Modul 1 KB 1 HAKIKAT MATA KULIAH KONSEP DASAR IPS
Istilah pengetahuan umum ada tiga yaitu - Ilmu social - Study social - Ilmu pengetahuan Selain ketiga itu, istilah menurut cheppy - Social education - Social learning Yang memiliki arti IPS adalah istilah yang menitik beratkan kepada berbagai pengalaman disekolah yang dipandang dapat membantu anak didik untuklebih mampu bergaul ditengahtengah masyarakat. Istilah pengetahuan umum ada 3 yaitu 1. Ilmu social Ilmu yangmempelajari tentang disiplin ilmu yang bias didunia persekolahan perguruan tinggi atau dimasyarakat umum. Pendekatan ilmu social Pendekatan yang digunakan bersifat disipliner dari bidang imunya masing-masing. Penerapan Sering terjadi pemahaman keliru antara IPS dan IIS pada guru/pembelajar sehingga menimbulkan implementasi yang kurang teapat, bahkan jauh dari IPS. Aplikasi disekolah IPS sering dipraktikkan sebagai IIS padahal keduanya tidakbisa dipisahkan karena secara tradisional, keduanya memang saling berhubungan. 2. Study social Bukan bidang keilmuan atau disiplin bidang akademis melainkan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah social. Pendekatan ilmu social Pendekatan ini pbersifat interdisipliner atau bersifat multi disipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan. Penerapan Biasanya diterapkan di tingkat lebih rendah karena bersifat multidimensional yaitu meninjau satugejala/ masalah social dari bebagai dimensi/aspek kehidupan. Cara kerjanya tidak menekan di bidang teoritis namun di bidang praktis dalam mempelajari gejala dan masalah social yangada dilingkungan masyarakat. Tujuan
Membina warga masyarakat yangmampu menyelaraskan kehidupan berdasarkan kekuatan fisik dan social serta membantu melahirkan kemampuan memecahkan masalah social yang dihadapi. 3. Ilmupengetahuan social Ilmu yang dipelajari kehidupan tentang masyarakat dengan menitik beratkan pada pengalaman disekolah untuk bergaul ditengah masyarakat. Pendekatan IPS Pendekatannya secar multidisplin atau interdisiplin, dimana topic-yopik dalam ips dapat kita manipolasi menjadi suatu isu, pertanyaan atau permasalahan yang berperspektif interdisiplin. IPS dan keberadaan dikurikulum Indonesia tidak lepas dari perkembangan dan keberadaan study social di Amerika Serikat yang mempengaruhi kesamaan IPS dari tingkat kependidikan tinggi. SLA, SLP, dan SD tidak menekan pada teoritis keilmuan melainkan lebih menekan pada segi praktis mempelajari, menelah, serta mengkaji gejala dan masalah social , dengan mempertimbangkan bobot dan tingat kemampuan pada tiap jenjang yang berbeda.
-
-
-
-
-
Tujuan IPS dalam sejarah : 1. Mempersiapkan siswa untuk study lanjut dibidang social sciences jika mau masuk perguruan tinggi 2. Mendidk kewarganegaraan yang baik 3. Berhakikat kompromi antara tujuan satu dan dua 4. Mempelajari closed areas atau masalh social yang tidak dibicarakan dimuka umum 5. Materi disaring dan di sinkronkan kembali Ada dua hal yaitu pembinaan warga Negara Indonesia atas dasar Pancasila dalm UUD 45 dan sikap social yang rasional dalam kehidupan. Nilai pembelajaran IPS 1. Nilai edukatif Agar anak didik mempunayai moral yang lebih baik. Perilaku seperti: a. Aspek kognitif Peningkatan nalar social dan kemampuan mencari alternative pemecahan masalah social b. Aspek afektif Perilaku yang lebih mewarnai aspek kemanusiaan seperti peraasaaan, kesadaran, penghayatan, sikap, kepedulian, dan tanggung jawab siswa dalm pendidikan IPS c. Aspek psikomoter Perilaku mengembangkan keteranpilan social dalma kerja sama, gotong royong dan menolong orang 2. Nilai praktis Nilaiyangbisa dijalankan / digali dalam kehidupan sehari-hari Contohnya : lingkungan terkecil keluarga, pasar, jalan, tempat bermain 3. Nilai teoritis Nilai yang membina siswa pada proses perjalanannya diarahkan menjadi SDM untuk hari esok . 4. Nilai filsafat
-
-
