KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3
SKRIPSI DANNI HARJANTO
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN Danni Harjanto. D04400037. Kualitas Kimia Daging Dada Ayam Broiler yang Pakannya Ditambahkan Campuran Minyak Ikan Kaya Asam Lemak Omega-3. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Seminar : Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto, MS Pembimbing Anggota : Dr. Komari, M.Sc Ayam broiler merupakan salah satu jenis ayam yang banyak dibudidaya karena memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. Daging ayam broiler juga merupakan sumber protein hewani yang murah, aman, mudah didapat dan diolah. Pertumbuhan yang cepat pada ayam broiler diikuti pula oleh pertumbuhan lemak dan koleserol dalam daging. Beberapa penyakit seperti arterosklerosis dan kardiovaskuler berpeluang timbul sebagai akibat dari pola konsumsi lemak dan kolesterol yang berlebihan. Berbagai upaya banyak dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk unggas sehingga nilai jualnya pun dapat meningkat. Penambahan asam lemak omega-3 ke dalam pakan banyak dilakukan untuk memanipulasi kandungan asam lemak pada karkas. Salah satu sumber asam lemak omega-3 yang dapat digunakan adalah minyak ikan dari limbah pengolahan ikan sarden yang dicampur dengan ampas tahu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kimia daging ayam broiler yang pakannya ditambahkan campuran minyak ikan. Penambahkan campuran minyak ikan ke dalam pakan komersial dilakukan dengan taraf masing-masing 2,5; 5 dan 7,5%. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah taraf penambahan campuran minyak ikan (2,5; 5 dan 7,5%) dan faktor kedua adalah lama penambahan campuran minyak ikan ( 2; 3 dan 4 minggu). Analisis kimia dilakukan pada daging ayam yang berumur 5 minggu. Peubah yang diamati meliputi kadar air, protein, lemak, abu, karbohidrat, kolesterol dan asam lemak omega-3. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan campuran minyak ikan dalam pakan dapat menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam daging. Penambahan campuran minyak ikan yang dinilai paling efektif untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol adalah pada taraf 2,5% pada saat ayam berumur 3 minggu (2 minggu pemberian campuran minyak ikan) dengan penurunan berturutturut sebesar 16,41% dan 50,55% lebih rendah dari pada kontrol. Kandungan asam lemak omega-3 pada daging ayam broiler tidak semuanya menunjukkan terjadinya peningkatan. Peningkatan asam lemak omega-3 tertinggi terjadi pada penambahan campuran minyak ikan dengan taraf 7,5% pada saat ayam berumur 2 minggu (3 minggu pemberian campuran minyak ikan). Peningkatan kandungan asam lemak omega-3 pada perlakuan ini adalah sebesar 40,97% lebih tinggi dari pada kontrol. Kata kunci
: broiler, daging, asam lemak omega-3
ABSTRACT Chemical Quality of Broiler’s Breast Meat that was Added Mixed Fish Oil Enrich with Omega-3 in the Diet Harjanto, D., HS, Iman Rahayu and Komari The study was designed to observe the chemical quality of broiler’s breast meat which was added mixed fish oil in the diet. The level of mixed fish oil added were 2.5; 5 and 7.5%. The experimental design that used was 3 x 3 factorial complete randomized with three replicates. The first factor was the level of mixed fish oil (2.5; 5 and 7.5%) and the second factor was duration of feeding mixed fish oil (2; 3 and 4 weeks). The parameters observed were moisture, protein, fat, ash, carbohydrate, total cholesterol and omega-3 fatty acid contents in the breast meat. The results showed that added mixed fish oil in the diet could decreased fat and total cholesterol contents. Adding 2.5% mixed fish oil in the diet and giving to 3 weeks of age are recommended of this research based on fat and total cholesterol contents. The highest value of omega-3 fatty acid occurred by using 7.5% mixed fish oil and giving to 2 weeks of age. Key words: broiler, meat, omega-3 fatty acid.
KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan pada fakultas peternakan Institut Pertanian Bogor
Oleh DANNI HARJANTO D04400037
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Judul : KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 Nama : Danni Harjanto NRP : D04400037
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
(Dr. Ir. Iman Rahayu HS., MS) NIP 131 415 133
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
(Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur.Sc) NIP 131 624 188
Tanggal lulus : 27 Januari 2006
(Dr. Komari M.Sc) NIP 140 096 878
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Wonogiri pada tanggal 18 Januari 1982. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Suradi dan Ibu Sriyatni, yang saat ini berdomisili di Wonogiri. Pendidikan dasar penulis, diselesaikan pada tahun 1994 di SD Wonokarto 1 Wonogiri, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun1997 di SMP Negeri 3 Wonogiri dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2000 di SMU Negeri 3 Wonogiri. Mulai tahun 2000 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi
Mahasiswa IPB (USMI). Selama menempuh pendidikan di IPB penulis pernah mengikuti kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Dikti pada tahun 2004 dengan judul penelitian Pemanfaatan Susu Bawah Standar untuk Pembuatan Kerupuk. Penulis juga pernah menjadi anggota dan pengurus Forum Aktivitas Mahasiswa Muslim AlAn’aam dan Anggota UKM Thifan Pokhan.
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya yang senantiasa menyertai penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat serta pengikutnya. Skripsi yang berjudul “Kualitas Kimia Daging Dada Ayam Broiler yang Pakannya Ditambahkan Campuran Minyak Ikan Kaya Asam lemak Omega-3” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Minyak ikan dan ampas tahu yang ditambahkan ke dalam pakan sengaja dipilih sebagai tema yang dibahas dalam skripsi ini. Minyak ikan memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan manusia. Pemanfaatan kedua limbah ini untuk peningkatan kualitas daging ayam broiler, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia peternakan. Skripsi ini diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Januari sampai April 2005 kemudian dilanjutkan dengan proses pengolahan data dan penelusuran informasi ilmiah serta penulisan hingga Oktober 2005 Demikian prakata dari penulis semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi praktisi, akademisi serta pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembangunan peternakan. Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu setiap proses yang telah penulis lalui hingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Kesempurnaan kembali hanya milik Allah SWT semata.
Bogor, Februari 2006
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN.............................................................................................
ii
ABSTRACT................................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ................................................................................
vii
DAFTAR ISI...............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
xi
PENDAHULUAN .....................................................................................
1
Latar Belakang .............................................................................. Tujuan Penelitian ...........................................................................
1 1
TINJAUAN PUASTAKA ..........................................................................
2
Karkas Ayam Broiler ...................................................................... Komposisi Daging Ayam Broiler ................................................... Kandungan kadar air, protein, lemak, abu dan karbohidrat ......................................................................... Pengaruh Pakan Pada Kualitas Daging........................................... Kandungan Kolesterol ................................................................... Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3.................................................. Metabolisme Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3................ Manfaat Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3 ......................
2 3 3 7 8 10 12 14
MATERI DAN METODE..........................................................................
15
Tempat dan Waktu ......................................................................... Materi ............................................................................................ Campuran Minyak Ikan ...................................................... Ternak, kandang dan pakan ................................................ Metode ............................................................................................ Pencampuran Minyak Ikan dan Ampas Tahu..................... Pemeliharaan Ayam............................................................ Pemotongan Ternak ............................................................ Pengambilan Sampel........................................................... Peubah yang Diamati .......................................................... Analisis Data dan Rancangan Percobaan............................ Prosedur Analisis ........................................................................... Kadar Air ........................................................................... Kadar Lemak ...................................................................... Kadar Protein ..................................................................... Kadar Abu .......................................................................... Karbohidrat ........................................................................
15 15 15 15 15 15 15 16 16 16 17 17 17 17 17 18 18
Kadar Kolesterol ................................................................ Penetapan Kadar Asam Lemak Omega-3...........................
18 19
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................
21
Jumlah Konsumsi Campuran Minyak Ikan ................................... Pengaruh Penambahan Camuran Minyak Ikan terhadap Kualitas Kimia Daging Dada Ayam Broiler ................................................. Kadar Air ........................................................................... Kadar Protein .................................................................... Kadar Lemak...................................................................... Kadar Abu ......................................................................... Karbohidrat ....................................................................... Kandungan Total Kolesterol ............................................. Kandungan Asam lemak Omega-3 ....................................
