Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015
METODE DAKWAH: SOLUSI UNTUK MENGHADAPI PROBLEMATIKA DAKWAH KONTEMPORER Hamdani Khaerul Fikri Fakultas Dakwah dan Komunikasi Institut Agama Islam Negeri IAIN Mataram Email:
[email protected] Abstrak Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi telah membawa dampak yang berarti pada perubahan sendi– sendi kehidupan umat Islam. Hidup pada era globalisasi ini juga telah merubah hampir seluruh sistem kehidupan manusia baik politik, ekonomi, sosial budaya dan bahkan kagamaan. Dalam tulisan ini penulis ingin menjabarkan Problematika Dakwah kontemporer dan bagaimana cara menjalankan metode dakwah dan strategi dakwah kotemporer. Untuk menjalani strategi dakwah kontemporer harus dilakukan dengan cara mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini. Dakwah kontemporer yang dimaksud penulis adalah, dakwah yang menggunakan fasilitas teknologi modern di media-media massa. Berangkat dari itu semua tulisan ini menyimpulkan, bahwa dalam menjalankan metode dakwah dan strategi dakwah kontemporer para penceramah harus menitikberatkan pada visi dan misi dakwah agar sampai kepada objek dakwah sehingga terbentuklah sebuah solusi yang tepat di dalam menyelesaikan seluruh problematika dakwah kontemporer. Kata Kunci: Metode Dakwah, Strategi Dakwah, Problematika Dakwah, Solusi Dakwah Kontemporer.
Hamdani Khaerul Fikri
1
Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015
A. Pendahuluan Perkembangan ilmu penge tahuan dan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi, telah membawa dampak berarti pada perubahan sendi-sendi etika umat Islam. Era globalisasi memiliki potensi untuk merubah hampir seluruh sistem kehidupan masyarakat baik dibidang politik, ekonomi, sosial budaya, bahkan dibidang pertahanan dan keamanan. Disamping itu tingkat kemiskinan dan kesengsaraan umat Islam semakin meningkat,yang berakses bagi timbulnya berbagai problem sosial dan keagamaan. Berbagai penyakit masyarakat seperti pencurian, perampokan, penodongan, korupsi, pelanggaran HAM dan sejenisnya merupakan problema mendasar umat Islam saat ini. Ekses yang sangat mendasar dari problema tersebut adalah timbulnya pendangkalan iman, sebagaimana disinyalir dalam sebuah ungkapan“Hampir Saja kefakiran itu menjadi kekafiran“. Dalam menghadapi serbuan bermacam-macam nilai, keagamaan, pilihan hidup dan sejumlah janjijanji kenikmatan duniawi, dakwah diharapkan bisa menjadi suluh dengan fungsi mengimbangi dan pemberi arah dalam kehidupan umat. Dakwah ke depan menempatkan perencanaan dan strategi yang tepat
2
dengan merujuk kepada metode dakwah Rasulullah SAW. Para intelektual muslim dapat merumuskan konsep dan metode dakwah untuk generasi muda, orang dewasa atau objek dakwah bagi berbagai lapisan masyarakat yang tingkat pemahaman keagamaannya tergolong rendah atau sebaliknya bagi masyarakat yang tingkat pendidikannya tergolong tinggi, sehingga materi dakwah sesuai dengan objeknya. Materi dakwah yang tepat untuk menghadapi masyarakat modern ini adalah materi kajian yang bersifat tematik. Artinya Islam harus di kaji dengan cara mengambil tema – tema tertentu yang sesuai dengan tuntutan zaman. Sedangkan fasilitas yang tepat adalah dengan menggunakan media cetak dan elektronik. B. Pengertian Dakwah Kontem porer Dakwah kontemporer adalah Dakwah yang dilakukan dengan cara menggunakan teknologi modern yang sedang berkembang. Dakwah kontemporer ini sangat cocok apabila dilakukan di lingkungan masyarakat kota atau masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan menengah ke atas. Teknis dakwah kontemporer ini lain dengan dakwah kultural.
