MODUL SINGKAT FISIOTERAPI
I.
FISIOTERAPI
Fisioterapi merupakan bagian dari ilmu kedokteran yang berupa intervensi fisik nonfarmakologis dengan tujuan utama kuratif dan rehabilitatif gangguan kesehatan. Fisioterapi atau Terapi Fisik secara bahasa merupakan teknik pengobatan dengan modalitas fisik (fisika).
II.
TEKNIK FISIOTERAPI
II.1 Exercise therapy (Terapi latihan) Teknik fisioterapi ini merupakan teknik fisioterapi yang paling sering dipergunakan terutama pada keadaan kronis. Pada penggunaannya, jenis, frekuensi, intensitas dan durasi latihan ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik. Terapi latihan dapat dilakukan pada fase rehabilitasi berbagai jenis kelainan seperti stroke, penggantian sendi maupun penuaan. II.2 Manipulation/ Manual therapy Berbagai teknik terapi manipulasi dapat dilakukan untuk menghasilkan gerakan pasif. Teknik ini meliputi terapi gerak dan massage (pijat). Manipulation therapy terutama ditujukan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fleksibilitas sendi. II.3 Thermotherapy (Heat therapy / Terapi Panas) Thermotherapy merupakan terapi dengan menggunakan suhu panas biasanya dipergunakan dengan kombinasi dengan modalitas fisioterapi yang lain seperti exercise dan manual therapy. Terapi ini efektif untuk mengurangi nyeri yang berhubungan dengan ketegangan otot walaupun dapat juga dipergunakan untuk mengatasi berbagai jenis nyeri yang lain. Panas pada fisioterapi dipergunakan untuk meningkatkan aliran darah kulit dengan jalan melebarkan pembuluh darah yang dapat meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan. Panas juga meningkatkan elastisitas otot sehingga mengurangi kekakuan otot.
Indikasi : a. Kekakuan Otot. b. Arthritis, antara lain: Osteoarthritis,Rheumatoid arthritis, Juvenile arthritis, Ankylosing spondylitis, Gout, Psoriatic arthritis dan Reiter’s syndrome c. Hernia discus intervertebra. Sebagian besar kasus hernia ini dicetuskan oleh kekakuan otot, oleh karenanya keadaan ini dapat diperbaiki dengan thermotherapy. d. Nyeri bahu, antara lain : rotator cuff. e. Tendinitis (radang tendo) f. Bursitis (radang bursa) g. Sprain ( robekan ligamen sendi) h. Strain ( robekan otot) i. Nyeri pada mata yang diakibatkan oleh peradangan kelopak mata (blepharitis). j. Gangguan sendi temporo mandibular. k. Nyeri dada yang disebabkan oleh nyeri pada tulang rususk (costochondritis). l. Nyeri perut dan pelvis. m. Fibromyalgia dengan gejala nyeri otot, kekakuan, kelelahan dan gangguan tidur. n. Gangguan nyeri kronis seperti pada lupus dan nyeri myofascial. o. Asthma a.
Short Wave Diathermy Short Wave Diathermy (SWD) atau Ultra Korte Golf (UKG) adalah alat terapi yang menggunakan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak balik frekuensi tinggi. Indikasi : a. Beberapa jenis patologi seperti traumatologi dan rematologi dapat dipercepat penyembuhan lukanya dengan pemberian SWD intermittern. b. Kelainan pada syaraf perifer, neuropathy, neuralgia. c. Kondisi peradangan sub acut dan chronic menggunakan SWD continued. d. Nyeri musculosceletal. e. Ketegangan, perlengketan, pemendekan otot dan jaringan lunak. f. Persiapan latihan atau senam. g. Gangguan pada sistem peredaran darah. Kontra Indikasi : a. Logam dalam tubuh atau menempel pada kulit. b. Alat-alat elektronik dalam tubuh seperti peace maker. c. Gangguan peredaran darah. d. Nilon dan bahan kain yang tidak menyerap keringat. e. Jaringan dan organ yang mempunyai banyak cairan seperti f. Mata, testis, luka dan exim basah. g. Gangguan sensibilitas. (Dosis harus 30 % lebih rendah). h. Neuropathy yang diikuti gangguan trofik pada syaraf perifer, Neuropathy akibat DM, Angiopathy dabetica. i. Infeksi acut dan demam (panas lebih dari 37,50 C)
j. k. l. m.