21
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. Kesimpulan .................................................................................... Saran ..............................................................................................
29 29 29
UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................
30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
31
LAMPIRAN................................................................................................
34
21 21 23 24 25 25 26 27
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Beberapa Jenis Asam lemak tidak Jenuh .......................................
11
2. Komposisi Asam Lemak pada Berbagai Jenis Unggas ..................
12
3. Cara Pemberian Campuran Minyak Ikan Berdasarkan Taraf dan Lama Pemberiannya .......................................................................
16
4. Konsumsi Campuran Minyak Ikan Selama Penelitian...................
21
5. Komposisi Kimia Daging Dada Ayam Broiler ..............................
22
6. Kandungan Total Kolesterol Daging Ayam Broiler.......................
26
7. Kandungan Asam Lemak Omega-3 Daging Ayam Berdasarkan Berat Kering ...................................................................................
28
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Mekanisme yang Menghasilkan Arterosklerosis dan Infark Jaringan ..........................................................................................
9
2. Transformasi Metabolik Asam Lemak Omega-6 dan Omega-3 yang Mengalami Penambahan Karbon dan Ikatan Tak Jenuh......
13
PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam broiler merupakan salah satu jenis ayam yang banyak dibudidaya karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Daging ayam broiler juga merupakan sumber protein hewani yang murah, aman, mudah didapat dan diolah. Keunggulankeunggulan ini menjadikan ayam broiler dapat diandalkan sebagai penyuplai sumber protein hewani yang utama. Pertumbuhan yang cepat pada ayam broiler diikuti pula oleh pertumbuhan lemak dan koleserol dalam daging. Beberapa penyakit seperti arterosklerosis dan kardiovaskuler berpeluang timbul sebagai akibat dari pola konsumsi lemak dan kolesterol yang berlebihan (Montgomery et al., 1993). Berbagai upaya banyak dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk unggas sehingga nilai jualnya pun dapat meningkat. Perbaikan pakan dan introduksi suplemen merupakan salah satu cara yang banyak digunakan. Menurut Coetzee dan Hoffman (2002) diet asam lemak akan diserap oleh hewan monogastrik dan didepositkan ke jaringan tubuhnya tanpa ada perubahan yang signifikan. Penambahan minyak ikan yang merupakan sumber asam lemak omega-3 ke dalam pakan banyak dilakukan untuk memanipulasi kandungan asam lemak pada karkas. Asam lemak omega-3 merupakan asam lemak berantai panjang yang sangat diperlukan membran reseptor cahaya pada retina, peningkatan kecerdasan otak pada anak-anak, mencegah penyakit jantung koroner dan stroke (Mason, 2000; Dewailly et al., 2001). Berbagai sumber asam lemak omega-3 telah banyak digunakan dalam pakan.
Salah satu sumber asam lemak omega-3 yang dapat digunakan adalah
limbah pengolahan ikan sarden yang dicampurkan dengan ampas tahu. Pemanfaatan kedua bahan limbah ini tentu saja lebih menguntungkan dari segi ekonomi. Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa penggunaan jenis sumber asam lemak omega-3 ini dapat meningkatkan kandungan asam lemak omega-3 dan menurunkan kandungan kolesterol dalam telur ayam merawang (Cahyono, 2003). Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan campuran minyak ikan yang kaya asam lemak omega-3 terhadap kualitas kimia daging dada ayam broiler.
TINJAUAN PUSTAKA Karkas Ayam Broiler Muchtadi dan Sugiyono (1992), menyatakan komponen karkas terdiri dari otot, lemak, tulang, dan kulit. Merkley et al. (1980), membagi karkas menjadi lima bagian besar potongan komersial yaitu dada, sayap, punggung, pangkal paha dan paha. Bagian dada banyak disukai konsumen karena serat dagingnya lebih lunak dibandingkan bagian paha atau bagian lainnya. Soeparno (1992) menyatakan bahwa kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor yang mempengaruhi kualitas daging sebelum pemotongan antara lain: genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan termasuk bahan aditif (hormon, enzim, antibiotik, mineral, suplemen), dan stres. Faktor sesudah pemotongan meliputi pelayuan, metode pemasakan, pH daging, macam otot daging, lokasi pada otot daging, dan lain-lain. Lebih lanjut Soeparno (1992) menyatakan, bahwa faktor kualitas daging yang dimakan terutama meliputi warna, keempukan dan tekstur, flavor dan aroma termasuk bau dan cita rasa serta kesan jus daging (juiceness). Disamping itu, lemak intramuskular, susut masak (Cooking loss) yaitu berat sampel daging yang hilang selama pemasakan atau pemanasan, retensi cairan atau pH daging ikut menentukan kualitas daging. Flavor dan aroma daging adalah sensasi yang komplek dan saling terkait serta berkembang selama pemasakan. Flavor dan aroma daging masak dipengaruhi oleh umur ternak, tipe pakan, spesies, jenis kelamin, lemak, bangsa, lama waktu dan kondisi penyimpanan daging setelah pemotongan, serta lama dan temperatur pemasakan. Flavor melibatkan bau, rasa, tekstur, temperatur dan pH. Sensasi rasa yang dominan adalah pahit, manis, asam dan asin. Evaluasi bau dan rasa sangat tergantung pada cita rasa panel. Daging dari ternak yang tua mempunyai bau yang lebih kuat dari pada daging ternak yang lebih muda khususnya pada daging merah (Soeparno, 1992). Bagian-bagian tubuh ayam broiler memiliki rasa yang tidak sama satu dengan yang lain. Bagian punggung memiliki tulang yang lebih banyak. Bagian betis lebih keras karena lebih berotot. Sebaliknya, bagian dada lebih empuk dan sedikit mengandung lemak. Proporsi bagian-bagian karkas dari ayam broiler adalah bagian
sayap, betis, paha dan dada berturut-turut sebanyak 10, 15, 17.5 dan 30% dari bobot karkas. Bagian-bagian dada dan punggung dapat dibelah dua sehingga seluruh potongan komersial berjumlah 10 buah (Amrullah, 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi perlemakan adalah spesies, jenis kelamin, dan umur ayam (Mountney, 1996). Hasil penelitian Fontana et al. (1993), menyebutkan bahwa ayam broiler yang dipelihara pada sistem kandang litter yang dipelihara 28 hari berat lemak abdominalnya 1,12 g/100g sedangkan broiler yang dipelihara pada kandang baterai berat lemak abdominalnya 0.97 g/100g pada umur 28 hari. Jenis kelamin berpengaruh pada kandungan lemak, biasanya kandungan lemak pada betina lebih tinggi dibandingkan kandungan lemak pada jantan. Kandungan lemak subkutan dipengaruhi oleh umur. Lemak subkutan meningkat dari 13,25 % pada umur 3 minggu menjadi 33,87 % pada umur 9 minggu (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Daging dada ayam memiliki warna yang agak putih sedangkan daging paha berwarna lebih merah. Perbedaan ini disebabkan kandungan mioglobin pada daging kaki dan paha lebih banyak dari pada kadar mioglobin pada daging dada (Blakely dan Bade, 1985). Komposisi Daging Ayam Broiler Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992), menyatakan sebagai bahan pangan, daging unggas tersusun atas komponen-komponen bahan pangan seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, air, mineral dan pigmen. Kadar masing-masing komponen tersebut berbeda-beda besarnya tergantung kepada jenis atau ras, umur dan jenis kelamin unggas yang bersangkutan. Bahkan pada daging unggas yang sama setiap komponen kadarnya berbeda-beda antara bagian yang satu dengan yang lainnya. Kadar Air. Armin (1996), menyatakan bahwa kadar air daging
berbeda-beda
diatara serat otot, dan kadar air berkurang dengan bertambahnya umur. Daging yang berasal dari ayam yang lebih muda mempunyai kadar air yang lebih tinggi dibandingkan daging ayam broiler yang berumur tua (Leeson dan Summers, 1997). Amrullah (2002) menyatakan, bila persentase lemak dalam karkas broiler meningkat maka kandungan air tubuh berkurang. Bobot air tubuh dan lemak berkisar dari 76
