MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA ANAK KELOMPOK B TK KKLKMD SEDYO RUKUN, BAMBANGLIPURO, BANTUL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Widiyanti NIM 13111247001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET 2016
i
ii
iii
iv
MOTTO Sains bukan daftar fakta dan prinsip yang harus dipelajari dengan cara dihafal. Sains adalah cara melihat dunia dan mengajukan pertanyaan. (F. James Rutherford)
The most exciting phrase to hear in science, the one that heralds the most discoveries, is not “Eureka!” (I found it) but “That’s funny..” (Isaac Asimov) I’m sure the universe is full of intelligent life. It’s just been too intelligent to come here. (Arthur C. Clarke)
v
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karya ini saya persembahkan untuk: 1. Bapak dan Ibu Supadi terkasih yang telah memberikan segala bentuk dukungan. 2. Bapak dan Ibu Mikan terkasih yang telah memberikan kesempatan dan segala bentuk dukungan. 3. Daru Kristanto yang selalu memberi dukungan dan kesempatan. 4. Program Studi PG PAUD FIP UNY yang selalu saya banggakan.
vi
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA ANAK KELOMPOK B TK KKLKMD SEDYO RUKUN, BAMBANGLIPURO, BANTUL
Oleh Widiyanti NIM 13111247001 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains anak kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun, Bambanglipuro, Bantul melalui metode eksperimen. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya keterampilan proses sains anak Kelompok B khususnya pada keterampilan mengamati (mengobservasi), memprediksi (meramalkan), mengklasifikasi (mengelompokkan), dan mengkomunikasikan. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru TK. Model penelitian menggunakan model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Penelitian dilakukan dalam dua siklus dimana setiap siklus dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Subyek yang diteliti adalah anak kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun yang berjumlah 19 anak terdiri dari 11 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Obyek dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains melalui metode eksperimen. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan proses sains anak Kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun. Peningkatan keterampilan proses sains dapat dilihat saat pra-tindakan 10,53% dari 19 anak berada dalam kriteria baik (Berkembang Sangat Baik/BSB). Pada siklus I, 52,63% dari 19 anak dalam kriteria baik (Berkembang Sangat Baik/BSB). Pada siklus II diperoleh 100% dari 19 anak dalam kriteria baik (Berkembang Sangat Baik/BSB) pada keterampilan mengamati, memprediksi, mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan. Perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan meliputi: memberi penguatan dan penghargaan, menghadirkan masalah dengan lebih menarik, meningkatkan pengelolaan kelas, memotivasi anak agar senantiasa percaya diri, dan memberi tindakan lebih pada anak yang masih dalam kriteria kurang baik (Mulai Berkembang/MB). Keterampilan proses sains dapat meningkat melalui pembelajaran dengan metode eksperimen dengan langkahlangkah yang meliputi: percobaan awal, pengamatan, membuat dugaan sederhana, melakukan percobaan untuk membuktikan dugaan, mengkomunikasikan hasil temuannya, dan evaluasi. Jadi, keterampilan proses sains pada anak Kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun dapat ditingkatkan melalui metode eksperimen. Kata kunci: keterampilan proses sains, metode eksperimen, kognitif anak
vii
KATA PENGANTAR Segala puji, hormat, dan juga syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah yang luar biasa kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skirpsi yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Melalui Metode Eksperimen pada Anak Kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun, Bambanglipuro, Bantul” dengan baik dan lancar. Tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi. 3. Ketua Jurusan PAUD yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam penyempurnaan skripsi. 4. Ibu Dr. Christina Ismaniati, M.Pd. dan Ibu Eka Sapti C, M.M., M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, telah berkenan meluangkan waktu, selalu memberi saran, arahan, dan motivasi pada penulis untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi. 5. Seluruh dosen program studi PG PAUD yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman. 6. Bapak dan Ibu Supadi dan Bapak serta Ibu Mikan yang telah memberikan doa dan dukungan selama menyelesaikan skripsi.
viii
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
hal i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
vi
ABSTRAK ...................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
viii
DAFTAR ISI ................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................................
8
C. Pembatasan Masalah ..............................................................................
9
D. Rumusan Masalah .................................................................................
9
E. Tujuan Penelitian
..................................................................................
9
F. Manfaat Penelitian .................................................................................
9
G. Definisi Operasional ..............................................................................
11
BAB II KAJIAN TEORI A. Hakekat Keterampilan Proses Sains pada Anak Usia Dini 1. Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-6 tahun
..............................
13
2. Hakikat Keterampilan Proses Sains Anak Usia Dini a. Pengertian Keterampilan Proses Sains .....................................
15
b. Komponen Keterampilan Prose Sains .......................................
18
c. Karakteristik Anak yang Memiliki Keterampilan Proses Sains ..
28
x
3. Pembelajaran Keterampilan Proses Sains di TK a. Pengertian Pembelajaran Keterampilan Proses Sains ................
29
b. Tahap-tahap Pembelajaran Keterampilan Proses Sains di TK ...
31
c. Peran Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Proses Sains .....
35
B. Hakekat Anak TK Kelompok B 1. Pengertian Anak TK Kelompok B ....................................................
38
2. Karakteristik Anak TK Kelompok B ................................................
39
3. Kemampuan Sains Anak TK Kelompok B ........................................
42
C. Hakekat Metode Eksperimen 1. Pengertian Metode Eksperimen
......................................................
2. Macam-macam Metode Eksperimen
45
.............................................
48
3. Tujuan Metode Eksperimen ..............................................................
52
4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen ..............................
54
5. Langkah-langkah Penggunaan Metode Eksperimen .........................
56
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran dengan Metode Eksperimen ............................................................
58
7. Pembelajaran Keterampilan Proses Sains di TK Melalui Metode Eksperimen .........................................................................
60
D. Kerangka Berpikir .................................................................................
72
E. Hipotesis Tindakan
74
...............................................................................
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ......................................................................................
75
B. Subyek dan Obyek Penelitian
...............................................................
76
C. Tempat penelitian ..................................................................................
76
D. Waktu dan setting penelitian ...................................................................
76
E. Desain penelitian tindakan kelas
.......................................................
77
F. Metode pengumpulan data ....................................................................
83
G. Instrumen penelitian ..............................................................................
84
H. Teknik analisis data ...............................................................................
85
I. Indikator keberhasilan ...........................................................................
87
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
.....................................................................................
88
B. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................121 C. Keterbatasan Penelitian ..........................................................................
125
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................................
126
B. Saran
127
....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................
129
LAMPIRAN ...................................................................................................
132
xii
DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Komponen Keterampilan Proses Sains .......................................
20
Tabel 2. Keterampilan Proses Sains dan yang Dilatihkan .........................
23
Tabel 3. Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 tahun ....................................................................
44
Tabel 4. Kriteria Respon Siswa .................................................................
87
Tabel 5. Rekapitulasi Data Keterampilan Proses Sains Anak Sebelum Tindakan .......................................................................................
90
Tabel 6. Rekapitulasi Data Keterampilan Proses Sains Anak Siklus I .......
103
Tabel 7. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Sebelum Tindakan dan Sesudah Tindakan Siklus I ...................................
103
Tabel 8. Rekapitulasi Data Keterampilan Proses Sains Anak Siklus II .....
119
Tabel 9. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ..................................................................
xiii
120
DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ...........................................................
74
Gambar 2. Model Kurt Lewin .......................................................................
77
xiv
DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ...................................................................
133
Lampiran 2. Lembar Observasi ....................................................................
138
Lampiran 3. Panduan Wawancara .................................................................
151
Lampiran 4. Surat Validasi Instrumen Penelitian ........................................
158
Lampiran 5. Jadwal Penelitian ......................................................................
160
Lampiran 6. Rencana Kegiatan Harian ........................................................
162
Lampiran 7. Hasil Observasi ........................................................................
175
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian ...........................................................
185
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengalami kemajuan yang sangat pesat saat ini. Begitu pula dengan perkembangan pada dunia pendidikan, yang menuntut perubahan sistem pendidikan nasional supaya masyarakat khususnya anak mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Anak dituntut untuk mampu berpikir kritis dan logis dalam menyikapi setiap perubahan yang terjadi di masyarakat, supaya dapat menentukan sikap dan mengambil posisi yang tepat di tengah-tengah masyarakat yang selalu mengalami perubahan. Keterampilan berpikir kritis dan logis hendaknya menjadi suatu kompetensi yang harus dilatihkan pada anak. Kemampuan berpikir kritis dan logis merupakan sebuah proses berpikir yang diarahkan pada kemampuan untuk memutuskan apa yang dikerjakan atau diyakini, bukan pada sembarang kesimpulan, tetapi sebuah kesimpulan yang terbaik. Jadi, penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan proses berpikir panjang dan berdasarkan serangkaian kerja yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Melatih keterampilan berpikir kritis dan logis dapat dilaksanakan terpadu ke dalam kegiatan pembelajaran. Biasanya keterampilan berpikir logis dapat dikembangkan secara langsung maupun tidak langsung pada pembelajaran sains. Pembelajaran sains diarahkan pada pembelajaran konstruktivistik, dimana anak diarahkan untuk membentuk pembelajaran yang penuh makna, sehingga anak
1
dapat mengkonstruk pengetahuan mereka. Pada pembelajaran sains, anak dituntut untuk lebih aktif. Sains tidak hanya terdiri dari kumpulan pengetahuan atau fakta yang harus dihafal. Lebih dari itu, sains terdiri dari kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala alam. Namun, fakta di lapangan membuktikan bahwa pembelajaran sains lebih terfokus pada penanaman konsep atau materi kepada anak dan tidak memperhatikan pengembangan proses dalam diri anak. Jika sains yang diajarkan pada saat ini hanya menekankan pada produk saja, maka pembelajaran sains tidak akan melahirkan anak didik yang memiliki sikap seperti sikap yang dimiliki oleh para ilmuan yang dapat berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Hendaknya pembelajaran sains dapat mengembangkan seluruh aspek sains, yaitu berupa proses, produk dan sikap. Sains sebagai suatu proses terdiri dari keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh ilmuan untuk menghasilkan suatu produk sains. Keterampilan tersebut misalnya saja keterampilan melakukan pengamatan, melakukan pengukuran, melakukan penafsiran,
mengklasifikasikan,
menggunakan
alat
dan
bahan,
dan
mengkomunikasikan hasil temuan. Dengan kata lain, pembelajaran proses sains dapat melatih anak untuk memiliki sikap dan cara berpikir yang dimiliki oleh seorang ilmuwan, yaitu berpikir secara sistematis dan didasarkan atas beberapa fakta. Sains sebagai suatu produk berisi fakta-fakta hasil pengamatan dan kegiatan analitik yang berupa konsep, prinsip, hukum, dan teori. Dalam
2
melakukan
proses
sains
agar
menghasilkan
produk
yang
dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya perlu dilandasi dengan sikap yang ilmiah. Sikap ilmiah yang diharapkan adalah sikap obyektif, pantang menyerah, teliti, terbuka, dan kritis. Pembelajaran sains tidak hanya diajarkan pada jenjang sekolah dasar dan menengah. Pembelajaran sains harus mulai dikenalkan sejak usia dini. Hal ini disebabkan karena pada usia ini anak dalam perkembangan yang sangat pesat baik kognisi, sosial, dan emosionalnya. Perkembangan intelektual atau kecerdasan anak pada usia 0-4 tahun mencapai 50%, pada usia 0-8 tahun sudah mencapai 80%, dan baru pada usia 0-18 tahun mencapai 100% (Osborn, White, dan Bloom dalam Suyadi dan Maulidya Ulfah, 2012: 9). Oleh sebab itu, pada fase perkembangan otak yang sangat pesat inilah waktu yang tepat untuk memberikan beberapa stimulus guna mendukung tumbuh kembang anak. Pengenalan sains bagi anak usia dini memiliki peranan yang penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam menghasilkan anak yang mampu berpikir kritis, logis, dan kreatif. Kemampuan anak untuk berpikir logis, kritis dan kreatif harus dilatih sejak usia dini supaya dapat berkembang menjadi mental yang positif bagi anak di masa yang akan datang. Salah satu tujuan pengenalan sains untuk anak usia dini adalah agar anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi melalui proses sains yang dilaksanakan dalam nuansa bermain agar dapat memunculkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik.
Keterampilan
proses
sains
3
melibatkan
kegiatan
pengamatan,
penyelidikan, dan percobaan untuk menemukan suatu fakta yang ada di lingkungan sekitar. Pengenalan sains bagi anak usia dini lebih menekankan pada proses daripada produk. Untuk anak prasekolah keterampilan proses sains hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut. Proses sains melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil penginderaannya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis. Salah satu tujuan pengenalan sains bagi anak usia dini adalah untuk belajar bagaimana melakukan ilmu pengetahuan melalui penerapan proses sains dalam kegiatan penyelidikan atau eksplorasi (Bruner, 1965; National Research Council (NRC), 1996; Rutherford & Ahlgren, 1990, dalam David Jerner Martin, 2005: 14). Melalui penerapan proses sains, anak usia dini diperkenalkan terhadap suatu peristiwa atau gejala alam yang akan merangsang anak untuk berpikir logis
4
dengan mencari sebab akibat. Proses sains dapat melatih mental positif, berpikir logis, dan sistematis. Di samping itu, proses sains dapat pula melatih anak bersikap cermat, karena anak harus mengamati, menyusun prediksi, dan mengambil keputusan. Kemampuan berpikir logis berawal dari keterampilan proses sains anak ketika melakukan kegiatan pengenalan sains sederhana. Kemampuan berpikir logis mempersiapkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi yang menuntut anak untuk berpikir secara ilmiah. Sama halnya dengan pendapat di atas, Slamet Suyanto (2005: 83) menyatakan bahwa kegiatan pengenalan sains untuk anak TK lebih ditekankan pada proses daripada produk. Proses sains yang dikenal dengan metode ilmiah yang terdiri dari: observasi, menemukan masalah, melakukan percobaan, menganalisis data, dan mengambil kesimpulan. Melalui proses sains, anak dikenalkan dengan cara kerja para ilmuwan, yaitu cara kerja yang sistematis untuk memperoleh fakta, konsep dan teori. Melatih keterampilan proses sains pada anak usia dini harus disesuaikan dengan cara belajar anak, yaitu melalui aktivitas bermain berupa percobaan sederhana. Melalui keterampilan proses sains, anak dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sebagai hasil dari pengalamannya. Keterampilan proses sains yang dilatihkan pada anak usia dini berbeda dengan keterampilan proses sains anak usia sekolah dasar. Menurut Ali Nugraha (2005: 125), keterampilan proses sains yang dapat dilatihkan pada anak usia dini meliputi kemampuan mengamati, mengklasifikasi, menafsirkan, dan mengkomunikasikan.
5
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di TK KKLKMD Sedyo Rukun, keterampilan proses sains yang dimiliki anak kelompok B masih rendah. Dari 19 anak yang ada dalam satu kelas, hanya 6 anak yang mampu menggolongkan atau mengelompokkan benda-benda yang dapat terapung dan dapat tenggelam di air. Selain itu hanya terdapat 1 anak yang mampu memprediksi suatu peristiwa: “jika pecahan genting saja tenggelam dalam air, apakah batu kerikil juga akan tenggelam dalam air?” Keterampilan proses sains yang rendah ditandai pula dengan rendahnya kemampuan anak mengamati dan mengidentifikasi suatu benda dan rendahnya kemampuan mereka dalam mengkomunikasikan sesuatu kepada orang lain. Hal ini terbukti ketika anak diminta untuk mengamati kambing yang ada di sekitar kebun sekolah dan menceritakan apa saja ciri-ciri kambing yang telah dilihatnya tersebut, hanya 5 anak yang mampu mengidentifikasi ciri-ciri kambing tersebut dan menceritakannya. Rendahnya keterampilan proses sains yang dimiliki anak kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun disebabkan karena selama pengenalan sains, guru lebih menekankan pada produk akhir yang dihasilkan anak. Guru mengesampingkan proses bagaimana suatu produk akhir dapat dihasilkan oleh anak. Metode demonstrasi dan metode ceramah yang digunakan guru tidak memfasilitasi setiap anak untuk terlibat langsung dalam pembelajaran, sehingga anak tidak mendapatkan
kesempatan
untuk
mencoba
dan
mengkonstruk
berbagai
pengetahuan baru yang sebelumnya belum dimiliki anak. Akibatnya anak mudah bosan jika hanya sekadar mendengarkan guru yang ceramah di depan kelas.
6
Melihat kenyataan di atas, maka perlu diadakan suatu tindakan dalam rangka meningkatkan keterampilan proses sains anak dengan metode yang tepat. Salah satu metode yang dapat memfasilitasi setiap anak untuk terlibat langsung dalam pembelajaran adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran dalam bentuk pemberian kesempatan kepada anak untuk melakukan suatu proses atau percobaan. Metode eksperimen dapat memberikan pengalaman kepada anak di mana anak memberi perlakuan terhadap sesuatu dan mengamati akibatnya (Siti Wahyuni dan Muhammad Munif Syamsuddin, 2011: 17). Metode eksperimen merupakan metode yang dapat mendukung anak untuk mengembangkan keterampilan proses sains, karena melalui metode ini anak dapat melakukan eksplorasi dan melibatkan diri dalam rangkaian kegiatan eksperimen. Melalui metode eksperimen anak dapat terjun langsung melakukan percobaanpercobaan dan dapat melatih anak untuk memperhatikan, mengamati dan memanfaatkan benda-benda yang ada di lingkungan sekitar. Mengingat pentingnya masalah ini untuk diatasi dan beberapa uraian mengenai metode eksperimen di atas, maka peneliti memilih menggunakan metode eksperimen untuk meningkatkan keterampilan proses sains anak kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun dengan pertimbangan bahwa metode ini dapat memfasilitasi setiap anak untuk benar-benar terlibat dalam pembelajaran. Selain itu, metode eksperimen belum pernah dicoba untuk diterapkan dalam pengenalan sains di kelas oleh guru TK KKLKMD Sedyo Rukun. Oleh sebab itu peneliti memilih judul “Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Melalui Metode
7
Eksperimen
pada
Anak
Kelompok
B
TK
KKLKMD
Sedyo
Rukun,
Bambanglipuro, Bantul.”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Keterampilan anak mengklasifikasi benda masih rendah, terbukti hanya 6 anak dari 19 anak yang ada dalam satu kelas yang mampu menggolongkan atau mengelompokkan benda-benda yang dapat terapung dan dapat tenggelam di air. 2. Keterampilan anak memprediksi suatu peristiwa masih rendah, terbukti hanya 1 anak dari 19 anak yang ada dalam satu kelas yang mampu memprediksi suatu peristiwa terapung dan tenggelam dalam air. 3. Keterampilan anak dalam melakukan observasi dan mengkomunikasikan hasil observasi masih rendah, terbukti hanya 5 anak dari 19 anak yang ada dalam satu kelas yang mampu mengidentifikasi ciri-ciri kambing di kebun sekolah dan menceritakannya. 4. Pada pengenalan sains guru lebih menekankan produk akhir sains daripada proses kerja anak. 5. Guru menggunakan metode demonstrasi dan ceramah sehingga tidak memfasilitasi anak untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
8
C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, peneliti memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yaitu dalam konteks peningkatan keterampilan proses sains melalui metode eksperimen.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang peneliti rumuskan adalah: “Bagaimana meningkatkan keterampilan proses sains melalui metode eksperimen pada anak kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun, Bambanglipuro, Bantul?”
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains melalui metode eksperimen pada anak kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun, Bambanglipuro, Bantul.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat yang bersifat teoretis dan praktis sebagaimana dalam pemaparan berikut ini:
9
1. Manfaat teoritis a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan pembelajaran sains di taman kanak-kanak. b. Sebagai informasi bagi guru tentang cara dan penerapan pembelajaran sains untuk anak usia dini dalam rangka untuk meningkatkan keterampilan proses sains anak. c. Membuka wawasan guru bahwa metode eksperimen dapat diterapkan pada semua tema di taman kanak-kanak (tidak terbatas pada satu tema tertentu) 2. Manfaat praktis a. Bagi Guru 1) Sebagai masukan bagi guru untuk menerapkan metode eksperimen dalam rangka meningkatkan keterampilan proses sains. 2) Sebagai masukan bagi guru agar meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan proses sains, agar pembelajaran sains bagi anak usia dini tidak hanya terfokus pada produk akhir. b. Bagi Anak 1) Mengembangkan keterampilan proses sains anak 2) Anak dapat mengikuti pembelajaran sains dengan menyenangkan sehingga
terhindar
dari
kebosanan
motivasinya dalam belajar.
10
dan
dapat
memunculkan
G. Definisi Operasional Untuk
menghindari
kemungkinan
meluasnya
penafsiran
terhadap
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka perlu disampaikan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian yaitu: 1. Keterampilan proses sains Keterampilan proses sains merupakan proses melakukan dan berpikir yang diperlukan dalam menyelidiki suatu kejadian. Keterampilan proses sains pada penelitian ini difokuskan pada keterampilan mengamati, mengklasifikasi, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Keterampilan mengamati terdiri atas empat indikator yaitu: mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda; mengidentifikasi perbedaan berbagai benda; menggunakan lebih dari satu indera; menunjukkan indera
yang digunakan untuk mengidentifikasi benda. Keterampilan
mengklasifikasi terdiri dari mencari dasar atau kriteria pengelompokkan, mengelompokkan benda ke dalam dua kelompok berdasarkan persamaannya, mengemukakan alasan
pengelompokan, memberikan nama kelompok
berdasarkan ciri-ciri khususnya. Keterampilan memprediksi terdiri dari mengidentifikasi suatu pola kejadian, membuat dugaan sederhana berdasarkan pola-pola hasil observasi, mengemukakan alasan dugaan yang dibuat, dan melakukan beberapa uji coba untuk menguji dugaan. Sedangkan keterampilan mengkomunikasikan terdiri dari indikator mengidentifikasi suatu benda atau peristiwa dengan tepat, mendeskripsikan suatu benda atau peristiwa dengan tepat, menyampaikan gagasan kepada orang lain, dan melaporkan suatu peristiwa atau kegiatan. Keterampilan proses sains tersebut terpadu di dalam
11
setiap pembelajaran yang terdiri dari kegiatan mengenal benda terapung dan tenggelam, mengenal benda menyerap dan tidak menyerap air, mengenal benda terapung dan tenggelam, mencampur warna, mengenal magnet, mengenal rasa manis dan pahit. 2. Metode eksperimen Metode eksperimen merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat secara langsung dalam rangkaian kegiatan pembelajaran. Metode eksperimen dalam penelitian ini memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan uji coba dalam rangka menjawab pertanyaan percobaan. Dalam penelitian ini kegiatan eksperimen yang dilakukan adalah eksperimen mengenal benda terapung dan tenggelam, mengenal benda menyerap dan tidak menyerap air, mengenal larut dan tidak larut, mencampur warna, mengenal magnet, mengenal rasa manis dan pahit. 3. Anak TK Kelompok B Anak TK Kelompok B merupakan anak pada jalur pendidikan formal dengan rentang usia 5-6 tahun. Anak TK Kelompok B dalam penelitian ini adalah anak TK di TK KKLKMD Sedyo Rukun Sirat yang berjumlah 19 anak.
12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Keterampilan Proses Sains pada Anak Usia Dini 1. Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-6 Tahun Kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan untuk mengingat, berpikir, hingga kemampuan yang lebih kompleks yaitu kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan kognitif anak mempengaruhi semua kegiatan pembelajaran anak, karena anak mulai dapat mengamati, membedakan, meniru, membuat pengelompokan, memecahkan masalah, dan berpikir logis. Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak pada rentang usia 2-7 tahun berada pada tahap perkembangan praoperasional yang ditandai dengan belum matangnya cara kerja pikiran. Pemikiran mereka masih kacau dan belum terorganisasi dengan baik (Santrock, 2002: 251). Pada tahap ini anak menyimpulkan benar atau salah berdasarkan apa yang mereka lihat dan alami. Rita Eka Izzaty, dkk (2013: 88) mengidentifikasi enam karakteristik anak pada tahap praoperasional, yaitu: 1. Anak mulai menguasai fungsi simbolis Anak mulai mampu bermain pura-pura (pretend play) dan penguasaan bahasa semakin sistematis. 2. Terjadi tingkah laku imitasi Anak suka melakukan peniruan besar-besaran. Peniruan ini dilakukan secara langsung maupun secara tertunda. Pada peniruan tertunda, setelah anak
13
melihat tingkah laku orang lain, tidak langsung menirukannya, melainkan ada rentangan waktu beberapa saat untuk kemudian menirukannya. 3. Cara berpikir anak egosentris Cara
berpikir
egosentris
merupakan
suatu
ketidakmampuan
untuk
membedakan antara perspektif (sudut pandang) seseorang dengan perspektif orang lain. 4. Cara berpikir anak centralized Cara berpikir centralized merupakan cara berpikir yang terpusat pada satu dimensi saja. Cara berpikir ini ditandai dengan belum menguasainya gejala atau konsep konversi zat cair. 5. Berpikir tidak dapat dibalik Operasi logis anak pada tahap ini belum dapat dibalik. 6. Berpikir terarah statis Dalam berpikir anak tidak pernah memperhatikan dinamika proses terjadinya sesuatu. Pendapat yang hampir sama disampaikan oleh Syamsu Yusuf (dalam Masitoh, 2005: 9) yang mengemukakan bahwa perkembangan kognitif pada masa prasekolah adalah: 1. Mampu berpikir dengan menggunakan simbol 2. Berpikirnya masih dibatasi oleh persepsi. Mereka meyakini apa yang dilihatnya dan hanya terfokus pada satu dimensi terhadap satu obyek dalam waktu yang sama. Cara berpikir mereka memusat. 3. Berpikir masih kaku. Cara berpikirnya terfokus pada keadaan awal atau akhir suatu transformasi, bukan kepada transformasi itu sendiri. 4. Anak sudah mulai mengerti dasar-dasar pengelompokkan sesuatu atas dasar satu dimensi, seperti atas dasar kesamaan warna, bentuk, dan ukuran.
14
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak pada tahap praoperasional sedang mengembangkan kemampuan berpikir dalam bentuk simbolik, sudah mampu memikirkan sesuatu hal melalui logika satu arah, dan masih sulit untuk berpikir berdasarkan sudut pandang orang lain. Namun anak pada usia prasekolah sudah mampu mengklasifikasikan sesuatu berdasarkan pemahaman mereka yang masih sederhana. Oleh sebab itu, Woolfolk (Rita Eka Izzaty, dkk, 2013: 36) menyampaikan bahwa pembelajaran bagi anak pada tahap praoperasional hendaknya menggunakan media konkrit dan alat bantu visual, membuat instruksi pembelajaran yang relatif pendek, membantu mengembangkan sudut pandang yang berbeda, meminta anak untuk menjelaskan arti kata-kata yang dikemukakan, dan memberikan berbagai macam keterampilan dan mulai distimulasi memahami bacaan. Perkembangan kognitif anak usia 4-6 tahun dalam penelitian ini merujuk pada kemampuan anak yang mulai mengembangkan kemampuan berpikir simboliknya. Anak juga sudah mulai mengembangkan kemampuan berpikir logika satu arah dan sudah mampu melakukan klasifikasi sederhana berdasarkan pemahaman mereka.
2. Keterampilan Proses Sains Anak Usia Dini a. Pengertian Keterampilan Proses Sains Kehidupan anak pada umumnya tidak dapat terlepas dari aktivitas sains, kreativitas, dan aktivitas sosial. Hampir segala aktivitas yang dilakukan di rumah maupun di sekolah tidak terlepas dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara tidak langsung ilmu pengetahuan tersebut telah membawa
15
anak untuk memahami alam atau dunia sekitar anak. Dengan mengetahui sejumlah ilmu pengetahuan, anak dapat menjelaskan mengapa air dapat menguap, es batu dapat mencair, dan menjelaskan mengapa tumbuhan dapat tumbuh. Melalui pemahaman ilmu pengetahuan anak juga dapat memprediksi suatu peristiwa yang akan terjadi. Oleh sebab itu, hendaknya guru dapat menstimulasi anak dengan berbagai aktivitas yang dapat melatih cara berpikir logis, kritis, dan sistematis yang belum dimiliki oleh anak usia dini. Menurut Amien (Ali Nugraha, 2005: 3) sains adalah suatu bidang ilmu alamiah, dengan ruang lingkup zat dan energi, baik yang terdapat pada makhluk hidup maupun tak hidup, lebih banyak mendiskusikan tentang alam (natural science) seperti fisika, kimia, dan biologi. Sains mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluk hidup maupun makhluk yang tidak hidup. Sains mempelajari tentang alam sekitar, termasuk peristiwa dan gejala alam. Pendapat lain disampaikan oleh Neuman (Dwi Yulianti, 2010: 4), menurutnya sains adalah produk dan proses. Sebagai produk, sains adalah sebatang tubuh pengetahuan yang terorganisir dengan baik mengenai dunia fisik alami. Sebagai proses, sains mencakup menelusuri, mengamati, dan melakukan percobaan. Sains dapat pula didefinisikan sebagai apa yang dilakukan oleh para ahli sains. Dari dua pendapat di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sains merupakan kumpulan pengetahuan tentang makhluk hidup atau makhluk tak hidup, yang didalamnya terdapat cara kerja, cara berpikir, dan cara
16
memecahkan masalah yang akan melatih anak untuk berpikir logis, sistematis, dan kritis. Sains dalam penelitian ini merupakan pengetahuan dasar bagi anak yang berkaitan tentang makhluk hidup dan tidak hidup. Dalam penelitian ini, anak dikenalkan dengan proses sains sederhana yang berkaitan dengan cara kerja, cara berpikir, dan memecahkan masalah dalam rangka melatih kemampuan berpikir logis, kritis, dan sistematis. Telah disebutkan sebelumnya bahwa sains adalah suatu proses. Sains sebagai suatu proses terdiri dari serangkaian keterampilan yang harus dimiliki anak. Menurut Usman Samatowa (2006: 137) keterampilan proses sains merupakan keterampilan intelektual yang dimiliki dan digunakan oleh para ilmuwan dalam meneliti fenomena alam. Keterampilan proses sains yang dilakukan oleh para ilmuwan tersebut dapat dilatihkan pula kepada anak dalam bentuk yang lebih sederhana yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. Pendapat lain disampaikan oleh Nuryani dan Andrian (Ali Nugraha, 2005: 125), keterampilan proses sains merupakan semua keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsepkonsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori sains, baik berupa keterampilan mental, keterampilan fisik (manual) maupun keterampilan sosial. Dengan kata lain, keterampilan proses sains melibatkan seluruh aspek perkembangan anak. Keterampilan proses sains bagi anak usia dini merupakan suatu proses “melakukan” dan berpikir. Menurut Brenneman (Kathy Morrison, 2012: 32),
17
science for young children is a process of doing and thinking, a process that anyone can participate in and contribute to, not a list of facts and information discovered by other people. Keterampilan proses sains merupakan proses dimana setiap anak dapat berpartisipasi dan berkontribusi didalamnya, bukan membuktikan serangkaian fakta dan informasi yang telah ditemukan oleh para ahli
sebelumnya.