Nilai perkembangan siswa untuk dapatmengembangkan kesadaran mereka selaku anggota masyarakat/ makhluk social 5. Nilai ketuhanan Nilaiyang menghayati sendiri makhluk social berbeda dengan makhluk TYE baik tumbuhan dan binatang
Modul 1 KB 2
Karakteristik mata kuliah konsep dasar IPS Tujuan utama setiap pembelajaran ilnu sosial adalah membentuk warga negara yang baik(god citizenship),demikian pula halnya ilmu pengetahuan sosial(IPS) sebagai satu program pendididkan juga memiliki tujuan yang sama, yakni mebentuk warga negara yang baik. Namun,dalam proses penyajiannya IPS memiliki karakteristik ilmuilmu sosial yang ada walaupun demikian keberadaan ilmu-ilmu sosial tak dapat terpisahkan dari IPS karena konsep-konsep ilmu-ilmu sosial merupakan sumber utama bagi pengembangan materi pembelajaran program IPS. Materi IPS dapat dipelajari dan menjadi bahan pembelajaran, tidak hanya kehidupan nyata sesaat dimasyarakat, melainkan juga meliputi cerita-cerita, novel, kisah-kisah tokoh terkenal yang dapat kita baca, serta dapat juga dibaca oleh peserta didik.Selain itu, surat kabar, radio dan televisi merupakan sumber berita serta pemberitaan yang juga sekaligus juga sebagai materi IPS dan sumber pemberitaan IPS.
Karakteristik mata kuliah konsep dasar IPS Sebagai progam pendidikan IPS yang layak harus mampu memberikan berbagai penger tian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan, serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan agar peserta didik menjadi warga masyarakat yang berguna, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Ketiga aspek yang dikaji dalam proses pendidikan ilmu pengetahuan social(memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan, serta mengembangkan sikap pengertian yang mendasar, melatoh berbagai keterampilan, serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan). Beikut tiga aspek yang tercakup dalam kajian IPS. 1. Berbagai pengertian yang selayaknya dimiliki oleh setiap peserta didik melalui progam pendidikan IPS antara lain berikut ini. a. Aspek-aspek utama dalam lingkungan keluarga. b. Aspek-aspek utama dari lingkungan social. c. Aspek-aspek utama dari lingkungan dalam sekitar. d. Kesalingketergantungan diantara individu, masyarakat, bangsa dan Negara. e. Berbagai upaya manusia beradaptasi dan bekerja sama dalam pelestarian lingkungan. f. Berbagai cara manusia memerintah dan diperintah. g. Berbagai fungsi kontrol social dalam kelompok. h. Hubungan timbal balik antara individu dan antar masyarakat. i. Perkembangan-perkembangan utama dari peradaban manusia. j. Sifat-sifat yang membentuk kepribadian manusia.
k. Perkembangan sikap, nilai, dan moral sebagai warga masyarakat dan Negara. 2. Berbagai keterampilan yang harus dikembangkan mulalui progam pendidikan IPS, antara lain berikut ini: a. Befikir kritis. b. Menganalisis dan memecahkan masalah. c. Menentukan dan mengumpulkan informasi atau data. d. Mamou mengorganisasikan dan menilai secara logis. e. Membaca dan mendengarkan untuk mampu mengerti secara nala. f. Berbicara dan menulis yang sistematis. g. Mengnterpretasikan atau membaca peta globe, bagan, statistik, dan grafik secara akurat. h. Menggunakan konsep ruang dan waktu. i. Ikut dalam kegiatan kelompok. 3. Berbagai sikap moral yang harus dikembangkan dalam proses pembelajaran pendidikan IPS, antara lain berikut ini: a. Menghargai harka sesame individu. b. Yakin akan adanya persamaan kesempatan dalam berbagai hal bagi semua orang. c. Menjunjung tinggi supremasi hukum. d. Bekerja sama demi kebahagiaan bersama. e. Bersedia membuktikan tanggung jawab sebagai warga Negara. f. Yakin akan perlunya demokrasi. g. Yakin bahwa manusia mampu dirinya sendiri. h. Yakin bahwa problema sosial mampu dipecahkan melalui pemikiran yang kritis. i. Yakin akan masa depan yang lebih baik. j. Yakin mampu menghadapi arus globalisasi secara positif. Nu’man sumantri, yang dikutip oleh daldjoni (1981) menyatakan bahwa pembaharuan pengajaran IPS sebenarnya masih dalam proses yang penuh berisi berbagai eksperimen. Adapun ciri-ciri yang kedapatan didalamnya memuat rincian sebagai berikut: 1. Bahan pelajaannya akan lebih banyak memperhatikan minat para siswa, masalah-masalah sosial dekat, keterampilan berfikir (khususnya tentang menyelidiki sesuatu), serta pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam. 2. Proga studi ips akan mencerminkan sebagai kegiatan dasar dari manusia. 