hingga 79% dari bobot hidup dewasa. Pada suhu 32,2 °C, 12% akan berupa lemak dan 66% adalah air. Lesson dan Summers (1997), juga mengemukakan bahwa pada umur 30 hari kadar air daging sebesar 65-66 %, sedangkan pada umur 70 hari kadar air daging sebesar 60-61 %. Cahyono (2003) melaporkan kadar air ayam Merawang yang mendapatkan suplementasi 5% omega-3 sebesar 71,60%. Hasil penelitian Supadmo (1997) menyebutkan bahwa kadar air ayam broiler yang mendapatkan suplementasi 4% minyak lemuru sebesar 74,87% sedangkan untuk kontrol diperoleh 74,92%. Menurut Winarno (1995), air dalam bahan makanan dibagi atas empat tipe, menurut derajat keterikatan air. Tipe 1, adalah molekul air yang terikat pada molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N seperti karbohidrat, protein dan garam. Air tipe ini dapat dihilangkan dengan cara pengeringan biasa. Tipe II, yaitu molekulmolekul air membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air lain. Air jenis ini sukar dihilangkan. Tipe III, adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan matrik bahan seperti membran kapiler, serat, dan lain-lain, yang disebut air bebas. Air tipe ini mudah diuapkan. Tipe IV, adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni. Protein. Protein merupakan zat nutrisi yang sangat penting, karena yang paling erat hubungannya dengan prose-proses kehidupan (Sediaoetama, 1991). Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi. Selain itu protein mengandung karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, sulfur dan fosfor (Thilman et al., 1991; Anggorodi, 1994). Protein adalah komponen bahan kering yang terbesar dari daging (Soeparno, 1992). Protein di dalam jaringan otot terdiri dari tiga macam bentuk yaitu miofibril, sarkoplasma dan tenunan pengikat. Protein daging ayam disebut berkualitas tinggi, karena mudah dicerna, mudah diserap dan mengandung asam-asam amino esensial yang lengkap dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan hewan lain di luar unggas (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Lesson dan Summers (1997), mengemukakan bahwa umur berpengaruh juga pada persentase protein daging. Menurut Santoso dan Tanaka (2000), ayam broiler yang dipelihara pada umur 27 hari mempunyai protein daging sebesar 14,2 %, pada umur 42 hari sebesar 14 % dan pada umur 56 hari sebesar 13,9 %, dan menyimpulkan bahwa semakin bertambah umur ayam maka persentase protein
dagingnya akan berkurang. Coetzee dan Hoffman (2002) menyebutkan bahwa penggunaan jenis asam lemak yang berbeda tidak mempengaruhi kadar protein daging. Mutu protein ditentukan dari perbandingan asam-asam amino yang terkandung dalam protein tersebut. Protein hewani menyediakan asam-asam amino esensial dalam jumlah yang lengkap sehingga disebut protein dengan mutu tinggi (Winarno, 1997). Lemak. Lemak adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut di dalam air, tetapi larut dalam eter, kloroform dan benzena (Anggorodi, 1994; Lehninger, 1997). Lemak dapat dibagi menjadi dua golongan. Pertama ialah golongan trigliserida sederhana atau lemak netral yang terdapat di bawah kulit dan rongga badan yang merupakan sumber penyimpanan energi. Golongan kedua ialah lemak majemuk seperti phospholipid yang merupakan bagian penting untuk tubuh dalam proses metabolisme (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Montgomery et al. (1993), menyatakan lemak dalam bentuk triasilgleserol merupakan bentuk penyimpanan energi yang utama. Tubuh mempunyai sel-sel mesenkimal yang berfungsi khusus, adiposit, yang semata-mata dipergunakan untuk menyimpan lemak. Akumulasi lemak dalam tubuh secara berlebihan berhubungan dengan naiknya jumlah adiposit akibat menumpuknya triasilgliserol. Amrullah (2002), menyatakan trigliserida adalah lemak utama yang disimpan dalam jaringan tubuh ayam. Sekitar 95% trigliserida datang dari ransum sedangkan 5% sisanya disintesis dalam tubuh. Lemak dari makanan disimpan dalam sel-sel lemak
dalam bentuk lipoprotein, oleh karena itu lemak ransum menjadi faktor
penentu perlemakan. Lemak-lemak tersebut dapat meninggalkan sel-sel lemak untuk masuk dalam sistem darah dan diangkut kebagian lain jika kebutuhannya meningkat. Tetapi kelebihan lemak tidak pernah dapat dibuang dari tubuh. Jika lemak dikonsumsi dalam jumlah banyak, kelebihannya akan disimpan dalam sel lemak dan hanya sedikit yang dirombak ketika tubuh memerlukan energi. Jika lemak dalam ransum ditambah, maka bobot badan dan persentase lemak abdominal juga meningkat. Kelebihan energi asal lemak segera akan disimpan dalam tubuh karena kecernaan lemak sekitar 90%. Lemak ini akan disimpan di bawah kulit dan rongga perut. Sekitar 60% dari seluruh lemak abdominal ada dalam bentuk
padatan lemak. Kebanyakan perbedaan dalam jumlah lemak abdominal akibat perbedaan dalam laju pertumbuhan. Menurut Mountney (1996), kadar lemak bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan spesies ternak. Amrullah (2002) menyatakan ayam jantan lebih banyak mengandung lemak tubuh tetapi kandungan lemak abdominalnya lebih rendah dari pada broiler betina. Kenaikan bobot badan ayam broiler diikuti pula dengan bertambahnya lemak. Lemak yang terbentuk ini tidak tersebar keseluruh tubuh tetapi lebih banyak mengumpul dalam rongga perut. Telah diketahui bahwa unggas yang lebih tua umurnya mempunyai kadar lemak daging yang lebih tinggi. Pada protein ransum starter 23 % dan ransum finisher 19 % diperoleh kadar lemak daging sebesar 22,7 % pada umur 42 hari, sedangkan pada umur 56 hari diperoleh kadar lemak daging sebesar 25,6 % (Santoso dan Tanaka, 2000). Griffith et al. (1978), menyatakan bahwa antara umur 4 dan 8 minggu terjadi peningkatan kadar lemak daging sebesar 12 % sementara kadar lemak abdomen meningkat sebesar 40 %. Daging ayam mengandung lemak relatif rendah, yang terdiri dari asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Daging ayam banyak mengandung asam lemak esensial yaitu polyunsaturated fatty acids yang meliputi asam linoleat, linolenat dan arakhidonat (Muchtadi dan Sugiyono,1992). Abu. Unsur mineral juga dikenal sebagai zat anorganik atau abu. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, karena itulah disebut abu. Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Terdapat 15 dari 4151 elemen mineral yang terdapat dalam jaringan tubuh ternak dengan jumlah yang bervariasi, yang secara nutrisional adalah esensial (Winarno, 1995). Karbohidrat. Menurut Winarno (1995) Glikogen merupakan ”pati hewan” yang banyak terdapat pada hati dan otot, dan bersifat larut dalam air. Glikogen merupakan suatu polimer yang struktur molekulya hampir sama dengan struktur molekul amilopektin. Glikogen mempunyai banyak cabang (20-30 cabang) yang pendekpendek dan rapat. Glikogen mempunyai berat molekul (BM) sekitar 5 juta dan merupakan molekul terbesar di alam yang larut dalam air. Winarno (1995)
menambahkan pada waktu hewan disembelih, terjadi kekejangan (rigor mortis) dan kemungkinan glikogen dipecah menjadi asam laktat selama post mortem. Pengaruh Pakan pada Kualitas Daging Nutrisi
merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi
komposisi karkas, terutama terhadap kadar lemak. Jumlah dan komposisi nutrien berbeda diantara pakan. Konsentrasi energi dan rasio energi terhadap protein pakan, bahan aditif serta proporsi kandungan gizi pakan merupakan faktor yang dapat mengubah komposisi karkas. Respon ternak terhadap manipulasi nutrisi yang diberikan, juga ikut menentukan hasil akhir komposisi karkas. Faktor-faktor lain yang juga berpengaruh terhadap komposisi karkas adalah variasi dari umur, spesies, bangsa, jenis kelamin, bahan aditif, berat potong atau berat karkas, laju pertumbuhan, tipe ternak, dan perlakuan sebelum dan sesudah pemotongan (Soeparno, 1992). Coetzee dan Hoffman (2002) menyatakan bahwa diet asam lemak pada hewan monogastrik akan diserap dan didipositkan ke jaringan tubuhnya tanpa ada perubahan yang signifikan. Hal ini dianggap potensial untuk melakukan manipulasi profil asam lemak pada jaringan tubuh unggas yang diberikan melalui pakan. Hasil penelitian Rusmana (2000) membuktikan bahwa Suplementasi minyak ikan yang merupakan sumber asam lemak omega-3 ke dalam ransum ayam kampung ternyata dapat meningkatkan kandungan asam lemak EPA, DHA dan asam lemak omega-3 total karkas. Supadmo (1997) menambahkan, bahwa ransum yang mangandung asam lemak omega-3 akan didistribusikan ke dalam daging dengan komposisi asam lemak tidak jenuh lebih tinggi
dari pada asam lemak jenuh kira-kira hampir 2
(dua) kali lipat, sedangkan perbandingan rasio asam lemak omega-6 dan omega3 sekitar 3,9 - 6,8 : 1. Coetzee dan Hoffman (2002) menyatakan bahwa peningkatan level asam lemak omega-3 pada pakan juga efektif untuk mereduksi asam lemak jenuh pada karkas dan lemak abdominal ayam broiler. Amrullah (2000) menambahkan peningkatan kandungan asam-asam lemak tidak jenuh dan asam lemak omega-3 dalam daging dan telur ayam tentu akan lebih menguntungkan. Peningkatan taraf minyak ikan yang ditambahkan ke dalam ransum juga akan menimbulkan bau khas ikan pada daging dan telur ayam yang mengkonsumsinya.
