Media Komunikasi Paroki St. Stefanus, Cilandak - Jakarta Selatan
134Th.XIII
#
Oktober 2015
MARIA SEBAGAI ISTRI DAN IBU 34 Fiat Voluntas Tua
Penting 59 Melayani 49 Seberapa Peran Spiritualitas Dengan Pada Lansia?
Bunga
s a m t s i r h AC
r n u o e y J c i s Mu
SPECIAL PERFORMANCES OF
-$.$57$&21&(5725&+(675$ 6(5$3+,0&+2,5 - 6W6WHSKDQXV3DULVK ZLWK&RQGXFWRU 0XVLF'LUHFWRU
$9,335,$71$ GUEST ARTISTS 0,.(02+('(ǩ+(1<-$1$:$7, $5,:,%2:2ǩ$'5,$1,&+6$1 9LROLQ6RORLVW
SUNDAY
0&6XVDQ%DFKWLDU
R E S E R VAT I O N
$ 8 / $ 6 , 0 )2 1 , $ -$ . $ 5 7$
Jl. Industri Raya Blok B-14 Kav.1, Kemayoran, Jakarta
Supported by :
$GL6RHGLUMR $OGRULR:HQQDUV Media Partner :
) 2 5 , 1 7 ( 5 1 $ / $ 8 ' , ( 1 & ( 2 1 /<
DAFTAR ISI 4 : KERLING SEPUTAR PAROKI 6 : Doa Rosario Lingkungan 14: Ziarah Rekreasi Lingkungan Bona Ventura 24: Orang Muda Katolik Tetap Katolik
28
PROFIL
CERPEN 26: Lili Putih Yang Pudar PESONA SABDA 37: Antara Ibuku, Bunda Maria dan Ibu-Ibu OPINI 39: Apa Pendapatmu Tentang Kesetiaan Dalam Iman? ORBITAN LEPAS 42: Tiarap Cinta
“Sempurna Dalam Doa”
PENDIDIKAN 53: Untuk Apa Sekolah? SANTO SANTA 56: Santo Frumensius
20
SEPUTAR PAROKI
POTRET GEREJA 57: Orang Muda Berprestasi 59: Melayani Dengan Bunga 61: DANA PAROKI, September 2015 62: TUNAS STEFANUS & ONGKOS CETAK, Alexandra Wilhelmina Kyza
Ziarah Sembilan Goa Maria
46
ORBITAN LEPAS
Hari Pangan Sedunia
4. KERLING
Peran Istri dan Ibu dalam Keluarga Setiap Bulan Oktober, umat Katolik melaksanakan ibadat Rosario untuk menghormati Bunda Maria, dan ibadat Rosario ini dilakukan setiap hari, baik di dalam Lingkungan atau Wilayah. Untuk membantu kita menghayati pentingnya peranan Bunda Maria di dalam kehidupan kita, dalam edisi kali ini kami membahas sosok seorang Maria itu sendiri, bagaimana peran Maria sebagai istri dari St. Yusuf dan juga sebagai ibu dari Yesus. Kita akan menggali sosok Maria dari sudut pandang secara manusiawi. Di sisi lain, kami juga melihat secara nyata saat ini, peran seorang istri dan ibu dalam sebuah keluarga sangatlah penting dan akan selalu penting. Maka baik kalau kemudian kita mengaitkan kehidupan dan peranan para ibu dengan peran sosok Maria yang diceritakan dalam Kitab Suci itu. Apakah peranan Maria telah menginspirasi para ibu-ibu dewasa ini? Ataukah keteladanan Maria tidak lagi menjadi pusat perhatian kita, khususnya para ibu, karena terjadi pergeseran atau perubahan peran sebagai istri dan ibu zaman sekarang ini? Sebagaian besar tulisan-tulisan kami akan mencoba menjawab atau merenungkan dua pertanyaan penting di atas. Namun jawaban dalam tulisan ini tidak menjadi yang utama. Semuanya dikembalikan kepada kita masingmasing, bagaimana kita menjawab pertanyaan di atas melalui hidup dan usaha kita untuk semakin setia dalam panggilan kita, khususnya panggilan untuk membangun keluarga yang saling mencintai, sebagaimana diteladankan oleh keluarga Nazareth. Pimpinan: A. Setyo Listiantyo Creative Design: Agung E. W, Y. Triasputro B, Benny Arvian, Redaksi: Paulus Sihombing, Adiya W. S, Constantine J. N, Kornelius Jemada, Felicia Nediva, Donald Saluling, Veronica Putri Larosa, Prima Pasaribu, Saverinus Januar, Ignatia Astrid D. F Liputan/Artikel : redaksimediapass@yahoo. com,
[email protected], 081328130513 Facebook:
[email protected] Iklan & Donasi : Dian Wiardi (0818 183 419) No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso Penerbitan Majalah MediaPASS dibawah perlindungan Dewan Paroki St. Stefanus Cilandak melalui Seksi Komunikasi Sosial Ketua Dewan Paroki: Antonius Sumardi, SCJ Penasehat KOMSOS: Dauddy Bahar Ketua Seksi KOMSOS: Agustinus Sonny Prakoso Sekretaris: Alberta S. Listiantrianti Bendahara: Dian Wiardi Koord. Unit Kerja: A. Setyo Listiantyo Koord. Unit Media: Dian Wiardi Koord. Unit Teknologi Informasi (IT): Sukiahwati Hartanto Web Page: www.st-stefanus.or.id Email:
[email protected] twitter: @ParokiStefanus Redaktur: Sukiahwati Hartanto Programmer: Yorren Handoko Administrator: Patricia Utaminingtyas, Dian Wiardi, Sukiahwati Hartanto, Irene, Susan J Warta Paroki: Dian Wiardi, Yohanes Ledo Radio/Video/TV: Yohanes Triasputro B, Benny Arvian Mading : Kornelius Jemada Facebook : Constantine J. N Twiter: Susan J, Irene
Misa Hari Ulang Tahun Perkawinan dan Ramah Tamah
SELAMAT HARI ULANG TAHUN PERKAWINAN Sabtu, 03 Oktober 2015
6. SEPUTAR PAROKI
Senam Yoga Ling. Sta. Faustina Wilayah IV dan Jalan Pagi setiap hari Minggu. Kegiatan ini dihadiri 21 orang dan diakhiri dengan sarapan nasi bakmoi.
Kegiatan ini tercetus dari angket yang diadakan di Wilayah IV untuk mempererat hubungan antar umat .
WILAYAH
B
4
unda Maria, "terbukti" telah menyertai Gereja dan umat beriman melalui doa Sang Bunda kepada Tuhan Yesus untuk menyertai kita yang berziarah di dunia ini. Tuhan Yesus Kristus telah menyerahkan Bunda Maria, ibuNya yang terberkati kepada Santo Yohanes, dan Santo Yohanes menjadi "anak" Sang Bunda.
7. SEPUTAR PAROKI
DOA
ROSARIO LINGKUNGAN
Doa Rosario yang diadakan oleh Wilayah IV ini dihadiri oleh 13 orang dari Lingkungan Sta. Faustina dan 4 orang dari lingkungan St. Clementus. Kegiatan Rosario ini diadakan pada hari Selasa, 6 Oktober 2015. Penulis & Foto oleh Purnama warga Wilayah IV
Perayaan Ulang Tahun salah satu umat sekaligus kegiatan KKS
WILAYAH
5
Kegiatan Doa Rosario bersama di Wilayah V. di Lingkungan St. Emanuel di kediaman rumah Hedy Basorie
(SJ)
8. SEPUTAR PAROKI
R
abu, 7 Oktober 2015 pkl 19:30 wib, Wilayah X mengadakan Doa Rosario. Sebagian besar adalah umat yang membantu Panitia Natal 2015 sebagai Seksi Dana. Hujan pertama di bulan Oktober 2015 yang mengguyur Jakarta pada sore hari sampai senja, tidak mematahkan semangat umat untuk datang ke rumah Pak Agus Hendrawan dan Ibu Biyuti berdoa Rosario bersama.
10
WILAYAH
Penulis & Foto oleh Jaston Sinaga Panitia Natal
Setelah doa Rosario usai dilanjutkan dengan mempersiapkan amplop Kasih Natal 2015 dengan memasukkan lembaran ucapan terima kasih dan menstempel amplop dengan kalimat "Setelah diisi, mohon memasukkan ke kotak amplop Kasih Natal 2015"
11
WILAYAH Peristiwa di Kana menunjukkan buah-buah kontemplatif atau hidup erat dan dekat Putera dalam kasih. Dia menjadi peka akan kebutuhan dan kesulitan keluarga itu. Dia memohonkan kepada Yesus supaya membantu, tetapi dia juga membiarkan Yesus bertindak dalam kemerdekaanNya
9
Pertemuan Bulan Kitab Suci Nasional yang ke-4 dan pembukaan bulan Rosario lingkungan Sta. Felicitas
Bersamaan dengan doa Rosario 2 pasangan merayakan Hari Ulang tahun pernikahan.
(SJ)
10. SEPUTAR PAROKI
“Berjumpa dengan Allah dalam Keluarga” (Imamat 26:12) Menghayati dan mewujudkan pesan Keselamatan akan kehadiran Sang Penyelamat Dunia, Yesus Kristus, melalui kasih sayang bersama anggota keluarga kita. Penulis & Foto oleh Jaston Sinaga Panitia Natal
Misa Peneguhan Panitia Natal 2015 hari Rabu, 14 Oktober 2015 Pk. 10:00 WIB bertempat di rumah Pak Agus Hendrawan dan Ibu Biyuti Irwanti. Misa dipersembahkan oleh Rm. Igantius Fajar Himawan, SVD. Setelah misa dilanjutkan dengan Sosialisasi Kesadaran Ekologis yang disampaikan oleh Adi, sebagai bagian dari dari persiapan dekorasi Natal 2015 Paroki St. Stefanus Cilandak. Kemudian dilanjutkan dengan makan siang bersama, dan workshop
menganyam bambu yang dipimpin oleh Bpk. Asip pengrajin bambu asal Bantul Yogya. Pak Asip sendiri, sehari-harinya berjualan anyaman bambu di Jl. Metro Duta Pondok Indah dekat sekolah Bakti Mulya. Bagi umat yang ingin membantu pelaksanaan Natal 2015 dapat memberikan sumbangannya melalui amplop Kasih Natal yang dibagikan setiap misa. Sumbangan juga dapat ditransfer melalui rek BCA No. 7310.4200.80 a.n Ari Widowati / Ruddy Nararyo Saroyo
11. SEPUTAR PAROKI
DOA ROSARIO Lingkungan St. Octavianus
B
ulan Oktober sebagai bulan Rosario, berkaitan dengan peristiwa yang terjadi 3 abad sebelumnya, yaitu ketika terjadi pertempuran di Lepanto pada tahun 1571, di mana negara-negara Eropa diserang oleh kerajaan Ottoman yang menyerang agama Kristen. Terdapat ancaman genting saat itu, bahwa agama Kristen akan terancam punah di Eropa. Jumlah pasukan Turki telah melampaui pasukan Kristen di Spanyol, Genoa dan Venesia. Menghadapi ancaman ini, Don Juan (John) dari Austria, komandan armada Katolik, berdoa Rosario memohon pertolongan Bunda Maria. Demikian juga, umat Katolik di seluruh Eropa berdoa Rosario untuk memohon
Tanggal 12 Oktober 2015 Doa Rosario bertempat rumah Bpk. Niko & Ibu Ina Wibowo, umat hadir sekitar 22 orang.
bantuan Bunda Maria di dalam keadaan yang mendesak ini. Pada tanggal 7 Oktober 1571, Paus Pius V bersama-sama dengan banyak umat beriman berdoa Rosario di basilika Santa Maria Maggiore. Sejak subuh sampai petang, doa Rosario tidak berhenti didaraskan di Roma untuk mendoakan pertempuran di Lepanto. Walaupun nampaknya mustahil, namun pada akhirnya pasukan Katolik menang pada tanggal 7 Oktober. Kemudian, Paus Pius V menetapkan peringatan Rosario dalam Misa di Vatikan setiap tanggal 7 Oktober. Kemudian penerusnya, Paus Gregorius XIII, menetapkan tanggal 7 Oktober itu sebagai Hari Raya Rosario Suci.
12. SEPUTAR PAROKI
IBADAT
Rosario di Ling. St. Timotius Wil. 8, bertempat di Ketua Lingkungan Bpk. FX Swartanto dan dilaksanakan pada hari Senin, 12 Oktober 2015 dimulai pukul 19.30 WIB. Jumlah warga yang hadir sekitar 30 umat termasuk anakanak. Rutinitas ibadat Rosario di Lingkungan ini dilaksanakan setiap hari kecuali hari Sabtu dan Minggu, dan pelaksanaannya bergantian di tempat warga Ling-kungan.
Rosario
sebenarnya adalah doa renungan atas misteri keselamatan (dari saat Yesus mulai dikandung sampai Ia dimuliakan di surga dan meng-utus Roh Kudus – seluruhnya 20 peristiwa). Sembari mendaraskan Salam Maria berulang-ulang (10 kali), para pendoa merenungkan salah satu misteri yang dirangkai dalam rosario.
