1 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI ANAK PADA SAAT BERBICARA MENGGUNAKAN METODE HYPNOTEACHING Ghina Wulansuci, Nina Sundari1, Lely Halimah2 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRAK Pendidikan usia dini merupakan pondasi awal untuk mendidik anak di masa depan. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini hendaknya mampu memberikan pelayanan yang maksimal agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang secara optimal. Guru memiliki tugas menjadi fasilitator untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak usia dini. Percaya diri merupakan salah satu potensi yang perlu dimiliki seseorang untuk bekal dimasa yang akan datang agar mampu menyelasaikan permasalahan dalam hidupnya. Ketika seseorang tidak percaya diri sangat dikhawatirkan, karena pada dasarnya percaya diri sangat penting dimiliki seseorang. Hasil observasi di TK kelompok A TK Atikan Kecamatan Gedebage Kota Bandung menunjukan bahwa terdapat anak yang tidak percaya diri, sehingga mengakibatkan kemampuan berbicara anak kurang muncul. Berdasarkan temuan tersebut maka perlu adanya suatu usaha dan rencana tindakan perbaikan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan anak. Dengan adanya saran dari para ahli maka digunakanlah metode Hypnoteaching untuk meningkatkan rasa percaya diri anak pada saat berbicara di TK kelompok A TK Atikan Kecamatan Gedebage Kota Bandung. Penelitin ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana rasa percaya diri anak pada saat berbicara setelah menggunakan metode Hypnoteaching, dan untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan rasa percaya diri anak pada saat berbicara dengan menggunakan metode Hypnoteaching. Penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas (PTK) yang memfokuskan pada kemampuan menunjukan rasa percaya diri. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Elliot. Kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan oleh pemerolehan bintang empat dari setiap siklusnya mengalmi peningkatan. Pemerolehan bitang empat pada siklus I yaitu 6,6%, kemudian pada siklus II yaitu 40%, dan pemerolehan bintang empat pada siklus III yaitu 86,6%. Hal ini menandakan seberapa besar peningkatan yang terjadi pada kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara setelah dilakukan penelitian dengan metode Hypnoteaching. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode Hypnoteaching, dapat meningkatkan rasa percaya diri anak pada saat berbicara. Metode Hypnoteaching ini dapat di rekomendasikan sebagai salah satu alternatif metode mengajar untuk mengembangkan kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara.
Kata Kuci : Percaya Diri pada saat Berbicara, Metode Hypnoteaching.
1 2
penulis penanggung jawab penulis penanggung jawab
Ghina Wulansuci, Nina Sundari1, Lely Halimah2 2 Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak pada Saat BerbicaraMenggunakan Metode Hypnoteaching
IMPROFING CHILDRENS SELF CONFIDENT IN SPEAKING USING HYPNOTEACHING METHOD Ghina Wulansuci, Nina Sundari1, Lely Halimah2 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRACT Early childhood education is a beginning foundation to educate children in the future. There fore childhood education should be able to give maximum seruice so the growth and the develpment of children are optimal. Teachers have a task to be a facilitator to develop potency owned b early children. Self confident is one of potency that needed to have by some one does not have self confident, it is worried because basically self confident is very important to have. The result of observation in the kindergarten group A TK Atikan Kecamatan Gedebage Kota Bandung show that there are children who do not have self confident that causes the ability of children in speaking in less appeared. Based on that finding it is needed on an effortand a plan of improvement action with a purpose to improve the absity of children. With suggestion of the eksperts. Hypnoteaching is used to improve the chilrens self confident in speaking in the kindergarten group A Tk Aikkan K ecamatan Gedebage Kota Bndng. This research has a purpose to find out how the childrens self confident afterbeinf treated by Hynoteaching method and to find out how the improvement of the children’s self confident when they speak using Hypnoteaching method. The research uses clasroom action research that focuses on ability to show the self confident. This research that focuses on ability to show the self confident. This research uses elliot research design. The ability of children shows that the self confident is improfed in speaking. It is showed by the achievement of four stars in each cycle. The achievement of four stars in first cycle is 6,6/%, than in second cycle in 40%, and the achievement of four stars in third cycle is 86,6%. It indicates how big the improvemint that happens to the ability of children to show self confident in speaking after getting Hypnoteaching method treatment. There fore it is concivded that by applying Hypnoteaching method, children’s self confident in speaking is improved. Hypnoteaching method is recomended as one alternative method in teaching to develop the ability of children in show self confident in speaking.
