LAPORAN PENELITIAN
BRIKET AMPAS TEBU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF F-
,. . t
Oleh:
1I.
..-f
,
.-
.(. .
..-...
. . ..- - -. *.-
,
.
'
Drs. Hasanuddin, MS. 1 =.,.
Penelitian ini dibiayai oleh: Dana DlPA Universitas Negeri Padang Surat Pejanjian Kontrak Nomor: 190/H351KP12010 Tanggal 1 Maret 2010
JURUSAN TEKNIK MESlN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 201 0
-.
.
1 '
.
... . ...
- rnl
\\ -j
.MP-. \=I
.- --'
-..
.
r...;; I
i ---4
!
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN HASlL PENELlTlAN DOSEN - DANA DlPA UNP 1
a. Judul Penelitian
: Briket Ampas Tebu Sebagai Bahan Bakar Alternatif
2.
b. c. a.
Bidang llmu Kategori Penelitian Ketua Peneliti Nama Lengkap dan Gelar Jenis Kelamin Go11 Pangkat dan NIP
Jabatan Fungsional Jabatan Struktural Jurusan / Fakultas = Pusat Penelitian b. Alamat Ketua Peneliti Kantor ITelp. / Fax Rumah ITelp 3. Jumlah Anggota Peneliti Nama 4. Lokasi Penelitian 5. Kerjasama dengan institusi lain 6. Lama Penelitian 7. Biaya yang diperlukan
'
Deka
: Teknik (Teknologi & Rekayasa) : Pengembangan llmu Teknik : Drs. Hasanuddin, MS. : Laki-laki : Pembina I1V.a 1 195505201980031005 : Lektor Kepala : Dosen : Teknik Mesin ITeknik : Lembaga Penelitian UNP
: JTM FT-UNP Telp.0751-7053508 : JI. Belibis Blok E No.7 Air TawarPadang. Telp. 0751-7058977 : 1 orang : Hendri Nurdin, MT : Labor Konversi Energi Teknik Mesin FT-UNP
-
: 3 (Tiga) Bulan : Rp 7.500.000,(Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah) 20 Desember 2010 etua Feneliti
akultas Teknik
~rs!~. Ganefri, M.Pd.) NIP. 19631217 198903 1 003
NIP. 19550520 1$3003 1 005
Menyetujui: Ketua Lembaga Penelitian w e r s i t a s Negeri Padang
LEMBARAN IDENTITAS DAN PENGESAHAN PENELlTlAN 1
a
.
. b
2
Judul Penelitian
: Briket Ampas Tebu Sebagai Bahan Bakar Alternatif
Bidang llmu
: Teknik (Teknologi & Rekayasa)
Personalia a Ketua Peneliti Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Hasanuddin, MS. Pangkat /Gol./NIP : Pembina I1V.a I 195505201980031 005 Fakultas IJurusan : Teknik ITeknik Mesin b Anggota Peneliti Nama Lengkap dan Gelar : Hendri Nurdin, MT. Pangkat /Gol./NIP : Penata Muda Tk. I I1ll.b I 19730228200801 1007 Fakultas IJurusan : Teknik / Teknik Mesin
: Telah direvisi sesuai saran
3 Usul Penelitian
/
Padang, 20 Desember 2010 Pereviu II
(Dr. Waskito, MT.) NIP. 19610808 198602 1 001
Ketua.Lembaga Penelitian
. 'NIP. 1'9610722'198602 1 002
..
LI
----
-
;
I
.
.
,
, < . \ L l h ,
u T(,Y. 1
.
.
.
,
i
'I'1'
.
-
. ,.,...
p;, "...
...
3 --
PENGANTAR Kegiatan penelitian mendukung pengembangan ilmu serta terapannya. Dalam ha1 ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha mendorong dosen untuk melakukan penelitian sebagai bagian integral dari kegiatan mengajarnya, baik yang secara langsung dibiayai oleh dana Universitas Negeri Padang maupun dana dari sumber lain yang relevan atau bekerja sama dengan instansi terkait. Sehubungan dengan itu, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang bekerjasama dengan Pimpinan Universitas, telah memfasilitasi peneliti untuk melaksanakan penelitian tentang Briket Ampas Tebu Sebagai Bahan Bakar Altematif, berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Negeri Padang Nomor: 190/H35/KP/2010 Tanggal 1 Maret 2010. Kami menyambut gembira usaha yang dilakukan peneliti untuk menjawab berbagai permasalahan pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian tersebut di atas. Dengan selesainya penelitian ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang akan dapat memberikan informasi yang dapat dipakai sebagai bagian upaya penting dalam peningkatan mutu pendidikan pada umumnya. Di samping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan masukan bagi instansi terkait dalam rangka penyusunan kebijakan pembangunan. Hasil penelitian ini telah ditelaah oleh tim pembahas usul dan laporan penelitian, kemudian untuk tujuan diseminasi, hasil penelitian ini telah diseminarkan ditingkat Universitas. Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pada umumnya dan khususnya peningkatan mutu staf akademik Universitas Negeri Padang. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu terlaksananya penelitian ini, terutama kepada pimpinan lembaga terkait yang menjadi objek penelitian, responden yang menjadi sample penelitian, dan tim pereviu Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang. Secara khusus, kami menyampaikan terima kasih kepada Rektor Universitas Negeri Padang yang telah berkenan memberi bantuan pendanaan bagi penelitian ini. Kami yakin tanpa dedikasi dan kerjasama yang terjalin selama ini, penelitian ini tidak akan dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan dan semoga kerjasama yang baik akan menjadi lebih baik lagi di masa yang akan dating. Terima kasih.
Ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar minyak (BBM) membuat harga energi yang tidak bisa diperbarui ini terus meningkat. Meningkatnya jumlah penduduk dan taraf hidup masyarakat mengakibatkan bertambahnya jumlah energi yang dibutuhkan. Salah satu energi terbarukan yang mempunyai potensi besar di Indonesia adalah biomassa. Rendahnya penggunaan biomassa dalam ha1 ini limbah pertanian dan limbah peternakan, sebagai bahan bakar adalah karena rendahnya informasi yang berkaitan dengan nilai kalor dan karakteristik pembakaran. Pemanfaatan limbah ampas tebu dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang dapat dijadikan briket. Menjawab perrnasalahan tersebut di atas, diperlukan suatu penelitian mengenai kualitas briket ampas tebu sebagai bahan bakar alternatif terutama dilihat dari lama nyala api dan nilai kalor. Hal ini merupakan salah satu solusi yang tepat dalam menjawab permasalahan ini melakukan pemanfaatan limbah pertanian menjadi briket sebagai bahan bakar pengganti BBM. Pembuatan briket menggunakan bahan utama berupa ampas tebu terlebih dahulu dicacah sampai halus dan ditimbang sesuai kebutuhan pemakaian 70%. Selanjutnya getah damar yang sudah kering dan dihaluskan dipersiapkan sebanyak 10%. Bahan pengikat briket digunakan tepung tapioka sebanyak 20%. Proses pembuatan briket dilakukan secara manual tanpa tekanan kompaksi. Briket ampas tebu ini dibuat berbentuk selinder dengan ukuran diamater k 50 mm dan tinggi k 45 mm. Briket ampas tebu yang telah kering kemudian dilakukan pengujian terhadap kualitasnya. Beberapa ha1 yang diuji menyangkut kualitas briket yaitu penetapan bahan kering dan nilai kalor briket. Pada pengujian ini digunakan alat bomb kalorimeter menurut standard ASTM D2015. Pengujian lama nyala api briket ampas tebu dilakukan pada tungku masak untuk mengetahui performanya. Dari hasil penelitian ini diperoleh informasi mengenai karakteristik briket ampas tebu. Nilai kalor atas (HHV) briket ampas tebu rata-rata 18382,4 kJ/kg dan nilai kalor bawah (LHV) 15142,4 kJ/kg. Lama nyala api briket ampas tebu dapat berlangsung selama 87,93 menit dengan banyaknya briket 1000 gram. Pembakaran sempurna (complete combustion) dapat dicapai dengan pencampuran antara bahan bakar dan oksidator tepat atau baik, dengan rasio udara dan bahan bakar yang tepat. Dengan demikian pemakaian briket ampas tebu sebagai bahan bakar sangat dimungkinkan dan briket sangat berpotensi dijadikan sebagai bahan bakar padat pengganti bahan bakar cair (minyak tanah) Kata-kata kunci: Briket ampas tebu, Biomassa, Nilai Kalor, Bomb kalorimeter
DAFTAR IS1 Halaman HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN IDENTITAS A. LAPORAN HASlL PENELlTlAN PENGANTAR RINGKASAN DAFTAR IS1 DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. ldentifikasi Masalah C. Batasan Masalah D. Perumusan Masalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tebu B. Biomassa C. Biobriket D. Proses Pembakaran Briket E. Nilai Kalor F. Limbah Lingkungan G. Pertanyaan Penelitian BAB Ill TUJUAN DAN MANFAAT PENELlTlAN A. Tujuan Penelitian B. Manfaat Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Waktu dan Tempat C. Bahan dan Alat D. Metode Pelaksanaan E. Pengamatan F. Diagram Alir Penelitian BAB V HASlL DAN PEMBAHASAN A. Lama Nyala Api B. Pengujian Nilai Kalor BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR KEPUSTAKAAN
iii iv v vi vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1
Hasil Pengujian dan Kalkulasi Nilai Kalor
24
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar
Pembakaran yang sempurna, yang baik dan tidak sempurna Bahan Pembuatan Briket Pencetak Briket Tungku (Anglo) Alat Uji Bomb Kalorimeter Geometri dan Dimensi Briket Briket Ampas Tebu yang di produksi Diagram Alir Penelitian Spesimen Uji Tank Bahan Komposit Polimer
vii
Laporan Hasii Penelitian DIPA-UNP 2010
BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar minyak (BBM) membuat harga energi yang tidak bisa diperbarui ini terus meningkat. Meningkatnya
jurnlah
penduduk
dan
taraf
hidup
masyarakat
mengakibatkan bertambahnya jumlah energi yang dibutuhkan. Krisis energi dunia berakibat melonjaknya harga BBM lebih dari 200% sejak pertengahan 2005 sampai sekarang ini, dengan harga sudah di atas US$SOIbarrel. Harga minyak bumi yang sulit diprediksi dalam satu dekade terakhir telah mendorong pengembangan bioenergi sebagai sumber energi alternatif, di luar sumber energi fosil yang kian langka ('ri.?:ij;a - - L L , V Y ! Lonjakan harga BBM membuat banyak negara L.W: 17. 3 < 1 i i i j : ~ 0 : : 1
r . - . - L -
--.-fin\
kelimpungan. Berbagai bentuk sumber energi telah digunakan rnanusia, antara lain minyak bumi, batubara, gas alam, panas bumi dan sebagainya. Meski telah lama dilakukan studi untuk mencari sumber energi terbarukan, belum ada solusi nyata yang benar-benar bisa menyamai BBM. Yang terbaru dan sudah mulai dikomersialkan adalah pemanfaatan minyak sawit dan buah jarak untuk menghasilkan biofuel. Penggunaan bahan bakar yang berasal dari hasil tambang saat ini masih lebih besar daripada bahan bakar lainnya seperti biomassa. Salah satu energi terbarukan yang mempunyai potensi besar di lndonesia adalah biomassa. Kini, para ilmuwan tengah berupaya memanfaatkan limbah industri pangan untuk menghasilkan energi yang dikenal dengan biomassa. Dalarn Kebijakan Pengembangan Energi Terbarukan dan Koservasi Energi (Energi Hijau) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral yang dimaksud energi biomasa meliputi kayu, limbah pertanianlperkebunanlhutan, komponen organik dari industri dan rumah tangga. Sebagai negara agraris, lndonesia mempunyai potensi energi biomassa yang besar (DESDM, 2004).
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
lndonesia memiliki bahan bakar biomassa yang melimpah seperti limbah pertanian, limbah peternakan dan sebagainya, walaupun banyak digunakan oleh masyarakat pedesaan sebagai bahan bakar, namun pemanfaatannya belum optimal. Bahan bakar limbah pertanian masih berkisar pada kayu dan sekam padi, sedangkan jerami, daun kering dan limbah peternakan belum banyak digunakan. Biomassa merupakan energi yang dihasilkan dari limbah industri pangan, seperti limbah minyak kelapa sawit (CPO), limbah padi dan limbah pabrik gula yaitu ampas tebu. Selain itu biomassa juga dapat dikembangkan dengan memanfaatkan limbah pengembangan bioetanol (tebu dan singkong), limbah biodiesel dan biooil (sawit dan jati). Pengembangan kehutanan
biomassa
maupun
yang
industri
memanfaatkan limbah
perkebunan,
bukan
bahan
pertanian, pangan,
merupakan alternatif dalam pengembangan energi dari sumber terbarukan yang akan menjadi pengganti BBM. Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan tentang empat tumbuhan untuk energi, yaitu tumbuhan sawit, jarak, singkong dan tebu. Pasalnya, di abad 21 ini salah satu masalah global yang sedang dihadapi banyak negara adalah kompetisi antara kecukupan pangan, jaminan ketersediaan energi dan perlindungan lingkungan.