Setelah X ray. Jaringan yang mitosisnya sangat cepat. Menstrusi atau kehamilan untuk pengobatan daerah pelvic. Faktor kalogenase
. b.
Micro Wave Diathermy Micro Wave Diathermy (MWD) adalah Alat terapi yang menggunakan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak balik frekuensi tinggi dengan frekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 12,25 cm. Indikasi : a. Kelainan pada syaraf perifer, neuropathy, neuralgia. b. Kondisi peradangan sub acut dan chronic c. Nyeri musculosceletal. d. Ketegangan, perlengketan dan pemendekan otot dan jaringan lunak. e. Persiapan latihan atau senam. f. Gangguan pada sistem peredaran darah. Kontra Indikasi : a. Logam dalam tubuh atau menempel pada kulit. b. Alat-alat elektronik dalam tubuh seperti peace maker. c. Gangguan peredaran darah. d. Nilon dan bahan kain yang tidak menyerap keringat. e. Jaringan dan organ yang mempunyai banyak cairan seperti f. mata, testis, luka dan exim basah. g. Gangguan sensibilitas. (Dosis harus 30 % lebih rendah). h. Neuropathy yang diikuti gangguan trofik pada syaraf perifer, i. Neuropathy akibat DM, Angiopathy dabetica. j. Infeksi acut dan demam (panas lebih dari 37,50 C) k. Setelah X ray. l. Jaringan yang mitosisnya sangat cepat. m. Menstrusi atau kehamilan untuk pengobatan daerah pelvic n. Faktor kalogenase c.
Terapi Ultrasonic Terapi Ultrasonic yaitu suatu usaha pengobatan dengan menggunakan mekanisme getaran dengan frekuensi lebih dari 20 KHz. Didalam praktek klinik frekuensi yang digunakan antara 0,7 MHz – 3 MHz, dengan intensitas 1 – 3 w / cm2 Indikasi : a. Kelainan/penyakit pada jaringan tulang, sendi dan otot. b. Keadaan post traumatik seperti kontusio, distorsi, luxation dan fractur. Kontra indikasi relatif selama 24-36 jam setelah trauma. c. Rheumatoid arthritis stadium tak aktif. d. Arthritis
e. M. Becherev ( Local ) f. Bursitis, capsulitis, tendinitis g. Kelainan/penyakit pada persyarafan : Neuropathie, Panthoom pain, H N P h. Kelainan/penyakit pada sirkulasi darah : M. Raynould, M. Buerger, Sudeck dystrofie, Oedema i. Penyakit pada organ dalam j. Kelainan pada kulit k. Jaringan parut setelah operasi l. Jaringan parut karena traumatic m. Dupuytren contracture Kontra Indikasi : a. Absolut : Mata, Daerah jantung, Uterus pada wanita hamil, Epiphyseal plate, Testis b. Relatif : Hilangnya sensibilitas, Endoprothese, Tumor, Post traumatic, Tromboplebitis dan varices, Septis – inflammation, Diabetis mellitus d.
Sinar Infra Merah Sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 7.700 – 4 juta A. Indikasi : a. Kondisi peradangan setelah sub-acut : kontusio, muscle strain, trauma sinovitis. b. Arthritis :RA, OA, myalgia, lumbago, neuralgia, neuritis. c. Gangguan sirkulasi darah : thrombo plebitis, thrombo angitis obliterans, raynold’s desease. d. Penyakit kulit : Folliculitis, Furuncolosi. e. Persiapan exercise dan massage. Kontra Indikasi : a. Daerah dengan insufisiensi pada darah. b. Gangguan sensibelitas kulit. c. Kecenderungan pendarahan.