3. Organisasi kurikulum IPS akan berfariasi dari susunan yang integreted (terpadu), correlated (berhubungan) sampai yang separated (terpisah). 4. Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan kewargaan Negara, fungsional, humanistis, sampai yang seturuktual. 5. Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboraturium demokrasi. 6. Evalusinya tak hanya akan mencakup aspek-aspek kognitif, efektif, dan psikomotor saja, tetapi juga mencobakan mengembangkan apa yang disebut democratic, quotient,dan citicenship quotient. 7. Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya akan melengkapi program pembelajaran IPS,
Demikian pula unsur-unsur science, teknologi, matematika, dan agama akan memperkaya bahan pembelajarannya
Nu’man sumantri pada poin 3 diatas telah menyinggung akan kebutuhan pembaharuan pengajaran pendidikan IPS dan untuk memberikan gambaran utuh tentang ciri pengembangan berbagai pendekatan pembelajaran IPS , anda perhatikan penjelasan berikut. 1. Sparated subject Pengorganisaian kegiatan pembelajaran dalam bentuk bagian-bagian yang saling terpisah antara yang satu dengan yang lain. Masing-masing bagian disertai dengan satu kesatuan waktu terpisah. Bahan disajikan secara terpisah dan berbeda dengan bagian-bagian yang lain. Proses pembelajaran seperti ini dapat kita temukan pada SLTA dan perguruan tinggi. 2. Correlation of subject Suatu modifikasi dari bentuk pendekatan sparated subject dikenalkan sebagai pendekatan korelasi (correlation of subject). Masalah pemilihan bacaan yang dapat dikaitkan dengan topictopik IPS, hendaknya diseleksi sesuai dengan kebutuhan pembelajaran serta pengaturan waktu yang telah ada. Dengan perancanaan seperti ini, diharapkan akan dapat dihindari adanya pemisahan subjek-subjek yang ada namun tetap menunjukkan antar hubungan antaa ilmu-ilmu sosial yang ada. 3. Integration of fusion Nilai utama yang di gunakan pendekatan ini adalah dengan digunakan nya seluruh subjek untuk meningkatkan proses pembelajaran . namun ,kelemahan yang sering pula Nampak adalah apabila guru terlalu bertumpu atau terlalu mendasarkan pada subjek tertentu, dan kurang memperhatikan ketrampilan mengajarnya . apabila hal ini terjadi maka bahasan dapat menghambat IPS karena alokasi waktu yang sedikit, terutama bila untuk mengembangkan kreativitas-kreativitas yang dipersyaratkan proses pembelajaran tersebut. Berikut adalah berbagai contoh cabang ilmu sosial : a. Ekonomi Objeknya mempelajari tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mencapai kemakmuran. b. Politik Mempelajari kehidupan Negara, pemerintahan dan kehidupan manusianya sebagai “an organizet of political man”
c. Ekologi Mempelajari bagai mana manusia berhubungan dengan lingkungan alamnya ,memelihara , mengembangkan, dan melestarikannya. d. Sosiologi Mempelajari bentuk dan proses sifat atau cirri yang timbul dari kehidupan masyarakat, yaitu interaksi sosiall yang di lembagakan. e. Antropologi Mempelajari tentang manusia dan karyanya “the science of group of man and their behavior and production” f.
Psikologi social Mempelajari proses mental manusia sebagai anggota masyarakat.
g. Sejarah Mempelajari aspek historis kehidupan manusia yang meliputi peristiwa kemanusiaan sesuai dengan kurun waktunya dan sesuai dengan urutan kejadian. h. Geografi Mempelajari relasasi manusia dengan akan yang terungkapkan pada pemanfaatan alam dalam berbagai bentuknya.
