Laporan Praktikum Pengujian dan Peretasan Benih Centrosema pubescens ILMU TANAMAN PAKAN TERNAK
Disusun oleh:
Kelompok 9 Sohibul Himam (0710510087) Fuad Alfarisi (0710520008) Qonitatu ( ) Didik ( ) Canggih ( ) Gayuh ( )
LABORATORIUM NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Tehnik dan tatacara penanganan benih dan persemaian berkaitan erat dengan sistim biologi benih yang bersangkutan. Untuk mengerti sejauh mana pengaruh penanganan benih dan persemaian terhadap mutu benih, perlu diketahui dasar-dasar genetik dan biologi benih. Di dalam kegiatan-kegiatan penanganan benih dan persemaian, hasil terbaik dapat diperoleh apabila pengetahuan tentang dasar-dasar ini digunakan secara tepat. Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada
setiap
musim
tanam
untuk
komoditas
tanaman
pangan
masih
menjadi masalah karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan pengguna/petani. Benih dari segi tehnologi diartikan sebgai organisme mini hidup yang dalam keadaan istirahat atau dorman yang tersimpan dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi (Samsoed Sadjad, 1975). Oleh karena itu dalam pemilihan benih haruslah benih yang benar-benar baik yang akan dijadikan sebagai bakal dari tanaman. Benih bermutu adalah benih murni dari suatu varietas, berukuran penuh dan seragam, daya kecambah di atas 80% dengan bibit yang tumbuh kekar, bebas dari biji gulma, penyakit, hama, atau bahan lain. Dalam penanamannya, benih tidak sepenuhnya tumbuh secara normal. Karena benih mengalami dormansi. Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Dormansi disebabkan oleh berbagai macam hal diantaranya adalah; kulit benih yang impermeabel dan keadaan embriyo dari benih tersebut. Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur benih (kulit benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air ke dalam benih. Respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit benih yang terlalu keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi terhambat dan menyebabkan rendahnya proses metabolisme dan
mobilisasi cadangan makanan dalam benih. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, karena kulit biji yang cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Pada tanaman pangan, dormansi sering dijumpai pada benih padi, sedangkan pada sayuran dormasni sering dijumpai pada benih timun putih, pare dan semangka non biji. (Anonymous, 2008) Untuk itu perlu dilakukan peretasan terhadap benih agar benih dapat tumbuh dengan baik.
1.2. Tujuan Untuk mengetahui daya tumbuh benih Centrosema pubescens pada beberapa metode peretasan benih. Dan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh dalam perkecambahan Centrosema pubescens.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Centrosema puberscents Centrosema puberscents adalah Tanaman tahunan berkayu ketika usianya lebih dari 18 bulan. Daun terdiri dari 3 anak daun; tiap anak daun berbentuk jorong, bulat telur-memanjang atau bulat telur-lanset, dasar daun membulat, ujung daun meruncing tajam, daun berwarna hijau tua, berbulu. Bunga dapat melakukan fertilisasi sendiri walau belum mekar, besar, berupa tandan yang letaknya di ketiak, tiap tandan terdiri atas 3
5 bunga, daun kelopak berbentuk lonceng. Buah
kering polong, pipih, ujung buah meruncing, mengandung hingga 20 biji. Biji berbentuk kecil memanjang, berwarna coklat kehitaman. Distribusi/Penyebaran : Sentro berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Tanaman ini merupakan salah satu dari jenis legum yang paling luas penyebarannya di kawasan tropis lembab. Sentro diintroduksi ke kawasan Asia Tenggara dari kawasan tropis Amerika di abad ke 19 atau lebih awal. Saat ini Sentro telah dapt tumbuh alami di dataran-dataran rendah di Jawa. Habitat : Sentro dibudidayakan di daerah tropis-lembab dengan ketinggian hingga 600(
900) m. Tumbuhan ini memerlukan curah hujan tahunan
sebesar 1500 mm atau lebih, namun juga toleran terhadap curah hujan yang lebih rendah. Sentro dapat tumbuh pada ladang-ladang rumput di Afrika hanya mengalami curah hujan sebesar 800 mm. Jenis ini tetap dapat tumbuh ketika tempat tumbuhnya tergenang air dan akan bertahan di musim kering yang berlangsung sekitar 3
4 bulan, namun tidak untuk masa kekeringan yang lebih