II.4
Coldtherapy (Terapi Dingin) Aplikasi dingin pada area radang dapat mengurangi kepekaan syaraf yang pada gilirannya akan mengurangi rasa nyeri. Metode ini paling sering dipergunakan pada keadaan akut sebagai bagian dari sistem RICE (Rest-Ice-Compression-Elevation). Indikasi : a. Cedera (sprain, strain dan kontusi) b. Sakit kepala (migrain, tension headache dan cluster headache). c. Gangguan temporomandibular (TMJ disorder). d. Testicular dan scrotal pain. e. Nyeri post operasi.. f. Fase akut arthritis (peradangan pada sendi). g. Tendinitis dan bursitis. h. Carpal tunnel syndrome.
i. Nyeri lutut. j. Nyeri sendi. k. Nyeri perut Kontra Indikasi : a. Raynaud’s syndrome b. Vasculitis c. Neuropathy, contoh akibat diabetes d. Cyroglobulinemia e. Paroxysmal cold hemoglobulinuria II.5
Electrotherapy Electrotherapy merupakan terapi dengan mempergunakan impuls listrik untuk menstimulasi saraf motorik ataupun untuk memblok saraf sensorik. Salah satu jenis electrotherapy yang sering dipergunakan untuk pengobatan adalah transcutaneous electro nerve stimulation (TENS). Alat ini sering dipergunakan untuk mengatasi nyeri pada tendonitis dan bursitis. Alat inimempergunakan arus listrik frekuensi tinggi untuk meningkatkan suhu pada kulit.
II.6
Iontophoresis dan Phonophoresis Ionthoporesis merupakan usaha memasukkan obat dalam jaringan dengan mempergunakan bantuan arus listrik sedangkan phonophoresis merupakan usaha memasukkan obat dalam jaringan dengan mempergunakan bantuan ultrasound. Metode ini sering digunakan untuk menangani nyeri leher, nyeri punggung dan radang sendi. II.7
Traksi Traksi merupakan prosedur koreksi neuro-muskulo-skeletal seperti patah tulang, dislokasi dan kekakuan otot dengan mempergunakan alat yang berfngsi sebagai penarik. Terapi ini juga sering mempergunakan beban. A. Fisioterapi Musculoskeletal (Orthopaedic) Fisioterapi musculoskeletal (orthopaedic) bertujuan untuk mendiagnosis dan menangani gangguan musculoskeletal. Beberapa modalitas yang dipergunakan meliputi exercise therapy (latihan kekuatan, kontrol,fleksibilitas dan ketahanan, manual therapy, soft tissue massage, cryotherapy, heattherapy, iontophoresis, phonophoresiss dan electrotherapy. Beberapa keadaan yang dapat diatasi dengan fisioterapi antara lain adalah : a. Nyeri punggung Nyeri punggung merupakan gangguan yang sering memerlukan penanganan fisioterapi. Penyebabnya antara lain: herniasi diskus, scatia, gangguan penurunan fungsi tulang. b. Nyeri leher.
Nyeri leher yang terjadi dapat berupa whisplash atau syaraf terjepit di tulang leher dapat menyebabkan nyeri leher, contoh Hernia Nukleus Pulposus. c. Nyeri lutut. Nyeri lutut yang terjadi antara lain berupa cedera pada anterior cruciate ligamen (ACL) yang merupakan cedera lutut pada olahraga yang paling seringterjadi. Cedera pada menisci (cartilage pads) juga sering terjadi.
