42
Al-Maktabah, Vo/.3, No.I, Apri/2001: 42-47
MENCARI FALSAFAH KEPUSTAKAWANAN INDONESIA Iskandar Sulaiman Kaur Pengolahan Perpustakaan Utama lAIN Jakarta
Pustakawan Sebagai Tenaga Professional Tenaga perpustak1an dapat dibedakan menjadi dua kelompok tenaga yaitu tenaga professional dan tenaga non professional. Ada pula yang membedakannya menjadi tiga kelompok dengan menambahkan tenaga para professional di antara dua kelompok tersebut. Secara umum ciri-ciri profesi yang ideal adalah : 1. profesi itu memberikan jasa yang amat penting bagi masyarakat 2. kesuksesan profesi ini tergantung pada keahlian, prinsif-pronsif tertentu dan teori yang diperoleh dengan pendidikan formal 3. karena pekerjaan yang memerlukan spesialisasi, masyarakat mengakui hak profesi itu untuk memberikan jasa serta kekuasaan untuk menerima anggota baru dengan mengevaluasi serta mengatur penampilan kerja dan perilaku anggotanya. 4. peke~aan profesi mencakup pengambilan keputusan dan pemecahan soal yang harus didasarkan pada pengetahuan profesi serta kebutuhan masing-masing pemakai jasa. Dengan kala lain pekerjaan profesi menuntut derajat otonomi perorangan yang tinggi 5. Profesi biasanya mempunyai kode etik yang diakui dan diterima oleh seluruh warganya 6. Profesi dapat dikatakan sebagai panggilan bagi seseorang . Pekerjaannya merupakan jalan hidupnya dan ia secara sungguhsungguh memikirkan penampilan dan perkembangan profesinya
Tentunya pustakawan dapat dikatakan sebagai tenaga professional apabila memenuhi keenam kriteria di atas. Benarkah pustakawan telah memenuhi kriteria tersebut di alas? Melihat keenam ciri yang harus dipenuhi, rasanya diperlukan suatu "rumus dalam melaksanakan profesinya. Sehingga setiap kasus dalam praktek kepustakawanan dapat selalu dikembalikan kepada atau dijabarkan dari kaidah yang berlaku secara umum tadi. Dengan kata lain diperlukan ado>nya falsafah kepustakawanan.
Mencari Falsafalt KepustakawqnatJ lm/one.sia: Iskandar Sulaiman
43
Pendekatan Sistem dan Cara Fikir Sistem Untuk memahami ruang lingkup dan fungsi perpustakaan, dapat dipakai pendekatan klasifikasi. Dengan pendekatan ini dapat dikelompokkan fungsi sejenis dan dibedakan dengan fungsi yang tidak sejenis, untuk memahami fungsi tiap komponen dalam organisasi perpustakaan. Cara pendekatan ini secara tidak sadar dapat menjebak pada situasi pengkotakkotakan . Pendekatan sistem melanjutkan langkah pendekatan klasifikasi dengan mulai memahami hubungan antar komponen dalam suatu sistem. Pendekatan inilah yang cocok dengan keadaan saat ini. Teori umum tentang sistem membagi sistem menjadi delapan tingkat mulai dari yang paling sederhana sampai tingkat ynag kompleks. Masingmasing tingkat dapat bersifat statis, dinamis, tertutup, terbuka atau gabungan dari sifat-sifat tersebut (Gilchrist, A. System design and planning dalam Handbook of speciallibrarianship and information work. London : Aslib, 1982) Kedelapan tingkat itu adalah : frameworks : sederhana dan statis, masukan dan keluarnya tetap clockworks : sederhana dan dinamis, masukan dan keluarnya dapat berubah namun keduanya sudah tertentu thermostats : sederhana mulai menerapkan konsep umpan balik untuk mendapatkan keluaran tetap cells : sederhana, merawat dirinya sendiri dan merupakan sistem terbuka yang berinteraksi dengan lingkungan plants : kumpulan sel-sel yang terorganisasi animals : seperti juga tumbuhan , dengan kelebihan otak dan indera lain seperti mala , telinga , dsb humans : lebih tinggi dari hewan lebih-lebih bahwa manusia sadar bahwa dirinya mengetahui social organization : terdiri atas kumpulan peran/fungsi yang dihubungkan dengan jalur komunikasi, menupakan sistem yang kompleks Perpustakaan termasuk dalam kelompok sistem tertinggi ini dan merupakan sistem terbuka yang sangat kompleks, terutama karena faktor lingkungan sangat berpengaruh. Bila pendekatan sistem dipakai dalam memahami tugas dan fungsi perpustakaan, tentunya dapat diterima bahwa kepustakawanan Indonesia akan sedikit berbeda dengan kepustakawanan negara lain. Adakah kepustakawanan Indonesia?