Pemilihan atau seleksi konsep-konsep ilmu-ilmu sosial guna pengembangan materi pembelajaran IPS sesuai dengan kebutuhan pembelajaran pada tingkat yang berbeda tidaklah mudah, namun harus didasarkan pada beberapa prinsip, seperti yang dikemukakan oleh buchori alma dan harlas gunawan (1987) yang menyatakan prinsip-prinsip tersebut, antara lain: a. Keperluan Konsep yang akan diajarkan harus konsep yang diperlukan oleh peserta didik dalam memahami “dunia” sekiitarnya. Oleh sebab itu, lingkungan hidup yang berbeda memerlukan konsep yang lain pula. b. Ketepatan Perumusan yang akan diajarkan harus tepat sehingga tidak member peluang bagi penafsiran yang salah (salah konsep).
c. Mudah dipelajari Konsep yang diperoleh harus dapat disajikan dengan mudah. Fakta dan contohnya harus terdapat dilingkungan hidup peserta didik serta sudah dikenal oleh para peserta didik tersebut. d. Kegunaan Konsep yag akan diajarkan hendaknya bena-benar berguna bagi kehidupan bermasyarakat berbangsa dan benegara Indonesia pada umumnya serta masyarakat lingkungan dimana ia hidup bersama dalam keluarga, dan masyarakat terdekat pada khususnya. Evaluasi pada hakekatnya adalah penilaian progam, proses dan hal pendidikan. Dalam pembelajaran IPS evaluasi emiliki pengertian penilaian progam, proses dan hasil pembelajaran IPS. Evaluasi pembelajaran IPS yang berkesinambungan, sebaiknya dilakukan terus menerus sesuai dengan keterlaksanaan pembelajarannya. Evaluasi seperti ini merupakan baro meter atau pengecekan apakah proses yang berlangsung itu dapat diikuti dan dipahami oleh peserta didik, serta seberapa besar penguasaan atau pemahaman peserta didik. Evaluasi itu berfungsi mengungkapkan kelemahan proses kegiatan mengajar yang meliputi bobot materi yang disajikan, metode yang diterapakan, media yang digunakan, dan strategi yang dilaksanakan. Hasil evaluasi dapat dijadikan dasar memperbaiki kelemahan proses kegiatan belajar mengajar tadi, sedangkan di pihak peserta didik , evaluasi ini berfungsi mengungkapkan penguasaan materi pembelajaran oleh mereka dan juga untuk mengungkapkan kemajuannya secara individual ataupun kelompok dalam mempelajari IPS. Dari sudut peserta didik tujuan evaluasi ini adalah mendorong mereka belajar IPS sebaik-baiknya agar mencapai makna sebesar-besarnya dari apa yang mereka pilajari . evaluasi dalam pembelajaran IPS yang memenuhi syarat mencapai tujuan yang sebaik-baiknya, harus berlandasan asas evaluasi yang meliputi: 1) Asas koprehansif /asas kesinambungan Menentukan syarat evaluasi itu harus meliputi keseluruhan pribadi peserta didik yang di evaluasi meliputi penguasaan matei (pengetahuan), kecakapan (kecerdasan), keterampilan, kesadaran, dan sikap mental. Jika berpegang pada tosonom bloom evaluasi itu meliputi aspekaspek kognitif, efektif, dan psikomotor. 2) Asas kontinuitasi Pembelajaran IPS mensyaratkan bahwa evaluasi itu wajib dilakukan secara berkesi nambungan mulai dari sebelum (pra) proses belajar membelajarkan IPS iti dilaksanakan, selama prose situ berjalan atau di tengah-tengah (mid) proses berlangsung, dan setelah (pasca) proses tersebut berakhir. 3) Asas objektif
Evaluasi pembelajaran IPS mensyaratkan bahwa evaluasi itu menilai dan mengukur apa adanya. Selaku guru IPS wajib memberlakukan bahwa peserta didik memiliki peluang dan kesempatan yang sama.
