LAPORAN MENGHADIRI PERTEMUAN 1ST TASKFORCE MEETING ON SANITARY AND PHYTOSANITARY (SPS) AND TRADE FACILITATION BETWEEN MALAYSIA AND INDONESIA 9-10 APRIL 2012 Pertemuan, 1st Taskforce Meeting on SPS and Trade Facilitation diselenggarakan di Putra Jaya, 9-10 April 2012 merupakan bagian dari tindak lanjut Pertemuan 3rd Technical Working Group on Food Crops and Horticulture held in Kota Kinabalu, Sabah on 13 November 2011. Delegasi dari Indonesia yaitu: Dr. Catur Putra Budiman, Kepala Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi (Ketua Delegasi), dengan anggota : Dr. Arifin Tasrif, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati; Dr. Antarjo Dikin (Kepala BUTTMKP), Edy Purnomo Maha Matahari, SE, MH (Kepala Bagian Hukum dan Humas, Barantan), Dedeng Gunawan, SE.MM (Kasubid Asia dan Pacific, Sekjen). Beberapa hal penting yang dibahas dalam pertemuan bertujuan untuk membahas permasalahan gangguan teknis (SPS) serta memacuh akselerasi ekspor Indonesia: 1. Sidang setuju menominasikan Dr. Antarjo Dikin dan Ms. Sri Ikarostika sebagai notulen dari kedua wakil Negara. 2. Sidang membahas Term of Reference (TOR) dalam ruang lingkup kesehatan tumbuhan dan keamanan pangan, sedang untuk ruang lingkup TBT akan dibahas dalam draft TOR mendatang. 3. Sidang membahas perkembangan peraturan karantina tumbuhan kedua Negara. Malaysia mempresentasikan peraturan karantina dan organisasi baru Malaysian Quarantine and Inspection Service (MAQIS) dalam Act 2011 (Act 728). Organisasi MAQIS mempunyai tugas penerbitan izin import/export, melakukan analisa risiko OPT terhadap produk baru yang akan diimport dan produk yang sudah ada namun ditemukan dalam pemeriksaan OPT
Karantina. Hal yang sama disampaikan delegasi Indonesia terkait peraturan karantina tumbuhan. 4. Dalam kerangka kerjasama kedua Negara setuju untuk tukar informasi terhadap adanya persyaratan impor untuk fasilitasi perdagangan. Indonesia mengucapkan terima kasih kepada Malaysia atas diakuinya Indonesia sebagai Negara bebas kumbang khapra (Trogoderma granarium Everts), sehingga persyaratan import tidak memberlakukan fumigasi dengan 80 gr/M3 terhadap produk pertanian asal Indonesia. Hal ini selaras dengan komitmen pada Montreal Protokol. 5. Malaysia dalam pengembangan sistem aplikasi layanan karantina secara elektronik. Indonesia mempresentasikan kemajuan sistem layanan karantina secara elektronik (e-Plaq) termasuk pengembangan elektronik phytosanitary certificate (e-Phyto) yang disepakati oleh IPPC, FAO. Malaysia ingin belajar dengan Indonesia dan membangun kerjasama penggunaan e-Phyto. Untuk terwujudnya aplikasi e-Phyto kedua Negara maka ditetapkan kelompok kerja kecil dengan diketuai Mr. Arizal Arshad (MAQIS) dan Sdr. Ichwandi (IAQA) untuk mewujudkan implementasi e-Phyto termasuk untuk membuat draft SOP e-Phyto dan draft MoU penggunaan e-Phyto yang dipersiapkan Indonesia dengan pilot projek untuk Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Port Klang, Malaysia. 6. Kedua Negara sepakat untuk membangun pengakuan bersama terhadap kedua sistem akreditasi skim fumigasi antara MAFAS dan IFAS. Untuk mewujudkan itu ditetapkan wakil dari masing-masing Negara Sdr. Turhadi dan Mr. Moch. Ridzuan Ismail guna membuat rekomendasi kepada Taskforce. Indonesia berkomitmen untuk mengurangi penggunaan fumigant Metil Bromida kecuali keperluan Quarantine and Pre-Shipment (QPS). Selaras kebijakan ini maka Indonesia akan menggunakan perlakuan alternative melalui penelitian dan pengembangan karantina yang sedang dilakukan oleh Balai Uji Terap TM Karantina Pertanian diantaranya SPIT, fumigasi dengan liquid phospine, controlled atmosphere, ethylene oxide, ethylene formate dan gamma irradiation. 2|Page