Jadi,
keterampilan
proses
pada
anak
usia
dini
memungkinkan anak untuk menemukan fakta-fakta baru yang sebelumnya belum diketahui anak yang berkaitan dengan lingkungan sekitarnya, bukan proses untuk membuktikan suatu teori atau informasi dari para ahli sains. Dari dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains berkaitan dengan keterampilan intelektual, keterampilan fisik, dan keterampilan sosial untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan berbagai konsep, teori, dan hukum sains. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini merujuk pada keterampilan anak untuk berpartisipasi pada setiap aktivitas sains, bukan dalam rangka membuktikan hukum-hukum sains yang telah ditemukan oleh para ahli sains, tetapi lebih menekankan pada keterampilan untuk menemukan fakta-fakta baru yang berkaitan dengan lingkungan sekitar anak.
b. Komponen Keterampilan Proses Sains AAAS (American Association for the Advacement of Science) (Ali Nugraha, 2005: 126) merumuskan 15 keterampilan atau kemampuan proses
18
yang telah dimodifikasi oleh konferensi para ahli sains, keterampilan tersebut antara lain: 1) keterampilan mengamati (observasi); 2) keterampilan mengajukan pertanyaan; 3) keterampilan berkomunikasi; 4) keterampilan menghitung; 5) keterampilan mengukur; 6) keterampilan melakukan eksperimen; 7) keterampilan melaksanakan teknik manipulasi; 8) keterampilan mengklasifikasikan; 9) keterampilan memformulasikan hipotesis; 10) keterampilan meramalkan; 11) keterampilan menarik kesimpulan; 12) keterampilan mengartikan data; 13) keterampilan menguasai dan memanipulasikan variabel (faktor ubah); 14) kesimpulan membentuk suatu model; dan 15) keterampilan menyusun suatu definisi yang operasional. Abruscato (Patta Bundu, 2006: 23) menggolongkan keterampilan proses sains ke dalam dua golongan sebagai berikut: 1) Basic Skill (Keterampilan Dasar) a) Observing (mengamati) b) Using space relationship (menggunakan hubungan ruang) c) Using number (menggunakan angka) d) Classifying (mengelompokkan) e) Measuring (mengukur) f) Communicating (mengkomunikasikan) g) Predicting (meramalkan) h) Inferring (menyimpulkan) 2) Integrated Skill (Keterampilan Terintegrasi) a) Controlling variable (mengontrol variabel) b) Interpreting data (menafsirkan data) c) Formulating hypothesis (menyusun hipotesis) d) Defining operationally (menyusun definisi operasional) e) Experimenting (melakukan percobaan) Bagi anak usia dini, keterampilan proses sains disesuaikan dengan tahap
perkembangannya.
Sarquis
(Kathy
Morrison,
2012:
31)
mengidentifikasi 5 keterampilan proses sains yang fundamental, diantaranya: (a) Observe (mengamati); (b) communicate (mengkomunikasikan); (c) compare
(membandingkan);
(d)
measure
(mengklasifikasikan). 19
(mengukur);
(e)
organize
Secara lebih terperinci, Nuryani Rustaman (Ali Nugraha, 2005: 127) mengidentifikasi beberapa keterampilan proses sains dan beberapa sub keterampilan proses sains sebagai berikut: Tabel 1. Komponen Keterampilan Proses Sains N o 1
Keterampilan Proses Sains Mengamati (observasi)
Sub keterampilan Proses Sains 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
2
Mengklasifikasi (menggolongkan)
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8
3
Meramalkan (memprediksi)
1.9 3.1 3.2
4
Mengkomunikasikan
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7
5
Penggunaan alat dan pengukuran
5.1 5.2 5.3 5.4 5.5
mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda/ peristiwa mengidentifikasi perbedaan dan persamaan berbagai benda/ peristiwa membaca alat-alat ukur mencocokan gambar dengan uraian tulisan/ benda mengurutkan berbagai peristiwa yang terjadi secara simultan memberikan (memberikan uraian) mengenai suatu benda atau peristiwa. mengelompokkan benda/ peristiwa (kelompok ditentukan anak) mengelompokkan benda/ peristiwa (kelompok diberikan kepada anak) mengidentifikasi pola dari suatu seri pengamatan mengemukakan/ mengetahui alasan pengelompokkan mencari dasar atau kriteria pengelompokkan memberikan nama kelompok berdasarkan ciri-ciri khususnya menemukan alternatif pengelompokkan (kelompok ditentukan anak) menemukan alternatif pengelompokkan (kelompok diberikan kepada anak) mengurutkan kelompok berdasarkan keinklusifan membuat dugaan berdasarkan pola-pola atau hubungan informasi/ ukuran/ hasil observasi mengantisipasi suatu peristiwa berdasarkan pola atau kecenderungan mengutarakan suatu gagasan mencatat kegiatan-kegiatan atau pengamatan yang dilakukan menujukkan hasil kegiatan mendiskusikan hasil kegiatan menggunakan berbagai sumber informasi mendengarkan dan menanggapi gagasan-gagasan orang lain melaporkan suatu peristiwa atau kegiatan secara sistematis dan jelas menentukan alat dan pengukuran yang diperlukan dalam suatu penyelidikan atau percobaan menunjukkan hal-hal yang berubah atau harus diubah pada suatu pengamatan atau pengukuran merencanakan bagaimana hasil pengukuran, perbandingan untuk memecahkan suatu masalah menentukan urutan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam suatu percobaan ketelitian dalam penggunaan alat dan pengukuran dalam suatu percobaan
20
Beberapa keterampilan proses di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Mengamati/ observasi Mengamati merupakan aktivitas yang melibatkan beberapa atau seluruh alat indera. Didalamnya terdapat kegiatan melihat, mencium, mendengar, mencicipi, dan meraba. Hal-hal yang diamati dapat berupa gambar atau benda-benda yang diberikan kepada anak pada waktu itu diuji kemudian anak diminta untuk menuliskan hasil pengamatannya itu. 2) Mengklasifikasi/ menggolongkan Mengklasifikasi merupakan mengatur
obyek-obyek
ke
suatu sistematika yang digunakan untuk dalam
sederetan
kelompok
tertentu.
Kegiatannya antara lain: mencari persamaan obyek-obyek dalam suatu susunan berdasarkan sifat-sifat dan fungsinya yang dilakukan dengan membandingkan (compare), mencari dasar pengklasifikasian obyek-obyek dengan mengkontraskan serta menggolongkan berdasarkan pada satu atau lebih ciri/ sifat/ fungsinya. 3) Meramalkan/ memprediksi Prediksi atau meramalkan dibuat atas dasar observasi dan informasi yang tersusun menjadi suatu hubungan antara peristiwa-peristiwa atau faktafakta yang terobservasi. Keterampilan memprediksi merupakan suatu keterampilan membuat/ mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu pola yang sudah ada.
21
4) Mengkomunikasikan Mengkomunikasikan meliputi kegiatan menempatkan data-data ke dalam beberapa bentuk yang dapat dimengerti oleh orang lain. Kegiatan ini melibatkan kemampuan mengutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, grafik, dan persamaan. 5) Penggunaan alat dan pengukuran Menggunakan alat dan melakukan pengukuran amat penting dalam sains. Pengukuran sebaiknya dilakukan dengan cermat dan akurat. Keterampilan ini berkaitan erat dengan pengembangan sikap ilmiah yang hendak dicapai. Pendapat lain disampaikan oleh Ali Nugraha (2005: 131) yang mengidentifikasi beberapa keterampilan proses yang perlu dilatihkan kepada anak supaya anak memiliki keterampilan proses sains, diantaranya:
22
Tabel 2. Keterampilan Proses Sains dan yang Dilatihkan N o 1
Keterampilan Proses Sains Mengamati
2
Menggolongkan/ mengelompokkan/ Mengklasifikasi
3
Menafsirkan/ meramalkan
4
Meramalkan/ memprediksi
5
Menerapkan
6
Merencanakan penelitian
7
Mengkomunikasikan
Kemampuan yang dilatihkan a. b. c. d. e. f. g. h. i. a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. f. g. a. b. c. d. e. f. g. a. b. c. d. e. f. g. a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. f.
Melihat Mendengar Meraba Mencicipi Mengukur Membaca Merasa Mencium/ membau Menyimak Mencari persamaan Mencari perbedaan Membandingkan Menggolongkan Mengkontraskan Menaksir Memberi arti Mencari hubungan Menemukan pola Menginferensi Memproposisikan Menarik kesimpulan Mengantisipasi (berdasarkan kecenderungan/ pola/ hubungan antara data/ hubungan antara informasi Menghitung atau menentukan obyek Menentukan variabel Mengendalikan variabel Merumuskan pernyataan penelitian Menyusun hipotesis Membuat model Menggunakan (informasi, konsep, hukum, teori, sikap, nilai, kaidah) Menghitung Menentukan Menentukan variabel Mengendalikan variabel Menyusun hipotesis Membuat model Menentukan masalah/ obyek yang akan diteliti Menentukan tujuan penelitian Menentukan sumber data/ informasi Menentukan langkah-langkah kegiatan Menentukan alat, bahan, dan kepustakaan Berdiskusi Mendramakan Mengungkapkan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gerak. Diagram, penampilan dan gambar Mendeklamasikan Bertanya Meragakan
23
David Jerner Martin (2009: 342) menguraikan beberapa indikator dalam keterampilan proses sains yaitu: 1) Observing a) Identifies objects b) Uses more than one sense c) Uses all appropriate senses d) Identifies the senses used e) Uses observation equipment such as magnifying glasses correctly f) Describes properties accurately g) Provides qualitative observations either verbally or pictorially h) Provides quantitative observations i) Describes changes in objects 2) Classifying a) Identifies major properties by which objects can be sorted b) Identifies properties similar to all objects in a collection c) Sorts accurately into two groups d) Sort accurately in multiple ways e) Forms subgroups f) Establishes own sorting criteria g) Provides sound rationale for classifications h) Develops complex classification systems 3) Communicating a) Identifies objects and events accurately b) Describes objects and events accurately c) Provides descriptions such that others can identify unknown objects d) Formulates reasonable and logical arguments to justify explanations and conclusions e) Transmits information to others accurately in oral and writen formats f) Verbalizes thinking 4) Predicting a) Form patterns b) Extends patterns c) Performs simple predictions d) Applies the process of prediction in appropriate situations e) Exhibits sound logic in verbalizing reasons for predictions f) Suggests tests to check for accuracy of predictions g) Predicts by interpolation of data h) Predicts by extrapolation of data
24
Terjemahan dari uraian di atas adalah: 1) Mengamati a) Mengidentifikasi obyek b) Menggunakan lebih dari satu indera c) Menggunakan seluruh indera d) Mengidentifikasi indera yang digunakan e) Menggunakan alat untuk mengamati, misalnya: menggunakan kaca pembesar f) Mendeskripsikan peralatan dengan tepat g) Melakukan pengamatan secara kualitatif baik secara verbal maupun gambar h) Melakukan pengamatan kuantitatif i) Mendeskripsikan perubahan pada obyek 2) Mengklasifikasi a) Mengidentifikasi
sifat
utama
dimana
benda
dikelompokkan b) Mengidentifikasi sifat-sifat yang sama c) Mengelompokkan ke dalam dua kelompok d) Mengelompokkan dengan berbagai kategori dengan tepat e) Membentuk sub kategori f) Menyusun kriteria pengelompokkan sendiri g) Memiliki alasan dalam pengelompokkan h) Mengembangkan pengelompokkan yang lebih kompleks
25
dapat
3) Mengkomunikasikan a) Mengidentifikasi obyek dan peristiwa dengan tepat b) Mendeskripsikan obyek dan peristiwa dengan tepat c) Memberikan deskripsi yang dapat diidentifikasi oleh orang lain d) Menyusun argumen yang rasional mengenai penjelasan yang disampaikannya e) Menyampaikan informasi kepada orang lain secara verbal maupun tulisan f) Verbalisasi pemikiran 4) Memprediksi a) Membentuk pola b) Memperpanjang pola c) Mengajukan dugaan sederhana d) Menerapkan prediksi pada beberapa situasi e) Menyampaikan alasan yang rasional saat memprediksi f) Melakukan tes dan mengecek keakuratan prediksi g) Memprediksi dengan interpolasi data h) Memprediksi dengan ekstrapolasi data Berdasarkan beberapa uraian mengenai komponen keterampilan proses yang disampaikan oleh beberapa ahli di atas, keterampilan proses yang ingin ditingkatkan pada penelitian ini mencakup keterampilan mengamati (observasi),
mengklasifikasi
(mengelompokkan),
meramalkan
(memprediksikan), dan mengkomunikasikan dalam berbagai cara dan media
26
yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Untuk indikator masingmasing keterampilan diuraikan di bawah ini: 1) Keterampilan proses mengamati terdiri atas keterampilan mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda; mengidentifikasi perbedaan berbagai benda; menggunakan lebih dari satu indera; menunjukkan indera yang digunakan untuk mengidentifikasi benda; 2) Keterampilan proses mengklasifikasi terdiri atas keterampilan mencari dasar atau kriteria pengelompokkan, mengelompokkan benda ke dalam dua kelompok berdasarkan persamaannya,
mengemukakan
alasan
pengelompokan, memberikan nama kelompok berdasarkan ciri-ciri khususnya; 3) Keterampilan
proses
meramalkan
atau
memprediksi
terdiri
atas
keterampilan mengidentifikasi suatu pola kejadian, membuat dugaan sederhana berdasarkan pola-pola hasil observasi, mengemukakan alasan dugaan yang dibuat, dan melakukan beberapa uji coba untuk menguji dugaan; 4) Keterampilan mengidentifikasi
mengkomunikasikan suatu
benda
atau
terdiri
atas
peristiwa
keterampilan dengan
tepat,
mendeskripsikan suatu benda atau peristiwa dengan tepat, menyampaikan gagasan kepada orang lain, dan melaporkan suatu peristiwa atau kegiatan.
27
c. Karakteristik Anak yang Memiliki Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains merupakan salah satu tujuan pengenalan sains di taman kanak-kanak. Tujuan pengenalan sains yang berkaitan dengan keterampilan proses sains lebih diarahkan pada penguasaan keterampilanketerampilan yang diperlukan dalam menggali dan mengenal sains (Ali Nugraha, 2005: 30). Kemampuan akhirnya adalah anak menguasai cara-cara kerja yang ditempuhnya dalam menyingkap alam dan menyelesaikan masalah yang terkait dengannya. Jadi, anak yang memiliki keterampilan proses sains akan mampu menggali atau mengeksplorasi dan mengenal beberapa konsep yang berkaitan dengan sains yang ada di lingkungan mereka yang berkaitan dengan fenomena-fenomena alam.
Pada saat menggali dan mengenal
lingkungan tersebut, pastinya dibutuhkan beberapa proses yang berkaitan dengan langkah atau cara kerja. Menurut Ali Nugraha (2005: 31) seseorang dikatakan menguasai sains dari dimensi proses apabila cara kerjanya dalam mengenal, menggali, dan mengungkap segala sesuatu yang terkait dengan alam ini serta segala permasalahannya mengikuti proses ilmiah, dengan kata lain menggunakan metode ilmiah (scientific method). Tentunya bagi anak usia dini metode ini disederhanakan dan disesuaikan dengan tahap perkembangannya. Selanjutnya Ali Nugraha menambahkan bidang-bidang yang merupakan bagian yang harus dikuasai anak dengan prosedur dan tekhnik yang benar dalam mengenal alam dan fenomenanya diantaranya anak secara bertahap dan sederhana dikenalkan dengan cara atau proses mengungkap sains secara benar, seperti proses
28
mengamati,
menggolongkan,
mengukur,
menguraikan,
menjelaskan,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting tentang alam, merumuskan problem,
merumuskan
hipotesis,
merancang
penyelidikan
termasuk
eksperimen-eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, dan sebagainya. Dalam penelitian ini anak dianggap memiliki keterampilan proses sains apabila telah mampu melakukan cara-cara kerja atau serangkaian proses kerja yang berkaitan dengan kegiatan mengenal alam sekitarnya dan gejalanya. Proses tersebut terdiri dari kegiatan mengamati, mengklasifikasi, meramalkan, dan mengkomunikasikan.
3. Pembelajaran Keterampilan Proses Sains di TK a. Pengertian Pembelajaran Keterampilan Proses Sains Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah yang dilakukan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Konsep pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2003: 61) adalah proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan dia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Dalam pembelajaran perlu adanya pengelolaan lingkungan belajar agar pendidik maupun peserta didik dapat terlibat didalamnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
29
Pendapat serupa disampaikan oleh Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2003: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pendapat ini selaras dengan konsep pembelajaran yang tertulis dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal 1, pada poin 20 yang menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi, pembelajaran merupakan proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Telah
disebutkan
pada
sub
pembahasan
sebelumnya
bahwa
keterampilan proses sains berkaitan dengan keterampilan intelektual, keterampilan
fisik,
dan
keterampilan
sosial
untuk
memperoleh,
mengembangkan, dan menerapkan berbagai konsep, teori, dan hukum sains. Keterampilan proses sains bagi anak taman kanak-kanak berkaitan dengan kemampuan menemukan dan membangun pengetahuan baru yang sebelumnya belum dimiliki anak. Keterampilan proses sains bagi anak taman kanak-kanak tidak berkaitan dengan menguji teori atau konsep yang telah ditemukan oleh para ahli, melainkan berkaitan dengan kemampuan menemukan fakta baru yang sebelumnya belum diketahui anak supaya anak dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.
30
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan proses sains adalah proses belajar mengajar yang didesain sebelumnya oleh guru guna meningkatkan kemampuan intelektual, keterampilan fisik, dan keterampilan sosial untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan berbagai konsep, teori, dan hukum sains. Pada penelitian ini, pembelajaran keterampilan proses sains didesain oleh guru guna meningkatkan keterampilan proses sains yang terdiri
atas
keterampilan
(mengelompokkan),
mengamati
meramalkan
(observasi),
mengklasifikasi
(memprediksikan),
dan
mengkomunikasikan.
b. Tahap-tahap Pembelajaran Keterampilan Proses Sains di TK Pembelajaran keterampilan proses sains di taman kanak-kanak tidak sama dengan pembelajaran keterampilan proses sains pada jenjang sekolah dasar. Pembelajaran keterampilan proses sains bagi anak usia dini harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. Dunia taman kanak-kanak adalah dunia bermain, oleh sebab itu pembelajaran keterampilan proses sains bagi anak usia dini harus dikemas dalam pembelajaran yang penuh dengan nuansa bermain. Bermain yang bersifat sukarela cenderung lebih bermakna bagi anak, sehingga anak dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui pengalaman-pengalaman yang mereka dapatkan selama bermain. Pembelajaran keterampilan proses sains di taman kanak-kanak diintegrasikan ke dalam setiap aktivitas pembelajaran, jadi tidak berdiri sendiri.
31
Pembelajaran keterampilan proses sains tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran pengenalan sains di taman kanak-kanak. Menurut Slamet Suyanto (2005: 37) pengenalan sains bagi anak usia dini difokuskan untuk mengembangkan kemampuan sebagai berikut: 1) Eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki objek dan fenomena alam; 2) Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, menggunakan bilangan, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan; 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang, dan mau melakukan kegiatan inkuiri dan penemuan; dan 4) Memahami pengetahuan tentang berbagai benda, baik ciri, struktur, maupun fungsinya. Telah disebutkan di atas bahwa salah satu fokus pengenalan sains bagi anak usia dini adalah untuk mengembangkan keterampilan proses sains dasar yang terdiri dari keterampilan mengamati (observasi), mengklasifikasi (mengelompokkan), meramalkan (memprediksikan), penggunaan alat dan pengukuran (measurement), dan mengkomunikasikan. Dalam jurnal yang berjudul “Integrate Science and Arts Process Skills in the Early Childhood Curriculum” Kathy Morrison (2012: 32-37) menjelaskan contoh kegiatan yang dapat dikembangkan dalam rangka mengembangkan keterampilan proses sains dasar bagi anak usia dini, yaitu: 1) kegiatan mengobservasi semut; 2) bermain bubles; 3) membandingkan beberapa jenis serangga; 4) membandingkan beberapa jenis batu; dan 5) mengukur panjang, berat, dan volume secara sederhana.
32
Slamet Suyanto (2005: 93) menyampaikan bahwa ada beberapa topik sains yang sesuai dengan anak taman kanak-kanak antara lain sebagai berikut: 1) Mengenal gerak; 2) mengenal benda cair; 3) mengenal timbangan (neraca); 4) bermain gelembung sabun; 5) bermain dengan zat warna; 6) mengenal benda-benda lenting; 7) bermain dengan udara; 8) bermain bayang-bayang; 9) melakukan percobaan sederhana; 10) mengenal api dan pembakaran; 11) mengenal es; 12) bermain pasir; 13) bermain dengan bunyi; 14) bermain magnet; 15) mengenal binatang; 16) mengenal tubuh sendiri; 17) mengenal tumbuhan; 18) mengenal bumi; dan 19) mengenal mesin sederhana. Beberapa kegiatan pembelajaran di atas dirangkum oleh Ali Nugraha (2005: 149) menjadi empat topik utama yaitu: 1) pembelajaran terkait dengan pengenalan bumi dan jagat raya; 2) pembelajaran yang terkait dengan pengenalan sains Biologi; 3) pembelajaran yang terkait dengan sains fisikakimia; dan 4) pembelajaran yang terkait dengan pengenalan sains kelestarian alam sekitar. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengembangkan keterampilan proses sains yang terdiri dari keterampilan mengamati (observasi),
mengklasifikasi
(mengelompokkan),
meramalkan
(memprediksikan), dan mengkomunikasikan melalui kegiatan mengenal benda terapung dan tenggelam, mengenal benda menyerap dan tidak menyerap air, mengenal larut dan tidak larut, mencampur warna, mengenal magnet, mengenal rasa manis dan pahit. Melatih keterampilan proses pada anak usia dini harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Dalam rangka melatih keterampilan proses
33
sains tersebut perlu dipertimbangkan beberapa rambu-rambu dalam kegiatan pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Slamet Suyanto (2005: 86-92) yang terdiri dari: 1) menggunakan benda-benda konkrit; 2) mengajak anak untuk melihat peristiwa secara langsung agar anak dapat mengetahui hubungan sebab akibat; 3) memberikan anak untuk melakukan eksplorasi; 4) lebih menekankan proses dari pada produk; 5) menyajikan kegiatan yang menarik. Adapun langkah-langkah atau tahap-tahap pelaksanaan keterampilan proses dijelaskan oleh Trianto (2010: 144) sebagai berikut: 1) Mengamati, yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan indera. 2) Menggolongkan (mengklasifikasikan), yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep, nilai, atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan perlu ditinjau persamaan atau perbedaan antara benda, kenyataan atau konsep sebagai dasar penggolongan. 3) Menafsirkan (mengintepretasikan), yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu berupa benda, kenyataan, peristiwa konsep dan informasi yang telah dikumpulkan melalui pengamatan, perhitungan, penelitian, atau eksperimen. 4) Meramalkan, yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data atau informasi. 5) Menerapkan, yaitu menggunakan hasil belajar yang berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, dan keterampilan. Melalui penerapan, hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan, atau dihayati. 6) Merencanakan penelitian, yaitu keterampilan yang amat penting karena menentukan berhasil-tidaknya penelitian. Pada tahap ini ditentukan masalah atau obyek yang akan diteliti, tujuan dan ruang lingkup penelitian, sumber data atau informasi, cara analisis, alat dan bahan atau sumber kepustakaan yang dibutuhkan, termasuk pula didalamnya langkah-langkah kerja. 7) Mengkomunikasikan, yaitu menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan.
34
Dalam penelitian ini, tahap merencanakan penelitian dilakukan oleh guru. Tahap merencanakan penelitian berupa penentuan masalah yang ingin dipecahkan, alat dan bahan, serta langkah-langkah kerja telah dipersiapkan oleh guru.
c. Peran Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Proses Sains Cara-cara dan proses pengenalan obyek sains yang benar oleh anak perlu diperkenalkan sejak dini oleh pendidik. Menurut Ali Nugraha (2005: 31) melekat dan meningkatnya kemampuan anak dalam melakukan proses sains merupakan indikator kunci bahwa sains yang diberikan pada anak terjadi secara bermakna. Oleh sebab itu guru harus mengetahui standar-standar keterampilan proses sains yang benar, serta memahami keterampilanketerampilan proses sains yang mana yang tepat dan sesuai untuk dilatihkan dan dikuasai anak sebagai bekal bagi kehidupannya kelak. Minimal bekal untuk melanjutkan studi pada jenjang yang lebih tinggi. Secara lebih rinci, Ali Nugraha (2005: 142-146) menyampaikan beberapa peran guru pada pengembangan program pembelajaran sains khususnya yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains, yaitu: 1) Guru sebagai perencana Perencana
artinya
menentukan
alternatif-alternatif
yang
terkait
pembelajaran dan merencanakan kegiatan yang mampu melibatkan anak sehingga kegiatan pembelajaran menjadi bermakna dari sudut pandang anak.
35
2) Guru sebagai inisiator Ketika menemui anak yang membutuhkan bantuan dalam menindaklanjuti atau memulai kegiatan, guru dapat masuk sebagai pembuka gagasan atau inisiator. Namun jangan sampai mengambil alih inisiatif anak, terutama ketika anak sedang melakukan kegiatan dengan penuh konsentrasi. 3) Guru sebagai fasilitator Guru memiliki kewajiban untuk memberi kemudahan dan keleluasaan terhadap anak untuk melakukan kegiatan. Guru harus mampu menciptakan suasana yang kondusif, memenuhi alat dan bahan, serta menyediakan waktu yang cukup untuk anak beraktivitas. 4) Guru sebagai observer Mengamati setiap aktivitas anak, dapat berupa pengamatan intensitas maupun kesulitan anak sehingga diketahui saat yang tepat dalam memberikan bantuan belajar. 5) Guru sebagai elaborator Mengajukan beberapa pertanyaan yang merangsang anak, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. 6) Guru sebagai motivator Mendukung, mendorong, dan memberi penguatan terhadap kegiatan pembelajaran sains anak. Namun, motivasi janganlah yang bersifat memaksa, karena akbibatnya bukan mendorong anak, tetapi justru malah merusak kegiatan pembelajaran. Berikan motivasi secara wajar dan luwes.
36
7) Guru sebagai antisipator Memprediksi faktor-faktor yang diduga akan berpengaruh pada anak, terutama yang akan mencelakakan anak. Jika alat dan bahan banyak yang mudah melukai anak, maka sebaiknya dilakukan penyampaian tata tertib dan tata cara pemakaian yang benar. Kejelian guru dalam mengamati berbagai kemungkinan akan meningkatkan kenyamanan dan keamanan dalam pembelajaran. 8) Guru sebagai model Guru sebagai model dapat menunjukkan cara, sikap, dan ketekunan terkait dengan penggunaan alat dan bahan. 9) Guru sebagai evaluator Melakukan pengamatan yang benar dan tepat, melakukan pencatatan secara akurat, serta berupaya membuat laporan yang sesuai dengan perkembangan anak yang sesungguhnya. 10) Guru sebagai teman bereksplorasi bersama anak Anak-anak akan merasa senang bila gurunya juga aktif dalam kegiatan, bukan sebagai penonton saja. Anak jauh akan menerima kehadiran guru ketika guru berusaha memahami perilaku anak. 11) Guru sebagai promotor agar anak menjadi pembelajar sejati Selalu mendorong dan memberikan kesempatan untuk anak agar rajin dan giat membaca, menelaah sendiri, mencari keterangan serta pandangan baru melalui bahan pustaka maupun melalui bertanya pada pihak lain.
37
Guru dalam melaksanakan tugasnya dalam pembelajaran keterampilan proses sains sebaiknya menempatkan aktivitas nyata dengan berbagai obyek yang dipelajari. Sebaiknya guru memberikan berbagai kesempatan kepada anak untuk bersentuhan langsung dengan obyek yang akan atau sedang dipelajari. (R. Rohandi, dalam Ali Nugraha 2005: 142). Guru harus mampu menyediakan aktivitas belajar yang menyenangkan dan memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat secara langsung dan leluasa untuk mengeksplorasi berbagai alat dan bahan ajar melalui metode pembelajaran yang tepat. Salah satu metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi itu semua adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat secara langsung dalam
rangkaian
kegiatan
pembelajaran.
