Rumpun Ilmu: Bimbingan dan Konseling
LAPORAN PENELITIAN
STRATEGI COPING SAAT MENYUSUN SKRIPSI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TIM PENGUSUL: NOFI NUR YUHENITA INDIATI ASTIWI KURNIATI
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2016
1
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan masa peralihan yang mendorong individu untuk menghadapi berbagai tuntutan dan tugas perkembangan yang baru. Tuntutan dan tugas perkembangan mahasiswa tersebut muncul dikarenakan adanya perubahan yang terjadi pada beberapa aspek fungsional individu, yaitu fisik, psikologis dan sosial. Perubahan tersebut menuntut mahasiswa untuk melakukan penyesuaian diri. Pada masa ini dibutuhkan penyesuaian diri, dimana penyesuaian diri merupakan suatu proses individu dalam memberikan respon terhadap tuntutan lingkungan dan kemampuan untuk melakukan koping terhadap stres (Rathus & Nevid, 2002). Kegagalan individu dalam melakukan penyesuaian diri dapat menyebabkan individu mengalami gangguan psikologis, seperti ketakutan, kecemasan, dan agresifitas. Salah satu masalah penyesuaian diri yang sering dihadapi mahasiswa adalah penyesuaian diri vokasional, yaitu penyesuaian diri dalam bidang pendidikan, yang salah satunya adalah penyesuaian diri pada tugas skripsi. Semua mahasiswa wajib mengambil mata kuliah tersebut, karena skripsi digunakan sebagai salah satu prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar akademisnya sebagai sarjana. Mahasiswa yang menyusun skripsi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan proses belajar yang ada dalam penyusunan skripsi. Proses belajar yang ada dalam penyusunan skripsi berlangsung secara individual, sehingga tuntutan akan belajar mandiri sangat besar. Mahasiswa yang menyusun skripsi dituntut untuk dapat membuat suatu karya tulis dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum. Masalah-masalah yang umum dihadapi oleh mahasiswa dalam menyusun skripsi adalah, banyaknya mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan dalam tulis menulis, adanya kemampuan akademis yang kurang memadai, serta kurang adanya ketertarikan mahasiswa pada penelitian (Slamet,
3
2003). Kegagalan dalam penyusunan skripsi juga disebabkan oleh adanya kesulitan mahasiswa dalam mencari judul skripsi, kesulitan mencari literatur dan bahan bacaan, dana yang terbatas, serta adanya kecemasan dalam menghadapi dosen pembimbing (Riewanto, 2003). Apabila masalah-masalah tersebut menyebabkan adanya tekanan dalam diri mahasiswa maka dapat menyebabkan adanya stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa. Stres adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan (Rathus & Nevid, 2002, h. 142). Pernyataan tersebut berarti bahwa seseorang dapat dikatakan mengalami stres, ketika seseorang tersebut mengalami suatu kondisi adanya tekanan dalam diri akibat tuntutan tuntutan yang berasal dari dalam diri dan lingkungan. Stres tidak selalu berdampak negatif pada diri individu, tetapi stres dapat berdampak positif. Stres yang berdampak negatif disebut dengan distress dan stres yang berdampak positif disebut eustress. Adanya perbedaan dampak stres pada diri individu disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik masing-masing individu. Perbedaan karakteristik tersebut akan menentukan respon individu terhadap stimulus yang menjadi sumber stres, sehingga respon setiap individu akan berbeda-beda walaupun stimulus yang menjadi sumber stresnya sama. Stres menurut Baum (Sarafino, 1998) didefinisikan melalui tiga hal, yaitu stimulus atau stresor/sumber stres, respon atau reaksi terhadap situasi stres, dan proses (strategi individu baik tingkah laku, kognisi, maupun afeksi). Stres diawali dengan adanya situasi yang menekan, kemudian menimbulkan reaksi bagi individu dan individu berusaha untuk menghadapi situasi tersebut. Respon terhadap stres melibatkan semua fungsi tubuh dan mempengaruhi mekanisme kekebalan serta sistem yang terjadi dalam tubuh manusia. Terry looker dan Gregson (2005) memperkirakan bahwa setidaknya 75 persen penyakit yang dilaporkan kepada badan-badan kesehatan masyarakat berhubungan dengan stres. Sebagian dokter bahkan menyatakan hampir semua penyakit dan kematian dini dapat dihubungkan dengan stres. Pada saat mengalami stres, manusia secara alamiah melakukan strategi untuk mengatasi stres tersebut. Lazarus dan Folkman (Maifrisco, 2008) menyatakan bahwa strategi menghadapi masalah adalah segala
4
usaha untuk mengurangi stres. Suatu proses pengaturan atau tuntutan (eksternal maupun internal) yang dinilai sebagai beban yang melampaui kemampuan seseorang. Lazarus dan Folkman (Sarafino, 1998) menuturkan strategi dalam menghadapi masalah (coping) dibagi menjadi dua yaitu emotion- focused coping (koping yang berorientasi atau berfokus pada emosi) dan problem-focused coping (koping yang berorientasi atau berfokus pada masalah). Individu cenderung menggunakan strategi menghadapi masalah yang berfokus pada masalah ketika individu memiliki persepsi bahwa pemicu stres yang ada dapat diubah (Lazarus & Folkman, 1984; Maifrisco, 2008). Ketika individu percaya tidak ada yang dapat dilakukan untuk merubah kondisi stres, mereka cenderung lebih suka untuk menggunakan strategi menghadapi masalah yang berfokus pada emosi. Akan tetapi strategi menghadapi masalah berfokus emosi dan masalah dapat digunakan secara bersamaan dalam menghadapi suatu situasi stres, dan pada dasarnya individu sering melakukannya (Sarafino, 1998). Salah satu situasi yang dapat menimbulkan tekanan bagi individu adalah pada saat tiba waktunya untuk menyelesaikan kewajiban sebagai mahasiswa dari perguruan tinggi yaitu skripsi. Mahasiswa bagi masyarakat awam dianggap sebagai seseorang yang berkompeten yang kelak akan menjadi teladan dan memiliki karir atau pekerjaan yang lebih baik daripada seseorang yang tidak kuliah. Individu yang memasuki pendidikan di perguruan tinggi dianggap sebagai titik awal dari harapan karir yang lebih baik dimasa depan, akan tetapi untuk lulus atau keluar dari perguruan tinggi tidak semudah atau bahkan sama sulitnya ketika akan masuk. Penyusunan skripsi merupakan sebuah proses cukup panjang yang harus dilalui oleh mahasiswa untuk mencapai gelar S1. Nanang Subekti (2009) dalam artikelnya memaparkan bahwa mengerjakan sebuah skripsi telah menjadikan kebanyakan pelajar atau mahasiswa stres, takut, bahkan sampai frustasi dan ada juga yang nekat bunuh diri. Telah banyak contoh kasus mahasiswa yang menjadi lama dalam penyelesaian studinya karena terganjal dengan masalah tugas akhirnya. Penyusunan tugas akhir ini dirasa sulit dan berat maka banyak mahasiswa yang akhirnya menyerah hingga akhirnya menyerahkan
5
pembuatan skripsi kepada orang lain atau semacam biro jasa pembuatan skripsi, atau membeli/mencari skripsi orang lain untuk ditiru. Farida dan Fathiyah (2006) dalam penelitiannya memaparkan bahwa skripsi merupakan karya fundamental mahasiswa sebagai seorang calon sarjana di perguruan tinggi. Tidak heran bila ada mahasiswa yang tertantang karena menanti saat untuk membuktikan dirinya, akan tetapi ada mahasiswa yang merasa terancam karena merasa tidak mampu melewati tugas yang dirasakan berat tersebut. Pemaparan tersebut menemukan fakta bahwa tidak semua mahasiswa mampu melakukan antisipasi dan persiapan skripsi baik mental maupun materi dengan baik. Kesulitan mahasiswa pada saat menyusun skripsi cukup beragam sehingga menyebabkan mahasiswa terhambat dalam penyusunan skripsi. Hasil penelitian Farida dan Fathiyah (2006) menyebutkan bahwa permasalahan atau kesulitan yang dialami mahasiswa saat menyusun skripsi adalah kurangnya motivasi internal, segan terhadap dosen pembimbing, kurang bisa membagi waktu, sukar menuangkan ide dan tidak tahu cara menyusun skripsi, nilai mata kuliah banyak yang belum keluar, belum selesai teori, tidak memiliki dana dan fasilitas, kesulitan referensi, dan kesulitan dalam mencari lokasi dan responden penelitian. Hasil observasi dan beberapa wawancara yang peneliti lakukan terhadap mahasiswa BK FKIP UM Magelang yang sedang menyusun skripsi, banyak mahasiswa yang merasa stres dikarenakan kesulitan yang dihadapi pada saat proses penyusunan. Beberapa mahasiswa BK bahkan ada yang meluapkan keluhan tersebut melalui jejaring pertemanan seperti face-book yang pada intinya menuturkan tentang keluh kesah mereka pada saat proses skripsi, baik masalah motivasi, masalah dosen pembimbing, dan sebagainya. Kejadian mahasiswa yang menangis atau bingung setelah melakukan bimbingan skripsi dengan dosen pembimbing juga sering terjadi. Ritandiyono (2006) dalam hasil penelitiannya memaparkan tentang gejala stres yang dialami oleh mahasiswa yang berperan ganda sebagai karyawan yaitu gejala fisik seperti sakit kepala, tidur tidak teratur, susah tidur, sakit punggung, urat tegang terutama pada leher dan bahu, kelewat berkeringat, berubah selera
6
makan, lelah, serta bertambah banyak melakukan kesalahan dalam kerja dan hidup. Gejala emosional seperti mengalami gelisah, sedih/mudah menangis, mood berubah cepat, mudah tersinggung, dan gugup. Gejala intelektual seperti susah konsentrasi, sulit membuat keputusan, daya ingat menurun, melamun secara berlebihan, kehilangan rasa humor yang sehat, mudah terlupa, prestasi kerja menurun, dan dalam kerja bertambah jumlah kekeliruan yang dibuat. Gejala interpersonal seperti kehilangan kepercayaan pada orang lain dan mendiamkan orang lain. Gejala-gejala yang tampak pada saat stres merupakan bentuk reaksi atau respon individu terhadap stres itu sendiri (Scott, 2010). Widyarini (2008) melakukan penelitian tentang prokrastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi, dan hasilnya menunjukkan bahwa subjek melakukan
prokrastinasi/penundaan
pada
skripsinya.