Metode Dakwah: Solusi untuk Menghadapi Problematika Dakwah Kontemporer
Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015
Jika dakwah kultural dilakukan dengan cara menyesuaikan budaya masyarakat setempat, tetapi dakwah kontemporer dilakukan dengan cara mengikuti teknologi yang sedang berkembang. Persaingan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, khususnya dalam bidang periklanan adalah merupakan tantangan bagi para da’i kita untuk segera berpindah dari kebiasaan dakwah kultural ke dakwah kontemporer. Dakwah kontemporer yang dimaksud penulis adalah dakwah yang menggunakan fasilitas teknologi modern sebagaimana iklan yang lagi semarak dewasa ini. Al-Qur’an yang selama ini banyak disampaikan dengan cara tradisional, maka harus segera dirubah cara penyampaiannya, yaitu dengan cara modern dengan menggunakan teknologi yang sesuai dengan tuntutan zaman. Al-Qur’an sudah saatnya harus disampaikan dengan menggunakan metode cepat dan tepat, yaitu dengan cara menggunakan fasilitas komputer. Munculnya teknologi di bidang komputer ini sebenarnya sangat membantu bagi para da’i dalam menyampaikan nilai-nilai AlQur’an dengan metode tematik. Walaupun kita sadari bahwa para da’i kita banyak yang tidak bisa
meng-operasionalkan komputer dengan baik, sehingga banyak para da’i kita yang tidak mampu untuk membuka Holy Qur’an yang lagi berkembang dewasa ini. Munculnya Holy Qur’an, Holy Hadits dan beberapa CD kitab kutub at-tis’a merupakan kemajuan yang luar biasa bagi umat Islam umumnya dan para da’i pada khususnya untuk segera direalisasikan kepada pada umat yang selama ini dalam menggali Al-Qur’an itu dengan metode tradisional Dakwah yang menggunakan fasilitas mimbar hanya akan di dengar sebatas yang hadir pada acara tersebut. Lain halnya dengan dakwah yang menggunakan fasilitas teknologi elektronik seperti TV, internet dan teknologi modern lainnya, pasti akan lebih banyak manfaatnya. Dari dua perbandingan di atas, maka dakwah kontemporer adalah strategi dakwah yang memanfaatkan teknologi modern karena lebih bermanfaat dari pada dakwah kultural yang masih harus menyesuaikan dengan kondisi budaya masing-masing daerah. Materi dakwah yang tepat untuk menghadapi masyarakat modern ini adalah materi kajian yang bersifat tematik. Artinya Islam harus di kaji dengan cara mengambil tema-tema
Hamdani Khaerul Fikri
3
Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015
tertentu yang sesuai dengan tuntutan zaman. Sedangkan fasilitas yang tepat adalah dengan menggunakan media cetak dan elektronik karena dengan menggunakan media cetak dan elektronik akan lebih efektif. C. Problematika Dakwah Masa Kini Metode dakwah Rasulullah SAW. pada awalnya dilakukan melalui pendekatan individual (personal approach) dengan mengumpulkan kaum kerabatnya di bukit Shafa. Kemudian berkembang melalui pendekatan kolektif seperti yang dilakukan saat berdakwah ke Thaif dan pada musim haji. Ada yang berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah, dengan menisbatkan pada lokasi-lokasi yang didiami para da’i dan muballigh. Artinya, jika pada satu kawasan sudah ada yang melakukan dakwah, maka dakwah ketika itu hukumnya fardhu kifayah. Tetapi jika dalam satu kawasan tidak ada orang yang melakukan dakwah padahal mereka mampu, maka seluruh penghuni kawasan itu berdosa di mata Allah. Dengan demikian, dakwah merupakan kewajiban dan tugas setiap individu. Hanya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
4
di lapangan. Jadi pada dasarnya setiap muslim wajib melaksanakan dakwah Islamiyah, karena merupakan tugas ‘ubudiyah dan bukti keikhlasan kepada Allah SWT. Penyampaian dakwah Islamiyah haruslah disempurnakan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga cahaya hidayah Allah SWT tidak terputus sepanjang masa. Para rasul dan Nabi adalah tokoh-tokoh pendakwah yang paling terkemuka dalam sejarah umat manusia, karena mereka dibekali wahyu dan tuntunan yang sempurna. Meskipun para Nabi dibekali dengan wahyu oleh Allah, bukan menjadi alasan manusia untuk tidak melaksanakan perintah Allah. Oleh karenanya, manusia di tuntut terus untuk berdakwah agar manusia bisa bergabung bersama barisan para Rasul dan Nabi dalam menjalankan misi risalah Islamiyah. Konsekuensi dari pilihan itu kita harus senantiasa berusaha mengikuti jejak para Nabi dan Rasul dalam menggerakkan dakwah amar ma‘ruf nahi munkar, dalam kondisi dan situasi bagaimanapun. Akan tetapi permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia saat ini adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Metode Dakwah: Solusi untuk Menghadapi Problematika Dakwah Kontemporer
Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015
Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan (entertainment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka peluang munculnya degradasi moral. degradasi moral dan etik itu muncul secara transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, VCD, dan jaringan Internet. Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti maraknya perjudian, minuman keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat- tempat hiburan, yang semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya moral dan rasa malu. Oleh karena itu, tidak asing lagi akhirnya di negeri yang ber budaya, beradat dan beragama ini, kemaksiatan yang berhubungan dengan apa yang dinamakan sex industry juga mengalami kemajuan, terutama setelah terbukanya turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah yang semakin luas dan menjarah semakin banyak generasi muda dan remaja yang kehilangan jati diri dan miskin iman dan ilmu. Hal yang terakhir ini