Kegiatan
eksperimen
pada
pembelajaran ditandai dengan adanya aktivitas mengamati, mencoba, dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
B. Hakikat Anak TK Kelompok B 1. Pengertian Anak TK Kelompok B Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990 Bab I pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa taman kanak-kanak adalah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia dini dengan rentang usia empat hingga memasuki pendidikan dasar. Taman kanakkanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur formal (Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 28).
38
Sesuai dengan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-kanak tahun 2011 halaman 21 dijelaskan bahwa anak taman kanak-kanak kelompok B merupakan anak pada rentang usia 5-6 tahun. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak TK kelompok B merupakan anak pada jalur pendidikan formal pada rentang usia 5-6 tahun.
2. Karakteristik Anak TK Kelompok B Anak TK merupakan anak yang sangat aktif dengan rasa ingin tahu dan antusiasme yang tinggi. Anak pada usia ini memiliki jiwa berpetualang yang sangat kuat. Mereka banyak memperhatikan orang lain dan banyak bertanya tentang segala sesuatu. Mereka paling tidak bisa duduk berdiam diri dalam waktu yang lama. Sepuluh menit merupakan waktu yang wajar bagi anak usia sekitar lima tahun untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyata. Oleh sebab itu, mereka mudah bosan terhadap kegiatan yang monoton dan tidak menarik. Menurut Solehuddin (Rusdinal, dkk, 2005: 17), karakteristik anak prasekolah diantaranya: (a) bersifat unik; (b) mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan; (c) bersifat aktif dan energik; (d) bersifat egosentris; (e) memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap semua hal; (f) bersifat eksploratif dan berpetualang; (g) kaya dengan fantasi; (h) memiliki daya perhatian yang pendek; (i) usia belajar yang paling potensial. Pendapat lain disampaikan oleh Jolanda Howe dalam artikelnya yang berjudul “Characteristics of Preschool Children” yang diposting pada 31 Desember
2009
(http://network.crcna.org./sunday-school/characteristics-
39
preschool-children diakses pada 15 Februari 2015), anak pada usia TK memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Think very concretely an literally, not abstractly or figuratively as youth and adults do; to a preschool child, things are as they appear to be (berpikir konkret atau nyata, bukan pada hal abstrak atau kiasan yang dipikirkan oleh orang dewasa; bagi anak TK konsep tentang benda adalah seperti apa yang nampak oleh mereka) b. Are not capable of reasoning or organizing abstract faith concepts along logical lines (belum mampu menalar atau mengorganisasikan konsep-konsep yang abstrak) c. Learn through their experiences at home, church, preschool, caregivers (belajar dari pengalamannya di rumah, gereja, TK, dan pengasuhnya) d. Learn with their whole bodies; love to taste, touch, move, explore, smell, watch, and wonder (belajar melalui seluruh tubuhnya; suka mencicipi, menyentuh, bergerak, mengeksplorasi, membau, melihat, dan banyak bertanya) e. Are just beginning to develop some literacy skills; some can write their own name, recognize the letters of alphabet, and count to twenty (mereka mulai mengembangkan beberapa keterampilan berbahasa; beberapa mampu menuliskan namanya, menyusun kata dari beberapa huruf, dan berhitung hingga 20) f. Love to use language to please adults; “right answers” do not necessarily indicate comprehension (suka menggunakan bahasa untuk menyenangkan orang dewasa, “jawaban yang benar” tidak selalu menunjukkan pemahaman orang dewasa) g. Enjoy being told stories and read to; repetition an important way to learn (menikmati kegiatan bercerita dan membaca; pengulangan adalah cara yang paling tepat untuk belajar) h. Are often easily distracted from staying “on task” (mereka mudah bosan dengan tugas mereka). Dari berbagai uraian karakteristik anak usia TK yang telah dikemukakan di atas, maka guru harus memahami sifat dan ciri khas dari anak usia TK. Peneliti harus menyiapkan segala sesuatu yang mempengaruhi pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik anak usia TK tersebut. Peneliti juga harus mempersiapkan diri dalam rangka mengantisipasi setiap jawaban maupun pertanyaan anak agar dapat memberikan informasi yang benar-benar akurat. Hal
40
ini diperkuat oleh pendapat Jolanda Howe dalam artikelnya yang berjudul “Characteristics of Preschool Children” yang diposting pada 31 Desember 2009 (http://network.crcna.org./sunday-school/characteristics-preschool-children diakses pada 15 Februari 2015) yang menguraikan beberapa tips untuk pendidik, yaitu: a. Try for a reasonable balance between times of quiet listening and active, “hands on” participation; b. Relate learning to the experience children already have or to new experiences you can share with them; c. Give your little ones plenty of opportunity to move around; d. Keep games, stories, and other activities short, with transitional periods that enable movement from one part of the room to the other; e. Provide a variety of learning experiences: stories, art music, words, numbers, group interaction, etc. f. Avoid using figures of speech, symbolism, analogies; g. Remember that each child develops at his or her own pace; nurture each child’s strengths. Terjemahan dari uraian di atas adalah: a. Memberikan keseimbangan antara waktu tenang dan waktu aktif, sebaiknya memberikan kesempatan setiap anak untuk berpartisipasi; b. Kaitkan pembelajaran dengan pengalaman yang dimiliki anak atau berikan pengalaman baru kepada mereka; c. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk bergerak; d. Memberikan permainan, cerita, dan aktivitas singkat lainnya dengan waktu transisi yang memungkinkan anak dapat bergerak dari satu sudut ruangan ke sudut yang lain; e. Menyiapkan pengalaman belajar yang bervariasi: cerita/ dongeng, seni musik, kebahasaan, membilang, interaksi dalam kelompok, dll. f. Cegah penggunaan bahasa kiasan, simbolisme, dan analogi;
41
g. Menyadari bahwa setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda; memelihara kekuatan masing-masing anak. Berdasarkan tips di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa guru harus menyiapkan
pembelajaran
yang sesuai
dengan
karakteristik
anak
TK.
Pembelajaran yang kaya akan pengalaman-pengalaman baru sebaiknya benarbenar memfasilitasi anak untuk terlibat langsung. Guru
harus memberikan
kesempatan seluas-luasnya agar anak membangun pengetahuannya sendiri tanpa intervensi orang dewasa. Media yang disiapkan merupakan media yang nyata yang memungkinkan anak untuk mengeksplorasinya.
3. Kemampuan Sains Anak TK Kelompok B Kemampuan sains yang seharusnya dimiliki oleh anak usia 5-6 tahun menurut David Jerner Martin, dkk (2005: 13) adalah: (a) begins to understand concepts of “dark” and light; (b) begins to explore clocks and daily routines and schedule; (c) begins to understand concept such as “less” and “more”; (d) increases skills of conservation; (e) asks questions such as “why”, “what”, “where”, “when”, “how”; (f) increases reading and writing skills. (mulai memahami konsep gelap dan terang; mulai mengeksplorasi satuan waktu dan jadwal aktivitas sehari-hari; mulai memahami konsep “lebih sedikit” dan “lebih banyak”; meningkatkan keterampilan konservasi zat; bertanya menggunakan kata tanya “mengapa”, “apa”, “dimana”, “kapan”, “bagaimana”; meningkatkan keterampilan membaca dan menulis).
42
Perkembangan kognitif anak pada usia TK (5-6 tahun) sedang dalam peralihan dari tahap praoperasional ke tahap operasional konkret (Slamet Suyanto, 2005: 4). Cara berpikir konkret berpijak pada pengalaman atau konsep-konsep yang konkret. Pada tahap ini, anak belajar terbaik melalui kehadiran benda-benda. Obyek permanen (permanent object) sudah mulai berkembang. Anak juga dapat belajar mengingat benda-benda, jumlah dan ciri-cirinya meskipun sudah tidak berada didepannya. Pendapat serupa disampaikan oleh Rusdinal, dkk. (2005: 16-17), menurutnya anak pada usia 5-7 tahun memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Kebanyakan anak pada usia ini berada pada tahap berpikir praoperasional dan cocok belajar melalui pengalaman konkret dengan orientasi tujuan sesaat; b. Mereka gandrung menyebut nama-nama benda, mendifinisikan katakata, dan mempelajari benda-benda yang berada di lingkungan dunianya sebagai anak-anak; c. Mereka belajar melalui bahasa lisan dan pada tahap ini bahasanya tengah berkembang dengan pesat; dan d. Pada tahap ini anak-anak sebagai pembelajar memerlukan struktur kegiatan yang jelas dan instruksi spesifik. Secara lebih khusus, Bradecamp dan Copple (M Ramli, 2005: 196) mengidentifikasi beberapa kemampuan kognisi anak, yaitu: a. Suka mempraktikkan kemampuan intelektual; b. Memahami beberapa kata-kata ukuran dan kuantitas, seperti: separuhsemua, besar-kecil, lebih banyak-lebih sedikit, dan tertinggiterpendek; c. Mulai melihat hubungan antara kapasitas wadah yang berbeda-beda bentuk; d. Dapat menyalin huruf-huruf besar nama tertentu; e. Dapat memisahkan benda berdasarkan ukuran, warna, bentuk, dan lain-lainnya. Pendapat yang lain disampaikan oleh Eshach dan Fried (Elif Ozturk Yilkmaztekin dan Feyza Tantekin Erden, 2011: 162), dalam jurnalnya yang
43
berjudul “Early Childhood Teacher’s Views About Science Teaching Practices” mereka menyampaikan bahwa “children naturally enjoy observing and thinking about nature” (anak sangat menyukai kegiatan pengamatan atau observasi dan pemikiran tentang alam). Selanjutnya, mereka menambahkan bahwa anak usia TK “... liked engaging with their environment and tried to give meaning to them” (melibatkan diri dalam lingkungannya dan mencoba untuk memberi makna terhadap segala yang mereka temui). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 diuraikan beberapa tingkat pencapaian perkembangan kognitif bagi anak usia 5-6 tahun yang disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 3. Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 tahun No. 1
Lingkup Perkembangan Pengetahuan umum dan sains
Usia 5-6 tahun a. b.
c. d.
e. f. 2
Konsep bentuk, warna, ukuran dan pola
a. b. c.
d. e. 3
Konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf
a. b. c.
Mengklasifikasi benda berdasarkan fungsi. Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (seperti: apa yang terjadi ketika air ditumpahkan). Menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan. Mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya (angin bertiup menyebabkan daun bergerak, air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah.) Menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan (seperti: ”ayo kita bermain pura-pura seperti burung”). Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan seharihari. Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran: “lebih dari”; “kurang dari”; dan “paling/ter”. Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi) Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi. Mengenal pola ABCD-ABCD. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya. Menyebutkan lambang bilangan 1-10. Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan. Mengenal berbagai macam lambang huruf vokal dan konsonan.
44
Berdasarkan beberapa uraian tentang kemampuan sains anak usia TK khususnya kelompok B di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak TK kelompok B berada pada tahap perkembangan praoperasional menuju ke tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak akan membangun pengetahuannya melalui benda-benda nyata yang dapat mereka eksplorasi. Oleh sebab itu, untuk melatih kemampuan berpikir mereka dan agar siap memasuki jenjang pendidikan selanjutnya diperlukan metode pembelajaran yang tepat tentunya didukung dengan fasilitas dan media pembelajaran yang tepat pula.
C. Kajian Metode Eksperimen 1. Pengertian Metode Eksperimen Tujuan pembelajaran akan tercapai manakala guru menggunakan metode yang tepat. Terdapat beberapa jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik. Pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan keahlian pendidik dan kebutuhan masing-masing peserta didik. Metode pembelajaran yang tepat akan menciptakan aktivitas pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan baik bagi pendidik maupun peserta didik. Menurut teori belajar konstruktivistik guru seharusnya tidak hanya memberikan pengetahuan kepada anak. Anak harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberikan kesempatan anak untuk menemukan atau menerapkan ideide mereka sendiri dan mengajar anak menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi anak
45
sebuah anak tangga yang membawa anak kepemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan anak sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Hamzah Uno, 2008: 18). Selanjutnya Slavin (Hamzah Uno, 2008: 16) menambahkan bahwa sesuai dengan teori belajar konstruktivistik anak harus mencari sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Agar anak benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berusaha dengan ide-ide. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode belajar yang tepat adalah metode belajar yang mampu memfasilitasi anak untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui pemaknaan pengalaman-pengalaman nyata yang dialaminya. Metode yang tepat adalah metode yang mampu memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan pemecahan masalah melalui serangkaian proses kerja agar anak dapat menemukan segala sesuatunya sendiri. Terdapat banyak pilihan metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi anak memperoleh pengalaman langsung, misalnya metode proyek, metode karya wisata, metode praktek langsung, dan metode eksperimen. Menurut Sugihartono, dkk (2013: 81) metode pembelajaran adalah cara yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Dalam pembelajaran terdapat beragam jenis metode pembelajaran.
46
Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Guru dapat memilih metode yang dipandang tepat dalam kegiatan pembelajarannya. Terdapat beberapa pilihan metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik. Metode pembelajaran tersebut diantaranya adalah metode ceramah, latihan, tanya jawab, karyawisata, demonstrasi, sosiodrama, bermain peran, diskusi, pemberian tugas, eksperimen, dan metode proyek. Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran dalam bentuk pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu proses atau percobaan (Sugihartono, dkk, 2013: 84). Melalui metode eksperimen anak diharapkan dapat sepenuhnya terlibat dalam kegiatan mengamati, mengklasifikasi, menggunakan alat dan bahan, menyusun hipotesis sederhana, dan mengkomunikasikan. Pendapat lain disampaikan oleh Siti Wahyuningsih dan Muhammad Munif Syamsuddin (2011: 17) menurut mereka metode eksperimen adalah cara memberikan pengalaman kepada anak di mana anak memberi perlakuan terhadap sesuatu dan mengamati akibatnya. Misalnya, balon ditiup, warna dicampur, air dipanaskan, tanaman disirami atau tidak disirami, membuat hujan, membuat kabut, membuat gunung meletus, dan lain-lain. Berdasarkan beberapa paparan mengenai pengertian metode eksperimen di atas, peneliti menyimpulkan bahwa metode eksperimen adalah cara yang digunakan oleh pendidik dalam rangka memberikan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan pada anak untuk memberikan suatu tindakan lalu mengamatinya.
Metode
eksperimen
dapat
mewujudkan
teori
belajar
konstruktivistik karena melalui metode eksperimen, anak dapat menemukan suatu
47
konsep baru yang sebelumnya belum dimiliki anak melalui pemaknaan pengalaman yang didapatnya melalui serangkaian kegiatan eksperimen. Dalam penelitian ini metode eksperimen dalam pembelajaran dimaksudkan untuk memfasilitasi anak agar terlibat langsung dalam pembelajaran, memecahkan masalah, memperoleh pengalaman nyata dan membuktikan suatu peristiwa.
2. Macam-macam Metode Eksperimen Metode eksperimen terdiri dari beberapa macam atau jenis. Berikut ini adalah bentuk-bentuk metode eksperimen menurut Winda Gunarti (2010: 11.10): a. Berdasarkan struktur kegiatan 1) Formal Eksperimen formal adalah suatu bentuk percobaan atau eksperimen yang sudah direncanakan terlebih dahulu oleh pendidik. Tujuan aktivitas ini adalah mengembangkan kemampuan anak dalam mengamati suatu kejadian. Pada awalnya, anak belajar cara menjadi pengamat yang baik. Kemudian, mengaplikasikan kemampuan itu untuk mengamati bendabenda yang ada disekitarnya, mencari persamaan-perbedaan dan mengamati berbagai perubahan. Selain itu anak juga dapat belajar berkomunikasi untuk menjelaskan hasil pengamatannya. 2) Informal Pada eksperimen informal ini pendidik tidak mengarahkan kegiatan anak dengan ketat. Anak dilatih bekerja dengan cara mereka sendiri. Mereka bebas memilih aktivitas yang menarik untuk diamatinya. Dengan cara ini,
48
potensi kreatif dan kemampuan berkomitmen untuk menyelesaikan tugas/pekerjaan akan muncul. Pada kegiatan ini peralatan dan bahan harus disediakan dalam jumlah banyak dan beragam sehingga dapat mendorong anak untuk mencari tahu sendiri jawaban atas pertanyaan mereka. Eksperimen informal tidak direncanakan dengan ketat oleh pendidik dan dilakukan oleh anak secara individual. 3) Insidental Eksperimen insidental adalah suatu kejadian yang dijumpai anak secara tidak terencana dan menghasilkan sesuatu yang tidak terduga. Misalnya, kejadian angin ribut yang menumbangkan pohon-pohon disertai banjir anak dapat mencari tahu berbagai informasi tentang akar pohon. Mereka juga ingin mencari tahu berbagai penyebab dan akibat banjir. Pendidik dapat membiarkan anak mengeksplorasi dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaannya. Eksperimen ini adalah kejadian menarik yang ditemukan dalam keseharian anak, yang ia temukan dan diselidiki sendiri tanpa perencanaan, pengarahan atau keterlibatan pendidik (di luar sekolah). Anak mungkin saja melakukannya dalam kegiatan bermain bebas bersama teman-temannya, atau bersama orang tua di rumah. b. Berdasarkan kombinasi dengan metode belajar lain 1) Eksperimen tunggal Metode
eksperimen
tunggal
adalah
suatu
metode
yang
dalam
pelaksanaannya hanya melibatkan metode percobaan itu sendiri. Dalam
49
kegiatan ini, melibatkan anak untuk melakukan serangkaian kegiatan dengan pengamatan guru. 2) Eksperimen terintegrasi dalam metode pemecahan masalah Pada bentuk ini, eksperimen merupakan salah satu bagian dari pemecahan masalah. Metode ini menciptakan situasi di mana anak dihadapkan pada suatu permasalahan, kemudian anak memprediksi solusinya (hipotesis) dan menguji dugaannnya tersebut melalui percobaan dan merumuskan hasil berupa solusi yang diperlukan anak. Melalui strategi pemecahan masalah anak-anak merencanakan, meramalkan, mengamati hasil-hasil tindakannya dan merumuskan kesimpulan dari hasil-hasil tindakannya. Harlan dan Hendrick (Winda Gunarti, dkk, 2010: 11.13) menyampaikan bahwa dalam metode ini, peranan pendidik adalah sebagai fasilitator yaitu menfasilitasi sebagai sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Masalah-masalah yang paling baik untuk dipecahkan anak-anak adalah tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya melalui berbagai cara, memberikan peluang kepada mereka untuk mengumpulkan informasi yang konkret dan mengandung lebih dari satu kemungkinan untuk memecahkannya. Masalah-masalah yang telah dikenal dengan baik oleh anak dapat digunakan dan akan lebih mudah untuk dipecahkan oleh anak serta dirumuskan kesimpulannya oleh mereka (Coffin dan Tull dalam Winda Gunarti, dkk, 2010: 11.13).
50
3) Eksperimen terintegrasi dalam metode demonstrasi Bentuk ini merangkaikan metode demonstrasi dan eksperimen. Hampir semua kegiatan eksperimen pasti didahului dengan demonstrasi oleh pendidik,
kemudian
anak
disuruh
untuk
menirukan
atau
mengembangkannya di bawah pengawasan pendidik. Sebenarnya metode eksperimen ini berkaitan erat dengan metode demonstrasi, di mana seorang pendidik lebih dahulu menunjukkan sesuatu proses atau cara kerja (demonstrasi),
setelah
itu
anak-anak
mencoba
mempraktikannya
(bereksperimen). 4) Eksperimen terintegrasi dalam metode estimasi Bentuk ini mencoba memperkirakan jawaban atas suatu pertanyaan dengan cara mengujinya (melakukan percobaan). Berbeda dengan pemecahan masalah, metode ini tidak diawali dengan sesuatu yang dirasakan sebagai suatu permasalahan. Tetapi hanya ingin membuktikan sesuatu dengan memperkirakan jawabannya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode eksperimen bentuk formal. Rangkaian kegiatan eksperimen yang akan dilaksanakan oleh peserta didik telah direncanakan oleh peneliti sebelumnya. Segala perencanaan dilakukan dalam rangka meningkatkan keterampilan proses sains yang akan ditingkatkan melalui rangkaian kegiatan eksperimen yang akan dilakukan anak.
51
3. Tujuan Metode Eksperimen Anak memiliki sifat ingin tahu yang tinggi. Sifat ingin tahu ini sesuai dengan perkembangan intelektual anak pada masa usia dini yang sedang berkembang sangat cepat. Simpul-simpul syaraf di otaknya sibuk membangun konstruksi pengetahuan dengan cara mengasimilasi dan mengakomodasi rangsang-rangsang yang didapatnya melalui pengamatan dari lingkungan di sekitarnya. Salah satu cara untuk memuaskan keingintahuannya adalah dengan melakukan eksplorasi dan percobaan. Oleh karena itu, metode eksperimen sangat mendukung optimalisasi potensi intelektual yang sesuai dengan taraf berpikir anak pada masa usia ini. Terdapat beberapa tujuan metode eksperimen dalam pembelajaran. Menurut Winda Gunarti, dkk (2010: 11.6) tujuan penggunaan metode eksperimen bagi anak adalah sebagai berikut: a. Menjelaskan tentang proses terjadinya sesuatu; b. Memberikan pengalaman kepada anak tentang proses terjadinya sesuatu; c. Membuktikan tentang kebenaran sesuatu. Lebih jelas lagi Winda Gunarti (2010: 11.6) memaparkan sejumlah alasan betapa pentingnya (urgensi) pembelajaran dengan metode eksperimen bagi anak-anak, yaitu: a.
Kemampuan berkomunikasi anak belum sepenuhnya berkembang. Sebagian anak memiliki kemampuan berpikir yang sangat baik, namun belum tentu ia dapat mengekspresikan pikirannya dengan berbicara. Hal ini dikarenakan anak lebih aktif bergerak/berbuat daripada membicarakan perbuatannya.
52
Masalah tersebut dapat diatasi dengan metode pembelajaran eksperimen. Dengan metode ini anak dapat menunjukkan kemampuannya tanpa harus membicarakannya karena anak “belajar sambil melakukan atau learning by doing”; b.
Belajar melalui metode eksperimen didesain untuk membantu anak membangun keterampilannya dengan menggunakan panca inderanya. Metode belajar ini dapat dilakukan untuk mencapai beberapa sasaran sekaligus, di antaranya metode ini dapat mengembangkan kemampuan mengamati, merasakan, mengecap;
c.
Salah satu karakteristik anak usia dini adalah kreatif. Oleh karenanya anak usia dini perlu diberikan kesempatan untuk menunjukkan kreativitasnya dan kegiatan eksperimen dapat mendukung kreativitas tersebut. Anak perlu diberikan kesempatan untuk “bermain-main” dengan pikiran/ide mereka dengan memanipulasi lingkungan alat-alat yang menunjang. Anak juga perlu diberikan kebebasan tanpa harus takut keluar dari aturan, aktivitas dan dengan metode eksperimen dapat diakomodir. Dari beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode
eksperimen penting diterapkan dalam pembelajaran guna memfasilitasi anak usia dini yang notabene kelebihan energi dan sangat aktif. Anak usia dini sangat menyukai kegiatan yang menyenangkan yang bersifat menyelidik dan mengeksplorasi lingkungannya. Dalam penelitian ini, metode eksperimen dapat digunakan untuk melatih keterampilan proses sains anak karena metode ini dapat membantu anak membangun keterampilannya melalui inderanya. Melalui metode
53
eksperimen anak dapat meningkatkan keterampilannya dalam melakukan pengamatan, mengelompokkan, memprediksikan, dan mengkomunikasikan hasil eksperimen mereka. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode eksperimen dapat melatih keterampilan proses sains anak.
4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen Beberapa metode pembelajaran keberadaannya saling melengkapi metode pembelajaran yang lain. Kekurangan pada salah satu metode pembelajaran akan dilengkapi oleh kelebihan dari metode pembelajaran yang lainnya pula. Syaiful Sagala (2003: 220-221) menyatakan bahwa metode eksperimen memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Berikut ini kelemahan dan kelebihan metode eksperimen yang disampaikannya: a. Kelebihan metode eksperimen 1) Metode ini dapat membuat anak lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku saja; 2) Metode ini dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan teknologi suatu sikap dari seseorang ilmuwan; 3) Metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain: (a) anak belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian; (b) anak terhindar jauh dari verbalisme; (c) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif dan realistis; (d)
54
mengembangkan sikap berpikir ilmiah; dan (e) hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi. b. Kelemahan metode eksperimen 1) Pelaksanaan metode eksperimen sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah; 2) Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan dan pengendalian; 3) Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir. Sering terjadi anak lebih dahulu mengenal dan menggunakan alat bahan tertentu daripada guru. Guna mengantisipasi beberapa kelemahan di atas Syaiful Sagala (2003: 221) menawarkan beberapa solusi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode eksperimen, yaitu: a. Hendaknya guru menolong anak untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan; b. Hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin dicapai sehingga ia mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen; c. Hendaknya guru berdiskusi dengan anak tentang langkah-langkah yang dianggap baik untuk memecahkan masalah dalam eksperimen, serta bahanbahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat;
55
d. Guru perlu merangsang agar setelah eksperimen berakhir, anak dapat membanding-bandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikannya bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan. Dari beberapa paparan di atas, dapat diketahui bahwa metode eksperimen dapat mengembangkan sikap berpikir ilmiah dan memberi kesempatan pada anak melakukan langkah-langkah atau prosedur berpikir ilmiah sehingga metode eksperimen dapat digunakan untuk melatih keterampilan proses sains. Karena anak TK adalah anak yang sangat aktif, maka bahan-bahan yang dipilih haruslah bahan yang aman bagi anak usia dini dan memungkinkan setiap anak untuk dapat mengeksplorasinya.
5. Langkah-langkah Penggunaan Metode eksperimen Agar metode eksperimen berjalan lancar dan tujuan pembelajaran dapat maksimal tercapai, maka harus dilakukan sesuai dengan langkah-langkah atau prosedur pemakaian. Palendeng (2003: 82) mengemukakan prosedur penggunaan metode eksperimen adalah sebagai berikut: a. Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari; b. Pengamatan, merupakan kegiatan anak saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut;
56
c. Hipotesis awal, anak dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatan; d. Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Anak diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan; e. Aplikasi konsep, setelah anak merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari; f. Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Berdasarkan uraian di atas, maka langkah-langkah pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen dalam penelitian ini adalah: a. Percobaan awal, guru mendemonstrasikan suatu peristiwa atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari; b. Anak mengobservasi atau melakukan pengamatan peristiwa yang sedang didemonstrasikan guru; c. Anak memprediksi atau meramalkan suatu peristiwa berdasarkan hasil pengamatan; d. Anak melakukan percobaan untuk membuktikan prediksi atau dugaan yang telah mereka buat; e. Anak mengkomunikasikan hasil temuannya; f. Guru melakukan evaluasi dengan cara mengobservasi keterampilan proses sains anak.
57
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Dengan Metode Eksperimen Keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditandai dengan selesainya materi sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, namun keberhasilan belajar terjadi apabila meteri pembelajaran tersebut mengalami internalisasi dalam diri anak dan bermakna bagi anak, sehingga dapat mereka gunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-sehari mereka. Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Slameto (2003: 54-72) mengidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, antara lain: a. Faktor internal, faktor internal berasal dari dalam diri anak yang terdiri dari: 1) Keadaan jasmaniah, yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh; 2) Keadaan psikologis, yang terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan; 3) Faktor kelelahan yang dialami anak. b. Faktor eksternal, faktor eksternal berasal dari luar pribadi anak yang terdiri dari: 1) Keluarga, yang meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan; 2) Sekolah, yaitu metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan anak, relasi anak dengan anak, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
58
standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah; 3) Masyarakat, yaitu berupa kegiatan anak dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Tampak bahwa metode pembelajaran adalah salah satu faktor penentu keberhasilan belajar anak. Oleh sebab itu, agar metode eksperimen dalam penelitian ini dapat maksimal dan dapat meningkatkan keterampilan proses sains anak, perlu diperhatikan beberapa hal seperti di bawah ini: a. Guru harus mampu membimbing anak mulai dari merumuskan hipotesis sederhana
sampai
pada
pembuktian
dan
kesimpulan,
serta
mengkomunikasikan hasil eksperimennya; b. Guru harus menguasai konsep yang dieksperimenkan; c. Guru harus mampu mengelola kelas, agar tercipta lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan; d. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran eksperimen yang efektif; e. Guru harus mampu memberikan penilaian pada proses yang dilakukan anak, tidak hanya produk akhir saja. Selain guru, anak juga harus memenuhi beberapa kondisi agar metode eksperimen ini dapat berhasil, antara lain: a. Anak harus memiliki motivasi, perhatian, dan minat belajar melalui eksperimen; b. Anak harus memiliki kemampuan melaksanakan setiap proses eksperimen;
59
c. Anak harus memiliki sikap yang tekun, teliti, pantang menyerah, dan kerja keras; d. Anak dalam hal ini anak usia taman kanak-kanak harus mampu menyimak dengan baik serangkaian langkah-langkah dalam eksperimen.
7. Pembelajaran Keterampilan Proses Sains di TK Melalui Metode Eksperimen Melatih keterampilan proses sains anak dapat dilakukan menggunakan metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran. Tema-tema pembelajaran dapat dikemas secara bervariasi agar menarik. Pada penelitian ini, metode eksperimen dilaksanakan pada beberapa materi pembelajaran seperti di bawah ini: a. Memancing ikan dengan magnet 1) Kegiatan pendahuluan a) Guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran selambat-lambatnya
satu
hari
sebelum
kegiatan
eksperimen
dilaksanakan. Alat dan bahan yang disiapkan adalah: (1) Ikan dari sponati
(5) Kapas
(2) Peniti
(6) Benang
(3) Paku
(7) Magnet
(4) Plastik b) Guru menyusun langkah-langkah kerja yang sistematis yang harus dilakukan oleh anak.