panjang. Sentro tidak dapat tumbuh pada daerah bersuhu rendah. Pertumbuhannya akan menurun ketika suhu turun di bawah 20°C dan pertumbuhannya akan menjadi buruk bila suhu turun di bawah 15°C. Sentro merupakan salah satu tanaman polong-polongan yang toleran terhadap naungan dan dapat tetap tumbuh di bawah naungan sebesar 80%. Tumbuhan ini akan tumbuh pada beragam tipe tanah, yaitu dari tanah pasir berhumus hingga tanah liat. Pertumbuhan optimum dapat tercapai bila ditanam pada tanah dengan keasa
2.2. Benih Apabila dikaitkan dengan tujuan pemanfaatanya, biji mempunyai dua pengertian, yaitu biji dan benih. Biji mempunyai makna yang lebih luas dari pada benih. Biji dapat digunakan untuk bahan pangan, pakan tenak (hewan), atau bahan untuk ditanam selanjutnya. Sedangkan benih adalah biji terpilih yang hanya digunakan untuk penanaman selanjutnya dalam rangka untuk mengembangkan tanaman atau memproduksi biji baru. (Ashari,1995). Benih diartikan sebagai biji tanaman yang telah mengalami perlakuan sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman perlakuan sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Secara agronomi, benih disamakan dengan bibit karena fungsinya sama. Tetapi secara biologi berbeda. Bibit digunakan untuk menyabut benih yang telah berkecambah. Dalam perkembangbiakan secara vegetatif, bibit dapat diartikan sebagai bahan tanaman yang berfungsi sebagai alat reproduksi, misalnya umbi (Wirawan dan Wahyuni,2002). Tanaman baru yang berasal dari biji (benih), umumnya akan serupa dengan tanaman induknya, apabila tidak terjadi intervensi tepung sari asing yang tidak diinginkan jatuh pada stikma(kepala putik). Suatu perkecualian yang terjadi pada beberapa jenis tanaman seperti pada beberapa spesies rumputan dan Citrus, dimana dihasilkan biji (asexual seed), aparatus (egg apparatus). Jadi di sini tidak terjadi pembuahan antara telur dan sperma (fertilization); juga tidak terjadi campuran sifat dari tepung sari (ayah) dan sel telur (mother sell) atau telur. Pada keadaan seperti ini, embrio seluruhnya dibentuk dari sel tanaman induk. Karena itu sifat keturunannya identik dengan sifat tanaman induk (Kamil, 1986).
2.3. Germinasi (Perkecambahan) Germinasi adalah Bentuk awal dari embrio yg berkembang menjadi sesuatu yg baru yaitu tanaman anakan yg sempurna (Baker, 1950). Germinasi juga merupaakan proses tumbuhnya embrio atau keluarnya radicle dan plumulae dari kulit biji (Kramer dan Kozlowski, 1979). Perkecambahan merupakan transformasi dari bentuk embrio menjadi tanaman anakan yang sempurna. Rangkaian proses-proses fisiologis yang
berlangsung pada perkecambahan adalah (1) penyerapan air secara imbibisi dan osmose, (2) pencernaan atau pemecahan senyawa menjadi bermolekul lebih kecil, sederhana, larut dalam air dan dapat diangkut, (3) pengangkutan hasil pencernaan, (4) asimilasi atau penyusunan kembali senyawa hasil pencernaan, (5) pernafasan atau respirasi yang merupakan perombakan cadangan makanan, dan (6) pertumbuhan pada titik-titik tumbuh. (Anonymous, 2008) Proses-proses perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan faktorfaktor lingkungan seperti air, O2, cahaya dan suhu. Air berperan dalam melunakkan kulit biji, memfasilitasi masuknya O2, pengenceran protoplasma untuk aktivasi fungsi, dan alat trasnportasi makanan. Suhu berperan dalam pematahan dormansi; aplikasi fluktuasi suhu yang tinggi berhasil mematahkan dormansi pada banyak spesies, terutama yang mengalami termodormansi. Aplikasi fluktuasi suhu ini dapat berupa chilling/alternating temperature maupun pembakaran permukaan. O2 dibutuhkan pada proses oksidasi untuk membentuk energi perkecambahan. Cahaya mempengaruhi perkecambahan melalui tiga macam bentuk yaitu intensitas cahaya, panjang gelombang, dan fotoperiodisitas. (Anonymous, 2008)
Faktor yg mempengaruhi kecepatan penyerapan air pada benih antara lain: 1. Permeabilitas kulit/membran biji 2. Konsentrasi air. Karena air masuk secara difusi (dari konsentrasi rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi), maka konsentrasi larutan di luar biji harus lebih encer dari pada di dalam biji 3. Suhu air. Apabila suhu air tinggi maka energi akan meningkat dan difusi air meningkat sehingga kecepatan penyerapan tinggi 4. Tekanan hidrostatik Berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air Ketika volume air dalam membran biji telah sampai pada batas tertentu, akan timbul tekanan hidrostatik yang mendorong ke luar biji, sehingga kecepatan penyerapan air menurun. 5. Luas permukaan biji yg kontak dengan air