13
Penulis & Foto oleh Endang P
WILAYAH
8
Doa yang terus diulang-ulang ini sangat membantu memusatkan perhatian pada misteri keselamatan yang direnungkan. Tetapi hendaknya diingat bahwa doa-renungan ini harus dibangun dan dipupuk oleh iman; maka baik kaalu bacaanbacaan singkat, renungan atau ayat-ayat nyanyian disisipkan di antara setiap dasa Salam Maria. Kalau tidak dilandasi iman, ada bahaya bahwa doa Rosario menjadi rentetan kata-kata yang kosong.
Doa Rosario Lingkungan Keluarga Kudus
WILAYAH
A
ktifitas rutin yang sudah dijalankan dengan kasih di lingkungan St. Bonafasius, wilayah 9. Setiap ada warga yang sakit atau orang tuanya yang sakit kita selalu melakukan kunjungan ke rumah sakit untuk mendoakannya secara bersama. Perwakilan dari lingkungan datang bergiliran jadi tidak sekaligus supaya saling bergantian untuk memberikan
support. Kegiatan ini sudah dimulai sejak lama. Kita tidak hanya dirumah sakit saja, kalau dirawat di rumah kita juga mengunjungi mereka. Komunikasi antar warga cukup bagus jadi kalau ada yang sakit pasti kita langsung tahu.
9
H
ari Ulang Tahun lingkungan St. Bonifasius diadakan hari Jumat, 9 Oktober di rumah Ketua Lingk. Ibu Lucia Windoe dibuka dengan Doa Rosario dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng yang diserahkan kepada sesepuh dan mantan Ketua Lingk. bpk Arief Fadjar dilanjutkan santap malam.
SELAMAT ULANG TAHUN Lingkungan Sta. Bonifasius “semoga banyak warga lingkungan yang tergerak aktif dalam kegiatan”
Ziarah Rekreasi Lingkungan Bona Ventura
GUA MARIA KEREP & GEREJA GANJURAN Pada hari Jumat, 9 Oktober 2015, kami warga Lingkungan Bona Ventura berjumlah 17 warga berjalan menuju Bandara Halim Perdana Kusuma pada pagi hari. Kami berangkat menuju bandara Ahmad Yani, Semarang untuk mengawali perjalanan ziarah & rekreasi. Kami berangkat dari Bandara Halim sekitar pukul 5 pagi. Sekitar pukul 6. 20 wib pesawat kami mendarat di Bandara Ahmad Yani, Semarang. Dan
kami menyantap hidangan pagi di sebuah restoran di Koh Liem, Karang Anyar. Selepas sarapan pagi, kami mulai menelusuri Kota Tua, guna mencari toko kue sebagai bekal makanan dan oleh-oleh selama perjalanan. Perjalanan kurang lebih memakan waktu 4 jam untuk tiba di tempat ziarah pertama, Goa Maria Kerep Ambarawa. Maka dari itu kami menyempatkan diri untuk mampir ke tempat kuliner dan makan siang.
16. SEPUTAR PAROKI
Menjelang pukul 14.00 wib, kami tiba di Goa Maria Kerep Ambarawa. Goa Maria ini selalu menjadi kerinduan bagi kami dan kami juga mendengar informasi bahwa tanggal 15 Agustus 2015 yang lalu ada peresmian Patung Bunda Maria. Cerita singkat bahwa patung Bunda Maria ini setinggi 23 meter, berdiri dengan penopang setinggi 19 meter dan mengalahkan Patung Bunda Maria tertinggi saat ini yang tercatat di Bulgaria, yang mempunyai ketinggian 32 meter.
Setelah kami mengagumi bangunan megah Patung Bunda Maria, kami menyempatkan diri untuk berfoto bersama sebagai kenangan. Langkah pertama yang kami lakukan ziarah ini adalah Devosi Jalan Salib dengan rute yang harus dijalani dengan melingkari di sekitar Goa Maria. Satu persatu pemberhentian kami lalui dengan ritual doa Jalan Salib yang biasa dilakukan umat. Pada akhir Devosi Jalan Salib kami berhenti di depn Goa Maria untuk berdoa Rosario bersama. Kemudian masing-masing kami berdoa dengan ujud doa kamu masing-masing. Sharing singkat bahwa Goa Maria yang kami lihat ini dibangun dibangun dari batu kali yang terikat semen, pasir dan kapur. Di sekitar Goa di naungin pohon tinggi dan rindang. Goa Maria ini sudah berusia 61 tahun oleh Mgr A Soegijapranata SJ. Patung Bunda Maria diberkati dengan air suci Lourdes. Maka Goa Maria ini tampak ada kemiripan dengan patung Bunda Maria di Louders. Kami juga menyempatkan diri untuk berjalan mengelilingi area Goa Maria dan kami menjumpai sebuah Taman Getsemani. Taman ini sangat asri dengan banyak patung yang menggambarkan beberapa hal yang pernah dikerjakan Yesus. Beberapa dari kami bapak berpose
17
bersama di salah satu tempat di mana Yesus menggandakan 2 ekor ikan dan 5 potong roti. Kemudian
ada tempat lagi di mana Yesus merubah air menjadi anggur. Ketika menjelang sore hari perjalanan ziarah kami lanjutkan menuju Yogyakarta. Kami tiba di sebuah restoran Lie Djiong untuk bersantap malam dan berlanjut ke tempat penginapan di hotel Santika. Keesokan harinya Sabtu, 10 Oktober 2015, kami bersiap diri untuk melanjutkan perjalan ziarah kami menuju Kaliurang. Tujuan kami pada hari itu adalah menuju Museum Batik. Ketika kami tiba di daerah Pakem, kami mengunjungi Gereja Maria Asumpta di manadi dalam gereja ini terdapat sumur di kaki altar gereja. Kami mencoba untuk mengambi air tersebut dan meminumnya serta mencuci muka. Air suci ini sangat bersih dan segar sehingga membuat perjalanan kami menjadi lebih bersemangat.
Setelah selesai mengunjungi gereja itu, kami melanjutkan perjalanan mengunjungi Museum batik, di mana dalam museum ini menampilkan budaya dan kehidupan para bangsawan Dinasti Mataram beserta koleksi Batik (gaya Yogya maupun Solo) yang dinamakan Ullen Sentalu singkatan dari bahasa Jawa: “ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya adalah “Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Blencong sendiri adalah obor, yang salah satu fungsinya sebagai penerang dibelakang layar pertunjukan wayang kulit. Sedang kata batik punya makna AMba artinya menggambar dan tiTIK. Kurang lebih 1 jam lamanya, kami berada di Museum Batik, kami menuju rumah mkan Saung Mang Engking untuk menyantap hidangan makan siang. Setelah kami bersantap siang, kami melanjutkan perjalanan menuju Gereja Hati Kudus Yesus yang terletak di Ganjuran, Bantul. Gereja ini dikenal dengan nama Gereja Ganjuran yang merupakan gereja tertua di Bantul. Ketika kami tiba di tempat itu, ternyata Gereja Ganjuran ini mempunyai desain bangunan jawa berbentuk joglo dengan ukiran dan di sekitar area gereja terdapat candi setinggi 10 meter mirip dengan candi Prambanan yang di dalamnya
18
terdapat patung Yesus atau Patung Hati Kudus Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang dukir dengan motif batik. Di gereja ini kami juga mengikuti misa kudus dengan menggunakan bahasa jawa. Setelah kami selesai mengikuti Misa, kami berdoa
Jakarta. Sebelum kami berjalan menuju bandara kami mengunjungi tokok batik yang berada di sekitar hotel. Ketika menjelang pukul 12 siang kami kembali ke hotel dan mengambil tas yang sudah secara kasat mata sudah penuh dengan oleh-oleh.
masing-masing di depan candid an menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh di kedai-kedai yang berada didepan lokasi gereja.
Ahirnya kami pun kembali ke Jakarta dengan menggunakan pesawat siang hari sehingga sampai di Jakarta masih dalam suasana sore hari. Perjalanan Ziarah dan rekreas ini membawa banyak suka-cita dan kenangan. Semoga pada kesempatan yang akan datang akan lebih banyak warga kami yang turut serta. .***
Perjalanan ziarah kami cukup sampai pada hari kedua di rumah Tuhan, Gereja Ganjuran dan kami kembali menuju penginapan. Kami berhenti ditempat makan di restoran Mahkota, dekat jalan Malioboro. Pada kesempatan ini kami peserta ziarek setuju bahwa ziarek ini, Panitia/penyelenggara mendapat pujian, karena selain perjalanan ziarah batin luar biasa, pilihan kuliner juga luar biasa dari hari pertama hingga malam ini, semua serba “mak nyus”. Pada hari Minggu, 11 Oktober 2015 atau hari ketiga, kami berkemas diri untuk persiapan kembali ke
Penulis Agus P Rahardjo adalah warga dari Lingkungan Bona Ventura
19
Peringatan 40 hari misa arwah Ibu Soebroto, salah satu umat Wilayah 9 yang dibawakan oleh Romo Markus OSA pada hari Jumat, 9 November 2015.
20. SEPUTAR PAROKI
Ziarah Goa Maria Sembilan Gereja Anton
Semua Foto oleh Dya
R
abu, 14 Oktober 2015, saat saudara kita umat muslim merayakan Tahun Baru Islam, kami dari Paguyuban Lektor Lektris (PLL) Paroki St. Stefanus memanfaatkan hari libur tersebut untuk melakukan ziarah goa Maria di 9 gereja yang ada di wilayah Jakarta. Acara ini dilakukan juga berkenaan dengan bulan rosario yang kita rayakan setiap bulan Oktober.
Acara ziarah ini dimulai dengan mengikuti misa pagi bersama di gereja kita tercinta, St. Stefanus pada pukul 05.30 pagi. Kalau ada umat yang melihat beberapa orang di dalam gereja yang memakai pakaian bernuansa biru, itulah kami para anggota Paguyuban Lektor Lektris yang akan melakukan ziarah pada hari itu. Setelah misa pagi selesai, kira-kira pukul 06.00, kami masih menunggu beberapa teman yang belum tiba di gereja sambil melakukan registrasi ulang. Baru
21
kemudian pada pukul 06.30 kami berkumpul di depan goa Maria untuk bersama-sama mendaraskan doa rosario yang dilakukan secara bergantian. Selesai berdoa kami lang-
sungguh saya rasakan saat itu. Selesai berdoa dan berfoto bersama, kami lanjutkan perjalanan menuju Gereja Santa Perawan Maria Ratu, Blok Q. Menurut informasi sebelumnya dari sekretariat Blok Q bahwa pagi itu juga akan datang rombongan lain untuk berdoa di goa Maria sehingga kami harus bergantian, akan tetapi pada saat kami tiba di sana, hanya ada kami saja. Kami langsung berjalan menuju lokasi goa Maria yang terletak di samping belakang Gereja, di sebuah ruangan berpintu kaca dengan atap tembus pandang sehingga cahaya matahari bisa masuk ke dalam ruang dimana goa Maria berada. Selesai berdoa rosario di Gereja Santa Perawan Maria Ratu, Blok Q, kami begerak menuju Gereja Sta. Theresia, Menteng.
sung menuju bus untuk melakukan perjalanan menuju Gereja Yohanes Penginjil, Blok B. Pagi hari di hari libur itu, Gereja Yohanes Penginjil Blok B ternyata tidak hanya ada kami saja, melainkan sudah ada beberapa warga senior yang sudah duduk melingkar di belakang gereja dekat goa Maria untuk berlatih koor. Sementara kami melantunkan 50 kali doa Salam Maria, kami juga mendengar nyanyian pujian dari para warga senior tersebut. Rasa damai sukacita
Matahari sudah mulai tinggi dan kami sudah bertemu dengan rombongan lain. Sesampainya di Gereja Sta. Theresia, kami harus menunggu karena sudah ada rombongan lain yang tengah melakukan doa rosario di depan goa Maria. Setelah tiba giliran, kami bersama-sama duduk di depan goa Maria, menyiapkan hati dan nyanyian pujian kepada Bunda Maria sebelum mendaraskan doa rosario. Setelah Gereja Sta. Theresia, tujuan kami selanjutnya adalah Gereja Katedral, Jakarta. Semakin banyak rombongan yang kami temui sesam-
22
painya di Gereja Katedral. Pada hari itu ternyata banyak kelompok yang memanfaatkan hari liburnya untuk mengadakan ziarah ke goa Maria di seputaran Jakarta. Sementara kami berdoa rosario, ada satu kelompok yang juga melantunkan doa rosario dan kelompok lain yang bernyanyi. Kebersamaan seperti ini yang membuat saya sungguh takjub ketika bertemu dengan saudara seiman yang tidak saling kenal, berasal dari tempat yang berbeda tetapi datang untuk bersama-sama berdoa.