60
2) Kegiatan pembelajaran: a) Kegiatan awal: guru melakukan apersepsi sesuai dengan tema, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini. Misalnya: “apakah anak-anak mengetahui apa pekerjaan orangtua kalian?” b) Kegiatan inti: (1) Percobaan awal, guru mendemonstrasikan suatu peristiwa atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Masalah yang harus dipecahkan anak adalah “Apa yang akan terjadi ketika magnet ini didekatkan pada ikan yang ditempeli peniti dan paku?”; (2) Anak mengobservasi atau melakukan pengamatan peristiwa yang sedang didemonstrasikan guru; (3) Anak memprediksi atau meramalkan suatu peristiwa berdasarkan hasil pengamatan; (4) Anak melakukan percobaan untuk membuktikan prediksi atau dugaan yang telah mereka buat; (5) Anak
mengkomunikasikan
hasil
temuannya.
Anak
mengidentifikasi benda yang dapat ditarik magnet yang tertuang dalam LKA dan mewarnai benda-benda yang dapat ditarik magnet; (6) Guru melakukan evaluasi dengan cara mengobservasi keterampilan proses sains anak.
61
c) Kegiatan akhir: (1) Guru melakukan tanya jawab dengan anak mengenai kegiatan eksperimen
yang
telah
dilakukan.
Guru
mengobservasi
keterampilan anak dalam mengkomunikasikan hasil temuannya dalam eksperimen dan memberikan penguatan pada jawaban yang benar dan pembenaran pada jawaban yang kurang tepat. (2) Guru dan anak menyimpulkan bersama-sama hasil temuan lalu menjawab pertanyaan penelitian yang telah diajukan sebelum eksperimen: “Jadi, ikan akan tertarik magnet bila magnet didekatkan pada ikan yang ditempeli peniti dan paku”. Guru menyebutkan bahan-bahan lain selain peniti dan paku yang dapat ditarik magnet. b. Mengenal benda terapung dan tenggelam 1) Kegiatan pendahuluan a) Guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran selambat-lambatnya
satu
hari
sebelum
kegiatan
eksperimen
dilaksanakan. Alat dan bahan yang disiapkan adalah: (1) Air
(5) Ikan dari plastik
(2) Kapal kertas
(6) Ikan dari sponati
(3) Batu kerikil
(7) Uang koin
(4) Pecahan genting
(8) Gelas plastik
b) Guru menyusun langkah-langkah kerja yang sistematis yang harus dilakukan oleh anak.
62
2) Kegiatan pembelajaran: a) Kegiatan awal: guru melakukan apersepsi sesuai dengan tema, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini. Misalnya: “dengan apakah nelayan pergi melaut? Anak lalu menyebutkan macam-macam peralatan yang digunakan oleh nelayan ketika pergi menangkap ikan?” b) Kegiatan inti: (1) Percobaan awal, guru mendemonstrasikan suatu peristiwa atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Masalah yang harus dipecahkan anak adalah “Apakah yang akan terjadi dengan perahu dari kertas ini bila dimasukkan ke dalam air? Bagaimana dengan batu kerikil dan bahan yang lainnya?”; (2) Anak mengobservasi atau melakukan pengamatan peristiwa yang sedang didemonstrasikan guru; (3) Anak memprediksi atau meramalkan suatu peristiwa berdasarkan hasil pengamatan; (4) Anak melakukan percobaan untuk membuktikan prediksi atau dugaan yang telah mereka buat; (5) Anak mengkomunikasikan hasil temuannya; (6) Guru melakukan evaluasi dengan cara mengobservasi keterampilan proses sains anak.
63
c) Kegiatan akhir: (1) Guru melakukan tanya jawab dengan anak mengenai kegiatan eksperimen
yang
telah
dilakukan.
Guru
mengobservasi
keterampilan anak dalam mengkomunikasikan hasil temuannya dalam eksperimen dan memberikan penguatan pada jawaban yang benar dan pembenaran pada jawaban yang kurang tepat. (2) Guru dan anak menyimpulkan bersama-sama hasil temuan lalu menjawab pertanyaan penelitian yang telah diajukan sebelum eksperimen: “Jadi, kapal dari kertas akan terapung ketika dimasukkan dalam air. Selain perahu kertas, ikan dari plastik dan sponati juga akan terapung. Batu dan uang koin akan tenggelam di dalam air.” Guru menyebutkan bahan-bahan yang berat cenderung akan tenggelam di dalam air. c. Mengenal larut dan tidak larut 1) Kegiatan pendahuluan a) Guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran selambat-lambatnya
satu
hari
sebelum
kegiatan
eksperimen
dilaksanakan. Alat dan bahan yang disiapkan adalah: (1) Air laut
(5) Tepung terigu
(2) Air tawar
(6) Garam
(3) Pasir
(7) Ketumbar
(4) Beras
(8) Gelas plastik
64
b) Guru menyusun langkah-langkah kerja yang sistematis yang harus dilakukan oleh anak. 2) Kegiatan pembelajaran: a) Kegiatan awal: guru melakukan apersepsi sesuai dengan tema, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini. Misalnya: pertanyaan “Dimanakah para nelayan bekerja mencari ikan?” b) Kegiatan inti: (1) Percobaan awal, guru mendemonstrasikan suatu peristiwa. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Masalah yang harus dipecahkan anak adalah “tugas kalian adalah mencari kemana ya, perginya garam yang ibu masukkan ke dalam air tadi? Apakah gula pasir, tepung terigu, pasir, beras, dan ketumbar juga akan “hilang” ketika dimasukkan ke dalam air dan kita mengaduknya?”; (2) Anak mengobservasi atau melakukan pengamatan peristiwa yang sedang didemonstrasikan guru; (3) Anak memprediksi atau meramalkan suatu peristiwa berdasarkan hasil pengamatan; (4) Anak melakukan percobaan untuk membuktikan prediksi atau dugaan yang telah mereka buat; (5) Anak mengkomunikasikan hasil temuannya;
65
(6) Guru melakukan evaluasi dengan cara mengobservasi keterampilan proses sains anak. c) Kegiatan akhir: (1) Guru melakukan tanya jawab dengan anak mengenai kegiatan eksperimen
yang
telah
dilakukan.
Guru
mengobservasi
keterampilan anak dalam mengkomunikasikan hasil temuannya dalam eksperimen dan memberikan penguatan pada jawaban yang benar dan pembenaran pada jawaban yang kurang tepat. (2) Guru dan anak menyimpulkan bersama-sama hasil temuan lalu menjawab pertanyaan penelitian yang telah diajukan sebelum eksperimen: “Jadi, Garam yang dimasukkan ke dalam air tidak ”hilang” tetapi larut di dalam air. Buktinya air yang tadinya tawar berubah rasanya menjadi asin. Selain garam, gula pasir dan tepung terigu juga larut di dalam air.” d. Mengenal benda-benda yang menyerap dan tidak menyerap air 1) Kegiatan pendahuluan a) Guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran selambat-lambatnya
satu
hari
sebelum
kegiatan
dilaksanakan. Alat dan bahan yang disiapkan adalah: (1) Air
(4) Plastik
(2) Gabah
(5) Kain
(3) Tissu
(6) Kertas
66
eksperimen
b) Guru menyusun langkah-langkah kerja yang sistematis yang harus dilakukan oleh anak. 2) Kegiatan pembelajaran: a) Kegiatan awal: guru melakukan apersepsi sesuai dengan tema, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini. Misalnya: pertanyaannya: “darimanakah asal nasi yang kita makan? Lalu siapa yang menanam padi?” b) Kegiatan inti: (1) Percobaan awal, guru mendemonstrasikan suatu peristiwa atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Masalah yang harus dipecahkan anak adalah “Supaya gabah milik pak tani tidak basah terkena air hujan, maka pak tani harus membungkus gabah itu dengan apa? Apakah dengan bahan plastik, kain, karet, tissu, atau kertas?”; (2) Anak mengobservasi atau melakukan pengamatan peristiwa yang sedang didemonstrasikan guru; (3) Anak memprediksi atau meramalkan suatu peristiwa berdasarkan hasil pengamatan; (4) Anak melakukan percobaan untuk membuktikan prediksi atau dugaan yang telah mereka buat; (5) Anak mengkomunikasikan hasil temuannya;
67
(6) Guru melakukan evaluasi dengan cara mengobservasi keterampilan proses sains anak. Anak mengidentifikasi benda-benda yang tidak menyerap air yang ada di LKA dan mewarnainya; c) Kegiatan akhir: (1) Guru melakukan tanya jawab dengan anak mengenai kegiatan eksperimen
yang
telah
dilakukan.
Guru
mengobservasi
keterampilan anak dalam mengkomunikasikan hasil temuannya dalam eksperimen dan memberikan penguatan pada jawaban yang benar dan pembenaran pada jawaban yang kurang tepat. (2) Guru dan anak menyimpulkan bersama-sama hasil temuan lalu menjawab pertanyaan penelitian yang telah diajukan sebelum eksperimen: “Jadi, Supaya gabah tetap kering, kita dapat menggunakan plastik dan balon (karet) karena bahan tersebut tidak menyerap air, sehingga gabah tetap kering.” e. Mencampur warna 1) Kegiatan pendahuluan a) Guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran selambat-lambatnya
satu
hari
sebelum
kegiatan
eksperimen
dilaksanakan. Alat dan bahan yang disiapkan adalah: (1) Gethuk (2) Pewarna
(3) Piring kecil makanan
primer (merah, biru, kuning)
68
b) Guru menyusun langkah-langkah kerja yang sistematis yang harus dilakukan oleh anak. 2) Kegiatan pembelajaran: a) Kegiatan awal: guru melakukan apersepsi sesuai dengan tema, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini. Misalnya: “apakah anak-anak pernah makan gethuk? Adakah yang tahu gethuk dibuat dari apa? Lalu siapa yang menanam singkong untuk dibuat gethuk?” b) Kegiatan inti: (1) Percobaan awal, guru mendemonstrasikan suatu peristiwa atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Masalah yang harus dipecahkan anak adalah “Gethuk yang tadinya putih berubah warna menjadi biru ketika ibu memberi warna biru. Lalu kira-kira warna biru ini akan berubah menjadi warna apa ketika ibu meneteskan warna merah lagi ke atasnya dan meremas-remasnya?”; (2) Anak mengobservasi atau melakukan pengamatan peristiwa yang sedang didemonstrasikan guru; (3) Anak memprediksi atau meramalkan suatu peristiwa berdasarkan hasil pengamatan; (4) Anak melakukan percobaan untuk membuktikan prediksi atau dugaan yang telah mereka buat;
69
(5) Anak mengkomunikasikan hasil temuannya; (6) Guru melakukan evaluasi dengan cara mengobservasi keterampilan proses sains anak. c) Kegiatan akhir: (1) Guru melakukan tanya jawab dengan anak mengenai kegiatan eksperimen
yang
telah
dilakukan.
Guru
mengobservasi
keterampilan anak dalam mengkomunikasikan hasil temuannya dalam eksperimen dan memberikan penguatan pada jawaban yang benar dan pembenaran pada jawaban yang kurang tepat. (2) Guru dan anak menyimpulkan bersama-sama hasil temuan lalu menjawab pertanyaan penelitian yang telah diajukan sebelum eksperimen: “Jadi, Ketika kita mencampur warna merah dan biru akan terbentuk warna ungu, warna merah dan kuning membentuk warna orange, dan warna biru dan kuning membentuk warna hijau.” Guru menyampaikan hasil pencampuran warna biru dan kuning serta merah dan kuning. f. Mengenal rasa manis dan pahit 1) Kegiatan pendahuluan a) Guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran selambat-lambatnya
satu
hari
sebelum
kegiatan
dilaksanakan. Alat dan bahan yang disiapkan adalah: (1) Kopi
(3) Gula
(2) Tebu
(4) Permen
70
eksperimen
(5) keranjang
(7) daun pepaya
(6) pare b) Guru menyusun langkah-langkah kerja yang sistematis yang harus dilakukan oleh anak. 2) Kegiatan pembelajaran: a) Kegiatan awal: guru melakukan apersepsi sesuai dengan tema, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini. Misalnya: apakah anak-anak mengetahui bahan makanan apa saja yang dihasilkan petani selain padi dan singkong? b) Kegiatan inti: (1) Percobaan awal, guru mendemonstrasikan suatu peristiwa atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Masalah yang harus dipecahkan anak adalah “Bahan yang manakah yang memiliki rasa manis? Dan bahan yang manakah yang memiliki rasa pahit?”; (2) Anak mengobservasi atau melakukan pengamatan peristiwa yang sedang didemonstrasikan guru; (3) Anak memprediksi atau meramalkan suatu peristiwa berdasarkan hasil pengamatan; (4) Anak melakukan percobaan untuk membuktikan prediksi atau dugaan yang telah mereka buat; (5) Anak mengkomunikasikan hasil temuannya;
71
(6) Guru melakukan evaluasi dengan cara mengobservasi keterampilan proses sains anak. c) Kegiatan akhir: (1) Guru melakukan tanya jawab dengan anak mengenai kegiatan eksperimen
yang
telah
dilakukan.
Guru
mengobservasi
keterampilan anak dalam mengkomunikasikan hasil temuannya dalam eksperimen dan memberikan penguatan pada jawaban yang benar dan pembenaran pada jawaban yang kurang tepat. (2) Guru dan anak menyimpulkan bersama-sama hasil temuan lalu menjawab pertanyaan penelitian yang telah diajukan sebelum eksperimen: “Setelah kita menguji rasa beberapa bahan maka bahan yang memiliki rasa pahit adalah kopi, daun pepaya, dan pare. Sedangkan gula pasir, gula jawa, dan permen memiliki rasa manis”.
D. Kerangka Berpikir Anak usia taman kanak-kanak berada pada periode kritis kehidupan dengan rasa ingin tahu yang sangat besar. Masa ini merupakan masa emas kehidupan anak. Mereka akan mengeksplorasi segala sesuatu yang ada disekitarnya untuk membangun pengetahuannya. Anak usia 5-6 tahun merupakan anak usia taman kanak-kanak kelompok B berada pada tahap praoperasional dimana mereka mulai mengembangkan kemampuan kognitifnya ke tahap yang lebih tinggi, yang meliputi kemampuan untuk berpikir logis dan sistematis yang
72
dapat diasah melalui pembelajaran sains. Pembelajaran sains terdiri dari dimensi produk dan dimensi proses. Dimensi proses sains meliputi seluruh aktivitas mengamati,
memprediksi,
mengklasifikasi,
hingga
mengkomunikasikan.
Keterampilan proses sains perlu dilatih supaya anak dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya melalui berbagai pengalaman yang mereka alami. Pembelajaran sains yang dilakukan guru kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun lebih menekankan pada produk akhir yang dihasilkan daripada rangkaian proses yang dilakukan anak. Hal ini mengakibatkan rendahnya keterampilan mereka dalam mengamati, memprediksi, mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan hasil aktivitas sains mereka. Metode eksperimen merupakan salah satu pilihan yang dapat digunakan untuk memberikan kesempatan setiap anak terlibat dalam pembelajaran. Melalui metode eksperimen, anak memiliki kesempatan untuk terlibat dalam proses percobaan, mengamati percobaan yang mereka lakukan, dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Metode eksperimen mampu memberikan pengalaman nyata kepada anak. Aktivitas pembelajaran yang didukung dengan media yang menarik, metode yang tepat, dan cara penyampaian yang menyenangkan akan membangun emosi positif pada setiap diri anak, sehingga tujuan pembelajaran akan dengan mudah tercapai. Melalui metode eksperimen diharapkan dapat menghadirkan suasana yang menyenangkan dan menarik untuk anak, sehingga keterampilan proses sains anak dapat meningkat. Dari paparan di atas, diharapkan keterampilan
73
proses sains anak kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun dapat ditingkatkan dengan metode eksperimen. Berdasarkan uraian kerangka berpikir di atas, maka peneliti dapat menggambarkan alur berpikir dalam penelitian ini seperti pada gambar di bawah ini:
Kondisi awal
Pembelajaran sains mengesampingkan proses yang dilakukan anak.
Keterampilan proses sains anak rendah.
Siklus I Tindakan
Kondisi akhir
Pembelajaran sains menggunakan metode eksperimen sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses sains anak.
Siklus II
Siklus ke-n
Keterampilan proses sains anak dapat ditingkatkan dengan metode eksperimen.
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan paparan teori dan uraian kerangka berpikir di atas, diharapkan melalui penelitian ini keterampilan proses sains anak dapat ditingkatkan melalui metode eksperimen, sehingga dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan berupa: keterampilan proses sains anak kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun dapat ditingkatkan dengan metode eksperimen.
74
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Sa’dun Akbar (2010: 28) penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang ingin melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran dengan melaksanakan suatu tindakan atau treatment tertentu di dalam kelas. Peneliti memilih jenis penelitian tindakan karena mempertimbangkan beberapa hal yaitu: (1) masalah yang dihadapi dalam penelitian ini adalah masalah yang muncul dalam proses pembelajaran, (2) penelitian ini tidak mengganggu jalannya pembelajaran karena sesuai dengan kompetensi yang ada, (3) penelitian ini ingin melihat perkembangan hasil belajar peserta didik sampai adanya peningkatan keterampilan proses sains anak yang digunakan sebagai subyek penelitian. Penelitian tindakan yang akan dilaksanakan merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif dimana pelaksanaannya melibatkan peneliti sebagai observer dan guru kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun sebagai pelaku tindakan. Kolaborasi antara peneliti dan guru diwujudkan dalam pelaksanaan pembelajaran dalam rangka meningkatkan keterampilan proses sains anak. Partisipasi antara guru dan peneliti diwujudkan dalam penyusunan perencanaan pembelajaran, persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi.
75
B. Subjek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah semua anak Kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun Sirat, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul tahun ajaran 2015/ 2016, yang berjumlah 19 anak yang terdiri dari 11 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. 2. Obyek Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini, obyek penelitiannya adalah keterampilan proses sains melalui metode eksperimen.
C. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun. TK ini beralamat di Dusun Sirat, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
D. Waktu dan Setting Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada Semester II tahun ajaran 2015/2016 selama 2 bulan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2016. Setting penelitian dilaksanakan di dalam kelas dan di luar kelas.
76
E. Desain Penelitian Tindakan Kelas Penelitian ini menggunakan Model Kurt Lewin. Berikut ini merupakan ilustrasi dari model penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kurt Lewin (Sa’dun Akbar, 2010: 29): Acting
Planning
Observing
Reflecting
Gambar 2. Model Kurt Lewin Setiap siklus pada model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin terdiri dari 4 tahap kerja, yaitu: 1. Planning (perencanaan) Perencanaan adalah langkah yang dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakannya (Suharsimi Arikunto, 2010: 17). Dalam tahap ini peneliti membuat persiapan tentang apa saja yang dibutuhkan selama kegiatan belajar mengajar.
77
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut: a. Apa yang harus dilakukan oleh siswa? b. Kapan dan berapa lama dilakukan? c. Dimana dilakukan? d. Jika diperlukan peralatan atau sarana, bentuknya apa? e. Jika sudah selesai, apa tindakan selanjutnya? (Suharsimi Arikunto, 2010: 18) Segala tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan harus direncanakan terlebih dahulu, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan beberapa perubahan pada saat dilaksanakan tindakan, hal ini dikarenakan peneliti harus mengikuti setiap perubahan yang terjadi di dalam kelas. 2. Acting (pelaksanaan) Pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Tahap pelaksanaan merupakan tahap inti dari penelitian tindakan (Suharsimi Arikunto, 2010: 108). Selanjutnya beliau menambahkan beberapa hal yang perlu diperhatikan pada tahap pelaksanaan, yaitu: a. b. c. d. e.
Apakah ada kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan? Apakah proses tindakan yang dilakukan siswa cukup lancar? Bagaimanakah situasi proses tindakan? Apakah siswa-siswa melaksanakan dengan bersemangat? Bagaimanakah hasil keseluruhan dari tindakan?
3. Observing (pengamatan) Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang diamati adalah segala hal yang disebutkan dalam pelaksanaan. Kegiatan pengamatan dan pelaksanaan dilaksanakan bersamaan (Suharsimi Arikunto, 2010: 19). Pada penelitian ini, observasi dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan untuk mengetahui bagaimana aktivitas guru dan siswa
78
dalam rangka meningkatkan keterampilan proses sains melalui metode eksperimen. 4. Reflecting (refleksi) Refleksi sering disebut juga sebagai tahap perenungan. Tahap refleksi adalah tahap mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau dilakukan oleh guru maupun siswa (Suharsimi Arikunto: 2010: 19). Hasil dari tahap ini dijadikan acuan untuk tindakan selanjutnya, yaitu sebagai bahan pertimbangan apakah diperlukan perbaikan pada siklus selanjutnya? Penelitian tindakan yang telah dilakukan terdiri dari dua siklus, yang masing-masing siklus dilaksanakan dalam tiga kali tatap muka. Tindakan pada masing-masing siklus dalam penelitian ini dibagi dalam empat tahap yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi. Adapun rencana penelitian tindakan kelas ini secara rinci diuraikan sebagai berikut : 1. Siklus I Pertemuan ke-1 a. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan berupa persiapanpersiapan yang terdiri dari : 1) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang akan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. RKH berisi tentang rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang memuat serangkaian kegiatan dengan menggunakan metode eksperimen;
79
2) Menyiapkan bahan ajar. Bahan ajar didapat dari beberapa buku referensi yang dapat menjelaskan tentang konsep dari materi yang akan diajarkan agar dapat diterima oleh anak; 3) Menyusun rencana tindakan berupa skenario pembelajaran
guna
meningkatkan keterampilan proses sains melalui metode eksperimen; 4) Menyiapkan media pembelajaran atau alat peraga yang berhubungan dengan kegiatan eksperimen untuk tiga kali pertemuan; 5) Menyiapkan lembar kegiatan anak; 6) Menyiapkan lembar observasi dan alat pendokumentasian. b. Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I ini, peneliti dan guru kelas melaksanakan rencana pembelajaran. Anak-anak melaksanakan kegiatan eksperimen. Anak melakukan kegiatan memanipulasi alat, melakukan observasi, mengklasifikasi beberapa benda dan peristiwa, melakukan prediksi pada eksperimen, dan mengkomunikasikan hasil eksperimen mereka. Guru melaksanakan setiap perannya dalam membimbing anak. Guru menyimpulkan dan menguatkan konsep yang ditemukan anak. Pelaksanaan tindakan terdiri dari tiga tahap, yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Semua tahap tersebut diuraikan seperti di bawah ini: 1) Kegiatan awal Kegiatan awal berisi kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mengawali kegiatan pembelajaran dan menumbuhkan motivasi belajar siswa. Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan berdoa yang dipimpin oleh
80
salah satu anak, lalu dilanjutkan dengan salam dan bernyanyi. Pada tahap ini, guru
mengkomunikasikan
tujuan
pembelajaran
yang
ingin
dicapai.
Selanjutnya guru melakukan apersepsi untuk membangun konsep awal anak yang berkaitan dengan materi yang akan dilaksanakan. Agar anak merasa lebih siap, anak diajak bernyanyi sambil bertepuk tangan. 2) Kegiatan inti Pada kegiatan inti, kegiatan proses sains dilaksanakan menggunakan metode
eksperimen.
Adapun
langkah-langkah
pembelajaran
yang
menggunakan metode eksperimen adalah: a) Percobaan awal, guru mendemonstrasikan suatu peristiwa atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalahmasalah yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Masalah yang harus dipecahkan anak adalah “Apa yang akan terjadi ketika magnet ini didekatkan pada ikan yang ditempeli peniti dan paku?”; b) Anak mengobservasi atau melakukan pengamatan peristiwa yang sedang didemonstrasikan guru; c) Anak memprediksi atau meramalkan suatu peristiwa berdasarkan hasil pengamatan; d) Anak melakukan percobaan untuk membuktikan prediksi atau dugaan yang telah mereka buat; e) Anak mengkomunikasikan hasil temuannya; f) Guru melakukan evaluasi dengan cara mengobservasi keterampilan proses sains anak. Anak mengidentifikasi benda yang dapat ditarik magnet yang
81
tertuang dalam LKA dan mewarnai benda-benda yang dapat ditarik magnet; g) Evaluasi, guru mengobservasi keterampilan proses sains anak; 3) Kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir, anak melakukan diskusi dan menyusun kesimpulan kegiatan eksperimen bersama guru. Guru juga memotivasi anak bahwa hari esok akan ada kegiatan yang lebih menarik lagi. Hasil dari beberapa tahap di atas dijadikan sebagai bahan untuk mengevaluasi kinerja anak (proses) dan pemahaman anak tentang materi yang dilaksanakan melalui eksperimen. Hasil dari evaluasi ini dijadikan bahan untuk menilai perkembangan keterampilan proses sains anak sebelum tindakan dan sesudah dilaksanakan tindakan. c. Observasi Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran
dengan
menggunakan
lembar
observasi
yang
sudah
dipersiapkan oleh peneliti. Observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran dapat tercapai, oleh sebab itu pada tahap ini dilaksanakan wawancara. Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan untuk bahan mengadakan refleksi untuk menyusun rencana tindakan selanjutnya. d. Refleksi Guru dan peneliti secara bersama-sama membahas dan menganalisis hasil pembelajaran. Refleksi bertujuan untuk mengidentifikasi kekurangan
82
atau kelebihan selama melakukan tindakan. Refleksi juga digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan/ ketidakberhasilan tindakan. Hasil refleksi akan menentukan perlu tidaknya melakukan siklus berikutnya. Apabila dalam siklus pertama penelitian belum berhasil, maka peneliti melakukan siklus berikutnya sehingga dapat mencapai indikator keberhasilan.
F. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan (Suharsimi Arikunto, 2010: 175). Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis (Muhammad Idrus, 2009: 101). Tujuan dilakukannya observasi adalah untuk memahami aktivitas-aktivitas yang berlangsung dan menjelaskan siapa saja orang-orang yang terlibat di dalam suatu aktivitas. Teknik pengumpulan data dengan observasi pada penelitian ini ditujukan kepada siswa dan guru. Tekhnik observasi yang digunakan merupakan tekhnik observasi partisipatif, dimana peneliti sebagai observer terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang diobservasi mencangkup keterampilan proses sains anak ketika melakukan eksperimen, yaitu keterampilan melakukan observasi, klasifikasi, memprediksi dan mengkomunikasikan. Hasil observasi
83
dicatat untuk digunakan sebagai bahan evaluasi dan refleksi untuk mengetahui hasil dari tindakan siklus yang sudah dilakukan dan untuk menentukan perlu dan tidaknya untuk melakukan siklus berikutnya. 2. Dokumentasi Dokumen merupakan bahan tertulis atau hasil rekaman yang digunakan sebagai sumber data. Dokumen sejak lama digunakan sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh
data
mengenai
keterampilan
proses
sains
anak
dan
mendokumentasikan seluruh kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas. 3. Wawancara Wawancara digunakan untuk mengetahui kondisi anak yang berkaitan tentang pemahaman mereka tentang materi dan sebagai panduan untuk melakukan evaluasi belajar siswa. Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur yaitu tidak dibutuhkan pedoman wawancara yang detail tetapi semacam rencana umum untuk menanyakan pendapat atau komentar sesuai tujuan wawancara (Durri Adriani, dkk, 2010: 5.13).
G. Instrumen Pengumpulan Data Untuk memperoleh suatu data diperlukan suatu alat pengumpul data atau yang sering dikenal dengan istilah instrumen pengumpul data. Instrumen pengumpul data pada penelitian ini diantaranya:
84
1. Lembar Observasi Semua aspek yang akan diobservasi pada penelitian ini ditentukan terlebih dahulu. Adapun aspek yang diobservasi meliputi aktivitas guru dalam melaksanakan metode eksperimen dan aspek keterampilan proses sains anak yang terdiri dari keterampilan melakukan observasi, memprediksi, mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan. 2. Dokumentasi Dokumentasi
pada
penelitian
ini
adalah
berupa
foto
yang
mengilustrasikan aktivitas guru dan murid dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains melalui metode eksperimen. 3. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman tidak terstruktur. Pedoman wawancara dibuat oleh peneliti dan ditujukan kepada siswa yang berkaitan dengan variabel penelitian yaitu keterampilan proses sains. Wawancara dilakukan untuk mengetahui keterampilan proses sains anak dan sebagai pedoman melakukan observasi terhadap anak.
H. Teknik Analisis Data Supaya data yang didapatkan memiliki makna, maka perlu dilakukan analisis terhadap data yang telah diperoleh tersebut. Menganalisis data merupakan suatu proses mengolah dan mengintepretasikan data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian (Wina Sanjaya, 2011: 106).
85
Pada penelitian ini, analisis data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan keterampilan proses sains melalui metode eksperimen. Adapun analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis data kualitatif Data kualitatif diperoleh dari hasil dokumentasi berupa foto aktivitas guru dan siswa. Selain itu data kualitatif juga diperoleh dari hasil wawancara dengan anak. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka melakukan analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah: a. Melakukan reduksi data, yaitu menyeleksi data-data yang ada dan disesuaikan dengan fokus masalah. Guru dan peneliti mengumpulkan seluruh instrumen pengumpul data dan mengelompokkannya berdasarkan fokus masalah. b. Mendeskripsikan data, sehingga data yang didapatkan memiliki makna. c. Membuat kesimpulan berdasarkan deksripsi data. 2. Analisis data kuantitatif Data kuantitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa. Analisis data
kuantitatif
menggunakan
statistik
deskriptif
kuantitatif
prosentase.
