ISSN 0854-2554 JIK TekMin, Volume 2 Nomor 1, 2016
1
Mineralisasi Dan Prospeksi Urat Polimetalik (Pb-Zn-Cu-Au) Daerah Bukit Pondok (Bekas Tambang VOC Tahun 1902) Tanah Tidung, Kalimantan Timur Fadlin1 dan Adi Candra1 Jurusan Teknik Geologi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Kampus Blater Jl. Mayjen Sungkono km 5, Kalimanah, Purbalingga E-mail:
[email protected]
1
ABSTRAK Daerah penelitian merupakan jalur busur magmatik Kalimantan yang berumur Paleosen-Tersier Tengah, yang secara regional merupakan jalur metalogenik (Metallogenic Province) sehingga sangat menarik utnuk dilakukan kajian keberadaan potensi logam. Tujuan penelitian yaitu untuk mempelajari karakteristik mineralisasi endapan logam serta akhirnya memberikan informasi kepada pemerintah setempat mengenai endapan logam yang ada di daerah studi, sehingga pemerintah dapat meningkatkan pendapatan daerah, diantaranya dengan mengoptimalkan sumberdaya mineral yang ada. Metode penelitian yang dilakukan yaitu pemetaan geologi permukaan yang dikonsentrasikan pada pemetaan urat untuk menentukan orientasi serta geometrik urat yang berkembang di daerah penelitian dan juga dilakukan random sampling pada urat maupun batuan samping untuk dilakukan analisis geokimia dengan metode AAS (Atomic Absortion Spectofotometry) di Laboratorium Intertek. Daerah penelitian tersusun oleh satuan tuff klastika yang diterobos oleh intrusi dasit dan andesit. Mineralisasi di daerah ini cukup luas dan sangat intensif, hampir semua dapat ditemukan pada batuan samping. Alterasi hidrotermal pada daerah penelitian dibagi menjadi dua tipe utama meliputi: 1.) argilik alterasi (silika-mineral lempung ”kaolin”) dan 2.) propilitik, sedangkan mineralisasi bijih pada daerah penelitian berupa logam dasar Sfalerit (ZnS), galena (PbS) dan kalkopirit (CuFeS2 ) yang hadir pada urat kuarsa maupun pada batuan samping yang termineralisasi. Urat kuarsa di daerah penelitian ini memiliki ciri-ciri berwarna coklat– putih susu, dengan ketebalan 5–600 cm. Tekstur urat yang berkembang yaitu banded, chalcedonic dan massive cockade breccia. Pola urat kuarsa pada daerah ini relatif berarah Barat-Timur dengan kedudukan strike berkisar N270° E – N300 dan dip rata-rata > 60o . Hasil analisis geokimia (AAS-Fire Assay) urat kwarsa dan batuan menunjukan kehadiran unsur logam dasar (Pb, Zn dan Cu) serta logam mulia (Au dan Ag) yang cukup menarik terutama pada daerah Bukit Pondok yang pernah dilakukan penambangan oleh Belanda tahun 1902. Kata kunci : Mineralisasi, Polymetallic vein, eksplorasi, logam dasar, Bukit Pondok. ABSTRACT The research area is one of a trajectories Borneo magmatic arc (Paleocene-Middle tertiary) that is regionally occupied as Metallogenic Province so that much more fascinating for study of metal occurence. The aim of this reaearch is take up characteristics of mineralization and providing insight for local goverment about the resources of metal that it can be increased a local revenue such as optimalization of existing mineral resources. The method of research based on geological surface mapping in particular vein mapping for determining orientation and geometric of veins that also conducted random sampling in both the veins and wall rock which figure out geochemical characteristics by Atomic Absorption Spectro scopy (AAS) method at Intertek Laboratory. Litology of research area composed by clastical tuff that intruded by dacite and andesite intrusion. Mineralization in this area is sample and intensely that was found on the wallrock. Hydrothermal alteration can be divided into 1) argillic (silica-clay “kaolin”) and 2) prophylitic meanwhile the ore mineralization was formed by Sphalerite (ZnS), Galena (PbS) and Chalcopyrite (CuFeS2) that have presently in both on quartz veins and wallrock mineralization. Quartz characteristics is brown and pale white, 5-600 cm in thickness. Veins texture are banded, chalcedonic and massive cockade breccia. The pattern of quartz vein is relatively directed east-west with strike N270° E - N300°E and dip >60°. The results of geochemical analysis was pointed out both quartz veins and rocks that are shown elements of basic metals (Pb, Zn and Cu) and precious metals (Au and Ag) particularly at Bukit Pondok area that was mined in 1902 by Dutch. Keywords: mineralization, polymetallic vein, exploration, base metal, Bukit Pondok .