Prokrastinasi
atau
penundaan dalam mengerjakan skripsi merupakan bentuk strategi menghadapi masalah berdasarkan emosi (emotionfocused coping). Individu melakukan prokrastinasi untuk menurunkan tingkat stres dengan cepat, akan tetapi hal tersebut tidak akan lama, dan individu akan kembali lagi kepada masalah yang sebenarnya (Palmer dan Puri, 2006). Berdasarkan kesulitan dan hambatan yang dialami, dapat dijadikan gambaran dan disinyalir bahwa mahasiswa BK FKIP UM Magelang mengalami stres pada saat menyusun skripsi, sehingga peneliti ingin mengetahui strategi menghadapi stres yang dilakukan.
B. Rumusan Masalah Bagaimana strategi menghadapi stres (coping stress) saat menyusun skripsi pada mahasiswa BK FKIP UM Magelang?
C. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat secara teoritis a. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat menambah kajian ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan stres, sumber stres dan reaksi terhadap stres serta strategi menghadapinya pada mahasiswa
7
yang sedang menyusun skripsi. Selain itu diharapkan dengan tambahan kajian ilmu ini akan dikembangkan penelitian penelitian lain yang sejenis baik dengan topik dan metode yang sama atau berbeda. b. Bagi disiplin ilmu bimbingan dan konseling, hasil penelitian ini dapat menambah referensi teoritik dalam teori stres dan strategi menghadapi masalah (coping) sehingga dapat dikembangkan keilmuan bimbingan dan konseling secara meluas, dalam dan menyeluruh. c. Bagi praktisi bimbingan dan konseling, hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi atau kajian teoritik secara mendalam terutama yang berkaitan dengan strategi dalam menghadapi stres sehingga praktisi bimbingan dan konselingpun dapat menerapkan kajian ilmu tersebut untuk subyek yang lain misalnya siswa atau konseli. 2. Manfaat secara praktis a. Bagi program studi bimbingan dan konseling, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan, pengetahuan, dan cerminan terkait dengan strategi menghadapi stres saat menyusun skripsi pada mahasiswa bimbingan dan konseling, sehingga melalui penelitian ini diharapkan akan muncul suatu kebijakan yang lebih strategis yang akan membantu mahasiswa dalam proses penyusunan skripsi. b. Bagi mahasiswa bimbingan dan konseling, hasil penelitian ini dapat dijadikan cerminan, dan sarana pembelajaran untuk dapat lebih mengantisipasi dan menyiapkan diri baik secara fisik maupun mental dalam proses menghadapi dan menyusun skripsi. c. Bagi praktisi bimbingan konseling, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
contoh
pembelajaran
dan
bahan
instropeksi
selama
menjalankan tugasnya dilapangan terutama yang berkaitan dengan stres, sumber dan reaksinya serta strategi dalam menghadapi stres baik pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, atau pada siswa dan klien-klien dengan masalah yang sejenis atau berbeda.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Stres 1. Pengertian Stres Menurut Lazarus & Folkman (Morgan, 1986), stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh (kondisi penyakit, latihan, dll) atau oleh kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali, atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan coping. Senada dengan pendapat diatas, Atkinson (2000) mengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang. Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres ini disebut sebagai respon stres. Kedua pendapat di atas didukung oleh pendapat Rice (1992) yang menuturkan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang menyebabkan individu merasa tegang. Stres adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis (Chaplin, 1999). Disisi lain, Selye (Bell, 1996), menuturkan bahwa stres diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi bertahan melawan stresor (stage of ressistance) dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan. Rasmun (2004) menjelaskan bahwa stres merupakan respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta memberikan dampak secara total pada individu baik fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual. Berbeda dengan Rasmun, Sarafino (1998) menjelaskan definisi stres dengan tiga cara yaitu sebagai berikut :
9
a. Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stresor. b. Respon, yaitu stres merupakan suatu reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara fisiologis, seperti : jantung berdebar, gemetar dan pusing, serta psikologis, seperti: takut, cemas, gugup, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung. c. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi, maupun afeksi. Berdasarkan definisi dari beberapa sumber ahli, maka dapat disimpulkan bahwa stres merupakan suatu keadaan di dalam diri individu yang dinilai menekan, mengancam, membahayakan, tidak terkendali, atau melebihi kemampuan, yang disebabkan adanya tuntutan baik secara internal maupun eksternal yang tidak dapat dihindari serta memberikan dampak secara total pada individu, sehingga muncul reaksi/respon baik secara fisik maupun psikis dan individu berupaya untuk melakukan perubahan terhadap situasi tersebut.
2. Sumber Stres (stressor) Stresor (sumber stress) adalah variabel yang dapat diidentifikasikan sebagai penyebab timbulnya stres, dan datangnya dapat sendiri-sendiri atau dapat pula bersamaan (Rasmun, 2004). Istilah stresor pertama kali diperkenalkan oleh Selye (1978) untuk membedakan antara penyebab (stressor) dan akibat/dampak (stress) ( Sheri & Radmacher, 1992). Situasi, kejadian atau objek apapun yang menimbulkan tuntutan dalam tubuh dan penyebab reaksi psikologis disebut stressor (Berry, 1998). Stresor dapat berwujud atau berbentuk fisik seperti polusi udara, dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial seperti interaksi sosial, pikiran atau perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun
imajinasi
(Indri
Kemala,
10
2007).
Lazarus
&
Cohen
(Sheri&Radmacher, 1992) mengidentifikasi stresor ke dalam tiga kategori yaitu: a. Cataclysmic Stressor Merupakan kejadian yang terjadi pada beberapa orang atau keseluruhan komunitas dalam waktu yang bersamaan. Biasanya stresor ini tidak dapat diprediksi, memiliki pengaruh yang kuat, dan memerlukan upaya besar untuk dapat menghadapinya. b. Personal Stressor (stresor personal) Stresor personal berpengaruh secara individu, termasuk kejadian seperti gagal ujian, PHK, atau bercerai. Kejadian tersebut mungkin dapat diprediksi atau tidak dapat diprediksi, tetapi tetap berdampak kuat dan membutuhkan upaya besar untuk mengatasinya. Stresor personal kadangkadang dapat lebih sulit dalam upaya mengatasinya dibandingkan Cataclysmic stressor dikarenakan kurangnya dukungan. Dukungan dari kelompok yang sama dapat membantu individu yang mengalami personal stresor. c. Background Stressor (stresor dasar) Merupakan “pertengkaran sehari-hari” dalam hidup. Walaupun kecil, namun terjadi secara terus menerus, merupakan masalah yang mengganggu dan menyebabkan individu stres (Sheri&Radmacher, 1992). Masalah-masalah yang termasuk dalam stresor dasar antara lain kebisingan ditempat kerja, mati lampu, atau profesor/guru/dosen yang keterlaluan atau tidak masuk akal.
Mason (Aldwin, 2007) juga menuturkan bahwa stres dipandang sebagai stimulus dari luar yang berbahaya yang menyangkut organisme (individu). Sumber dari luar tersebut terdiri dari: a. Stresor fisik (Physical Stressor) Stresor fisik terdiri dari trauma, yang serta merta membahayakan tubuh (seperti kecelakaan, bencana alam, kebakaran) dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung dan berbahaya seperti polusi udara, keributan/gaduh, dan bangunan yang tidak sehat misalnya ruangan yang tertutup, kurangnya ventilasi udara, ruangan yang penuh bahan kimia dan sebagainya.