Perhitungan dalam analisis data menghasilkan presentase pencapaian yang selanjutnya diintepretasikan ke dalam kalimat. Untuk menghitung prosentase pencapaian keterampilan proses sains anak menggunakan rumus (Suharsimi Arikunto, 2010: 284-285):
Prosentase= =
⬚ ⬚ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ ⬚ ⬚ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
86
x 100%
Selanjutnya persentase yang diperoleh diintepretasikan ke dalam tabel berikut:
Prosentase 76% - 100% 56% - 75% 40% - 55% 0% - 40%
Tabel 4. Kriteria Respon Siswa Kriteria Kriteria Sesuai di TK Baik BSB (Berkembang Sangat Baik) Cukup BSH (Berkembang Sesuai Harapan) Kurang Baik MB (Mulai Berkembang) Tidak Baik BB (Belum Berkembang)
I. Indikator Keberhasilan Penulis perlu membuat indikator keberhasilan untuk menentukan keberhasilan tindakan pada penelitian. Hal ini sesuai pendapat Sarwiji Suwandi (2009: 61) yang menyatakan bahwa indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Oleh sebab itu, keberhasilan penelitian tindakan ini ditandai dengan adanya peningkatan keterampilan proses sains. Peningkatan keterampilan proses sains dapat ditandai dengan membandingkan hasil dari data awal pra-tindakan dan setelah diberikan tindakan. Sebagai indikator keberhasilan anak dalam penelitian ini adalah apabila ≥ 80% atau ≥ 16 anak dari 19 anak pada Kelompok B di TK KKLKMD Sedyo Rukun mengalami peningkatan pada kriteria baik atau Berkembang Sangat Baik (BSB).
87
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK KKLKMD (Kelompok Kerja Lembaga Kesejahteraan Masyarakat Desa) Sedyo Rukun Sirat, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul.
TK KKLKMD
Sedyo Rukun memiliki 4 orang guru kelas dan 1 orang penjaga sekolah. Subyek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B yang berjumlah 19 orang yang terdiri dari 11 orang anak laki-laki dan 8 orang anak perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 2 Februari 2016 sampai dengan 13 Februari 2016. Sistem pendekatan yang digunakan adalah dengan pendekatan klasikal. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran eksperimen untuk meningkatkan keterampilan proses sains anak, khususnya keterampilan
mengamati,
memprediksi,
mengklasifikasi,
dan
mengkomunikasikan. Pembelajaran sains di TK KKLKMD Sedyo Rukun lebih menekankan pada hasil akhir yang dihasilkan anak dan mengesampingkan proses yang dilakukan anak, selain itu metode demonstrasi dan ceramah yang digunakan guru kurang memfasilitasi setiap anak untuk terlibat langsung sehingga anak tidak mendapatkan
kesempatan
untuk
mencoba
dan
mengkonstruk
berbagai
pengetahuan baru yang sebelumnya belum dimiliki anak. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari 3 kali pertemuan dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi.
88
1. Pra-Tindakan Pra-tindakan dilaksanakan untuk mengetahui kondisi awal anak sebelum dilakukan tindakan. Pra-tindakan dilaksanakan pada Selasa, 2 Februari 2016 dengan melakukan observasi pembelajaran yang dilaksanakan guru dan mengobservasi keterampilan proses sains yang dimiliki anak sebelum dilakukan tindakan. Pengamatan dilakukan mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dimulai dari kegiatan berbaris di halaman sekolah, bernyanyi, berdoa, dan dilanjutkan dengan kegiatan motorik kasar. Selanjutnya anak masuk ke dalam kelas dilanjutkan dengan apersepsi. Kegiatan inti dimulai dengan menyampaikan pada anak bahwa hari ini akan mencampur warna menggunakan crayon. Guru mendemonstrasikan di depan kelas mencampur warna merah dengan biru, merah dengan kuning, dan biru dan kuning. Anak mengamati dari tempat duduknya dan mengingat warna apa yang telah terjadi ketika guru mencampur warna-warna tersebut. Guru memberi tugas anak untuk mewarnai gambar dengan cara mencampur warna merah, biru, dan kuning. Selanjutnya observer melakukan pengamatan keterampilan proses sains anak yang terdiri dari keterampilan mengamati, memprediksi, mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan. Tabel berikut menyajikan hasil observasi kondisi awal keterampilan proses sains anak sebelum adanya tindakan di TK KKLKMD Sedyo Rukun.
89
Tabel 5. Rekapitulasi Data Keterampilan Proses Sains Anak Sebelum Tindakan No
Kriteria
1
Baik
2
Cukup
3 4
Kurang baik Tidak baik
Berkembang sangat baik (BSB) Berkembang sesuai harapan (BSH) Mulai berkembang (MB) Belum berkembang (BB)
Jumlah Anak 2
Persentase
3
15,79%
2 12
10,53% 63,16%
10,53%
Berdasarkan data pada tabel 5. diperoleh data bahwa 2 anak (10,53%) dalam kriteria baik (BSB), 3 anak (15,79%) dalam kriteria cukup (BSH), 2 anak (10,53%) dalam kriteria kurang baik (MB), dan 12 anak (63,16%) dalam kriteria tidak baik (BB). Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan proses sains anak dalam kriteria tidak baik atau Belum Berkembang (BB) karena hanya 10,53% anak dalam kriteria baik atau Berkembang Sangat Baik (BSB). Berdasarkan data di atas, guru dan peneliti menemukan permasalahan yang akan dijadikan bahan untuk menentukan perencanaan dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya. Adapun masalah yang ditemukan oleh guru dan peneliti adalah mengenai rendahnya keterampilan proses sains anak khususnya pada keterampilan mengamati, memprediksi, mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan yang berada dalam kriteria tidak baik atau Belum Berkembang (BB). Keadaan ini menjadi suatu landasan bagi guru dan peneliti melakukan tindakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains pada anak kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun.
90
2. Siklus I a. Perencanaan Sebelum melaksanakan pembelajaran pada siklus pertama, guru dan peneliti menyusun Rencana Kegiatan Harian dan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran. Guru dan peneliti menyusun skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan, lembar observasi, dan panduan wawancara. Pembelajaran yang akan dilaksanakan bertema pekerjaan dengan sub
tema
macam-macam
pekerjaan
(nelayan).
Pembelajaran
akan
dilaksanakan pada Kamis 4 Februari 2016, Jumat 5 Februari 2016, dan Sabtu 6 Februari 2016. b. Pelaksanaan 1) Pertemuan Pertama Pembelajaran dilaksanakan pada Kamis, 4 Februari 2016. Pembelajaran terbagi menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang dimulai pukul 07.30-10.00. Kegiatan awal berlangsung ± 30 menit. Karena hari hujan, maka anak-anak tidak berbaris di halaman sekolah. Guru mengkondisikan anak untuk segera masuk kelas, memberi salam, menyapa, berdoa, dan menyanyi untuk membangkitkan semangat anak. Guru menyampaikan kepada anak bahwa pada hari ini akan belajar dengan tema pekerjaan dan sub tema nelayan. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya pada anak: “Apakah anak-anak mengetahui apa pekerjaan orangtua kalian?” Anak menyebutkan nama-nama pekerjaan yang mereka ketahui. Selanjutnya guru mengajak anak untuk melakukan gerakan
91
motorik kasar sebelum masuk ke kegiatan inti. Pada kegiatan motorik kasar, anak berjalan maju pada garis lurus sambil memperagakan nelayan yang sedang mendayung perahunya. Kegiatan inti dilaksanakan ± 60 menit. Pada kegiatan inti difokuskan pada langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode eksperimen. Percobaan awal, diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan
guru.
Guru
menampilkan
bentuk
ikan
yang
dibelakangnya telah ditempeli peniti, staples, paku payung, kertas, kapas, dan kain. Guru menampilkan masalah yang berkaitan dengan magnet yang akan dipelajari hari itu. Guru menyampaikan suatu masalah pada anak: “benda-benda apa sajakah yang akan ditarik oleh magnet?” Tahap selanjutnya adalah pengamatan, anak mengamati guru yang melakukan percobaan dengan cara menempelkan magnet pada resleting tas salah satu anak. Beberapa anak mengeluarkan celetukan “oh, nempel”. Selanjutnya guru menempelkan magnet pada salah satu kerudung anak. Anak mengeluarkan celetukan kembali “ora nempel” yang artinya “tidak menempel”. Selanjutnya anak memprediksi atau meramalkan, guru bertanya pada anak: “berdasarkan percobaan yang telah ibu lakukan tadi, kira-kira anak dapat mengira-ngira tidak ya, kira-kira benda-benda apa saja yang akan ditarik oleh magnet?” Setelah guru menyampaikan pertanyaan tersebut, ternyata jawaban anak beragam, ada yang menjawab “kertas, pensil, pewarna, jepit rambut, peniti, paku dan lain-lain.” Tahap selanjutnya adalah melakukan percobaan, guru meminta anak untuk
92
membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah disampaikan anak melalui kegiatan percobaan “memancing ikan dengan magnet.” Ketika anak melakukan kegiatan percobaan terlihat anak-anak sangat antusias. Guru dan peneliti dibantu beberapa observer melakukan observasi keterampilan proses sains anak dengan lembar observasi dan lembar wawancara yang telah disusun sebelumnya. Setelah melakukan percobaan, anak memiliki rumusan hasil percobaan yang berbeda-beda. Ada yang menyampaikan: “Bu, peniti, staples, sama paku bisa ditarik magnet” ada pula anak yang menjawab: “Bu, kertas sama kapas endak ditarik magnet.” Pada saat anak mengkomunikasikan berbagai macam hasil temuannya, guru melakukan verifikasi dan membuat kesimpulan bersama anak, kesimpulan akhir yang disusun bersama anak adalah: “benda-benda yang dapat ditarik oleh magnet adalah benda-benda yang terbuat dari besi. Misalnya: staples, peniti, paku, resleting.” Langkah selanjutnya, guru bersama anak-anak melakukan evaluasi. Kegiatan evaluasi digunakan guru untuk menguji tingkat pemahaman anak tentang benda-benda yang dapat ditarik magnet. Guru dan peneliti menggunakan lembar kerja untuk mengetahui pemahaman anak. Setelah anak memahami dan menemukan konsep bahwa magnet dapat menarik besi, maka guru membantu anak untuk menghubungkan pengetahuan yang telah anak peroleh dengan contoh konkret dalam kehidupan. Guru menyampaikan pada anak bahwa di sekitar kita banyak peralatan yang menggunakan magnet, misalnya:
93
kulkas. Lalu satu anak menyampaikan: “oh, Bu aku nek nutup kulkas tinggal dilepas terus mak jegleg.” Guru juga memperlihatkan kancing tas yang dapat menempel dan bunyi “klik” karena ada magnet. Kegiatan selanjutnya yaitu istirahat selama ± 30 menit. Pada kegiatan ini anak lebih memilih bermain di dalam kelas karena halaman sekolah basah terkena air hujan. Mereka bermain balok di dalam kelas. Selesai bermain, mereka masuk kelas dan dilanjutkan dengan kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir, anak diajak untuk senantiasa memberi dan meminta maaf apabila telah melakukan kesalahan. Guru bercerita di depan kelas menggunakan gambar seri. Selanjutnya kegiatan refleksi mengenai kegiatan eksperimen “memancing ikan dengan magnet” apakah anak-anak menikmati kegiatan bermain hari ini? Selanjutnya guru meminta anak bersama-sama menyebutkan benda-benda yang dapat ditarik magnet. Setelah itu guru memberi beberapa nasihat dalam perjalanan pulang dan ketika sampai di rumah, lalu berdoa, dan mengucapkan salam. Pada pertemuan pertama ini masih banyak anak yang mengalami kesulitan dalam menyampaikan gagasannya kepada guru. Hal ini disebabkan karena anak masih malu dengan adanya orang baru yang masuk ke dalam kelas untuk mengobservasinya. Ada pula anak yang mengalami kesulitan dalam mengidentifkasi suatu pola, akibatnya mereka kesulitan dalam melakukan prediksi atau meramalkan suatu peristiwa.
94
2) Pertemuan Kedua Pembelajaran
dilaksanakan
pada
Jumat,
5
Februari
2016.
Pembelajaran terbagi menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang dimulai pukul 07.30-10.00. Kegiatan awal berlangsung ± 30 menit. Anak-anak berbaris di halaman sekolah untuk melakukan senam bersama. Selanjutnya guru mengkondisikan anak untuk segera masuk kelas,
memberi
salam,
menyapa,
berdoa,
dan
menyanyi
untuk
membangkitkan semangat anak. Guru menyampaikan kepada anak bahwa pada hari ini akan belajar dengan tema pekerjaan dan sub tema nelayan. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya pada anak: “Dengan alat transportasi apakah nelayan pergi melaut?” Salah satu anak menjawab “nganggo motor mabur bu (memakai pesawat terbang, Bu)”, anak yang lain menimpali jawaban temannya “pakai kapal, Bu.” Selanjutnya guru mengajak anak untuk melakukan gerakan motorik kasar sebelum masuk ke kegiatan inti. Pada kegiatan motorik kasar, anak berjalan berjinjit sambil membawa ikan “hasil tangkapan setelah melaut”. Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti selama ± 60 menit menggunakan langkah-langkah pembelajaran metode eksperimen. Karena kegiatan eksperimen berhubungan dengan air dan tidak memungkinkan dilakukan pembelajaran di luar kelas karena hujan, maka kegiatan eksperimen dilakukan di lantai. Seperti pertemuan sebelumnya, langkah pertama pembelajaran adalah percobaan awal yang dilakukan oleh guru dengan cara mendemonstrasikan langkah-langkah melakukan eksperimen
95
dan mengenalkan beberapa alat dan bahan kepada anak. Guru menunjukkan beberapa materi atau bahan yang akan diuji oleh anak. Benda-benda yang akan diuji anak pada percobaan “terapung atau tenggelam” antara lain: kerikil, pecahan genting, koin, plastik dibentuk ikan, sponati dibentuk ikan, dan kertas dibentuk seperti kapal nelayan. Guru mendemonstrasikan suatu peristiwa dimana paku dimasukkan ke dalam air, selanjutnya guru memasukkan kapas ke dalam air. Anak mengamati perbedaan dua peristiwa yang didemonstrasikan guru. Guru menampilkan masalah yang berkaitan dengan terapung dan tenggelam yang akan dipelajari hari itu. Masalah yang dihadirkan adalah: “apakah yang akan terjadi ketika kalian memasukkan kerikil, pecahan genting, koin, plastik dibentuk ikan, sponati dibentuk ikan, dan kertas dibentuk seperti kapal nelayan ke dalam air? Apakah terapung atau tenggelam?” Langkah selanjutnya adalah memprediksi atau membuat dugaan sederhana. Ada anak yang membuat dugaan bahwa perahu kertas akan terapung. Ada yang menduga “Bu, ikannya nanti akan ngapung.” Selanjutnya setiap anak diberi kesempatan untuk melakukan percobaan dan membuktikan prediksi yang telah mereka buat. Anak menerima gelas plastik bening ukuran besar dan kerikil, pecahan genting, koin, plastik dibentuk ikan, sponati dibentuk ikan, dan kertas dibentuk seperti kapal yang akan diuji. Ketika anak melakukan percobaan, guru dan peneliti dibantu beberapa observer melakukan pengamatan keterampilan proses sains anak dan melakukan wawancara menggunakan panduan wawancara
96
yang telah disusun sebelum pembelajaran. Di tengah-tengah percobaan ada anak yang berteriak “Bu, kapalku mblesek (tenggelam).” Guru meminta anak untuk mengamati kapal yang dimaksud lalu bertanya “apakah semua badan kapal ada di dalam air dan masuk ke dasar gelas?” anak menjawab “endak, Bu.” Guru membantu anak dengan cara memberi penjelasan bahwa apabila hanya sebagian tubuh kapal yang masuk ke dalam air tetapi bagian tubuh yang lain masih di atas permukaan air itu artinya benda tersebut masih disebut terapung. Anak lalu mengiyakan sambil berkata “Oh, ini ngapung to, Bu.” Setelah anak selesai melakukan percobaan, guru melakukan verifikasi terhadap hasil temuan anak dan menyimpulkan hasil penelitian yang telah anak lakukan. Kesimpulan penelitian berdasarkan masalah yang disajikan adalah: “kerikil, pecahan genting, dan koin akan tenggelam ketika dimasukkan ke dalam air, sedangkan plastik, sponati, dan kertas akan terapung ketika dimasukkan ke dalam air.” Tahap evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman anak tentang konsep mengapung dan tenggelam dilaksanakan ketika anak melakukan proses percobaan. Tahap aplikasi konsep, guru menyampaikan bahwa kapal nelayan yang mencari ikan itu dapat berjalan di atas air karena terapung, tetapi ada juga kapal selam yang tenggelam di dalam air dan berjalannya di dalam air. Ketika anak-anak belajar berenang, anak harus belajar mengapung supaya dapat berenang menyeberangi kolam renang.
97
Kegiatan berikutnya yaitu istirahat dan makan selama ± 30 menit. Pada kegiatan ini anak bermain di dalam kelas karena cuaca di luar sedang hujan. Setelah beristirahat, anak-anak secara bergantian mencuci tangan, masuk ke dalam kelas, dan berdoa sebelum makan. Anak-anak melakukan kegiatan makan bersama. Setelah kegiatan makan, guru melakukan refleksi kegiatan yang telah dilakukan pada hari itu dan meminta anak untuk menyebutkan contoh benda yang terapung dan tenggelam. Guru menyampaikan pesan-pesan untuk belajar di rumah, kemudian berdoa, dan mengucapkan salam. Pada hari kedua ini terdapat dua anak yang tidak mau bergabung dengan teman-teman yang duduk di bawah dan memilih duduk di meja. Satu anak tidak berminat duduk di bawah karena dia mengira akan ada kegiatan yang berhubungan dengan senam dan tari. Anak yang satu tidak mau duduk di bawah karena dia terlambat masuk kelas karena hujan dan merasa malu. Tetapi setelah melihat teman-temannya menguji terapung dan tenggelam dua anak ini mau mengikuti rangkaian kegiatan percobaan meskipun terpisah dari teman-teman yang lain. 3) Pertemuan Ketiga Pembelajaran
dilaksanakan
pada
Sabtu,
6
Februari
2016.
Pembelajaran terbagi menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang dimulai pukul 07.30-10.00. Kegiatan awal berlangsung ± 30 menit. Anak-anak berbaris di halaman sekolah sebelum masuk kelas. Selanjutnya guru mengkondisikan anak untuk segera masuk kelas,
98
memberi salam, menyapa, berdoa, dan menyanyi untuk membangkitkan semangat anak. Guru menyampaikan kepada anak bahwa pada hari ini akan belajar dengan tema pekerjaan dan sub tema nelayan. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya: “Dimanakah para nelayan bekerja mencari ikan?”. Salah satu anak menjawab “Laut, Bu.” Anak yang lain menjawab “Sungai, Bu.” Selanjutnya guru menyampaikan bahwa nelayan mencari ikan di laut. Selanjutnya guru mengajak anak untuk bermain peran sebagai para nelayan yang sedang pergi melaut dan di tengah laut saling berpapasan dan harus mengucapkan salam satu sama lain. Anak belajar mengucapkan dan membalas salam temannya. Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti selama ± 60 menit menggunakan langkah-langkah pembelajaran metode eksperimen. Seperti pertemuan sebelumnya, langkah pertama pembelajaran adalah percobaan awal dimulai dengan guru menunjukkan satu botol air laut yang bercampur pasir pantai dan mengenalkan beberapa alat dan bahan kepada anak. Guru menunjukkan beberapa materi atau bahan yang akan diuji oleh anak. Benda-benda yang akan diuji anak pada percobaan “larut atau tidak larut” antara lain: garam, gula pasir, tepung terigu, pasir, beras, dan ketumbar. Guru memulai menampilkan masalah kepada anak dengan cara menunjukkan sebotol air laut dan pasir pantai sambil berkata “Air laut ini, ibu ambil kemarin di Pantai Samas. Coba siapa yang tahu apa rasa dari air laut ini?” Hampir semua anak sudah mengetahui bahwa air laut rasanya asin. Selanjutnya guru bertanya “Apa yang menyebabkan air laut ini
99
berasa asin?” Beberapa anak menjawab: “Garam asin, Bu.” Guru melanjutnya pertanyaannya “Apakah ada garam di laut sehingga membuat air laut asin?” Selanjutnya guru melakukan demonstrasi dengan memasukkan garam ke dalam air lalu mengaduknya hingga garam tidak terlihat. Namun, sebelum garam dimasukkan anak diminta mencicipi airnya terlebih dahulu. Anak mengamati perubahan yang terjadi sambil diminta untuk mencicipi air setelah diberi garam. Beberapa anak dengan penuh antusias bertanya: “Bu, garamnya hilang kemana?” Guru menjawab pertanyaan anak sambil menyampaikan
masalah yang harus anak
pecahkan yang berkaitan dengan larut dan tidak larut yang akan dipelajari hari itu. Masalah yang dihadirkan adalah: “Nah, tugas kalian adalah mencari kemana ya perginya garam yang ibu masukkan ke dalam air tadi? Apakah gula pasir, tepung terigu, pasir, beras, dan ketumbar juga akan “hilang” ketika dimasukkan ke dalam air dan kita mengaduknya?” Langkah selanjutnya adalah membuat prediksi atau dugaan sederhana. Pada tahap ini banyak dugaan yang anak buat. Ada anak yang menduga gula pasir akan hilang. Namun ada juga anak yang menduga pasir akan hilang. Selanjutnya anak-anak membuktikan dugaan mereka, dimana setiap anak diberi kesempatan untuk melakukan percobaan dan membuktikan dugaan sederhana yang telah mereka buat. Anak menerima gelas plastik bening ukuran besar, garam, gula pasir, tepung terigu, pasir, beras, dan ketumbar yang akan diuji. Ketika anak melakukan percobaan, guru dan peneliti dibantu beberapa observer melakukan pengamatan
100
keterampilan proses sains anak dan melakukan wawancara menggunakan panduan wawancara yang telah disusun sebelum pembelajaran. Di tengahtengah percobaan ada anak yang berteriak “Bu, pasirku enggak ilang-ilang (tidak hilang-hilang).” Guru meminta anak untuk mengamati gelasnya sambil memintanya untuk terus mengaduk lalu bertanya “Apakah kamu masih melihat pasir di dalam gelas meskipun kamu sudah mengaduknya dengan keras?” anak menjawab “iya, Bu.” Guru membantu anak dengan cara menjelaskan bahwa apabila benda yang kamu aduk masih terlihat, itu artinya benda itu tidak dapat larut dalam air meskipun kamu sudah mengaduknya dengan sangat keras. Setelah anak selesai melakukan percobaan, guru melakukan verifikasi terhadap hasil temuan anak dan menyimpulkan hasil penelitian. Pada tahap ini suasana kelas ribut karena semua anak ingin menyampaikan hasil temuan mereka secara bersamaan. Guru mengkondisikan anak dan mengkomunikasikan hasil temuan mereka berdasarkan masalah yang disajikan sebelumnya yaitu: “Garam yang dimasukkan ke dalam air tidak ”hilang” tetapi larut di dalam air. Buktinya air yang tadinya tawar berubah rasanya menjadi asin. Selain garam, gula pasir dan tepung terigu juga larut di dalam air. Tahap evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman anak tentang konsep larut dan tidak larut dalam air dilaksanakan ketika anak melakukan
proses
percobaan.
Tahap
selanjutnya
adalah
guru
menyampaikan bahwa air laut memiliki rasa asin karena terdapat kandungan garam yang larut di dalam air laut. Pasir tidak larut di
101
dalam air, oleh sebab itu pasir tetap ada di laut. Ketika kita membuat teh manis, gula larut di dalam air teh. Akibatnya air teh yang pahit berubah menjadi manis. Kegiatan selanjutnya yaitu istirahat selama ± 30 menit. Pada kegiatan ini anak bermain di dalam kelas dan di halaman sekolah. Mereka bermain balok di dalam kelas dan perosotan di luar kelas. Selesai bermain, mereka masuk kelas dan dilanjutkan dengan kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir, anak diajak tanya jawab tentang macam-macam agama di Indonesia. Selanjutnya kegiatan refleksi mengenai kegiatan eksperimen “larut atau tidak larut” apakah anak-anak menikmati kegiatan bermain hari ini? Selanjutnya guru meminta anak bersama-sama menyebutkan benda-benda yang larut dalam air dan apa saja benda yang tidak larut dalam air. Setelah itu guru memberi beberapa nasihat dalam perjalanan pulang dan ketika sampai di rumah, lalu berdoa, dan mengucapkan salam. Pada pertemuan ketiga ini, anak-anak sudah mulai berani menyampaikan pendapat dan mengkomunikasikan hasil temuannya kepada guru maupun peneliti. Hal ini karena anak-anak sudah mulai mengenal peneliti dan observer yang merupakan orang baru di kelas mereka. Anak-anak sangat antusias mengikuti kegiatan pembelajaran. c. Observasi Pada tahap ini guru dan peneliti mengadakan observasi selama proses pembelajaran dilaksanakan pada siklus I menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan dan panduan wawancara yang telah disiapkan.
102
Hasil observasi yang dilakukan guru dan peneliti terlihat pada tabel 6. di bawah ini: Tabel 6. Rekapitulasi Data Keterampilan Proses Sains Anak Siklus I No
Kriteria
1
Baik
2
Cukup
3 4
Kurang baik Tidak baik
Berkembang sangat baik (BSB) Berkembang sesuai harapan (BSH) Mulai berkembang (MB) Belum berkembang (BB)
Jumlah Anak 10
Persentase
6
31,58%
3 0
15,79% 0%
52,63%
Pada tabel 6. terlihat bahwa pada siklus I 10 anak (52,63%) dalam kriteria baik atau berkembang sangat baik (BSB), 6 anak (31,58%) dalam kriteria cukup atau berkembang sesuai harapan (BSH), 3 anak (15,79%) dalam kriteria kurang baik atau mulai berkembang (MB), dan tidak ada lagi anak dalam kriteria tidak baik atau belum berkembang (BB). Untuk melihat adanya peningkatan pada keterampilan proses sains anak sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan pada siklus I perlu dilakukan perbandingan data. Tabel 7. menyajikan perbandingan data tersebut: Tabel 7. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Sebelum Tindakan dan Sesudah Tindakan Siklus I No
Kriteria
1
Baik
2
Cukup
3
Kurang baik
4
Tidak baik
Berkembang sangat baik (BSB) Berkembang sesuai harapan (BSH) Mulai berkembang (MB) Belum berkembang (BB)
Pra-tindakan Jumlah Persentase Anak 2 10,53%
Siklus I Jumlah Persentase Anak 10 52,63%
3
15,79%
6
31,58%
2
10,53%
3
15,79%
12
63,16%
0
0%
103
Pada tabel 7. dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah anak dalam kriteria baik atau berkembang sangat baik (BSB). Sebelum tindakan terdapat 2 anak (10,53%) dalam kriteria baik, setelah dilakukan pembelajaran dengan metode eksperimen, terjadi peningkatan menjadi 10 anak (52,63%) dalam kriteria baik. Sebelum tindakan terdapat 12 anak (63,16%) dalam kriteria tidak baik atau belum berkembang (BB), setelah dilakukan tindakan tidak ada lagi anak dalam kriteria tidak baik. d. Refleksi Pada siklus I terdapat beberapa kekurangan pada guru maupun anak. Kekurangan tersebut diantaranya: 1) Terdapat anak yang tidak memperhatikan ketika guru mendemonstrasikan percobaan, akibatnya anak mengalami kesulitan ketika menyusun hipotesis; 2) Guru kurang memberikan penghargaan pada anak; 3) Pengelolaan kelas oleh guru belum maksimal terutama pada tahap verifikasi yaitu ketika anak menyampaikan kesimpulan hasil percobaan yang mereka lakukan secara bersamaan sehingga kelas menjadi ribut dan guru tidak dapat merespon setiap jawaban anak. 4) Beberapa anak belum percaya diri dalam melakukan rangkaian percobaan, mereka selalu menunggu guru maupun peneliti datang membantu; 5) Pada pertemuan ketiga terdapat satu anak yang kurang fokus dalam mengikuti percobaan karena selama percobaan dia berjalan keliling
104
melihat percobaan temannya dan cenderung mengganggu konsentrasi anak yang lain. 6) Pada siklus I terdapat tiga anak yang keterampilan proses sainsnya masih berada pada kriteria kurang baik (Mulai Berkembang/ MB). Sedangkan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I ini adalah: 1) Anak menunjukkan rasa antusias dan semangat yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran; 2) Anak
mulai
terbiasa
dengan
langkah-langkah
pembelajaran
menggunakan metode eksperimen; 3) Keterampilan proses sains anak telah mengalami peningkatan. Dari beberapa kendala yang dihadapi tersebut, guru dan peneliti berdiskusi mencari solusi untuk memperbaiki kekurangan tersebut dan diterapkan pada siklus berikutnya. Adapun hasil refleksi antara guru dan peneliti dikemukakan beberapa solusi yang sebaiknya diterapkan pada siklus selanjutnya, yaitu: 1) Guru lebih banyak memberikan penguatan dan penghargaan kepada anak; 2) Guru menghadirkan masalah dengan lebih menarik lagi agar ketika mendemonstrasikan di depan kelas, anak-anak merasa tertarik dan rasa ingin tahunya muncul; 3) Guru meningkatkan pengelolaan kelas terutama ketika melakukan tahap verifikasi supaya anak dapat terkoordinasi dengan baik dan
105
tercipta kelas yang kondusif, sebaiknya guru menunjuk beberapa anak untuk secara bergantian menyampaikan pendapat; 4) Guru senantiasa memotivasi anak agar anak percaya diri melakukan rangkaian percobaan dengan kemampuan mereka dengan cara meyakinkan mereka bahwa mereka luar biasa dan hebat serta tidak lupa memberi penghargaan ketika mereka mampu melakukannya; 5) Untuk anak yang membutuhkan perhatian khusus, sebaiknya guru memberi perhatian lebih atau bahkan memberi teguran atau hukuman ringan pada anak yang berkeliling dan mengganggu teman disaat teman yang lain sedang fokus melakukan percobaan; 6) Untuk anak yang masih berada dalam kriteria kurang baik (Mulai Berkembang/ MB), sebaiknya guru memberi tindakan lebih pada tiga anak tersebut supaya pada siklus selanjutnya nanti keterampilan proses sains anak dapat meningkat dan berada dalam kriteria baik (Berkembang Sangat Baik/ BSB).