Matahari kian tinggi dan hampir berada diatas kepala. Ketika di depan gereja ada penjual minuman dingin dan bakso malang, beberapa diantara kami istirahat sejenak sambil berbagi rejeki dengan membeli dagangan para penjual itu. Makan, minum, bayar, selanjutnya menuju bus untuk melanjutkan ziarah kami hari itu.
Tujuan selanjutnya adalah Gereja Bunda Hati Kudus. Setelah berdoa rosario dan foto bersama, kami menyantap makan siang di dalam bus sambil melakukan perjalanan menuju Gereja St. Kristoforus, Jelambar. Gereja ini ternyata menyimpan banyak kenangan bagi beberapa orang diantara kami. Goa Maria di Gereja St. Kristoforus ini terletak di belakang gereja, dengan suasana alam terbuka dan duduk di bawah pohon rindang sambil merasakan hembusan angin sejuk. Seperti mau tidur saja rasanya, tapi bukan itu tujuan kami datang. Semangat anggota yang ikut kegiatan Ziarek ini meras a k a n kebersamaan dan devosi yang mujarab untuk mengusir rasa kantuk. Sekitar pukul 14.00 kami tiba di Gereja Stella Maris, Pluit. Sesampainya kami disana, ternyata sudah banyak orang yang duduk berdoa di depan goa Maria. Kami harus menunggu beberapa saat sebelum rombongan kami bisa mendapat gil-
23
iran berdoa. Suasana di sana hampir mirip dengan yang kami alami saat berada di Gereja Katedral ketika kami mendaraskan doa rosario berbarengan dengan orang banyak. Ada yang novena, berdoa rosario, atau hanya sekedar meletakkan lilin di depan goa Maria sambil berdoa pribadi. Gereja Stella Maris ini memiliki bentuk dan arsitektur bangunan yang menyerupai perahu Nabi Nuh. Bangunan dalam gereja semuanya ditutupi oleh kayu. Beberapa diantara kami tidak melewatkan kesempatan ini untuk berfoto di dalam gereja, beberapa ada yang melanjutkan untuk berdoa. Tidak terasa sudah delapan gereja yang kami kunjungi. Tujuan kami yang terakhir adalah Gereja Regina Caeli, Pantai Indah Kapuk. Setibanya kami di depan goa Maria, tenyata sudah ada rombongan dari
Paroki St. Lukas, Sunter yang datang lebih dulu dan mengambil tempat di sisi kiri goa Maria. Kelompok kami mengambil tempat di sisi kanan goa Maria. Karena rombongan dari Sunter juga baru akan memulai doa mereka, akhirnya kami memutuskan untuk berdoa bersama yang dipimpin oleh Ibu Dewi Jantie dari PLL St. Stefanus. Saya merasa begitu sukacita ketika dua kelompok besar bersehati untuk mendoakan 50 doa Salam Maria bersama-sama. Setelah berdoa rosario, kami lanjutkan dengan litani Santa Perawan Maria dan ditutup dengan pembakaran kertas ujud doa di depan Goa Maria. Sungguh menjadi berkat yang luar biasa ketika ziarah rohani kami hari itu boleh berjalan dengan lancar, khusyuk dan dengan suasana kekeluargaan. Kami semua mengimani dan mengamini bahwa setiap doa dan permohonan kami akan dikabulkan oleh Yesus Kristus berkat perantaraan Bunda Maria.*** Penulis adalah anggota Paguyuban Lektor Lektris
24. SEPUTAR PAROKI
ORANG MUDA SEKALI KATOLIK TETAP KATOLIK
D
oa rosario adalah ringkasan Injil, dikatakan demikian karena didalamnya dapat kita lihat rangkaian peristiwa peristiwa perjalanan Yesus sebagai sang Juruslamat. Dari masa kecil Yesus (peristiwa gembira), peristiwa pelayanan Yesus di hadapan umum (peristiwa terang), peristiwa sengsara-Nya (peristiwa sedih), dan kenangan akan kebangkitan-Nya (peristiwa mulia). Jadi untuk mengenang seluruh peristiwa peristiwa
tersebut secara sederhana, salah satunya medianya adalah dengan berdoa rosario. Bagian dari umat yang biasanya aktif berpartisipasi di gereja, jika sudah menyambut bulan Maria atau bulan Rosario adalah orang muda. Tentu saja, Orang Muda Katolik St. Stefanus tidak akan melewatkan momen ini. Doa Rosario oleh orang muda setiap Jumat sore di depan gua maria paroki St. Stefanus ini,
25
merupakan salah satu tindak lanjut dari hasil perekrutan yang dilaksanakan oleh Seksi Kepemudaan di Cibodas, 19 -20 September 2015 yang lalu. Tidak dapat dipungkiri saat ini jumlah Orang Muda St. Stefanus meningkat menjadi dua kali lipat. Selain untuk meningkatkan rasa kekeluargaan antara sesama orang muda. Tentu hal ini juga akan semakin mendekatkan kita kepada Bunda Maria, Bunda Yesus yang Maharahim. Untuk seluruh orangtua diharapkan untuk mendukung setiap anaknya agar berperan serta dalam kegiatan orang muda di gereja. Kegiatan orang muda yang dinaungi oleh gereja, tentu sangat positif, selain untuk peningkatan keimanannya sendiri. Keaktifan di kegiatan gereja juga berpengaruh kepada keputusan sang anak dalam menentukan pasangan hidup. Secara sederhana, kita dapat menyetujui bahwa orang muda yang lekat dengan berbagai kegiatan gereja, akan semakin condong untuk memilih pasangan yang seiman dengan mereka. Nah, tentu saja ini akan mengurangi resiko resiko yang muncul di pernikahan beda iman. Hal lain yang bisa kita lihat akan dampak positif dari orang muda yang aktif di kegiatan gereja adalah orang muda akan semakin mudah berbaur dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan pekerjaan maupun lingkungan rumah. Tentu
saja karena dia sudah terbiasa bertemu dengan berbagai jenis orang di kegiatan gereja, termasuk kegiatan Orang Muda Katolik. Pada Mei 2009, Gereja Santo Miki Salatiga – Keuskupan Agung Semarang, oleh Pastor Petrus Yuwono membentuk suatu komunitas bernama Komunitas Jomblo Katholik. Mungkin terkesan aneh bagi sebagian orang, namun hal positifnya adalah komunitas yang diperkenalkan melalui jejaring sosial Facebook ini ternyata cukup membantu para orang muda yang susah untuk mendapatkan pasangan hidup yang seiman. Lagipula jelas dikatakan, dalam Matius 6:33. “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”. Menjadikan Yesus sebagai prioritas adalah hal mutlak dalam hidup kita. Kita tidak perlu mengkhawatikan hal hal apapun yang ada di dunia ini jika kita selalu mengutamakan DIA di dalam hidup kita. Salah satu caranya adalah tentu saja dengan berperan aktif di kegiatan gereja. Banyak sekali hal positif yang dapat kita rasakan, dengan keikut sertaaan orang muda dalam kegiatan gereja. Jadi, buat orang muda perjuangkan terus keaktifan mu di kegiatan gereja, melayani Tuhan adalah hak mutlak setiap mahluk ciptaanNya.***
(Pr)
26. CERPEN
Lili Putih yang Pudar
G
adis itu, Lily namanya. Ia secantik bunga lili putih, dan memiliki segala-galanya. Ia berasal dari keluarga kaya. Hanya tinggal bersama ayahnya, karena ibunya sudah meninggal. Suatu hari, ia harus menghadapi kenyataan terpahit dalam hidupnya. Seperti biasa, setiap pulang sekolah, Lily akan mengayuh sepedanya. Ia memang berasal dari keluarga kaya, namun adat kesederhanaan melekat dengannya sejak kecil. Ia gadis penyendiri. Ia tidak punya teman di sekolah. Ia senang membaca buku dan menyendiri. Di tengah perjalanan, tibatiba kakinya terasa lemas. Ia pun terjatuh dari sepeda. Ketika berusaha berdiri, ia tidak kuat. Kakinya terlalu lemas untuk berdiri. Orangorang di sekitarnya, membantunya, mengantarkan Lily ke rumah. Sampai di rumah, Lily hanya tidur. Mungkin saja, ia hanya kelelahan. Namun, sampai esok pagi, kedua kakinya masih lemas, bahkan merambat ke kedua tangannya. Ayahnya pun khawatir, dan memutuskan membawa putri semata wayangnya berobat ke dokter. Namun, dokter menyarankan mereka ke rumah sakit.
Ketika sudah ditangani pihak rumah sakit, dokter menyatakan bahwa, Lily terkena penyakit Guillain-Barre Syndrome (GBS). Penyakit yang disebabkan oleh kerusakan pada saraf tepi. Autoimun yang seharusnya menjadi antibodi malah merusak sel dan jaringan tubuhnya sendiri. Saat itu, dokter hanya memberi saran untuk perawatan di rumah sakit. Namun, Lily meno-lak. Ia ingin hidup normal seperti biasa. Dokter pun hanya memberi obat penghilang nyeri kepada-nya. Esok-esoknya, ia pergi ke sekolah diantar supirnya. Seperti biasanya, ia selalu menyendiri di sekolah. Sepulang sekolah, ia duduk di bawah pohon rindang, sambil membaca buku. Menunggu dijemput oleh supirnya. Ketika sedang membaca buku, ia melihat seorang laki-laki. Nampak kebingungan. “Em... mohon maaf,” katanya. Lily menoleh. “Di sekitar sini, sepertinya saya menjatuhkan sebuah kotak berwarna merah. Apa kamu melihatnya?” tanyanya. Lily memandangi sekitarnya. Dan menggeleng. “Maaf, saya tidak melihatnya. Tapi, saya bisa membantu kamu mencarinya,” jawabnya. Laki-laki itu merasa tidak enak. Ia meminta Lily tetap duduk saja, namun Lily bersikeras mencarinya. Hingga ia menemu-kan sebuah kotak berwarna merah. Ia
27
membukanya dan mendapat sebuah kalung dengan liontin hati. “Apakah ini yang kamu cari?” tanyanya. “Ah, iya. Itu yang saya cari,” jawabnya. Ia segera mengambil barang itu dari tangan Lily. “Liontinnya cantik,” puji Lily. “Ah, ini untuk ibuku. Dia berulang tahun hari ini, aku ingin membe-likannya ini, walau seberapa mahal pun harganya belum bisa menggantikan semua jasa-jasanya,” Lily tersenyum. Laki-laki itu berani bertaruh bahwa senyum Lily adalah senyum paling indah yang pernah dilihatnya, selain senyum ibunya. “Ibumu akan sangat senang memiliki anak sepertimu,” ujarnya. “Terima kasih,” kata laki-laki itu sambil tersenyum. “Bagaimana dengan ibumu? Kurasa, kamu juga anak yang baik.” Lily masih tetap tersenyum. “Ibuku sudah meninggal, ketika usiaku 2 tahun. Ia sakit,” jawab
Lily. Laki-laki itu pun merasa heran karena Lily masih bisa tersenyum. “Maafkan aku,” katanya. Lily menggeleng. “Oh ya, namaku Putra. Kalau kamu?” “Aku Lily,” jawabnya. Mereka berdua berjabat tangan. Kemudian, supir Lily datang men-jemput. “Maaf, aku harus pergi duluan,” katanya. “A... apakah besok, aku masih bisa bertemu de-nganmu, Lily?” tanyanya. “Kutunggu kamu di tempat ini, jam 2 siang,” kata Lily. Setelah melambaikan tangan, Lily masuk ke dalam mobilnya. Awalnya, Putra merasa ada yang aneh. Wajah gadis itu sedikit pucat, nampak tak bersemangat. Ia terlihat lemas. Namun, Putra tidak pernah mencurigai kondisi kesehatan Lily. Esok harinya, ia bertemu lagi dengan Lily. Mengobrol banyak hal di bawah pohon yang rindang di halaman sekolah Lily. Putra adalah seorang mahasiswa yang baru saja masuk kuliah. Ia dulunya bersekolah di sekolah yang sama dengan Lily. Semakin hari, mereka semakin dekat. Lily sering diantar pulang oleh Putra jika supirnya menjemputnya terlalu lama. Atau setiap minggu terakhir sekolah, Lily berjalan bersama Putra ke mall-mall di sekitarnya. Hingga suatu hari, Lily sadar bahwa ia jatuh cinta pada Putra. Bunga lili putih itu jatuh cinta untuk pertama kali dalam hidupnya... (bersambung)
28. PROFIL
SEMPURNA
DALAM DOA Profil Media PASS
kali ini, mungkin bagi kebanyakan orang sudah cukup dikenal. Tapi bagaimana dengan keterbukaannya tentang peran Maria, Yesus serta perasaan rohaninya. Chelsea Olivia Wijaya, seorang aktris yang dikenal publik setelah membintangi Sinetron Cincin. Chelsea sendiri aktif di bidang hiburan sudah sejak dini dengan bergabung ke dalam Sinemart, namanya sendiri mulai dibicarakan orang setelah perannya di sinetron Harian Buku Nayla.