semakin buruk dan mencemaskan perkembangannya karena hampirhampir tidak ada lagi batas antara kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi oleh kebebasan yang tak kenal batas. Ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat begitu saja karena kita harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng pertahanan aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit korban yang berjatuhan yang membuat kemuliaan Islam semakin terancam dan masa depan generasi muda semakin suram. Apabila kita tetap lengah dan terbuai oleh kemewahan hidup dengan berbagai fasilitasnya, maka ketika itu pula secara perlahan kita meninggalkan petunjuk-petunjuk Allah yang sangat diperlukan. Di samping itu, kelemahan dan ketertinggalan umat Islam dalam mengakses informasi dari waktu ke waktu, pada gilirannya akan membuat langkah-langkah dakwah kita semakin tumpul tak berdaya. Bertolak dari faktor-faktor tersebut, oleh karenanya strategi dakwah juga harus dilakukan dengan mengikuti perkembangan informasi dan tekhnologi guna mencari jalan
Hamdani Khaerul Fikri
5
Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015
keluar dari kemelut yang dihadapi umat. Dalam pandangan M. Amien Rais dalam bukunya Moralitas Politik Muhammadiyah, menawarkan lima Pekerjaan Rumah yang perlu di selesaikan, agar dakwah Islam di era informasi sekarang tetap relevan, efektif, dan produktif. Pertama, perlu ada pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi. Ilmu tabligh belaka tidak cukup untuk mendukung proses dakwah, melainkan diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu teknologi informasi yang paling mutakhir. Kedua, setiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah-masalah riil di lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan. Ketiga, proses dakwah tidak boleh lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bilhal, bilkitaabah (lewat tulisan), bilhikmah (dalam arti politik) dan bil iqtishadiyah (ekonomi). Yang jelas, actions, speak louder than word. Keempat, media massa cetak dan terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang juga. Media elektronik yang dapat menjadi
6
wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam. Bila udara Indonesia di masa depan dipenuhi oleh pesan-pesan agama lain dan sepi dari pesan islami, maka sudah tentu keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi peningkatan dakwah Islam di tanah air. Kelima, merebut remaja Indonesia adalah tugas dakwah Islam jangka panjang. Para pemuda dan anak-anak adalah aset yang tak ternilai, oleh karenanya mereka wajib kita selamatkan dari pengikisan aqidah yang terjadi akibat invasi nilai-nilai non islami ke dalam komunitas Islam Indonesia. Bila anak-anak dan remaja kita memiliki benteng yang tangguh (al-hususn alhamidiyyah) dalam era globalisasi dan informasi sekarang ini, maka masa depan dakwah kita akan tetap ceria. Menyimak uraia-uraian di atas, dapat diprediksi bahwa missi dan tantangan dakwah tidaklah ringan, bahkan semakin berat dan kompleks. Dari komplekstisitas permasala han dakwah hari ini, maka alangkah baiknya semua harus diatur kembali dengan manajemen dakwah yang profesional. Karena mengingat potensi umat Islam saat ini masih sangat terbatas, maka dari itu kita harus mengakomodir segenap permasalahan dan tantangan yang
Metode Dakwah: Solusi untuk Menghadapi Problematika Dakwah Kontemporer
Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015
muncul. Maka ada baiknya kita coba memilih dan memilah mana yang tepat untuk diberikan skala prioritas dalam penanganannya, sehingga dana, tenaga, dan pikiran dapat lebih terarah, efektif, dan produktif dalam penggunaanya. D. Metode Dakwah Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk mendapatkan gambaran tentang prinsip-prinsip metode dakwah dan teknis dakwah kontemporer serta dakwah kultural. Jika dakwah kultural dilakukan dengan cara menyesuaikan budaya masyarakat setempat, sedangkan dakwah kontemporer dilakukan dengan cara mengikuti teknologi yang sedang berkembang. Persaingan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, khususnya dalam bidang periklanan adalah merupakan tantangan bagi para da’i untuk segera berpindah dari kebiasaan dakwah kultural ke dakwah kontemporer. Dakwah kontemporer yang dimaksud penulis adalah dakwah yang menggunakan fasilitas teknologi modern sebagaimana iklan yang lagi semarak dewasa ini, namun jika mencermati firman Allah swt. dalam Q.S. An-Nahl 16:125:
حْالَ َسنَِة َو َجا ِدلهُْ ْم بِالَّ يِت ِه َي أَ ْح َس ُن إِ َّن َ ََّرب َ ك ُه َو أَ ْعلَ ُم مِبَ ْن ض َّل َع ْن َسبِي ِل ِه )125( ين َ َو ُه َو أَ ْعلَ ُم بِالمُْ ْهتَ ِد “Serulah [manusia] kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik .“ (Q.S. An-Nahl 16: 125) Dari ayat tersebut dapat difahami prinsip umum tentang metode dakwah Islam yang menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah yaitu; Metode hikmah, metode mau’izah khasanah, meode mujadalah billati hia ahsan, banyak penafsiran para Ulama terhadap tiga Prinsip metode tersebut antara lain: 1. Metode hikmah menurut Syeh Mustafa Al-Maroghi dalam tafsirnya mengatakan bahwa hikmah yaitu; Perkataan yang jelas dan tegas disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat meng hilangkan keragu-raguan. 2. Metode mau’izah khasanah me nurut Ibnu Syayyidiqi adalah memberi ingat kepada orang lain dengan fahala dan siksa yang dapat menaklukkan hati.