3. Siklus II a. Perencanaan Berdasarkan hasil analisis hasil pada siklus I, masih terdapat beberapa kekurangan di dalam pembelajaran dan belum mencapai indikator keberhasilan sehingga perlu diadakan perbaikan untuk meningkatkan keterampilan proses sains anak dengan tujuan untuk mencapai indikator
106
keberhasilan. Oleh sebab itu, guru dan peneliti perlu melanjutkan penelitian ini pada siklus II agar tujuan dalam penelitian ini dapat tercapai. Penelitian pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Rabu, Jumat, dan Sabtu tanggal 10, 12, dan 13 Februari 2016 dengan tema pekerjaan dan sub tema macam-macam pekerjaan (petani). Pembelajaran yang dilaksanakan tertuang dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah disusun bersama antara guru dan peneliti. Pada tahap perencaan, selain menyusun RKH, guru dan peneliti menyusun skenario pembelajaran, pedoman wawancara, media pembelajaran dan lembar observasi. b. Pelaksanaan 1) Pertemuan Pertama Pembelajaran dilaksanakan pada Rabu, 10 Februari 2016. Pembelajaran terbagi menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang dimulai pukul 07.30-10.00. Kegiatan awal berlangsung ± 30 menit. Karena hari hujan, maka anak-anak tidak berbaris di halaman sekolah. Guru mengkondisikan anak untuk segera masuk kelas, memberi salam, menyapa, berdoa, dan menyanyi untuk membangkitkan semangat anak. Guru menyampaikan kepada anak bahwa pada hari ini akan belajar dengan tema pekerjaan dan sub tema petani. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya pada anak: “Apakah anak-anak pernah makan gethuk? Adakah yang tahu gethuk dibuat dari apa? Lalu siapakah yang menanam singkong itu?” Agar kelas kondusif dan anak tidak berebut berbicara, guru menunjuk
anak
satu-satu
untuk
107
menjawab
pertanyaan
tersebut.
Selanjutnya guru mengajak anak untuk melakukan gerakan motorik kasar sebelum masuk ke kegiatan inti. Pada kegiatan motorik kasar, anak unjuk kerja merayap dan merangkak melewati rintangan berupa simpai. Selanjutnya kegiatan inti dilaksanakan ± 60 menit. Pada kegiatan inti difokuskan pada langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode eksperimen. Percobaan awal, diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru. Guru menampilkan gethuk yang belum diberi warna. Guru juga menampilkan 3 warna pokok (merah, biru, kuning). Guru menyampaikan suatu masalah pada anak: “Gethuk ini akan berubah menjadi warna apa ketika kalian mencampurkan warna merah dan biru? Bagaimana dengan gethuk yang lain dengan warna merah dan kuning? Warna apa yang terbentuk ketika mencampur warna biru dan kuning?” Ketika menghadirkan suatu masalah di tengah anak-anak, guru menyampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami anak dan agar anak mampu mengimajinasikan masalah tersebut ke dalam pikiran mereka. Tahap selanjutnya adalah pengamatan, anak mengamati langkah-langkah kerja yang didemonstrasikan guru. Guru mendemonstrasikan dengan penuh antusias agar rasa “penasaran” anak muncul dan anak tertarik untuk melakukan percobaan. Guru meneteskan pewarna makanan warna biru ke atas gethuk dan meremas-remasnya hingga tercampur. Langkah yang ketiga adalah hipotesis awal, sebelum meminta anak menyusun prediksi atau dugaan, guru bertanya pada anak: “Gethuk yang tadinya putih berubah warna
108
menjadi biru ketika ibu memberi warna biru. Lalu kira-kira warna biru ini akan berubah menjadi warna apa ketika ibu meneteskan warna merah lagi ke atasnya dan meremas-remasnya?” Setelah guru menyampaikan pertanyaan tersebut, guru menunjuk satu anak untuk menyampaikan hipotesis sederhananya dan meminta anak yang lain untuk diam dan menyiapkan hipotesis sederhananya ketika tiba gilirannya ditunjuk. Tahap selanjutnya adalah melakukan percobaan, guru meminta anak untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah disampaikan anak melalui kegiatan percobaan. Setelah menerima alat dan bahan, anak sangat antusias ingin segera menguji hipotesis sederhana mereka masing-masing. Guru dan peneliti dibantu beberapa observer melakukan observasi keterampilan proses sains anak dengan lembar observasi dan lembar wawancara yang telah disusun sebelumnya. Setelah melakukan percobaan, anak memiliki rumusan hasil masing-masing yang setiap anak berbeda. Guru meminta anak secara bergantian mengutarakan hasil percobaan mereka dan tidak lupa setelah selesai menyampaikan hasil temuannya, guru memuji anak dan meminta anak yang lain memberi tepuk tangan bukti penghargaan bagi keberhasilan percobaannya. Ada yang menyampaikan: “Bu, ungu campuran merah sama biru” ada pula anak yang menjawab: “Bu, biru sama kuning jadi hijau.” Pada saat anak menyampaikan berbagai macam hasil temuannya, guru melakukan verifikasi dan membuat kesimpulan untuk bersama, kesimpulan akhir yang disusun bersama anak adalah: “Ketika kita
109
mencampur warna merah dan biru akan terbentuk warna ungu, warna merah dan kuning membentuk warna orange, dan warna biru dan kuning membentuk warna hijau.” Langkah selanjutnya, guru melakukan evaluasi dengan cara mengobservasi keterampilan proses sains anak. Kegiatan evaluasi digunakan guru untuk menguji tingkat pemahaman anak tentang hasil pencampuran warna. Guru dan peneliti menggunakan lembar kerja untuk mengetahui pemahaman anak. Setelah anak memahami dan menemukan pencampuran warna, maka anak dapat menghubungkan pengetahuan yang telah dia peroleh dengan contoh konkret dalam kehidupannya. Guru menyampaikan pada anak bahwa merah, kuning, dan biru sering disebut warna pokok karena dapat dicampur-campur dan membentuk warna yang lain. Oleh karena itu, besok ketika kalian memerlukan warna ungu tetapi tidak memiliki pewarna ungu, kalian bisa mencampur warna merah dan biru untuk mewarnai. Kegiatan selanjutnya yaitu istirahat selama ± 30 menit. Karena sebelumnya bermain-main dengan pewarna makanan dan tangan kotor, anak secara bergantian mencuci tangannya terlebih dahulu dan bermain bersama. Selesai bermain, mereka masuk kelas dan dilanjutkan dengan kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir, anak diajak untuk membedakan perilaku yang baik dan yang benar. Guru bercerita di depan kelas menggunakan gambar seri. Selanjutnya kegiatan refleksi mengenai kegiatan eksperimen hari ini apakah anak-anak menikmati kegiatan
110
bermain hari ini? Selanjutnya guru meminta anak bersama-sama menyebutkan warna-warna pokok dan hasil percampurannya. Setelah itu guru memberi beberapa nasihat dalam perjalanan pulang dan ketika sampai di rumah, lalu berdoa, dan mengucapkan salam. Pada pertemuan pertama ini anak sudah mulai memahami alur belajar menggunakan metode eksperimen. Beberapa anak sudah lancar dalam
mengkomunikasikan
gagasannya
dan
menyampaikan
hasil
temuannya. Anak-anak sudah mulai mandiri dan percaya diri dalam melakukan langkah-langkah eksperimen. Guru sudah sering memberikan motivasi dan penghargaan kepada anak. 2) Pertemuan Kedua Pembelajaran dilaksanakan pada Jumat, 12 Februari 2016. Pembelajaran terbagi menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang dimulai pukul 07.30-10.00. Kegiatan awal berlangsung ± 30 menit. Setelah bel tanda masuk, anak-anak berkumpul di halaman sekolah untuk melakukan senam sehat ceria. Selanjutnya guru mengkondisikan anak untuk segera masuk kelas, memberi salam, menyapa, berdoa, dan menyanyi untuk membangkitkan semangat anak. Guru menyampaikan kepada anak bahwa pada hari ini akan belajar dengan tema pekerjaan dan sub tema petani. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya pada anak: “Apakah anak-anak dapat menyebutkan bahan-bahan makanan yang ditanam oleh petani?” Agar kelas kondusif dan anak tidak berebut berbicara, guru menunjuk anak satu-satu untuk menjawab pertanyaan
111
tersebut. Anak-anak menyebutkan berbagai macam jenis bahan makanan yang ditanam petani, misalnya: padi, jagung, kedelai, kopi, coklat, tebu, dan masih banyak lagi yang telah disebutkan anak. Selanjutnya guru mengajak anak untuk melakukan gerakan motorik kasar sebelum masuk ke kegiatan inti. Pada kegiatan motorik kasar, anak unjuk kerja berjalan maju pada garis lurus sambil memperagakan petani yang sedang memetik padi. Selanjutnya kegiatan inti dilaksanakan ± 60 menit. Pada kegiatan inti difokuskan pada langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode eksperimen. Percobaan awal, diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru. Guru menampilkan bahan-bahan yang akan diuji rasanya oleh anak. Bahan-bahan tersebut diantaranya: gula pasir, gula jawa, permen susu, daun pepaya, kopi, dan pare. “Kita akan bermain membedakan rasa pahit dan rasa manis menggunakan bahan-bahan yang dihasilkan oleh petani.” Selanjutnya guru menghadirkan masalah untuk dipecahkan oleh anak melalui penelitian. Masalah yang harus dipecahkan anak adalah: “Bahan yang manakah yang memiliki rasa manis? Dan bahan yang manakah yang memiliki rasa pahit?” Ketika menghadirkan suatu masalah di tengah anak-anak, guru menyampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami anak dan agar anak mampu mengimajinasikan masalah tersebut ke dalam pikiran mereka. Tahap selanjutnya adalah pengamatan, anak mengamati langkahlangkah kerja yang didemonstrasikan guru. Guru mendemonstrasikan dengan penuh antusias agar rasa “penasaran” anak muncul dan anak
112
tertarik untuk melakukan percobaan. Guru menggigit daun pepaya sambil menunjukkan ekspresi muka “tidak enak” Lalu guru menggigit gula jawa dan menunjukkan ekspresi “enak” sambil tersenyum. Langkah yang ketiga adalah hipotesis sederhana, sebelum meminta anak menyusun hipotesis sederhana, guru bertanya pada anak: “Apakah anak-anak memperhatikan ekspresi ibu? Lalu kira-kira apa rasa daun pepaya dan gula jawa? Bagaimana dengan bahan yang lainnya?” Setelah guru menyampaikan pertanyaan tersebut, guru menunjuk satu anak untuk menyampaikan prediksi sederhananya dan meminta anak yang lain untuk diam dan menyiapkan prediksi sederhananya ketika tiba gilirannya ditunjuk. Jawaban anak beraneka ragam, ada yang menjawab “Muka ibu begini (sambil memperagakan raut muka tidak enak) pas makan daun pepaya, pasti rasanya pahit ya, Bu.” Tahap selanjutnya adalah melakukan percobaan, guru meminta anak untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah disampaikan anak melalui kegiatan percobaan. Setelah menerima alat dan bahan, anak sangat antusias ingin segera membuktikan prediksi sederhana mereka masing-masing. Guru dan peneliti dibantu beberapa observer melakukan observasi keterampilan proses sains anak dengan lembar observasi dan lembar wawancara yang telah disusun sebelumnya. Ketika melakukan percobaan, salah satu anak berjalan keliling dan mengambil
permen
milik
temannya.
Guru
menegur
anak
dan
mempersilakannya duduk ditempat duduknya. Guru menasihati anak untuk
113
tidak mengganggu teman dan tidak mengambil barang milik orang lain tanpa ijin, selanjutnya guru meminta anak tersebut untuk meminta maaf. Setelah melakukan percobaan untuk membuktikan prediksi yang mereka buat, anak memiliki rumusan pendapat masing-masing yang setiap anak berbeda. Guru meminta anak secara bergantian mengkomunikasikan hasil temuan mereka dan tidak lupa setelah selesai menyampaikan temuannya guru memuji anak dan meminta anak yang lain memberi tepuk tangan bukti penghargaan bagi keberhasilan percobaannya. Pendapat yang disampaikan anak beraneka ragam, ada yang menyampaikan: “Bu, yang pahit daun pepaya, pare, dan kopi. Tapi aku suka pahit, pahitnya hilang setelah kita makan gula pasir, gula jawa, dan permen.” Pada saat anak menyampaikan berbagai macam hasil temuannya, guru melakukan verifikasi dan membuat kesimpulan untuk bersama, kesimpulan akhir yang disusun bersama anak adalah: “Setelah kita menguji rasa beberapa bahan maka bahan yang memiliki rasa pahit adalah kopi, daun pepaya, dan pare. Sedangkan gula pasir, gula jawa, dan permen memiliki rasa manis.” Langkah selanjutnya, guru bersama anak-anak melakukan evaluasi. Kegiatan evaluasi digunakan guru untuk menguji tingkat pemahaman anak tentang mengenal rasa manis dan pahit. Guru dan peneliti melakukan evaluasi bersamaan ketika melakukan observasi. Setelah anak memahami dan membedakan rasa manis dan pahit, maka guru membantu anak untuk menghubungkan pengetahuan yang telah dia peroleh dengan contoh konkret
dalam
kehidupannya.
114
Guru
menyampaikan
pada
anak
bahwa kopi memang memiliki rasa pahit, oleh sebab itu ibu kita menambahkan
gula
ke
dalam
segelas
air
kopi
ketika
akan
menghidangkannya kepada ayah kita. Ada jamu yang dibuat dari daun pepaya yang rasanya sangat pahit. Supaya tidak pahit, penjual jamu menambahkan madu atau gula ke dalamnya. Kegiatan selanjutnya yaitu istirahat selama ± 30 menit. Selesai bermain, mereka mencuci tangan, masuk kelas dan dilanjutkan dengan kegiatan makan bersama. Selanjutnya pada kegiatan akhir, anak diajak untuk memohon dan memberi maaf seperti kejadian seorang anak yang telah mengambil permen temannya ketika percobaan tadi. Selanjutnya kegiatan refleksi mengenai kegiatan eksperimen hari ini apakah anak-anak menikmati kegiatan bermain hari ini? Selanjutnya guru meminta anak bersama-sama menyebutkan benda-benda yang memiliki rasa manis dan pahit. Setelah itu guru memberi beberapa nasihat dalam perjalanan pulang dan ketika sampai di rumah, lalu berdoa, dan mengucapkan salam. Pada pertemuan kedua ini anak sangat menikmati kegiatan pembelajaran hari itu. Namun, ada beberapa anak yang keterampilan prosesnya belum meningkat pada beberapa indikator. Oleh sebab itu, guru harus lebih fokus lagi memberi pendampingan yang lebih agar keterampilan proses anak dapat meningkat. 3) Pertemuan Ketiga Pembelajaran dilaksanakan pada Sabtu, 13 Februari 2016. Pembelajaran terbagi menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
115
penutup yang dimulai pukul 07.30-10.00. Kegiatan awal berlangsung ± 30 menit. Anak-anak berbaris di halaman sekolah. Selanjutnya guru mengkondisikan anak untuk segera masuk kelas, memberi salam, menyapa, berdoa, dan menyanyi untuk membangkitkan semangat anak. Guru menyampaikan kepada anak bahwa pada hari ini akan belajar dengan tema pekerjaan dan sub tema petani. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya pada anak: “Nasi yang setiap hari kita makan siapa yang menanamnya? Darimanakah asal mula bisa ada nasi?” Agar kelas kondusif dan anak tidak berebut berbicara, guru menunjuk anak satu-satu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selanjutnya kegiatan inti dilaksanakan ± 60 menit. Pada kegiatan inti difokuskan pada langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode eksperimen. Percobaan awal, diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru. Guru menampilkan gabah pada anak-anak. Guru menyampaikan sebuah ilustrasi bahwa ada seorang petani memanen padi di sawah. Ketika dia akan pulang ke rumah ternyata hujan turun dengan lebat. Guru menyampaikan suatu masalah pada anak: “Supaya gabah milik pak tani tidak basah terkena air hujan, maka pak tani harus membungkus gabah itu dengan apa? Apakah dengan bahan plastik, kain, karet, tissu, atau kertas?” Ketika menghadirkan suatu masalah di tengah anak-anak, guru menyampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami anak dan agar anak mampu mengimajinasikan masalah tersebut ke dalam pikiran mereka. Tahap selanjutnya adalah pengamatan, anak mengamati langkah-
116
langkah kerja yang didemonstrasikan guru. Guru mendemonstrasikan dengan penuh antusias agar rasa “penasaran” anak muncul dan anak tertarik untuk melakukan percobaan. Guru memasukkan gabah yang telah dibungkus dengan kertas ke dalam air. Anak mengamati apa yang terjadi pada gabah? Apakah kering atau basah? Langkah yang ketiga adalah memprediksi atau meramalkan, sebelum meminta anak memprediksi, guru bertanya pada anak: “Setelah kita memasukkan gabah yang dibungkus kertas ke dalam air, apakah yang terjadi dengan gabah itu?” Secara serentak anak-anak menjawab “basah”. Selanjutnya guru bertanya: “Mengapa gabah bisa menjadi basah?” Selanjutnya guru bertanya “Kirakira bahan yang mana yang gabahnya tetap kering?” Setelah guru menyampaikan pertanyaan tersebut, guru menunjuk satu anak untuk menyampaikan dugaan sederhananya dan meminta anak yang lain untuk diam dan menyiapkan dugaan mereka ketika tiba gilirannya ditunjuk. Tahap selanjutnya adalah melakukan percobaan, guru meminta anak untuk membuktikan kebenaran dari dugaan sederhana yang telah disampaikan anak melalui kegiatan percobaan. Setelah menerima alat dan bahan, anak sangat antusias ingin segera menguji hipotesis sederhana mereka masing-masing. Guru dan peneliti dibantu beberapa observer melakukan observasi keterampilan proses sains anak dengan lembar observasi dan lembar wawancara yang telah disusun sebelumnya. Setelah melakukan percobaan, anak memiliki rumusan hasil temuan masingmasing yang setiap anak berbeda. Guru meminta anak secara bergantian
117
mengutarakan hasil temuan mereka dan tidak lupa setelah selesai menyampaikan hasil temuannya, guru memuji anak dan meminta anak yang lain memberi tepuk tangan bukti penghargaan bagi keberhasilan percobaannya. Ada yang menyampaikan: “Bu, gabahnya dibungkus plastik saja supaya tidak basah” ada pula anak yang menjawab: “Bu, pakai balon (karet) saja tidak basah.” Pada saat anak menyampaikan berbagai macam hasil temuannya, guru melakukan verifikasi dan membuat kesimpulan untuk bersama, kesimpulan akhir yang disusun bersama anak adalah: “Supaya gabah tetap kering, kita dapat menggunakan plastik dan balon (karet) karena bahan tersebut tidak menyerap air, sehingga gabah tetap kering.” Langkah selanjutnya, guru bersama anak-anak melakukan evaluasi. Kegiatan evaluasi digunakan guru untuk menguji tingkat pemahaman anak tentang mengenal benda yang menyerap dan tidak menyerap air. Guru dan peneliti menggunakan lembar kerja untuk mengetahui pemahaman anak. Setelah anak memahami dan menemukan benda-benda yang dapat menyerap dan tidak dapat menyerap air, maka guru membantu anak untuk menghubungkan pengetahuan yang telah dia peroleh dengan contoh konkret dalam kehidupannya. Guru menyampaikan pada anak bahwa jas hujan dan payung dibuat dari bahan yang tidak menyerap air. Coba bayangkan, apa yang akan terjadi jika payung dan jas hujan terbuat dari benda yang menyerap air.
118
Kegiatan selanjutnya yaitu istirahat selama ± 30 menit. Pada saat istirahat, anak bebas bermain di dalam kelas maupun di luar kelas. Selesai bermain, mereka masuk kelas dan dilanjutkan dengan kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir, anak diajak untuk menyebutkan macam-macam agama di Indonesia dan tempat ibadahnya. Guru menjelaskan di depan kelas menggunakan miniatur rumah-rumah ibadat. Selanjutnya kegiatan refleksi mengenai kegiatan eksperimen hari ini apakah anak-anak menikmati kegiatan bermain hari ini? Selanjutnya guru meminta anak bersama-sama menyebutkan benda-benda yang tidak menyerap air di sekitar anak. Setelah itu guru memberi beberapa nasihat dalam perjalanan pulang dan ketika sampai di rumah, lalu berdoa, dan mengucapkan salam. c. Observasi Pada tahap ini guru dan peneliti mengadakan observasi selama proses pembelajaran dilaksanakan pada siklus II menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan dan panduan wawancara yang telah disiapkan. Hasil observasi yang dilakukan guru dan peneliti terlihat pada tabel 8. di bawah ini: Tabel 8. Rekapitulasi Data Keterampilan Proses Sains Anak Siklus II No
Kriteria
1
Baik
2
Cukup
3 4
Kurang baik Tidak baik
Berkembang sangat baik (BSB) Berkembang sesuai harapan (BSH) Mulai berkembang (MB) Belum berkembang (BB)
Jumlah Anak 19
Persentase
0
0%
0 0
0% 0%
100%
Pada tabel 8. terlihat bahwa pada siklus II ini, 19 anak (100%) dalam kriteria baik atau Berkembang Sangat Baik (BSB) dan tidak ada anak dalam
119
kriteria cukup atau Berkembang Sesuai Harapan (BSH), kurang baik atau Mulai Berkembang (MB), dan kriteria tidak baik atau Belum Berkembang (BB). Untuk melihat adanya peningkatan pada keterampilan proses sains anak sebelum dilakukan tindakan, siklus I, hingga siklus II perlu dilakukan perbandingan data. Tabel 9. menyajikan perbandingan data tersebut: Tabel 9. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II N o
Kriteria
1
Baik
2
Cukup
3
Kurang baik
4
Tidak baik
Berkembang sangat baik (BSB) Berkembang sesuai harapan (BSH) Mulai berkembang (MB) Belum berkembang (BB)
Pra-Tindakan Jumlah Persenta Anak se
Siklus I Jumlah Persenta Anak se 10 52,63%
Siklus II Jumlah Persent Anak ase 19 100%
2
10,53%
3
15,79%
6
31,58%
0
0%
2
10,53%
3
15,79%
0
0%
12
63,16%
0
0%
0
0%
Berdasarkan data pada tabel 9. keterampilan proses sains anak mengalami peningkatan yang signifikan. Sebelum dilakukan tindakan hanya 10,53% atau 2 anak berada dalam kriteria baik (Berkembang Sangat Baik/ BSB), setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II meningkat menjadi 10 anak (52,63%) pada siklus I dan 19 anak (100%) pada siklus II dalam kriteria baik (Berkembang Sangat Baik/ BSB). d. Refleksi Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan hasil perbaikan terhadap kelemahan yang terjadi pada siklus I. Berdasarkan data hasil pengamatan pada siklus II ini, seluruh keterampilan sains anak yang diamati
120
sudah dalam kriteria baik. Anak sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran menggunakan metode eksperimen sehingga keterampilan proses sainsnya dapat meningkat secara signifikan. Seluruh anak (100%) pada siklus II berada pada kriteria baik atau Berkembang Sangat Baik (BSB) Dengan demikian berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini telah tercapai dan keterampilan proses sains anak berhasil ditingkatkan. Sehingga penelitian ini dicukupkan sampai siklus II.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian yang telah dilakukan dalam 2 siklus dengan subyek penelitian anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Sedyo Rukun Sirat melalui metode eksperimen terbukti dapat meningkatkan keterampilan proses sains anak. Peningkatan keterampilan proses sains dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Pada siklus I keterampilan proses sains anak belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, karena terdapat beberapa kelemahan dan harus diperbaiki. Kelemahan tersebut diantaranya anak yang berkeliling mengganggu temannya yang sedang belajar dan cenderung mengganggu teman yang lainnya. Hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Hal ini selaras dengan pendapat yang disampaikan oleh Slameto (2003: 72) yang menyatakan bahwa relasi anak dengan anak mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Untuk mengatasi hal ini guru telah memberi penanganan dan perhatian khusus kepada anak yang cenderung mengganggu temannya tersebut.
121
Selain kelemahan dari anak, terdapat pula kelemahan dari guru, diantaranya guru tidak dapat mengkondisikan kelas secara optimal, terutama ketika anak diminta menyampaikan pendapatnya. Karena anak-anak begitu antusias akibatnya mereka menyampaikan pendapat mereka secara bersamaan, akibatnya kelas menjadi berisik dan tidak kondusif karena guru tidak dapat merespon setiap pendapat yang disampaikan anak. Padahal menurut Ali Nugraha (2005: 142) salah satu peran guru dalam pembelajaran sains adalah guru berperan sebagai fasilitator, yaitu harus mampu menciptakan kelas yang kondusif. Guru masih kurang dalam memberikan motivasi dan penghargaan, sehingga pada siklus II guru lebih banyak memberikan motivasi sewajarnya dan penghargaan kepada anak meskipun keberhasilan yang dilakukannya kecil. Namun, dalam memberikan motivasi sebaiknya guru tidak berlebihan. Motivasi yang berlebihan cenderung memaksa dan akan merusak pembelajaran. Motivasi sebaiknya diberikan secara wajar dan luwes (Ali Nugraha, 2005: 143). Kelemahan-kelemahan pada siklus I ini menjadi pertimbangan tindakan pada siklus II sehingga pembelajaran pada siklus II dapat mencapai indikator keberhasilan. Selain kelemahan-kelemahan tersebut terdapat pula kelebihan-kelebihan yang berhasil dicapai pada siklus I. Salah satu diantaranya adalah anak sangat antusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen. Hal ini terbukti dengan rasa ingin tahu anak yang besar dengan mengajukan beragai pertanyaan seputar percobaan. Rasa antusias anak melakukan metode eksperimen karena anak merasa senang bisa mengeksplorasi suatu bahan dan
122
mengamatinya. Hal ini sama seperti pendapat Syamsuddin (2011: 17) yang menyatakan bahwa melalui metode eksperimen anak memperoleh pengalaman langsung karena mereka memiliki kesempatan untuk memberi perlakuan terhadap sesuatu dan mengamati akibatnya. Anak merasa antusias karena mereka dapat membuktikan dugaan atau hipotesis mereka terhadap suatu kejadian. Hal ini selaras dengan pendapat Winda Gunarti, dkk. (2010: 11.6) yang menyatakan bahwa metode eksperimen bertujuan membuktikan kebenaran sesuatu. Menurut Jolanda Howe dalam artikel yang berjudul “Characteristics of Preschool Children” pendidik sebaiknya memberikan kesempatan setiap anak untuk berpartisipasi dan mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman anak atau memberikan pengalaman baru pada anak. Melalui metode eksperimen guru telah menciptakan pembelajaran sains yang memberi kesempatan kepada anak untuk berpartisipasi dan terlibat langsung pada kegiatan percobaan. Selain itu, melalui metode eksperimen guru telah memberikan pengalaman baru kepada anak. Metode eksperimen mampu mengajak anak untuk membuktikan tentang kebenaran sesuatu (Winda Gunarti, dkk., (2010: 11.6). Melalui metode eksperimen, guru mengajak anak untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang telah mereka buat tentang benda apa saja yang akan ditarik magnet, benda apa saja yang akan menyerap air, benda apa saja yang akan terapung, benda apa yang memiliki rasa manis, dan warna apa yang akan terbentuk ketika mencampur warna merah dan biru. Setelah mereka menemukan jawabannya anak akan cenderung lebih percaya
atas kebenaran
123
atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya sendiri, dibandingkan hanya menerima dari guru (Syaiful Sagala, 2003: 220). Menurut Slamet Suyanto (2005: 37) salah satu fokus pengenalan sains bagi anak usia dini adalah untuk mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, menggunakan bilangan, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan. Pada siklus II keterampilan proses sains anak mengalami peningkatan. Keterampilan proses mengobservasi, memprediksi, mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan telah mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus II, 19 anak atau seluruh anak (100%) berada dalam kriteria baik atau Berkembang Sangat Baik (BSB) karena pada siklus II ini guru mulai fokus memberikan tindakan kepada beberapa anak yang keterampilan prosesnya belum mengalami peningkatan pada siklus I. Guru memberi perhatian yang lebih pada anak-anak tertentu dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan yang dapat merangsang anak dan tentunya akan meningkatkan kualitas belajarnya. Di sini guru telah menjalankan perannya sebagai elaborator dalam pembelajaran sains seperti yang disampaikan oleh Ali Nugraha (2005: 143). Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan keterampilan proses sains anak pada Kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun.