Keywords:Improfing Childrens Self Confident In Speaking Using, Hypnotaching Method
1 2
penulis penanggung jawab penulis penanggung jawab
3 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
pendidikan anak usia dini hendaknya mampu memberikan pelayanan yang maksimal agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang secara optimal, sehingga tercipta pembelajaran yang kondusif bagi anak. Selain menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif diperlukan juga pemberian motivasi dan stimulus yang baik, dan perlu memperhatikan karakteristik anak yang berbeda-beda. Pendidikan yang diberikan hendaknya mampu memberikan perubahan dan mampu meningkatkan seluruh aspek perkembangan anak, baik itu kognitif, bahasa, sosial emosional, fisik motorik dan moral agama. Berdasarkan pengamatan di lapangan, masih jarang lembaga PAUD, yang mampu memberikan layanan pendidikan secara optimal. Kebanyakan lembaga PAUD hanya menekankan pada perkembangan kognitifnya saja tanpa memperhatikan seluruh aspek perkembangan lain. Masih banyak lembaga PAUD yang hanya menitik beratkan pada satu perkembangan saja, sehingga mampu menimbulkan banyak permasalahan yang terjadi. Banyak yang membiarkan permasalahanpermasalahan tersebut terjadi dan berlalu begitu saja tanpa penanganan yang khusus. Kurang rasa percaya diri, minimnya anak yang bersoaialisasi, rendahnya moral anak, jarang sekali tersentuh penanganan. Seperti yang terjadi disalah satu TK di Kota Bandung, permasalahan yang muncul adalah adanya anak yang tidak percaya diri, yang mengakibatkan kemampuan berbicara tidak terlalu muncul, anak cenderung tidak berani untuk mengungkapkan pendapatnya dalam proses pembelajaran. Padahal 1 2
penulis penanggung jawab penulis penanggung jawab
pada kenyataannya percaya diri memang dibutuhkan oleh setiap manusia. Dengan rasa percaya diri akan membantu seseorang dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupannya. Terjadinya permasalahan tersebut tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Apabila melihat fakta di lapangan, peneliti menilai bahwa lingkungan sekolah menjadi salah satu faktor terjadinya permasalahan tersebut. Pihak sekolah sepertinya tidak begitu memperhatikan permasalahan tersebut. Hal itu terlihat dari kurangnya usaha guru dalam mendesain proses pembelajaran. Selain itu juga guru kurang inovatif dalam menggunakan metode dan media pembelajaran. Hal ini tentunnya mengakibatkan proses pembelajaran menjadi monoton, sehingga anak-anak tidak mampu mengeksplor seluruh kemampuan dan potensinya. Semakin berlarutnya permasalahan ini, dianggap menjadi faktor penyebab rendahnya rasa percaya diri anak terutama dalam kemampua berbicara. Kurangnya penguatan dan motivasi terhadap anak menambah permasalahan dalam meningkatkan rasa percaya diri yang dimiliki oleh anakanak. Berkaitan dengan permasalahan yang terjadi, diperlukan sebuah inovasi dalam pengguanaan metode pembelajaran yang dianggap efektif. Adapun yang dianggap cocok untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi adalah metode Hypnoteaching. Hypnoteaching merupakan salah satu metode pembelajaran yang menggunakan sugesti-sugesti positif untuk mencapai alam bawah sadar anak didik, sehingga mampu menjadikan anak memiliki rasa ketertarikan dan termotivasi untuk belajar.“Hypnoteaching merupakan
Ghina Wulansuci, Nina Sundari1, Lely Halimah2 4 Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak pada Saat BerbicaraMenggunakan Metode Hypnoteaching metode pembelajaran yang dalam penyampaian materi, guru menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar yang bisa menumbuhkan ketertarikan tersendiri kepada anak didik”(Yustisia. 2012, hlm. 75). pelaksanaan Hypnoteaching ini dikemas dalam sebuah permainan yaitu salah satunya permainan Think-pairsharing, Talking stick, dan picture and picture. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana proses penerapan metode Hypnoteaching untuk meningkatkan rasa percaya diri anak pada saat berbicara? 2. Bagaimana rasa percaya diri anak pada saat berbicara setelah mendapat pembinaan melalui metode Hypnoteaching? Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuannya yaitu: 1. Meningkatkan proses pembelajaran melalui metode Hypnoteaching untuk anak yang kurang memiliki rasa percaya diri pada saat berbicara. 2. Mengidentifikasi rasa percaya diri anak pada saat berbicara melalui metode Hypnoteaching. Perkembangan yang terjadi kepada anak hendaknya mampu dipahami oleh setiap orang, terutama oleh guru maupun orang tua. Berikut terdapat beberapa alasan mengapa orang tua dan guru penting mempelajari perkembangan yang terjadi pada anak usia dini sebagai: “pengetahuan tentang tumbuh kembang anak usia dini dapat memberikan pengertian dan pemahaman pada diri sendiri, pengetahuan tumbuh kembang bagi 1 2
penulis penanggung jawab penulis penanggung jawab