Chelsea Olivia yang juga istri dari Glenn Alinskie, lahir pada tanggal 29 Juli 1992, resmi menjadi warga Katolik setelah baptis pada tanggal 12 Desember 2014 di gereja St. Stefanus Cilandak dan diterima menjadi umat lingkungan St. Maria Goretti. Di sela-sela kesibukannya, Chelsea menyempatkan waktu untuk membalas email kami dengan beberapa pertanyaan yang kami harap bisa dijawabnya.
Jawaban-jawaban sederhananya membuat kami kagum atas kelugasan serta kejujuran Chelsea dalam merespon yang mungkin hal baru ditanyakan kepadanya. Pertanyaan seputar iman dan rohani yang jauh dari pertanyaanpertanyaan wartawan-wartawan infotainment.
Karya Tuhan Luar Biasa
Ketika resmi menjadi warga Katolik dan menikah, ia merasakan kedamaian dan semakin mengenal Tuhan Yesus dan Bunda Kristus. Chelsea menerangkan, saat yang paling bahagia yaitu ketika karya pertolongan Tuhan begitu benar-benar nyata saat ia mempersiapkan proses pernikahannya dengan Glenn Alinskie tanggal 1 Oktober 2015 lalu di Katedral Jakarta. Tuhan berkarya di luar rencana yang ia persiapkan dan jauh lebih baik dari keinginan Chelsea. Resepsinya sendiri dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2015 di Hotel Mulia dan sebagai keluarga muda yang nantinya akan memulai perjalanan baru seba-
29
gai istri dan juga ibu, Chelsea telah beranjak menjadi sosok yang lebih dewasa dan terberkati. Baginya Keluarga harus saling memaafkan, mengasihi dan juga mencintai, sebagaimana keluarga Nazareth yang telah menjadi teladan bagi Chelsea – Glenn.
Baginya, Glenn adalah suami yang luar biasa, setelah berpacaran sudah 8 tahun, Glenn mampu membimbing dan berbagi tentang Kristus kepadanya dan ini adalah bentuk kesabaran yang baginya menakjubkan. Glenn tidak hanya sosok suami yang
30
baik tetapi juga calon ayah yang nantinya bersama-sama Chelsea membangun keluarga yang mampu menuntun anak-anak mereka kelak kepada Kristus. Panggilan hati yang Chelsea rasakan ini dengan tanpa paksaan, apalagi dalam belajar untuk hal baru mengenal Tuhan dan kasihNya.
Tegas dan singkat ketika kami menanyakan siapakah idola dalam proses hidup. “Yesus” Baginya Yesus adalah segalagalanya, “walaupun aku masih sering bikin kesalahan tetapi Yesus tetap meaafkan aku” kekaguman Chelsea atas sosok yang rela berkorban, membuatnya penuh keyakinan dalam penyertaan Yesus kepada Chelsea serta pekerjaannya.
Peran Istri dan juga Ibu
Berbicara tentang keluarganya, Chelsea menjelaskan peran “mama” sebagai pribadi yang hebat dan kuat dalam menemani-nya. Mama-nya tidak hanya sebagai orangtua tetapi juga manajer dan sahabat yang mampu menjaganya dalam keadaan apapun. Chelsea terlahir dari pasangan Jacub Wijaya
dan Yuliana Agustine, ia sendiri menamatkan bangku SMA saat berusia masih muda yaitu 16 tahun dan sekarang juga masuk dalam group BBB (Bukan Bintang Biasa) de-ngan bimbingan Melly Goeslow. Ia menyadari bahwa menjadi seorang istri, harus siap menjadi “rumah” untuk anak-anak dan suami. Maka memberikan
31
ngat erat dan ia benar-benar memaknai karunia Roh kudus yang ada pada Bunda Maria, terlebih Chelsea rutin dalam berdevosi. Ia sendiri berdoa Rosario dan Novena 3 kali salam Maria, Bahkan melalui doa ini keinginannya tercapai. Ini terbukti selama proses pernikahannya ia tak berhenti berdoa dan berdevosi kepada Maria. Dan hasilnya “Sempurna”, jelasnya sambil tersenyum.
sebuah kenyamanan haruslah menjadi prioritas, sehingga rasa aman dan saling menjaga bisa dituangkan kepada keluarga.
Cinta Kasih Maria
Chelsea mengenal Bunda Maria sebagai, bunda perawan yang telah melahirkan Yesus Kristus, Bunda yang baik hati dan Maha penolong. Pengenalan Chelsea pada Bunda Maria begitu sa-
Pernikahan yang menjadi puncak dari karya kasih pasangan Glennn-Chelsea, berulang-ulang ia nyatakan sebagai moment terbaik dari bentuk proses iman yang Chelsea rasakan. Dari situ ia merasakan sebuah cinta Kasih yang menjadi lengkap atas keberadaan Tuhan yang ia percaya yaitu Yesus sebagai jalan dan Maria ibuNya serta istri dari St. Yoseph.***
“Cinta Kasih yang saling memberikan tanpa mengharapkan sebuah balasan, dan kasih yang tulus adalah tidak pernah menyakiti. “ (Put)
34. ORBITAN UTAMA
FIAT VOLUNTAS TUA
T
Fidelis Waruwu
ony Dickensheets (1996) melaporkan hasil penelitiannya, bahwa keberhasilan ekonomi Jepang yang luar biasa sejak tahun 1960 bukanlah hasil kebijakan pemerintah (yang membuat karyawan Jepang bersedia bekerja sampai 16 jam per hari), melainkan karena etika kerja setiap karyawan Jepang yang merupakan hasil pendidikan kaum mama (Kyoiku Mama). Setiap
ibu Jepang mendidik anak-anaknya disiplin, menghagai orang lain, meletakkan barang-barang pribadinya di tempatnya dengan cara yang tepat. Pekerjaan ini tekun dilakukan hari demi hari, hingga akhirnya membentuk kepribadian putera dan
puterinya dengan kepribadian yang memiliki disiplin diri dan etika. Tentu saja peranan ayah juga turut menentukan, namun dalam ulasan ini kita lebih menyoroti peranan seorang Ibu. Kenyataannya, anak-anak lebih banyak berelasi dengan ibunya dalam rangka memenuhi kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologisnya. Dengan demikian bagaimana relasi seorang ibu dengan anak-anaknya, berdampak pada anakanaknya. Kebanyakan ibu yang cemas membentuk kepribadian anak-anaknya juga menjadi lebih pencemas. Sikap ibu yang permisif membentuk nilainilai anak-anak juga lebih permisif. Sebaliknya ibu yang asertif, tegas dan menerapkan aturan yang konsisten, membentuk kepribadian anak-anak yang asertif, disiplin dan konsisten. Pada zaman ini, institusi keluarga menghadapi tantangan yang lebih berat. Karena institusi keluarga
3535 35
itu penuh dengan konflik bahkan terancam bubar. Setiap pasangan sering dihadapkan pada dilemma pilihan yang krusial. Seorang istri bisa dihadapkan pada pilihan mempertahankan keutuhan keluarganya atau memilih bercerai ketika menghadapi kenyataan bahwa suaminya selingkuh dengan wanita lain, atau konflik pribadi yang tak kunjung selesai. Seorang ibu bisa merasa gagal mendampingi anak-anaknya yang semakin bertumbuh tidak sesuai dengan harapannya. Dalam kejadian tersulit seperti ini, Bunda Maria adalah model yang dapat dijadikan teladan dan figur iman yang dapat menguatkan pilihan-pilihan kita. Maria adalah seorang gadis sederhana, hidup di desa Nazareth di Galilea. Pada saat ia sedang bertunangan dengan Yusuf, Malaikat menyampaikan kabar kepada Maria, bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus.
Sesungguhnya engkau “ akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
Kabar seperti ini tentu menghancurkan semua rencana pertunangan dengan Yusuf. Lebih lagi, hal ini bisa berakibat fatal, bahwa Maria akan kena hukum rajam, bila terbukti ia hamil di luar nikah. Namun, tawaran malaikat itu dijawab
dengan penuh iman oleh Maria, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (Lukas 1:31). Dalam peristiwa yang sangat sulit, Maria memberi jawaban iman yang sangat penting, “Terjadilah kehendakMu” (Fiat Voluntas Tua). Oleh sikap iman yang sangat tegas ini, Maria menjadi model dan teladan Geraja yang ulung (LG.53). Dalam setiap peristiwa tersulit kehidupan kita, semangat penyerahan iman seperti dilakukan oleh Bunda Maria, “Terjadilah kehendakMu (Fiat Voluntas Tua)” ini adalah model spiritual yang masih relevan hingga kehidupan kita saat ini. Dalam setiap kegelapan kehidupan, kita perlu meneladani Bunda Maria, yang menerima kenyataan tersebut dan tunduk pada kehendak Tuhan. Hanya dengan semangat itu, keutuhan institusi keluarga yang terancam bubar bisa diselematkan. Lewat semangat ketabahan Bunda Maria, anak-anak dapat dibimbing dengan disiplin yang konsisten, melalui sikap-sikap keibuan yang seperti di demonstrasikan oleh ibu-ibu di Jepang. Ketabahan menjalankan fungsi seorang ibu pernah dialami Maria. Ketika itu Yesus berusia 12 tahun, mereka pergi ke Yerusalem untuk mengikuti perayaan tahunan. Selesai pesta, Maria dan Yusuf berjalan sehari perjalanan, dan menyadari bahwa Yesus tidak bersama mere-
36
ka. Akhirnya mereka kembali ke Yerusalem. Ternyata Yesus masih di Bait Allah dan sedang mengajar. Ketika mereka bertemu dengan Yesus, Maria berkata "Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau." Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" (Lukas 2:48-49). Tentu saja Maria tabah menghadapi jawaban Yesus yang kurang simpatik seperti itu. Selanjutnya lalu mereka pulang bersama-sama ke Nazaret; dan Yesus tetap hidup dalam asuhan Maria dan Yusuf. Dan Maria menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. (Lukas 2: 51). Maria menunjukkan sikap yang tenang ketika dia menghadapi masalah yang “Tidak dapat diterima” dengan akal sehat. Maria tidak bereaksi berlebihan namun tetap tenang, sempat dia mampu memahami perkara dengan tenang dalam kaca mata iman. Kelihatannya, sikap iman seperti ini dapat dijadikan menjadi model bagi kita ketika menghadapi perkara yang tidak bisa kita terima. Masalah-masalah ini sering menimpa keluarga modern. Sebagai istri bisa mengalami keadaan yang tidak dapat diterima akibat dari sikap, perkataan dan perbuatan suaminya. Sebagai ibu, bisa juga mengalami keadaan yang sulit diterima akibat ulah dan perilaku anak-anaknya. Salah satu cara untuk menghadapi
masalah seperti itu ditunjukkan oleh Bunda Maria. Tidak perlu bereaksi emosional yang membuat keadaan makin tambah kacau, namun menghadapinya dengan tenang dengan tetap mencari “apa yang dikehendaki Tuhan” dalam situasi tersebut. Semangat iman, “Terjadilah kehendakMu”. Dengan demikian Maria model iman yang sempurna, yang patut kita diteladani terutama ketika kita menghadapi keadaan-keadaan yang paling sulit dalam kehidupan kita. Keadaan yang paling sulit bagi seorang ibu, dihadapi oleh Maria ketika menyaksikkan penderitaan penderitaan Yesus. Maria hadir di sana sebagai bunda yang ingin menguatkan Puteranya. Dan, di bawah kaki salib Yesus, Maria berdiri dengan tegak sambil meratapi kesengsaraan dan kematian Puteranya terkasih. Loyalitas Maria merupakan model loyalitas seorang ibu, dalam mendampingi anak-anaknya, dalam setiap perjuangan mereka. Sikap ini memberi inspirasi bagi kita, bagaimana kita.***
37. PESONA SABDA
ANTARA Ibuku, Bunda Maria & Ibu-ibu
B
Martin van Ooij
unda Maria dapat direnungkan dari berbagai macam sudut dan peranan. Ia bisa kita hadirkan sebagai sosok model seorang ibu, wanita dan istri. Berkaitan dengan pengalamanku pribadi, aku lebih sering menempatkan Bunda Maria sebagai seorang ibu. Itu semua karena puji Tuhan, aku mempunyai seorang ibu yang luar biasa. Ketika aku memandang ibuku, rasanya dan bahkan kuyakini, ia paling mendekati Bunda Maria seperti aku menghayati dan membayangkannya secara nyata. Maka Bunda Maria dengan segala keutamaannya, dengan mudah dapat kuamati dalam kehidupan ibuku ketika mendampingi ayah dan anak-anaknya. Ibuku adalah sosok yang khidmat, damai, cantik, dan selalu dengan senyum yang berseri-seri. Selain itu, ibu juga suka menyanyi disela-sela pekerjaan rumah tangganya, entah membersihkan kamar dan tempat tidur, mencuci pakaian, memasak tiga kali sehari dan lain-lainnya. Namun demikian ditengah kesibukannya itu, ia selalu ada waktu buat suaminya atau ayah dalam kacamataku. Sering aku melihat mereka duduk berdua sambil menyiapkan sayuran dan kentang. Ayah sungguh mencintai ibu dan begitu pula
sebaliknya. Itulah yang “mengalir” ke dalam suasana dan hati anakanaknya, termasuk aku sebagai anak yang kelima. Aku merasa menjadi pribadi yang selalu mencintai dan dicintai.