Beberapa Parameter dalam Sistem Perpustakaan
44
Al-Maktahah, Vo/.3, No. I, Apri/1001: 42-47
Telah disebut di alas ciri-ciri profesi ideal yang juga harus dipenuhi oleh kepustakawanan professional. Keenam ciri tersebut bersumber atau muncul dan profesi kepustakawanan itu sendiri, mengingat bahwa profesi selalu harus mengabdi pada kebutuhan masyarakat yang dilayani, berarti kepustakawanan harus tanggap terhadap perubahan kebutuhan dalam masyarakat sebagai akibat perkembangan kebudayaan. Pengelolaan bahan pustaka ini juga bertambah kompleks. Di sisi lain permintaan informasi ke perpustakaan juga semakin meningkat kualitasnya. Pemakai informasi banyak yang sudah tidak sadar untuk mencari sendiri dengan membaca literature. Yang diinginkan adalah informasi yang matang dan disajikan secara cepat. Untuk ini tentunya diperlukan kemampuan dan keahlian tersendiri yang dapat diperoleh melalui pendidikan formal ditambah pengalaman dalam peke~aan. Namun perlu diperhatikan bahwa perpustakaan hanya salah satu dari begitu banyaknya layanan informasi. Sedang informasi yang dikelola perpustakaan adalah informasi yang berbasis pada bahan pustaka, baik yang tercetak maupun noncetak. Kadang pustakawan berkeinginan untuk mencakup berbagai jenis informasi, bahkan yang sebenarnya di luar penguasaannya. Di sinilah terletak jebakan yang membuat pustakawan dapat dikatakan tidak professional bila tidak berani membatasi jenis informasi yang dikelolanya.Pada kenyataannya saat ini banyak sekali layanan informasi non perpustakawan juga. Bagaimanakah sikap pustakawan menghadapi kenyataan ini ?
Perkembangan teknologi informasi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat meng-hasilkan begitu banyaknya informasi yang sekaligus juga meningkatnya kebutuhan informsi baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang menuntut pemenuhannya secara cepat dan tepa! . Perkembangan teknologi informasi, khususnya teknologi komputer dan telekomunikasi sangat membantu pengelola informasi melaksanakan tugasnya. Kemampuan pustakawan untuk dapat memilih , menerapkan dan mengembangkan system pengelolaan perpustakaan sangat diperlukan pemahaman yang mendasar alas system komputer. Masih sering ditemui banyak keinginan pustakawan belajar komputer langsung pada aplikasi, tanpa mau memahami konsep dasar komputer. Akibatnya muncul kesulitan pada aplikasi yang disebabkan oleh petugas tidak mengetahui konsep dasarnya.