َ ِّيل َرب ال ْك َم ِة َو مْالَ ْو ِع َظ ِة ِ ْك بِ ح ِ ِا ْد ُع إِ ىَل َسب Hamdani Khaerul Fikri
7
Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015
3. Metode mujadalah dengan sebaikbaiknya berdakwah.
Menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ikhya Ulumuddin me negaskan agar orang-orang yang melakukan tukar pikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling tolong menolong dalam mencapai kebenaran. Demikianlah antara lain pen dapat sebagaian Mufassirin tentang tiga prinsip metode tersebut. Selain metode tersebut Nabi Muhammad Saw bersabda: “Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemahlemah iman.” [H.R. Muslim].
Dari hadis tersebut terdapat tiga tahapan metode dakwah yaitu; 1. Metode dengan tangan [bilyadi],
tangan di sini bisa difahami secara tekstual ini terkait dengan bentuk kemunkaran yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa difahami dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan kekuasaan
8
sangat efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah. 2. Metode dakwah dengan lisan [billisan], maksudnya dengan kata yang lemah lembut, yang dapat dipahami oleh mad’u, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati. 3. Metode dakwah dengan hati [bilqolb], yang dimaksud dengan metode dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap ikhlas, dan tetap mencintai mad’u dengan tulus, apabila suatu saat mad’u atau objek dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi dan membenci da’i atau muballigh, maka hati da’i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da’i hendaknya mendo’akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT. 4. Metode bil uswatun hasanah, yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik dalam segala hal. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad hanya ditentukan oleh akhlaq beliau yang mulia dan dibuktikan
Metode Dakwah: Solusi untuk Menghadapi Problematika Dakwah Kontemporer
Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015
dalam realitas kehidupan. Seorang muballigh juga harus menjadi teladan yang baik dalam kehidupan bermasyarakat, harus sinkron antara ucapan dan perbuatannya yang menunjukkan ajaran Nabi. E. Materi Dakwah Dari penjelasan di atas, maka tantangan dakwah Islam sekarang sangat kompleks. Oleh karena itu, materi dakwah yang harus disampaikan kepada ummat, tidak cukup hanya menyangkut ibadah dan akhlak saja, tetapi menyangkut “hablum min Allah dan min al-nas” secara kaffah. Dengan begitu maka strategi dan kegiatan dakwah-pun secara otomatis harus disesuaikan dengan tantangan yang dihadapi. Pada dasarnya materi dakwah adalah ajaran Islam (QS. Yusuf: 108, Qs. A-nahl: 125) yang memiliki karakter sejalan dengan fitrah manusia dan kebutuhannya (QS. ArRum: 30), Kaamil (sempurna) (Qs. Al-Maidah: 3 dan QS. Al-A’raf 157) Sirah nabawaiyah mengajarkan kepada kita bahwa materi pertama yag menjadi ladasan utama ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah Saw kepada umat manusia adalah masalah yang berkaitan dengan pembinaan akhlak mulia, keimanan
yang benar, status dan tujuan hidup manusia di dunia, dan tujuan akhir yang harus dicapainya, almusawah, persamaan manusia dihadapan Allah Swt dan al-’adalah, keadilan yang harus ditegakkan oleh seluruh manusia dalam menata kehidupannya. Persamaan dan keadilan ini pada dasarnya merupakan konsekuensi logis dari akidah Islam. Selama ini Islam seringkali dipahami hanya sebagai persoalan ibadah saja, yang pemaknaannya masih terbatas pada pola hubungan hamba dengan Tuhan (vertikal). Sehingga penyebaran dakwah yang terjadi di masyarakat lebih banyak menyoroti persoalan ibadah kepada Allah SWT secara ekslusif, tanpa memaknainya secara luas. Padahal, Islam memiliki spirit pembebasan, yang meniscayakan pola hubungan yang tidak saja vertikal kepada Tuhan, tetapi juga pola hubungan yang horisontal terhadap sesama manusia. Islam sebagai agama memiliki tanggung jawab sosial agar masyarakat memiliki perilaku sosial yang bertanggungjawab, transparan, dan berkeadilan.Islam sebagai agama yang membebaskan semestinya mampu menjawab problem-problem kemanusiaan, seperti ketidakadilan,
Hamdani Khaerul Fikri
9
Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015
penindasan, kemiskinan kesewenang-wenangan.