124
C. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan pada anak Kelompok B TK KKLKMD Sedyo Rukun telah diupayakan untuk memperoleh hasil yang maksimal, akan tetapi pada kenyataannya masih terdapat keterbatasan, antara lain: 1. Suasana hati (mood) anak ketika mengikuti pembelajaran berada di luar jangkauan peneliti untuk mengontrolnya. Misalnya: anak yang suasana hatinya sudah tidak baik dari rumah karena dia merasa malu terlambat masuk kelas akan mempengaruhi hasil belajarnya. 2. Konsentrasi pewarna makanan yang digunakan setiap anak pada saat eksperimen mencampur warna berbeda-beda sehingga menghasilkan warna dengan gradasi yang berbeda.
125
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa melalui metode eksperimen dapat meningkatkan keterampilan proses sains anak kelompok B Taman Kanak-kanak Sedyo Rukun Sirat, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul. Peningkatan ini dapat dilihat dari meningkatnya keterampilan proses sains sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan pada siklus I dan II. Dua anak dari 19 anak (10,53%) berada dalam kriteria baik (Berkembang Sangat Baik/BSB) sebelum dilakukan tindakan. Sepuluh anak dari 19 anak (52,63%) berada dalam kriteria baik (Berkembang Sangat Baik/BSB) setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan setelah dilakukan perbaikan pada siklus II keterampilan proses sains meningkat menjadi 100% atau seluruh anak berada dalam kategori baik. Pembelajaran berhasil karena keterampilan proses sains meningkat melampaui indikator keberhasilan sebesar ≥ 80% dari 19 anak berada dalam kriteria baik atau Berkembang Sangat Baik (BSB). Keterampilan proses sains meningkat setelah dilakukan perbaikan proses pembelajaran yaitu dengan memberi penguatan dan penghargaan, menghadirkan masalah dengan lebih menarik, meningkatkan pengelolaan kelas, memotivasi anak agar senantiasa percaya diri, dan memberi tindakan lebih pada anak yang masih berada dalam kriteria kurang baik (Mulai Berkembang/MB).
126
Peningkatan
keterampilan
proses
sains
terjadi
setelah
dilakukan
pembelajaran menggunakan metode eksperimen dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: a. Percobaan awal, guru mendemonstrasikan suatu peristiwa atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari; b. Anak mengobservasi atau melakukan pengamatan peristiwa yang sedang didemonstrasikan guru; c. Anak memprediksi atau meramalkan suatu peristiwa berdasarkan hasil pengamatan; d. Anak melakukan percobaan untuk membuktikan prediksi atau dugaan yang telah mereka buat; e. Anak mengkomunikasikan hasil temuannya; f. Guru melakukan evaluasi dengan cara mengobservasi keterampilan proses sains anak.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru a. Hendaknya guru lebih menguasai materi-materi sains sederhana dan mematuhi
langkah-langkah
pembelajaran
menggunakan
eksperimen agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
127
metode
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini terbatas pada keterampilan mengamati, memprediksi, mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan, sehingga perlu ada penelitian lanjutan yang mampu mengembangkan keterampilan yang lainnya menggunakan metode eksperimen.
128
DAFTAR PUSTAKA
Acep Yoni, dkk. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Penelitian Tindakan Kelas Mahasiswa Guru dan Dosen. Sleman: Familia. Ali Nugraha (2005). Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Dikjen Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Durri Adriani, dkk. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka. Dwi Yulianti. (2010). Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT Indeks. Hamzah Uno. (2008). Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Howe, Jolanda. (2009). Characteristics of Preschool Children. Diakses dari http://network.crcna.org./sunday-school/characteristics-preschool-children pada tanggal 15 Februari 2015, jam 21.00 WIB. Jerner M, David, dkk. (2005). Process-Oriented Inquiry-a Constructivist Approach To Early Childhood Sience Education: Teaching Teachers To Do Science. Journal Of Elementary Science Education. Vol. 17, No. 2 (fall 2005), pp 13-26. Jerner M, David. (2009). Elementary Science Methods A Constructivist Approach Fifth Edition. Wadsworth: Cengange Learning. Masitoh, Ocih Setiasih, & Heny Djoehaeni. (2005). Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-kanak. Depdiknas Dikjen Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. M. Ramli. (2005). Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Dikjen Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Morrison, Kathy. (2012). Integrate Science and Arts Process Skills in the Early Childhood Curriculum. Dimensions of Early Childhood. Vol. 40, No. 1, pp 31-39. Muhammad Idrus. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
129
Palendeng. (2003). Strategi Pembelajaran Aktif. Jakarta: Rineka Cipta. Patta Bundu. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains-SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara RI Tahun 2003, Nomor 4301. Sekretariat Negara. Jakarta. Republik Indonesia. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta. Rita Eka Izzaty, dkk. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Press. Rochiati Wiriaatmadja. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rusdinal, dkk. (2005). Pengelolaan Kelas di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas Dikjen Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran, Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: CV. Alfabeta. Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional. Sarwiji Suwandi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: FKIP UNS. Sa’dun Akbar. (2010). Penelitian Tindakan Kelas, Filosofi, Metodologi, Implementasi. Yogyakarta: CV. Cipta Media. Siti Wahyuningsih dan Muhammad Munif Syamsuddin. (2011). Modul Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru Kelas PAUD/TK. Surakarta : PSG Rayon 113 UNS. Slamet Suyanto. (2005). Pembelajaran Untuk Anak TK. Jakarta: Depdiknas Dikjen Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
130
Sri Anitah, dkk. (2007). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sugihartono, dkk. (2013). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Press. Suharsimi Arikunto. (2010). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Kepala Sekolah dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media. Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Suyadi & Maulidya Ulfah. (2012). Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: PT. Kencana. Wina Sanjaya. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Winda Gunarti, dkk. (2010). Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
131
LAMPIRAN
132
Lampiran 1.
Surat Izin Penelitian
133
134
135
136
137
Lampiran 2.
Lembar Observasi
138
LEMBAR PENGAMATAN (OBSERVASI) KETERAMPILAN PROSES SAINS Kegiatan 1: Memancing Ikan dengan Magnet
Nama anak : Hari/ tanggal : Tema/ sub tema : Pertemuan ke : Petunjuk: 1. Isilah kolom nilai sesuai pedoman penilaian berikut: Pedoman penskoran setiap sub variabel: 4 : Jika semua indikator muncul/ tampak 3 : Jika tiga indikator muncul/ tampak 2 : Jika dua indikator muncul/ tampak 1 : Jika satu indikator muncul/ tampak 2. Isilah kolom catatan dengan indikator-indikator yang muncul! N Sub Variabel Indikator o 1 Mengamati a. Mengidentifikasi ciri- ciri (observasi) suatu benda b. Mengidentifikasi perbedaan berbagai benda c. Menggunakan lebih dari satu indera d. Menunjukkan indera yang digunakan untuk mengidentifikasi benda
2
Mengklasifikasi
a. b.
Mencari dasar atau kriteria pengelompokkan Mengelompokkan benda ke dalam 2 kelompok berdasarkan persamaannya
Deskripsi a. b.
c.
d.
a.
b.
Mampu mengidentifikasi benda yang tertarik dan tidak tertarik magnet Mampu mengidentifikasi perbedaan benda yang tertarik dan tidak tertarik magnet Menggunakan lebih dari satu indera untuk mengidentifikasi benda benda tertarik dan tidak tertarik magnet Mampu menunjukkan indera yang digunakan untuk mengidentifikasi benda tertarik dan tidak tertarik magnet Mampu mencari dasar atau kriteria pengelompokan benda (tertarik dan tidak tertarik magnet ) Mampu mengelompokkan benda ke dalam 2 kelompok berdasarkan
139
Skor
Catatan
c. d.
Mengemukakan alasan pengelompokan Memberikan nama kelompok berdasarkan ciri-ciri khususnya
c.
d.
3
Memprediksi/ meramalkan
a. b.
c. d.
Mengidentifikasi suatu pola kejadian Membuat dugaan sederhana berdasarkan pola-pola hasil observasi Mengemukakan alasan dugaan yang dibuat Melakukan beberapa uji coba untuk menguji dugaan
a.
b.
c. d.
4
Mengkomunikasikan
a.
b.
c. d.
Mengidentifikasi suatu benda atau peristiwa dengan tepat Mendeskripsikan suatu benda atau peristiwa dengan tepat Menyampaikan gagasan kepada orang lain Melaporkan suatu peristiwa atau kegiatan
a. b. c. d.
persamaan tertarik dan tidak tertarik magnet Mampu mengemukakan alasan pengelompokan benda tertarik dan tidak tertarik magnet Mampu memberi nama kelompok berdasarkan ciri-ciri khususnya (tertarik dan tidak tertarik magnet) Mampu mengidentifikasi suatu pola kejadian bagaimana dan seperti apa benda tertarik dan tidak tertarik magnet Mampu membuat dugaan apakah suatu benda akan tertarik atau tidak tertarik magnet berdasarkan pola yang telah diamati Mampu mengemukakan alasan mengapa membuat suatu dugaan Mampu melakukan uji coba untuk membuktikan dugaannya. Mampu mengidentifikasi benda tertarik dan tidak tertarik magnet Mampu mendeskripsikan benda yang tertarik dan tidak tertarik magnet Mampu menyampaikan gagasan kepada orang lain Mampu melaporkan suatu peristiwa tertarik dan tidak tertarik magnet
Bantul, ................................. 2016 Observer
(..............................................)
140
LEMBAR PENGAMATAN (OBSERVASI) KETERAMPILAN PROSES SAINS Kegiatan 2: Mengenal Benda yang Terapung dan Tenggelam
Nama anak : Hari/ tanggal : Tema/ sub tema : Pertemuan ke : Petunjuk: 1. Isilah kolom nilai sesuai pedoman penilaian berikut: Pedoman penskoran setiap sub variabel: 4 : Jika semua indikator muncul/ tampak 3 : Jika tiga indikator muncul/ tampak 2 : Jika dua indikator muncul/ tampak 1 : Jika satu indikator muncul/ tampak 2. Isilah kolom catatan dengan indikator-indikator yang muncul! N Sub Variabel Indikator o 1 Mengamati a. Mengidentifikasi ciri- ciri suatu (observasi) benda b. Mengidentifikasi perbedaan berbagai benda c. Menggunakan lebih dari satu indera d. Menunjukkan indera yang digunakan untuk mengidentifikasi benda 2
Mengklasifikasi
a. Mencari dasar atau kriteria pengelompokkan b. Mengelompokkan benda ke dalam 2 kelompok berdasarkan persamaannya c. Mengemukakan alasan
Deskripsi a. b. c.
d.
a.
b.
Mampu mengidentifikasi benda yang terapung dan tenggelam Mampu mengidentifikasi perbedaan benda yang terapung dan tenggelam Menggunakan lebih dari satu indera untuk mengidentifikasi benda benda terapung dan tenggelam Mampu menunjukkan indera yang digunakan untuk mengidentifikasi benda terapung dan tenggelam Mampu mencari dasar atau kriteria pengelompokan benda (terapung dan tenggelam) Mampu mengelompokkan benda ke dalam 2 kelompok berdasarkan persamaan terapung atau tenggelam
141
Skor
Catatan
pengelompokan d. Memberikan nama kelompok berdasarkan ciri-ciri khususnya
c.
d.
3
Memprediksi/ meramalkan
a. Mengidentifikasi suatu pola kejadian b. Membuat dugaan sederhana berdasarkan pola-pola hasil observasi c. Mengemukakan alasan dugaan yang dibuat d. Melakukan beberapa uji coba untuk menguji dugaan
a.
b.
c. d.
4
Mengkomunikasikan
a. Mengidentifikasi suatu benda atau peristiwa dengan tepat b. Mendeskripsikan suatu benda atau peristiwa dengan tepat c. Menyampaikan gagasan kepada orang lain d. Melaporkan suatu peristiwa atau kegiatan
a. b. c. d.
Mampu mengemukakan alasan pengelompokan benda terapumg dan tenggelam Mampu memberi nama kelompok berdasarkan ciri-ciri khususnya (terapung dan tenggelam) Mampu mengidentifikasi suatu pola kejadian bagaimana dan seperti apa benda yang tenggelam dan terapung Mampu membuat dugaan apakah suatu benda akan tenggelam atau terapung berdasarkan pola yang telah diamati Mampu mengemukakan alasan mengapa membuat suatu dugaan Mampu melakukan uji coba untuk membuktikan dugaannya. Mampu mengidentifikasi benda terapung dan tenggelam Mampu mendeskripsikan benda yang tenggelam dan terapung Mampu menyampaikan gagasan kepada orang lain Mampu melaporkan suatu peristiwa terapung dan tenggelam Bantul, ................................. 2016 Observer
(..............................................)
142
LEMBAR PENGAMATAN (OBSERVASI) KETERAMPILAN PROSES SAINS Kegiatan 3: Mengenal Benda yang Larut dan Tidak Larut dalam air Nama anak : Hari/ tanggal : Tema/ sub tema : Pertemuan ke : Petunjuk: 1. Isilah kolom nilai sesuai pedoman penilaian berikut: Pedoman penskoran setiap sub variabel: 4 : Jika semua indikator muncul/ tampak 3 : Jika tiga indikator muncul/ tampak 2 : Jika dua indikator muncul/ tampak 1 : Jika satu indikator muncul/ tampak 2. Isilah kolom catatan dengan indikator-indikator yang muncul! N Sub Variabel Indikator o 1 Mengamati a. Mengidentifikasi ciri- ciri (observasi) suatu benda b. Mengidentifikasi perbedaan berbagai benda c. Menggunakan lebih dari satu indera d. Menunjukkan indera yang digunakan untuk mengidentifikasi benda 2
Mengklasifikasi
a. b.
c.
Mencari dasar atau kriteria pengelompokkan Mengelompokkan benda ke dalam 2 kelompok berdasarkan persamaannya Mengemukakan alasan pengelompokan
Deskripsi a. b. c.
d.
a.
b.
c.
Mampu mengidentifikasi benda yang larut dan tidak larut. Mampu mengidentifikasi perbedaan benda yang larut dan tidak larut. Menggunakan lebih dari satu indera untuk mengidentifikasi benda benda larut dan tidak larut Mampu menunjukkan indera yang digunakan untuk mengidentifikasi benda larut dan tidak larut Mampu mencari dasar atau kriteria pengelompokan benda larut dan tidak larut ) Mampu mengelompokkan benda ke dalam 2 kelompok berdasarkan persamaan larut dan tidak larut Mampu mengemukakan alasan
143
Skor
Catatan
d.
3
Memprediksi/ meramalkan
a. b.
c. d.
4
Mengkomunikasi kan
a. b.
c. d.
Memberikan nama kelompok berdasarkan ciri-ciri khususnya
d.
Mengidentifikasi suatu pola kejadian Membuat dugaan sederhana berdasarkan pola-pola hasil observasi Mengemukakan alasan dugaan yang dibuat Melakukan beberapa uji coba untuk menguji dugaan
a.
Mengidentifikasi suatu benda atau peristiwa dengan tepat Mendeskripsikan suatu benda atau peristiwa dengan tepat Menyampaikan gagasan kepada orang lain Melaporkan suatu peristiwa atau kegiatan
a.
b.
c. d.
b. c. d.
pengelompokan benda larut dan tidak larut Mampu memberi nama kelompok berdasarkan ciri-ciri khususnya (larut dan tidak larut) Mampu mengidentifikasi suatu pola kejadian bagaimana dan seperti apa benda larut dan tidak larut Mampu membuat dugaan apakah suatu benda akan larut dan tidak larut berdasarkan pola yang telah diamati Mampu mengemukakan alasan mengapa membuat suatu dugaan Mampu melakukan uji coba untuk membuktikan dugaannya. Mampu mengidentifikasi benda larut dan tidak larut Mampu mendeskripsikan benda yang larut dan tidak larut Mampu menyampaikan gagasan kepada orang lain Mampu melaporkan suatu peristiwa larut dan tidak larut Bantul, ................................. 2016 Observer
(..............................................)
144
LEMBAR PENGAMATAN (OBSERVASI) KETERAMPILAN PROSES SAINS Kegiatan 4: Mencampur Warna Nama anak : Hari/ tanggal : Tema/ sub tema : Pertemuan ke : Petunjuk: 1. Isilah kolom nilai sesuai pedoman penilaian berikut: Pedoman penskoran setiap sub variabel: 4 : Jika semua indikator muncul/ tampak 3 : Jika tiga indikator muncul/ tampak 2 : Jika dua indikator muncul/ tampak 1 : Jika satu indikator muncul/ tampak 2. Isilah kolom catatan dengan indikator-indikator yang muncul! N Sub Variabel Indikator o 1 Mengamati a. Mengidentifikasi ciri- ciri (observasi) suatu benda b. Mengidentifikasi perbedaan berbagai benda c. Menggunakan lebih dari satu indera d. Menunjukkan indera yang digunakan untuk mengidentifikasi benda 2
Mengklasifikasi
a. b.
c.
Mencari dasar atau kriteria pengelompokkan Mengelompokkan benda ke dalam 2 kelompok berdasarkan persamaannya Mengemukakan alasan pengelompokan
Deskripsi a. b. c.
d.
a.
b.
Mampu mengidentifikasi warna pokok dan warna campuran Mampu mengidentifikasi perbedaan warna pokok dan warna campuran Menggunakan lebih dari satu indera untuk mengidentifikasi warna pokok dan warna campuran Mampu menunjukkan indera yang digunakan untuk mengidentifikasi warna pokok dan warna campuran Mampu mencari dasar atau kriteria pengelompokan benda (warna pokok dan warna campuran) Mampu mengelompokkan benda ke dalam 2 kelompok berdasarkan persamaan kategori warna pokok dan warna campuran
145
Skor
Catatan
d.
Memberikan nama kelompok berdasarkan ciri-ciri khususnya
e.
f.
3
Memprediksi/ meramalkan
a. b.
c. d.
Mengidentifikasi suatu pola kejadian Membuat dugaan sederhana berdasarkan pola-pola hasil observasi Mengemukakan alasan dugaan yang dibuat Melakukan beberapa uji coba untuk menguji dugaan
a.
b.
c. d.
4
Mengkomunikasi kan
a. b.
c. d.
Mengidentifikasi suatu benda atau peristiwa dengan tepat Mendeskripsikan suatu benda atau peristiwa dengan tepat Menyampaikan gagasan kepada orang lain Melaporkan suatu peristiwa atau kegiatan
a. g. b. c.
Mampu mengemukakan alasan pengelompokan warna pokok dan warna campuran Mampu memberi nama kelompok berdasarkan ciri-ciri khususnya (warna pokok dan warna campuran) Mampu mengidentifikasi suatu pola kejadian bagaimana dan seperti apa warna ungu, hijau, dan orange terbentuk. Mampu membuat dugaan apakah warna yang akan terbentuk ketika mencampur warna biru+merah, merah+kuning, biru+kuning. Mampu mengemukakan alasan mengapa membuat suatu dugaan Mampu melakukan uji coba untuk membuktikan dugaannya. Mampu mengidentifikasi warna pokok dan warna campuran Mampu mendeskripsikan tentang warna pokok dan warna campuran Mampu menyampaikan gagasan kepada orang lain Mampu melaporkan suatu peristiwa terbentuknya warna ungu, hijau, dan orange. Bantul, ................................. 2016 Observer
(..............................................)
146
LEMBAR PENGAMATAN (OBSERVASI) KETERAMPILAN PROSES SAINS Kegiatan 5: Mengenal Rasa Manis dan Pahit Nama anak : Hari/ tanggal : Tema/ sub tema : Pertemuan ke : Petunjuk: 1. Isilah kolom nilai sesuai pedoman penilaian berikut: Pedoman penskoran setiap sub variabel: 4 : Jika semua indikator muncul/ tampak 3 : Jika tiga indikator muncul/ tampak 2 : Jika dua indikator muncul/ tampak 1 : Jika satu indikator muncul/ tampak 1. Isilah kolom catatan dengan indikator-indikator yang muncul! N Sub Variabel Indikator o 1 Mengamati a. Mengidentifikasi ciri- ciri (observasi) suatu benda b. Mengidentifikasi perbedaan berbagai benda c. Menggunakan lebih dari satu indera d. Menunjukkan indera yang digunakan untuk mengidentifikasi benda 2
Mengklasifikasi
a. b.
c. d.
Mencari dasar atau kriteria pengelompokkan Mengelompokkan benda ke dalam 2 kelompok berdasarkan persamaannya Mengemukakan alasan pengelompokan Memberikan nama kelompok
Deskripsi a. b. c.
d.
a.
b.
c.
Mampu mengidentifikasi benda yang memiliki rasa manis dan pahit Mampu mengidentifikasi perbedaan benda yang memiliki rasa manis dan pahit Menggunakan lebih dari satu indera untuk mengidentifikasi benda yang memiliki rasa manis dan pahit Mampu menunjukkan indera yang digunakan untuk mengidentifikasi benda yang memiliki rasa manis dan pahit Mampu mencari dasar atau kriteria pengelompokan benda (yang memiliki rasa manis dan pahit ) Mampu mengelompokkan benda ke dalam 2 kelompok berdasarkan persamaan yang memiliki rasa manis dan pahit. Mampu mengemukakan alasan
147
Skor
Catatan
berdasarkan ciri-ciri khususnya d.
3
Memprediksi/ meramalkan
a. b.
c. d.
4
Mengkomunikasi kan
a. b.
c. d.
Mengidentifikasi suatu pola kejadian Membuat dugaan sederhana berdasarkan pola-pola hasil observasi Mengemukakan alasan dugaan yang dibuat Melakukan beberapa uji coba untuk menguji dugaan
a.
Mengidentifikasi suatu benda atau peristiwa dengan tepat Mendeskripsikan suatu benda atau peristiwa dengan tepat Menyampaikan gagasan kepada orang lain Melaporkan suatu peristiwa atau kegiatan
a.
b.
c. d.
b. c. d.
pengelompokan yang memiliki rasa manis dan pahit Mampu memberi nama kelompok berdasarkan ciri-ciri khususnya (yang memiliki rasa manis dan pahit ) Mampu mengidentifikasi suatu pola kejadian bagaimana dan seperti apa benda yang memiliki rasa manis dan pahit Mampu membuat dugaan apakah suatu benda memiliki rasa manis dan pahit berdasarkan pola yang telah diamati Mampu mengemukakan alasan mengapa membuat suatu dugaan Mampu melakukan uji coba untuk membuktikan dugaannya. Mampu mengidentifikasi benda yang memiliki rasa manis dan pahit Mampu mendeskripsikan benda yang yang memiliki rasa manis dan pahit Mampu menyampaikan gagasan kepada orang lain Mampu melaporkan suatu kegiatan mengenal benda yang memiliki rasa manis dan pahit Bantul, ................................. 2016 Observer
(..............................................)
148
LEMBAR PENGAMATAN (OBSERVASI) KETERAMPILAN PROSES SAINS Kegiatan 6: Mengenal Benda yang Menyerap dan Tidak Menyerap air Nama anak : Hari/ tanggal : Tema/ sub tema : Pertemuan ke : Petunjuk: 2. Isilah kolom nilai sesuai pedoman penilaian berikut: Pedoman penskoran setiap sub variabel: 4 : Jika semua indikator muncul/ tampak 3 : Jika tiga indikator muncul/ tampak 2 : Jika dua indikator muncul/ tampak 1 : Jika satu indikator muncul/ tampak 3. Isilah kolom catatan dengan indikator-indikator yang muncul! N Sub Variabel Indikator o 1 Mengamati a. Mengidentifikasi ciri- ciri (observasi) suatu benda b. Mengidentifikasi perbedaan berbagai benda c. Menggunakan lebih dari satu indera d. Menunjukkan indera yang digunakan untuk mengidentifikasi benda
2
Mengklasifikasi
a. b.
Mencari dasar atau kriteria pengelompokkan Mengelompokkan benda ke dalam 2 kelompok berdasarkan persamaannya
Deskripsi a. b.
c.
d.
a.
b.
Mampu mengidentifikasi benda yang menyerap dan tidak menyerap air Mampu mengidentifikasi perbedaan benda yang menyerap dan tidak menyerap air Menggunakan lebih dari satu indera untuk mengidentifikasi benda benda menyerap dan tidak menyerap air Mampu menunjukkan indera yang digunakan untuk mengidentifikasi benda menyerap dan tidak menyerap air Mampu mencari dasar atau kriteria pengelompokan benda (menyerap dan tidak menyerap air ) Mampu mengelompokkan benda ke dalam 2 kelompok berdasarkan
149
Skor
Catatan
c. d.
Mengemukakan alasan pengelompokan Memberikan nama kelompok berdasarkan ciri-ciri khususnya
c.
d.
3
Memprediksi/ meramalkan
a. b.
c. d.
Mengidentifikasi suatu pola kejadian Membuat dugaan sederhana berdasarkan pola-pola hasil observasi Mengemukakan alasan dugaan yang dibuat Melakukan beberapa uji coba untuk menguji dugaan
a.
b.
c. d.
4
Mengkomunikasi kan
a. b.
c. d.
Mengidentifikasi suatu benda atau peristiwa dengan tepat Mendeskripsikan suatu benda atau peristiwa dengan tepat Menyampaikan gagasan kepada orang lain Melaporkan suatu peristiwa atau kegiatan
a. b. c. d.
persamaan menyerap dan tidak menyerap air Mampu mengemukakan alasan pengelompokan benda menyerap dan tidak menyerap air Mampu memberi nama kelompok berdasarkan ciri-ciri khususnya (menyerap dan tidak menyerap air) Mampu mengidentifikasi suatu pola kejadian bagaimana dan seperti apa benda menyerap dan tidak menyerap air Mampu membuat dugaan apakah suatu benda akan menyerap atau tidak menyerap air berdasarkan pola yang telah diamati Mampu mengemukakan alasan mengapa membuat suatu dugaan Mampu melakukan uji coba untuk membuktikan dugaannya. Mampu mengidentifikasi benda menyerap dan tidak menyerap air Mampu mendeskripsikan benda yang menyerap dan tidak menyerap air Mampu menyampaikan gagasan kepada orang lain Mampu melaporkan suatu peristiwa menyerap dan tidak menyerap air Bantul, ................................. 2016 Observer
(..............................................)
150
Lampiran 3.
Panduan Wawancara
151
PANDUAN WAWANCARA Pertemuan 1: Memancing dengan Magnet
1. Mana sajakah ikan yang dapat ditarik magnet? Lalu mana sajakah ikan yang tidak dapat ditarik magnet? 2. Apa bedanya ikan yang dapat ditarik magnet dengan ikan yang tidak dapat ditarik magnet? 3. Dengan alat indera mana kamu bisa tahu kalau ikan itu ada besinya? 4. Coba kelompokkan ikannya menjadi 2 kelompok. Mengapa kamu mengelompokkan seperti itu? 5. Apa nama kelompok yang ini? Lalu yang ini namanya kelompok apa? (menunjuk 2 kelompok yang dibuat anak) 6. Apakah ikan ini akan tertarik/ tidak tertarik magnet magnet? Bagaimana dengan ikan yang ini? 7. Darimana kamu tahu kalau ikan
ini akan ditarik/ tidak ditarik magnet?
(sesuaikan dengan jawaban anak) 8. Coba bagaimana kamu membuktikannya? (membuktikan dugaannya) 9. Apakah dugaan/ tebakan kamu benar? (kalau benar beri penghargaan, kalau salah bantu anak sampai membuat dugaan yang benar) 10. Apa kamu tahu apa ciri ikan yang dapat ditarik magnet? Lalu apa ciri ikan yang tidak dapat ditarik magnet?
152
PANDUAN WAWANCARA Pertemuan 2: Mengenal Benda Terapung dan Tenggelam
1. Mana sajakah benda yang terapung (berada di atas)? Lalu mana sajakah benda yang tenggelam (berada di bawah)? 2. Apa bedanya benda yang terapung dengan benda yang tenggelam? 3. Dengan alat indera mana kamu bisa tahu kalau benda itu berat? 4. Coba kelompokkan benda-benda ini menjadi 2 kelompok. Mengapa kamu mengelompokkan seperti itu? 5. Apa nama kelompok yang ini? Lalu yang ini namanya kelompok apa? (menunjuk 2 kelompok yang dibuat anak) 6. Apakah benda ini akan terapung/ tenggelam? Bagaimana dengan benda yang ini? 7. Darimana kamu tahu kalau benda ini akan terapung/ tenggelam? (sesuaikan dengan jawaban anak) 8. Coba bagaimana kamu membuktikannya? (membuktikan dugaannya) 9. Apakah dugaan/ tebakan kamu benar? (kalau benar beri penghargaan, kalau salah bantu anak sampai membuat dugaan yang benar) 10. Apa kamu tahu apa ciri benda yang tenggelam? Lalu apa ciri benda yang terapung?
153
PANDUAN WAWANCARA Pertemuan 3: Mengenal Larut dan Tidak Larut 1. Mana sajakah benda yang larut (“menghilang”)? Lalu mana sajakah benda yang tidak larut (masih terlihat utuh bendanya)? 2. Apa bedanya benda yang larut dengan benda yang tidak larut? 3. Dengan alat indera mana kamu bisa tahu kalau benda itu larut? 4. Coba kelompokkan benda-benda ini menjadi 2 kelompok. Mengapa kamu mengelompokkan seperti itu? 5. Apa nama kelompok yang ini? Lalu yang ini namanya kelompok apa? (menunjuk 2 kelompok yang dibuat anak) 6. Apakah benda ini akan larut/ tidak larut? Bagaimana dengan benda yang ini? 7. Darimana kamu tahu kalau benda ini akan akan larut/ tidak larut? (sesuaikan dengan jawaban anak) 8. Coba bagaimana kamu membuktikannya? (membuktikan dugaannya) 9. Apakah dugaan/ tebakan kamu benar? (kalau benar beri penghargaan, kalau salah bantu anak sampai membuat dugaan yang benar) 10. Apa kamu tahu apa ciri benda yang larut? Lalu apa ciri benda yang tidak larut?