11
b. Stresor sosial-budaya (Sociocultural tressor) Ketika kejadian yang membuat stres seperti kehilangan pekerjaan atau bercerai dipandang sebagai masalah psikologis pada individu, sosiologis lebih cenderung melihat sumber dari kejadian hidup berasal dari struktur sosial. Pearlin (Aldwin 2007) berpendapat bahwa stres muncul sebagai fungsi dari sumber distribusi sosial seperti peran dan status individu. Kurangnya salah satu atau kedua sumber (peran dan status) tersebut akan meningkatkan kemungkinan stres atau memperburuk stres yang telah terjadi. Contoh:
kemiskinan,
kerumunan
orang,
konflik
dalam
hubungan
interpersonal, peran sebagai seorang tahanan, masalah yang berkaitan dengan lingkungan seperti bertetangga dengan orang bengis, tinggal di lingkungan yang miskin, atau peran sebagai pelajar. Disisi lain, Sarafino (1998) menjelaskan sumber-sumber stres yang dapat menyertai sepanjang hidup manusia berasal dari : a. Sumber yang berasal dari individu Hal pertama yang menyebabkan stress yang berasal dari individu misalnya adalah adanya penyakit (illness). Sakit mempengaruhi system biologis dan psikologis dan derajat stres tersebut tergantung pada keseriusan penyakit dan umur individu, dibandingkan faktor yang lain. Contoh lain yang menyebabkan stres dari individu adalah adanya pertentangan internal yang kuat yang disebut dengan konflik. Konflik adalah sumber utama dari stres. Sebagai contoh, individu mendapatkan dua tawaran pekerjaan yang samasama menguntungkan dan harus memilih satu, mendapatkan tawaran pengobatan yang berbeda, memilih rumah yang akan dibeli. Pada intinya sumber dari individu adalah sumber stres yang berasal dalam individu. b. Sumber yang berasal dari keluarga Tingkah laku, kebutuhan, dan kepribadian dari masing-masing anggota keluarga serta interaksi dengan anggota keluarga yang lain mempunyai dampak yang kuat dan kadang-kadang dapat menyebabkan stres. Konflik interpersonal dalam keluarga dapat dimulai dari masalah keuangan, kurangnya perhatian, atau dari perbedaan tujuan. Hal tersebut dapat dilihat
12
dari perdebatan saudara kandung dalam memilih program televisi, atau ketika orang tua menghadapi anak remajanya yang membunyikan musik dengan keras. Tinggal dengan anggota keluarga yang padat dapat meningkatkan konflik keleluasaan pribadi, contohnya dalam penggunaan fasilitas keluarga seperti kamar mandi. Bertambahnya anggota keluarga baru, perceraian, penyakit dan kematian dalam keluarga juga merupakan sumber stres dalam lingkungan ini. c. Sumber yang berasal dari masyarakat dan lingkungan Kontak dengan orang lain diluar keluarga memberikan banyak sumber yang menyebabkan stres. Sebagai contoh, pengalaman stres anak di sekolah dan persaingan seperti olahraga dan pertunjukan band (Sarafino, 1998). Banyak stres yang dialami oleh orang dewasa bersumber dari hubungan mereka dengan pekerjaan, dan berbagai situasi dari lingkungan sekitar.
Rasmun (2004) menjelaskan bahwa sumber stres dapat berasal dari dalam dan luar tubuh, sumber stress dapat berupa biologik/fisiologik, kimia, psikologik, sosial dan spiritual. a. Stresor Biologik dapat berupa mikroba, bakteri, virus dan jasad renik lainnya, hewan, binatang, bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan, misalnya: tumbuhnya jerawat, demam, digigit binatang dan lain-lain yang dipersepsikan dapat mengancam konsep diri individu. b. Stresor fisik dapat berupa perubahan iklim, cuaca, suhu, alam, geografi yang meliputi letak tempat tinggal, domisili, demografi, berupa jumlah anggota keluarga, nutrisi, radiasi, kepadatan penduduk, imigrasi, kebisingan, dan lain-lain c. Stresor kimia, berasal dari adalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa (gula darah) sedangkan dari luar tubuh dapat berupa obat, pengobatan, pemakaian alkohol, nikotin, cafein, polusi udara, gas beracun, insektisida,pencemaran
lingkungan,
pengawet, pewarna, dan sebagainya.
13
bahan-bahan
kosmetika,
bahan
d. Stresor sosial psikologik yaitu penamaan (labeling) dan prasangka, ketidakpuasan terhadap diri sendiri, kekejaman (perkosaan, aniaya) konflik peran, percaya diri yang rendah, perubahan ekonomi, emosi yang negatif, dan kehamilan e. Stresor spiritual yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai keTuhanan. Situasi dalam hidup yang membuat stres cukup beragam. Selain yang pemaparan diatas, beberapa ahli juga menambahkan tentang sumber stres.
Kejadian yang melibatkan tuntutan yang kuat dan dengan jarak yang berdekatan cenderung dilihat sebagai hal yang penuh tekanan. Peralihan (transisi) dalam hidup juga cenderung membuat stres. Kehidupan memiliki banyak kejadian pokok yang menandakan pergeseran dari satu kondisi atau fase menuju kondisi atau fase yang lain, yang akan menghasilkan perubahan yang substansial dan tuntutan baru dalam hidup kejadian ini disebut dengan transisi, seperti : hari pertama masuk sekolah, berpindah ke komunitas baru, pubertas yang diiringi perubahan biologis dan sosial, mulai kuliah terutama yang jauh dari rumah, memasuki karir, menikah, menjadi orang tua, kehilangan pasangan karena bercerai atau meninggal, mengundurkan diri dari pekerjaan (Sarafino, 1998). Berdasarkan berbagai pendapat para ahli mengenai sumber-sumber stres, dapat disimpulkan bahwa sumber stres (stressor) dapat berasal dari: a. Dalam diri individu (internal) Sumber stres yang berasal dari dalam individu (internal ) merupakan tekanan atau situasi menekan yang berasal dari individu sendiri contohnya seperti adanya penyakit, kondisi tubuh, berkaitan dengan motivasi, pikiran pikiran negatif, kegagalan, konflik batin, prasangka, ketakutan dan kecemasan, dan sebagainya baik yang berbentuk nyata atau imajiner. b. Dari luar individu (eksternal). Sumber stres yang berasal dari luar individu (eksternal) merupakan tekanan atau situasi menekan yang berasal dari luar individu, dapat berasal
14
dari keluarga, lingkungan sekitar, masyarakat atau komunitas sosial. Sebagai contoh yaitu kebisingan di tempat kerja, macet, iklim, cuaca, gaya hidup, konflik dalam keluarga, dan sebagainya yang berasal dari luar individu.
B. Tinjauan tentang Strategi Menghadapi Masalah (Coping) 1. Pengertian Strategi Menghadapi Masalah (Coping) Folkman dan Lazarus, 1988 (Sheri&Radmacher, 1992) mendefinisikan strategi menghadapi masalah (coping) sebagai upaya secara kognitif dan behavioral untuk mengatur tuntutan eksternal dan atau internal yang spesifik yang dinilai sebagai beban atau melebihi kemampuan individu. Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Sarafino (1998) mengartikan strategi menghadapi masalah adalah proses individu untuk mengatur perasaan ketidaksesuaian antara tuntutan dan kemampuan dalam situasi stres yang dialami. Strategi memecahkan masalah adalah tindakan teratur dalam situasi stres‟ yang berarti bagaimana individu menggerakkan, memandu, memberi tenaga, dan mengatur tingkah laku, emosi dan orientasi, atau bagaimana individu gagal untuk melakukannya dalam kondisi stres tersebut. Frydenberg (2008) menggambarkan strategi menghadapi masalah sebagai pemikiran, perasaan dan tindakan yang dilakukan oleh individu untuk berurusan dengan situasi bermasalah yang ditemui setiap hari dan dalam kejadian khusus. Menurut Rasmun (2004), strategi menghadapi masalah adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stres, dan merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Berdasarkan pemaparan para ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi menghadapi masalah (coping) adalah upaya secara kognitif dan atau behavioral (perilaku) yang dilakukan oleh individu untuk menggerakkan, memandu, memberi tenaga, mengatur emosi, tingkah laku dan orientasi terhadap tuntutan baik internal maupun eksternal sebagai respon individu terhadap situasi stres yang dialami setiap hari dan atau pada kejadian-kejadian khusus.
15
2. Komponen Srategi Menghadapi Masalah/SMM (coping) Antonovsky (Sheri&Radmacher, 1992) mengemukakan bahwa setiap strategi menghadapi masalah memiliki tiga komponen utama, yaitu rasionalitas, fleksibilitas, dan melihat lebih jauh. a. Rasionalitas (rationality) Didefinisikan sebagai keakuratan, dan keobjektifan dalam menilai situasi atau sumber stres. Tekanan kuat yang berada pada penilaian kognitif dapat menimbulkan kecenderungan untuk mengabaikan pentingnya realitas yang objektif. b. Fleksibilitas (flexibility) Didefinisikan sebagai ketersediaan bermacam strategi memecahkan masalah
untuk
mengatasi
sumber
stress
dan
kerelaan
untuk
mempertimbangkan strategi-strategi tersebut. Fleksibilitas termasuk memilih strategi yang paling tepat dengan batasan budaya. Individu yang kekurangan fleksibilitas, tidak dapat mengatur stres dengan baik. c. Melihat lebih jauh (farsightedness) Merupakan kemampuan untuk mengantisipasi konsekuensi dari bermacam strategi
menghadapi
masalah.