7. Hasil penelitian yang dilakukan Balai Uji Terap TM Karantina Pertanian dimintakan datanya oleh Malaysia untuk bahan pertimbangan untuk kesepakatan perlakuan karantina. 8. Malaysia
mempresentasikan
‘import
pre-clearance
procedure
dan
accredititation pertanian. Khusus untuk export buah manga dari Indonesia diharuskan berasal dari area bebas dari serangga ‘Mango Stone Weevil’ atau perlakuan irradiasi dengan sinar gamma atau dengan teknik perlakuan lain yang setara (equivalent). Malaysia meminta Indonesia memberikan informasi area-area yang bebas serangga tersebut guna kelancaran eksport buah manga var. arum manis dan lainnya. 9. Malaysia mempresentasi hasil intersepsi terhadap produk pertanian asal Indonesia yang tidak memperhatikan syarat-syarat kesehatan tumbuhan diantaranya setiap produk pertanian yang akan diekport ke Malaysia harus disertai Phytosanitary Certificate dengan bebas dari cemaran tanah, bebas dari OPT Karantina dan OPT tertentu. Sehingga diharapkan IAQA dapat melakukan pengawasan dari hulu hingga hilir (siap ekspor) alur rantai produksi selaras ISPM No. 7 IPPC. 10. Terhadap lalu lintas produk pertanian lintas batas di Borneo, agar kedua Negara dari Petugas Karantina Pertanian setempat untuk selalu melakukan komunikasi
untuk
penyelesaian
terkait
adanya
hambatan/gangguan
kelancaran arus mobilitas media potensial OPT Karantina. IAQA dalam presentasinya memaparkan keinginan melakukan pengamanan Borneo oleh ketiga Negara (Brunei, Indonesia, Malaysia) dari introduksi OPK Karantina ketiga Negara dengan satu regulasi karantina bersama. Hal yang sama terhadap OPT Karantina golongan A2 untuk kedua Negara. Tindak lanjut pengamanan Borneo kedua Negara sepakat untuk disampaikan pada BIMPEAGA agar Brunei dapat menerima keinginan ini. 11. Dalam
pengamanan
Bornea
maka
masing-masing
selalu
konsisten
melakukan surveillance OPT dan dapat melaksanakan joint inspection untuk karantina. 3|Page
12. Adanya hambatan eksport Indonesia (daun Nipah dan tanaman hias, Vitex trifolia), pada dasarnya diizinkan bila dilengkapi izin import dan diberikan perlakuan fumigasi Methyl bromide. Tentunya tindakan karantina ini dilakukan bila dari hasil pemeriksaan karantina Malaysia tidak ditemukan OPT Karantina, sehingga bila ditemukan maka akan dikaji ulang melalui analisa risiko. 13. Kedua Negara sepakat untuk melaksanakan pengaman terhadap mobilitas produk pertanian yang terkontaminasi cemaran pestisida/bahan kimia berbahaya. Penerbitan sertifikat jaminan keamanan pangan produk pertanian oleh Malaysia dikeluarkan dari Kementerian Kesehatan Malaysia untuk saat ini dalam masa transisi pada MAQIS. IAQA bersifat pengontrol produk 14. pangan segar agar bebar dari cemaran yang telah ditetapkan dari hasil Sertifikat Analisis, atau melalui progrom pengakuan dan monitoring. 15. Terkait labeling produk yang diekspor ke Malaysia disampaikan keinginan Malaysia, agar menggunakan bahasa Melayu (Malaysia). 16. Pengembangan kerjasama laboratorium untuk kedua Negara disepakati dalam identifikasi OPT dan untuk pengembangan jejaring Remote Mikroskop. Disepakati sebagai kontak personal dalam pengembangan jejaring Remote Mikroskop Sdr. Muhammad Achrom (Indonesia) dan Mr. Ab Wasa Mohd Nor (Malaysia). 17. Sepakat pertemuan mendatang tahun 2013 direncanakan berlokasi Menado, Indonesia. Akhir pertemuan kedua ketua delegasi melakukan penanda tanganan laporan ini. Demikian laporan ini untuk bahan informasi dan dapat dipergunaan sebagaimana mestinya (Dr. Antarjo Dikin)
4|Page
Dr. Catur Putra Budiman memverifikasi bubuk daun teh untuk teh tarik (minuman favorit Malaysia) Untuk mengawali kerjasama Indonesia-Malaysia pengembangan electronic Phytosanitary (e-Phyto), delegasi melihat kesiapan infrastuktur Pelabuhan Klang sebagai hub masuknya komoditas pertanian asal Indonesia.
5|Page