1
Mobil SMK dan Rambut Risca Risca Feronica Alfa, indah nian namanya. Usia 21 tahun. Lulus Es Em Ka (SMK) tiga tahun lalu. Bagi Risca (dia minta dibaca : Riska), cerita mobil SMK anak-anak Solo itu adalah berita biasa-biasa saja. Anak-anak SMK sudah lama luar biasa. Kalau ada yang menganggap perakitan mobil itu luar biasa, itu karena yang bersangkutan baru tahu. Itu saja! Sebab, bukan sekedar merakit mobil, merakit laptop, membuat komponen, tetapi mereka juga sudah mampu merakit dan membuat sebagian komponen pesawat terbang. Merakit dan membuat komponen pesawat terbang jauh lebih rumit daripada merakit dan membuat komponen mobil. Model pembelajaran di SMK sangat dekat dengan pembelajaran di universitas kehidupan. Melihat, mendengar, membaca, melakukan, mengamati, mendiskusikan, mengevaluasi, memperbaiki, menyempurnakan, mencoba lagi dan terus mencoba, dan terus mengevaluasi dan sampai bisa. Orang pun dibuatnya terkesima. Orang awam saja yang menganggap SMK itu tempat belajar sekretari, akuntansi dan penjualan/pemasaran. Padahal di Kalimantan Timur ini sudah lebih dari 120 SMK didirikan dengan 50-an bidang/program keahlian. Ada program keahlian usaha jasa pariwisata, tataboga, tatabusana, akomodasi perhotelan, tata kecantikan rambut, tata kecantikan kulit, budi daya ternak, budi daya perikanan laut, budi daya tanaman, dan pekerja sosial. Bukan hanya itu, di Kaltim pun terdapat program keahlian teknik gambar dan bangunan, teknik perkayuan, teknik listrik instalasi, teknik listrik pemakaian, teknik elektronika pemakaian, teknik elektronika komunikasi, teknik mesin perkakas, teknik mekanik otomotif, survey dan pemetaan, geologi pertambangan, pemasangan dan perbaikan mesin kapal, teknik informasi komersial. Jika tidak cukup puas dan belum cocok dengan minat, masih ada program keahlian lainnya seperti : teknik konstruksi bangunan, teknik alat-alat berat, 1
2
teknik kapal niaga, nautika kapal niaga, kimia industri, analisis kimia, kriya logam, kriya kayu, kriya keramik, kriya tekstil, teknik mekanik industry umum, multi media, teknik computer dan jaringan, rekayasa perangkat lunak. Selain itu, program keahlian yang bisa diikuti adalah nautika kapal penangkapan ikan, teknik pendingin dan tata udara, perbankan, teknologi hasil pertanian, persiapan grafika, teknik kapal penangkap ikan, teknik informatika, teknik pengolahan hasil perikanan, budi daya rumput laut, budi daya perikanan laut dan permesinan. Kalau anak-anak SMK mampu merakit dan membuat komponen mobil, maka itu biasa-biasa saja. Karena, mobil itu adalah kumpulan komponen yang dirakit. Komponennya itu dipelajari melalui program keahlian yang jumlahnya di Kaltim saja lebih dari 50 dari ratusan program keahlian yang tersedia di SMK. Kolaborasi anak-anak SMK dalam berbagai program keahlian itu adalah sebuah keniscayaan untuk merakit dan membuat komponen mobil. Bagi Risca, merakit dan membuat komponen mobil jauh lebih mudah dikuasai dari pada mengurus kecantikan rambut manusia. Ia juga lulusan SMK. Karena itu, ia tahu bahwa mengurus kecantikan rambut lebih sulit dari pada mengurus barang. Mencoba-coba, mengulang-ulang dalam membuat komponen mobil, katanya, tidak banyak risikonya. Barang yang diuji coba hanyalah benda mati yang tidak bisa mengelak, menolak dan berontak. Akan tetapi, rambut orang tidak bisa semena-mena diperlakukan. Salah urus badan bisa jadi kurus karena stress dicaci pelanggan. Salah rawat bisa minum obat karena sakit dihujat pelanggan yang kecewa berat. Rambut manusia masa kini, minta ampun rumitnya. Dulu, paling banter seseorang minta dipotong rambutnya, disemir (tonik), dan dikeriting. Sekarang, rambut yang kriting minta diluruskan (rebonding). Rambut hitam minta dipirang, dihijau, dikuning, dimerah atau diungukan. Rambut panjang minta dipendekkan. Rambut pendek minta disambungkan. Rambut rontok 2
3
minta dirawat agar bisa lebih kuat.Tidak berambut minta dirambutkan (ditanami rambut) tidak peduli berapa ongkos yang harus dikeluarkan. Model rambut—baik pria maupun wanita—terus berubah. Perubahan itu terjadi setiap tahun. Karena itu, janganlah heran bahwa model rambut, terutama wanita, setiap tahunnya berubah dan perubahan terbaru dianggap lebih keren, sweety dan cantik dibanding model rambut tahun sebelumnya. Tahun 2012 ini misalnya, model rambut model artis Korea menjadi trend di Indonesia. Ada model rambut tomboy, medium, punk, dan emo dan setiap model ini memiliki varian masing-masing. Anak-anak SMK program keahlian tata kecantikan rambut tentu bisa menyesuaikan kecenderungan model rambut sesuai dengan keinginan pelanggan sepanjang selama dididik