dan
Atas dasar itu, para pengemban dakwah saat ini harus jenius dalam menyampaikan pesanpesan kenabian agar mampu menumbuhkan kesadaran yang termanifestasikan ke dalam ucapan, pikiran dan bahkan tindakan. Maka dari itu para pendakwah saat ini juga harus mampu menjadi contoh agar pesan-pesan yang diajarakan bersifat “muharrikah”1, yang mampu menggerakkan kesadaran sebagai hamba dan sekaligus khalifah Allah. Dengan demikian , orientasi yang dilakukan dalam kegiatan dakwah, di samping pembentukan akidah dan akhlak, isu dan meteri dakwah yang perlu mendapatkan perhatian serius adalah menyangkut pemenuhan kebutuhan primer sasaran dakwah, seperti sandang, pangan, papan,dan pendidikan. Kenyataan menunjukkan adanya orang atau kelompok orang yang secara rela ataupun terpaksa mengorbankan akidah, akhlak, maupun kehormatan untuk memenuhi tuntutan primernya. Peringatan Rasulullah Saw abad 14 Dalam istilah kontemporer disebut teologi pembebasan, yang berfungsi membebaskan manusia dari berbagai belenggu, terutama belenggu sosial dan structural. 1
10
yang lalu, “Kekafiran akan membawa kepada kekufuran», kini mulai terbukti. Ada beberapa contoh di Jawa Tengah tentang bagaimana kedhaifan dan kefakiran dimanfaatkan untuk menyebarkan agama dan memurtadkan umat Islam. Jika basic need (kebutuhan dasar) tidak dapat dipenuhi, maka seseorang akan mudah dipengaruhi oleh mereka yang mampu memenuhinya, meski dalam ukuran yang minimun. Yang pandai memanfaatkan momentum itu adalah kelompok Nasrani. Mereka menggunakan empat jalur propaganda. Pertama, jalur ekonomi, yaitu dengan memanfaatkan kefakiran seseorang. Kedua, jalur pendidikan, yang meskipun hasilnya baru dapat diraih dalam jangka panjang, tetapi sangat strategis. Ketiga, jalur pelayanan masyarakat. Kita tahu bagaimana LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) berorientasi kesana. Keempat, jalur politik. Dakwah dalam rangka pembentukan dan pembinaan akidah salimah disertai penanganan kebutuhan primer secara serius dan sungguh-sungguh harus menjadi garapan utama para pengemban dakwah pada saat ini. Dalam konteks ini, maka materi dakwah ke depan perlu diarahkan kepada tiga hal pokok sebagai berikut :
Metode Dakwah: Solusi untuk Menghadapi Problematika Dakwah Kontemporer
Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015
1. Mempertebal dan memperkukuh iman kaum muslimin, sehingga tidak tergoyahkan oleh pengaruh-pengarus negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, atau pahampaham yang membahayakan negara, bangsa dan agama. Juga berusaha agar ummat Islam terpanggil untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan mereka atas ajaran Islam. 2. Meningkatkan tata kehidupan ummat dalam arti yang luas, dengan menggubah dan mendorong mereka untuk menyadari bahwa agama mewajibkan mereka untuk berusaha menjadikan hari esok lebih baik dari hari ini. Ini tidak dapat dicapai kecuali dengan kerja keras serta kesadaran akan keseimbangan hidup dunia dan akhirat. 3. Meningkatkan pembinaan akhlak ummat Islam, sehingga memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara. Dengan itu dapat terwujud etos kerja dan ukhuwah islamiyah dalam rangka mewujudkan kerukunan ummat beragama.