Mengingat
pentingnya
pengembangan
biomassa
itu,
diharapkan beberapa negara, termasuk lndonesia untuk bersama-sama meneliti dan mengembangkan energi tersebut. Tumbuhan yang paling cocok bagi lndonesia menurut konsep adalah tanaman tebu genjah. Tanaman tebu merupakan alternatif sumber energi yang potensial karena tebu menghasilkan biomassa berupa ampas tebu
(bagasse) dan daun tebu kering (daduk). Tebu juga tergolong
sebagai tanaman yang paling efektif dalam mengubah energi matahari menjadi energi kimia dalam bentuk biomassa. Tanaman tebu mampu memproduksi biomassa tidak kurang dari 100 tonlha dalam waktu kurang dari 1 tahun. Dengan demikian, biomassa tebu merupakan sumber energi
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
3
terbarukan yang potensial sebagai sumber energi ('ia:-~.ya K t i i i ; . l ~ ~ .cj.+:-! ~a~-~ n..
t
8
~
c
li[.;sa, t ~ 20C.3). Negara Indonesia yang terletak di kawasan tropis dengan sebagian
penduduknya masih bercocok tanam (agraris), merupakan salah satu Negara penghasil tebu terbesar. Dengan luas lahan mencapai 373.816 tonlha
dapat
menghasilkan
tebu
sebanyak
84,91
tonlha
(www.deptan.go.id) dimana dari proses pengolahan keseluruhan tebu tersebut menjadi gula dihasilkan 90
Oh
ampas tebu. Ampas tebu
merupakan limbah padat yang berasal dari perasan batang tebu untuk diambil niranya. Limbah ini banyak mengandung serat dan gabus. Selama ini pemanfaatan ampas tebu yang dihasilkan masih terbatas sebagai pakan ternak, bahan baku pembuatan pupuk, pulp, particle board, bahan bakar boiler di pabrik gula. Disamping terbatas, nilai ekonomi yang diperoleh juga belum begitu tinggi, oleh karena itu diperlukan adanya proses teknologi sehingga terjadi diversifikasi pemanfaatan lahan pertanian yang ada, salah satunya dengan pembuatan briket ampas tebu sebagai bahan bakar alternatif. Sumber energi alternatif adalah salah satu solusi untuk mengatasi masalah kebutuhan bahan bakar. Sumber energi alternatif tersebut adalah energi biomassa dengan memanfaatkan berbagai limbah pertanian.
2is1-7asss dai-i ampas tebu dimanfaatkan menjadi briket sebagai bahan bakar alternatif bagi masyarakat. Selain itu, energi biomassa juga merupakan energi yang ramah lingkungan karena tidak menimbulkan emisi gas buang. Karena banyaknya jenis biomassa yang belum dimanfaatkan secara optimal, khususnya di Indonesia, maka penelitianpenelitian yang ditujukan untuk pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar, sangat diperlukan. Berdasarkan wacana tersebut, diperlukan suatu kajian mengenai evaluasi briket ampas tebu sebagai bahan bakar dalam rangka pengembangan sumber energi alternatif pengganti BBM. Hal ini didukung
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
4
dengan pertimbangan bahwa ampas tebu mempunyai nilai kalor tinggi untuk pembakaran. B. ldentifikasi Masalah
Rendahnya penggunaan biomassa dalam ha1 ini limbah pertanian dan limbah petemakan, sebagai bahan bakar adalah karena rendahnya informasi yang berkaitan dengan nilai kalor dan karakteristik pembakaran. Pada penelitian ini kajian yang dilakukan pada briket ampas tebu dari limbah sisa penggilingan tebu. Pemanfaatan limbah ampas tebu dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang dapat dijadikan briket. Briket bahan bakar dibuat dari limbah ampas tebu dengan menggunakan perekat tepung tapioka. Dengan melakukan perbandingan persentase yang sesuai antara ampas tebu dan perekatnya. Sehingga didapatkan briket sebagai bahan bakar alternatif yang memiliki nilai kalor pembakaran sekaligus pengganti minyak tanah (kerosin). Pengujian lama nyala api dan nilai kalor briket dilakukan untuk mengetahui kualitas briket yang diproduksi. C. Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan kajian karakteristik briket ampas tebu sebagai bahan bakar yang merupakan perpaduan limbah ampas tebu dan perekat (tepung tapioka). Metode yang dilakukan dalam pembuatan briket dengan cara manual. Perbandingan ampas tebu dan perekat berdasarkan ukuran briket yang berdiameter 50 mm. Pengujian karakteristik briket berupa lama nyala api yang dibakar langsung dan nilai kalor briket ampas tebu. D. Perurnusan Masalah
Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) yang cukup besar di masyarakat, baik industri kecil maupun industri menengah mengakibatkan kekurangan sumber energi. Energi terbarukan sangat dibutuhkan dalam
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
5
mengatasi kondisi ini. Untuk itu diperlukan pengembangan sebagai sumber
energi
alternatif.
Solusi
yang
tepat
dalam
menjawab
permasalahan ini melakukan pemanfaatan limbah pertanian menjadi briket sebagai bahan bakar pengganti BBM. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana kualitas briket ampas tebu sebagai bahan bakar alternatif terutama dilihat dari lama nyala api dan nilai kalor. Dengan demikian ruang lingkup penelitian ini mendalami besarnya nilai kalor yang terkandung pada briket dengan menggunakan alat bomb kalorimeter.
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tebu
Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Tebu digiling kemudian diekstrak niranya, hasil samping dari proses giling ini adalah ampas tebu. Tiap berproduksi, pabrik gula selalu menghasilkan dua macam limbah padat, yaitu: ampas tebu (bagasse) dan blotong (filter cake). Rata-rata ampas yang diperoleh dari proses giling 32 % tebu. Dengan produksi tebu di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 21 juta ton potensi ampas yang dihasilkan sekitar 6 juta ton ampas per tahun. Ampas tebu merupakan limbah padat yang berasal dari perasan batang tebu untuk diambil niranya. Limbah ini banyak mengandung serat dan gabus. Selama ini ampas tebu hanya digunakan sebagai bahan bakar boiler. Ampas tebu selain dimanfaatkan sendiri oleh pabrik sebagai bahan bakar pemasakan nira, juga dimanfaatkan oleh pabrik kertas sebagai pulp campuran pembuat kertas. Apabila Pabrik gula dapat efisien dalam penggunaan bahan bakar maka ada potensi ampas lebih. Potensi ampas yang berlebih dapat dimanfaatkan untuk diproses sebagai produk turunan. Ampas dapat diproses menjadi produk antara lain partikel board, plastik, pith, xylitol, furfural. Kadangkala masyarakat sekitar pabrik memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar. Ampas tebu ini memiliki aroma yang segar dan mudah dikeringkan sehingga tidak menimbulkan bau busuk. Ampas tebu mengandung abu 3,82%, lignin 22,09%, selulosa 37,65%, sari 1,81%, pentosan 27,97%, Si02 3,01%. Komposisi kimia ampas tebu meliputi; zat arang atau karbon (C) 23,7 %, zat cair atau hidrogen (H) 2 %, zat asam Oksigen (0) 20 %, air atau W (H20) 50 % dan gula atau pol 3 %. Berdasarkan bahan kering, ampas tebu adalah terdiri dari unsur C
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
7
(carbon) 47 %, H (Hydrogen) 6,s %, 0 (Oxygen) 44 % dan abu (Ash) 2,5 %. Tiap kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 3 % akan
memiliki kalor sebesar 1825 kkal. Nilai bakar tersebut akan meningkat dengan menurunnya kadar air dan gula dalam ampas. B. Biomassa
Biomassa
adalah
suatu
limbah
benda
padat
yang
bisa
dimanfaatkan lagi sebagai sumber bahan bakar selain batu bara (Syafi'i, 2003). Menurut Borrnan, 1998 bahwa biomassa merupakan bahan-bahan organik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang meliputi, dedaunan, rerumputan, ranting, gulma, limbah pertanian, limbah peternakan, limbah kehutanan dan gambut. Biomassa diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu biomassa kayu dan bukan kayu (Borman, 1998). Biomassa merupakan bahan organik yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan dan turunannya, baik tumbuh-tumbuhan di daratan maupun yang tumbuh di dalam air. Dalam ha1 ini termasuk juga hasil hutan dan limbahnya, tumbuhan yang khusus ditanam untuk diambil energinya di ladang-ladang energi serta kotoran-kotoran hewan sebagai sumber energi. Biomassa juga
merupakan salah satu sumber energi penting yang dapat
diperbaharui. Disamping itu juga termasuk energi terbarukan yang sedang diteliti dan dikembangkan untuk dipersiapkan menjadi energi alternative pengganti bahan bakar fosil. Tanaman panen darat yang terrnasuk penghasil energi biomassa adalah: 1.Tumbuhan gula seperti tebu dan sorgum manis. 2.Tumbuhan daun, yaitu tumbuhan bukan kayu yang mudah dikonversi menjadi bahan bakar dan gas. 3.Tumbuhan silvikultur (hutan) seperti poplar hibrida, sycamore, petai cina, getah manis, alder, ekaliptus, dan kayu-kayu keras lainnya.