MODUL 2 SEJARAH PERKEMBANGAN IPS Sejarah perkembangan IPS secara umum IPS adalah terjemahan dari social Studies.Untuk mengetahui perkembangan IPS ini, tentu kita harus melihat sejarah perkembangan social studies yang berkembang di Amerika Serikat. Perkembangan pemikiran ini dapat dilihat diberbagai karya Akademis yang dipublikasikan oleh National councilv for the social studies ( NCSS ) Definisi tentang “Social Studies”menurut Edgar Bruce Wasley pada tahun 1937 ( barr , Bart dan Shermis , 1977:12 ) yaitu “the social studies are the social sciences simplified for pedagogical purposes “.Social studies adalah ilmu-ilmu social yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan.Pengertian ini dikemudian dibakukan bahwa”social studies”meliputi aspek aspek sejarah,ilmu ekonomi, ilmu politik , sosiologi , antropologi, psikologi, ilmu geografi dan filsafat. Bila dianalisis dengan cermat . didalam pengertian awal,”social studies”tersebut diatas terkandung hal-hal sebagai berikut : 1. social studies merupakan turunan dari ilmu-ilmu social 2. Disiplin dikembangkan untuk memenuhi tujuan pendidikan / pembelajaran baik pada tingkat persekolahan maupun pada tingkat pendidikan tinggi 3. Aspek-aspek dari masing-masing disiplin uilmu social itu perlu diseleksi sesuai tujuan tersebut Antara tahun 1940-1950 NCSS mendapat serangan yang berkisar pada pertanyaan mesti tidaknya social studies menanamkan nilai dan ikap demokratis kepada para pemuda. Hal itu tumbuh sebagai dampak yang melahirkan tuntutan bagi sekolah untuk berpartisipasi dalam mayarakat demokratis. Pada tahun 1960-an, timbul suatu gerakan akademis yang mendasar dalam pendidikan, yang secara khusus dapat dipandang sebagai suatu revolusi dalam social studies.Yang dipelopori oleh para sejarawan dan ahli-ahli ilmu social.Kedua kelompok ilmuan tersebut terpikat oleh social studies, antara lain karena pada saat itu pada pemerintah federal menyediakan dana yang sangat besar untuk perkembangan kurikulum. Namun demikian sampai tahun 1970-an ternyata gagasan untuk mendapatkan the new spcial studies belum menjadi kenyataan.Isu yang terus menrpa social studies. Pada tahun 1940-1960 ditegaskan oleh Barr,dkk, ( 1977:36 ) yaitu terjadinya tarik menarik antara dua visi socisl studies, disatu pihak adanya gerakan mengintegrasi diberbagai disiplin ilmu social untuk tujuan citicenship education.Dilain pihak,terua bergulirnya gerakan pemisahan berbagai disiplin ilmu social yang cenderung memperlemah konsepsi social studies education.
Pda tahun 1955terjadi terobosan besar , demikian diungkapkan Barr,dkk.( 1977:37 ) berupa inovasi Maurice Hunt dan Lawrence Metcalf yang mencoba melihat cara baru dalam pengintegrasian pengatahuan dan keterampilan ilmu social untuk tujuan citizenship education. Tekanan perubahan lain yang juga cukup dahsyat muncul pada tahun 1957 dalam bentuk upaya komperenhansip untuk mereformasi social studies.Pemicu perubahan tersebut adalah keberhasilan Rusia meluncurkan pesawat ruang angkasa “sputnik”yang telah membuat Amerika menjadi panic dan merasa jauh tertinggal dari Rusia. Gerakan the new social studies yang menjadi pilar dari mpermukaan social studies pada tahun 1960-an , bertolak dari kesimpulan bahwa social studies dinilai sangat tidak efektif dalam mengajarkan substansi yang mempengaruhi perubahan sikap para siswa.Oleh karena itu, para ilmuan dalam hal ini sejarawan dan ahli-ahli ilmu social bersatu padu untuk bergerak meningkatkan social studies kepada taraf higher level of intellectual pursuit ( Barr,dkk.1977:42 ) yakni mempelajari ilmu social secara mendasar dengan orientasi baru tersebut maka dimulailah era modus pembelajaran social science education. Pada dasa warsa 1960-an tercata (Barr,dkk:45) adanya perubahan orientasi pada disiplin akademik yang terpisah pisah kesuatu upaya untuk mencari hubungan interdisipliner. Untuk ini The social studies curriculum center at Syracuse mengindentifikasi 34 konsep dasar yang di gali dari sejumlah ilmu social yang dinilai perlu diajarkan disekolah. Pada dasa warsa 1970-an , demikian direkam Barr,dkk (1877:46) terjadi pertemuan social studies yang serupa dengan perkembangan sebelumnya.Para ahli ternyata mendapatkan kesimpulan yang sama yakni terlepas dari upaya pemerintah belum banyak terjadi perubahan disekolah Barr,dkk(1978:1917) Jika dilihat dari visi, misi strateginya ,Barr,dkk (1978:1917) social studies telah dan dapat dikembangkan dalam tiga tradisi yakni social studies taught as citizenship transmission, sogialstudies tought as social science, and social studies tought asreflegtive inguiry.Masing masing tradisi tersebut daoat dijelaskan sebagai berikut: Tradisi citizenship transmission merujuk pada suatu modus pembelajaran social yang bertujuan untuk mengembangkan warga Negara yang baik yang ditandai oleh confoms to certain accepted practices, hold particular belief, isloyal to certain values, participates in certain activities. And conform to norm which are often local to character. Seadngkan tradisi social science merupakan modus pembelajaran social yang juga mengembangkan karakter warga Negara yang baik, yang ditandai oleh kemampuannya dalam melihat dan mengatasi masalah-masalah social dan personal dengan menggunakan visi dan cara kerja ilmuan social . Dilain pihak tradisi revlective inguiry merupakan modus pembelajaran social yang menekankan pada hal yang sama yakni pengembangan waraga Negara yang baik dengan criteria yang berbeda yaitu
dilihat dari kemampuannya.Jika dilihat dari definisi dan tujuannya, social menurut laporan tersebut terkandung dalam hal sebagai berikut: • • • •
pertama social studies merupakan mata pelajaran dasar diseluruh jenjang pendidikan persekolahan. Kedua tujuan utamamata pelajaran ini ialah mengembangkan siswa untuk menjadi warga Negara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan. Ketiga konten pembebelajarannya digali dan diselaksi dari sejarah dan ilmu-ilmu social Keempat pembelajarannya menggunakan cara-cara yang mencerminkan kesadaran pribadi , kemasyarakatan , pengalaman budaya perkembangan siswa.
