Menulis ilmiah itu menyenangkan Dasapta Erwin Irawan1 1
Institut Teknologi Bandung
September 16, 2017
1
Ringkasan
Skripsi adalah salah satu bentuk tulisan ilmiah. Tahapan ini mau atau tidak harus anda lalui untuk mengakhiri karir anda sebagai mahasiswa. Di sisi yang lain, masalah utama mahasiswa adalah kesulitan untuk menulis. Menulis dalam arti luas sebenarnya adalah bercakap secara sistematis. Inilah bedanya dengan percakapan bebas yang biasa anda lakukan. Sekali anda salah, maka ucapan akan terlanjur keluar dari mulut anda. Tapi dengan menulis, percakapan akan mengalir tapi juga memiliki waktu untuk direnungkan, sebelum pada akhirnya dirilis ke pembaca. Artikel ini merupakan sari dari beberapa karya tulis yang telah dihasilkan sebelumnya, implementasi open science (Irawan et al., 2017), Status makalah berbahasa Indonesia di DOAJ (Irawan, 2017), dan sebuah buku berjudul Menulis Ilmiah itu Menyenangkan yang diawali dengan sebuah blog (baca juga reviewnya oleh Nursatria Vidya Adikrisna). Tulisan pendek ini akan mencoba mengubah pikiran anda dari sulit menulis menjadi tidak dapat berhenti menulis. Semoga. (Makalah ini ditulis untuk Kolom Opini Majalah Retorika Kampus)
2
Masyarakat bicara
Kalau anda bisa bicara, maka anda bisa menulis. Semudah itu? Ya, kalau manusia gua bisa membuat lukisan tangan di Gua Pettakere Sulawesi Selatan, sebagai cara untuk berbicara 35-40 ribu tahun yang lalu, maka anda di era literasi mutakhir mestinya juga bisa. Tapi sejalan dengan perkembangan zaman, apakah kita telah berkembang sebagai “masyarakat lisan”, bukan “masyarakat tulisan”? Bisa jadi. Tapi kalau anda memang lebih senang berbicara dibanding menulis dan percaya bahwa semua dapat diselesaikan dengan berbicara, maka skripsi akan menjadi karya tulis anda yang terakhir selama hidup. Jadi buatlah yang terbaik. Percaya atau tidak, tantangan ini pernah saya lakukan kepada salah satu mahasiswa saya. Saat ini ia bekerja di sebuah perusahaan yang sangat jauh dari dunia geologi. Tapi anda masih bisa membaca skripsinya di repositori Thesis Commons (lengkap dengan data dan peta-petanya) (Wiavianto et al., 2017). Alasannya
1
Figure 1: Lukisan tangan di Gua Pattikere, Bantimurung, Sulawesi Selatan (Wikipedia/Cave Painting) sederhana. Ia ingin agar karya ilmiah terakhirnya di bidang geologi banyak yang membaca. Dan menurut saya, skripsinya tidak mencerminkan hasil kerja seseorang yang tidak ingin bekerja di bidang geologi. Bagaimana menurut anda? Dalam tulisan pendek ini, saya akan mencoba mempengaruhi anda. Ya mempengaruhi anda untuk agar menulis dan menjadikan menulis sebagai kegiatan yang sangat menyenangkan. Tema sentral yang akan saya sampaikan adalah menulis skripsi atau tugas akhir secara umum.
3
Menulis adalah berbicara dengan sistematis
Prinsip awal “sedikit-sedikit ditulis”. Lama-lama prinsip anda akan berubah menjadi “menulis kok sedikit-sedikit”. Bila anda terbiasa menulis, maka anda akan terbiasa pula berbicara secara runut. Bukan sebaliknya. Walaupun memang ada orang yang terlahir sebagai seorang orator. Menurut sebuah artikel Speaking vs writing Univ of Westminster, bercakap dan menulis tidaklah jauh berbeda. Keduanya adalah bentuk komunikasi manusia yang paling dasar. Bila bercakap memerlukan intonasi dan pemenggalan, sedangkan dalam menulis diperlukan tanda baca. Tapi ada hal yang hanya dapat dilakukan oleh komunikasi lisan, yakni perulangan. Artikel akan sangat membosankan bila berisi banyak perulangan.