F. Aplikasi Metode Dakwah Kontemporer Dari ketiga metode dakwah dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan, diantarnya yaitu: 1. Pendekatan personal. Pendeka tan dengan cara ini terjadi dengan cara individual. An tara da’i dan mad’u langsung ber tatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima. 2. Pendekatan Pendidikan. Pada masa Nabi, dakwah lewat pen didikan dilakukan beriringan dengan masuknya Islam kepada kalangan sahabat. Begitu juga pada masa sekarang ini, kita dapat melihat pendekatan pendidikan teraplikasi dalam lembagalembaga pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak Islam ataupun perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materimateri keislaman. 3. Pendekatan Diskusi. Pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewatberbagai diskusi keagamaa, dai berperan sebagai nara sumber sedang mad’u ber peran sebagai audien. 4. Pendekatan Penawaran. Cara ini dilakukan Nabi dengan me makai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga mad’u ketika
Hamdani Khaerul Fikri
11
Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015
meresponnya tidak dalam ke adaan tertekan bahkan ia melaku kannya dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam.
isu-isu pendidikan, korupsi, lingkungan hidup, penggusuran, hakhak perempuan, konflik antaragama, dan problem kemanusiaan lainnya.
5. Pendekatan Misi. Maksud dari pendekatan ini adalah pengiriman para da’i ke daerahdaerah di luar tempat domisili.
Dalam konteks ini, Para juru dakwah memainkan peran penting sebagai penyebar agama dan pengayom masyarakat. Sehingga hubungan antara juru dakwah dengan masyarakatnya sangat dekat, tanpa sekat yang menjauhkan antara keduanya. Inilah yang ditunjukkan oleh gerakan dakwah yang dilakukan Walisongo dengan memasukkan unsur-unsur Islam ke dalam budaya lokal untuk menarik simpati dari masyarakat. Walisongo menyebarkan Islam di Indonesia tidak dengan menggunakan pendekatan halal-haram, melainkan memberikan spirit dalam setiap upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat. Sehingga Islam kemudian bercampur dengan kebiasaan-kebiasaan dan adat istiadat masyarakat secara substansial. Tak pelak lagi, kondisi inilah yang kemuduian memudahkan penyebaran Islam ke segala dimensi kehidupan masyarakat.
G. Strategi Pengembangan Dakwah Untuk mewujudkan kegiatan dakwah Islam yang kaffah, maka diperlukan pola dakwah yang kontekstual dan transformatif, yaitu merupakan model dakwah yang tidak hanya mengandalkan dakwah verbal (konvensional) untuk memberikan materi-materi agama kepada masyarakat, tetapi juga harus menginternalisasikan pesan-pesan keagamaan ke dalam kehidupan riil masyarakat dengan cara melakukan pendampingan masyarakat secara langsung. Dengan demikian, dakwah tidak hanya untuk memperkukuh aspek relijiusitas masyarakat, melainkan juga memperkukuh basis sosial untuk mewujudkan trans formasi sosial. Dengan dakwah transformatif, da’i diharapkan memiliki fungsi ganda, yakni melakukan aktivitas penyebaran materi keagamaan dan melakukan pendampingan masyarakat seperti
12
Sejarah telah menunjukkan, bahwa juru dakwah pada awalnya merupakan cultural broker atau makelar budaya (Clifford Geertz). Bahkan, berdasarkan penelitiannya di Garut, Hiroko Horikoshi (1987)
Metode Dakwah: Solusi untuk Menghadapi Problematika Dakwah Kontemporer
Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015
memberi penegasan, bahwa peran kyai sekaligus sebagai juru dakwah tidak sekadar sebagai makelar budaya, tetapi sebagai kekuatan perantara (intermediary forces), sekaligus sebagai agen yang mampu menyeleksi dan mengarahkan nilai-nilai budaya yang akan memberdayakan masyarakat. Fungsi mediator ini dapat juga diperankan untuk membentengi titik-titik rawan dalam jalinan yang menghubungkan sistem lokal dengan keseluruhan sistem yang lebih luas, dan sering bertindak sebagai penyanggga atau penengah antara kelompokkelompok yang saling bertentangan, menjaga terpeliharanya daya pendorong dinamika masyarakat yang diperlukan . Berdasarkan fungsi ini, para juru dakwah memiliki basis yang kuat untuk memerankan sebagai mediasi bagi perubahan sosial melaui aktivitas pemberdayaan (umat), seperti advokasi terhadap pelanggaran hakhak rakyat oleh negara. Contoh yang paling konkret adalah ketika KH. Basith mengadvokasi petani tembakau di Guluk-Guluk Madura. KH. Basith sebagai kyai dan juru dakwah mampu memainkan peran ganda; sebagai ahli agama sekaligus sebagai pendamping masyarakat yang sedang mengalami problem