ia memiliki ketersediaan. Ketersediaan guru atau pembimbing yang memenuhi kompetensinya. Ketersediaan sarana pembelajaran untuk mencapai tujuan. Ketersediaan sarana pembelajaran tidak bisa diterjemahkan sebagai ruang kelas, papan tulis, meja dan kursi. Ketersediaan sarana pembelajaran yang dimaksud di sini adalah alat dan bahan praktik bagi program keahlian tata kecantikan rambut. Program keahlian tata kecantikan rambut tidak akan menghasilkan keluaran (out put) yang memiliki kompetensi bila diasuh oleh guru atau pembimbing yang kompeten, tidak dididik dan dilatih dengan waktu yang cukup dan sarana pembelajaran yang memadai. Kalau ada SMK yang tidak memiliki ketersediaan tenaga pendidik yang kompeten, waktu praktek yang sedikit, sarana pembelajaran yang minim atau bahkan nyaris tiada, maka itu bukan SMK program keahlian tata kecantikan rambut. Itu adalah SMK ‘Sastra’. Risca, lulusan SMK tata kecantikan rambut tiga tahun lalu itu kini sukses sebagai pengusaha. Salon kecantikannya telah tumbuh dan berkembang. Ia telah memiliki tiga cabang usaha yang sama dengan nama yang sama di kota ini. Pelanggannya sudah juga naik kelas. Bukan saja a be ge dan ibuibu muda, tetapi juga ibu-ibu pengusaha dan penguasa. 3
4
Pada saat-saat puncak kariernya inilah musibah itu datang. Komplain semakin banyak ia terima. Keluhan pelanggan semakin terbuka. Mereka menyampaikannya bukan lagi lewat sms, e-mail tapi juga lewat up date status facebook mereka. Meski tidak disebutkan nama salonnya, tapi Risca tahu yang dimaksud pastilah salon kecantikannya. Karyawannya silih berganti. Ada yang ‘terpaksa’ diberhentikan adapula yang berhenti dengan sendirinya. Empat puluh dua karyawannya di tiga tempat usaha itu, 60 persen lulusan SMK. Kompetensi mereka lebih memadai disbanding dirinya, karena ia dilahirkan oleh SMK setengah sastra. Karyawannya dilahirkan oleh SMK dengan guru, alat praktek dan waktu latihan yang lebih tersedia. “Bukan soal potongannya, Non. Bukan pula cara mencucinya. Itu lho, masak dia sambil nyuci rambutku sambil BBM-an. Tawanya terbahakbahak, aku jadi nggak enak.” Begitu keluh bu Arisna kepada Risca tentang ulah karyawannya. Itu hanya salah satu keluhan. Hari ini, tiga keluhan ia terima. Keluhan pertama soal karyawannya yang menerima tamu sambil mempertontonkan mulutnya yang penuh dengan makanan. Keluhan kedua soal karyawannya tidak segera melayani karena sibuk menerima telepon padahal telepon itu hanya soal janji pertemuan makan malam dengan lawan bicaranya. Keluhan ketiga, ada karyawannya yang ketus menjawab pertanyaan pelanggan, hanya karena pelanggan itu bertanya ada berapa macam merk pewarna rambut dan berapa pula harganya. “Masak saya malah ditanya, ibu ini mau tonik atau mau jual beli bahannya? Saya tersinggung dong, Non” kata pelanggan itu mengeluhkan pelayanan karyawan Risca. Malam sudah larut. Wakar sudah memukul lonceng di pos jaga 12 kali. Risca belum juga mengantuk. “Bisa bangkrut kalau begini” keluh Risca kepada dirinya sendiri. Ia telah bekerja keras dan cerdas membangun usaha ini. Salon ini dulu dimulai di rumah mendiang kedua orang tuanya. Di gang becek, sempit dan kumuh. 4
5
Keahlian, ketelitian, kesabarannya telah mengubah salon di gang becek itu ke jalan raya. Salon itu dijalankan oleh nakhoda dan karyawan yang kompeten. Pelanggan dimanjakan di ruang dengan interior bernuansa modern dan futuristik. Pelanggan dilayani di ruang yang sejuk dan harum. Akan tetapi, semua itu ternyata tidak cukup. Kompetensi dan ketersediaan sarana diartikan layanan itu sudah paripurna. Kenyataannya, keluhan bertambah dan tak satupun mengeluhkan skill karyawannya. Mengurus rambut jauh lebih sulit dari merakit atau membuat komponen mobil SMK seperti ramai diberitakan media massa. Yang dirakit tidak pernah marah, tidak berkeluh kesah. Kalau tidak sesuai standar, tidak laik, ulang lagi dan coba lagi, evaluasi lagi, sempurnakan lagi. Mana ada orang yang dipotong rambutnya dicoba-coba, diulang-ulang, dievaluasi dan nanti baru disempurnakan lagi. Kalaupun tidak ada masalah dalam hal pemotongannya atau cara memotongnya, keluhan bisa datang justru dari melayaninya. “Ternyata, kecekatan, keramah-tamahan, kesopanan baik ucapan maupun perlakuan lebih berarti dari pada kompetensi menata rambutnya. Jadi benar dong kalau dulu guruku mengatakan, 90 persen orang di-PHK bukan karena knowledge dan skill-nya, melainkan karena kepribadiannya”, begitu kata Risca dalam hati. Kesimpulan itu barangkali yang membuatnya tak merasa terusik oleh dentang lonceng 2 kali pertanda ambang dini hari. Ia tersenyum sendiri dan kemudian terlelap dengan nyenyaknya.***
5