasi DM sebelumnya dan informasi pada edukasi ini merupakan hal baru bagi responden. Suatu sikap akan terbentuk ketika seseorang telah terpapar informasi berulang sehingga tercipta pemahaman dan kemudian akan terbentuk sikap (Fibriana, 2011). Hal ini dikarenakan sikap adalah suatu bentuk reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek dan sebuah bentuk evaluasi terhadap suatu aspek di sekitarnya maka pengalaman sebelumnya adalah faktor penentu perubahan sikap seseorang (Notoatmojo, 2007 dan Saifudin, 2005). Pengalaman harus meninggalkan kesan yang kuat untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap. Sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional karena akan lebih mendapatkan penghayatan (Fibriana, 2011). Pengalaman responden pada penelitian ini yaitu belum pernah diberikan edukasi terstruktur tentang dasar-dasar penyakit DM dan pencegahannya sebelumnya sehingga menyebabkan kurangnya kesan yang kuat sebagai dasar
pembentukan sikap. Ketika seseorang pernah mendapatkan edukasi sebelumnya, maka akan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaannya (Hasibuan, 2014). Tidak adanya perbedaan secara signifikan pada sikap responden penelitian setelah diberikan intevensi didukung oleh penelitian Kanicka dkk (2013) tentang pengaruh edukasi program anti-tobacco terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku menghargai nikotinisme antara laki-laki dan perempuan. Pada penelitian tersebut, sikap tidak mengalami peningkatan pada responden laki-laki. Sikap yang tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan tersebut, dikarenakan adanya ketidakadekuatan proses pemberian edukasi dengan pertimbangan gender seperti metode, teknik, instrumen. Berdasarkan uji regresi linier dengan metode backward untuk mengetahui pengaruh karakteristik responden terhadap sikap, didapatkan hasil analisis bivariat yaitu p<0,25 yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi sikap adalah pekerjaan dengan korelasi sebesar 0,355. Persamaan didapatkan adalah sikap = 20,179 + 4,678 (pekerjaan). Persamaan tersebut dikatakan layak karena hasil analisis uji anova menunjukkan p<0,05 dan nilai adjusted R square yang mempunyai arti bahwa persamaan yang diperoleh mampu menjelaskan sikap sebesar 10,8%. Hasil yang masih jauh dari nilai 100% diduga karena dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Kesimpulan Mayoritas warga di Pedukuhan Kasihan berusia 32 pada kelompok kontrol dan 33 tahun pada kelompok eksperimen dengan dominasi berjenis kelamin perempuan berpendidikan SMA, jenis pekerjaan ringan hingga sedang, berpendapatan kurang dari UMR, dan belum pernah diberikan edukasi DM sebelumnya. Pada karakteristik responden, persamaan uji regresi yang diperoleh untuk mampu menjelaskan pengetahuan yaitu sebesar 14,9% sedangkan pada sikap sebesar 10,8% antar kelompok kontrol dan eksperimen setelah diberikan intervensi. Pemberian edukasi baik dengan leaflet maupun video dapat meningkatkan pengetahuan responden, akan tetapi tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan terhadap pengetahuan antar kelompok setelah intervensi. Sedangkan pemberian edukasi baik pada masing-masing ataupun antara kelompok terhadap sikap, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Acknowledgments Terima kasih kepada dosen pembimbing Ibu Yanuar Primanda, S.Kep., Ns., MNS, dosen penguji yang memberikan saran dan kritik yaitu Ibu Dr.Titih Huriah, S.Kep., Ns., Sp.Kom dan para ahli yang telah membantu dalam menguji validitas penelitian yaitu Ibu Novita Kurniasari, S.Kep., Ns., M.Kep; Ibu Salmah Orbayinah, M.Kes., Apt; Ibu dr. Fitria Nurul, Sp.PD. Daftar Pustaka Abdullah IR. Pengaruh Penyuluhan dengan Media Audiovisual terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Balita Gizi Kurang dan Buruk di
Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan Tengah. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada; 2007. Agustin M. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Media Booklet Dibandingkan Audiovisual Terhadap Pengetahuan Orang Tua Tentang Karies Gigi Pada Anak Usia 5-9 Tahun Di Desa Makamhaji. Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014. Aljoudi, A.H dan Taha, A.Z.A. Knowledge of diabetes risk factors and preventive measures among attendees of a primary care center in eastern Saudi Arabia.Journal Ann Saudi Med. Jan-Feb; 2014: 29(1): 15–19. doi: 10.4103/0256-4947.51813. PMCID: PMC2813608 American Diabetes Association [ADA]. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care. Jan; 2014; 34(Suppl 1): S62–S69, doi: 10.2337/dc11-S062 ,PMCID: PMC3006051. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depertemen Republik Indonesia; 2009. Fast DK. The Effectiveness of an Education Intervention Related to Knowledge Increase Among Adolescents Regarding Dietary Calcium and Prevention of Osteoporosis. Grand Valley State University; 2012. Fibriana, LP. Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Keluarga Tentang Pencegahan Penyakit Menular Tuberkulosis. Jurnal Keperawatan –Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011–Desember 2011; 2011. Hasibuan, R. Pengaruh Pengetahuan Dan Motivasi Terhadap Sikap Remaja Putri Yang Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Sebagai Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Sma Negeri 1 Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2014. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara; 2014. Juwitaningtyas, FA. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Penderita Diabetes Mellitus dalam Pencegahan Luka Kaki Diabetik di Desa Mranggen Polokarto Sukoharjo. 2014. Kanicka M., Poniatowski B, Szpak A, dan Owoc A. Differences in the effects of anti-tobacco health education programme in the areas of knowledge, attitude and behaviour, with respect to nicotinism among boys and girls. Ann Agric Environ Med. 2013;20(1):173-7. Kasim, M., Currie, GM., Tjahjono, M., Siswanto, BB., Harimurti, GM., dan Kiat, H. Myocardial Perfusion SPECT Utility in Predicting Cardiovascular Events Among Indonesian Diabetic Patients. Open Cardiovasc Med J. 2013 Sep 20;7:82-9. doi: 10.2174/1874192401307010082. Kawuriansari R, Fajarsari D, dan Mulidah S. Studi Efektivitas Leaflet terhadap Skor Pengetahuan Remaja Putri tentang Dismenorea di SMP Kristen 01 Purwokerto Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 1 No. 1 Edisi Desember 2010. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI). Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan Panduan Bagi Petugas Kesehatan Di Puskesmas. 2010.
Laksono, WY. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan. Kematangan Emosi Pada Wanita Dewasa Madya. Skripsi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga; 2012. Muslikha dan Purwanti. Peran Leaflet ASI Eksklusif Terhadap Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dan Motivasi Untuk Menyususi secara Eksklusif di BPS NY. Djuwedah Kebasen Kabupaten Banyumas; 2011. National Institute for Health and Care Excellence. [NICE]. Diabetes in adults quality standard. https://www.nice.org.uk/guidance; 2011. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta; 2007. Nugraheni. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Audiovisual dan Booklet Terhadap Pengetahuan Ibu tentang Menopause Di Perumahan Candi Gebang Permai, Ngemplak, Sleman. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Gadjah Mada; 2012. Pandiangan, T. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Melalui Metode Ceramah, Audio Visual, Ceramah Plus Audio Visual pada Pengetahuan dan Sikap Remaja SLTP di Tapanuli Utara. Tesis Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2005. Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe-2 di Indonesia. Jakarta: Penerbit PERKENI, 20064-32. Phitri HE danWidyaningsih. Hubungan antara pengetahuan dan sikap penderita diabetes melitus dengan kepatuhan diet diabetes melitus di RSUD AM.Parikesit Kalimantan Timur; 2013; Volume 1,No1,Mei 2013, 58–74. Putri, N.H.K dan Isfandiari, M.A. Hubungan Empat Pilar Pengendalian Dm Tipe 2 dengan Rerata Kadar Gula Darah Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 234–243. Saifudin A. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Belajar; 2013. Sandhi. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Audiovisual Terhadap Peningkatan Pengetahuan Manajemen Pemberian ASI di Posyandu Kelurahan Baciro Gondokusuman Kota Yogyakarta. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Gadjah Mada; 2011. Saraswati LK. Pengaruh Promosi Kesehatan terhadap Pengetahuan tentang Kanker Serviks dan Partisipasi Wanita dalam Deteksi Dini Kanker Serviks. Tesis Universitas Sebelas Maret; 2011. Soewaondo, P., Ferrario, A., dan Tahapary, D.L. Challenges in diabetes management in Indonesia: a literature review. Soewondo et al. Globalization and Health 2013, 9:63, doi: 10.1186/1744-8603-9-63. Sulistyowati, AD. “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Metode Ceramah dengan Media Audio Visual Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Menopause di Dukuh Girimulyo, Kelurahan Gergunung, Kecamatan Klaten Utara. Stikes Muhammadiyah Klaten; 2011. Sussman,J.B., Kent, D.M., Nelson, J.P., dan Hayward, R.A. Improving diabetes prevention with benefit based tailored treatment: risk based reanalysis of Diabetes Prevention Program. BMJ; 2015; 350doi: http://dx.doi.org/10.1136/bmj.h454 WHO (World Health Organization). Diabetes Mellitus. 2015.