d. Radang Sendi (Arthritis) Radang sendi (arthritis) yang sering terjadi meliputi osteoarthritis dan rheumatoid arthritis. Kondisi ini sering terjadi di tangan, jari, lutut, dan pinggang. e. Nyeri bahu. Nyeri bahu yang sering terjadi antara lain meliputi bahu membeku (frozen shoulder) adalah istilah yang digunakan untuk mengambarkan kaku sendi bahuyang berakibat berkurangnya keleluasaaan gerak dari bahu tersebut. f. Tendinitis (Radang tendon). Penyebab yang umum terjadi pada tendinitis adalah penggunaan yang berlebihan. Daerah yang sering mengalami bursitis adalah tangan, siku, dan lutut. g. Nyeri siku Nyeri siku yang sering terjadi disebabkan oleh tendinitis. Bentuk nyeri siku dapat berupa sebagai tennis elbow (lateral epicondylitis) ketika terjadi cedera pada tendon bagian luar dan golfer elbow (medial epicondylitis) ketika terdapatcedera pada tendon bagian dalam. h. Bursitis (Radang Bursa) Bursa merupakan cairan antara tendon dan tulang yang memiliki fungsi sebagai pelapis untuk merngurangi gesekan antara jaringan yang ada di dalam tubuh. Terdapat 160 bursa di dalam tubuh, letaknya terdapat pada sekitar lengan,siku, punggung dan lutut. Biasanya bursitis terletak di lengan. i. Complex regional pain syndrome Merupakan kondisi kronis yang bisa terjadi setelah cedera pada lengan atau kaki. Hal ini sering digambarkan sebagai sensasi seperti terbakar yang kadang melebihi rasa nyeri pada saat pertama kali timbul cedera. j. Myofascial pain syndrome (MPS). MPS merupakan sebuah kondisi kronis yang berefek pada fascia (jaringan penghubung yang melindungi otot), bisa berupa otot atau kumpulan otot. Hal ini bias disebabkan oleh adanya cedera atau tarikan yang berlebihan pada beberapa daerah di sekitar tubuh. k. Gangguan sendi temporomandibular (sendi rahang). Sendi temporomandibular menghubungkan rahang bawah dengan tengkorak. Sendi ini lebih banyak digunakan daripada sendi yang lainnya pada tubuh sehingga sering mengalami gangguan.
MANFAAT DAN RESIKO FISIOTERAPI Beberapa manfaat fisioterapi meliputi: 1. Penderita dapat mengerti aspek-aspek gangguan yang dialaminya secara lebih menyeluruh. 2. Penderita dapat mempelajari dan mengikuti teknik fisioterapi yang dilakukan untuk kemudian secara mandiri dapat mengikutinya secara mandiri. 3. Rasa nyeri dapat berkurang. 4. Meningkatkan jangkauan gerak, kekuatan, kontrol, fleksibilitas serta ketahanan otot. 5. Penderita dapat belajar untuk mencegah terjadinya cedera lanjut.
.
e. TRAKSI CERVICAL Traksi cervical adalah suatu metode pengobatan fisioterapi dengan menggunakan suatu tehnik penarikan collumna vertebralis untuk daerah cervical. Type : - Static atau konstan : Diterapkan pada kondisi penekanan syaraf akut - Intermittent : Diterapkan pada kondisi penekanan syaraf kronik Indikasi : a. Penekanan pada akar syaraf spinal seperti pada kasus : HNP, spondylosis b. Hipomobilitas pada sendi atau proses degenerasi c. Nyeri sendi yang disebabkan adanya gangguan pada vase joint d. Spasme otot e. Meniscoid blocking f. Nyeri disckogenik Kontra Indikasi : a. Akut strain, sprain dan kondisi peradangan atau beberapa kondisi apabila diberikan traksi nyeri meningkat b. Spinal hipermobility c. RA d. Spinal malignancy, osteoporosis, tumor atau infeksi e. Hipertensi yang tidak terkontrol, aortic aneurysm dan penyakit cardovaskuler f. Beberapa kondisi spinal atau proses penyakit yang dengan gerakan merupakan kontra indikasi seperti : fraktur f.