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
8
Kotoran hewan dan manusia juga merupakan sumber energi dalam pembuatan gas metana untuk bahan bakar dan etilena digunakan dalam industri plastik. Hasil panen air diperoleh dari air tawar, air laut, dan air payau. Dalam ha1 ini harus diperhitungkan tumbuhan di atas air maupun di bawah air, termasuk rumput laut, ganggang dan yang sangat menarik kelp
califomia. Berbagai cara pengkonversian biomassa menjadi energi, yaitu:
1. Pembakaran langsung, seperti limbah kayu, sekam padi dan tongkol jagung. 2. Konversi termodinamika dengan melakukan pemanasan, pencairan atau mereaksikannya dengan senyawa lain. 3. Konversi biokimia baik menggunakan mikroba atau senyawa
organik lainnya. C. Biobriket Biomassa dapat dibakar dalam bentuk serbuk, briket, ataupun batangan. Briqueting (briket) merupakan metode yang efektif untuk mengkonversi bahan baku padat menjadi suatu bentuk hasil kompaksi yang lebih mudah untuk digunakan
(i~:I:j-~i~.iii,.~-:~;:.~i-.:~~
11, 2004). Briket
merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari limbah organik, limbah pabrik maupun dari limbah perkotaan. Bahan bakar padat ini murupakan bahan bakar alternatif atau merupakan pengganti bahan bakar minyak yang paling murah dan dimungkinkan untuk dikembangkan secara masal dalam waktu yang relatif singkat mengingat teknologi dan peralatan yang digunakan relatif sederhana ('ivi*-*j
i.istek.l:c,id, 2004).
Biobriket adalah bahan bakar padat yang berasal dari biomassa seperti kayu, ranting, daun-daunan, rumput, jerami, limbah pertanian yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket (penampilan dan kemasan yang lebih menarik) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar padat untuk keperluan energi sehari-hari. Penggunaan biobriket untuk kebutuhan
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
9
sehari-hari sebaiknya digunakan biobriket dengan tingkat polusinya paling rendah dan pencapaian suhu maksimal paling cepat. Penelitian
telah
banyak
untuk
mempelajari
karakteristik
pembakaran biobriket. Sulistyanto A. (2006), meneliti biobriket yang menggunakan bahan baku dari sabut kelapa yang dicampur dengan batubara, dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik pembakaran biobriket antara lain laju pembakaran, kandungan nilai kalor, berat jenis (bulk density) bahan bakar. Hasil penelitian Hartoyo, Ando dan Roliadi (2006) menyimpulkan bahwa kualitas briket arang yang dihasilkan setaraf dengan briket arang buatan lnggris dan memenuhi persyaratan yang berlaku di Jepang karena menghasilkan kadar abu dan zat mudah menguap yang rendah serta tingginya kadar karbon terikat dan nilai kalor. Selain itu hasil penelitian Hambali
(2006) yang
membuat briket dari
bungkil jarak
80%,
sekamlserbuk gergaji (20%) dengan perekat pati 1% menyimpulkan bahwa briket tersebut mempunyai nilai kalor sebesar 5500 kkalkg. Sudrajat (2003) yang membuat briket arang dari delapan jenis kayu dengan perekat campuran pati dan molase menyimpulkan bahwa makin tinggi berat jenis kayu, kerapatan briket arangnya makin tinggi pula. Kerapatan yang dihasilkan antara 0,45 - 1,03 gr/cm3 dan nilai kalor antara 7290 - 7456 kal/g. M. Syamsiro dan H. Saptoadi (2007), melakukan kajian tentang pembakaran briket biomassa cangkang kakao yang menghasilkan penurunan emisi CO seiring dengan kenaikan temperatur udara preheat dan kenaikan emisi CO secara cepat terjadi ketika pengurangan massa yang cepat. Proses pembuatan briket arang dengan cara berbeda yaitu tanpa perekat juga pernah dilakukan oleh Sri W (2002). Bahan baku serbuk gergajian kayu dikeringkan selanjutnya dibuat briket kayu dengan sistem ulir berputar dan berjalan sambil dipanaskan kemudian diarangkan dalam kiln bata. Kualitas briket arang yang dihasilkan mempunyai nilai kalor sebesar 6341 kallg dan kadar karbon terikatnya sebesar 74,35 %. Sudrajat (1983) yang membuat briket arang dari 8 jenis kayu dengan
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
10
perekat campuran pati dan molase menyimpulkan bahwa makin tinggi berat jenis kayu, karepatan briket arangnya makin tinggi pula. Kerapatan yang dihasilkan antara 0,45- 1,03 g/cm3dan nilai kalor antara 7290 - 7456 kallg. Beberapa faktor persyaratan briket yang baik adalah briket yang permukaannya halus dan tidak meninggalkan bekas hitam di tangan. Selain itu, sebagai bahan bakar, briket juga harus memenuhi kriteria adalah: a. Mudah dinyalakan dan tidak mengeluarkan asap banyak b. Emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racun c. Kedap air dan hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu lama d. Menunjukkan upaya laju pembakaran (waktu, laju pembakaran, dan suhu pembakaran) yang baik. Beberapa kelebihan briket dibandingkan dengan bahan bakar jenis lainnya, dimana briket memiliki beberapa keunggulan seperti lebih ekonomis, api berwarna biru, bara api lebih tahan lama, panasnya sangat stabil, bila sirkulasi udara baik asap yang dihasilkan sedikit dan abu dari sisa pembakarannya pun sedikit. Begitu juga dengan pemanfaatan briket sebagai bahan bakar tentu memiliki kelemahan diantaranya cei-:se;-ii;gz:-. ;lIi
b: -i
. .
.,dsktu ",~ i 7 gpa;?,ai-:s (lai-,;a). bi-i;iet y ~ i 7 gbi4;iaj? jaci '-.-I, - .4 =---.I ne;ia air, ~ Y : ~ ~ ; I G S G ~ \Lbr igdi i *u,,q.&=I : Id;~5 LC;~C:
; n c L i;:ci, _ . _;el - _ _ I. I.. - L
-:,
-.r;.!
- 3
-
c-
civic!,
.
r;en6d!a; :I :
I
:
.