Kemampuan melihat
lebih jauh ini
berhubungan dengan tahap perkembangan kognisi yang disebut tahap operasi formal. Kurangnya kemampuan ini dapat membuat individu memperburuk masalah yang sudah ada. Misalnya individu yang menjadi pecandu alkohol untuk melupakan masalahnya. Hal tersebut bukan menyelesaikan masalah, tetapi dapat memperburuk atau menambah masalah. Individu yang memiliki ketiga komponen tersebut dengan baik, maka individu tersebut cenderung memiliki kemampuan menghadapi masalah dengan baik, dan sebaliknya individu yang memiliki kekurangan terhadap salah satu atau ketiga komponen tersebut cenderung kurang baik dalam menghadapi masalahnya.
16
3. Bentuk Strategi Menghadapi Masalah (SMM) Lazarus, Folkman dkk (Sarafino, 1998) mengklasifikasikan strategi menghadapi masalah dalam dua tipe yaitu emotionfocused coping (SMM berfokus emosi) dan problem –focused coping (SMM berfokus masalah). a. Emotion-focused coping (SMM berfokus emosi/SMM-E) Merupakan strategi menghadapi masalah dengan menunjukkan kontrol respon emosi dalam menangani situasi stres atau yang berhubungan dengan sumber stres. Individu cenderung menggunakan SMM berfokus emosi ketika individu percaya tidak ada yang dapat dilakukan untuk merubah situasi stres. Individu dapat mengatur respon emosionalnya melalui perilaku dan kognitif. Contoh SMM-E melalui perilaku adalah penggunaan alkohol atau obat-obatan terlarang, mencari dukungan sosial dari teman atau relasi, dan terlibat dalam aktifitas seperti olahraga atau menonton televisi yang dapat mengalihkan perhatian dari masalah. SMM-E melalui kognisi, melibatkan bagaimana individu berpikir tentang situasi stres. Termasuk didalamnya yaitu penilaian kembali (reappraisal), menghindari (avoidance), penyangkalan/penolakan (denial), penundaan, dan memutuskan (deciding). SMM-E meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1) Menjauhkan diri (distancing), yaitu upaya kognitif untuk melepaskan diri dari situasi stres, atau menciptakan gambaran positif terhadap situasi stres. Contoh: individu yang memiliki penyakit berusaha untuk tidak terlalu memikirkan tentang penyakitnya itu. 2) Pelarian – Menghindar (escape – avoidance), yaitu membayangkan dengan sepenuh hati tentang situasi stress atau mengambil tindakan untuk melarikan diri atau menghindarinya. Contohnya dengan makan berlebih, tidur, berkhayal bahwa masalah tiba-tiba dapat berlalu, minum alkohol, merokok, menggunakan obat-obat terlarang, atau menjalani pengobatan. 3) Kontrol diri (self- control), yaitu usaha untuk mengatur perasaan atau tindakan
yang
berhubungan
dengan
masalah.
Contoh:
individu
menyembunyikan perasaan tentang masalahnya untuk mencegah interaksi
17
emosional dengan individu lain atau individu mengambil keputusan secara pelan-pelan untuk mencegah pilihan yang bersifat impulsif. 4) Menerima tanggungjawab (accepting responsibility), yaitu mengakui bahwa diri sendiri memiliki peran dalam masalah tersebut. Contoh: mengkritik diri sendiri, atau instropkesi diri. 5) Penilaian
positif
(positive-reappraisal),
yaitu
mencoba
untuk
menciptakan atau menemukan makna positif dari sebuah situasi sebagai pengalaman dalam perkembangan individu atau dengan sentuhan agama/spiritual. Contoh: individu menilai bahwa dirinya dapat menjadi lebih kuat setelah pengalaman masalahnya dan dapat mengembangkan keyakinan yang dimiliki dengan lebih kuat. Strategi menghadapi masalah yang berfokus pada emosi mungkin terlihat tidak sehat karena terkadang hal tersebut terkadang melibatkan penipuan diri dan distorsi kenyataan. Sedikit berimajinasi dibutuhkan untuk kesehatan mental, dan humor sangat efektif untuk SMM-E.
b. Problem- focused coping (SMM berfokus masalah/SMM-M) Merupakan strategi menghadapi masalah dengan tujuan mengurangi atau menghilangkan tuntutan dari sumber stres atau situasi stres. Individu cenderung akan menggunakan SMM berfokus masalah ketika individu berpikir sumber stres dapat ditangani. Matheny, dkk (Sheri & Radmacher, 1992) mengidentifikasi taktik SMM-M meliputi : 1) Monitoring stres (stress monitoring), menyangkut kewaspadaan terhadap meningkatnya tekanan atau situasi stres dan berbagai hal yang menyebabkan situasi tersebut. 2) Penstrukturan (structuring), termasuk mengumpulkan informasi tentang sumber stress, mendata sumber-sumber/kemampuan mendukung yang ada atau yang dapat digunakan, dan merencanakan untuk menggunakannya. 3) Ketrampilan sosial (social skill), termasuk didalamnya ketegasan (assertiveness), kekariban (intimacy) dan keterbukaan diri (selfdisclosure).
18
Individu dapat menggunakan keterampilan sosialnya untuk mengatur/ mengatasi situasi stres dengan meningkatkan dukungan sosial, negosiasi, atau komunikasi.
Strategi menghadapi masalah berfokus masalah (SMM-M) memiliki beberapa aspek yaitu : 1) Pemecahan masalah yang penuh perencanaan (planful problem-solving), yaitu menganalisa situasi untuk sampai pada solusi dan kemudian mengambil tindakan langsung untuk mengoreksi masalah. Contoh: individu yang dihadapkan pada dua atau lebih pilihan pekerjaan, kemudian mempelajari dan mencari tahu segala informasi dari setiap pekerjaan yang ditawarkan sebelum memutuskan untuk memilih. 2) Strategi menghadapi masalah secara konfrontatif (confrontative coping), yaitu upaya secara agresif, mengambil tindakan tegas untuk merubah situasi (walaupun seringkali melibatkan kemarahan atau tindakan beresiko). 3) Mencari dukungan sosial (seeking social support), (dapat SMM-M atau SMM-E) merupakan usaha untuk mendapatkan informasi atau dukungan emosional dari orang lain terhadap situasi stres. Contoh: individu yang sedang berada dalam situasi stres mencoba untuk mencari informasi dari individu lain misal teman atau keluarga untuk mendapatkan masukan atau solusi, selain itu juga untuk mendapatkan dukungan emosional. Kesuksesan SMM-M memerlukan komponen kognitif yang baik yaitu rasionalitas, fleksibilitas, dan melihat lebih jauh (Sheri & Radmacher, 1992). Dalam mengukur kecenderungan strategi menghadapi masalah yang digunakan oleh individu, Lazarus, Folkman, dkk menggunakan ke delapan aspek strategi mengadapi masalah untuk menyusun The Ways of Coping Scale dalam mengidentifikasi kecenderungan individu menggunakan SMM-E (berfokus emosi) atau SMM-M (berfokus masalah). Individu cenderung menggunakan strategi menghadapi masalah yang berfokus pada masalah ketika individu memiliki persepsi bahwa pemicu stres yang ada
19
dapat diubah (Maifrisco, 2008). Ketika individu percaya tidak ada yang dapat dilakukan untuk merubah kondisi stres, mereka cenderung lebih suka untuk menggunakan strategi menghadapi masalah yang berfokus pada emosi (Lazarus & Folkman, 1984b; Sarafino, 1998). Akan tetapi strategi menghadapi masalah berfokus emosi dan masalah dapat digunakan secara bersamaan dalam menghadapi suatu situasi stres, dan pada dasarnya individu sering melakukannya (Sarafino, 1998). Taylor (1995) juga memaparkan model strategi memecahkan masalah dengan dua tipe yaitu avoidane (minimizing) atau menghindar dan confrontation (vigilant) atau konfrontasi/waspada. Teori taylor tersebut pada intinya senada dengan teori yang disampaikan oleh Lazarus. Menghindar termasuk didalam strategi menghadapi masalah berfokus emosi sedangkan konfrontasi/waspada termasuk dalam strategi menghadapi masalah berfokus masalah. Aspek mencari dukungan sosial (seeking social support) dapat masuk kedalam SMM-E atau SMM-M tergantung dari konteks tindakan yang diambil oleh individu dalam menghadapi situasi stres. Ketika individu mencari dukungan sosial untuk mencari informasi yang relevan terkait solusi atas masalahnya hal tersebut masuk dalam SMM-M, akan tetapi bila individu mencari dukungan sosial untuk mendapatkan kenyamanan emosional dari orang yang disayangi atau lingkungan sekitar hal tersebut masuk dalam SMM-E.