154
PANDUAN WAWANCARA Pertemuan 4: Mencampur Warna
1. Mana sajakah yang termasuk warna pokok/ warna asli yang belum dicampurcampur? Lalu mana sajakah yang termasuk warna hasil pencampuran? 2. Apa bedanya warna pokok dengan warna campuran? 3. Dengan alat indera mana kamu bisa tahu kalau benda warna hijau/ ungu/ orange? 4. Coba kelompokkan warna-warna ini menjadi 2 kelompok. Mengapa kamu mengelompokkan seperti itu? 5. Apa nama kelompok yang ini? Lalu yang ini namanya kelompok apa? (menunjuk 2 kelompok yang dibuat anak) 6. Apakah kira-kira warna yang akan terbentuk ketika kamu mencampur merah+biru/ merah+kuning/ biru+kuning? 7. Darimana kamu tahu kalau akan membentuk warna ungu/ hijau/ orange? (sesuaikan dengan jawaban anak) 8. Coba bagaimana kamu membuktikannya? (membuktikan dugaannya) 9. Apakah dugaan/ tebakan kamu benar? (kalau benar beri penghargaan, kalau salah bantu anak sampai membuat dugaan yang benar) 10. Apa kamu tahu apa ciri warna pokok? Lalu apa ciri warna campuran?
155
PANDUAN WAWANCARA Pertemuan 5: Mengenal Rasa Pahit dan Manis
1. Mana sajakah benda yang memiliki rasa pahit? Lalu mana sajakah benda yang memiliki rasa manis? 2. Apa bedanya benda yang memiliki rasa manis dengan yang memiliki rasa pahit? 3. Dengan alat indera mana kamu bisa tahu kalau benda itu manis/ pahit/ berbau tidak enak/ berbau enak? 4. Coba kelompokkan benda-benda ini menjadi 2 kelompok. Mengapa kamu mengelompokkan seperti itu? 5. Apa nama kelompok yang ini? Lalu yang ini namanya kelompok apa? (menunjuk 2 kelompok yang dibuat anak) 6. Apakah benda ini manis/ pahit? Bagaimana dengan benda yang ini? 7. Darimana kamu tahu kalau benda ini manis/ pahit? (sesuaikan dengan jawaban anak) 8. Coba bagaimana kamu membuktikannya? (membuktikan dugaannya) 9. Apakah dugaan/ tebakan kamu benar? (kalau benar beri penghargaan, kalau salah bantu anak sampai membuat dugaan yang benar) 10. Apa kamu tahu apa ciri benda yang pahit? Lalu apa ciri benda yang manis?
156
PANDUAN WAWANCARA Pertemuan 6: Mengenal Benda yang Menyerap dan Tidak Menyerap Air
1. Mana sajakah benda yang menyerap air (yang gabahnya basah) Lalu mana sajakah benda yang tidak menyerapair (yang gabahnya tidak basah)? 2. Apa bedanya benda menyerap dengan benda yang tidak menyerap air? 3. Dengan alat indera mana kamu bisa tahu kalau benda itu menyerap air? 4. Coba kelompokkan benda-benda ini menjadi 2 kelompok. Mengapa kamu mengelompokkan seperti itu? 5. Apa nama kelompok yang ini? Lalu yang ini namanya kelompok apa? (menunjuk 2 kelompok yang dibuat anak) 6. Apakah benda ini akan menyerap/ tidak menyerap (gabahnya basah/ tidak basah)? Bagaimana dengan benda yang ini? 7. Darimana kamu tahu kalau benda ini akan akan larut/ tidak larut? (sesuaikan dengan jawaban anak) 8. Coba bagaimana kamu membuktikannya? (membuktikan dugaannya) 9. Apakah dugaan/ tebakan kamu benar? (kalau benar beri penghargaan, kalau salah bantu anak sampai membuat dugaan yang benar) 10. Apa kamu tahu apa ciri benda yang menyerap air? Lalu apa ciri benda yang tidak menyerap air?
157
Lampiran 4.
Surat Validasi Instrumen Penelitian
158
159
Lampiran 5.
Jadwal Penelitian
160
JADWAL PENELITIAN Tahap Penelitian PraTindakan (sebelum tindakan)
Uraian
Observasi
-
Refleksi
-
Siklus I
Perencanaan -
Observasi
-
Refleksi
-
Pelaksanaan
Siklus II
Perencanaan Pelaksanaan
Observasi Refleksi
-
Mengamati keterampilan proses sains anak kelompok B Analisis terhadap proses pembelajaran, perkembangan anak dan masalah anak Memutuskan tindakan untuk penelitian Menyusun rencana kegiatan harian Menyusun dan menyiapkan lembar observasi Menyiapkan alat pendokumentasian Menyiapkan media pembelajaran Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Mengamati proses pembelajaran Menganalisis hasil pembelajaran dan masalah yang dihadapi Memutuskan tindakan selanjutnya Menyusun rencana kegiatan harian Menyusun dan menyiapkan lembar observasi Menyiapkan alat pendokumentasian Menyiapkan media pembelajaran Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Mengamati proses pembelajaran Menganalisis hasil pembelajaran Memutuskan tindakan selanjutnya
161
Waktu Pelaksanaan 2 Februari 2016 2 Februari 2016
2, 3 Februari 2016
4 Februari 2016 5 Februari 2016 6 Februari 2016 4, 5, 6 Februari 2016 6 Februari 2016
9 Februari 2016
10 Februari 2016 12 Februari 2016 13 Februari 2016 10, 12, 13 Februari 2016 13 Februari 2016
Lampiran 6.
Rencana Kegiatan Harian
162
RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok :B Tema/Subtema : Pekerjaan/ Macam-macam pekerjaan (nelayan) Semester/ Minggu : II/ 5 Hari/Tanggal : Kamis/ 4 Februari 2016 Waktu : 07.30 –10.00 WIB Penilaian Tingkat Pencapaian Perkembangan
Indikator
Kegiatan Pembelajaran
I. -
Menirukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan (M.K.1)
Berjalan maju pada garis lurus (M.K..6)
Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (K.A.2)
Mencoba dan menceritakan tentang apa yang terjadi jika benda-benda didekatkan dengan magnet (K.4)
KEGIATAN AWAL ± 30 menit Berbaris di halaman sekolah Berdoa sebelum belajar Apersepsi: Guru bertanya pada anak: apakah anak-anak mengetahui apa pekerjaan orangtua mereka? Lalu anak menyebutkan macam-macam pekerjaan yang diketahuinya. Berjalan maju pada garis lurus sambil memperagakan nelayan yang sedang mendayung kapal. Anak dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok berdiri diujung garis lurus. Salah satu anak berjalan mendekati anak yang lain sambil memperagakan diri seolah-olah sedang mendayung kapal. Setelah sampai diujung garis dayung diberi pada teman yang lain dan bergantian melakukannya. Anak masuk kelas II. KEGIATAN INTI ± 60 menit Percobaan sederhana “memancing ikan dengan magnet” Guru menyampaikan pertanyaan eksperimen: “Apa yang akan terjadi ketika magnet ini didekatkan pada ikan yang ditempeli besi?” Anak melaksanakan rangkaian kegiatan eksperimen Anak dan guru menjawab pertanyaan eksperimen dan
163
Media dan sumber belajar
Alat (aspek yang dinilai)
Bel masuk
Dayung dari kardus
Unjuk kerja
Benang, magnet, besi, ikan dari gabus
Observasi
* BB
Hasil *** ** BS MB H
*** * BSB
164
RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok :B Tema/Subtema : Pekerjaan/ Macam-macam pekerjaan (nelayan) Semester/ Minggu : II/ 5 Hari/Tanggal : Jumat, 5 Februari 2016 Waktu : 07.30 –10.00 WIB Penilaian Hasil Tingkat Pencapaian Perkembangan
Indikator
Menirukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan. (MK.1)
Berjalan maju pada garis lurus, berjalan di atas papan titian, berjalan dengan berjinjit, berjalan dengan tumit sambil membawa beban (MK.1)
Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (K.A.2)
Mencoba dan menceritakan tentang apa yang terjadi jika benda-benda dimasukkan ke dalam air (terapung dan
Kegiatan Pembelajaran
I.
KEGIATAN AWAL ± 30 menit Kagiatan outdoor: Anak Berbaris di halaman sekolah Anak Berdoa sebelum belajar Anak membalas salam Berjalan dengan berjinjit sambil membawa “ikan” hasil melaut Anak membawa ikan di salah satu tangan Anak berjalan dengan berjinjit sambil membawa ikan Anak melakukan secara bergantian Anak masuk kelas II. KEGIATAN INTI ± 60 menit Apersepsi: Guru bertanya: dengan apakah nelayan pergi melaut? Anak lalu menyebutkan macam-macam peralatan yang digunakan oleh nelayan ketika pergi menangkap ikan. Percobaan sederhana mengenal benda terapung dan tenggelam Guru menyampaikan pertanyaan eksperimen
165
Media dan sumber belajar
Bel masuk
Ikan dari gabus
Miniatur kapal, batu kerikil, kertas, kapas, besi
Alat (aspek yang dinilai)
Unjuk kerja
Observasi
* BB
** MB
*** BS H
**** BSB
Tindak Lanjut Pe pe rb ng ai ay ka aa n n
166
RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok :B Tema/Subtema : pekerjaan/ macam-macam pekerjaan (nelayan) Semester/ Minggu : II/ 5 Hari/Tanggal : Sabtu, 6 Februari 2016 Waktu : 07.30 –10.00 WIB Penilaian Hasil Tingkat Pencapaian Perkembangan
Indikator
Kegiatan Pembelajaran
I. -
Mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat (SE.4)
Memberi dan membalas salam (SE.11)
Mengerti beberapa perintah secara bersamaan. (B.A.1)
Melakukan 3-5 perintah secara berurutan dengan benar (B.1)
KEGIATAN AWAL ± 30 menit Berbaris di halaman sekolah Berdoa sebelum belajar Apersepsi: Menjawab pertanyaan “Dimana nelayan bekerja mencari ikan?” Anak menyebutkan macam-macam ikan yang diketahui. Memberi dan membalas salam Anak bermain peran menjadi nelayan yang akan menjual ikan anak yang lain berperan menjadi pembeli ikan. Sebelum menjual ikannya, anak mengucapkan salam pembeli ikan membalas salam. II. KEGIATAN INTI ± 60 menit Melakukan 5 langkah kerja dalam percobaan mengenal benda yang larut dan tidak larut dalam air. Guru menyampaikan pertanyaan eksperimen Guru menjelaskan langkah kerja Anak melaksanakan langkah kerja yang diperintahkan guru.
167
Media dan sumber belajar
Alat (aspek yang dinilai)
Bel masuk
Ikan dari gabus
Percakapan
Air laut, gula, garam, tepung, pasir, beras, ketumbar
Observasi
* BB
** MB
*** BS H
**** BSB
Tindak Lanjut Pe pe rb ng ai ay ka aa n n
RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok :B
168
RENCANA KEGIATAN HARIAN Tema/Subtema : pekerjaan/ macam pekerjaan (petani) Semester/ Minggu : II/ 6 Hari/Tanggal : Jumat/ 12 Februari 2016 Waktu : 07.30 –10.00 WIB Penilaian Hasil Tingkat Pencapaian Perkembangan
Indikator
Melakukan permainan fisik dengan teratur (MK.3)
Menendang bola ke depan dan ke belakang (MK.12)
Mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya (angin bertiup menyebabkan daun bergerak, air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah) (K.A.4)
Mengungkapkan sebab-akibat (K.6)
Kegiatan Pembelajaran
I.
KEGIATAN AWAL ± 30 menit Kagiatan outdoor: Anak Berbaris di halaman sekolah Anak Berdoa sebelum belajar Anak membalas salam Unjuk kerja menggiring bola ke depan menuju caping Guru memberi contoh Anak secara bergantian menggiring bola Anak masuk kelas II. KEGIATAN INTI ± 60 menit Apersepsi: Guru menanyakan darimanakah asal nasi yang kita makan? Lalu siapa yang menanam padi? Anak menyebutkan jasa-jasa petani yang telah menyediakan nasi yang kita makan. Mengungkapkan sebab suatu benda dapat basah dan akibat bila benda dituangi air melalui percobaan mengenal benda-benda yang menyerap dan tidak menyerap air. Guru menyampaikan pertanyaan eksperimen Guru menjelaskan langkah kerja Anak melaksanakan rangkaian kegiatan
169
Media dan sumber belajar
Alat (aspek yang dinilai)
Bel masuk
Caping
Unjuk kerja
Air, beras, kertas, kain, tissu, plastik
Observasi
* BB
** MB
*** BS H
**** BSB
Tindak Lanjut Pe pe rb ng ai ay ka aa n n
170
RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok :B Tema/Subtema : pekerjaan/ macam pekerjaan (petani) Semester/ Minggu : II/ 6 Hari/Tanggal : Rabu/ 10 Februari 2016 Waktu : 07.30 –10.00 WIB Penilaian Hasil Tingkat Pencapaian Perkembangan
Indikator
Menirukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan (M.K.1)
Merayap dan merangkak dengan berbagai variasi (M.K..7)
Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan (M.H.8)
Permainan warna dengan berbagai media (M.H.41)
Mengklasifikasikan benda
Mengelompokkan benda dengan
Kegiatan Pembelajaran
I. -
KEGIATAN AWAL ± 30 menit Kagiatan outdoor: Anak Berbaris di halaman sekolah Anak Berdoa sebelum belajar Anak membalas salam Merayap dan merangkak melewati rintangan berupa simpai Apersepsi: Guru bertanya pada anak: apakah anak-anak pernah makan gethuk? Adakah yang tahu gethuk dibuat dari apa? Lalu siapa yang menanam singkong untuk dibuat gethuk?
II. KEGIATAN INTI ± 60 menit Permainan warna dengan berbagai media melalui kegiatan percobaan sederhana mencampur warna Guru menyampaikan pertanyaan eksperimen Guru menyampaikan urutan kerja dalam eksperimen Anak melaksanakan rangkaian kegiatan eksperimen Guru dan anak menjawab pertanyaan eksperimen dan menyimpulkan hasil kegiatan ekperimen Mengelompokkan gethuk berwarna ungu
171
Media dan sumber belajar
Bel masuk
Simpai
Alat (aspek yang dinilai)
Unjuk kerja
Gethuk, pewarna primer
Observasi
Gethuk setelah
Penugasan
* BB
** MB
*** BS H
**** BSB
Tindak Lanjut Pe pe rb ng ai ay ka aa n n
172
RENCANA KEGIATAN HARIAN Kelompok :B Tema/Subtema : Pekerjaan/ Macam-macam pekerjaan (petani) Semester/ Minggu : II/ 6 Hari/Tanggal : Sabtu/ 13 Februari 2016 Waktu : 07.30 –10.00 WIB Penilaian Hasil Tingkat Pencapaian Perkembangan
Indikator
Kegiatan Pembelajaran
I. -
Menirukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan (M.K.1)
Berjalan maju pada garis lurus (M.K..6)
Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (K.A.2)
Mengenal macam-macam rasa (K.4)
Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk,
Mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut ciri-ciri
KEGIATAN AWAL ± 30 menit Berbaris di halaman sekolah Berdoa sebelum belajar Apersepsi: Guru bertanya pada anak: apakah anak-anak mengetahui bahan makanan apa saja yang dihasilkan petani selain padi dan singkong? Anak menyebutkan teh, kopi, tebu, buah-buahan. Berjalan maju pada garis lurus sambil memperagakan petani yang memetik padi. Anak masuk kelas
II. KEGIATAN INTI ± 60 menit Percobaan sederhana “mengenal manis dan pahit” - Guru menyampaikan pertanyaan eksperimen. - Anak melaksanakan rangkaian kegiatan eksperimen - Anak dan guru menjawab pertanyaan eksperimen dan menyimpulkan kegiatan eksperimen. Mengelompokkan benda-benda yang memiliki rasa manis dan benda-benda yang memiliki rasa pahit.
173
Media dan sumber belajar
Alat (aspek yang dinilai)
Bel masuk
Keranjang
Unjuk kerja
Kopi, pare, daun singkong, tebu, gula, permen
Observasi
Kopi, pare, daun singkong, tebu, gula,
Penugasan
* BB
** MB
*** BS H
**** BSB
Tindak Lanjut Pe pe rb ng ai ay ka aa n n
174
Lampiran 7.
Hasil Observasi
175
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama siswa
AFG AISY ANY AUL AZK AZR BGS DHNK FBY GRRY KRTK LAIL LNT MJD RVA RNO RKA RKS RZK Total skor Prosentase Kriteria
Mengamati 3 1 1 4 2 2 2 3 1 1 3 4 1 2 3 1 1 2 1 38 50,00% KURANG BAIK
HASIL OBSERVASI KETERAMPILAN PROSES SAINS ANAK PRA-TINDAKAN Total Nilai rataProsentase nilai rataSkor keterampilan proses sains Skor rata rata Memprediksi Mengklasifikasi Mengkomunikasikan 2 4 3 12 3 75,00% 1 1 1 4 1 25,00% 1 2 1 5 1,25 31,25% 2 4 4 14 3,5 87,50% 2 2 2 8 2 50,00% 1 1 1 5 1,25 31,25% 1 2 1 6 1,5 37,50% 1 1 2 7 1,75 43,75% 1 1 1 4 1 25,00% 1 1 1 4 1 25,00% 2 3 3 11 2,75 68,75% 3 4 4 15 3,75 93,75% 1 1 1 4 1 25,00% 1 1 2 6 1,5 37,50% 2 3 3 11 2,75 68,75% 1 1 1 4 1 25,00% 1 1 1 4 1 25,00% 1 1 2 6 1,5 37,50% 1 2 1 5 1,25 31,25% 26 36 35 135 33,75 843,75% 34,21% 47,37% 46,05% TIDAK KURANG KURANG BAIK BAIK BAIK
176
Kriteria keberhasilan anak CUKUP TIDAK BAIK TIDAK BAIK BAIK KURANG BAIK TIDAK BAIK TIDAK BAIK KURANG BAIK TIDAK BAIK TIDAK BAIK CUKUP BAIK TIDAK BAIK TIDAK BAIK CUKUP TIDAK BAIK TIDAK BAIK TIDAK BAIK TIDAK BAIK
HASIL OBSERVASI SIKLUS I PERTEMUAN I No.
Nama siswa
Total Skor
Skor keterampilan proses sains Mengamati
Memprediksi
Mengklasifikasi
Mengkomunikasikan
Nilai ratarata
Prosentase nilai
Kriteria keberhasilan anak
1
AFG
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
2
AISY
2
2
3
3
10
2,5
62,50%
CUKUP
3
ANY
3
3
3
3
12
3
75,00%
CUKUP
4 5
AUL AZK
4 3
4 3
4 4
4 3
16 13
4 3,25
100,00% 81,25%
BAIK BAIK
6
AZR
2
2
2
2
8
2
50,00%
KURANG BAIK
7
BGS
2
2
3
2
9
2,25
56,25%
CUKUP
8
DHNK
4
3
3
3
13
3,25
81,25%
BAIK
9
FBY
2
2
2
2
8
2
50,00%
KURANG BAIK
10
GRRY
2
2
2
2
8
2
50,00%
KURANG BAIK
11
KRTK
4
4
3
4
15
3,75
93,75%
BAIK
12
LAIL
4
3
4
4
15
3,75
93,75%
BAIK
13
LNT
2
2
2
2
8
2
50,00%
KURANG BAIK
14
MJD
2
2
3
3
10
2,5
62,50%
CUKUP
15
RVA
4
3
4
4
15
3,75
93,75%
BAIK
16
RNO
2
2
2
2
8
2
50,00%
KURANG BAIK
17
RKA
2
2
2
2
8
2
50,00%
KURANG BAIK
18
RKS
2
2
2
2
8
2
50,00%
KURANG BAIK
19
RZK
2
2
2
3
9
2,25
56,25%
CUKUP
209
52,25
1306,25%
Total skor
52
49
54
54
Prosentase
68,42%
64,47%
71,05%
71,05%
Kriteria
CUKUP
CUKUP
CUKUP
CUKUP
177
No.
HASIL OBSERVASI KETERAMPILAN PROSES SAINS SIKLUS I PERTEMUAN 2 Total Nilai rataProsentase Skor keterampilan proses sains Skor rata nilai
Nama siswa Mengamati
Memprediksi
Mengklasifikasi
Mengkomunikasikan
Kriteria keberhasilan anak
1
AFG
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
2
AISY
3
3
4
3
13
3,25
81,25%
BAIK
3
ANY
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
4
AUL
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
5
AZK
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
6
AZR
2
2
2
2
8
2
50,00%
KURANG BAIK
7
BGS
3
3
3
3
12
3
75,00%
CUKUP
8
DHNK
4
4
4
3
15
3,75
93,75%
BAIK
9
FBY
3
3
3
3
12
3
75,00%
CUKUP
10
GRRY
3
3
2
2
10
2,5
62,50%
CUKUP
11
KRTK
4
4
3
4
15
3,75
93,75%
BAIK
12
LAIL
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
13
LNT
3
3
3
3
12
3
75,00%
CUKUP
14
MJD
3
3
3
3
12
3
75,00%
CUKUP
15
RVA
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
16
RNO
3
3
3
2
11
2,75
68,75%
CUKUP
17
RKA
3
2
3
3
11
2,75
68,75%
CUKUP
18
RKS
3
2
3
2
10
2,5
62,50%
CUKUP
19
RZK
4
3
3
3
13
3,25
81,25%
BAIK
Total skor
65
62
63
60
250
62,5
1562,50%
Prosentase
85,53%
81,58%
82,89%
78,95%
Kriteria
BAIK
BAIK
BAIK
BAIK
178
No.
HASIL OBSERVASI KETERAMPILAN PROSES SAINS SIKLUS I PERTEMUAN 3 Total Nilai rataProsentase Skor keterampilan proses sains Skor rata nilai
Nama siswa
Kriteria keberhasilan anak
Mengamati
Memprediksi
Mengklasifikasi
Mengkomunikasikan
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
1
AFG
2
AISY
3
ANY
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
4
AUL
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
5
AZK
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
6
AZR
3
3
3
3
12
3
75,00%
CUKUP
7
BGS
4
3
4
4
15
3,75
93,75%
BAIK
8
DHNK
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
9
FBY
4
3
4
3
14
3,5
87,50%
BAIK
10
GRRY
3
3
3
3
12
3
75,00%
CUKUP
11
KRTK
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
12
LAIL
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
13
LNT
3
3
3
3
12
3
75,00%
CUKUP
14
MJD
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
15
RVA
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
16
RNO
3
3
3
3
12
3
75,00%
CUKUP
17
RKA
3
3
3
3
12
3
75,00%
CUKUP
18
RKS
3
3
3
3
12
3
75,00%
CUKUP
19
RZK
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
261
65,25
1631,25%
Total skor
66
64
66
65
Prosentase
91,67%
88,89%
91,67%
90,28%
Kriteria
BAIK
BAIK
BAIK
BAIK
179
REKAPITULASI KETERAMPILAN PROSES SAINS SIKLUS I
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama AFG AISY ANY AUL AZK AZR BGS DHNK FBY GRRY KRTK LAIL LNT MJD RVA RNO RKA RKS RZK
Pertemuan 1 16 10 12 16 13 8 9 13 8 8 15 15 8 10 15 8 8 8 9
Pertemuan 2 16 13 16 16 16 8 12 15 12 10 15 16 12 12 16 11 11 10 13
Pertemuan 3 16 16 16 16 12 15 16 14 12 16 16 12 16 16 12 12 12 16
180
Total Skor 48 23 44 48 45 28 36 44 34 30 46 47 32 38 47 31 31 30 38
Persentase 100,00% 47,92% 91,67% 100,00% 93,75% 58,33% 75,00% 91,67% 70,83% 62,50% 95,83% 97,92% 66,67% 79,17% 97,92% 64,58% 64,58% 62,50% 79,17%
Kriteria BAIK KURANG BAIK BAIK BAIK BAIK CUKUP CUKUP BAIK CUKUP KURANG BAIK BAIK BAIK KURANG BAIK BAIK BAIK CUKUP CUKUP CUKUP BAIK
No.
HASIL OBSERVASI KETERAMPILAN PROSES SAINS SIKLUS II PERTEMUAN 1 Total Nilai rataProsentase Skor keterampilan proses sains Skor rata nilai
Nama siswa Mengamati
Memprediksi
Mengklasifikasi
Mengkomunikasikan
Kriteria keberhasilan anak
1
AFG
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
2
AISY
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
3
ANY
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
4
AUL
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
5
AZK
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
6
AZR
3
3
3
3
12
3
75,00%
CUKUP
7
BGS
4
3
4
4
15
3,75
93,75%
BAIK
8
DHNK
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
9
FBY
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
10
GRRY
3
3
3
3
12
3
75,00%
CUKUP
11
KRTK
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
12
LAIL
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
13
LNT
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
14
MJD
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
15
RVA
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
16
RNO
3
3
3
4
13
3,25
81,25%
BAIK
17
RKA
4
4
4
3
15
3,75
93,75%
BAIK
18
RKS
3
3
4
3
13
3,25
81,25%
BAIK
19
RZK
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
Total skor
72
71
73
72
288
72
1800,00%
Prosentase
94,74%
93,42%
96,05%
94,74%
Kriteria
BAIK
BAIK
BAIK
BAIK
181
No.
HASIL OBSERVASI KETERAMPILAN PROSES SAINS SIKLUS II PERTEMUAN 2 Total Nilai rataProsentase Skor keterampilan proses sains Skor rata nilai
Nama siswa Mengamati
Memprediksi
Mengklasifikasi
Mengkomunikasikan
Kriteria keberhasilan anak
1
AFG
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
2
AISY
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
3
ANY
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
4
AUL
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
5
AZK
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
6
AZR
4
3
4
4
15
3,75
93,75%
BAIK
7
BGS
4
3
4
4
15
3,75
93,75%
BAIK
8
DHNK
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
9
FBY
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
10
GRRY
3
3
3
3
12
3
75,00%
CUKUP
11
KRTK
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
12
LAIL
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
13
LNT
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
14
MJD
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
15
RVA
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
16
RNO
3
3
3
4
13
3,25
81,25%
BAIK
17
RKA
4
4
4
3
15
3,75
93,75%
BAIK
18
RKS
4
4
4
3
15
3,75
93,75%
BAIK
19
RZK
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
Total skor
74
72
74
73
293
73,25
1831,25%
Prosentase
97,37%
94,74%
97,37%
96,05%
Kriteria
BAIK
BAIK
BAIK
BAIK
182
No.
HASIL OBSERVASI KETERAMPILAN PROSES SAINS SIKLUS II PERTEMUAN 3 Total Nilai rataProsentase Skor keterampilan proses sains Skor rata nilai
Nama siswa Mengamati
Memprediksi
Mengklasifikasi
Mengkomunikasikan
Kriteria keberhasilan anak
1
AFG
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
2
AISY
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
3
ANY
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
4
AUL
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
5
AZK
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
6
AZR
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
7
BGS
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
8
DHNK
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
9
FBY
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
10
GRRY
4
3
4
4
15
3,75
93,75%
BAIK
11
KRTK
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
12
LAIL
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
13
LNT
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
14
MJD
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
15
RVA
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
16
RNO
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
17
RKA
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
18
RKS
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
19
RZK
4
4
4
4
16
4
100,00%
BAIK
Total skor
76
75
76
76
303
75,75
1893,75%
Prosentase
100,00%
98,68%
100,00%
100,00%
Kriteria
BAIK
BAIK
BAIK
BAIK
183
REKAPITULASI KETERAMPILAN PROSES SAINS SIKLUS II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama AFG AISY ANY AUL AZK AZR BGS DHNK FBY GRRY KRTK LAIL LNT MJD RVA RNO RKA RKS RZK
Pertemuan 1 16 16 16 16 16 12 15 16 16 12 16 16 16 16 16 13 15 13 16
Pertemuan 2 16 16 16 16 16 15 15 16 16 12 16 16 16 16 16 13 15 15 16
Pertemuan 3 16 16 16 16 16 16 16 16 16 15 16 16 16 16 16 16 16 16 16
184
Total Skor 48 48 48 48 48 43 46 48 48 39 48 48 48 48 48 42 46 44 48
Persentase 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 89,58% 95,83% 100,00% 100,00% 81,25% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 87,50% 95,83% 91,67% 100,00%
Kriteria BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK
Lampiran 8.
Dokumentasi Penelitian
185
FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Gambar 1. Media untuk mengenal benda yang dapat dan tidak dapat ditarik magnet
Gambar 2. Anak menguji hipotesis yang telah dibuat ketika melakukan percobaan dengan magnet
Gambar 3. Hasil anak dalam mengidentifikasi benda yang dapat ditarik magnet dan mengklasifikasi benda-benda yang dapat ditarik dan tidak dapat ditarik oleh magnet
Gambar 4. Anak memprediksi benda-benda yang akan terapung dan tenggelam
Gambar 5. Anak mengamati peristiwa larut dalam air
Gambar 6. Anak menguji hipotesisnya mengenai benda yang larut dan tidak larut
186
Gambar 7. Anak mengamati peristiwa menyerap dan tidak menyerap air
Gambar 8. Anak mengidentifikasi benda yang menyerap air
Gambar 9. Guru meminta anak mengkomunikasikan hasil temuannya
Gambar 10. Anak mengidentifikasi rasa manis dan pahit
Gambar 11. Anak mengamati warna yang terbentuk dari hasil mencampur warna
Gambar 12. Anak mengaplikasikan konsep percobaan mencampur warna untuk mewarnai gambar (hanya dengan warna pokok)
187