- - - - A
. - _ _..~ i a:dl .2s 3 ~ k a l i;?atis. I - _ _
Pembuatan briket dengan pemanfaatan limbah mempunyai teknik tersendiri untuk memperoleh hasil yang baik. Secara umum teknologi pembriketan dapat dibagi menjadi tiga (Grover dan Mishra, 1996) yaitu:
-
Pembriketan tekanan tinggi. Pembriketan tekanan medium dengan pemanas. Pembriketan tekanan rendah dengan bahan pengikat (binder).
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
11
Perekatan partikel-partikel zat dalam bahan baku pada proses pembuatan briket diperlukan zat pengikat sehingga dihasilkan brikei yang kompak. Berdasarkan fungsi dari pengikat dan kualitasnya, pemilihan bahan pengikat dapat berdasarkan sifat dan jenis bahan baku perekatan briket. Beberapa jenis
bahan dapat digunakan sebagai pengikat
diantaranya lempung (clay), tepung kanji (tapioka), tetes, dan aspal (ter). Pembuatan briket dari limbah pertanian dan industri dilakukan dengan cara penambahan perekat tapioka, di mana bahan baku dicacah terlebih dahulu kemudian ditumbuk, di campur perekat, di cetak (kempa dingin) dengan sistem hidroulik manual selanjutnya dikeringkan. Estela (2002) menggunakan dua cara dalam pembuatan briket yaitu kompaksi rendah dengan menggunakan bahan pengikat clay, bentonit, serta yucca starch dan kompaksi tinggi tanpa bahan pengikat. Penelitian menunjukkan nilai kalor briket tanpa pengikat dan kompaksi tinggi memiliki nilai kalor (13800 MJIKg) lebih tinggi dibandingkan dengan briket yang memakai bahan pengikat. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan perekat menurunkan nilai kalor briket. Karakteristik pembriketan dievaluasi diantaranya dengan melihat durabilitas, kekuatan mekanis, dan perilaku relaksasi. Relaksasi sangat dipengaruhi oleh tekanan pembriketan. Semakin tinggi tekanan maka relaksasi akan semakin bertambah. D. Proses Pembakaran Briket
United Nations Environment Programme (2006), pembakaran merupakan oksidasi cepat bahan bakar disertai dengan produksi panas, atau panas dan cahaya. Emisi yang dihasilkan dari pembakaran biomassa adalah C02, CO, NO,, SO,, dan partikulat. Pembakaran sempurna bahan bakar terjadi hanya jika ada pasokan oksigen yang cukup. Oksigen (02) merupakan salah satu elemen bumi paling umum yang jumlahnya mencapai 20,g0h dari udara. Bahan bakar padat atau cair harus diubah ke bentuk gas sebelum dibakar. Biasanya diperlukan panas untuk mengubah
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
12
cairan atau padatan menjadi gas. Bahan bakar gas akan terbakar pada keadaan normal jika terdapat udara yang cukup. Hampir 79% udara (tanpa adanya oksigen) merupakan nitrogen, dan sisanya merupakan elemen lainnya. Nitrogen dianggap sebagai pengencer yang menurunkan suhu yang harus ada untuk mencapai oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran. Nitrogen ini juga dapat bergabung dengan oksigen (terutama pada suhu nyala yang tinggi) untuk menghasilkan oksida nitrogen (NO,), yang merupakan pencemar beracun. Karbon, hidrogen dan sulfur dalam bahan bakar bercampur dengan oksigen di udara membentuk karbon dioksida, uap air dan sulfur dioksida, melepaskan panas masing-masing 8.084 kkal, 28.922 kkal dan 2.224 kkal (www.energyeficiencyasia.org).Pada kondisi tertentu, karbon juga dapat bergabung dengan oksigen membentuk karbon monoksida, dengan melepaskan sejumlah kecil panas (2.430 kkallkg
karbon).
Karbon
terbakar
yang
membentuk
C02 akan
menghasilkan lebih banyak panas per satuan bahan bakar daripada bila menghasilkan CO atau asap. Tujuan dari pembakaran yang baik adalah melepaskan seluruh panas yang terdapat dalam bahan bakar. Hal ini dilakukan dengan pengontrolan "tiga T" pembakaran yaitu (1) Temperature1 suhu yang cukup tinggi untuk menyalakan dan menjaga penyalaan bahan bakar, (2) Turbulence1Turbulensi atau pencampuran oksigen dan bahan bakar yang baik, dan (3) Time1 Waktu yang cukup untuk pembakaran yang sempurna. Pembakaran sempurna (complete combustion) dapat dicapai dengan pencampuran antara bahan bakar dan oksidator tepat atau baik, dengan rasio udara dan bahan bakar yang tepat. Pembakaran sempurna terjadi jika semua komponen bahan bakar (seperti C, H dan N) terbakar semuanya dan membentuk ikatan dengan komponen-komponen udara membentuk suatu senyawa baru (C02, H20, N2). Pencampuran yang baik terjadi
kalau
berlangsung secara
turbulen.
Enthalpi pembakaran
merupakan selisih antara enthalpi dari produk dengan enthalpi dari
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
13
reaktan ketika pembakaran sempurna berlangsung pada temperatur, dan tekanan tertentu (TP).Pada Gambar 1 diperlihatkan berbagai kondisi pembakaran secara ilustrasi. HEAT .-.
- -6.;
-
&?-.
- N ; H 2 3- ._ -._ -..---GOOD
.-.--.
:... ,.- . .cohleusrroy :, . ... -.... .. . "'..... --. :
,1
..-;..-.. .
..-
' . . I
1
Gambar 1. Pembakaran yang sempurna, yang baik dan tidak sempurna (United Nations Environment Programme, 2006) Kalor yang dihasilkan' dari pembakaran sempurna (complete combustion) 1 satuan berat bahan bakar padat atau bahan bakar cair atau
1 satuan volume bahan bakar gas pada kondisi baku (tekanan 1 atm, suhu 25
OC
atau 60 OF).
Dengan melakukan suatu pengujian dengan
menggunakan bomb kalorimeter akan dapat diperoleh nilai kalor dari hasil pembakaran. Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan, dan diukur sebagai nilai kalor kotor (gross calorific value) atau nilai kalor netto (nee calorific value). Perbedaannya ditentukan oleh panas laten kondensasi dari uap air yang dihasilkan selama proses pembakaran.