sosial. Ini adalah bentuk dari peran juru dakwah sebagai agen perubahan sosial. Ada lima indikator yang mesti melekat dalam dakwah transformatif. Pertama, dari aspek materi dakwah; ada perubahan yang berarti; dari materi ubudiyah ke materi sosial. Dalam konteks ini, para juru dakwah sudah mulai menambah materi dakwahnya pada isu-isu sosial, seperti korupsi, kemiskinan, dan penindasan. Sehingga para juru dakwah tidak lagi hanya berkutat pada materi ukhrowi. Dari aspek materi juga ada perubahan dari materi dakwah yang ekslusif ke inklusif. Para juru dakwah tidak lagi menyampaikan materi dakwah yang memojokkan atau memusuhi sasaran dakwah yang belum taat. Oleh karena itu, materi dakwah yang inklusif mesti menjadi kata kunci dalam dakwah transformatif. Kedua, dari aspek metodologi terjadi perubahan; dari model monolog ke dialog. Para juru dakwah sudah berubah cara penyampaian dakwahnya, tidak lagi menggunakan pendekatan monolog, melainkan sudah melakukan dialog langsung dengan jama’ah. Sehingga problem yang dihadapi masyarakat dapat langsung dicarikan solusinya oleh juru dakwah dengan kemampuan
Hamdani Khaerul Fikri
13
Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015
yang dimilikinya. Dakwah yang menggunakan pendekatan monolog cenderung melakukan indoktrinasi kepada jamaah. Padahal, Islam tidak hanya indoktrinasi, melainkan juga pencerahan terhadap jamaah. Ketiga, menggunakan institusi yang bisa diajak bersama dalam aksi. Para juru dakwah mesti menggunakan institusi sebagai basis gerakan agar apa yang dilakukannya mendapatkan legitimasi yang lebih kuat. Jaringan dan sumber daya tidak hanya milik sendiri, melainkan juga ada pada orang lain, karena itu, institusi menjadi sesuatu yang penting untuk menjadi basis dari gerakan sosial. Itu sebabnya, agar para juru dakwah lebih mudah melakukan pendampingan masyarakat, mereka perlu menggunakan institusi yang kuat. Keempat, ada wujud keber pihakan pada mustad’afin. Para juru dakwah terketuk hatinya untuk melakukan usaha-usaha sosial untuk kepentingan kaum tertindas di daerahnya semisal kasus penggusuran tanah, pencemaran lingkungan, penggusuran nelayan dan petani. Rasa empati sosial merupakan prasyarat bagi juru dakwah yang menggunakan pen dekatan transformatif.
14
Kelima, para juru dakwah melakukan advokasi dan peng organisasian masyarakat terhadap suatu kasus yang terjadi di daerahnya agar nasib para petani, nelayan, buruh, dan kaum tertindas lainnya didampingi. Inilah puncak dari para juru dakwah yang menggunakan pendekatan transformatif. Hasil akhir dari dakwah transformatif adalah mencetak para juru dakwah yang mampu melakukan pendampingan terhadap problem-problem sosial yang dihadapi masyaraat. Dalam konteks inilah, penyebar an dakwah di masyarakat mesti dilandasai oleh visi yang benar tentang Islam, pesan moral ibadah, kesalehan sosial, dan sesuai dengan cita-cita agama yang mendorong pada perubahan ekspresi beragama yang inklusif dan mencerahkan. Di sinilah, para aktivis dakwah (daí) memiliki peranan yang strategis dalam merubah pandangan keagamaan masyarakat. Sebab, pe mahaman keagamaan masyarakat biasanya sangat dipengaruhi oleh para juru dakwah (ustadz, daí, kyai). Pada gilirannya, dengan kemampuan strategi dakwah yang memadai dan pemahaman keagamaan yang luas (komprehensif ), masyarakat sebagai objek dakwah akan berubah cara pandang keagamaannya. Pada titik
Metode Dakwah: Solusi untuk Menghadapi Problematika Dakwah Kontemporer
Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015
selanjutnya, wajah Islam di Indonesia akan kembali seperti pada zaman awal Islam masuk ke Indonesia; berwajah damai dan akomodatif terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat. H. Penutup Metode dakwah Rasulullah SAW. pada awalnya dilakukan melalui pendekatan individual (personal approach) dengan mengumpulkan kaum kerabatnya di bukit Shafa. Kemudian berkembang melalui pendekatan kolektif seperti yang dilakukan saat berdakwah ke Thaif dan pada musim haji. Ada yang berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah, dengan menisbatkan pada lokasi-lokasi yang didiami para da’i dan muballigh. Artinya, jika pada satu kawasan sudah ada yang melakukan dakwah, maka dakwah ketika itu hukumnya fardhu kifayah. Tetapi jika dalam satu kawasan tidak ada orang yang melakukan dakwah padahal mereka mampu, maka seluruh penghuni kawasan itu berdosa di mata Allah. Dengan demikian, sebenarnya dakwah merupakan kewajiban dan tugas setiap individu. Hanya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi di lapangan. Jadi pada dasarnya setiap