orang tua, para guru, dan para profesional dapat membantu anak untuk memberi layanan edukasi secara optimal. Dan adanya upaya para ahli mempelajari tumbuh kembang anak usia dini untuk belajar terus menerus”. black (dalam Suyadi, 2013, hlm. 47). Berdasarkan hal di atas memang pada dasarnya sebagai orang tua maupun guru penting memahai perkembangan yang terjadi pada anak, sebagai upaya memfasilitasi anak, baik secara fisik maupun psikis kepada anak secara optimal. Perkembangan yang terjadi kepada anak ini banyak sekali yaitu perkembangan kognitif, perkembangan sosial, perkembangan bahasa, perkembangan sosial, dan perkembangan emosi. Berdasarkan berbagai macam perkembangan yang terjadi kepada anak, perkembangan emosi merupakan perkembangan yang dirasa sangat mempengaruhi perkembangan yang lain. Seperti halnya ketika perkembangan bahasa anak akan berkembang dengan baik, apabila dilandasi dengan perkembangan emosi yang baik dan stabil. Emosi pada dasarnya terdapat 2 macam emosi yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif bisa ditandai dengan rasa bahagia, suka cita, dan emosi negatif bisa ditandai dengan marah, cemburu, sedih, iri hati. Kedua emosi tersebut pasti dimiliki oleh setiap individu terutama anak usia dini. Maslow juga menjelaskan secara rinci mengenai tahapan kebutuhan manusia dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, yang sering disebut dengan Hierarki kebutuhan. Seperti halnya “ kebutuhan Fisiologis, Kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan memiliki dan cinta, kebutuhan rasa percaya diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri”. (Herawati, 2006, hlm. 5).Dari berbagai macam Hierarki kebutuhan manusia,
5 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
hierarki kebutuhan rasa percaya diri merupakan hierarki yang dirasa sangat penting dimiliki oleh setiap individu. Sehari-hari manusia tidak terlepas dari adanya rasa percaya diri dalam menjalankan kehidupannya, rasa percaya diri memang harus ada dalam diri seseorang agar mampu menjalani kehidupannya dengan baik dan bermakna. Suyadi dan Maulidya (2013, hlm. 154) berpendapat bahwa “percaya diri (adequacy) atau self esteem merupakan perasaan dimana anak mempunyai keyakinan tentang dirinya sendiri bahwa ia mempunyai konsep tentang diri sendiri”. Sehingga berdasarkan hal tersebut percaya diri penting dimiliki setiap orang, karena percaya diri merupakan suatu hal yang perlu dijunjung tinggi oleh setiap manusia agar orang tersebut memiliki keyakinan yang kuat, berani untuk maju, selalu berfikiran positif pada setiap hal yang dilakukannya, dan lain sebagainya. Secara sederhana pun dikatakan bahwa “rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya”. Hakim (2002, hlm. 6) . Seperti halnya pendapat Haryanto (dalam Kamila IN. 2013, hlm. 11) “orang yang tidak memiliki rasa percaya diri cenderung Tidak dapat mendemontrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan”. Jelas terlihat bahwa kemampuan berbicara harus di landasi dengan rasa percaya diri yang tinggi, agar kemampuan berbicara dapat berkembang dan selaras dengan rasa percaya diri yang tinggi. Dalam menggunakan bahasa, dapat dilaksanakan secara lisan maupun tulisan, akan tetapi agar dapat 1 2
penulis penanggung jawab penulis penanggung jawab
terjadi komunikasi diperlukan kemampuan bebicara. Saddhono dan Slamet (2014, hlm. 52) berpendapat “ kemampuan berbicara akan lebih mudah dalam menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain, keberhasilan menggunakan ide itu sehingga dapat diterima oleh orang yang mendengarkan atau orang yang diajak bicara. Sebaliknya, seseorang yang kurang memiliki kemampuan berbicara akan mengalami dalam menyampaikan ide gagasannya kepada orang lain”. Setuju dengan pendapat saddhono dan slamet ditas bahwa memang berbicara sebagai suatu alat untuk menyampaikan pendapat. Dengan yang dikatakan oleh Saddhono dan Slamet (2014, hlm. 56) bahwa: Berdasarkan hal ditas bahwa memang berbicara bukan suatu perkara yang mudah. Berbicara perlu dipelajarai terlebih dahulu kemudian baru bisa dikuasai, dimana semakin banyak berlatih maka seseorang akan semakin menguasai dan semakin terampil berbicara. Pada dasarnya anak adalah sebagai produk dari lingkungan. Maka dari itu, jika lingkungan sering mengajak anak berbicara, kemudian selalu menjawab dan memperhatikan pertanyaan yang berikan anak, dan memberikan kesempatan anak untuk belajar dan berlatih berbicara maka anak akan terlatih untuk mampu berbicara. Sebaliknya, jika lingkungan tidak memfasilitasi dan tidak memberikan kesempatan anak untuk mampu berbicara, maka anak akan mengalami kesulitan belajar berbicara. Tarigan (2008, hlm. 16) menyatakan “berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak Berdasarkan