C. Dinamika Penelitian Memasuki universitas acapkali membuat mahasiswa dilanda stres, karena harus memasuki lingkungan yang baru, begitu pula pada saat mahasiswa akan keluar dari universitas atau lulus, karena untuk dapat lulus dari perguruan tinggi dan mendapatkan gelar sarjana, mahasiswa harus menempuh persyaratan salah satunya adalah dengan skripsi/tugas akhir. Akan tetapi, tidak semua mahasiswa dapat lulus dengan lancar dan tepat waktu, bahkan ada beberapa mahasiswa yang sampai drop-out karena sampai batas waktu masa kuliah yaitu 14 semester mahasiswa tidak mampu untuk menyelesaikan skripsinya. Palmer dan Puri (2006) menuturkan bahwa ujian universitas, seringkali membuat mahasiswa berada pada situasi stres, karena sebagian berpendapat
20
bahwa ujian merupakan ajang untuk pembuktian kemampuan diri. Ditambah lagi dengan tuntutan baik dari keluarga atau diri sendiri yang mengharapkan untuk mendapat hasil memuaskan dari hasil belajar di universitas dan berharap untuk dapat memasuki karir yang bagus setelah lulus. Hal tersebut juga berlaku pada proses skripsi yang harus ditempuh oleh mahasiswa sebagai seorang calon sarjana. Hasil observasi yang dilakukan, permasalahan dialami mahasiswa BK FKIP UM Magelang saat mengerjakan skripsi adalah kurangnya motivasi internal, segan terhadap dosen pembimbing, kurang bisa membagi waktu, sukar menuangkan ide dan tidak tahu cara menyusun skripsi, nilai mata kuliah banyak yang belum keluar, belum selesai teori, tidak memiliki dana dan fasilitas, kesulitan referensi, dan kesulitan dalam mencari lokasi dan responden penelitian. Fakta-fakta tersebut menggambarkan bahwa mahasiswa seringkali mengalami kesulitan dalam proses penyusunan skripsi yang menyebabkan mahasiswa berada dalam situasi stres karena banyaknya tuntutan atau situasi menekan baik secara internal ataupun eksternal dan dampak ekstrim dapat memicu kepada tindakan bunuh diri. Situasi stres yang dialami mahasiswa pada saat menyusun skripsi secara otomatis akan menimbulkan reaksi atau respon terhadap mahasiswa sendiri baik secara fisik, psikis, perilaku maupun kognisi. Pada saat mengalami situasi stres, individu akan berupaya untuk menghadapi situasi tersebut baik dengan strategi berfokus masalah (SMM-M) atau strategi berfokus emosi (SMM-E). Hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa mahasiswa BK FKIP UM Magelang yang sedang menyusun skripsi, banyak mahasiswa yang merasa stres dikarenakan kesulitan yang dihadapi pada saat proses penyusunan. Beberapa mahasiswa BK bahkan ada yang meluapkan keluhan tersebut melalui media sosial yang pada intinya menuturkan tentang keluh kesah mereka pada saat proses skripsi, baik masalah motivasi atau masalah dosen pembimbing. Kasus yang terjadi beberapa waktu terakhir menyebutkan bahwa terdapat beberapa mahasiswa BK FKIP UM Magelang yang terbukti melakukan plagiat skripsi. Berdasar fakta dan hasil pengamatan, peneliti berasumsi bahwa terdapat situasi atau sumber stres dan reaksi yang menyertai mahasiswa yang sedang
21
menyusun skripsi serta mahasiswa berupaya untuk menghadapi situasi stres tersebut baik dengan SMM-M atau dengan SMM-E. Oleh karena itu maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi menghadapi stres (coping stress) saat menyusun skripsi pada mahasiswa BK FKIP UM Magelang.
D. Pertanyaan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Untuk mempermudah pelaksanaan studi ini peneliti menguraikan pokok masalah yang akan diteliti dalam bentuk pertanyaan penelitian. Berdasarkan kajian teori dan dinamika penelitian maka dapat diajukan beberapa pertanyaan yang akan dijawab melalui studi ini, yaitu : Bagaimana kecenderungan strategi menghadapi masalah stres saat menyusun skripsi pada mahasiswa prodi BK FKIP UM Magelang?
22
BAB III METODE PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Dikatakan kuantitatif karena data dalam penelitian ini dinyatakan dengan angka statistik, deskriptif karena data yang dihasilkan tidak untuk mengontrol terhadap perlakuan, dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan tentang suatu variabel, gejala atau keadaan seperti apa adanya (Suharsimi Arikunto, 2007). Penelitian
disebut
dengan
deskriptif
bila
peneliti
tidak
ingin
menggabungkan variabel yang satu dengan variabel yang lain, tetapi hanya ingin mengetahui keadaan masing-masing variabel secara lepas (Suharsimi Arikunto, 2007). Data dari masing-masing variabel dalam penelitian ini berdiri sendiri dan terpisah. Hasil penelitian yang berbentuk data kuantitatif, diolah, dianalisis, dan dideskripsikan sesuai gambaran keadaan lapangan yang sebenarnya dan apa adanya.
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UM Magelang pada bulan Februari sampai dengan Mei 2016.
B. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah strategi menghadapi stres saat menyusun skripsi pada mahasiswa BK FKIP UM Magelang.
C. Subyek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah sampel dari mahasiswa prodi BK FKIP UM Magelang yang sedang menyusun skripsi.
23
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap dalam suatu penelitian. Biasanya sikap dalam skala Likert diekspresikan mulai dari yang paling negatif, sampai ke yang paling positif atau sebaliknya. Skala Likert dalam penelitian ini disusun untuk mengetahui strategi menghadapi stres saat menyusun skripsi pada mahasiswa BK FKIP UM Magelang. Skala yang disusun memiliki gradasi jawaban yaitu tidak pernah (TP), jarang (J), kadang-kadang (K), sering (SR) dan selalu (SL). Cara menyusun instrumen penelitian menurut Sugiyono (2008) yaitu : a. Menjabarkan variabel-variabel penelitian yang merupakan titik tolak dari penyusunan instrumen. b. Variabel-variabel tersebut diberikan atau dijabarkan definisi operasionalnya c. Kemudian dari definisi operasional, ditentukan indikator-indikator yang akan diukur d. Menjabarkan indikator ke dalam butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang dibantu dengan kisi-kisi instrumen.
Berdasarkan langkah penyusunan instrumen yang telah disebutkan diatas, lebih lanjut keseluruhan langkah tersebut akan dirangkum dalam penyusunan skala berikut ini: Variabel strategi menghadapi stres saat menyusun skripsi pada mahasiswa BK FKIP UM Magelang 1) Definisi Operasional Strategi menghadapi stres saat menyusun skripsi adalah upaya secara kognitif dan atau perilaku yang dilakukan oleh individu untuk menggerakkan, memandu, memberi tenaga, mengatur emosi, tingkah laku dan orientasi terhadap tuntutan internal maupun eksternal sebagai respon individu terhadap situasi stres yang dialami pada saat menyusun skripsi, baik berfokus pada emosi maupun berfokus pada masalah. 2) Lazarus, Folkman dkk (Sheri& Radmacher, 1992 dan Sarafino, 1998) mengklasifikasikan strategi menghadapi masalah dalam dua tipe yaitu
24
emotion-focused coping (SMM berfokus emosi/SMM-E) dan problem – focused coping (SMM berfokus masalah/SMM-M). SMM berfokus Emosi meliputi 5 aspek yaitu: a) Menjauhkan diri (distancing), yaitu upaya kognitif untuk melepaskan diri dari situasi stres, atau menciptakan gambaran positif terhadap situasi stres. b) Pelarian – Menghindar (escape – avoidance), yaitu membayangkan dengan sepenuh hati tentang situasi stres atau mengambil tindakan untuk melarikan diri atau menghindarinya. c) Kontrol diri (self- control), yaitu usaha untuk mengatur perasaan atau tindakan yang berhubungan dengan masalah. d) Menerima tanggungjawab (accepting responsibility), yaitu mengakui bahwa diri sendiri memiliki peran dalam masalah tersebut. e) Penilaian
positif
(positive-reappraisal),
yaitu
mencoba
untuk
menciptakan atau menemukan makna positif dari sebuah situasi sebagai pengalaman dalam perkembangan individu atau dengan sentuhan agama/spiritual.
Sedangkan SMM-M meliputi 3 aspek yaitu : a) Pemecahan masalah yang penuh perencanaan (planful problemsolving), yaitu menganalisa situasi untuk sampai pada solusi dan kemudian mengambil tindakan langsung untuk mengoreksi masalah. b) Strategi menghadapi masalah secara konfrontatif (confrontative coping), yaitu upaya secara agresif, mengambil tindakan tegas untuk merubah situasi (walaupun seringkali melibatkan kemarahan atau tindakan beresiko). c) Mencari dukungan sosial (seeking social support), (dapat masuk SMM-M atau SMM-E) merupakan usaha untuk mendapatkan informasi atau dukungan emosional dari orang lain terhadap situasi stres.