Berhubungan dg kedalaman penanaman biji Berbanding lurus dengan kecepatan penyerapan air 6. Daya intermolekuler Mrpk tenaga listrik pd molekul2 tanah/media tumbuh: makin rapat molekul2nya, makin sulit air diserap oleh biji Berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air 7. Spesies dan varietas: Berhubungan dg faktor genetik yg menentukan susunan kulit biji 8. Tingkat kemasakan Berhubungan dg kandungan air dlm biji: biji makin masak, kandungan air berkurang, kecepatan penyerapan air meningkat 9. Komposisi kimia Biji tersusun atas karbohidrat, protein, lemak Kecepatan penyerapan air : protein>karbohidrat>lemak 10. Umur Berhubungan dg lama penyimpanan : makin lama disimpan, makin sulit menyerap air (Anonymous, 2008) 2.4. Dormansi Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. (Anonymous, 2008) Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo. Dormansi
diklasifikasikan
menjadi
bermacam-macam
berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya.
kategori
a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri
b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji Mekanisme fisik Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri; terbagi menjadi: -
mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik
-
fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel
-
kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat
Mekanisme fisiologis Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis; terbagi menjadi: -
photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya
-
immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang
-
thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu
c. Berdasarkan bentuk dormansi Kulit biji impermeabel terhadap air/O2 Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp, endocarp Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran. Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skarifikasi mekanik.
Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji, raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya diatur oleh hilum. Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji. Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat. Embrio belum masak (immature embryo) Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih belum menyelesaikan tahap perkembangannya. Misal: Gnetum gnemon (melinjo) Embrio belum terdiferensiasi Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh waktu untuk mencapai bentuk dan ukuran yang sempurna. Dormansi karena immature embryo ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur rendah dan zat kimia. Biji membutuhkan pemasakan pascapanen (afterripening) dalam penyimpanan kering. Dormansi karena kebutuhan akan afterripening ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pengupasan kulit. Biji membutuhkan suhu rendah Biasa terjadi pada spesies daerah temperate, seperti apel dan Familia Rosaceae. Dormansi ini secara alami terjadi dengan cara: biji dorman selama musim gugur, melampaui satu musim dingin, dan baru berkecambah pada musim semi berikutnya. Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat dipatahkan dengan perlakuan pemberian suhu rendah, dengan pemberian aerasi dan imbibisi. Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah: -
jika kulit dikupas, embrio tumbuh
-
embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah
-
embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
-
perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil
-
akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)
Biji bersifat light sensitive Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari). (Anonymous, 2008)
BAB III MATERI DAN METODE
3.1. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum perkecambahan (germinasi) benih kali ini adalah: Biji Centrosema puberscents Tempat film negative Penyemprot air Kertas tissu Beaker glass Air 1000C Termometer Nampan 3.2. Metode Metode praktikum kelompok kami kali ini adalah: 3.2.1. Peretasan Benih Menyiapkan benih leguminosa yang akan diretaskan Melakukan peretasan benih dengan perlakuan: Kontrol (tanpa peretasan perlakuan) Merendam biji Centrosema puberscents dengan air 1000C selama 24 jam Susun benih yang telah diberi perlakuan dengan pada kertas tissu basah Catat jumlah benih yang berkecambah normal dan tidak normal mulai hari pertama sampai hari terakhir. 3.2.2. Pengamatan Tentukan prosentase kemurnian benih Tentukan daya tumbuh benih.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan Data praktikum perkecambahan Kelompok