Penggunaan minyak ikan dalam ransum selain dapat mempengaruhi kandungan dan komposisi asam lemak pada unggas yang mengkonsumsinya juga dapat mempengaruhi kandungan kolesterolnya. Hasil penelitian Supadmo (1997) menyebutkan penggunaan 4 % minyak ikan lemuru dapat menurunkan kolesterol daging tetapi tidak dapat menurunkan lemak daging. Penggunaan minyak lemuru pada konsentrasi ini mampu menurunkan kolesterol LDL darah dari 49,75 menjadi 31,15 mg/dl dan menaikkan kolesterol HDL dari 58,04 menjadi 88,03 mg/dl. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Sudibya (1998) yang menyatakan penambahan minyak ikan lemuru dalam ransum mampu menurunkan kadar kolesterol LDL dan menaikkan kadar HDL. Asam lemak tak jenuh juga meningkat dari 60,42 menjadi 70,68 mg/dl dan menurunkan asam lemak jenuh dari 39,57 menjadi 29,32 mg/dl. Kandungan Kolesterol Kolesterol adalah sterol utama pada jaringan hewan (Anggorodi, 1994; Lehninger,1997). Pudjatmaka et al. (1993) mengemukakan bahwa kolesterol adalah sterol yang ditemukan dalam lemak hewani, terutama dalam otak, kuning telur, minyak hati ikan, merupakan fraksi tak tersabunkan dalam lemak hewani dan batu empedu. Menurut Almatsier (2001), kolesterol hanya terdapat dalam makanan yang berasal dari hewan. Sumber utama kolesterol adalah hati, ginjal, kuning telur, daging, susu penuh, dan keju serta udang dan kerang. Ikan dan daging ayam sedikit sekali mengandung kolesterol, oleh karena itu dianjurkan di dalam diet rendah kolesterol. Kolesterol di dalam tubuh terutama diperoleh dari hasil sintesis di dalam hati. Bahan bakunya diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah yang disintesis tergantung pada kebutuhan tubuh dan jumlah yang diperoleh dari makanan. Montgomery et al. (1993) mengemukakan bahwa substrat untuk sintesis kolesterol adalah asetil KoA. Senyawa antara metabolik ini diproduksi dari katabolisme karbohidrat, asam lemak, dan banyak asam amino. Kolesterol dapat diesterkan dan ester kolesterol yang dihasilkan dapat dihidrolisis. Kolesterol dapat diubah bentuk menjadi asam empedu. Kolesterol juga merupakan substrat untuk sintesis hormon steroid. Kadar kolesterol plasma yang tinggi, terutama pada pria muda dan setengah umur dikaitkan dengan kenaikan insidensi penyakit arteri koroner dan akhirnya infark miokard. Pada umumnya kenaikan kolesterol plasma
terdapat dalam LDL. Mekanisme terjadinya arterosklerosis dan infark jaringan dapat dilihat pada Gambar 1.
INTIMA ARTERI NORMAL
Kolesterol plasma meninggi ENDAPAN LIPIDA fibrolisis, kalsifikasi PLAK ARTEROSKLEROSIS proliferasi berlanjut RONGGA ARTERI MENYEMPIT perubahan degeneratif alir darah bergolak
kecenderungan pembentukan gumpalan
pacu (stres) TROMBOSIS gangguan pada oksigen jaringan
penyediaan
ISKEMIA JARINGAN
INFARK
Gambar 1.Mekanisme yang Menghasilkan Arterosklerosis dan Infark Jaringan Sumber: Montgomery et al. (1993). Montgomery et al. (1993) menyatakan terdapat lima kelas utama lipoprotein plasma yaitu kilomikron, lipoprotein berkepadatan sangat rendah (VLDL), lipoprotein berkepadatan sedang (IDL), lipoprotein berkepadatan rendah (LDL), dan lipoprotein berkepadatan tinggi (HDL). Pada keadaan metabolik tertentu seperti misalnya bila makanan mengandung kholesterol dalam jumlah terlalu banyak, ada kemungkinan bahwa beberapa LDL disekresi langsung oleh hati. Orang yang dalam plasma mereka mempunyai konsentrasi LDL tinggi mempunyai resiko lebih besar menderita arterosklerosis dan sebaliknya terjadi bila konsentrasi HDL tinggi.
Sudibya (1998) menyatakan antara LDL dan HDL mempunyai fungsi yang saling berlawanan. Fungsi LDL mengirim kolesterol ke jaringan pembuluh koroner dan menimbunnya disana. LDL ini bersifat aterogenik karena menyebabkan penyumbatan
pembuluh
darah
koroner.