Ghina Wulansuci, Nina Sundari1, Lely Halimah2 6 Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak pada Saat BerbicaraMenggunakan Metode Hypnoteaching hal tersebut bahwa memang bahasa sangatlah penting, sebagai alat untuk menjalin komunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Hypnoteaching merupakan metode pembelajaran yang menarik, kreatif dan inovatif sehingga mampu menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan, dan memberikan kesan santai, rileks, tenang, tanpa beban bagi anak, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan mampu memberikan perubahan pada anak. Serta mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan menumbuhkan minat belajar pada anak yang dikemas dalam strategi pembelajaran yang menarik, menyenangakan dan menstimulus anak dengan pemberian sugesti-sugesti positif pada anak. Yustisia (2012, hlm. 75) berpendapat bahwa “Hypnoteaching merupakan metode pembelajaran yang dalam penyampaian materi, guru menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar yang bisa menumbuhkan ketertarikan tersendiri kepada anak didik”. Dalam pelaksanaannya, Hypnoteaching ini akan dikemas secara menarik dengan menggunakan 3 teknik permainan. Permainan ini selain menyenangkan bagi anak juga akan menjadikan rasa percaya diri dalam kemampuan berbicara anak menjadi berkembang. Permainan tersebut yaitu Think-pair-share, Talking stick, dan Picture-and-Picture. METODE Penelitian ini dilaksanakan di TK Atikan Kecamatan Gedebage Kota Bandung. penelitian yang digunakan adalah desain penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Elliot. Dalam desain penelitian model Elliot, dalam pelaksanannya satu siklus terdiri atas 1 2
penulis penanggung jawab penulis penanggung jawab
beberapa tindakan. Desain penelitian ini dipilih karena sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan peneliti, yakni mengenai kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara. Instrumen penelitian yang akan digunakan pada saat penelitian yang meliputi; penilaian respon proses, lembar observasi terhadap aktivitas guru, lembar observasi terhadap aktivitas anak, catatan lapangan, lembar wawancara, dan kamera foto untuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan instrumen respon Proses, teknik observasi, teknik wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Analisis data kualitatif bersumber dari lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Sedangkan, analisis data kuantitatif di dapat dari proses anak dan hasil kemampuan anak menunjukan rasa percaya dirinya pada saat berbicara sebagai pengaruh dalam setiap siklus. Data yang di analisis secara kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar anak dilihat dari setiap tindakan yang dilakukan oleh anak. analisis ini dihitung dengan menggunakan rumus rata – rata :
𝑋=
𝑋 𝑁
Keterangan : X= nilai rata – rata ∑X= jumlah semua nilai anak ∑N=jumlah anak Untuk ketuntasan belajar anak yaitu dilihat dari perorangan. Metoda Hypnoteaching dikatakan berhasil dalam
7 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
meningkatkan rasa percaya diri anak pada saat berbicara jika anak memenuhi ketuntasan belajar dengan kategori baik akan mendapatkan bintang sebanyak empat. Untuk menghitung persentase ketuntasan tersebut yaitu dengan menggunakan rumus : P =
anak yang tuntas belajarx 100 % anak
Terkait dengan data kualitatif, data dapat dijelaskan bahwa analisis data dilakukan dengan cara menata secara sistematis hasil pengamatan dan tindakan kelas sehingga diperoleh deskripsi data utuh dan runtut. Hal tersebut dapat dilakukan melalui teknik triangulasi yang merupakan penggunaan berbagai metode atau cara analisis agar pengolahan data yang terkumpul bisa dipercaya TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN Penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga siklus, dalam setiap siklus terdapat tiga tindakan. Setiap siklus menggunakan metode pembelajaran yang sama yakni dengan menggunakan metode Hypnoteaching melalui tiga teknik permainan Think-Pair-Share, Talking-Stick, Picture-and-Picture. Dalam setiap siklusnya, guru menggunakan permainan yang berbedabeda dan media yang digunakanpun berbeda. Hanya saja dalam setian siklus terdapat media yang sama dan selalu digunakan disetiap siklusnya, yaitu jam emosi. Jam emosi digunakan untuk mengatur emosi anak agar pembelajaran dapat terkondisikan denga baik. Pada setiap hasil tindakan yang telah dilaksanakan, semuanya dideskripsikan, dianalisis kemudian direfleksei pada setiap tindakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari setiap 1 penulis penanggung jawab 2 penulis penanggung jawab
siklus yang telah dilaksanakan. Rincian dari setiap siklus tersebut adalah sebagai berikut 1. Siklus 1 Siklus kesatu terdiri dari tiga tindakan. Tema yang digunakan adalah Tanah air dengan sub tema kebudayaan, dan pelaksanaan penelitian siklus satu dilaksankan pada tanggal, 1, 2, 6 April 2015. Permainan yang digunakan pada siklus I yaitu Think-Pair-Share sebagai upaya meningkatkan kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri dengan mampu menjawab pertanyaan sederhana, mampu mengngkapkan keinginan dan ketidak setujuan, dan meningkatkan kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri dengan mengungkapkan pendapat. Kegiatan permainan Think-PairShare , pada tindakan satu dikemas kedalam bentuk kotak ajaib, tindakan kedua dikemas kedalam bentuk mencari harta karun, dan tindakan ketiga dikemas kedalam bentuk permainan bisik berantai. Dengan permainan tersebut anak diberikan kesempatan untuk menjawab beberapa pertanyaan dari guru, kemudian guru memberikan kesempatan anak mengungkapkan keinginan dan ketidak setujuan, dan anak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya. Pada tindakan 1,dengan menggunakan permainan Think-PairShare yang dikemas kedalam bentuk permaian kotak ajaib anak-anak terlihat antusias melaksankan permainan. Akan tetapi kemampuan anak menjawab pertanyaan belum muncul, anak masih terlihat pasif, masih terlihat banyak diam, dan masih tidak percaya diri untuk berbicara. Pada tindakan 2 kemampuan anak mengungkapkan keinginan dan ketidak setujuannya belum mengalami perubahan yang signifikan. Anak masih