TRAKSI LUMBAL Traksi Lumbal adalah suatu metode pengobatan fisioterapi dengan menggunakan suatu tehnik penarikan untuk daerah lumbal
Type : 1. Statik atau konstan : Diterapkan pada kondisi penekanan syaraf akut 2. Intermittent : Diterapkan pada kondisi penekanan syaraf kronik Indikasi : 1. Penekanan radix nervus spinalis lumbalis 2. Proses degenerasi discus intervertebralis lumbalis. 3. Proses calsificasi tendon, otot, ligamentum dan discus intervertebralis lumbalis 4. Dislokasi ringan vertebrae lumbalis 5. Pembengkokan struktur vertebrae Kontra Indikasi 1. Proses degeratif aktif yang melibatkan medula spinalis 2. Proses porose vertebrae dan costae, spinabifida occulta, hemi vertebrae 3. Gangguan sistem vascularisasi intervertebrae lumbalis 4. Infeksi akut dan kronik vertebrae, ligamentum, otot dan syaraf. 5. Nyeri akut lokasi vertebrae lumbalis 6. Tanda-tanda keganasan masing-masing lokasi vertebrae. 7. Strain, sprain otot, tendon, ligamentum dan fractur vertebrae lumbalis. 8. Kehamilan melibihi 4 bulan 9. Gangguan sistem traktus urinarius g. PARAFIN BATH / WAX BATH Parafin bath/wax bath adalah suatu pengobatan dengan menggunakan farafin.yang telah dicairkan Indikasi : 1. Skin contractur 2. Stiff Joint 3. Penyakit degenerasi sendi dengan inflamasi akut dari nodus heberden’s 4. Scleroderma 5. Stadium awal dupuytren contracture 6. Post trauma tangan dengan skin contractur 7. Rheumatoid arthritis jari-jari. Kontra Indikasi : 1. Luka terbuka 2. Penyakit kulit menular 3. Penyakit kulit tidak menular 4. Trauma tangan yang parah (Multilating injuries) 5. Gangguan sensasi kulit (relatif) 6. Anggota yang menggunakan internal fixasi (relatif)
FISIOTERAPI PENYAKIT I. SPONDYLOSIS DEF / SPONDYLOARTHROSIS CERVICALIS (S.A.C)
Prosedur Indikasi : - Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Spondyloarthrosis cervicalis - Intervensi fisioterapi pada Spondyloarthrosis cervicalis Kontra indikasi : - Fraktur - Neoplasma - Osteoporosis - Ankylosing spondylitis - TBC tulang - Acute disc dysfunction/Acute radicular Diagnosis - Nyeri pseudo radikuler cercical menyebar ke interscapular/lengan disebabkan karena cervical spondyloarthrosis (disertai capsular patern). Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap Intervensi - US atau SWD atau MWD - Cervical traction posisi fleksi beban 20-33% BB 15-20 menit - Cervical collar soft atau semi rigid untuk actualitas tinggi - Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi cervical tegak - Proper neck mechanic pada posisi cervical tegak Evaluasi - Nyeri, dan ROM . II. LUMBAR DISC BULGING/HNP Prosedur Indikasi: - Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Lumbar disc bulging/HNP - Intervensi fisioterapi pada Lumbar disc bulging/HNP Kontra indikasi : - Fraktur - Lysthesis - Neoplasma - Osteoporosis - Ankylosing spondylitis - TBC tulang226 Asesmen fisioterapi : a. Anamnesis: - Nyeri jenis ngilu/pegal pada Lumbar spine menyebar samapi ke kaki - Paresthesia hingga kekaki pada area dermatome L5-S1 - Posisi duduk lama, jongkok; gerak fleksi lumbale meningkatkan nyeri dan paresthesia
b. Inspeksi: - Posisi lumbale scoliosis Tes cepat: - Gerak fleksi lumbale nyeri dan paresthesia pada tungkai-kaki Tes gerak aktif: - Gerak fleksi lumbale nyeri dan paresthesia hingga tungkai belakangkaki - Gerak lain kadang positif Tes gerak pasif: - Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak fleksi lumbale. - Gerak ekstensi lumbale terasa nyaman - Gerak lain kadang nyeri Tes gerak isometric - Kadang ekstensi ibu jari kaki lemah. Tes khusus - Palpasi teraba otot para vertebrale spasm - Lasegue sign positif, bragard test positif - Compression test posisi fleksi nyeri dan paresthesia hingga kaki - Traction test posisi ekstensi keluhan berkurang - Tes sensasi dijumpai hypoaesthesia/paresthesia area dermatome tertentu . Diagnosis - Nyeri radikuler cercical disertai paresthesia lengan disebabkan karena disc bulging/ HNP lumbale segment III. OSTEOARTHROSIS Kebijakan Indikasi : - Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Osteoarthrosis