Pada tahun 1992 the bord of direction of the nationa council for the social studies mengadopsi visi terbaru mengenai social studies yang kenudian diterbitkan dalam dokuman resmi NCSS pada tahun 1994 dengan judul Expectations of excellence: curriculum standart of social studies.Dokumen ini nampaknya yang sedang mewarnai pemikiran dan praksid social studies di Amerika Serikat saat ini. Didalam dokumen teresbut ( NCSS, 1994:13) diadopsi pengertian social studies sebagai berikut: Secara essensial terkandung visi, misi, dan strategi pendidikan social studies yang mengokohkan kristalisasi pemikiran yang lebih solid dan kohesif dari pakar dan praktisi yang tergabung dalam NCSS.Yang secara social akademik sangat berpengaruh di Amerika serikat, yang juga biasanya memberi dampak yang sangat signifikan terhadap pemikiran dan praksis dalam bidang itu dan Negara lain. Sebagai rambu-rambu dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan setrategi baru social studies tersebut, NCSS (1994) menggariskan hal-hal sebagai berikut: Pertama program social studies mempunyai tujuan pokok yang ditegaskan kembali bahwa civic competence itu bukanlah menjadikan tanggung jawab dari social studies . Kedua program social studies dalam dunia pendidikan persekolahan mulai dari taman kanakkanak sampai dengan pendidikan menengah ditandai oleh keterpaduan know ladge, skill, and attitudes within and cross disciplines ( NCSS.1994:3 )hal ini memberikan dasar bahwa pendidikan social studies memiliki dua akternatif yakni yang bersifat monodisipliner. Pda kelas rendah ditekankan pada social studies yang mengintegrasikan beberapa disiplin yang bertolak dari suatu tema tertenru misalnya tema tine, continutity, an cange sedangkan pada kelas lanjutan dan menengah program social studies dapat diteruskan dengan mengintegrasikan secara interdisipliner yang sering disebut dengan secara interdisciplinary yang lebih luas. Ketiga program social studies dititikberatkan pada upaya membantu siswa dalam construcl a know base and attitudes drawn from academic diciplines as specialized ways of viewing reality ( NCSS ,1994:4). Disini siswa di perankan bukan sebagai penerima pengetahuan yang pasif, tetapi sebagai pembangun pengetahuan dan sikap yang aktif melalui cara pandang escara akademik terhadap realita Keempat program social studies mencerminkan “The chaging nature know , ledge, fostering entirely now and highly integrated approfe dres to resolving issue of significance to humanity”(NCSS 1994:5) dengan begitu hakikat pengetahuan yang semula dilihat secara kotakkotak kini harus dilihat secara terpadu yang menuntun perlibatan sebagai disiplin.