Mencari Falsafall Kepustakawqnan Indonesia: Iskandar Su/aiman
45
Program Pembangunan Bangsa
Parameter lain yang sangat erat kaitannya dengan lingkungan di Indonesia adalah sehubungan dengan program reformasi saat ini. Tentunya pustakawan Indonesia sangat diharapkan partisipasinya dalam reformasi pembangunan. Partisipasi ini dituntut dari setiap jenis dan jenjang pustakawan, mulai dari pustakawan di perpustakaan desa sampai pustakawan yang dekat dengan (harus melayani) penentu kebijakan nasional. Apa saja yang sudah dilakukan pustakawan untuk memberi informasi pada rakyat , walaupun tidak perlu secara langsung ? Suatu 'spektrum jasa informasi' diusulkan untuk menggambarkan cakupan jasa informasi yang mungkin dilaksanakan oleh pustakawan. Pemakaian kala spectrum bukannya matriks sengaja dipilih untuk lebih memberikan pengertian bahwa pergeseran jasa informasi adalah kontinu, bukannya diskrit. Rentang spectrum adalah bidang antara X = 0 , Y = 0 sampai X = m, Y = n. y
--- --------------------------------------------------- (m, n) penentu kebijakan nasional responsif pas if
spektrum jasa informasi
inisiatif aktif
masyarakat umum
---- -------------------------------------------------------------- X (0,0) Spektrum jasa ini dapat dipakai untuk menjelaskan fungsi maupun pembinaan karir pustakawan. Awal karir pustakawan adalah (0,0). Posisi suatu titik dalam rentang spectrum melukiskan fungsi seorang pustakawan dalam memberikan jasa informasi. Nilai X dan Y menunjukkan korelasi antara ling kat layanan dan usaha . Dalam pengembanagn karir, tiap pustakawan dapat menentukan pengembangan -pengembang karir, tiap pustakawan dapat menentukan pengembangan karir sesuai minat dan kemampuan. Hal ini sekarang sangat mungkin dengan Ieiah adanya jenjang fungsional pustakawan. Cara pelukisan ini , walaupun masih perlu dikaji dan disempurnakan , namun perlu dikemukakan disini, terutama dimaksud sebagi contoh dalam
Al-Maktabail, Vo/.3, No.I, Apri/2001: 42-47
46
memahami dan professional.
mencari
fungsi
yang tepa! dari seorang pustakawan
Pustakawan Di Antara Berbagai Profesi lnformasi Profesi informasi di sini tidak hanya pustakawan dan dokumentalis saja Lebih dari 30 nama termasuk dalam kelompok ini (Oswitch, Paulne A : The role of the information professional in development, dalam informasi development Vol 6, No. 1, 1991 ). Bahkan survei yang dilaksanakan di Amerika serikat pada tahun 1980 menyebut hampir 1500 nama jabatan petugas informasi ( Debon, Anthony et al. Tl1e information professional ;survey of an emerging a field). Dalam survei itu dikenalkan sembilan kelompok fungsi petugas informasi Mengelola kegiatan ,program , jasa atau pangkalan data Menyiapkan data atau informasi bagi pemakai Menganalisis data atau informasi bagi pihak lain Mengatur kelancaran fungsi sistem informasi Menganalisis system informasi Meneliti dan mengembangkan informasi Melatih dan mendidik petugas informasi Dengan pengelompokan fungsi ini muncul kembali pertanyaan tentang batasan pustakawan dan kepustakawanan. Bahkan pemikiran yang masih "gila" menyatakan pustakawan sebagai profesi yang terbuka, sehubungan posisinya di antara berbagai profesi informasi lain.
Penutup Telah diurakan beberapa keadaan yang memerlukan jawaban dari pustakawan, khususnya tentang keberadaan sebagai profesi di antara profesi lain di Indonesia. Tidak berlebihan apabila dikatakan perlunya pustakawan Indonesia merumuskan falsafah profesi yang dapat diterima dan dihayati oleh semua pustakawan Indonesia. Bagaimana merumuskannya ? Tidak ada kemungkinan lain kecuali memadukan tiga kekuatan yang dimiliki yaitu : teoritisasi, praktisi dan organisasi. Memang harus diakui bahwa masih sang at sedikit teoritisasi yang dimiliki. Program pengembangan kemampuan sumber daya manusia masih sangat terkosentrasi pada pengembangan kelompok praktisi. Kegiatan para praktisi yang dituntut untuk selalu tanggap pada kebutuhan pemakai secara tidak sadar telah melupakan kepentingan diri sendiri. Rasanya saat ini perlu segera dimulai kegiatan teoritisi untuk
Mencari Fa/safall Kepustakawqnan Indonesia: Iskandar Sulalman
47
memikirkan konsep dasar kepustakaan Indonesia. Organisasi pustakawan, dalam hal ini lkatan Pustakawan Indonesia selayaknya dapat menjadi wadah yang pas bagi usaha ini
Bahan Bacaan DEBON, Anthony et al. The information professional : survey of an emerging a field . s.l : s.n, s.a Gilchrist, A. "System design and planning" dalam : handbook of special librarianship and information work London: Aslib, 1982 OSWITCH, Pauline A. "The role of the information professional in development" dalam: information development, 6 (1) 1990