Fadlin, Adi Chandra
2
ISSN 0854-2554 JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016
I. PENDAHULUAN Secara administratif daerah penelitian termasuk dalam Desa Buongbaru, Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tanah Tidung, Propinsi Kalimantan Timur (Gambar. 1). Daerah penelitian merupakan jalur sabuk magmatik berumur paleosen-tersier tengah yang telah tererosi, sehingga pembentukan endapan mineral hidrotermal muncul ke permukaan. Secara regional daerah penelitian merupakan jalur metalogenik (Metallogenic Province), sehingga menarik untuk dilakukan kajian keberadaan potensi logam. Lokasi penelitian pernah dieksploitasi oleh Belanda pada tahun 1902 (Sukirno Djaswadi, 1997), dengan komoditi utama berupa logam dasar Pb-Zn. Tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi karakteristik mineralisasi endapan logam daerah Bukit Pondok serta memberikan informasi kepada pemerintah setempat mengenai potensi endapan logam yang ada di daerah penelitian. Dalam hal ini pemerintah daerah dapat meningkatkan pendapatan daerah dengan cara mengoptimalkan sumberdaya mineral yang ada. a
b
Lokasi Penelitian
Gambar 1. a.)Lokasi daerah penelitian pada sabuk magmatik Indonesia (Carlile,J.C and Mithell,A.H.G., 1994). b.)Peta daerah penelitian pada administratif Tana Tidung (www.tanatidungkab.go.id).
laboratorium serta kompilasi data dan interpretasi yang dijelaskan sbb: a. Studi pustaka Pengumpulan data sekunder dan pengkajian literatur penelitian terdahulu. b. Pekerjaan lapangan dan pengambilan conto. Pemetaan geologi dan pemetaan penyebaran zona mineralisasi serta pengambilan contoh terpilah. c. Preparasi conto dan analisis laboratorium. Preparasi conto dilakukan pada laboratorium internasional PT. Intertek Lab Jakarta, dengan menggunakan analisis geokimia AAS metode fire assay. d. Kompilasi hasil penelitian dan interpretasi. Kompilasi hasil penelitian lapangan dan analisis laboratorium serta kajian pustaka untuk menjelaskan kondisi geologi dan mineralisasi hidrotermal pada daerah penelitian. III. HASIL PENELITIAN III.1. Stratigrafi daerah penelitian Satuan liologi daerah penelitian dari tua ke muda tersusun oleh satuan tuf klastika, intrusi andesit dan dasit (Gambar 9). Satuan tuf klastika merupakan satuan yang tertua di daerah penelitian, merupakan batuan sedimen vulkanik hasil produk erupsi gunungapi. Satuan ini diintrusi oleh batuan beku andesit (intermediet). Kedua satuan batuan tersebut merupakan wallrock bagi pengkayaan mineralisasi bijih di daerah penelitian, dan merupakan salah satu field oriented atau penciri untuk endapan emas sistim endapan epitermal sulfida rendah (Silitoe, 1999; Hedenquist 2000). Fase selanjutnya sebelum kegiatan alterasi dan mineralisasi hidrotermal terjadi, terlebih dahulu kedua satuan batuan, yakni tuf klastika dengan andesit terdeformasi cukup kuat oleh aktivitas tektonik, dalam hal ini terkekarkan hingga terpatahkan. Pada fase terakhir terbentuk batuan beku dasit dan mengintrusi satuan tuf klastika maupun andesit dan membawa cairan sisa magma (hydrothermal fluids) bersama mineral-mineral logam berharga, kemudian mengisi kedalam fracture-fracture maupun pori batuan samping. Karakteristik satuan batuan dari tua ke muda di daerah penelitian dapat dijelaskan seperti dibawah ini : 1. Tuf klastikal. Satuan ini tersebar merata di daerah penelitian, kenampakan di daerah penelitian yaitu berwarna abu-abu cerah-kusam, tekstur masif dan berlapis , sebagian terubahan, komposisi mineral kuarsa sekunder, klorit dan logam sulfIda seperti pirit, kalkopirit, galena dan spalerit, (Gambar 2).
II. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam kegiatan ini dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu mulai dari studi pustaka, pekerjaan lapangan dan pengambilan conto, preparasi conto dan analisis
Fadlin, Adi Chandra
ISSN 0854-2554 JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016
3
3. Dasit Hadir sebagai intrusi warna lapuk abu-abu cerah, warna dengan komposisi fenokris plagioklas, kwarsa dan muskovit dalam massa dasar, mengalami ubahan atau teralterasi cukup kuat (Gambar 4).
a Tuf
a
b
Dasit
b Mineral sulfida
Gambar 2. a.)Singkapan satuan Tuf, b.)Megaskopis Tuf dengan mineralisasi logam sulfida. 2. Andesit Hadir sebagai intrusi, s ecara megaskopis berwarna abu-abu, tekstur porfiro afanitik, komposisi plagioklas dan piroksin dalam massa dasar halus, teralterasi cukup kuat, hadir mineralmineral sulfida yang mengisi pada fracturefracture dan cukup intensif (Gambar 3). a
Andesit
b
Epidot
Mineral sulfida
Gambar 3. a)Kenampakan intrusi andesit, (b)Megaskopis andesit termineralisasi.
Gambar 4. a.)Singkapan Megaskopis dasit.
intrusi
dasit,
b.)
III.2. Struktur Geologi daerah penelitian Struktur merupakan salah satu factor/indicator penting dalam pengkayaan suatu mineralisasi mineral logam dalam kaitanya dengan tingkat permeabilitas batuan, dimana tingkat permeabilitas batuan akan semakin tinggi apabila batuan tersebut terekahkan dibanding dengan yang massif dan tidak terekahkan, Lawless (1996). Daerah penelitian tersebar kekar-kekar hasil gaya extension yang cukup intensif sehingga dapat menjadi media enrichment (Evans, 1993). Mineralisasi mineral logam yang mengisi dan terakumulasi dalam fracture atau rekahan yang berukuran halus hampir semua dapat ditemukan pada wall rock maupun pada host rock (Gambar 5). Daerah penelitian berkembang patahan mendatar dan patahan normal dengan arah umum relatif berpola Utara-Selatan serta Barat-Timur. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian seperti patahan maupun kekar, yang merupakan media bagi pengkayaan mineral logam/enrichment oleh fluida hidrotermal. Selain patahan dan kekar, daerah penelitian juga berekmbang struktur geologi berupa antiklin dengan arah sumbu relatif Barat-Timur. Kontrol struktur yang sangat intensif inilah yang menjadikan daerah penelitian ini sangat berpotensi
Fadlin, Adi Chandra
4
ISSN 0854-2554 JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016
terbentuknya jebakan mineralisasi logam-logam berharga seperti, Pb, Zn, Cu,Ag maupun Au.
b Veinlet karbonat
a
fracture Klorit
Gambar 6.b.Alterasi propilitik b
Zona hancur (patahan)
Gambar 5. a.)Kekar–kekar yang terisi urat kuarsa pada satuan tuf, b.)Zona breksiasi. III.3. Alterasi dan Mineralisasi Berdasarkan pengamatan lapangan dan handspecimen dari sampel ubahan alterasi hidrotermal menunjukan bahwa kehadiran mineral penciri hasil alterasi hidrotermal di daerah penelitian cukup teramati dengan jelas (mata telanjang). Dengan demikian, peneliti dapat membagi alterasi di daerah penelitian menjadi 2 (dua) tipe utama meliputi: (1)alterasi silika-mineral lempung (kaolin) disejajarkan dengan alterasi tipe (argilik) dan (2)alterasi klorit-epidot-karbonat, sehingga dapat disetarakan dengan alterasi tipe (propilitik ).
a
Berdasarkan hasil analisis geokimia serta berdasarkan pengamatan lapangan dan handspecimen menunjukan bahwa kehadiran mineral bijih berupa logam dasar sering dapat diamati dengan mata telanjang (naked-eye). Mineral bijih seperti Sfalerit (ZnS) umumnya mendominasi, dibandingkan galena (PbS) dan kalkopirit (CuFeS2 ), mineral-mineral tersebut diperkirakan juga hadir dengan ukuran halus (fine-grained cristal), sehingga tidak dapat teramati dengan mata telanjang. Mineral-mineral bijih yang ditemukan dilokasi penelitian hadir bersama urat-urat kuarsa dalam rekahan batuan samping/wallrock dan hostrock , maupun terdiseminasi pada pori batuan yang sudah mengalamai ubahan yang cukup kuat. (Pb, Zn dan Cu) secara umum menunjukan kadar yang relatif rendah (low grade). Kadar Pb (timah hitam) tertinggi adalah 17.550 ppm atau 1,75 % Pb dan kadar Zn (seng) tertinggi adalah 22.365 ppm atau 2,23 % Zn (Sampel BG-06). Tembaga (Cu) juga hadir dengan kadar bervariasi, tertinggi adalah pada sampel BG-03 dengan kadar 12.297 ppm (1,29 %). Secara umum terlihat bahwa antara kadar Pb, Zn dan Cu berkorelasi positif (Tabel. 1). Dan diperkirakan sudah mencapai level basemetal enrichment (Buchanan, 1981) (Au dan Ag) Sampel BG-05 memiliki kadar 1,35 g/t Au dan Sampel BGN-05 (lokasi bekas terowongan Belanda di blok Utara) dengan kadar 0,56 g/t Au. Kadar perak (Ag) sendiri menunjukan nilai kadar yang cukup bervariasi dari 0,3-42,8 g/t, (Tabel. 1).