2
Figure 2: Tulisan yang baik adalah hasil mendengar, mengobservasi, dan merasakan kondisi di sekitar kita (Pixabay, CC0) Percakapan biasanya bersifat dua arah, tetapi menulispun dapat dilakukan dengan cara yang sama. Percakapan tertulis secara dua arah adalah satu hal yang akan biasa dilakukan oleh para akademia (dosen, peneliti, mahasiswa). Salah satu contohnya adalah dalam proses peer-review, misal saat anda mengirimkan makalah atau tesis kepada pembimbing untuk mendapatkan umpan balik (feedback ). Apakah sudah jelas? Bahwa menulis sama dengan berbicara, dan skripsi anda adalah salah satunya.
4
Mulailah dari yang sederhana
It’s not always about rocket science. Saat anda berlatih menulis, mulailah dari hal yang sederhana, misalnya: pernahkah anda mencoba menjelaskan proses terjadinya hujan secara sederhana agar mudah dipahami oleh anak usia SD. Anda dapat membaca contohnya di laman Anak bertanya, pakar menjawab. Belajar menjelaskan hal yang kompleks secara sederhana adalah latihan yang paling sering dilupakan. Anda selama ini dicekoki dengan pandangan bahwa riset yang anda lakukan saat kuliah, hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang selevel pendidikannya atau lebih tinggi. Bahkan anda malas mencoba menjelaskan apa yang anda lakukan selama empat tahun kepada orangtua anda. Di luar negeri, hal ini disebut membuat non-specialist description. Bila makalah anda diterima oleh suatu jurnal, maka anda akan diwajibkan untuk membuat press release yang bersifat non-specialist. Dengan kata lain, dokumen yang anda hasilkan harus dapat dipahami oleh masyarakat umum. Skripsi anda, pada bidang apapun, dapat dimulai dengan hal-hal yang sederhana.
3
Figure 3: Tulisan atau riset anda tidak harus terkesan canggih luar dalam (rocket science). Banyak tulisan yang lahir dari pemikiran yang sederhana. Bahkan Newton mengawali Teori Gravitasinya karena sebutir apel yang jatuh di hadapannya (Pixabay, CC0).
5
Mulailah dengan alat di sekitar kita
It’s the idea, not the tools. Anda mungkin berpikir, menulis akan memerlukan laptop canggih keluaran Apple. Sama sekali tidak. Anda mungkin tidak percaya, disertasi saya selesai dengan sebuah laptop Pentium II (tertinggal 3 generasi saat itu) dengan engsel layar yang rusak. Saat bekerja, saya harus mengaitkan layar dengan seutas benang ke keyboard, hanya agar layar tidak rebah. Laptop itu pada akhirnya saya ganti menjelang sidang dengan sebuah Netbook dengan prosesor Atom. Bukan merupakan lompatan teknologi sebenarnya. Tetapi netbook itu telah menemani saya ke Jepang dan digunakan untuk menganalisis citra satelit. Toh ia berjalan baik-baik saja. Yang anda butuhkan adalah benar-benar selembar kertas dan pena. Atau bila anda memang memerlukan komputer, maka gunakan yang anda punya. Menulis bukanlah masalah perangkat, tapi masalah ide. Anda juga dapat memanfaatkan ponsel anda untuk merekam suara anda saat menggali ide. Bicaralah dengan bebas untuk melakukan brainstorming ide menulis. Beberapa profesor terkenal di luar negeri, bahkan merilis rekaman suara ini sebagai podcast. Ini hanya sebagai contoh bahwa orang telah melangkah lebih jauh dengan bereksperimen dengan berbagai media untuk berkarya. Blog adalah salah satu media yang dapat anda pertimbangkan. Saat ini tersedia banyak platform blog yang bagus-bagus, seperti Medium atau Wordpress. Segera buat akun gratis dan mulailah menulis. Pernahkah anda berpikir untuk memulai menulis skripsi dengan cara blogging? Cobalah. Bisa saja banyak yang membaca.