Ghina Wulansuci, Nina Sundari1, Lely Halimah2 8 Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak pada Saat BerbicaraMenggunakan Metode Hypnoteaching terlihat pasif, dan tidak percaya diri pada saat berbicara mengungkapkan keinginan dan ketidaksetujuan. Pada tindakan III kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri dengan berani mengungkapkan pendapat menggunakan metode Hypnoteaching yang dikemas kedalam permaianan Think-Pair-Share, belum berkembang secara optimal, anak masih terlihat pasif, dan rasa percaya diri anak belum muncul. Akan tetapi, anak mengalami perubahan, dimana anak terlihat bersemangat mengikuti pebelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari pemerolehan bintang ang didapatkan anak. Selain itu dengan penggunaan jam emosi anak belum mampu terbiasa dengan penggunaan jam emosi, dimana anak masih terlihat belum mampu belajar secara tertib, kondusif, dan belum terkondisikan dengan baik. Berdasarkan temuan-temuan yang telah ditemukan peneiti pada siklus I, peneliti memperbaiki kekurangankekurangan yang terjadi. Peneliti harus memilih permainan yang tepat dan lebih meningkatkan pemberian sugesti positif dan meningkatkan penggunaan bahasa bahasa positif kepada anak. 2. Siklus II Tema pembelajaran pada siklus II yaitu alam semesta, dan sub temanyapun yaitu gejala alam. Siklus II dilaksankan pada 3 hari berturut-turut yaitu tanggal 23, 29, dan 30 april 2015. Berdasarkan hasil dari siklus bahwa dengan menggunakan permaian Think-PairShare kemampuan anan menujukan rasa percaya diri belum berkembang. Maka dari itu, pada siklus II peneliti melaksankan perbaikan dengan mengganti permainan yang digunakan yaitu Talking-Stick. Pada pelaksanaan tindakan I kemampuan anak menunjukan rasa 1 2
penulis penanggung jawab penulis penanggung jawab
percaya diri mengelami perkembangan yang baik, dimana anak mampu menjawab pertanyaan dari guru, meskipun masih terlihat malu-malu-malu pada saat berbicara, rasa percaya dirinya belum muncul. Pada pelaksanaan tindakan II kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri dengan menggunakan permainan Taking-Stick mengalami perkembangan yang baik, dimana anak sudah mampu mengungkapkan keinginannya meskipun jawaban yang diberikan masih sama dengan jawaban temannya. Akan tetapi rasa percaya diri anak untuk berbicara sudah terlihat muncul, dengan menggunakan permaian Talking-Stick kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara mengalami perkembangan yang baik. Pelaksanaan tindakan 3 kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri dengan mengungkapkan pendapatnya. Mengalami perkembangan yang baik anak sudah terlihat percaya diri dan mampu berbicara meskipun jawaban yang diberikan masih tidak sesuai dengan pertanyaan dan sama dengan jawaban temannya penggunaan permainan TalkingStick memberikan perkembangan yang baik kepada perkembangan anak, dimana anak sudah terlihat percaya diri pada saat berbicara. Meskipun masih terdapat kekurangan dimana anak masih belum terlihat mandiri ketika menjawab pertanyaan, mengungkapkan keinginan dan pendaatnyaan. Selain itu anak sudah terlihat terbiasa dengan penggunaan jam emosi, anak sudah mampu terkondisikan dengan baik dan pembelajaran terlhat aktif, tertib, dan bersemangat. Berdasarkan temuan-temuan pada siklus II kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara mengalami perkembangan
9 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
yang baik. Akan tetapi peneliti tak lantas puas begitu saja, peneliti tetap menngkatkan kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri dengan mengganti permaian dan menambah waktu penerapan metode Hypnoteaching. 3. Siklus III Pelaksanaan penelitian pada siklus III dilaksanakan 3hari berturut-trut. Yaitu tanggal 6, 7, 8 Mei 2015. Tema pembelajaran yang dilaksanakan yaitu Alam Semesta dan subtema gejal alam. Berdasarkan hasil dari temuan disiklu II anak mengalami perkembangan yang baik, hal tersebut tidak menjadikan peneliti puas. Peneliti lebih meningkatkan permainan yang di gunakan yaitu Picture-and-Picture dan menambah waktu penerapan metode Hypnoteaching. Pelaksanaan tindakan 1 kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara terutama indikator menjawab pertanyaan sederhana mengalami perkembangan yang sangat baik dibandingkan pada saat siklus II. Sedangkan pads tindakan 2 yang mengembangkan indikator mampu mengungkapkan keinginan dan pendapat berkembang dengan baik. Selain itu pada tindakan 3 anak lebih menunjukan peningkatannya dimana anak terlihat percaya diri pada saat berbicara dengan berani mengungkapkan pendapat. Pengguaan permainan Picture-andPicture kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara menngalami perkembnagan yang sangat baik dibandingkan pada saat sikus II. Dimana pada siklus III ini anak terlihat sangat percaya diri pada saat berbicara. Bahkan, tanpa di rangsangpun anak sudah terlihat mampu berbicara dengan sangat prcaya diri. Selain itu juga dalam penggunaan jam emosianak melai terbiasa dengan penggunaanya, anak 1 penulis penanggung jawab 2 penulis penanggung jawab