25
Berdasarkan definisi operasional dan teori yang telah dikemukakan, maka kisi-kisi instrumen sebelum uji coba untuk variabel strategi menghadapi stres saat menyusun skripsi pada mahasiswa BK FKIP UM Magelang adalah sebagai berikut : Tabel 1. Kisi-kisi penyusunan skala strategi menghadapi stres sebelum uji coba Variabel
Sub
penelitian
Variabel
Strategi
Startegi
Menghadapi Menghadapi
Indikator
Deskriptor
Menjauhkan diri
Upaya kognitif
(Distancing)
untuk
Masalah
Masalah
melepaskan diri
Stres
Berfokus
dari situasi stres
(Coping
Emosi
Mencipatkan
Stress)
(SMM-E)
gambaran positif Pelarian-
Membayangkan
Menghindar
dengan sepenuh
(escapeavoidance)
hati Tindakan
Jml
No
Butir
Butir
4
1, 2, 21, 22
4
23, 24 4
5
(self-control)
perasaan
Mengatur
7, 8, 27, 28,
atau menghindar Mengatur
5, 6, 25, 26
melarikan diri
Kontrol diri
3, 4,
29 4
9, 10, 30, 31
5
tindakan
11,12, 32, 33, 34
Menerima
Mengakui bahwa
tanggungjawab
diri
(accepting
sendiri memiliki
responsibility)
peran dalam
5
13, 14, 35, 36, 37
masalah. Penilaian positif
Menciptakan
(positive
atau menemukan
26
4
15, 16, 38, 39
reappraisal)
makna positif Sentuhan agama
4
17, 18, 40, 41
Mencari
Mencari
dukungan sosial
dukungan
(seeking social
secara emosional
3
19,20, 42
support) Strategi
Pemecahan
Menganalisa
Menghadapi
masalah dengan
situasi untuk
Masalah
perencanaan
sampai solusi
Berfokus
(planful problem
Mengambil
Masalah
solving)
tindakan
(SMM-M)
4
43, 44, 55, 56
5
45, 46, 57, 58,
langsung untuk
59
mengoreksi masalah Konfrontasi
Upaya agresif
(confrontative
secara positif
coping)
untuk merubah
5
47, 48, 60, 61, 62
situasi Upaya agresif
4
secara negatif
49, 50, 63, 64
untuk merubah situasi Mengambil
5
tindakan tegas
51, 52, 65, 66, 67
Mencari dukungan
Mendapatkan
sosial (seeking
informasi
5
53, 54, 68, 69
social support)
Jumlah total
70
70
Petunjuk pengisian angket ini, responden diminta untuk memberikan tanda centang (√) pada salah satu pilihan jawaban yang sudah disediakan yang sesuai
27
dengan keadaan dirinya dengan pilihan jawaban yaitu TP (tidak pernah), J (jarang), K (kadang-kadang), SR (sering) dan SL (selalu).
E. Uji Coba Instrumen Uji Coba instrumen dilakukan terhadap 36 mahasiswa BK FKIP UM Magelang yang sedang menyusun skripsi. Uji coba instrumen penelitian biasanya dengan jumlah 30-35 orang sudah mencukupi dan dipilih responden yang keadaanya kurang lebih sama dengan responden sesungguhnya.
F. Uji Validitas Instrumen dan Reliabilitas Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen Dalam pelaksanaannya, uji validitas skala
ini
dibantu
dengan
menggunakan komputer SPSS versi 17. Syaifudin Azwar (2010) menuturkan bahwa validitas angket lebih ditentukan oleh kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak diungkap, sedangkan validitas skala psikologi lebih ditentukan oleh kejelasan konsep psikologis yang hendak diukur dan operasionalisasinya. Lebih lanjut, dalam hal seleksi item, Syaifuddin Azwar mengemukakan bahwa sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total, biasanya digunakan batasan r ≥ 0,30. semua item yang mencapai koefesien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Batasan ini merupakan suatu konvensi, sehingga penyusun tes boleh menentukan sendiri batasan daya diskriminasi item dengan pertimbangan isi dan tujuan skala yang disusun. Apabila jumlah item lolos masih belum mencukupi, penyusun boleh menurunkan sedikit batas kriteria misalnya menjadi 0,25, namun menurunkan batas kriteria r dibawah 0,20 sangat tidak disarankan. Berpedoman
pada
penuturan
Syaifuddin
Azwar
diatas,
peneliti
menentukan batas korelasi item r ≥ 0,25 demi tercapainya jumlah item yang seimbang dan mencukupi bagi keperluan penelitian. Setelah dilakukan uji coba instrumen, diperoleh rentangan nilai r yaitu antara r = 0, 006 sampai dengan r = 0, 726 dan item gugur bila nilai r dibawah 0,25. Item skala yang pada awalnya berjumlah 70 setelah uji coba gugur sebanyak 26 item sehingga berkurang menjadi 44 item, akan tetapi terdapat 4 item yang kembali dipakai meskipun 28
secara konsistensi internal telah gugur yaituitem 7, 17,18 dan 27 sehingga skala final strategi menghadapi stres berjumlah 48.
2. Uji reliabilitas Reliabilitas menunujuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002). Setelah dilakukan ujicoba instrumen pada skala strategi menghadapi stres, diperoleh nilai reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,902 untuk skala sumber stres dan sebesar 0,873 untuk skala strategi menghadapi stres, dimana kedua nilai reliabilitas tersebut dianggap memenuhi syarat karena lebih dari 0,6 dan hampir mendekati 1.
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini secara umum adalah analisis deskriptif terhadap data kuantitatif atau biasa disebut dengan analisis data deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif yang digunakan yaitu menggunakan teknik frekuensi, persentase, mean, standar deviasi, dan grafik-grafik penyajian data yang mendukung hasil penelitian. Menurut Anas Sudijono (1997) dalam statistik, frekuensi mengandung pengertian angka (bilangan) yang menunjukkan seberapa kali suatu variabel (yang dilambangkan dengan angka-angka itu) berulang dalam deretan angka tersebut atau berapa kali suatu variabel muncul dalam deretan angka tersebut. Selanjutnya Anas Sudijono juga menuturkan tentang teknik persentase yang menunjuk pada frekuensi yang dituangkan dalam angka persen disebut dengan frekuensi relatif. Menurut Arikunto (2007) dalam mengelompokkan data menjadi kategori yang dikehendaki, dapat menggunakan rerata dan standar deviasi (SD) yang telah diketahui dengan mencari batas masing-masing kategori. Analisis untuk strategi menghadapi stres dilakukan kategorisasi jenjang (ordinal). Syaifuddin Azwar (2010) menuturkan bahwa tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu kedalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur. Kontinum ini
29
misalnya dari rendah ke tinggi, dari buruk ke paling baik, dari tidak puas ke sangat puas, dan semacamnya. SMM dalam penelitian ini, individu akan dikategorikan menjadi tiga jenjang yaitu SMM-Emosi berkategori rendah, sedang, tinggi dan SMM-Masalah berkategori rendah, sedang, dan tinggi karena pada dasarnya individu menggunakan dua Strategi Menghadapi Masalah tersebut. Merujuk pada penjelasan Syaifuddi Azwar (2010) berikut adalah langkah-langkah pengkategorian SMM dalam penelitian ini : 1. Menentukan skor tertinggi dan terendah 2. Menghitung mean ideal (M) yaitu ½ (skor tertinggi + skor terendah) 3. Menghitung standar deviasi (SD) yaitu 1/6 (skor tertinggi – skor terendah)
Batas antara kategori tersebut adalah (M+1SD) dan (M-1SD). Lebih jelasnya lagi, kategori tersebut dapat diamati dalam tabel berikut: Tabel 2. Kategori Strategi Menghadapi Masalah berfokus Emosi (SMM-E) Batas (Interval)
Kategori
skor < (M-1SD) SMM-E
Rendah
(M-1SD) ≤ skor < (M+1SD) SMM-E
Sedang
(M+1SD) ≤ skor SMM-E
Tinggi
Tabel 3.Kategori Strategi Menghadapi Masalah berfokus Masalah (SMM-M) Batas (Interval)
Kategori
skor < (M-1SD) SMM-M
Rendah
(M-1SD) ≤ skor < (M+1SD) SMM-M
Sedang
(M+1SD) ≤ skor SMM-M
Tinggi
Keterangan : X = skor subyek M = mean ideal SD = Standar Deviasi
30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Seting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Magelang yang beralamatkan di Jalan Tidar No.21 Magelang khususnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan difokuskan pada jurusan Bimbingan dan Konseling. Hasil dari penelitian ini untuk mengetahui strategi menghadapi stres pada saat menyusun skripsi pada mahasiswa BK FKIP UM Magelang. Berdasarkan tabel diatas dapat dicermati bahwa dari ke-57 subyek yang terlibat dalam penelitian, 24,6% atau 14 orang mahasiswa berjenis kelamin lakilaki dan 75,4% atau 43 orang mahasiswa berjenis kelamin perempuan yang keseluruhannya merupakan mahasiswa BK FKIP UM Magelang yang sedang menyusun skripsi.