KEGIATAN BELAJAR 2 Sejarah Perkembangan IPS
Untuk menelusuri perkembangan pemikiran / konsep Pendidikan IPS di Indonesia secara histories epistomologis terasa sangat sukar karena ada dua alasan 1. Di Indonesia belum ada profisional bidang pendidikan IPS seperti NCSS ( national Council for the social studies) 2. Perkembangan kurikulum dan pembelajaran IPS sebagai ontology ilmu pendidikan ( disiplin ) IPS sampai saat ini sangat tergantung pada pemikiran individual / kelompok pakar yang ditugasi secara incidental untuk mengembangkan perangkat kurikulum IPS melalui pusat pengembangan kurikulum dan sarjana pendidikan badan penelitian perkembangan ( BALITBANG DIKNAS ) dan pusat kurikulum ( purkur ) Istilah IPS untuk pertama kalinya muncul dalam seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo, dalam winata putra, 1972; 42 ada 3 istilah yang muncul dan digunakan secara bertukar pakai ( in tere hangeably ), yaitu: 1. Pengetahuan social 2. Studi social 3. Ilmu Pengetahuan Social Ketiga istilah tersebut diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah social yang dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar masalah-masalah social itu dapat dipahami oleh siswa. Konsp IPS untuk pertama kalinya masuk kedalam dunia persekolahan terjadi pada tahun 19721973,yakni dalam kurikulum proyek perintis Sekolah Pembangunan( PPSP ) IKIP Bandung. Dalam kurikulum SD PPSP diartikan sama dengan pendidikan kewarganegaraan ,sedangkan dalam kurikulum sekolah menengah 4 tahun, digunakan istilah 1. Studi Social 2. Pendidikan kewarganegaraan 3. Civies dan hokum Pada tahap ini konsep pendidikan IPS diwujudkan dalam 3 bentuk , yaitu: 1. Pendidikan IPS , terintegrasi denagn nama pendidikan kewargaan Negara / Studi Social 2. Pendidikan IPS terpisah , dimana istilah IPS hanya digunakan sebagai konsep ,payung untuk mata pelajaran geografi, sejarah dan ekonomi. 3. Pendidikan kwargaan Negara sebagai suatu bentuk Pendidikan IPS khusus, yang dalam konsep tradisi Social Studies termasuk “Citizenship Trans Mission”(Barr , dkk;1978) Konsep pendidikan IPS tersebut kemudian memberi Inspirasi terhadap kurikulum
1975 , menampilkan 4 profil, yakni : 1. Pendidikan moral pancasila menggantikan kewargaan Negara sebagai suatu bentuk pendidikan IPS khusus yang mewadahi tradisi citizenship transmission 2. Pendidikan IPS terkonferdasi untuk SNIP yang menempatkan IPS sebagai konsep paying yang menaungi mata pelajaran geografi ,sejarah dan ekonomi koperasi. 3. Pendidikan IPS terpadu untuk sekolah dasar 4. pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah , geografi , ekonomi, untuk SMA atau sejarah dan Geografi untuk SPG Secara konseptual mata pelajaran ini masih tetap merupakan bidang pendidikan IPS yang khusus mewadahi tradisi citizenship transmission dengan muatan utama butir-butir pancasila yang diorganisasikan dengan menggunakan pendidikan spiral of concept development ala Taba dan expanding evirenment approach ala Hanna dengan bertitik tolak dari masing-masing sila pancasila. Dalam kurikulum 1994, mata pelajaran social khusus yang wajib diikuti semua siswa ( SD, SLTA, SMU ) sedang mata pelajaran IPS diwujudkan dalam : 1. Pendidikan IPS terpadu di SD kelas III-VI 2. Pendidikan IPS terkonfederasi di SLTA yang mencakup materi geografi , sejarah dan ekonomi koperasi 3. Pendidikan terpisah, yang mirip dengn tradisi “Sosial Studies” Dilihat dari tujuan setiap mata pelejaran sama / memiliki tujuan yang bervariasi 1. Sejarah, untuk menanamkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat masa lampau hingga masa kini 2. Ekonomi, untuk memberikan pengetahuan konsep-konsep dan teori sederhana untuk menjelaskan fakta , peristiwa dan masalah ekonomi yang dihadapi. 3. Sosiologi, untuk memberikan kemampuan secara kritis berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari yang muncul. Seiring dengan perubahan masyarakat dan budaya. 4. Tata Negara, untuk meningkatkan kemampuan agar siswa memahami penyelenggaraan Negara sesuai dengan tata kelembagaan Negara, tata peradilan, sistim pemerintahan Negara RI maupun Negara lain. 5. Antropologi, untuk memberikan pengetahuan mengenahi proses terjadinya kebudayaan , pemanfaatan dan perwujudan dalam kehidupan sehari-hari. M.Numan Somantri selaku pakar dan ketua HISPISI, kembali menegaskan adanya 2 versi PIPS. Sebagaimana dirumuskan dalam pertemuan Yogyakarta tahun 1991 Versi PIPS untuk pendidikan dasar dan menengah ; PIPS adalah penyederhanaan, adaptasidari disiplin ilmu-ilmu social dan humairo, serta kegiatan dasar manusia, yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan pedagagis / psikologis untuk tujuan pendidikan. Versi PIPS untuk jurusan pendidikan IPA-IKIP