terlihat tertib, kondusif, dan mampu terkondisikan dengan baik, dan menambah semangat anak dalam kegiatan pembelajaran. B. PEMBAHASAN Secara umum kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri paa saat berbicara mengalami perkembangan yang baik setelah mendapatkan pembinaan menggunakan metode Hypnoteaching . dari siklus ke siklus anak mengalami perkembangan. Karena pada setiap siklusnya peneliti melaksankan perbaikan agar capaian perkembangan anak dapat tercapai secara optimal. Berdasarkan deskripsi, analisis dan refleksi dari setiap siklus yang telah dipaparkan, peneliti menemukan temuan-temuan selama penelitian dilaksanakan pada setiap siklusnya. Terhadap temuan-temuan tersebut dilakukan pembahasan sebagai berikut: 1. Siklus I Pada penelitian ini peneliti melakukan tiga kali tindakan dengan tema Tanah Airku dan subtema kebudayaan. Penerapan metode Hypnoteaching yang dikemas dalam permaian Think-Pair-Share sebagai upaya meningkatkan rasa percaya diri anak pada saat berbicara. Dari kegiatan yang telah dilakukan pada siklus I masih banyak kekurangan yang terjadi kepada anak. Temuan yang didapat pada siklus I, terdapat anak yang belum mampu menujukan percaya dirinya sehingga mengakibatkan anak tidak mampu menjawab pertanyaan, anak belum mampu mengungkapkan keinginan dan ketidak setujuannya, dan anak belum mampu mengukapkan pendapatnya. Ketika ada satu anak yang mampu menjawab pertanyaan, mengungkapkan keinginan, ketidak setujuan dan menungkapkan pendapatnya, itupun anak harus dirangsang terlebih dahulu
Ghina Wulansuci, Nina Sundari1, Lely Halimah2 10 Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak pada Saat BerbicaraMenggunakan Metode Hypnoteaching oleh guru. Akan tetapi berdasaran ketiga indikator pencapaian perkembangan, kemampuan anak mengungkapkan keinginan dan ketidak setujuanlah yang dirasa perkembangannya lebih baik dibandingkan dengan indikator yang lainnya. Hal ini menandakan bahwa kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara belum menunjukan perkembangan yang baik, sehingga banyak harus ditingkatkan dalam menerapkan metode Hypnoteaching tersebut. 40% 30% 20% 10% 0% siklus I menunjukan rasa percaya diri anak pada saat berbicara melalui metode Hypnoteaching
Grafik 4.1 Hasil Akhir Kemampuan Menunjukan Rasa Percaya Diri Anak Pada Saat Berbicara Melalui Metode Hypnoteaching Pada Siklus I
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa kemampuan anak menujukan rasa percaya diri pada saat berbicara melalui metode Hypnoteaching pada siklus I belum berkembang. Hal ini terlihat dari grafik pemerolehan bintang empat yang masih minim, belum terjadi peningkatan yang signifikan. Batang grafik berwarna biru menandakan pemerolehan bintang satu, bintang satu berarti bahwa kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat belum berkembang dengan baik. Sementara itu batang grafik yang berwarna merah menandakan pemerolehan bintang dua, bintang dua berarti bahwa kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara mulai berkembang dengan 1 2
penulis penanggung jawab penulis penanggung jawab
baik. Batang grafik yang berwarna hijau menandakan pemerolehan bintang tiga, bintang tiga berarti bahwa kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara berkembang sesuai harapan, dan grafik yang berwarna ungu menandakan pemerolehan bintang empat, bintang emapat berarti bahwa kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara berkembang sangat baik. 2. Siklus II Pada penelitian ini peneliti melakukan tiga kali tindakan dengan alam semesta dan subtema gejala alam. Pada pelaksanaan siklus II peneliti menyiapkan semua perlengkapan yang diperlukan untuk melaksankan permaian Talking-Stick. Jika pada siklus I peneliti menyiapkan beberapa media pembelajaran disetiap tindakannya seperti kotak ajaib, gambar, pada siklus II peneliti tidak menggunakan banyak media, peneliti hanya menggunakan satu media yaitu Stick yang berisi pertanyaan saja. Setelah melakukan perbaikan pada siklus II dengan mengganti permainan yang digunakan, muncul perubahan yang terjadi pada proses pembelajaran. Ketika keputusan peneliti untuk mengganti permainan yang digunakan, ternyata mengalami perubahan yang baik, anakanak terlihat lebih bersemangat dan mampu menunjukan percaya dirinya, sehingga kemampuan berbicara anak menjadi berkemabang. Anak-anak terlihat lebih aktif, semangat, dan percaya diri sehingga anak mampu berbicara menjawab pertanyaan, mengungkapkan keinginan dan ketidak setujuan, maupun mengungkapkan pendapat. Hal ini berarti ketika kegiatan yang diberikan itu menarik dan menyenangkan maka anak akan lebih tertarik untuk memperhatikan kegiatan yang diberikan.