E. Nilai Kalor Nilai kalor bahan bakar adalah suatu besaran yang menunjukkan nilai energi kalor yang dihasilkan dari suatu proses pembakaran setiap satuan massa bahan bakar. Bahan bakar yang banyak digunakan umumnya berbentuk senyawa hidrokarbon. Nilai kalor bahan bakar menurut Eddy dan Budi (1990) merupakan jumlah energi panas maksimum yang dibebaskan oleh suatu bahan bakar melalui reaksi pembakaran sempurna per satuan massa atau volume bahan bakar ~, kkal/m3, Btullb, atau ~ t u l f t M. ~ . M. Eldengan satuan kJ/kg, k ~ / mkkallkg,
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
14
Wakil (1992) mendefinisikan nilai kalor adalah kalor yang berpindah bila hasil pembakaran sempurna. Nilai kalor kotor atau gross calorific value (GCV) mengasumsikan seluruh uap yang dihasilkan selama proses pembakaran sepenuhnya terembunkan atau terkondensasikan. Nilai kalor netto
(NCV)
mengasumsikan air
yang
keluar
dengan
produk
pengembunan tidak seluruhnya terembunkan. Bahan bakar harus dibandingkan berdasarkan nilai kalor netto. Analisa kalor suatu bahan bakar dimaksudkan untuk memperoleh data tentang energi kalor yang dapat dibebaskan oleh suatu bahan bakar dengan terjadinya pembakaran reaksi atau proses (Eddy dan Budi, 1990). Menurut standard ASTM D2015 nilai kalor ditentukan dalam uji standard bomb kalorimeter. Nilai kalor berhubungan langsung dengan kadar C dan H yang dikandung oleh bahan bakar padat. Semakin besar kadar keduanya akan semakin besar nilai kalor yang dikandung. Menariknya dengan proses
charing (pembuatan arang), nilai kalor arang yang dihasilkan akan meningkat cukup tajam. Nilai kalor rendah (LHV, lower heating value) adalah jumlah energi yang dilepaskan dari proses pembakaran suatu bahan bakar dimana kalor laten dari uap air tidak diperhitungkan, atau setelah terbakar, temperatur gas pembakaran dibuat 1 5 0 ' ~ . Pada temperatur ini, air berada dalam kondisi fasa uap. Jika jumlah kalor laten uap air diperhitungkan atau setelah terbakar, temperatur gas pembakaran dibuat 2 5 ' ~ , maka akan diperoleh nilai kalor atas (HHV, higher heating value). Pada temperatur ini, air akan berada dalam kondisi fasa cair. Nilai LHV selalu lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai HHV. Hal ini dikarenakan kalor yang dihasilkan pada proses pembakaran dengan LHV sebagian digunakan untuk mengubah H20 dari fasa cair menjadi fasa gas sehingga besar energi kalor yang dapat dimanfaatkan menjadi lebih kecil. Ada dua macam penentuan yaitu nilai kalor atas higher heating
value (HHV) dan nilai kalor bawah lowerheating value (LHV). Nilai kalor atas (HHV) merupakan nilai kalor yang diperoleh dari pembakaran I kg bahan bakar dengan memperhitungkan panas kondensasi uap. Nilai kalor
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
15
bawah (LHV) merupakan nilai kalor yang diperoleh dari pembakaran 1 kg bahan bakar tanpa memperhitungkan panas kondensasi uap. Nilai kalor atas atau higher heating value (HHV) dapat dihitung dengan persamaan:
HHV = (T, - T, - T,) c,,
(M1kg)
Sedangkan nilai kalor bawah atau lower heating value (LHV) dihitung . . persarnaan: dengan
..
... .~
.
LHV = HHV - 3240
( H/kg)
Dimana: TI = Suhu air pendingin sebelum dinyalakan (OC) T P = Suhu air pendingin sesudah dinyalakan (OC)
Tkp= Kenaikan suhu kawat penyala (OC) c, = Panas jenis alat (kjlkg OC) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran bahan bakar padat (Sulistyanto A, 2006), antara lain ukuran partikel, kecepatan aliran udara, jenis bahan bakar, temperatur udara pembakaran, karakteristik bahan bakar padat yang terdiri dari kadar karbon, kadar air (moisture), zat yang mudah menguap (volatile matter), kadar abu (ash), nilai kalori. Semakin besar nilai kalor maka kecepatan pembakaran semakin lambat. Makin tinggi berat jenis bahan bakar semakin tinggi pula nilai kalor yang diperolehnya. Dengan demikian, maka biomassa yang memiliki berat jenis yang tinggi rnemiliki nilai kalor yang tinggi. Apabila biomassa tersebut mengalami proses pembakaran, kecepatan pembakarannya lebih lambat dibandingkan dengan biomassa yang memiliki berat jenis yang lebih rendah.
F. Limbah Lingkungan Limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan. Lirnbah merupakan
suatu
benda
yang
mengandung zat
yang
bersifat
membahayakan atau tidak membahayakan kehidupan manusia, hewan,
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
16
serta lingkungan dan umumnya muncul karena hasil perbuatan manusia, termasuk industrialisasi. Secara Umum limbah dibagi dua yaitu:
1. Limbah ekonomis, yaitu limbah yang dapat dijadikaan produk sekunder untuk produk yang lain dan atau dapat mengurangi pembelian bahan baku. 2. Limbah non ekonomis, yaitu limbah yang dapat merugikan dan
membahayakan serta menimbulkan pencemaran lingkungan. Proses pengolahan limbah padat industri di
kelompokkan
berdasarkan fungsinya yaitu pengkonsentrasian, pengurangan kadar air, stabilisasi dan pembakaran dengan incinetor. Pengolahan tersebut pada industri penghasil limbah dapat dilakukan sendiri-sendiri atau secara berurutan tergantung dari jenis dan jumlah limbah padat yang dihasilkan. Salah satu cara mengatasi limbah padat dengan cara pembakaran. Pembakaran dilakukan sludge dengan suhu tinggi. Dalam proses pembakaran limbah padat ini harus digunakan peralatan yang khusus seperti insenerator karena dengan pembakaran dengan suhu tersebut dapat sempurna dan tidak dihasilkan hasil sampingan yang akan membahayakan lingkungan.
G. Pertanyaan Penelitian
Potensi energi dari limbah pertanian masih dimungkinkan untuk dimanfaatkan lagi. Salah satunya pembuatan briket dengan proses yang sederhana dapat dilakukan. Briket yang terdiri dari limbah ampas tebu dan perekat dengan perbandingan fraksi massa yang optimal masih perlu diteliti lebih lanjut. Bagaimanakah karakteristik briket ampas tebu sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah (kerosin). Sehingga briket ampas tebu ini dapat direkomendasikan dan dijadikan sebagai bahan bakar alternatif.
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
BAB Ill TUJUAN DAN MANFAAT PENELlTlAN A. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah: 1. Mendeskripsikan proses pembuatan biomassa dari limbah tanaman
dengan memanfaatkan ampas tebu menjadi briket bahan bakar
2. Menentukan nilai kalor y G g dikandung briket ampas tebu 3. Mendeskripsikan bahwa briket ampas tebu merupakan bahan bakar
alternatif yang dapat digunakan oleh masyarakat. B. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam mengatasi limbah tanaman dan lingkungan, menjadi rekomendasi bagi pemerintah serta pengembangan penelitian dilingkungan akademik dan masyarakat.