Silica Caps
Kaolin
Gambar 6.a. Alterasi argilik
Fadlin, Adi Chandra
ISSN 0854-2554 JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016 Tabel 1. Geokimia urat/batuan (metode AAS-fire assay) No
Unsur
Kode Sample
Pb
Cu
60.00
Zn 62,5
Ag 22,1
Metode Satuan
Au
1
BG-01
2,5
2
BG-02-a
84,6
94,6
17,6
5,4
3
BG-02-b
2370.00
1669,5
6132.00
19,3
4
BG-02-c
3660.00
2694.00
13900,5
42,8
5
BG-03
384,6
12297.00
368,7
18,1
6
BG-04
233,6
325,4
398,9
3,3
7 8
BG-05
4875.00
511,7
8085.00
5,1
BG-06
17550.00
298,3
22365.00
18,4
0,017 AAS 0,018 AAS
ppm
0,050 AAS 0,065 AAS
ppm
0,105 AAS 0,008 AAS
ppm
1350.00 AAS 0,006 AAS
ppm
0,023 AAS 0,036 AAS
ppm
0,290 AAS 0,003 AAS
ppm
0,002 AAS 0,049 AAS
ppm
ppm
297,9
2034.00
1052,8
3,6
BG-08
512,1
108,9
461,4
3,3
11
BG-09
324.00
336,5
43,6
3,7
12
BG-10
319,3
21.00
104,6
1,2
13
BGN-01
330.00
61.00
105,6
0,5
14
BGN-02
352,5
307.00
539,5
19.00
15
BGN-03
258,2
87.00
24,9
0,3
BGN-04
218,6
915,8
161,8
7,5
0,006 AAS 0,033 AAS
ppm
16 17
BGN-05
5850.00
5896.00
16425.00
20.00
0,557 AAS
ppm
ppm ppm
Gambar 8. a.)Singkapan Cockade breccia vein, Mineral sulfida
ppm ppm
A. Pola dan Geometri Urat Kuarsa Pola urat kuarsa pada daerah ini relatif berarah Barat-Timur dengan kedudukan strike berkisar N270° E – N300 dan dip > 60o (Gambar 10). Urat kuarsa di daerah penelitian memiliki ciri-ciri berwarna coklat– putih susu, dengan ketebalan 1–6 m. Tekstur urat yang berkembang yaitu banded, chalcedonic (Gambar 7) dan massive cockade breccia (Gambar 8). Karakter urat field-oriented dengan tekstur banded, chalcedonic dan massive cockade breccia merupakan ciri endapan epitermal sulfida rendah (Silitoe & Hedenquist, 2003).
b
b
Tebal ± 6 m
ppm
BG-07
Mineral sulfida
a
ppm
9
Vein kalsedon : ± 40 cm
Gambar 7.a.Singkapan urat kalsedon dengan pola (N270° E/80° ), b.)Megaskopis urat.