11 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
60% * (belum berkembang )
50% 40%
** (mulai berkembang )
30%
*** (berkemban g sesuai harapan) ****(berke mbang sangat baik)
20% 10% 0% Siklus II menunjukan rasa percaya diri anak pada saat berbicara melaui metode Hypnoteaching
Grafik 4.2 Hasil akhir kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara melalui metode Hypnoteaching pada siklus II
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicar sudah menunjukkan adanya peningkatan. Batang grafik yang berwarna biru menandakan pemerolehan bintang satu yang didapatkan anak. Bintang satu berarti bahwa kemampuan anak menunjukaan rasa percaya diri pada saat berbicara belum berkembang, pada siklus I pemerolehan bintang satu mendapatkan persentase 26,6%. Sementara itu batang grafik yang berwarna merah menandakan pemerolehan bintang dua, bintang dua berarti bahwa kemampuan anak menunjukaan rasa percaya diri pada saat berbicara mulai berkembang. Pemerolehan bintang dua pada siklus II mendapatkan persentase 6,6%. Dan batang grafik yang berwarna hijau menandakan pemerolehan bintang tiga, bintang tiga berarti bahwa kemampuan anak menunjukaan rasa percaya diri pada saat berbicara berkembang sesuai harapan dan mendapatkan persentase 53,3%. Dan batang grafik yang berwarna ungu menandakan pemerolehan bintang empat, bintang empat menandakan 1 penulis penanggung jawab 2 penulis penanggung jawab
bahwa anak berkembang sangat baik, dan mendapatkan persentase 40%. 3. Siklus III Pada penelitian kali ini peneliti memilih masih sama dengan siklus II yaitu alam semeseta dan subteama gejala alam dengan tiga kali penelitian. Jika pada penelitian sebelumnya peneliti menerapkan metode Hypnoteaching hanya pada saat kegiatan pembelajaran saja, akan tetapi pada siklus III ini peneliti menerapkan metode Hypnoteaching dari awal anak datang kesekolah sampai anak pulang sekolah. Metode tersebut peneliti kemas dengan permainan picture-and-picture. Ketika pada pelaksanaan siklus III, kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak lantas membuat peneliti merasa puas dengan adanya peningkatan tersebut. Dengan adanya peningkatan yang dialami justru membuat peneliti ingin lebih meningkatkan kemapuan anak dalam menunjukan rasa percaya dirinya pada saat berbicara. Maka pada siklus III peneliti sengaja meberikan motivasi, penguatan, dan memberiak sugesti positif kepada anak lebih diintensifkan kembali, dimana dilaksankan pada saat anak datang kesekolah sampai anak pulang sekolah. Setelah melakukan perubahan dengan menambah waktu pemberian sugesti positif dan mengganti permaian, kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat mengalami peningkatan cukup signifikan. Anakanak terlihat percaya diri, anak terlihat aktif dalam pembelajaran, anak terlihat bersemangat melaksankan pembelajaran, anak-anak juga mampu menjawab pertanyaan, anak mampu mengungkapkan keinginan dan ketidak setujuan, dan anak mampu mengungkapkan pendapat dengan percaya diri.