Hip joint - Intervensi fisioterapi pada Osteoarthrosis Hip joint Kontra indikasi : - Fraktur - Dislocation - Neoplasma - Osteoporosis Anamnesis : - Nyeri jenis ngilu/pegal pada hip joint - Morning sickness dan start pain - Gerak terbatas dan crepitasi Tes cepat - Nyeri dan terbatas pada semua arah gerakan hip joint Tes gerak aktif - Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak hip joint Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak hip joint - internal rotasi, adduksi, fleksi hip joint, firm end feel. Tes gerak isometric - Tidak ditemukan gangguan khas Tes khusus - JPM test internal rotasi, adduksi, fleksi hip joint, firm end feel. Pemeriksaan lain - X ray: penyempitan sela sendi; penebalan tulang subchondrale; osteophyte. Diagnosis - Capsular pattern hip joint secondary to Osteoarthrosis Hip joint Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap IV. OSTEOARTHROSIS TIBIOFEMORAL JOINT Kebijakan Indikasi : - Asesmen fisioterapi dan temuannya pada kasus Osteroarthrosis tibiofemoral joint - Intervensi fisioterapi pada Osteroarthrosis tibiofemoral joint Kontra indikasi : - Fraktur - Dislocation - Neoplasma - Osteoporosis Asesmen fisioterapi Anamnesis - Nyeri jenis ngilu/pegal pada Tibio femoral joint - Morning sickness dan start pain - Gerak terbatas dan crepitasi Tes cepat - Nyeri dan terbatas pada fleksi, ekstensi tibio femoral joint Tes gerak aktif - Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada tibio femoral joint Tes gerak pasif - Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak tibio femoral joint - Fleksi, ekstensi, tibio femoral joint, firm end feel. Tes gerak isometric - Tidak ditemukan gangguan khas Tes khusus - JPM test fleksi, ekstensi tibio femoral joint, firm end feel. - Patello femoral test - Ballotement test
- Fluktuation test Diagnosis - Capsular pattern tibio femoral joint secondary to Osteoarthrosis tibio femoral joint - Nyeri gerak tibio femoral joint Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi dan hasil yang diharapkan - Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi fisioterapi - Perencananaan intervensi secara bertahap V. LOW BACK PAIN Tujuan Tatalaksana Mengurangi nyeri Meningkatkan kekuatan otot trunkus dan panggul Meningkatkan stabilitas lumbal Mengurangi spasme otot lumbal Tatalaksana Program Manajemen Konservatif Nyeri Punggung Bawah Edukasi pasien, konseling fisik, okupasi, vokasional, psikososial Terapi obat : Parasetamol, OAINS, Muscle relaxant dan antidepresan Terapi suntikan : 1% xylocaine, kortikosteroid trigger point injection Modalitas fisik : cold packs (48jam pertama), hot packs, ultrasound, TENS, Orthosis : LSO bila perlu Aktifitas fisik terkontrol Tirah baring lama Terapi latihan : - Peregangan lumbal dan panggul + ROM exercise (+hot/cold modalities) - Penguatan ekstensor trunkus + panggul - Latihan stabilitas lumbal Okupasi : Body mechanics dan posture training Manual medicine : manipulasi untuk mengurangi spasme VI.
TENSION TYPE HEADACHE Merupakan suatu tipe sakit kepala yang bersifat bilateral, intensitasnya sedang / moderat. Dirasakan seperti sensasi tertekan atau diremas yang tidak dipengaruhi oleh aktivitas. Berlangsung bervariasi antara 30 menit sampai 7 hari. Pemeriksaan Fisik Pasien yang mengalami TTH terlihat tidak nyaman tetapi secara keseluruhan tidak mengganggu kapasitas fungsional Keterbatasan Fungsional Keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari karena nyeri Tujuan tatalaksana
Mengurangi nyeri Tatalaksana Modifikasi gaya hidup,termasuk tidur teratur dan cukup Terapi nonfarmakologis, termasuk biofeedback (suhu atau EMG). Terapi fisik yang terfokus, peregangan, penguatan, dan pengembangan program latihan daripada modalitas pasif Terapi akut terdiri dari obat-obatan NSAID dan kombinasi Isomepthene (midrin). Sedatif potensial, opioid atau komponen yang mengandung barbiturate harus dihindari. Terapi profilaksis, terdiri dari obat-obatan NSAID, antidepresan trisiklik dan sodium valproat Efek samping Komplikasi yang mungkin adalah reaksi alergi terhadap obat-obatan