PIPS adalahseleksi dari disiplin ilmu-ilmu social dan humaninior serta kegiatan dasar manusia yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Dilihat dari perkembangan pemikiran yang berkembang di Indonesia sampai saat ini pendidikan IPS terpilih dalam 2 arah : 1. PIPS, untuk persekolahan dan dasarnya merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu social , dan humaiora yang diorganisasikan secara psikopedagogis untuk tujuan pendidikan persekolahan 2. PDIPS, untuk perguruan tinggi, pda dasarnya merupakan penyelecsian dan pengorganisasian secara ilmiah dan meta psikopedagogis dari ilmu social, humaniora dan disiplin lain yang relevan untuk tujuan pendidikan professional guru IP PIPS untuk dunia persekolahan terpilah menjadi 2 versi / tradisi 1. Tradisi citizenship transmission dalam banyak mata bentuk mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dan sejarah Indonesia 2. Tradisi social science dalam bentuk mata pelajaran terkonfenderen untuk SLTA, dan IPS terpisah-pisah untuk SMU Secara filsafat ilmu pengetahuan bagian dari pengetahuan, yakni pengetahuan bersifat ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang terorganisasikan dan bersistem yang digali dan dibangun dengan menggunakan pendekatan ilmiah menurut Golmark ( 1968, dalam bank, 1977:16 ) yaitu “Bahwa suatu kebenaran tidaklah mutlak dan tidak berubah , akan tetapi merupakan suatu kesimpulan yang disepakati komutis yang memahaminya dengan baik dan menghasilkan sesuatu. Suatu metide ilmiah mempunyai cirri-ciri : Systematyzed, Precise, expanding, testable, open itu public judgment, demans responsibility dan reconstructable. Bidang pengetahuan yang bersifat ilmiah ini dikenal sebagai suatu disiplin ilmu. - Logika disiplin ilmu seperti di kemukakan oleh Gold mark pada dasarnya mencerminkan apa yang menjadi telaah dan bagaimana pengetahuan itu digali dan dikembangkan dengan mengikuti prinsip dan prosedur yang baku . Dalam wacana filsafat pengetahuan ( suriasumantri, 1984 , 1986 )
Terang tersebut dikenal sehingga “landasan antologi dan epistemology” - Logika eksternal seperti dikemukakan oleh Dufty ( 1967 ) dan Somantri ( 1998 ) pada dasarnya mencerminkan seharusnya pengetahuan itu digunakan sehingga memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakan Negara , apabila mungkin terhadap masyarakat dunia. Dalam wacana filsafat pengetahuan kerangka pemikiran teresbut dikenal sebagai “ Landasan Aksiologi “
PDIPS tersebut sebagai berikut: 1. Karakteristik potensi dan perilaku belajar siswa SD, SLTP, dan SMU
2. Krakteristik potensi dan perilaku belajar mahasiswa FPIPS-IKIP atau JPIPS-STKIP / FKIP 3. Kurikulum dan bahan belajar IPS SD, SUP, dan SMU 4. disiplin ilmu-ilmu social , humaniora, dan disiplin lain yang relevan. 5. Teori, prinsip, strategi, media dan evaluasi pembelajaran IPS. 6. Masalah-masalah social dan masalah ilmu dan teknologi yang berdampak social . 7. Norma agama yang melandasi dan memperbuat profesionalisme Paradigma pembangunan pengetahuan dalam bidang PDIPS Hal yang dimaksud dengan paradigma adalah accepted pattern or model : ( kuhn:1970 ). Ser ofperasional paradigma pembangunan pengetahuan dalambidang PDIPS diartikan sebagai pola pikir , pola sikap , dan pola tindak yang tertata secara utuh yang seyogyanya digunakan oleh para pakar / ilmuan PDIPS dalam melakukan kegiatan” Kontruksi, interprestasi , tranformasi dan rekontruksi ( KITR )”pengetahuan sampai pda akhirnya ditemukan teori ( Sanusi, 1998 : 19 )
Teori inilah yang pda gilirannya membangun suatu system pengetahuan / disiplin ilmu . Namun demikian disiplin itu sendiri tidak dapat dipandang hanya sebagai akumulasi informasi , fakta ,teori / paradigma.Melainkan system berfikir.