4
Figure 4: Anda akan menjadi lebih hebat bila mampu menghasilkan karya yang monumental dengan alat yang sederhana. Mulailah dengan kertas dan pena bila perlu (Pixabay, CC0).
6
Mulailah dengan waktu yang ada
Manage your “dead” time. Jadikan menulis menjadi aktivitas spontan. Seperti halnya berbicara, menulis dalam arti luas, mestinya juga dapat menjadi sebuah aktivitas yang mendekati reflek.
Figure 5: Justru manfaatkan waktu yang sempit (yang biasa anda buang), maka anda akan berpikir dengan cara yang paling efisien (Pixabay, CC0) Waktu sempit yang saya maksud adalah waktu-waktu “mati” (dead time) yang bila diakumulasikan dalam setahun, misalnya saat anda menunggu dosen masuk kelas, menunggu angkot, atau menunggu bis travel
5
datang. Waktu “mati” lima menit saja sehari, bila dikalikan 360 hari dalam setahun akan menghasilkan 1800 menit atau 30 jam. Luar biasa bukan. Untuk itu, saya selalu bawa pena dan kertas. Kalau pikiran saya sedang tidak dalam mood menulis, maka saya akan menggambar. Ada cara lain untuk menulis, yakni dengan menggambar. Namanya sketchnoting. Anda tidak perlu pandai menggambar. Kalau anda bisa membuat “bulkonah” (bulet, kotak, panah), maka anda bisa membuat sebuah sketchnote. Lihat gambar di bawah ini sebagai contoh. Saya menggambarkan sebuah proses yang sebelumnya saya tulis sebagai artikel blog berjudul Masih tentang preprint (dan post print) dan sebuah artikel Scientific American rujukan berjudul Understanding your rights: pre-prints, post-prints and publisher versions. . Beberapa lainnya dapat anda lihat di akun Flickr saya (flickr/d erwin irawan). Semuanya dapat anda gunakan ulang (re-use) (lisensinya CC-BY).
Figure 6: Sketchnote ini saya buat untuk menjelaskan bagaimana dokumen berjenis preprint dapat membantu penulis mengklaim hasil riset serta seorang editor mengelola sebuah jurnal (Flickr/d erwin irawan, CC-BY) Skripsi adalah sebuah proses, sebuah obyek telaah harian. Bukan sesuatu yang hanya akan anda pikirkan satu bulan sebelum sidang.
7
Mulailah dengan kalimat pendek yang acak
Never under estimate random creativity Pikiran kita pada dasarnya adalah acak. Jadi jangan berharap tulisan akan sekali jadi. Daripada berharap sesuatu yang mustahil, akan lebih baik bila anda mendorong kerandoman pikiran anda untuk menghasilkan artikel yang tidak biasa.
6
Anda dapat memulai makalah dengan kata kunci. Carilah 5 sampai 10 kata kunci yang relevan dengan topik yang akan anda tulis. Awali secara acak, kemudian pelan-pelan runutkan. Dengan sedikit kreativitas, hasil pencarian dapat anda tampilkan sebagai bibliometric seperti dalam makalah yang pernah saya tulis tentang riset air di Jakarta (Irawan et al., 2016). Setelah itu, bangun kalimat dari kata-kata tersebut. Lakukan hal itu terus-menerus secara rutin. Lamakelamaan tanpa disadari, anda akan mulai mengatur paragraf.
Figure 7: Tulisan anda yang runut pada awalnya adalah ekstraksi dari hal acak yang kreatif. Jadi jangan kuatir kalau anda melihat ketidakberaturan (Pixabay, CC0). Oya. Buat para “orang visual”, anda dapat memulai tulisan dengan mengumpulkan gambar-gambar dan tabel data terlebih dahulu. Ceritakan masing-masing gambar dan tabel itu dalam dua atau tiga paragraf. Cara ini juga sering saya pakai agar tulisan tetap terjaga lingkup ceritanya. Tidak melebar ke mana-mana. Berikut ini contohnya, sebuah grafik yang menjelaskan panjang sebuah disertasi menurut bidang ilmu. Anda bisa memulai cerita dari berbagai sudut. Bisa mulai dari trend umum, atau dari anomalinya. Pembimbing anda mungkin akan berkata sebaliknya, tapi percayalah, skripsi anda adalah hasil akhir dari sekumpulan obyek kreativitas yang acak.