muslim wajib melaksanakan dakwah Islamiyah, karena merupakan tugas ‘ubudiyah dan bukti keikhlasan kepada Allah SWT. Penyampaian dakwah Islamiyah haruslah disempurnakan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga cahaya hidayah Allah SWT tidak terputus sepanjang masa. Para rasul dan nabi adalah tokoh-tokoh dakwah yang paling terkemuka dalam sejarah umat manusia, karena mereka dibekali wahyu dan tuntunan yang sempurna. Melihat persoalan ummat Islam di atas, nampaknya dakwah Islam harus dilakukan dengan upaya yang seriaus dan tidak hanya cukup dilakukan dengan dakwah bil lisan, dakwah yang dibutuhkan adalah kerja nyata yang mampu menimbulkan perubahan sosial kemasyarakatan dan mampu memberikan solusi bagi permasalahan umat. Teknis dakwah kontemporer ini lain dengan dakwah kultural, jika dakwah kultural dilakukan dengan cara menyesuaikan budaya masya rakat setempat, tetapi dakwah kontemporer dilakukan dengan cara mengikuti teknologi yang sedang berkembang. Persaingan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, khususnya dalam bidang periklanan adalah, merupakan
Hamdani Khaerul Fikri
15
Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015
tantangan bagi para da’i kita untuk segera berpindah dari kebiasaan dakwah kultural ke dakwah kontemporer. Dakwah kontemporer yang dimaksud penulis adalah, dakwah yang menggunakan fasilitas teknologi modern sebagaimana iklan yang lagi semarak dewasa ini. Daftar Pustaka Ahmad, Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer, (Semarang: IAIN WaliSongo Press, 2006) Hafi,
Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993)
Hasjmy, A, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1974) Helmy Masdar, Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: CV. Toha Putra,1973) Hidayat, Komaruddin, Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutik. ( Jakarta: Paradigma, 1996) Hossein, Nasr, Seyyed, Spiritualitasa dan Seni Islam, (Bandung: Mizan, 1993) http://kanzanmakhfiy.blogspot. com http://uin-suka.info/humas Generated
16
http://www.commongroundnews. org http://www.musikdebu.com/seni. Kafie, Jamaluddin, Psikologi Dakwah, (Surabaya: INDAH, 1993) Kartono, Kartini, Psikologi Umum, (Bandung: Mandar Maju, 1990) Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, ( Jakarta: Gramedia, 1985) Kusnawan, Asep, Ilmu Dakwah Kajian Berbagai Aspek, (Bandung: Pustaka Bani Qiraisyi, 2004) Maleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. xxvi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif. edisi IV, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2001) Muhtadi, Asep Saiful dan Agus Ahmad Safe, Metode Penelitian Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2003) Muhyiddin, Asep, Ahmad Safe’i, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2002) Muis, A., Komunikasi Islami, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta:
Metode Dakwah: Solusi untuk Menghadapi Problematika Dakwah Kontemporer
Komunike, Volume 7, No. 2, Desember 2015
Gajahmada University Press, 1993) Pradopo, Rahmat Djoko, Beberapa Teori Sastra Metode Kritik dan Penerapannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995) Purwadarminto, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1982) Qardlawy Al, Yusuf, Nasyid Versus Musik Jahiliyah, (Kairo: Mujahid Press, 2001) Rahmat, Jalaluddin, Psikologi Agama, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001) Rakhmat, Jalaluddin, Islam Aktual: Refleksi-Sosial Seorang Cendikiawan Muslim, (Bandung: Mizan,1991)
Sardar, Ziauddin, Tantangan Dunia Islam Abad 21: Menjangkau Informasi, (Bandung: Mizan, 1996) Sedyawati, Edi, Budaya Indonesia Kajian Arkeologi Seni dan Sejarah, ( Jakarta: Raja Grafiondo Persada, 2006) Siti Muriah , Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000) Sobur, Alex, AnalisisTeks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, cet ke-2, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002) Subagyo, Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. ( Jakarta: Renika Cipta, 2004)
Hamdani Khaerul Fikri
17