Bunda Maria sebagai model untuk para wanita dan ibu-ibu, menjadi nyata dalam kehidupan mereka sendiri, khususnya dalam rangka menghayati kewanitaannya di tengah keluarga, Gereja dan masyarakat.
Aku pun melihat de-ngan terharunya, di Paroki St. Stefanus ini, ada banyak wanita yang bercita-cita agar hidupnya dise-mangati oleh Bunda Maria. Dalam rangka itu, mereka ingin mengutamakan kebahagiaan keluarganya dan tetap bangga sebagai ibu rumah tangga dan menjadi wanita biasa. Semuanya diterima sebagai sebuah persembahan kasih bagi suami dan anak-anaknya. Semuanya, mereka lakukan untuk membangun rumah tangga yang penuh kasih sayang. Walaupun kita berbicara dengan suara luhur mengenai Bunda Maria sebagai model untuk ibu dan wanita, namun ternyata banyak tantangan untuk mewujudkannya seiring dengan berubahnya pandangan terhadap keluarga. Membaca kepri-
38
hatinan itu, Bapa Paus Fransiskus mengadakan Synode khusus untuk membicarakan dan mensharingkan tentang situasi keluarga. Beliau mengatakan bahwa keluarga bukanlah problem, melainkan warisan terindah untuk bumi kita.
Stefanus dan semua yang membaca tulisan ini. Kerelaan dan ketulusan hatimu menjadi sumber kebahagiaan keluarga dan semangat pelayanan yang murah hati. Berbahagialah suami dan anak-anakmu.”
Peran wanita dan ibu adalah penentu untuk masa depan planet bumi. Bunda Maria mau membuat tempat dalam hati ibu-ibu untuk me-nempatkan cinta Yesus, puteranya. Di sisi lain, kita membahagiakan Bunda Maria kalau kita mencintai Yesus. Dan kita memuliakan Dia (Tuhan Yesus), kalau kita mencintai sesama kita. Doa Bunda Maria, “Terjadilah padaku menurut perkataanMu,” menunjukkan kepada kita bahwa Bunda Maria telah menjadi teladan dalam hal kesetiaan mempertahankan sikap keibuannya, bahkan sampai ia berada di kaki salib putranya. Bunda Maria menempatkan Yesus sebagai pusat bagi kehidupannya dan bukan dirinya sendiri. Melepaskan diri dari kepentingan diri sendiri dan mulai memperhatikan lingkungan dan keluarga-keluarga yang membutuhkan hati dan perhatian kita, itulah yang menjadi undangan dari Bapa Paus dan para peserta Synode.
Sekedar sebagai tanda penghargaan, aku mengucapkan terima kasih kepada para ibu-ibu yang mempelopori ziarah ke sembilan Gua Maria di Jawa Tengah atau mengunjungi sembilan Gereja, yang ada gua Bunda Marianya di Keuskupan Agung Jakarta. Pada tanggal 14 Oktober yang lalu, ada lima rombongan yang singgah di gua Maria, di paroki kita untuk berdoa Rosario.
Ijinkan aku sekarang menyapa ibuibu, “Hai ibu-ibu dari Paroki St.
Menutup tulisan ini, mari kita menyapa Bunda Maria dengan ungkapanku berikut ini. Bunda Maria, engkau hidup dekat dengan Yesus. Dia selalu di dalam hatimu. Doakanlah kami, ibu-ibu di Paroki St. Stefanus. Engkaulah pendamping St. Yusuf dan putramu Yesus. Bantulah kami agar dapat meneladan hidupmu. Jadilah ibu kita, jagalah para ibu yang membutuhkan bantuanmu dan pegangan tanganmu dalam peziarahan hidup di dunia ini.***
39. OPINI
Apa pendapatmu tentang kesetiaan dalam iman? “Sebagai OMK kesetiaan terhadap iman itu adalah ketika kita saling melayani dan membantu sesama di dalam maupun di luar gereja. Ke gereja setiap minggu tidaklah cukup membuktikan kesetiaan iman. Kita bisa mengikuti aktivitas dan kegiatan lainnya yang diadakan oleh gereja, namun akan lebih baik jika kita mengikuti aktivitas/kegiatan tersebut dengan niat dan tidak dengan cara terpaksa. Masih banyak kegiatan positif di luar gereja yang bisa membuktikan kesetiaan kita terhadap iman, seperti mengunjungi orang sakit, melakukan amal untuk anak-anak panti asuhan dan sebagainya.
Theofilus Prisko Laka Paroki St. Stefanus Cilandak/ Ling. St. Antonius
Lonika Paroki St. Stefanus/ PS. Laudamus Te Kita masih perlu dengan menambah doa dan devosi untuk menguatkan iman dan batin kita, agar mampu dan siap menjalani hari dan menghadapi masalah.”
Terlalu abstrak jika kita langsung mengartikan Kesetiaan Dalam Iman menurut paradigma yang kita ketahui. “Artikan dan renungkan, jika kamu sanggup menjaga tubuh yang Ia berikan untuk kamu selama kamu hidup hingga diambil-Nya kembali, kenapa tidak dengan Iman yang Ia sertakan tuk dijaga? Apakah Ia memilih saat memberi? Kenapa kita harus memilih saat kita memiliki semuanya? Akankah bersama tubuhmu, Ia memanggil kembali pada-Nya selain imanmu?
40
Ellen Paroki St. Stefanus/Aktivitas PS. Seraphim “Sebagai OMK kita harus menempatkan Yesus sebagai central hidup kita sebagai orang yang kita percaya. kita terus di ingatkan, bahwa sesulit apapun hidup ini atau semanis apapun tawaran dalam hidup kita tidak untuk membuat kita memudarkan ketaatan
kita pada allah.kiranya iman yang kita miliki semakin memampukan kita setia berada di jalanNya Kesetiaan pada iman tentu saja tidak hanya terlihat kita ke gereja di setiap hari minggu. Kesetiaan itu tidak didasarkan dan dilakukan hanya dalam 1 hari saja. Oleh karena itu untuk mengasahnya diperlukan waktu setiap saat untuk membuktikan kesetiaan iman kita. Tentu saja dengan perbuatan-perbuatan baik yang di ajarkan Yesus kepada kita. Seperti yang tertulis pada kitab suci ‘Iman tanpa perbuatan adalah mati’ Maka Kesetiaan imam itu masih perlu ditambahkan dengan doa dan devosi. Iman akan semakin di bentuk melalui kesetiaan kita kepada tuhan melalui doa doa yang kita panjatkan.
Freddy Pringgo Yuwono Paroki St. Stefanus /Ling. St. Antonius/ Wilayah IV/ aktivitas OMK Kita harus bangga menjadi Katolik . Tetapi Iman kesetiaan tidak hanya cukup dengan hal , tetapi kita harus rajin ke gereja tiap minggu , mendalamin alkitab dan melayani dilingkungan gereja , wilayah bahkan diluar wilayah itu sendiri ( Seperti : Doa , Berkunjungan ke Orang sakit , panti asuhan ,dll). Dan selain itu juga kita juga harus melayani , membantu dan menolong ke sesama yang berbeda agama agar iman kita diuji untuk bangga sebagai Katolik . Selain itu juga
kita , harus tahan terhadap godaan dari luar yang selama ini selalu datang untuk memberikan kita pilihan atau paksaan untuk berkhianat terhadap iman kita, seperti harta ,popularitas dan pasangan hidup karena dengan semua kita tergoda maka iman kita akan dikorban semuanya.
41
Monica Sinar Le Manuch Paroki St. Stefanus Cilandak/ PS. Laudamus Te & OMK Menurut saya, perlu ditambah dengan devosi dan berbagai macam doa Novena, tidak lupa dalam pengaplikasian menjadi garam dan terang dalam hidup dan di tengah masyarakat.
waktu dan diri untuk pelayanan gereja, tidak hanya datang ke gereja misa lalu setelah itu pulang. Sebagai orang muda Katolik, kita harusnya aktif baik di lingkungan, seperti ikut doa lingkungan atau kegiatan lingkungan lainnya. Selain itu, juga mengikuti kegiatan di paroki sehingga dapat semakin menunjukkan kesetiaan terhadap iman. Doa dan Devosi juga perlu untuk mengikat dan menambah kesetiaan, karena dengan Doa dan Devosi yang dilakukan, kita dapat semakin dekat dengan Tuhan Yesus.
Menurut saya, kesetiaan terhadap iman itu berkaitan dengan prioritas dan komitmen, apakah kita mengutamakan Dia sang penebus? Apakah kita berkomitmen teguh kepadanya? Sebagai contoh, saat menjalankan Novena, apakah tergoda untuk berkata “nanti saja”, “masih ada waktu” atau “malas ah.” Mencoba untuk melanjutkan sampai tuntas apa yang sudah kita mulai, lalu bertekun dengan wujud doa kita sejak awal (ingat tujuan sejak awal, misanya memohon doa dikabulkan). Pandangan setiap orang dalam mengartikan kesetiaan iman dengan hanya pergi ke gereja itu bermacam - macam. Apakah ia pergi ke gereja karena kerinduannya dengan Tuhan ataukah hanya sebagai kewajiban sebagai seorang beriman Katolik saja?
Stefanus BSP Paroki Keluarga Kudus Pasar Minggu Menurut saya, kesetiaan terhadap iman itu berkaitan dengan bagaimana kita sebagai orang muda dapat memberikan
42. ORBITAN LEPAS
TIARAP CINTA Agustinus Guntoro, SCJ
K
alender tertulis, 2 Oktober 2015. Aku duduk merenung di pinggiran kota Beijing, merenungkan masamasa yang tidak terlalu silam, baru dua belas tahun. Yah, dua belas tahun yang lalu, aku telah merebahkan tubuh (bertiarap) di depan altar Gereja St. Stefanus, Cilandak – Jakarta, untuk mempersembahkan hidup kepada Tuhan dan Gereja-Nya, ambil bagian dalam Imamat Kristus. Momen seperti ini, selalu indah dan menggugah untuk merenungkan kembali semangat atau motto yang kupilih dalam tahbisan, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.” (Yoh 15:5) Di samping itu, selalu
memberikan insights setiap kali mengingat momen berteriap, ketika litani orang kudus dikumandangkan. Pilihan motto bukanlah sesuatu yang lahir begitu saja dan spontan. Aku mencoba merangkum seluruh rasa dan pengalaman hidup sebagai pribadi yang terpanggil. Dalam perjalanan panggilan yang panjang, dan tentunya masih teramat panjang ke depan, aku berani menyimpulkan bahwa hidupku absolut bergantung kepada penyelenggaraan Ilahi. Persis dan teramat tepat, penginjil Yohanes menggambarkan Yesus sebagai pokok anggur dan aku adalah salah satu ranting-
43
nya. Ranting, pada dirinya sendiri tidak akan hidup dan berbuah. Terpisah dari pokoknya, ranting akan kering dan terbanting ke tanah. Realitas ranting sangat aku! Pada dirinya sendiri, panggilan ini teramat berat dan mustahil. Dunia menari-nari begitu kuat menyedot perhatianku. Aku lemas tidak berdaya dalam kedagingan dan hawa nafsu. Membuat semua-nya tidak mungkin! Panggilan ini menjadi mission impossible bagiku. Tetapi motto itu selalu menggerakkanku untuk menatap dan berjalan menuju Dia yang memanggilku. Dengan, bersama dan dalam Dia, segalanya menjadi mungkin dan ringan. Bahkan semuanya menjadi indah dan menggembirakan.