Peranan
HDL
justru
mencegah
arterosklerosis dengan cara mengangkut timbunan kolesterol jaringan untuk dikirim ke hati. Selanjutnya kolesterol tersebut dirombak di hati menjadi asam empedu dan tidak diregenerasi lagi kemudian dikeluarkan bersama ekskreta. Montgomery et al. (1993) menyatakan diet bukan satu-satunya sumber kolesterol untuk manusia. Kurang lebih 60% kolesterol plasma berasal dari biosintesis. Diet bebas kolesterol untuk masa yang lama hanya akan menurunkan kadar kolesterol plasma sebesar 10% sampai 25%. Sebenarnya kebanyakan kolesterol yang ada dalam tubuh disintesis dalam tubuh sendiri, tidak berasal dari diet. Bila masukan diet kholesterol relatif kecil, absorbsi efisien. Namun bila masukan melebihi 500 mg (1,3 mmol) per hari, absorbsi kolesterol menjadi kurang efisien dan hanya kurang lebih 30% sampai 35% masukan diabsorbsi. Supadmo (1997) mengemukakan bahwa kandungan total kolesterol dalam daging ayam dapat dimanipulasi dengan cara menambahkan minyak ikan dalam ransum. Hasil penelitian yang dilakukan Rusmana (2000) menyebutkan bahwa penambahan 6% minyak ikan dalam ransum ayam kampung belum mampu menurunkan kolesterol daging. Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3 Asam lemak adalah asam organik berantai panjang, memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon non polar yang panjang, yang menyebabkan semua lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak. Bentuk rumus kimiawi untuk asam lemak adalah R-COOH, dengan R adalah rantai alkil yang tersusun dari atom-atom karbon dan hidrogen (Montgomery at al., 1993; Muchtadi et al., 1993). Tata nama asam lemak tak jenuh didasarkan pada panjang rantai, jumlah dan lokasi ikatan rangkapnya. Lokasi ikatan rangkap dihitung dari ujung gugus metil rantai asam lemak dan disebut omega atau terminal N. Sebagai contoh untuk asam lemak omega-3 lokasi ikatan rangkap pertama terdapat pada karbon ketiga dari gugus metil dan untuk asam lemak omega-6 terdapat pada karbon keenam (Nettleton,
1994). Asam lemak tidak jenuh ganda (Polyunsaturated Fatty Acid/PUFA) dibedakan menjadi empat kelas yaitu asam lemak Ω-3, asam lemak Ω-6, asam lemak Ω-7 dan asam lemak Ω-9. Tiap kelas tersusun dari suatu keluarga asam lemak, dan semua anggota keluarga dapat disintesis secara biologis dari asam lemak asal (Montgomery et al., 1993). Beberapa asam lemak tak jenuh dapat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Beberapa Jenis Asam Lemak Tidak Jenuh Nama umum
rumus kimia
kode
Linoleat
CH3-(CH2)4-(CH=CH-CH2)2-(CH2)6COOH
18:2ω6
γ-Linolenat
CH3-(CH2)4-(CH=CH-CH2)3-(CH2)3COOH
18:3ω6
Linolenat
CH3- CH2-(CH=CH-CH2)3-(CH2)6COOH
18:3ω3
Arakidonat
CH3-(CH2)4-(CH=CH-CH2)4-(CH2)2 -COOH
20:4ω6
EPA
CH3-CH2-(CH=CH-CH2)5-(CH2)2 -COOH
20:5ω3
DHA
CH3-CH2-(CH=CH-CH2)6-(CH2) -COOH
22:6ω3
Sumber: de Man (1989)
Perbedaan panjang rantai, jumlah dan lokasi ikatan rangkap pada asam lemak tak
jenuh
ganda
menyebabkan
perbedaan
yang
besar
terhadap
proses
metabolismenya. Asam lemak Ω-3 yang banyak terdapat dalam bahan pangan adalah α-linolenat (18:3 Ω-3), asam lemak eikosapentaenoat (EPA) dan asam lemak dokosaheksaenoat (DHA). Alfa linolenat dan linoleat banyak ditemukan dalam minyak tumbuh-tumbuhan, sedangkan EPA dan DHA dijumpai pada ikan laut, terutama ikan yang mengkonsumsi fitoplankton (Kreutler, 1980; Nettleton, 1994). Asam lemak tak jenuh ganda kelas Ω-3 dihasilkan oleh tanaman yang tumbuh dalam air dingin. Ikan yang makan organisme ini dalam jaringannya mengandung banyak Ω-3 ikatan tak jenuh ganda (Montgomery et al., 1993). Minyak ikan adalah sumber asam lemak
(Ω-3) alami terbaik. Beberapa bahan pangan dapat dapat
diperkaya kandungan EPA dan DHA-nya. Bahan pangan yang ditingkatkan kandungan asam lemak omega-3nya bisa disebut sebagai pangan fungsional. Produkproduk yang diperkaya dengan EPA dan DHA tersebut antara lain telur, roti, margarin dan susu (Wiseman., 1984). Penambahan asam lemak omega-3 pada daging dan telur umumnya dilakukan melalui manipulasi pada pakan, sedangkan untuk
bahan-bahan seperti susu dan roti dapat dilakukan dengan cara fortifikasi langsung ke dalam bahan pangan tersebut. Hewan terutama unggas dapat mensintesis de novo asam lemak kelas palmitoleat (Ω-7) dan oleat (Ω-9). Asam lemak linoleat (Ω-6) dan linolenat (Ω-3) hanya dapat disintesis apabila tersedia di dalam diet. Sehingga kedua jenis asam lemak (omega-3 dan 6) ini merupakan asam lemak esensial yang mutlak harus ada dalam diet (Wiseman., 1984). Komposisi asam lemak pada beberapa jenis unggas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Asam Lemak pada Berbagai Jenis Daging Unggas Jenis Unggas Asam Lemak
Broiler
Kalkun
Bebek
Angsa
Puyuh
------------------------------ (g /100 g) ---------------------------------C 18 : 2
0,22
0,27
0,65
0,80
0,93
C 18 : 3
0,01
0,01
0,08
0,10
0,02
C 20 : 4
0,06
0,08
-
-
0,12
C 20 : 5
0,01
-
-
-
0,01
C 22 : 5
0,01
0,01
-
-
0,02
C 22 : 6
0,02
0,02
-
-
-
Sumber : Decker dan Cantor (1992)
Asam lemak omega-3 yang banyak dikenal adalah linolenat (C18:3n-3), oktadekatetraenoat (C18:4n-3), eikosapentaenoat (C20:5n-3), dokosapentaenoat (C22:5n-3) dan dokosaheksaenoat (C22:6n-3). Asam lemak omega-3 yang utama di dalam plasma darah adalah asam linolenat, asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA). Asam lemak linolenat dapat diperoleh dari sumbersumber nabati atau biji-bijian misalnya minyak kedelai dan minyak jagung, sedangkan EPA dan DHA banyak terdapat dalam minyak ikan khususnya ikan laut (Gunstone dan Norris, 1993). Metabolisme Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3 Sel-sel tubuh manusia dan hewan dapat menghasilkan karbon-karbon ikatan rangkap pada asam lemak hanya setelah karbon ke-9 dari gugus metil. Hewan dan
manusia hanya dapat memperoleh asam lemak dengan ikatan rangkap pada karbon ke 3 dan ke 6 dari gugus metil yang berasal dari makanan (Asam lemak omega-3 dan 6) (Kreutler, 1980). Proses transformasi metabolik asam lemak omega-3 dan omega-6 dapat dilihat pada Gambar 2. Konsumsi Ω-6
Konsumsi Ω-3
Linoleat (18:2n-6)
α-linonenat (18:3n-3) (6 Desaturase)
18:3n-6
18:4n-3 Elongase
20:3n-6 dihomolinoleat
20:4n-3 (5 Desaturase)
20:4n-6 Arakidonat
20:5n-3 Eikosapentaenoat (ikan) (Elongase)
22:4n-6 Dokosatetraenoat
22:5n-3 (4 Desaturase) 22:6n-3 Dokosaheksaenoat (ikan)
Gambar 2. Transformasi Metabolik Asam Lemak Omega-6 dan Omega-3 yang Mengalami Penambahan Karbon dan Ikatan Tak Jenuh. Sumber: Lees dan Marcus (1990) Enzim yang berperan dalam proses pemanjangan rantai karbon yaitu enzim elongase dan enzim yang berperan dalam proses penambahan ikatan tak jenuh yaitu enzim desaturase (9-desaturase, 6-desaturase, 5-desaturase, dan 4-desaturase). Asam linoleat dalam sel dapat diperpanjang menjadi 20 karbon dan dapat mengalami penjenuhan, ikatan rangkap bertambah, menghasilkan asam arakhidonat. Eicosa Pentaenoat Acid (EPA) dapat disintesis dari asam lemak α linolenat malalui pemanjanan rantai menjadi 20 karbon dan penambahan 2 ikatan rangkap. Pada beberapa kejadian asam arakhidonat dan EPA dapat diperpanjang lagi dan ikatan rangkap bertambah. (Kreutler, 1980).
Manfaat Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3 Montgomery et al. (1993) menyatakan bahwa penambahan konsumsi asam lemak jenuh dalam diet dapat miningkatkan kandungan kolesterol plasma. Sebaliknya penggantian asam lemak jenuh dengan asam lemak tak jenuh seperti linolenat dapat menurunkan kadar kolesterol plasma. Mekanisme penurunan kolesterol oleh asam lemak tak jenuh ini belum diketahui dengan pasti. Kadar kolesterol plasma menurun, diet yang mengandung asam lemak tidak jenuh ganda dengan persentase lebih tinggi, dipandang menguntungkan bagi kesehatan manusia. Asam lemak Ω-3 tak jenuh ganda selain efektif dalam menurunkan kolesterol juga dapat memberikan perlindungan trombosis. Asam lemak dokosaheksaenoat (DHA) merupakan asam lemak yang diperlukan pada organ penglihatan. Asam lemak ini merupakan asam lemak yang paling banyak terdapat dalam membran reseptor cahaya dari retina. Sistem saraf juga merupakan bagian yang di dalamnya terdapat tempat-tempat yang mengandung DHA dalam jumlah relatif banyak (Montgomery et al., 1993). Minyak ikan dan minyak hati ikan merupakan sumber asam lemak EPA dan DHA selain itu juga merupakan sumber vitamin A dan D. Dewailly et al. (2001) menyatakan konsumsi produk perikanan sumber utama DHA dan EPA, diduga berpengaruh positif terhadap faktor resiko penyebab penyakit jantung. Diet tradisional masyarakat Inuit yang kaya dengan asam lemak omega-3, dimungkinkan bertanggung jawab
terhadap rendahnya angka kematian yang disebabkan oleh
penyakit jantung di daerah tersebut. Mason (2000) menambahkan bahwa Minyak ikan juga berperan untuk mencegah beberapa penyakit seperti jantung koroner dan stroke, radang usus, kanker dan diabetus militus. Efektivitas asam lemak omega-3 pada beberapa kasus menunjukkan hasil yang berbeda-beda, hal ini bisa disebabkan beberapa faktor dari sumber asam lemak omega-3 itu sendiri. Kinsela (1990) menyatakan bahwa konsumsi lemak total, komposisi diet lemak (perbandingan Ω-6 : Ω-3), jenis asam lemak omega-3 (linolenat, DHA dan EPA), status antioksidan dan agen antiinflamatori non steroid dapat mempengaruhi khasiat penggunaan diet asam lemak omega-3.
MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Blok B, Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Unggas, Jurusan Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan ayam, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Departemen Kesehatan untuk analisis kimia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2005. Materi Campuran Minyak Ikan Bahan yang digunakan antara lain minyak ikan, ampas tahu dalam keadaan kering dan digiling menjadi tepung, sedangkan alat yang digunakan antara lain, sendok pengaduk, tempat pengaduk, dan timbangan. Ternak, Kandang dan Pakan Penelitian ini menggunakan 150 ekor ayam broiler mulai dari DOC hingga umur lima minggu. Ayam dipelihara dalam kandang dengan alas litter dengan ukuran 1 x 0,8 x 0,7 m, dilengkapi dengan tempat pakan dan minum, lampu sebagai pemanas sekaligus penerang. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini ada empat macam, yaitu pakan komersial dengan kandungan protein 21% dan EM: 3000 kkal/kg dengan penambahan campuran minyak ikan sebanyak 2,5; 5 dan 7,5%. Metode Pencampuran Minyak Ikan dan Ampas Tahu Bahan yang digunakan sebagai sumber omega-3 adalah minyak ikan yang dicampur dengan ampas tahu. Cara pembuatannya yaitu ampas tahu digiling menjadi tepung kemudian dicampurkan merata antara tepung ampas tahu dengan minyak ikan, dengan perbandingan 1:1 (b/b). Pemeliharaan Ayam Ayam broiler dibagi ke dalam 30 kandang dan tiap kandang diisi dengan 5 ekor ayam. Pakan diberikan dalam bentuk mash pada tempat pakan yang telah tersedia. Pakan dan air diberikan secara ad libitum. Pemberian minyak ikan
dilakukan sesuai dengan masing-masing perlakuan. Cara pemberian campuran minyak ikan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Cara Pemberian Campuran Minyak Ikan Berdasarkan Taraf dan Lama Pemberiannya Taraf dan lama pemberian campuran minyak ikan
Cara pemberian campuran minyak ikan
Kontrol
Pakan komersial tanpa penambahan campuran minyak ikan
2,5% 2 minggu 3 minggu 4 minggu
Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 3 minggu Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 2 minggu Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 1 minggu
5% 2 minggu 3 minggu 4 minggu 7,5% 2 minggu 3 minggu 4 minggu
Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 3 minggu Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 2 minggu Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 1 minggu Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 3 minggu Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 2 minggu Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 1 minggu
Pemotongan Ternak Pemotongan ayam broiler dilakukan setelah ayam berumur 5 minggu. Sebelum dipotong ayam dipuasakan selama 24 jam.
Ayam dari tiap satuan
percobaan (± 5 ekor) diambil sebanyak satu ekor secara acak. Pemilihan sampel ayam diharapkan dapat mewakili populasi satuan percobaan. Pemotongan ayam dilakukan dengan metode kosher. Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan diambil dari karkas ayam bagian dada (tanpa kulit dan tulang). Sampel daging sebanyak tiga buah (dari masing-masing ulangan) dijadikan satu dan dikemas dengan plastik polietilen, kemudian disimpan dalam freezer sebelum dilakukan analisis kimia secara komposit. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi kadar air, lemak, protein, abu, karbohidrat, total kolesterol, dan asam lemak omega-3.
Analisis Data dan Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah taraf penambahan minyak ikan (2,5; 5 dan 7,5%) dan faktor kedua adalah lama pemberian ( 2; 3 dan 4 minggu). Data hasil uji kimia yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Prosedur Analisis Kadar Air (Association of Official Analytical Chemists, 1995) Kadar air ditentukan secara langsung dengan menggunakan oven pada suhu 105 oC. Sampel sebanyak 3 gram dikeringkan selama 15 jam dalam oven sampai mencapai berat tetap. Kadar Lemak ( Association of Official Analytical Chemists, 1995) Sebanyak 5 gram sampel dihancurkan dan ditimbang kemudian dibungkus dengan kertas saring. Selanjutnya sampel dalam kertas saring diletakkan dalam alat ekstraksi Soxhlet. Kemudian sampel diekstraksi dengan pelarut petroleum eter selama 4 jam. Minyak yang tertampung di dalam Soxhlet dikeringkan di dalam oven 100 oC sampai berat konstan, dan ditimbang. Kadar Protein (Association of Official Analytical Chemists, 1995) Kadar protein ditentukan dengan metode kjeldahl. Sebanyak 0.2 gram contoh daging yang telah dilumatkan dengan blender, dibungkus dalam kertas saring yang telah diketahui beratnya, kemudian dimasukkan dalam labu kjedahl 150 ml. Batu didih, selenium, serta 10 ml H2SO4 pekat dimasukkan dalam labu dan didestruksi sampai filtrat jernih, umumnya selama 30 menit. Setelah itu labu didiamkan sampai dingin dan ke dalam labu ditambahkan 110-120 ml aquades, sebanyak 5 ml larutan destilat ditampung dalam erlenmeyer yang berisi 10 ml larutan penampung. Larutan penampung terbuat dari 20 ml asam borat, 10 ml brom kresol hijau (0,1%) dan 3 ml metil merah (0,1%) dalam 1 liter aquades. Selanjutnya dititrasi dengan 0,01 N KH(IO3)2.
Kadar protein dihitung dengan rumus : Persentase kadar protein =
ml titran x ml blanko x 14 x a x b berat contoh
Keterangan : a = faktor pengenceran b = faktor konversi protein untuk produk daging = 6.25 Kadar abu (Association of Official Analytical Chemists, 1995) Sampel daging sebesar 5 gram dimasukkan ke dalam cawan porselin, kemudian dimasukkan ke dalam tanur listrik dengan suhu 400-600oC. Sesudah sampel berwarna keputih-putihan, sampel lalu diangkat dan didinginkan kemudian ditimbang. Kadar Karbohidrat Penentuan kadar karbohidrat didasarkan pada perhitungan yang disebut Carbohydrate by Difference (Winarno, 1995). Penentuan itu adalah sebagai berikut: % Kadar Karbohidrat = 100% - (Abu + air + protein + lipid)% Kadar Kolesterol Total (Metode Lieberman-Buchard Color Reaction) Analisis kolesterol total meliputi langkah kerja sebagai berikut: 1. Penentuan Panjang Gelombang. Langkah awal yang harus dilakukan adalah membuat grafik hubungan antara standar panjang gelombang (λ) dengan nilai absorbans (A) dari kolesterol standar. Panjang gelombang (λ) dengan nilai tertinggi (puncak grafik) adalah λ yang selanjutnya akan digunakan dalam pembacaan spektrofotometer. 2. Penentuan Grafik Standar. Grafik standar merupakan grafik yang menunjukkan hubungan antara jumlah larutan kolesterol standar (0,4 mg kolesterol dalam 5 ml kloroform) dengan nilai absorbans. Dari grafik tersebut selanjutnya akan diperoleh persamaan hubungan antara jumlah kolesterol dan nilai absorbans. Persamaan tersebut mengikuti model matematika Y = aX + b dengan Y adalah nilai absorbans sedangkan X adalah jumlah kolesterol. Plot grafik ke dalam persamaan, akan menghasilkan nilai a dan b untuk penentuan persamaan berikutnya yang berguna dalam menentukan hasil analisis kolesterol dalam nilai absorbans menjadi satuan jumlah kolesterol.