VII OSTEOARTHRITIS LUTUT Rehabilitasi - Latihan penguatan statis atau dinamis dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan sendi periartikuler sehingga memperbaiki atau mencegah kelainan biomekanik dan kontribusinya dalam disfungsi dan degenerasi sendi - Latihan aerobic dapat mengurangi rasa sakit dan nyeri sendi dan menigkatkan status fungsional, kapasitas pernafasan, meningkatkan toleransi aktivitas, ambang rasa sakit, dan dapat memiliki nilai positif pada suasana hati dan motivasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan lainnya - Transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS) untuk nyeri - Tongkat atau walker, dapat mengurangi beban pinggul atau lutut, sehingga mengurangi rasa sakit dan mencegah jatuh - Penggunaan knee brace pada osteoarthritis lutut unikompartemental untuk meningkatkan fungsi dengan mengurangi gejala-gejala pasien - Pengurangan berat badan secara nonfarmakologik dengan restriksi intake kalori dan lemak serta peningkatan aktivitas fisik VIII
OSTEOARTHRITIS PADA GERIATRI Osteoarthritis (OA) merupakan bentuk arthritis kronik yang paling sering terjadi dan ditandai dengan adanya degenerasi cartilage artikuler dimana semua komponen cartilage hancur. Osteoartritis merupakan penyakit degenerative sendi yang dapat menyebabkan disabilitas kronik. Saat ini, osteoarthritis umum terjadi pada pasien usia lanjut di atas 65 tahun. OA melibatkan semua struktur pada sendi, paling sering terlibat adalah tulang subkondral, cairan sinovium, dan membrane sinovium. Selain itu OA ditandai dengan terjadinya perubahan tulang hipertrofik, osteofit, remodeling tulang subkondral, dan pada kebanyakan kasus, inflamasi kronik dari membransinovium. Sendi yang terlibat biasanya sendi-sendi penopang berat badan, seperti tulangpanggul, lutut, sendi-sendi interfalangdistal dan proksimal, dan persendian pada tulang belakang. OA diklasifikasikan menjadi OA primer dan sekunder. OA primer umumnya tidak memiliki etiologi yang jelas dan biasanya berhubungan dengan usia dan faktor mekanik dimana terjadi stress mekanikal pada sendi normal, gejala dapat local atau sistemik. OA sekunder memiliki penyebab yang
dapat diketahui, seperti trauma inflamasi, metabolic, developmental atau penyakit jaringan ikat. Faktor risiko meliputi usia lanjut, obesitas, densitas tulang, dan faktor genetic. Manifestasi Klinis Gejala pada sendi yang dirasakan dapat berupa : Nyeri Kekakuan di pagi hari kurang dari 50 menit Berkurangnya lingkup gerak sendi Bengkak Gejala ini dapat diperberat dengan aktifitas dan berkurang dengan istirahat. Jika nyeri terjadi saat istirahat atau di malam hari, kemungkinan osteoarthritis sudah menjadi berat atau sebagai penanda adanya penyakit lain. Gejala Penyerta lain berupa : krepitasi data digerakkan bengkak akibat deformitas tulang (seperti osteofit) atau akumulasi cairan synovial tanda dan gejala sistemik sendi tiba-tiba tidak dapt digerakkan (locking) spasme pada otot periartrikular fatigue nyeri otot lain dari sistemik musculoskeletal oleh karena penggunaan gerak otot alternative Tatalaksana : Farmakologi - Asetaminofen - Obat-obat NSAID Obat lain dapat : - NSAID topical - Kondroitin dan glukosamin Rehabilitasi Rehabilitasi pada pasien geriatric dengan OA merupakan upaya dalam megembalikan dan mengoptimalkan fungsi yang tersisa untuk dapat mengurangi keterbatasan fungsional yang disebabkan oleh OA. Keterbatasan fungsional tersebut dapat meliputi : kesulitan dan melambatnya kecepatan berjalan, kesulitan dalam menaiki tangga, transfer, menggunakan kamar mandi, mengenakan sepatu, dan lain-lain terkait dengan mobilisasi Pendekatan rehabilitative yang komprehensiv menekankan pada : Tindakan preventive dan tatalaksana nyeri serta disabilitas melalui konseling Edukasi Amjuran penurunan berat badan Latihan
Penggunaan alat bantu Modalitas superficial (terapi panas dan dingin)
Referensi Dasar-dasar Fisioterapi pada Cedera Olahraga. Dr. Novita Intan Arovah