:9
Nama sampel : Centrosema pubescens : direndam dengan air panas 1000C
Perlakuan
Jumlah sampel : 50
Hari ke
Jumlah yang tumbuh
Keterangan
1
-
Berkecambah 8
2
-
Berkecambah 10
3
-
Berkecambah 12
4
Tidak diamati
5
-
Berkecambah 14
6
8
Berkecambah 6
7
10
Berkecambah 5
Tidak diamati
Pengamatan terhadap benih Centrosema pubescens yang diberi perlakuan direndam dengan air panas 1000C diketahui bahwa biji yang telah menghasilkan akar dan batang normal (normal selding) selama 7 hari berjumlah 15 biji dan biji yang tidak dapat menghasilkan batang dan akar normal berjumlah 35 biji. Maka prosentase daya tumbuh benih Centrosema pubescens pada perlakuan direndam dengan air panas 1000C adalah =
jumlah benih kecambah normal x100% Benih asal
15 x100% 30% 50
Setelah itu dibanhdingkan dengan perlakuan lain terhadap benih Centrosema pubescens yaitu dengan diamplas maka hasilnya adalah: Data praktikum perkecambahan Kelompok
:8
Nama sampel : Centrosema pubescens
Perlakuan
: diamplas
Jumlah sampel : 50
Hari ke
Jumlah yang tumbuh
Keterangan
1
Tidak diamati
Tidak diamati
2
Tidak diamati
Tidak diamati
3
-
Berkecambah 11
4
-
Berkecambah 14
5
Tidak diamati
6
-
Berkecambah 24
7
2
Berkecambah 27
Tidak diamati
Pengamatan terhadap benih Centrosema pubescens yang diberi perlakuan diamplas diketahui bahwa biji yang telah menghasilkan akar dan batang normal (normal selding) selama 7 hari berjumlah 29 biji dan biji yang tidak dapat menghasilkan batang dan akar normal berjumlah 21 biji. Maka prosentase daya tumbuh benih Centrosema pubescens pada perlakuan direndam dengan air panas 1000C adalah =
jumlah benih kecambah normal x100% Benih asal
29 x100% 58% 50
4.2. Pembahasan Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya Untuk mengurangi dormansi pada biji Centrosema pubescens, kelompok kami menggunakan perlakuan dengan perendaman dengan air panas 1000C selama 10 menit, sedangkan pada praktikum kelompok lain menggunakan perlakuan dengan menggosokkan biji pada amplas. Perlakuan ini dilakukan karena pada biji Centrosema pubescens terjadi dormansi yang disebabkan karena impermeabelitas kulit dari biji Centrosema pubescens. Kulit biji yang impermiabel menyeabkan air dan oksigen tidak dapat
masuk ke dala biji dan merangsang embrio untuk tumbuh. Kedua perlakuan peretasan benih diatas bertujuan agar air otau oksigen dapat menembus kult biji Dari data hasil pengamatan diatas diketahui bahwa prosentase daya tumbuh benih Centrosema pubescens yang diberi perlakuan dengan diamplas lebih tinggi daripada benih Centrosema pubescens yang diberi perlakuan dengan direndam pada air panas 1000C. Daya tumbuh benih Centrosema pubescens yang diberi perlakuan dengan diamplas adalah sebesar 58% sedangkan daya tumbuh benih Centrosema pubescens yang diberi perlakuan dengan direndam pada air panas 1000C adalah 30%. Ini dikarenakan pada biji Centrosema pubescens yang diamplas sudah pasti terbuka semua dan memungkinkan untuk masuknya air ke dalam embrio. Pada biji yang diamplas kecil kemungkinan untuk biji yang kulitnya masih keras, karena pada perlakuan ini biji diamplas satu per satu sehingga tiap biji yang akan dikecambahkan dapat diketahui apakah kulit biji tersebut sudah mengelupas atau belum. Namun dalam hal kecepatan tumbuh mempunyai akar dan daun, biji Centrosema pubescens yang diberi perlakuan direndam pada air panas 1000C yang lebih cepat. Ini terbukti pada hari ke 7 waktu pengamatan pada benih Centrosema pubescens yang diberi perlakuan dengan diamplas menunjukkan jumlah biji yang tumbuh hanya 2 biji
sedangkan pada benih Centrosema
pubescens yang diberi perlakuan dengan direndam pada air panas 1000C menunjukkan benih yang tumbuh berjumlah 10 biji. Perbedaan ini disebabkan karena pada benih Centrosema pubescens yang diberi perlakuan dengan direndam pada air panas 1000C, pada waktu peretasan telah termasuki air lebih dulu dalam bijinya sebelum ditanam, sehingga air dan oksigen masuk terlebih dahulu dan merangsang embrio untuk tumbuh lebih cepat. Selain itu kulit biji juga lebih lunak pada semua sisinya. Sedangkan pada benih Centrosema pubescens yang diberi perlakuan dengan diamplas, air yang masuk ke dalam biji baru mulai setelah penanaman. Selain itu kulit biji yang terbuka hanya sedikit sedangkan kulit biji yang lain masih keras sehingga pertumbuhan kecambah hanya melewati kulit yang telah diamplas saja dan itu membuat kecepatan pertumbuhanya lebih lamabat.