3. Preparasi Sampel. Preparasi sampel (± 0,2 gram) dilakukan dengan cara ekstraksi sampel menggunakan larutan alkohol-eter dengan rasio 3 : 1. larutan disentrifusa dalam tabung sentrifuse berskala 15 ml dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang diperoleh dipindah ke dalam gelas piala 50 ml dan dipanaskan pada penangas air hingga kering. Hasil ekstraksi (residu) ditambah dengan 3 ml reagen Lieberman-Buchard (asam asetat anhidrid dan asam sulfat pekat dengan rasio 5:1). 4. Pembacaan Nilai Absorbans. Pembacaan nilai absorbans sampel dilakukan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang yang telah ditentukan diatas. Setelah diketahui nilai absorbans sampel maka persamaan grafik standar digunakan untuk mengetahui berat kolesterol sampel (mg) dari nilai yang telah diperoleh tersebut. Konsentrasi kolesterol diperoleh dari berat koleserol (mg) sampel dikalikan dengan jumlah pengencer (dalam hal ini kloroform) dan dibagi dengan berat sampel (mg). 5. Penentuan Kadar Kolesterol. Kadar kolesterol (mg%) ditentukan dengan rumus: Kolesterol (mg%) =
absorbans sampel 100 x 0,4 (konsentrasi standar) x absorbans standar berat sampel
Penetapan Kadar Asam Lemak Omega-3 (Association of Official Analytical Chemist, 1995)
1. Preparasi Contoh Sebanyak 10 g contoh ditimbang dengan kertas saring, kemudian diberi kapas dan dibentuk selongsong. Selongsong kemudian dimasukkan ke dalam Soxhlet yang dihubungkan dengan labu lemak, lalu dibubuhi n-heksan sampai setengah volume labu lemak. Contoh diekstrak ± 6 jam, kemudian n-heksan disulingkan kembali sampai diperoleh lemak atau minyak hasil ekstraksi. 2. Hidrolisis dan Esterifikasi Sebanyak ± 50 mg contoh lemak dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 ml NaOH dalam metanol 0.5 N. Larutan lalu dipanaskan dalam penangas air selama 20 menit pada suhu 80 ºC. Ditambahkan 2 ml BF3 16%, lalu dipanaskan kembali selama 20 menit pada suhu 80 ºC. Larutan didinginkan,
ditambahkan 2 ml NaCl jenuh kemudian dikocok. Ditambahkan 1 ml n-heksan, kemudian dikocok dengan baik. Lapisan n-heksan pada lapisan atas dipindahkan dengan bantuan pipet tetes ke dalam tabung yang berisi ± 0.1 gr Na2SO4 anhidrat dan dibiarkan selama 15 menit. Larutan siap diinjeksikan dengan microsyringe ke dalam GC. 2. Penetapan Larutan Standar Standar asam lemak, dilakukan pengerjaan yang sama seperti pada contoh asam lemak yang dianalisis, yaitu dilakukan hidrolisis dan esterifikasi serta analisis komponen asam lemaknya sebagai FAME.
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Konsumsi Campuran Minyak Ikan
Hasil pengamatan terhadap konsumsi campuran minyak ikan sampai dengan umur 5 minggu pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Konsumsi Campuran Minyak Ikan Selama Penelitian. Lama Pemberian
2 minggu 3 minggu 4 minggu
Taraf Kontrol I II III ----------------------------- (g /ekor) -----------------------------0 44,20 82,84 118,36 56,39 109,47 159,41 63,85 123,22 190,16
Keterangan : I = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 2,5%: II = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 5% dan III = Ransum dengan panambahan campuran minyak ikan 7,5%.
Hasil
pengamatan
terhadap
konsumsi
campuran
minyak
ikan
ini
menunjukkan bahwa peningkatan taraf dan lamanya pemberian akan meningkatkan konsumsi campuran minyak ikan. Konsumsi campuran minyak ikan dari semua perlakuan berkisar antara 44,20-190,16 gram/ekor. Pengaruh Penambahan Campuran Minyak Ikan terhadap Kualitas Kimia Daging Dada Ayam Broiler
Sifat kimia yang diamati dalam penelitian ini meliputi kadar air, protein, lemak, abu, karbohidrat, kolesterol dan asam lemak omega-3. Komposisi kadar air, protein, lemak, abu dan karbohidrat daging dada ayam broiler penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Kadar Air
Hasil analisis kadar air sampel daging dada ayam broiler yang dipotong pada umur 5 minggu dapat dilihat pada Tabel 5. Kadar air daging dada ayam broiler pada penelitian ini berkisar antara 72,26-74,97%. Hasil dari analisa kadar air kecuali pada taraf III terlihat adanya kecenderungan penurunan kadar air dengan semakin bertambahnya lama penambahan campuran minyak ikan. Kadar air pada daging kontrol sebenarnya masih dalam kisaran kadar air daging yang mendapatkan penambahan campuran minyak ikan. Penambahan campuran minyak ikan pada
Tabel 7. Komposisi Kimia Daging Dada Ayam Broiler Taraf dan lama pemberian campuran minyak ikan I kontrol
II
2 minggu 3 minggu 4 minggu
III
2 minggu 3 minggu 4 minggu
2 minggu 3 minggu 4 minggu
-------------------------------------------------------------(%)-------------------------------------------------------------------Kadar air
73,31
74.74
73,38
72,26
74,97
74,68
73,73
73,28
74,3
73,46
Protein
23,65
23,02
23,62
22,71
22,08
22,82
22,76
22,51
23,27
24,10
Lemak
1,28
1,07
1,12
1,13
1,11
1,06
1,14
1,17
1,11
1,12
Abu
1,06
1,02
1,13
1,12
1,09
1,11
1,16
1,08
1,08
1,27
Karbohidrat
0,70
0,15
0,75
2,78
0,75
0,33
1,21
1,96
0,41
0,05
Keterangan : I = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 2,5%: II = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 5% dan III = Ransum dengan panambahan campuran minyak ikan 7,5%.