Melihat detik-detik sepanjang dua belas tahun, memang penuh dengan corat marut pemberontakan, pembangkangan dan kebebalan hati. Penuh dengan keterkungkungan dalam keakuan. Maunya terlepas bebas, justru terjerembab dalam ketidakbebasan sebagai anak Allah. Di saat aku mau melakukan apa yang kumau dengan kebebasan penuh tanpa seorang pundapat menghentikannya, di sana aku justru terjebak dalam ketidakbebasan dan ketidakbahagiaan. Namun di saat aku mencoba setia dalam kaul-kaul dan janji imamatku, secara konkret menyatu dalam hidup komunitas, miraculously, Miraculously merupakan kata sifat yang berarti keajaiban ; dilakukan oleh kekuatan supranatural ; dilakukan oleh badan langsung kekuatan maha agung , dan bukan oleh sebab-sebab alamiah
44. ORBITAN LEPAS
aku justru menjadi lepas bebas sebagai pribadi yang merdeka dan bahagia. Dan dalam lepas bebas itulah aku merasa produktif di dalam hidup karya dan pelayananku. Oleh karenanya, terlepas dari detik-detik yang detail dan rumit, sepanjang dua belas tahun aku merasa lebih sebagai pribadi yang terberkati. Terbukti nyata, bahwa hanya ketika aku mengusahakan persatuan dengan sang pokok anggur dan komunitasku, aku akan berbuah. Dua belas tahun yang lalu, persis setelah tahbisan, seorang wartawan dari majalah Hidup menemuiku dengan satu pertanyaan,
“Momen apa yang paling berkesan selama tahbisan?” Secara spontan aku menjawab bahwa bertiarap dalam doa litani orang kudus adalah saat yang paling menggetarkan. Tentu saja sebuah pernyataan yang subyektif, namun di sana aku merasakan dalam kesungguhan hal-hal
yang mengagumkan. Berteriap adalah gerakan tubuh untuk memeluk dan menyatu dengan bumi. Imamat pada hakekatnya adalah panggilan untuk menyentuh dan memeluk bumi atau dunia. Menjadi imam berarti menjadi pribadi yang siap dipecah dan dibagi bagi orang lain, persis seperti hakekat Ekaristi. Sebagaimana Yesus yang dikorbankan dan mengorbankan dalam perayaan Ekaristi, aku pun sebagai imam harus siap berkorban bagi kepentingan semakin banyak orang. Buah ini tidak nikmat bila dinikmati sendiri, biarlah dikupas dan dimakan ramai-ramai. Bersama selalu asyik dan menggembirakan. Berteriap adalah gerakan tubuh untuk merendah, menyadari diri sebagai pribadi yang tidak layak dan pantas. Bahwa akhirnya mau menjalani panggilan ini, bukan semata-mata karena aku berani, tetapi melulu diberanikan dan dikuatkan oleh janji Tuhan sendiri, bahwa
Ia akan selalu menyertai imamimamNya sampai akhir zaman dalam segala situasi. Selain itu, gerakan merendah adalah gerakan untuk mengimani bahwa imamatku tidaklah berdiri sendiri, melainkan ambil bagian dalam Imamat Kristus. Kristuslah sang imam agung, gembala kita yang utama. Berteriap adalah gerakan tubuh untuk pasrah menyerah dan kesanggupan untuk melakukan apa pun, sebagaimana yang diperintahkan oleh Tuhan. Dalam gerakan tubuh ini, aku berusaha untuk bersehati dengan roh-nya doa menurut St. Ignasius, “Ya Tuhan, ambillah dan terimalah segala kebebasanku, ingatan, pikiran, seluruh kemauanku, dan apa saja yang aku miliki. Engkau telah menganugerahkan semua ini kepadaku; dan kepada-Mu aku kembalikan semuanya. Karena semua milik-Mu, angkatlah semuanya kemana saja Kau kehendaki. Berilah aku cinta dan rahmat-Mu, karena itu saja sudah cukup bagiku.” Pada akhirnya;
Berteriap bagiku adalah ungkapan cinta yang paling dalam kepada Tuhan. Disana aku menyerahkan seluruh hidup dan keakuanku, agar aku dipergunakan Allah untuk menjadi saluran cinta kasihNya.
Namun aku menyadari sepenuhnya, ungkapan tetap harus diwujudkan. Ibarat dua sisi mata uang, cinta menjadi nyata dalam ungkapan dan perwujudan. Dua belas tahun, tampaknya belum cukup waktu bagiku untuk membuktikan bahwa aku mampu mewujudkan cinta itu dengan sepenuh-penuhnya. Aku masih belum mampu menjadi imam yang mumpuni dan benar-benar setia, tetapi aku mau berusaha untuk menjadi lebih baik dan setia. Tuhan, terima kasih atas penyertaanMu di sepanjang dua belas tahun ini. Aku menatap ke depan, dengan iman dan pengharapan, agar aku dimampukan untuk sekedar menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.*** Penulis adalah Misionaris
46. ORBITAN LEPAS
HARI PANGAN SEDUNIA Santosa B. Pangestu - Lingk. Yohanes Don Bosco
S
ore itu kang Parmin, istrinya yu Sariyem, dan mbok Sarnah lagi diskusi di beranda rumah bagian belakang. Memang kalo lagi senggang para anggota Kabinet Kanca Wingking ini sering ngrembug situasi pasar seperti yang dialami di pasar maupun ketika mereka nonton televisi.
“Wah, kok gayeng banget ki. Lagi ngomongin siapa tho ?” “Niki lho pak, kita ini lagi ngomongin harga di pasar yang mangkin nggak karuan,” sergah mbok Nah si Menko Kabinet Kanca Wingking yang biasa belanja ke pasar. “Mosok tiap hari beras, lombok, dan bahan makanan lainnya semangkin mahal. Pemerintah iki piye tho ngurusnya Negara,” lanjut yu Yem. “Kalo aku, sing penting Negara tetep aman,” komentar kang Min si Menhankam yang merangkap jadi sopir pribadi. “Aman ning rakyat pada kelaparan terus gimana ?”, yu Yem menimpali. Saya jadi tercenung mendengar celotehan anggota kabinet rumah tanggaku. Sekalipun pangkat mereka asisten rumah tangga namun
apa yang dibahas adalah hal-hal kemanusiaan yang jadi keprihatinan kita semua. “Pak Ageng, kalo situasinya gini terus kita lalu mau apa ?”, tanya kang Min. “Sik, sik, sebentar tunggu ibumu Sekar gabung omong-omong di sini.” “Ada apa tho pak. Kok kayaknya serius banget ?”, tanya bu Sekar Kedathon yang tiba-tiba muncul. “Ini lho bu, kita lagi ngomongin soal harga pangan yang makin melambung. Sekarang ini kelaparan sudah mulai muncul dimana-mana. Nasi aking, kalau kepeksanya ya dimakan. Malah, ada yang cuma pakai lauk garam lho bu.” “Inggih bu. Malah ada yang koratkoret sisa-sisa makanan restoran untuk makan keluarga di rumah,” tambah mbok Nah. “Bapak ini piye tho. Apa nggak nyimak Surat Gembala Uskup kemarin ?” “Oh iya lagi inget bu ne. Tanggal 16 Oktober itu kan hari pangan sedunia. Kita diminta merawat bumi rahim pangan kita. Kita semua prihatin bahwa bumi ini makin rusak.” “Rusak kenapa pak ?”, sela Parmin “Semua terjadi karena keserakahan manusia. Ini yang ngomong wong suci dari Vatikan Roma sana
47
lho Min. Pokoke adoh banget nang Ngeropa sana.” “Lho serakah dos pundi tho pak ?” yu Yem ingin tahu. “Gini Yem, salah satu wujud serakah adalah budaya mudah membuang. Kebiasaan membuang. Blebar-bleber. Tidak hanya barang yang dibuang, tetapi juga makanan. Akhirnya, bukan sampah yang menumpuk, tetapi juga pemborosan dan penderitaan banyak orang yang seharusnya berhak atas makanan yang dibuang itu. Ya tho.” “Wah bener juga ngendikane wong suci itu. Kita mesti solider dengan saudara-saudara yang lain. Kalau dilakoni sungguh-sungguh mestinya kelaparan akan berkurang ya pak”, kata mbok Nah. “Bukan cuman itu mbok. Kita juga diminta kreatif. Pinter masak. Beras diganti pohung, jagung atau ubi-ubian lain. Itu lho, ada gatot, tiwul, sawut, klepon, ongolongol, dan banyak jenis makanan lain. Sehingga, kita tidak perlu lagi beli beras dari luar negeri. Lauk sayur-sayuran juga diperkaya jenisnya. Lha wong Indonesia ini tanah subur, tanaman apa saja ada, tinggal bagaimana kita mengolahnya,” tukas bu Sekar.
Kang Parmin, yu Sariyem, dan mbok Sarnah manggut-manggut sepertinya senang dapat pencerahan. Entah mudeng atau tidak. “Wee lha Yem. Kopi saya mana ? “Oh nggih pak. Ibu mau ngunjuk apa ? “Aku teh tawar anget saja Yem” Alangkah bahagianya sore itu, nyruput kopi anget didampingi isteri tercinta sambil ngemil kacang gondok kiriman dari desa. Terimakasih Tuhan.***
Saya mengundang dengan mendesak agar diadakan dialog baru tentang bagaimana kita membentuk masa depan planet kita. Kita memerlukan percakapan yang melibatkan semua orang, karena tantangan lingkungan yang kita alami, dan akar manusianya, menyangkut dan menjadi keprihatinan kita semua. Gerakan ekologi di seluruh dunia telah membuat kemajuan besar dan berhasil dalam pembentukan berbagai organisasi yang berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran tantangan-tantangan ini. Sayangnya, banyak upaya untuk mencari solusi konkret untuk krisis lingkungan mengalami kegagalan, tidak hanya karena perlawanan dari mereka yang kuat, tetapi juga karena kurangnya minat dari yang lain. Sikap yang menghalangi, bahkan dari pihak orang-orang beriman, dapat berkisar dari penyangkalan masalah sampai dengan ketidakpedulian, pasrah dengan acuh tak acuh, atau kepercayaan buta terhadap solusi teknis. Kita membutuhkan solidaritas yang baru dan universal. Sebagaimana telah dinyatakan uskup-uskup Afrika Selatan: “bakat dan komitmen setiap orang diperlukan untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh penyalahgunaan manusia terhadap ciptaan Allah.” Ensiklik Laudato Si, Paus Fransiskus
49. PSIKOLOGI
Seberapa PENTING peran SPIRITUALITAS pada LANSIA?
D
M.M. Nilam Widyarini
ata bunuh diri menunjukkan bahwa sebagian pelakunya adalah lansia yang mengalami penyakit kronis. Di sisi lain kita mengenal tokoh-tokoh usia lanjut yang meskipun sakit tetap gigih melayani kepentingan masyarakat, seperti Gus Dur, Paus Johanes Paulus II, Ibu Teresa, dsb. Ketahanan spiritual menjadikan mereka kuat. Khususnya dalam hal kesehatan, berbagai hasil penelitian telah menunjukkan bahwa spiritualitas berpengaruh positif terhadap kesehatan fisik dan mental, termasuk pada lansia. Hal ini juga dinyatakan dalam buku The Spiritual Brain yang ditulis oleh Mario Beauregard dan Denyse O’Leary. Penulis utamanya seorang peneliti neuroscience dari Canada, telah hadir dalam suatu seminar di Jakarta pada bulan Mei 2009. Penelitian-penelitian tersebut dengan meyakinkan menunjukkan bahwa relasi yang baik dengan Tuhan dan kepercayaan/harapan yang kuat akan penyelenggaraan Illahi memiliki efek positif terhadap kesehatan fisik dan mental, bahkan mengurangi risiko kematian.
Hubungan antara Spiritualitas dan Kesehatan Salah satu bagian dalam buku The Spiritual Brain mengutip beberapa laporan penelitian sebagai berikut: Penelitian terhadap 4000 lansia (usia 64-101 tahun) yang tidak cacat tetapi tinggal di rumah jompo antara tahun 1986-1992, menemukan bahwa aktivitas religius pribadi seperti meditasi, doa, mempelajari kitab suci, menunjukkan hubungan dengan tingkat pertahanan hidup yang lebih tinggi. Artinya, lansia yang menjalani aktivitas religius pribadi (meditasi, doa, mempelajari kitab suci)
50
memiliki pertahanan hidup yang lebih baik ketimbang mereka yang tidak. Penelitian terhadap 444 pasien (termasuk 176 meninggal dalam dua tahun setelah keluar dari RS) berusia di atas 55 tahun pada dua pusat kesehatan di Amerika. Hasilnya menunjukkan bahwa pasien lansia yang sakit cenderung meninggal jika memiliki masalah dalam keyakinan religiusnya. Pasien yang bertanyatanya ”apakah Tuhan meninggalkan aku”; merasa dihukum Tuhan karena kurang taat; bertanya-tanya ”apakah salahku hingga Tuhan menghukumku”; mempertanyakan kasih Tuhan; bertanya-tanya ”apakah Gerejaku telah meninggalkan aku”; menilai iblis sebagai biang kerok; mempertanyakan kuasa Tuhan, mereka ini memiliki kemungkinan meninggal dunia lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa lansia yang tidak dapat menerima kenyataan dirinya sakit, bergumul dengan keyakinan religius mereka dalam menghadapi penyakitnya, memiliki risiko lebih besar menghadapi kematian. Penelitian terhadap 202 orang yang dijadwalkan menjalani operasi bedah jantung, sebelum dan sesudah operasi, di University of Michigan Medical Centere pada tahun 1999-2002. Hasilnya menunjukkan bahwa doa pasien kepada ”Kuasa yang lebih tinggi yang menjadi andalan” berhubungan dengan kondisi
kurangnya penderitaan para pasien tersebut setelah pembedahan. Sebaliknya, pasien yang menunjukkan keraguan ”Apakah Kuasa yang lebih tinggi itu bermurah hati” cenderung menunjukkan penderitaan yang lebih hebat. Mengapa spiritualitas memiliki efek positif terhadap kesehatan fisik dan mental? Sebelum membahas hal tersebut, berikut ini terlebih dahulu disajikan beberapa aspek lain yang ikut mempengaruhi kesehatan lansia. Hermain Tjiknang Wisudawan tertua berusia 91 tahun Universitas Padjajaran Foto : Apakabardunia
51
Aspek-aspek Lain yang Berpengaruh Meskipun terjadi kemerosotan fisik dan kognitif, namun kita melihat bahwa keadaan kesehatan fisik dan mental lansia sangat bervariasi. Apa sajakah yang mempengaruhi kesehatan optimal di usia lanjut selain spiritualitas? Faktor-faktor tersebut adalah: latihan fisik, nutrisi, dan berat badan; pengendalian fungsi kognitif, dan penyesuaian diri menghadapi pensiun.