D dan masuk ke dalam biji benih sehingga embrio benih dapat menerima air dan oksigen dan terangsang untuk mengalami pertumbuhan. Pada perlakuan dengan perendaman dengan air panas 1000C, kulit dari biji Centrosema pubescens megalami pelunakan kulit, sehingga kulit menjadi lunak dan mudah ditembus oleh air dan oksigen. Sedangkan pada perlakuan dengan mengamplas biji Centrosema pubescens juga bertujuan agar kulit dari biji Centrosema pubescens terbuka dan embrio dari biji Centrosema pubescens dapat menerima air dan oksigen sehingga perkecambahan dapat terjadi. Perlakuan yang kami lakukan untuk mengatasi dormansi termasuk peretasan secara mekanik.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Benih adalah organisme mini hidup yang dalam keadaan istirahat atau dorman yang tersimpan dalam wahana tertentu (biji) yang digunakan sebagai penerus generasi. Agar tumbuh dengan baik menjadi kecamabah (germinasi), benih harus mendapatkan air, oksigen dan suhu yang optimal. Air, oksigen dan suhu yang optimal dapat terpenuhi apabila biji pada benih tidak mengalami dormansi. Dormanasi disebabkan karena beberapa hal diantaranya adalah impermeabelitas kulit biji. Untuk menghilangkan impermeabelitas pada kulit biji, pada biji Centrosema pubescens dapat dilakukan dengan perlakuan dua cara peretasan benih yaitu dengan diamplas dan dengan perendaman pada air panas 1000C. Tujuan dari kedua perlakuan tersebut adalah agar kulit biji bisa ditembus air dan oksigen sehingga benih dapat tumbuh secara optimal. prosentase daya tumbuh benih Centrosema pubescens yang diberi perlakuan dengan diamplas lebih tinggi daripada benih Centrosema pubescens yang diberi perlakuan dengan direndam pada air panas 1000C. Sebab biji yang diamplas kepastian tumbuhnya lebih pasti karena diamplas satu persatu sedangkan pada biji yang direndam air panas 1000C belum tentu semua kulit biji sudah permiabel. Namun dalam hal kecepatan tumbuh mempunyai akar dan daun, biji Centrosema pubescens yang diberi perlakuan direndam pada air panas 1000C yang lebih cepat. Ini terjadi karena masuknya air kedalam benih lebih dulu pada biji yang diberi perlakuan dengan direndam pada air panas 1000C dari pada biji yang diamplas.
5.2. Saran Saran pada praktikum kali ini adalah sebaiknya pengamatan dilakukan lebih lama sehingga pertumbuhan pada biji dapat terlihat dengan jelas dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2008. Kualitas Benih. http://elisa.ugm.ac.id/files/yeni_wn_ratna/ GFMcUWaJ/II-kualitas%20dan%20prod-kualitas%20benih1.doc Anonymous. 2008. Perkecambahan. http://elisa.ugm.ac.id/files/yeni_wn_ratna/ 67PHjdvQ/III-perkecambahan.doc Anonymous. 2008. Dormansi. http://elisa.ugm.ac.id/files/yeni_wn_ratna/6L4 WiASR/III-dormansi.doc Anonymous. 2008.
Dormansi Benih dan Pemecahanya. http://jatim.litbang
.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=45&It emid=93 Lubis, Khairunnisa. 2005. Peran Pemuliaan Tanaman dalam Produksi Benih. http://www.library.usu.ac.id/download/fp/pemuliaan%20tanamankhairunnisa Widodo, Yusuf. 2005. EFEK PUPUK ORGANIK DAN KEPADATAN BENIH Centrosema pubescens Benth TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS HIJAUAN PERTANAMAN CAMPURAN RUMPUT Brachiaria brizantha Stapf. http://digilib.unila.ac.id/files/disk1/9/laptunilapp-gdl-s2-2006yusufwidod-429-2005_ts_-1.pdf