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
BAB IV
METODE PENELlTlAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen, dimana hasil pengujian diperoleh melalui percobaan langsung terhadap benda uji. Berdasarkan pokok masalah yang di bahas dalam bab sebelumnya, maka data diperoleh melalui hasil pengujian lama nyala api dan nilai kalor briket ampas tebu, dilanjutkan dengan pengamatan dan analisa terhadap data yang diperoleh dari percobaan di laboratorium. 8. Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan dalam jangka waktu empat bulan, mulai dari pengajuan proposal, proses pembuatan spesimen, pengujian, analisa data sampai pembuatan laporan. Adapun tempat pelaksanaan penelitian adalah di laboratorium konversi energi Teknik Mesin FT-UNP Padang dan Labor PT. Sucofindo. C. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas tebu dari hasil penggilingan tebu. Ampas tebu diperoleh dari limbah lndustri penghasil gula tebu (saka) dan pedagang penjual air tebu. Ampas tebu kemudian dicacah dan dijadikan briket bahan bakar dengan menggunakan pengikat tepung kanji (tapioka) yang dicampur getah damar. Bahan baku untuk pembuatan briket diperlihatkan pada Gambar 1. Larutan kimia Nafthalene, Alkali dan Reagensia (Na2C03) yang diperlukan dalam pengujian nilai kalor. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pencacah (mixer) ampas tebu, unit pencetak briket (Gambar 2), unit bomb kalorimeter beserta kelengkapannya, unit oven pemanas, neraca analitik,
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
BAB IV METODE PENELlTlAN A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen, dimana hasil pengujian diperoleh melalui percobaan langsung terhadap benda uji. Berdasarkan pokok masalah yang di bahas dalam bab sebelurnnya, maka data diperoleh rnelalui hasil pengujian lama nyala api dan nilai kalor briket ampas tebu, dilanjutkan dengan pengamatan dan analisa terhadap data yang diperoleh dari percobaan di laboratorium. 6.Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan dalam jangka waktu empat bulan, mulai dari pengajuan proposal, proses pembuatan spesimen, pengujian, analisa data sampai pembuatan laporan. Adapun tempat pelaksanaan penelitian adalah di laboratorium konversi energi Teknik Mesin FT-UNP Padang dan Labor PT. Sucofindo. C. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas tebu dari hasil penggilingan tebu. Ampas tebu diperoleh dari limbah lndustri penghasil gula tebu (saka) dan pedagang penjual air tebu. Ampas tebu kemudian dicacah dan dijadikan briket bahan bakar dengan menggunakan pengikat tepung kanji (tapioka) yang dicampur getah damar. Bahan baku untuk pembuatan briket diperlihatkan pada Gambar 2. Larutan kimia Nafthalene, Alkali dan Reagensia (Na2C03) yang diperlukan dalam pengujian nilai kalor. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pencacah (mixer) ampas tebu, unit pencetak briket (Gambar 3), unit bomb kalorimeter beserta kelengkapannya, unit oven pemanas, neraca analitik,
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
19
cawan, termometer, kawat pijar, tabung oksigen, lndikator methyl red, stopwatch, buret, pinset dan tungku masak atau anglo (Gambar 4). Alat bomb kalorimeter (Gambar 5) merupakan suatu alat yang digunakan untuk menentukan panas yang dibebaskan oleh suatu bahan bakar dan oksigen pada volume tetap. ..
---
--. .
Getah Damar
Tapioka Gambar 2. Bahan Pembuatan Briket
Gambar 3. Pencetak Briket
Gambar 4. Tungku (Anglo)
-
Gambar 5 . Alat Uji Bomb Kalorimeter
---
/
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
D. Metode Pelaksanaan Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan kegiatan. Diawali dengan persiapan bahan dan alat beserta cetakan, pembuatan briket ampas tebu dan pembuatan sampel uji nilai kalor. Bahan utama berupa ampas tebu terlebih dahulu dicacah sampai halus dan ditimbang sesuai kebutuhan pemakaian 70%. Selanjutnya getah damar yang sudah kering dan dihaluskan dipersiapkan sebanyak 10%. Bahan pengikat briket digunakan tepung tapioka sebanyak 20%. Setelah persiapan bahan selesai dilanjutkan dengan proses pembuatan briket. Ampas tebu yang telah dicacah dengan mixer, serbuk getah damar dan tepung tapioka dicampur dalam wadah dan diaduk beberapa menit sampai benar-benar tercampur dengan merata. Kemudian air dimasukan ke dalam wadah sambil di aduk lagi
sampai air tersebut tercampur
dengan merata juga pada bahan-bahan campuran tadi. Campuran ini diaduk terus sampai campuran tersebut mengempal seperti tanah lempung. Proses pencetakan dilakukan dengan memasukan campuran yang sudah mengempal tadi ke dalam cetakan sedikit demi sedikit sesuai dengan ukuran beriket yang akan dibuat. Briket ampas tebu ini dibuat berbentuk selinder dengan ukuran diamater
+ 50 mm dan tinggi + 45 mm.
Cetak seluruh campuran tersebut sampai selesai seluruhnya. Proses pengeringan briket ampas tebu yang sudah di cetak kemudian dilakukan proses pengeringan. Untuk mengeringkan briket dapat dijemur dengan cahaya matahari, tetapi untuk mempercepat proses ini dilakukan dengan memanggang briket dengan menggunakan open pemanas di atas tungku sederhana. Tungku dapat terbuat dari tumpukan batu bata, dimana dibawah open pemanas tersebut dinyalakan api untuk memanaskan open pemanas. Pada saat proses ini harus diperhatikan Briket ampas tebu harus benar-benar kering. Tempat penyimpanan briket ampas tebu tidak diperlukan tempat khusus tetapi harus menghindarkan briket tidak terkena air. Geometri dan dimensi briket yang diproduksi ditunjukkan pada Gambar 6 dan Gambar 7.
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
21
Gambar 6. Geometri dan Dimensi Briket 7
Gambar 7. Briket Ampas Tebu yang di produksi Briket ampas tebu yang telah kering kemudian dilakukan pengujian terhadap kualitasnya. Beberapa ha1 yang diuji menyangkut kualitas briket yaitu penetapan bahan kering dan nilai kalor briket. Pada pengujian ini digunakan alat bomb kalorimeter. Pengujian lama nyala api briket ampas tebu dilakukan pada tungku masak untuk mengetahui performanya. Pada pengujian nyala api ini dilakukan dengan mencoba memasak air pada tungku masak dan akan dilihat banyaknya keterpakaian briket. Kemudian dibandingkan dengan memasak air dengan kompor biasa yang berbahan bakar minyak. E. Pengamatan
Setelah beberapa sampel briket diuji pada bomb kalorimeter dan mendapatkan beberapa data uji, selanjutnya dilakukan pengolahan data uji dengan kalkulasi matematis dengan menggunakan persamaan yang ada. Sehingga dari keseluruhan pengujian akan diketahui nilai kalor rata-
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
22
rata briket. Demikian juga dengan pengujian lama nyala api briket dianalisa secara teoritis dengan membandingkan hasilnya apabila menggunakan bahan bakar minyak.
F. Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian seperti diperlihatkan pada Gambar 8. /-
f Briket Ampas Tebu %bag.;'\\ ,'
Bahan Bakar Alternative
I
I
,/ Ampas Tebu
Tapioka
1
Pembuatan Briket
,* Pengujian
Briket
I
7
1
,
Getah
'---..' Damar
-
I
I
Uji Nilai Kalor a (Bomb Kalorimeter)
Uji Lama nyala api (Tunghu masak)
Kesimpulan dan Penulisan Laporan
L Selesai
Gambar 8. Diagram Alir Penelitian
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
BAB V HASlL DAN PEMBAHASAN A.