i. Hasil Penelitian 1. Strategi Menghadapi Stres (Coping Stress) saat Menyusun Skripsi pada Mahasiswa BK FKIP UM MAGELANG. Pada BAB II telah dipaparkan bahwa strategi menghadapi stres terdiri dari dua fokus yaitu Strategi Menghadapi Masalah berfokus Emosi (SMM-E) dan Strategi Menghadapi Masalah berfokus Masalah (SMM-M). Pada BAB III juga telah dijelaskan bahwa untuk mengetahui strategi menghadapi stres yang dilakukan oleh mahasiswa dilakukan kategorisasi berjenjang (ordinal) yaitu tinggi, sedang, dan rendah untuk masing-masing kategori SMM-E dan SMMM. Berikut adalah pemaparan hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab pertanyaan penelitian tentang bagaimana Strategi Menghadapi Stres saat Menyusun Skripsi pada Mahasiswa BK FKIP UM Magelang. 2. Batas Interval Kategorisasi Strategi Menghadapi Masalah berfokus Emosi (SMM - E) Berikut adalah langkah-langkah pengkategorisasian SMM-E untuk menemukan batas interval antara kategori rendah, sedang, dan tinggi :
31
a. Menentukan skor tertinggi dan terendah Jumlah item pada skala SMM-E adalah 27 dengan 5 pilihan jawaban TP (tidak pernah), J (jarang), K (kadang), SR (sering) dan SL (selalu) yang masing-masing memiliki rentangan nilai dari 1 sampai dengan 5. berdasarkan hal tersebut, maka skor terendah pada skala ini adalah 1 x 27 = 27 dan skor tertingginya adalah 5x 27 = 135 b. Menghitung mean ideal (M) yaitu ½ (skor tertinggi + skor terendah) Mem = ½ (135 +27) = 81 c. Menghitung standar deviasi (SD) yaitu 1/6 (skor tertinggi – skor terendah) SDem = 1/6 (135 – 27) = 18
Berdasarkan
perhitungan
tersebut,
maka
dalam
menentukan
kategorisasi SMM-E adalah sebagai berikut : Tabel 4. Norma untuk batas interval SMM-E Batas (Interval)
Kategori
skor < (M-1SD) SMM-E
Rendah
(M-1SD) ≤ skor < (M+1SD) SMM-E
Sedang
(M+1SD) ≤ skor SMM-E
Tinggi
Berdasarkan norma tersebut, hasil perhitungan diatas kemudian dikonversikan sehingga hasilnya menjadi : Tabel 5. Kategori SMM-E Batas (Interval)
Kategori
skor < (81–1 (18)) atau skor < (63) SMM-E
Rendah
(81- 1(18) ≤ skor < (81+1(18) Atau (63) ≤ skor < (99) SMM-E
Sedang
(81+1(18) ≤ skor atau (99) ≤ skor SMM-E
Tinggi
3. Batas Interval Kategorisasi Strategi Menghadapi Masalah berfokus Masalah (SMM - M) Berikut adalah langkah-langkah pengkategorisasian SMM-M untuk menemukan batas interval antara kategori rendah, sedang, dan tinggi : 32
1) Menentukan skor tertinggi dan terendah Jumlah item pada skala SMM-M adalah 21 dengan 5 pilihan jawaban TP (tidak pernah), J (jarang), K (kadang), SR (sering) dan SL (selalu) yang masing masing memiliki rentangan nilai dari 1 sampai dengan 5. berdasarkan hal tersebut, maka skor terendah pada skala ini adalah 1 x 21 = 21 dan skor tertingginya adala 5x 21 = 105 2) Menghitung mean ideal (M) yaitu ½ (skor tertinggi + skor terendah) Mmas = ½ (105 +21) = 63 3) Menghitung standar deviasi (SD) yaitu 1/6 (skor tertinggi – skor terendah) SDmas = 1/6 (105 – 21) = 14 Berdasarkan
perhitungan
tersebut,
maka
dalam
menentukan
kategorisasi SMM-M adalah sebagai berikut : Tabel 6. Norma untuk batas interval SMM-M Batas (Interval)
Kategori
skor < (M-1SD) SMM-M
Rendah
(M-1SD) ≤ skor < (M+1SD) SMM-M
Sedang
(M+1SD) ≤ skor SMM-M
Tinggi
Berdasarkan norma tersebut, hasil perhitungan diatas kemudian dikonversikan sehingga hasilnya menjadi : Tabel 7. Kategori SMM-M Batas (Interval)
Kategori
skor < (63-1(14)) atau skor < (49) SMM-E
Rendah
(63-1(14)) ≤ skor < (63+1(14)) Atau (49) ≤ skor < (77) SMM-E
Sedang
(63+1(14)) ≤ skor atau (77) ≤ skor SMM-E
Tinggi
4. Data hasil penelitian tentang Strategi Menghadapi Stres saat Menyusun Skripsi pada Mahasiswa BK FKIP UM MAGELANG Hasil penelitian tentang Strategi Menghadapi Stres ini diperoleh melalui angket berbentuk skala likert yang diberikan kepada para responden,
33
dan hasil perhitungan statistik SPSS skor dari para responden dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan skor statistik para responden yang dikonversikan dengan norma batas interval yang telah dipaparkan sebelumnya, hasilnya dapat dicermati melalui tabel. Tabel 8. Strategi Menghadapi Stres saat Menyusun Skripsi pada Mahasiswa BK FKIP UM Magelang No
SkorEm
Subyek
SkorMas
Kategori SMM-E
SMM-M
1
95
80
sedang
tinggi
2
111
68
tinggi
sedang
3
95
65
sedang
sedang
4
92
56
sedang
sedang
5
108
64
tinggi
sedang
6
115
85
tinggi
tinggi
7
99
69
tinggi
sedang
8
111
68
tinggi
sedang
9
103
76
tinggi
sedang
10
103
68
tinggi
sedang
11
91
81
sedng
tinggi
12
107
60
tinggi
sedang
13
95
59
sedang
sedang
14
104
52
tinggi
sedang
15
106
60
tinggi
sedang
16
91
74
sedang
sedang
17
108
62
tinggi
sedang
18
101
70
tinggi
sedang
19
109
66
tinggi
sedang
20
97
61
sedang
sedang
21
119
85
tinggi
tinggi
34
22
92
67
sedang
sedang
23
100
56
tinggi
sedang
24
110
75
tinggi
sedang
25
77
46
sedang
rendah
26
106
61
tinggi
sedang
27
94
52
sedang
sedang
28
124
88
tinggi
tinggi
29
104
58
tinggi
sedang
30
116
78
tinggi
tinggi
31
106
69
tinggi
sedang
32
110
80
tinggi
tinggi
33
104
61
tinggi
sedang
34
109
70
tinggi
sedang
35
95
69
sedang
sedang
36
95
56
sedang
sedang
37
90
62
sedang
sedang
38
116
75
tinggi
sedang
39
112
79
tinggi
tinggi
40
108
76
tinggi
sedang
41
114
70
tinggi
sedang
42
109
79
tinggi
tinggi
43
100
64
tinggi
sedang
44
110
74
tinggi
sedang
45
119
57
tinggi
sedang
46
116
85
tinggi
tinggi
47
103
58
tinggi
sedang
48
93
56
sedang
sedang
49
97
76
sedang
sedang
50
100
59
tinggi
sedang
51
88
71
sedang
sedang
35
52
106
75
tinggi
sedang
53
95
61
sedang
sedang
54
121
71
tinggi
sedang
55
109
93
tinggi
tinggi
56
83
44
sedang
rendah
57
122
95
tinggi
tinggi
Berdasarkan table tersebut, kemudian dihitung secara kuantitatif jumlah frekuensi dan persentase masing-masing kategori strategi, yang dapat diamati dalam tabel berikut: Tabel 9. Perhitungan Frekuensi dan Persentase Strategi Menghadapi Stres pada Mahasiswa SMM-E Kategori
Frekuensi
SMM-M
Persentase (%)
Frekuensi
Persentase (%)
Rendah
0
0,0
2
3,5
Sedang
18
31,6
43
75,4
Tinggi
39
68,4
12
21,1
Total
57
100,0
57
100,0
Pada tabel tersebut, dapat diperoleh pemahaman bahwa hasil penelitian pada mahasiswa BK FKIP UM MAGELANG untuk SMM-E kategori “Rendah” adalah 0%, kategori “Sedang” adalah 31,6% dan kategori “Tinggi” adalah 68,4%. Hasil penelitian untuk SMM-M yaitu kategori “Rendah” sejumlah 3,5%, kategori “Sedang” sejumlah 75,4% dan kategori “Tinggi” dengan jumlah 21,1%. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada saat menggunakan Strategi Menghadapi Stres (SMM-E) dengan kategori “Tinggi” dan menggunakan Strategi Menghadapi Stres (SMM-M) dengan kategori “Sedang”.