Latihan fisik, nutrisi, dan berat badan.
Latihan fisik yang dimaksudkan di sini adalah olah raga. Hasil penelitian terhadap 101 lansia (pria dan wanita) menunjukkan bahwa mereka yang mengikuti senam aerobik secara teratur, setelah empat bulan menunjukkan peningkatan kekuatan cardiovascular (konsumsi oksigen, tingkat kolesterol, tekanan darah) secara meyakinkan (Santrock, 2006). Selain olah raga, pemenuhan kebutuhan vitamin-vitamin dan mineral, disertai pengurangan konsumsi kalori, diketahui meningkatkan kesehatan dan usia yang panjang pada lansia. Pengendalian berat badan dengan mengurangi asupan kalori (misalnya, mengurangi snack dan makanan yang mengandung karbo hidrat) akan mengurangi risiko penyakit.
Pengendalian fungsi kognitif
Aktivitas intelektual, pengelolaan informasi, dan kesehatan fisik, merupakan tiga hal penting yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif atau kemampuan intelektual pada lansia. Lansia yang tetap mengisi waktunya dengan kegiatan intelektual (banyak membaca dan mengembangkan pengetahuan) atau melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan pengelolaan (mengumpulkan, menyusun, menyajikan) informasi, lebih mampu mempertahankan fungsi kognitifnya. KOGNITIF merupakan kata sifat yang berhubungan dengan atau melibatkan suatu pengalaman sendiri; atau makna kedua yaitu bersifat fakta
Selain itu, kemampuan kognitif juga dapat dipertahankan dengan mencegah terjadinya stres dan penyakit yang menyebabkan menurunnya fungsi intelektual, misalnya stroke. Stres karena penyakit ataupun karena penyebab lainnya, memicu produksi hormon kortisol yang merusak sel-sel syaraf ingatan.
Penyesuaian diri menghadapi pensiun
Banyak lansia mengalami kondisi harus berhenti dari pekerjaan karena usia pensiun. Sebagian dari mereka mengalami rasa kehilangan yang besar karena pensiun. Dalam hal ini penting untuk menganggap bahwa pesiun merupakan suatu proses perubahan yang memerlukan penyesuaian diri, bukan peristiwa berhenti dari pekerjaan.
52
Dalam penyesuaian diri, yang dibutuhkan adalah fleksibilitas untuk mengembangkan aktivitas-aktivitas baru sesuai dengan minat pribadi. Kita akan tetap bahagia bila setelah pensiun dapat memiliki aktivitasaktivitas yang menyenangkan, yang menjaga pikiran tetap aktif, dan mengembangkan kehidupan sosial, baik dalam keluarga ataupun komunitas-komunitas sosial di luar keluarga. Keterhubungan dengan komunitas memberikan rasa kehangatan yang kita perlukan untuk hidup bahagia dan tetap sehat.
Bagaimana Spiritualitas Mempengaruhi Kesehatan Lansia? Seperti dijelaskan di atas, relasi yang baik dengan Tuhan dan kepercayaan/harapan yang kuat akan penyelenggaraan Illahi memiliki efek positif terhadap kesehatan, bahkan mengurangi risiko kematian. Bagaimana hal tersebut terjadi? Aktivitas-aktivitas pribadi untuk dapat berjumpa dengan Tuhan melalui meditasi, berdoa, maupun mempelajari kitab suci, dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan psikologis yang penting bagi lansia: menemukan rasa kebermaknaan dan rasa yakin dalam hidup, menerima kehilangan-kehilangan (kekuatan fisik, pekerjaan, pasangan, dll), serta membantu menyiapkan diri menghadapi kematian yang kelak akan datang. Keadaan emosi yang
positif setelah kebutuhan-kebutuhan psikologis tersebut terpenuhi akan memiliki efek positif pula terhadap kesehatan.
Sebuah hasil penelitian dapat menjadi penjelasan mengenai hal itu: Wawancara terhadap 1500 warga Amerika Serikat berusia 66 tahun ke atas menunjukkan bahwa mereka yang merasakan penemuan makna hidup dari kehidupan beragama, memiliki tingkat kepuasan hidup, rasa harga diri, dan optimisme yang lebih tinggi (Santrock, 2006). Mengenai aktivitas meditasi, hasil penelitian selama 6 tahun terhadap 4000 lansia (pria dan wanita) berusia di atas 65 tahun menunjukkan bahwa mereka yang sering berdoa atau bermeditasi (setidaknya sekali dalam sebulan) memiliki risiko kematian yang lebih kecil. Mereka yang tidak pernah atau jarang berdoa, memiliki tingkat risiko kematian lebih tinggi (Santrock, 2006). Mengapa demikian? Mungkin disebabkan doa dan meditasi memiliki efek mengurangi stres dan mengurangi produksi hormon stres, seperti adrenalin, pada tubuh. Penurunan hormon stres ini memberikan beberapa keuntungan untuk kesehatan tubuh, termasuk sistem kekebalan tubuh yang lebih baik.*** Penulis adalah psikolog AGAPE St. Stefanus
53. PENDIDIKAN
K
ini setiap orang berlomba-lomba bersekolah setinggi-tingginya. Terdapat berbagai alasan, mengapa kita ingin memiliki pendidikan yang tinggi? Dengan pendidikan tinggi mungkin kita berharap kelak dapat pekerjaan bagus, penghasilan tinggi, kendaraan yang mumpuni. Namun ada pula yang sekolah karena memang tuntutan dari instansi yang mengikat sebagai suatu persyaratan. Misalnya saja seorang calon imam minimal ha-
rus berijazah S2 theologi, selain itu ada juga yang bersekolah demi ijazah – demi gengsi atau prestise. Apakah tujuan pendidikan hanya sebatas hal itu? Pendidikan Jaman Klasik Penekanan pendidikan ternyata berubah sesuai dengan konteks jaman. Namun menarik untuk melihat kembali konsep pendidikan di jaman Yunani dan Romawi klasik. Pada jaman itu pendidikan merupakan sarana pembentukan manusia yang utuh.
54
Jaman Yunani Kuno, pendidikan disebut paideia (paideia) dari akar kata pais (pais) yang harafiahnya berarti pengasuhan anak. Seorang anak dididik oleh pengasuh yang disebut paidagogos. Melalui Paideia yang berupa pengetahuan filsafat, kesenian, dan olahraga, manusia Yunani mendewasakan dan mengembangkan dirinya.
untuk hoby kita, sekolah adalah suatu hobi bagi para bangsawan. Banyaknya waktu seng-gang memungkinkan para bangsawan untuk belajar segala macam hal yang dapat mengembangkan diri mereka.
Mungkin apabila diperbandingkan, murid Yunani akan sangat kontras dengan murid jaman sekarang yang sebagian tampak berbeban berat ketika hendak bersekolah. Di dalam budaya Yunani kegiatan intelektual seperti belajar dilaksanakan demi kesukaan berpikir. Sekolah bagi mereka adalah peluang santai untuk mengembangkan diri, mencari kebijaksanaan dalam hidup. Kata “sekolah” sendiri berasal dari kata yunani skhole dan romawi schola yang berarti waktu senggang. Orang bersekolah karena memang memiliki waktu untuk itu. Biasanya orang yang bersekolah adalah para bangsawan dan kebanyakan dari mereka tidak bekerja. Segala macam pekerjaan sudah diurus oleh budak-budaknya. hal. Bagi kaum bangsawan, bersekolah merupakan sarana untuk mengisi waktu luang. Sebagaimana kita seringkali meluangkan waktu
Hakikat Pendidikan. Berkaca dari pendidikan ala Yunani dan Romawi klasik, diperoleh kata kunci yakni pengembangan diri.
55
Dengan bersekolah manusia hendak mengembangkan dirinya menjadi manusia yang utuh dalam segala dimensinya. Sebagaimana yang tertuang dalam UU no. 20 tahun 2003, bab II ps. 3 yang hendak mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang beriman, barakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Driyarkara seorang filsuf dan tokoh pendidikan Indonesia, memberikan istilah hominisasi dan humanisasi. Menurut beliau pendidikan bertujuan memanusiakan manusia – yakni manusia yang bertumbuh baik dalam keseluruhan jiwa dan badannya. Dengan demikian UU tentang pendidikan dan pengertian pendidikan menurut Driyarkara memiliki tujuan yang sama yakni pembentukan manusia. Melihat Kembali Motivasi Dasar Pendidikan kita Berkaca dari hakikat tujuan pendidikan yang ternyata lebih kepada pembentukan manusia, rasanya kita perlu melihat kembali motivasi kita dalam mengikuti maupun menyelenggarakan pendidikan. Dewasa ini memang banyak dari peserta didik yang memandang bahwa pendidikan yang sedang dienyam saat ini semata-mata demi mendapat pekerjaan atau persiapan sebelum bekerja. Bersekolah agar dapat pekerjaan bukannya keliru, hanya
saja kurang lengkap. Sebagai peserta didik perlu menyadari bahwasanya ketika bersekolah pertama-tama mereka sedang mengembangkan dirinya. Peserta diharapkan untuk tidak mudah merasa puas dengan kecakapan, ketrampilan, pengetahuan yang didapatkan di bangku sekolah atau universitas, melainkan terus menerus belajar demi menjadi pribadi yang utuh.
Tujuan pendidikan sebagai pemanusiaan manusia – pembentukan manusia yang utuh harus menjadi perhatian bagi penyelenggara pendidikan. Apabila tidak hati-hati penyelenggara pendidikan formal hanya berfungsi untuk mencetak pekerja-pekerja bukan untuk membentuk “manusia”. Pendidikan jangan sampai hanya sekadar berorientasi pada pasar saja. Tentunya pendidikan formal tidak mampu menjangkau segala aspek pemanusiaan manusia. Selain sekolah formal, keluarga sebagai Gereja-gereja kecil merupakan agen pendidik - tempat bersekolah – tempat seseorang bertumbuh menjadi pribadi yang utuh terutama dalam pendidikan moral dan relasi dengan yang transenden. Ditulis oleh Fr. Nandi Surya Pr disarikan dari Sudiarja, A. 2014. Pendidikan Dalam Tantangan Zaman. Kanisius: Yogyakarta.
56. SANTO SANTA Meropius, kedua bersaudara ini berkembang dewasa menjadi pemuda-pemuda yang berhati mulia dan saleh. Ketika Meropius berlayar ke India, kedua bersaudara ini diizinkan turut serta ke sana, guna menambah dan memperdalam ilmunya di negeri itu.
Frumensius
(Uskup dan Pengaku Iman) 27 Oktober
O
rang-tuanya berdiam di kota Tyrus, Asia Kecil. Dari orangtuanya Frumensius bersama adiknya Edesius mendapat pendidikan yang baik. Keluarga Kristen ini tergolong keluarga kaya di kota itu. Frumensius bersama Edesius mempunyai seorang guru pribadi bernama Meropius. Di bawah bimbingan
Dalam perjalanan pulang ke negerinya, kapal yang mereka tumpangi singgah di pelabuhan Adulius, Etiopia, untuk mengambil perbekalan. Malang nasib mereka. Tak terduga terjadilah perkelahian seru antara awa-awak kapal itu dengan penduduk setempat. Peristiwa ini menyebabkan kematian banyak penumpang kapal itu. Untunglah bahwa pada waktu itu Frumensius dan adiknya Edesius berada di darat. Mereka bermaksud untuk beristirahat sebentar di bawah pohon sambil belajar. Tetapi mereka pun kemudian ditangkap lalu dihadapkan kepada raja. Raja Aksum tidak menindak dan membunuh mereka karena mereka terdidik dan berpengetahuan luas. Sebaliknya mereka dipekerjakan sebagai pegawai raja. Frumensius bahkan diangkat sebagai sekretaris Raja Aksum dan diminta mendidik puteranya.
57. POTRET GEREJA Kesempatan emas ini mereka manfaatkan untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Etiopia. Konon, Frumensius bersama Edesius berhasil mentobatkan banyak orang dan membangunkan sebuah kapela di sana. Sepeninggal Raja Aksum, Frumensius bersama Edesius diizinkan pulang ke tanah airnya. Edesius pergi ke Tyrus dan di sana ditahbiskan menjadi imam. Sedangkan Frumensius memutuskan untuk menemui Santo Atanasius, Uskup dan Patriark kota Aleksandria. Ia bermaksud meminta bantuan tenaga imam untuk melayani umat Etiopia yang sudah dipermandikannya sambil melanjutkan pewartaan Injil di sana.