Ghina Wulansuci, Nina Sundari1, Lely Halimah2 12 Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak pada Saat BerbicaraMenggunakan Metode Hypnoteaching Berikut adalah total gambaran tentang perkembangan kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara dengan menerapkan metode Hypnoteacing yang dituangkan dalam bentuk grafik. 100% 80% 60% 40% 20%
100%
0% Siklus III kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara melalui metode Hypnoteaching
Grafik 4.3 Hasil Akhir Kemampuan Anak Menunjukan Rasa Percaya Diri Pada Saat Berbicara Memalui Metode Hypnoteaching Pada Siklus III
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa batang grafik yang berwarna biru menandakan pemerolehan bintang satu, batang grafik yang berwarna merah menandakan pemerolehan bintang dua, batang grafik yang berwarna hijau menandakan pemerolehan bintang tiga, dan batang grafik ungu menandakan pemerolehan bintang empat. Berdasarkan data di atas pemerolehan bintang satu tidak muncul, ini berarti persentasenya adalah 0%. Hal ini berarti kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara yang belum berkembang sudah tidak ada. Sementara itu untuk pemerolehan bintang dua yang berarti bahwa kemampuan bahasa anak mulai berkembang mendapatkan persentase 0%. pemerolehan bintang tiga yang 1 2
menandakan pemerolehan bahwa kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicaramendapatkan 6,6%, dan pemerolehan bintang emapat kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara berkembang sangat baik mendapatkan persentase 93,3%. Dengan demikian peningkatan yang terjadi pada siklus I-III dapat dilihat pada table dibawah ini:
penulis penanggung jawab penulis penanggung jawab
80% 60% 40% 20% 0%
* (belum berkembang ) ** (mulai berkembang) *** (berkembang sesuai harapan ) ****(berkemban g sangat baik)
Grafik 4.4 Hasil Akhir Kemampauan Anak Menunjukan Rasa Percaya Diri Pada Saat Berbicara Melalui Metode Hypnoteaching Pada Siklus I-III
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara mengalami perkembangan yang baik setiap siklusnya. Maka dapat disimpulkan bahwa metode Hypnoteaching dapat digunakan sebagai metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan rasa percaya diri anak pada saat berbicara KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penggunaan metode Hypnoteaching, sebagai upaya meningkatkan rasa percaya diri anak pada saat berbicara pada anak Kelompok A di TK Atikan Kecamatan
13 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
Gedebage Kota Bandung, mengalami perkembangan sangat baik. Hal tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Proses penerapan metode Hypnoteaching untuk meningkatkan rasa percaya diri anak pada saat berbicara dikemas kedalam tiga permainan yaitu Think-Pair-Share, Talking-Stick, dan Picture-andPicture. Permainan Think-PairShare dikemas dalam bentuk kotak ajaib, mencari harta karun, dan bisik berantai. Talking-Stick ini yaitu permainan memutarkan tongkat berisi pertanyaan yang diiringi musik. Dan Picture-and-Picture yaitu permainan menyusun gambar. Permainan Picture-and-Picture memberikan respon positif dari anak, yaitu anak mengalami perkembangan sangat baik. Hal tersebut terbukti dari pemerolehan bintang yang didapatkan oleh anak, yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan penggunaan permainan Think-Pair-Share dan Talking-Stick. Selain permainan, juga menerapkan jam emosi sebagai upaya mengatur emosi anak, agar pembelajaran mampu terkondisikan dengan baik. Dengan demikian, metode Hpnoteaching dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan rasa percaya diri anak pada saat berbicara. 2) Kemampuan anak menunjukan rasa percaya diri pada saat berbicara, berkembang dengan baik setelah mendapatkan pembinaan menggunakan metode Hypnoteaching. Penerapan metode Hypnoteaching denagn menggunakan 3 teknik permaian Think-Pair-Share, Talking-Stick, dan Picture-and-Picture. menjadikan anak mampu menjawab pertanyaan sederhana, mengungkapkan keinginan dan ketidak setujuan, dan mampu 1 penulis penanggung jawab 2 penulis penanggung jawab
mengungkapkan pendapatnya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil persentase bintang empat pada siklus I yaitu 6,6%, sementara itu pemerolehan bintang empat pada siklus II yaitu 40% dan pemerolehan bintang emapat pada siklus III yaitu 86,6%. Sementara itu, dengan menerapkan jam emosi, kegiatan pembelajaran menjadi terkondisikan dengan baik, pembelajaran menjadi lebih aktif, dan menyenangkan bagi anak. Dengan demikian metode Hypnoteaching dapat meningkatkan rasa percaya diri anak pada saat berbicara. DAFTAR PUSTAKA Hakim, T. (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara. Herawati, NI. (2006). psikologi perkembangan III. Bandung Universitas Pendidikan Indonesia. Kamila, IN. (2013). Pengembangan Percaya Diri Pada Anak Usia Dini Jalanan.Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan. Saddhono, K & Slamet. (2014). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: GRAHA ILMU Suyadi & Ulfah, M. 2013. Konsep Dasar Paud. Bandung: Rosda. Tarigan, H. G. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa Yustisia, N. 2012. Hypnoteaching. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA
Ghina Wulansuci, Nina Sundari1, Lely Halimah2 14 Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak pada Saat BerbicaraMenggunakan Metode Hypnoteaching
1 2
penulis penanggung jawab penulis penanggung jawab