36
B. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, dan dengan perhitungan statistik sesuai dengan norma yang telah ditentukan, maka strategi menghadapi stres saat menyusun skripsi pada mahasiswa BK FKIP UM Magelang cenderung berfokus emosi dengan kriteria tinggi atau SMM-E ”tinggi” dan berfokus masalah dengan kriteria sedang atau SMM-M ”sedang”. Berdasarkan hal tersebut strategi menghadapi masalah muncul karena adanya reaksi terhadap stres yang disebabkan karena adanya situasi atau kondisi yang menekan baik berasal dari faktor internal maupun eksternal pada saat menyusun skripsi. Adanya sumber-sumber stres yang membuat mahasiswa merasa berada dalam kondisi yang tidak nyaman atau tertekan, membuat mahasiswa berusaha untuk mengatasi atau menghadapi situasi tersebut baik dengan SMM-E, SMM-M ataupun keduanya, karena pada dasarnya, setiap manusia,dalam suatu kondisi stres bisa menggunakan SMM-E atau SMM-M secara bersamaan, hanya mungkin dengan kategori yang berbeda. Hasil penelitian yang menyebutkan bahwa kecenderungan mahasiswa dalam menghadapi stres lebih kepada SMM-E kategori ”tinggi” dibandingkan dengan SMM-M yang berkategori ”sedang”, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang berkaitan dengan reaksi stres secara tingkah lalu/behavioral yang cenderung bersifat emotif atau emosional dari pada bersifat solutif. Berdasarkan hal tersebut, maka bukanlah suatu hasil penelitian yang ironis. Lebih lanjut lagi apabila dilihat dari hasil penelitian tentang sumber stres yang menonjol dari faktor internal yang berkaitan dengan motivasional, hal tersebut juga menunjukkan kesesuaian apabila penelitian strategi menghadapi masalah hasilnya menunjukkan SMM-E ”tinggi” dan SMM-M ”sedang. Hasil penelitian tentang strategi menghadapi stres saat menyusun skripsi pada mahasiswa BK yang peneliti lakukan menyebutkan bahwa mahasiswa saat menyusun skripsi memiliki kecenderungan menggunakan SMM-E yang “tinggi” dan SMM-M yang “sedang”. Hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan strategi menghadapi stres, dilakukan oleh Hernawati pada tahun 2005 yang berkaitan dengan penyesuaian diri pada mahasiswa tahun pertama yang tinggal di
37
Asrama Putra dan Asrama Putri Kampus IPB Darmaga, dalam menghadapi stuasi stres cenderung melakukan strategi problem- focused coping (SMM-M) dibandingkan emotional- focused coping (SMM-E). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam situasi stres yang berbeda, individu atau mahasiswa akan menggunakan kecenderungan menghadapi stres yang berbeda pula. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyarini tahun 2008 yang melakukan penelitian tentang prokastinasi pada mahasiswa dalam penyelesaian skripsi,
dan
hasilnya
menunjukkan
bahwa
subjek
melakukan
prokrastinasi/penundaan pada skripsinya. Berdasarkan pemaparan hasil penelitian Widyarini dan hasil penelitian saat ini, terdapat kesesuaian atau relevansi diantara keduanya. Penundaan atau prokrastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa saat menyusun skripsi merupakan tindakan yang bersifat emotif, dan diperkuat hasil penelitian saat ini yang menyebutkan bahwa mahasiswa BK FKIP UM MAGELANG cenderung menghadapi stres dengan SMM- E “tinggi” dan SMMM “sedang”, menjadi salah satu bukti bahwa hal tersebut bukan menjadi suatu hal yang asing dalam lingkungan mahasiswa saat menyusun skripsi, akan tetapi hal tersebut perlu lebih diwaspadai oleh semua pihak yang terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi Menghadapi Stres saat menyusun Skripsi pada Mahasiswa cenderung berada pada SMM-E tingkat “tinggi” dan SMM-M tingkat “sedang”. Lazarus, Folkman dkk (dirangkum dari Taylor, 1995 dan Sarafino, 1998) mengklasifikasikan strategi menghadapi masalah dalam dua tipe yaitu emotionfocused coping (SMM berfokus emosi) dan problem –focused coping (SMM berfokus masalah). Individu cenderung menggunakan strategi menghadapi masalah yang berfokus pada masalah (SMMM) ketika individu memiliki persepsi bahwa pemicu stres yang ada dapat diubah (Lazarus & Folkman, 1984; Maifrisco, 2008). Ketika individu percaya tidak ada yang dapat dilakukan untuk merubah kondisi stres, mereka cenderung lebih suka untuk menggunakan strategi menghadapi masalah yang berfokus pada emosi (SMM-E) (Lazarus & Folkman, 1984b; Sarafino, 1998). Akan tetapi strategi menghadapi masalah berfokus emosi dan masalah dapat digunakan secara
38
bersamaan dalam menghadapi suatu situasi stres, dan pada dasarnya individu sering melakukannya (Sarafino, 1998). Merujuk pada pemaparan ahli tentang penggunaan SMM, dapat diambil kesimpulan bahwa sumber stres yang menyertai mahasiswa saat menyusun skripsi cukup sulit sehingga mahasiswa lebih cenderung menggunakan SMM-E yang tinggi. Akan tetapi bukan berarti mahasiswa kemudian tidak berfokus pada masalah, hal tersebut terbukti dengan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa SMM-M mahasiswa berkategori “sedang”. Jadi pada dasarnya mahasiswa BK FKIP UM Magelang menggunakan ke-dua fungsi SMM tersebut, hanya saja dengan kategori yang berbeda pada saat menghadapi situasi stres saat menyusun skripsi. Hasil penelitian yang peneliti lakukan memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya sebelum melakukan penelitian, peneliti belum melakukan assessment secara meluas dan mendalam terhadap stres yang dialami oleh mahasiswa jurusan lain saat menyusun skripsi sehingga tidak ada data pembanding. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi, sebab teknik pengambilan sampel tidak menggunakan proportionate stratified random sampling dan hanya menggunakan stratified sampling dimana tidak dilakukan random sehingga tidak memenuhi syarat generalisasi.
39
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa strategi menghadapi stres saat menyusun skripsi pada mahasiswa BK FKIP UM Magelang adalah Strategi Menghadapi Masalah berfokus Emosi kategori “tinggi” dan Strategi Menghadapi Masalah berfokus Masalah kategori “sedang”. B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang dapat peneliti berikan kepada mahasiswa yaitu menghadapi masalah saat menyusun skripsi dengan berfokus emosi bukan merupakan hal yang buruk, akan tetapi juga harus lebih diimbangi dengan berfokus pada masalah skripsi supaya terjadi keseimbangan dan kesinambungan sehingga akan sangat bermanfaat dalam menyelesaikan situasi stres saat menyusun skripsi.
40
DAFTAR PUSTAKA Aldwin, Carolyn.M. (2007). Stress, Coping and Development: An Integrative Perspective(2nd Ed). NewYork: The Guilford Press. Anas Sudijono. (1997). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Atkinson, Smith dkk. (2000). Environmental Psychology (4th Ed). Harcout Brace: College Publisher. Bell, A.dkk (1996). Environmental Psychology (4th Ed). Harcout Brace: College Publisher. Berry, L.M. (1998). Psychology at Work : An Introduction to organization Psychology (2nd Ed). NewYork: Mc Graw Hill. Frydenberg, Erica. (2008). Adolescent Coping : Advandces in Theory, Research and Practice. London and New York : Roudledge Taylor and Francis Group. Jonathan Sarwono (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Looker, Terry & Olga Gregson. (2004). Managing Stress (Mengatasi Stres Secara Mandiri) (Haris Setyawati. Terjemahan). London: BACA. Margono S. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Moh. Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia. Morgan, C.T King RA. Weisz. J.R& Schopier. (1989).Introduction to Psychology (7th Ed). Singapore: Mc Graw Hill, Inc. Nana Syaodih Sukmadinata. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek, Mengembangkan Potensi dan Kepribadian Siswa. Bandung: Maestro. Nasution. (2000). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Rasmun. (2004). Stres, Koping dan Adaptasi: Teori dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto. Rice, Philip. L. (1992). Stress and Health (2nd Ed). California: Brooks:Cole Publishing. Riduwan. (2008). Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
41
Saifuddin Azwar. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka. Pelajar __________. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. __________. (2002). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sarafino, Edward P. (1998). Health psychology (Bio Psychosocial Interaction, 3th Ed). USA : John Willey and Sons, Inc. Scott, Carol.J. (2010). Optimal Stress: Living in Your Best Stress Zone. USA : John Willey & Sons. Inc. Sheri, Charles & Sally.A. Radmacher. (1992). Health Psychology (Chalenging the Biomedical Model). Canada: John Willey and Sons, Inc. Snyder, C.R (2001). Coping With Stress (Effective People and Procesess). New York : Oxford University Press, Inc. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. _________. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik Ed.Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Taylor, Shelley E. (1995). Health Psychology (3th Ed). Singapore: Mc. GrawHill, Inc.
42