Supaya umat Etiopia mempunyai seorang gembala maka Santo Atanasius mentahbiskan Frumensius menjadi uskup. Ketika itu bidaah Arianisme sedang berkembang pesat di sana. Oleh karena itu karya kerasulannya mendapat hambatan dari orang-orang Arian yang sesat itu. Meskipun demikian ia terus melanjutkan karyanya: mengajar dan mempermandikan banyak orang, menerjemahkan doa-doa liturgis ke dalam bahasa setempat, dan mendidik imam-imam pribumi untuk melanjutkan pewartaan Injil di Etiopia. Frumensius meninggal dunia pada tahun 380 dan dijuluki ‘Rasul Etiopia’.***
ORANG MUDA BERPRESTASI
58
Pada tanggal 17-18 Oktober yang lalu, Taekwondo Unit Stefanus yang tergabung dalam Taekwondo Bulungan Club, ikut berpastisipasi dalam Kejuaraan Sumpah Pemuda yang diadakan oleh JAGUAR Club. Event ini merupakan pertandingan Taekwondo tingkat nasional dan berkerja sama dengan Disorda DKI Jakarta. Kejuaraan ini diikuti oleh 1500 peserta, dimana para atlet yang bertanding juga berasal dari berbabagai daerah, terutama daerah luar pulau Jawa, seperti Kalimantan, Sumatra dan Papua. Bulungan Club, sebagai salah satu Club yang sudah lama aktif dan tergabung dalam Pengprov Taekwondo DKI Jakarta, juga ikut terlibat dalam event akbar ini. Kami mengirimkan 172 atlit yang merupakan gabungan unit-unit yang bernaung dibawah Taekwondo Bulungan, salah satunya unit St. Stefanus.
David Regorius Afra, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Yanus, telah berhasil membawa pulang mendali emas untuk pertandingan kelas Junior Pemula. Dalam pertandingan ini, Yanus yang berada di sudut merah berhasil
mengalahkan lawan dengan tendangan ke arah kepala yang membuat lawan tidak dapat melanjutkan pertandingan. Wasit menghentikan pertandingan dan menyatakan bahwa sudut biru tidak dapat melanjutkan pertandingan, walaupun perolehan point yang didapat Yanus kalah dari lawan. Keputusan wasit otomatis menyatakan Yanus sebagai pemenang pada partai dimana ia bertanding dan secara otomatis membawa mendali emas. Dalam event ini Taekwondo Bulungan juga berhasil mendapatkan Juara Umum 1 dalam kategori Kyorugi Pemula (Fighting).
59
MELAYANI MELALUI BUNGA
M
enjelang lustrum ke lima Paroki St. Stefanus pada tahun 2002, yang jatuh pada tanggal 15 Oktober, Romo Dwijo menghendaki adanya kegiatan yang berlangsung secara kontinu dan tidak terhenti setelah selesainya kegiatan lustrum. Romo menginginkan ibu-ibu di paroki St. Stefanus diajarkan keterampilan agar memperoleh banyak pengalaman. Menjawab hal tersebut, ibu Lily kandou sebagai ketua tim kegiatan pelayanan mengusulkan program antara lain merangkai bunga dan kursus merias pengantin. Maka dicarilah pakar-pakar yang ada di paroki untuk membantu dalam kegiatan peningkatan keterampilan ini. Sebagai pelaksana dan pengajar kursus merangkai bunga, ditunjuk Ibu Ning Suhandoko dan Ibu Ebye Kusmayadi. Terbentuk sampai tiga angkatan dalam kursus ini. Beberapa orang diantaranya mendapat sertifikat lulus kursus merangkai bunga dari PD & K. Dewan paroki menyetujui nama kelompok ini adalah “Stefani” karena berada di paroki St. Stefanus dan semua anggotanya adalah kaum wanita. Untuk koordinatornya ditunjuklah ibu Lily Kandou. Dalam perjalanan waktu, ibu Lily Kandou
meminta ibu Ning Suhandoko sebagai ketua, dan ibu Ebye Kusmaya sebagai bendahara kelompok Stefani ini. Untuk angkatan pertama kelompok perangkai bunga ini, berjumlah 8 orang. Namun berkat kerja keras mereka, modal pertama pada tahun 2002 sebesar sepuluh juta sudah berhasil mereka kembalikan ke paroki. Tentu saja bersumber dari lingkungan – lingkungan dan para pengantin yang melangsungkan pernikahan di Paroki St. Stefanus.
60
Di usianya yang telah menginjak tahun ke 13, layaknya remaja. Stefani juga semakin bertambah jumlah anggotanya. Dari anggota tersebut, rata rata sudah memiliki karir yang baik. Ada yang bekerja dikantoran, dan ada juga yang memiliki usaha sendiri. Dikarenakan telah mempunyai iventaris sendiri (barang-barang keperluan merangkai bunga), maka dapat dikatakan Stefani adalah kelompok perangkai bunga yang mandiri. Tentu saja ini akan mempercepat pelayanan kepada umat. Untuk lingkungan yang membutuhkan bantuan untuk membuat rangkaian bunga para pengantin yang akan melangsungkan pernikahan di gereja St. Stefanus, dianjurkan untuk memakai jasa Stefani. Karena selain karena harganya yang terjangkau, hasil kontribusinya juga dimasukan ke kas paroki. Stefani banyak melayani upacara upacara besar di gereja seperti natal, paskah dan acara besar lainya. Tidak hanya di Paroki St. Stefanus saja, Stefani juga pernah melayani di paroki lain seperti Paroki Blok Q, Pondok Siboncel Gereja Bahtera Kasih. Kerja sama tim yang solid, pelayanan yang murni adalah prinsip dari Stefani, sehingga bertahan sampai detik ini. Rangkaian bunga sering digunakan dalam berbagai kegiatan liturgi.
Oleh karena itu para perangkai bunga diharapkan dapat mengerti perannya serta meningkatkan pengetahuan spiritualitas pelayanannya.
Bunga menjadi media untuk dialog antara manusia dengan Allah. Kematangan perangkai bunga dalam mempersembahkan karyanya bukan hanya semata-mata keuntungan bagi individu atau kelompok bersangkutan tetapi dapat pula menjadi keuntungan bagi gereja, karena besar maknanya dalam mempengaruhi suasana liturgi. Menyiapkan nuansa rohani melalui tata ruang yang pantas untuk melakukan sebuah ibadat, merupakan tanda dan lambang alam surgawi. Keindahan liturgi secara keseluruhan diharapkan dapat meningkatkan iman. Maria menerima kabar gembira yang memberi harapan serta mewartakan sebuah keagungan Allah. Demikian pula dekorasi bunga bukan hanya sekedar mengisi tempat-tempat yang kosong, tetapi kemudian dapat meningkatkan harapan jiwa bertemu dengan Sang Pencipta dalam sebuah simbol. Karena itu perangkai bunga dapat berperan menghadirkan suasana sembah bakti kepada Allah.***
(Pr & KJ)
61. DANA PAROKI Dana Paroki St. Stefanus DANA PAROKI SEPTEMBER - 2015 SEPTEMBER - 2015 No Wil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 7 8 8 8 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12
Lingkungan St.Hubertus St.Yoh.Pemandi St.Gregorius St.Yudas Tadeus Sta. Theresia Sta.M.Immaculata Sta.Maria Fatima Sta.M. Bernadette St.Markus St.Nicodemus St.Oktavianus St.Paulinus St.Quirinus St.Antonius St.Clementus Sta. Faustina Sta.Angela St.Bartholomeus Emmanuel Sta.Ursula St.M.Magdalena St.Aloysius St.Thomas Aquino Sta.Helena Romo Sanjoyo St.Simeon Sugiyopranoto St.Theodorus St.Paulus St.Timotius Sta.Veronica St.Bonaventura St.Bonifacius Keluarga Kudus St.Yoh Don Bosco St.Kristoforus Sta. Maria Goretti Sta.Maria B.Setia Sta.Felicitas Sta.Anastasia Maria Ratu Damai St.Bernardus St.Dionisius St.Elias
Kode
Perhit. 7-Sep15
Amplop HBS YPE 3 GRR 7 YTA 2 THE 10 MIM 2 MFA 6 BDE 2 MKI 2 NDS 2 OTS 6 PLN 4 QRS ATS 4 CLS 5 FSA AGE 2 BTS EML 9 URS 1 MMA 2 ALS 2 TAQ HLN 2 RSO 2 SMN 2 SGO THO 2 PLS TTS 16 VRA BVA 1 BFS 1 KKS 1 DBD 5 CRS 2 MGI 1 MBS FSE 2 ANS MRD BDS DNS 2 ELS -
RP 50.000 245.000 200.000 190.000 105.000 505.000 220.000 40.000 100.000 200.000 350.000 110.000 290.000 500.000 3.240.000 100.000 20.000 40.000 6.000 10.000 130.000 35.000 400.000 50.000 50.000 20.000 42.000 64.000 50.000 200.000 60.000 -
Perhit. 14-Sep15
Amplop 3 5 6 4 2 2 1 1 3 4 24 5 13 7 4 8 3 6 3 2 3 4 3 1 8 1 2 3 1 1 2 3 1 1 -
Perhit. 21-Sep15
RP Amplop 300.000 3 160.000 8 180.000 2 91.500 5 60.000 1 120.000 4 10.000 2 100.000 3 130.000 5 7 250.000 2 1 950.000 5 29 360.000 3 1.970.000 2 620.000 6 570.000 4 185.000 7 25.000 7 280.000 5 45.000 7 2 10.000 19 15.000 29 45.000 14 85.000 4 30.000 4 170.000 8 5.000 100.000 7 12.000 1 2 50.000 8 100.000 5 200.000 3 140.000 4 100.000 3 100.000 4 2
Perhit. 28-Sep15
RP Amplop 40.000 1 290.000 7 200.000 3 6 30.000 2 50.000 9 120.000 7 30.000 8 140.000 6 1 280.000 10 750.000 2 150.000 2 20.000 2 650.000 1 1.595.000 1 250.000 300.000 1 720.000 6 700.000 5 590.000 5 360.000 1 230.000 4 50.000 5 20.000 4 125.000 7 214.000 4 75.000 3 70.000 21 120.000 4 8 355.000 3 3 125.000 3 2.000 7 22.000 5 535.000 10 450.000 250.000 3 200.000 2 200.000 2 400.000 4 175.000 -
SEKSI KOMUNIKASI SOSIAL (KOMSOS) “Memberitakan pekerjaan tanganNYA” ST. STEFANUS Membutuhkan tenaga muda yang berkomitmen untuk pelayanan gereja, sebagai wartawan, designer dan fotografer. Bagi yang berminat menghubungi Sdr. Tyo (HP: 081328130513)
RP 120.000 265.000 55.000 60.000 30.000 470.000 140.000 250.000 320.000 50.000 1.060.000 135.000 70.000 70.000 200.000 40.000 50.000 3.070.000 1.450.000 160.000 50.000 250.000 25.000 30.000 36.000 175.000 45.000 840.000 120.000 650.000 100.000 105.000 235.000 107.000 271.000 250.000 225.000 150.000 60.000 400.000 -
62. TUNAS STEFANUS
M
iniature My Little Pony adalah mainan favorit Kyza. Kyza dapat bermain sendirian dengan seru dan sesekali bercerita tentang tokoh kuda pony yang ia sukai.
mempunyai karakter ceria, dan ramah. Suka bercerita dan sangat mandiri. Walaupun baru berusia 4 tahun, Kyza dapat ber-komunikasi dengan orang dewasa tanpa malu.
Pemilik nama lengkap Alexandra Wilhelmina Kyza Sihombing ini
Kyza berasal dari lingkungan Markus, Wilayah 3.
Foto Dok Pribadi
Putri dari pasangan Bp. Frans Paulus Andre Sihombing dan Ibu Franceline Resita Budiarti Wahyupurwaningrum, merupakan cucu pertama dari Ibu Betsy Sihombing. Ia bersekolah di TK Pangudi Luhur, makanan favorit Kyza adalah telur dan sayur sop. Hobinya adalah bernyanyi, semoga nanti dewasa bisa menjadi penyanyi yang diberkati Tuhan dengan talenta yg luar biasa.***
(SJ)
Jika teman-teman sudah mewarnai lembar mewarnai dalam Tunas Stefanus. Hasil karya-nya bisa dimasukkan ke dalam kotak KOMSOS atau difoto dan dikirimkan ke email redaksimediapass@ yahoo.com. Hasil karya pemenang akan dipasang di website dan Facebook.
DONASI PENGGANTIAN BIAYA CETAK MAJALAH MEDIAPASS OKTOBER 2015 1
Lingk. Sta. Maria Ratu Damai Total
1,950,000 1,950,000
Terima kasih atas donasi yang telah diberikan, kami menunggu kontribusi Anda di edisi-edisi berikutnya. Harap memberitahukan apabila donasi dikirim melalui transfer. Untuk setiap penerimaan donasi, akan diberikan bukti penerimaan resmi. Iklan & Donasi : Dian Wiardi (0818 183 419) No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso
Mewarnai
Aksi