Lama Nyala Api Dari penelitian yang dilakukan diperoleh karakteristik kualitas briket
ampas tebu sebagai bahan bakar. Pengujian pembakaran briket ampas tebu dilakukan pada tungku (anglo) yang berisikan 15 buah briket (+ 500 gram). Sebelum dibakar terlebih dahulu satu briket di rendam dengan minyak tanah (kerosin) dan diletakkan pada bagian atas. Pada awal pembakaran briket menimbulkan asap. Beberapa saat kemudian briket terbakar dan menimbulkan lidah api berwarna merah. Sekitar 10,27 menit kemudian terlihat nyala api berwarna kebiruan yang menandakan dimulainya menghitung lama nyala api. Proses pembakaran briket ampas tebu dalam tungku (anglo) dapat dilihat pada Gambar 9. Waktu nyala api dipengaruhi oleh perekat yang dicampurkan pada pembuatan briket, dimana perekat hanya mengikat ampas tebu pada briket. Lama nyala api juga dipengaruhi oleh banyaknya briket ampas tebu yang dibakar sebagai bahan bakar. Kondisi nyala api ini dapat bertahan sekitar 43,96menit tanpa penambahan. Dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah
+
(kerosin) sebanyak 1 liter pembakaran dapat bertahan 60 menit.
Gambar 9. Proses Pembakaran Briket Ampas Tebu
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
B.
Pengujian Nilai Kalor Dari hasil pengujian dengan menggunakan alat bomb kalorimeter
diperoleh nilai kalor atas (HHV) dan nilai kalor bawah (LHV). Dengan menggunakan persamaan sebelumnya dapat dihitung Nilai kalor atas atau
higher heating value (HHV) dan nilai kalor bawah (LHV). Hasil pengujian dan kalkulasi perhitungan nilai kalor seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengujian dan Kalkulasi Nilai Kalor Sampel uji
G
HHV
LHV
(Jlkg)
(kJ1kg)
(kJlkg)
0,05
73529,6
17647,l
14407,l
26,82
0,05
73529,6
18382,4
15142,4
26,76
0,05
73529,6
19117,7
15877,7
18382,4
15142,4
T1
T2
(Oc)
("c)
1
27,18
26,89
2
27,12
3
27,07
Rata-rata
Berdasarkan kondisi bahan kering, komposisi kimia ampas tebu akan mengalami perubahan dari kondisi basah. Komposisi kimianya terdiri dari unsur C (carbon) 47 %, H (Hydrogen) 6,s %, 0 (Oxygen) 44 % dan abu (Ash) 2,s %. Dengan berpedoman pada kondisi ini maka nilai kalor ampas tebu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Dulong dan Petit. Nilai kalor atas (Higher Heating Value):
maka:
Nilai kalor bawah (Lower Heating Value):
LHV = H W - 2400 (H,O+ 9 H,) maka:
LHV = 17398,5 - 2400 (0+ 9(0,065)) = 15994,5 W l kg
kJ/kg
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Dapat dibuktikan dalam pembuatan biomassa dari limbah tanaman dengan memanfaatkan ampas tebu menjadi briket bahan bakar serta dapat diperoleh informasi mengenai karakteristiknya. 2. Nilai kalor atas (HHV) briket ampas tebu rata-rata 18382,4 kJ/kg dan nilai kalor bawah (LHV) 15142,4 kJlkg. Nilai ini diperoleh dengan pengujian menggunakan alat bomb kalorimeter. Jika dibandingkan dengan minyak tanah yang memiliki nilai kalor sebesar 11.100 kKal/kg (46465 kJkg) menunjukkan bahwa nilai kalor briket ampas tebu hanya 40 % dari nilai kalor minyak tanah 3. Dapat dibuktikan bahwa briket ampas tebu merupakan bahan bakar alternatif yang dapat digunakan oleh masyarakat. Lama nyala api briket ampas tebu dapat berlangsung selama 43,96 menit dengan banyaknya briket 500 gram. Untuk 1000 gram (1 kg) briket ampas tebu lama penyalaan pembakaran mencapai waktu 87,93 menit Jika dibandingkan dengan pembakaran dengan bahan bakar minyak tanah (kerosin) lama pembakaran mencapai
&
60 menit.
Dengan demikian pemakaian briket ampas tebu sebagai bahan bakar sangat dimungkinkan dan briket sangat berpotensi dijadikan sebagai bahan bakar padat pengganti bahan bakar cair (minyak ianah) B. Saran
Kegiatan
penelitian
yang
telah
dilaksanakan masih dapat
dilanjutkan lagi untuk mendapaikan kajian yang lebih spesifik mengenai karakteristik briket ampas tebu. iiasii penelitian ini dapat diaunakan sebaqai referensi dalam menqatasi limbah tanaman dan linakunnan.
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
26
menjadi rekomendasi bagi pemerintah serta pengembangan penelitian dilingkungan akademik dan masyarakat.
Laporan Hasil Peneiitian DIPA-UNP 2010
DAFTAR PUSTAKA Borrnan, G.L., dan Ragland, K.W. (1998). Combustion Engineering, McGraw-Hill Book Co., Singapore. Bureau of Energy Efficiency. (2004). Energy Efficiency in Thermal Utilities. Chapter 1. Departernen Energi dan Surnber Daya Mineral (DESDM). (2004). Statistik Energi Indonesia. Eddy dan Budi. (1990). Teknik Pembakaran Dasar dan Bahan Bakar, JTM-FTI-ITS, Surabaya. Estela, A., (2002). Rice husk-an Alternative Fuel in Peru, Boiling Point No.48. Grover, P.D. dan Mishra, S.K. (1996). Biomass Briquetting : Technology and Practices, Field Document No. 46, FAO-Regional Wood Energy Development Program (RWEDP) In Asia, Bangkok. Harnbali, E., dkk. (2006). Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Penebar Swadaya, Jakarta
M. M. Wakil. (1992). lnstalasi Pembangkit Daya, Jilid-1, Erlangga, Jakarta. M. Syamsiro dan Hawin Saptoadi. (2007). Pembakaran Briket Biomassa Cangkang Kakao: Pengaruh Temperatur Udara Preheat, Seminar Nasional Teknologi (SNT), Yogyakarta, lSSN : 1978 - 9777. Sudrajat, R. (1983). Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat, dan Tekanan Kempa Terhadap Kualitas Briket Arang. Laboran PPPHH No. 16517-17. Bogor. Sulistyanto A. (2006). Karakteristik Pembakaran Biobriket Campuran Batubara dan Sabut Kelapa, Vol. 7 , No.2, pp 77-84
Laporan Hasil Penelitian DIPA-UNP 2010
28
Syafi'i, W., (2003). Hutan Sumber Energi Mass Depan, http://www .kompas.co.id. Harian kompas 15 april 2003
H. Santoso. (2009). Listrjk Sebagai K o - P r ~ d u k !zr^,fe;)sia,' ,cabrj;i G G ; ~jdr:-:& , Lif$sj-,g Pertapiaq, 26 j< j
Yahya Kurniawan dan
United Nations Environment Programme. (2006). Bahan Bakar dan Pembakaran. www.energyefficiencyasia.org O U N E P 23