7
Figure 8: Panjang disertasi menurut bidang ilmu (Blog Flowingdata)
8
Tambahkan emosi ke dalam tulisan
Show your emotion Anda boleh menambahkan interaksi dalam bentuk emosi (kegembiraan, kesedihan, semangat, dll) dalam tulisan anda. Tentunya anda harus menggunakan ekspresi kata-kata dan kalimat, bukan emoji. Tulisan anda akan kering bila tanpa emosi. Bila isinya hanya hal-hal teknis dan substansial, anda akan kehilangan pembaca dengan cepat. Warnai artikel anda dengan sentuhan emosi yang tidak berlebihan. Misal, anda dapat menyisipkan kesedihan anda tentang bagaimana seseorang harus berjalan 5 km sekali jalan hanya untuk mendapatkan air mandi. Tentunya emosi yang sampaikan harus relevan dan tidak berlebihan. Asep, seorang ayah dari dua anak, harus mengorbankan tabungan sekolah anaknya untuk membayar biaya instalasi sumber air PDAM. Ya, sumur air yang telah melayani tiga generasi keluarganya dengan berat hati akan ia tutup. “Airnya bau”, katanya. Padahal sejak ia lahir dan ayahnya lahir, Asep mandi dan minum dari sumur itu. Sebuah paragraf fiktif di atas dapat disampaikan sebagai ilustrasi dalam sebuah tulisan ilmiah untuk menggambarkan skala masalah yang coba anda pecahkan, yakni bagaimana memperbaiki kualitas sumber air dengan cara yang mudah dan murah. Cobalah.
8
Figure 9: Warnai tulisan anda dengan emosi (Pixabay, CC0)
9
Penutup
Sebuah tulisan pada hakikatnya adalah petualangan. Ajaklah pembaca turut serta dalam petualangan anda. Ajak mereka untuk bergembira atau sedih bersama dengan tulisan anda. Didiklah pembaca dengan hasil riset anda. Undang mereka untuk merasakan kegembiraan dan kesedihan anda. Jangan lupa untuk meminta umpan balik dari pembaca, karena tulisan bersifat dinamis. Yang menurut anda benar sekarang, bisa jadi salah pada menit berikutnya. Nikmati petualangan anda. Mulailah menulis dan jangan berhenti. @dasaptaerwin
9
References Dasapta Irawan, Adhi Priyambodho, Cut Rachmi, Dimas Wibowo, and Andita Fahmi. Bibliometric study to assist research topic selection: a case from research design on Jakarta’s groundwater (part 1). Research Ideas and Outcomes, 2:e9841, jul 2016. doi: 10.3897/rio.2.e9841. URL https://doi.org/10.3897%2Frio. 2.e9841. Dasapta Erwin Irawan. Status jurnal berbahasa Indonesia di DOAJ. mar 2017. doi: 10.5281/zenodo.376762. URL https://doi.org/10.5281/zenodo.376762. Analisis dilakukan pada tanggal 11 Maret 2017;. Dasapta Erwin Irawan, Cut Novianti Rachmi, Hendy Irawan, Juneman Abraham, Kustiati Kusno, Mochammad Tanzil Multazam, KeuKeu Kaniawati Rosada, Septriono Hari Nugroho, Galih Kusumah, Defny Holidin, and Nurhazman Abdul Aziz. Penerapan Open Science di Indonesia agar riset lebih terbuka mudah Diakses, dan Meningkatkan Dampak Saintifik. Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 13(1):25, jun 2017. doi: 10.22146/bip.17054. URL https://doi.org/10.22146%2Fbip.17054. Satrio Wiavianto, Andri S S Mubandi, and Dasapta E Irawan. GEOLOGI DAN PETROLOGI KAWASAN MANGLAYANG, BANDUNG TIMUR, JAWA BARAT. Technical report, Sep 2017. URL osf.io/dqt4b. Undergraduate thesis in geology, Institut Teknologi Bandung.
10