ppm
10
a
5
Gambar 7.b. Megaskopis Cockade breccia. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. Kompilasi hasil penelitian lapangan dan analisis laboratorium serta data sekunder maupun kajian pustaka yang digunakan maka dapat di simpulkan beberapa poin penting sbb: Mineralisasi mineral bijih di daerah penelitian sebagian masih berada pada level atas dari konsep epitermal (Buchanan, 1981), hal ini ditandai dengan kehadiran silica caps yang cukup intensif di daerah penelitian. Pengakayaan/mineralisasi mineral bijih yang terjadi di daerah penelitian tidak hanya hadir sebagai urat namun juga hadir dan berkembang pada wallrock maupun hostrock yang termineralisasi sangat kuat dengan kontrol rekahan yang sangat intensif. Urat kuarsa di daerah penelitian memiliki ciriciri/karakteristik berwarna coklat–putih susu, teksture banded, kalsedonit, massive maupun cockade breccia dan memiliki geometri yang cukup besar serta termineralisasi dengan cukup bagus oleh mineral-mineral sulfida serta penyebaran yang cukup panjang yaitu mencapai ratusan meter. B. Saran. Ekslorasi lebih lanjut di bawah permukaan. Seperti diuraikan di atas bahwa geometri dan distribusi urat cukup ’prospek’, namun analisis kimia terhadap sampel-sampel terpilih yang diambil di permukaan menunjukan kadar logam dasar (Pb, Zn dan Cu) dan kadar logam berharga (Au dan Ag) yang relatif cukup bagus dan menarik, oleh sebab itu direkomendasi untuk eksplorasi lanjut pada daerah/titik terpilih untuk mendapatkan kondisi urat dan kadar sampel di bawah permukaan (sub-surface) yang lebih detail, sehingga harapannya masih mendapatkan kadar yang sangat berpotensi (khususnya Au dan Ag).
Fadlin, Adi Chandra
6
ISSN 0854-2554 JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016
Pemboran. Eksplorasi lebih lanjut di bawah permukaan dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain metode geofisika dan pemboran. Metode geofisika umumnya diterapkan bila singkapan urat di permukaan tidak teramati dengan baik. Karena urat kuarsa terpetakan dan tersingkap dengan jelas dan target eksplorasi lanjut ini untuk mendapatkan sampel bawah permukaan, maka disarankan untuk langsung melakukan pemboran terutama pada titik-titik yang direkomendasi. Daerah prospek. Berdasarkan data pemetaan dan hasil analisis kimia logam berharga (Au dan Ag), maka ada 2 daerah yang direkomendasi untuk pemboran adalah Titik BGN-05 dan Titik BG-05. Kedua titik yang direkomendasi tersebut memiliki kadar Au tertinggi. Titik BGN-05 merupakan titik lokasi terowongan Belanda, sedangkan Titik BG-05 memiliki kadar emas tertinggi dari seluruh 17 sampel yang dianalisis yaitu 1,35 % Au.
Sillitoe, R H, 1999.,Styles of High-Sulphidation Gold, Silver and Copper Mineralisation in Porphyry and Epithermal Environments. Bali, Indonesia, 35 p. Silitoe & Hedenquist, 2003. Linkages between Volcanotectonic Settings, Ore-Fluid Compositions, and Epithermal Precious Metal Deposits. Society of Economic Geologists Special Publication 10, 2003, p30 Pustaka online : www.tanatidungkab.go.id
V. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih saya ucapkan pada pihak manajemen PT. Buana Gelasi yang bersedia membantu dan mengijinkan untuk dipublikasikannya tulisan ini, DR. Arifudin Idrus atas diskusi dan sarannya. VI. DAFTAR PUS TAKA
Buchanan, L.J., 1981, Precious Metal Deposits Associated with Volcanic Environment in Southwest: Geol. Soc. Arizona Digest, v. 14, hal. 237-262. Carlile,J.C and Mithell, A.H.G., 1994. Magmatic arcs and associated gold and copper mineralization in Indonesia In: T.M. van Leeuwen, J.W, Hedenquist, J.P. James, and J.A.S Dow (eds). Mineral Deposits of Indonesia. Discoveries of the past 25 years. J. Geochemical Exploration 50:91-142. Djaswadi, S (1997) Prospective of Base Metal Minerals in Indonesia, Direktorat Sumberdaya Mineral, Indonesia Evans, A. M., 1993, Ore Geology and Industrial Mineral. 3rd Edition, Blackwell Scientific Publication, London. Idrus, A, (2007) Eksplorasi Sumberdaya Mineral, Fakultas Teknik Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (tidak dipublikasikan). Lawless, J.W., White, P.J., dan Bogie, I., 1996, Epigenetic Magmatic-Related Mineral Deposit: Exploration Based On Mineralization Models, Notes to Accompany Lecture Course, Kingston Morisson Limited, Jakarta. Hedenquist, J., W., 2000, Exploration for Epithermal Gold Deposits. Gold in 2000: Review in Economic Geology, vol. 13.
Fadlin, Adi Chandra
ISSN 0854-2554 JIK TekMin, Volume 28 Nomor 1, 2016
Gambar 8. Peta geologi daerah penelitian
Gambar 9. Peta urat daerah penelitian
Fadlin, Adi Chandra
7