22
penelitian ini diduga tidak banyak mempengaruhi kadar air daging. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Coetzee dan Hoffman (2002) juga menyebutkan bahwa penggunaan beberapa jenis asam lemak yang berbeda tidak mempengaruhi kadar air daging. Cahyono (2003) melaporkan penambahan campuran minyak ikan sebesar 5% pada ayam Merawang manghasilkan kadar air sebesar 71,60% sedangkan yang tidak ditambah sebesar 71,53%. Supadmo (1997) melaporkan bahwa kadar air ayam broiler yang ditambahkan 4% minyak lemuru sebesar 74,87% sedangkan untuk kontrol diperoleh 74,92%. Perbedaan kadar air yang terjadi pada daging ini dapat disebabkan pula oleh perbedaan jenis dan umur ayam yang digunakan, serta kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban udara . Kadar air paling rendah didapatkan pada penambahan campuran minyak ikan dengan taraf I selama 4 minggu. Perlakuan ini memerlukan campuran minyak ikan sebanyak 63,85 gram/ekor sampai ayam berumur 5 minggu. Kadar air yang lebih rendah tentu lebih menguntungkan dari segi nutrisi akan tetapi bukan merupakan tujuan utama penambahan campuran minyak dalam penelitian ini. Pertimbangan efisiensi biaya dalam penggunaan campuran minyak ikan dan tenaga yang diperlukan lebih diutamakan. Kadar air pada daging dipengaruhi juga oleh ikatan antara protein dengan air. Terjadinya kerusakan protein menyebabkan ikatannya dengan air menjadi berkurang. Berkurangnya daya ikat air dalam daging dapat menyebabkan berkurangnya kadar air selama proses penyimpanan. Kadar Protein
Hasil analisis kadar protein daging dada ayam broiler yang dipotong pada umur 5 minggu dapat dilihat pada Tabel 5. Kandungan protein daging ayam broiler pada penelitian ini berkisar antara 22,08-24,10%. Kandungan protein tertinggi terdapat pada perlakuan penambahan campuran minyak ikan pada taraf III selama 4 minggu, sedangkan yang terendah terdapat pada taraf II selama 2 minggu. Dilihat dari aspek zat gizinya maka semakin tinggi protein maka kualitas daging tersebut semakin baik. Penambahan campuran minyak ikan dengan taraf III selama 4 minggu menghasilkan daging dengan kandungan protein yang paling tinggi. Adanya pertimbangan efisiensi dalam penggunaan campuran minyak ikan dan tenaga yang dibutuhkan maka perlakuan ini dinilai tidak efisien. Perlakuan ini membutuhkan
campuran minyak ikan sebanyak 190,16 gram/ekor sampai ayam berumur 5 minggu. Perlakuan ini kurang menguntungkan jika dilihat dari efisiensi biaya dan waktu. Perlakuan yang dinilai lebih efisien dalam penggunaan campuran minyak ikan adalah pada taraf I selama 3 minggu. Campuran minyak ikan yang diperlukan pada perlakuan ini sebanyak 56,39 gram/ekor dengan kandungan protein sebesar 23,62%. Perlakuan ini meskipun menghasilkan daging dengan kandungan protein yang cukup tinggi akan tetapi masih lebih rendah dari pada kadar protein daging kontrol. Penambahan campuran minyak ikan ini diduga tidak banyak memberikan pengaruh terhadap kadar protein. Hasil peneltian yang dilakukan Coetzee dan Hoffman (2002) juga menyebutkan bahwa penggunaan beberapa jenis asam lemak yang berbeda tidak mempengaruhi kadar protein daging. Perubahan yang terjadi pada kadar protein merupakan efek dari perubahan zat gizi yang lain. Kadar Lemak
Hasil analisis kadar lemak daging dada ayam broiler yang dipotong pada umur 5 minggu dapat dilihat pada Tabel 5. Kadar lemak pada penelitian ini berkisar antara 1,06 – 1,28%. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa daging yang tidak ditambahkan campuran minyak ikan mempunyai kadar lemak yang paling tinggi yaitu sebesar 1.28%. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan campuran minyak ikan ini dapat menurunkan kadar lemak dalam daging. Pertumbuhan yang cepat pada ayam broiler diikuti pula oleh pertumbuhan lemaknya. Lemak dalam daging ayam broiler ini sering kali hanya dibuang sebagai limbah pada saat pengolahan. Daging yang memiliki kandungan lemak rendah tentu lebih menguntungkan. Kadar lemak terendah didapatkan dari penambahan campuran minyak ikan dengan taraf II selama 3 minggu. Campuran minyak ikan yang diperlukan pada perlakuan ini sebanyak 109,47 gram/ekor. Perlakuan dengan taraf I selama 2 minggu juga menghasilkan karkas dengan kadar lemak yang hampir sama yaitu sebesar 1,07%. Perlakuan ini dinilai lebih efisien dari pada perlakuan dengan taraf II selama 3 minggu karena campuran minyak ikan yang diperlukan lebih rendah yaitu sebesar 44,20 gram/ekor. Perlakuan dengan taraf I selama 2 minggu juga menunjukkan kadar protein daging dada yang lebih tinggi dari pada taraf II selama 3 minggu. Penurunan kadar lemak pada perlakuan taraf I selama 2 minggu adalah
sebesar 16,41% lebih rendah dari pada kontrol. Daging dengan kandungan lemak yang lebih rendah dan protein yang lebih tinggi tentu sangat diharapkan. Hasil penelitian Cahyono (2003) menyebutkan bahwa ayam Merawang yang diberi penambahan campuran minyak ikan sebesar 5% kandungan lemaknya lebih tinggi dari pada kontrol. Secara teori penambahan campuran minyak ikan dalam pakan dapat meningkatkan kandungan lemak dalam daging, akan tetapi dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang sebaliknya. Perbedaan ini diduga karena perbedaan bagian sampel yang digunakan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daging dada tanpa kulit. Daging dada mempunyai kandungan lemak yang relatif lebih rendah dibandingkan bagian yang lain. Kadar Abu
Hasil analis kadar abu daging dada ayam broiler yang dipotong pada umur 5 minggu dapat dijelaskan pada Tabel 5. Hasil penelitian ini menunjukkan kadar abu dalam jaringan daging ayam broiler yang berkisar antara 1,02-1,27%. Kadar abu dalam daging lebih banyak dipengaruhi oleh persentase bahan-bahan yang lain. de Man (1997) menyatakan bahwa daging tanpa lemak secara relatif lebih banyak mengandung mineral. Campuran minyak ikan yang ditambahkan diperkirakan tidak banyak mempengaruhi kadar abu karena suplemen yang berupa minyak ikan tersebut merupakan bahan-bahan organik. Kadar Karbohidrat
Hasil analisis kadar karbohidrat daging dada ayam broiler yang dipotong pada umur 5 minggu dapat dijelaskan pada Tabel 5. Kadar karbohidrat pada penelitian ini berkisar antara 0,05 – 2,78%. Kisaran kadar karbohidrat dalam daging diduga disebabkan oleh kemampuan menyimpan glikogen dalam tubuh dan perlakuan sebelum pemotongan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada penambahan campuran minyak ikan dengan taraf I kandungan karbohidratnya semakin meningkat dengan bertambahnya lama pemberian. Sebaliknya pada penambahan campuran minyak ikan dengan taraf III kandungan karbohidrat semakin menurun dengan bertambahnya lama pemberian.
Kandungan Total Kolesterol
Kandungan total kolesterol daging dada ayam broiler yang dipotong pada umur 5 minggu dapat dilihat pada Tabel 6. Kandungan total kolesterol pada penelitian ini berkisar antara 22,26 – 45,24 mg/100g. Kandungan kolesterol daging dada ayam broiler kontrol yang tidak ditambahkan campuran minyak ikan menunjukkan nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 45,24 mg/100g. Hal ini juga mengindikasikan bahwa penambahan campuran minyak ikan dapat menurunkan kandungan total kolesterol pada daging dada ayam broiler. Penurunan ini juga memperkuat beberapa penelitian lain yang menyatakan bahwa penggunaan asam lemak tidak jenuh ganda dapat digunakan untuk memanipulasi kandungan total kolesterol dalam daging. Cahyono (2003) menyatakan bahwa penambahan minyak ikan sebesar 5% pada ayam merawang dapat menurunkan kadar kolesterolnya dari 24,20 menjadi 17,20% atau terjadi penurunan sebesar 28,92%. Tabel 6. Kandungan Total Kolesterol Daging Dada Ayam Broiler Lama Pemberian
2 minggu 3 minggu 4 minggu
Perlakuan Kontrol I II III -------------------------- (mg /100g) -----------------------45,24 22,37 36,91 22,26 22,70 23,82 23,05 28,30 26,26 24,19
Keterangan : I = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 2,5%: II = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 5% dan III = Ransum dengan panambahan campuran minyak ikan 7,5%.
Penurunan kandungan total kolesterol ini juga sejalan dengan penurunan yang terjadi pada kadar lemak. Ada kecenderungan kandungan kolesterol semakin menurun dengan bertambahnya taraf penambahan campuran minyak ikan yang diberikan. Kandungan kolesterol juga semakin menurun dengan semakin berkurangnya lama pemberian campuran minyak ikan. Penambahan campuran minyak ikan dengan taraf III dengan lama pemberian selama 2 minggu menunjukan hasil yang berbeda. Perlakuan ini menunjukkan kandungan kolesterol masih relatif tinggi yaitu sebesar 36,91 mg/100g. Tingginya kandungan kolesterol ini diduga karena penambahan minyak ikan pada taraf III belum mampu dimetabolisme sempurna dalam waktu pemberian yang hanya 2 minggu.
Daging yang memiliki kandungan kolesterol terendah terdapat pada penambahan campuran minyak ikan dengan taraf II selama 2 minggu. Campuran minyak ikan yang diperlukan pada perlakuan ini sebesar 82,84 gram/ ekor. Taraf penggunaan minyak yang dinilai lebih efisien adalah pada taraf I selama 2 minggu. Penggunaan campuran minyak ikan pada perlakuan ini sebesar 44,20 gram/ekor dengan
kandungan kolesterolnya
sebesar 22,37 mg/100g. Perlakuan ini juga
merupakan perlakuan yang dinilai paling efisien dalam menurunkan kandungan lemak. Penurunan kandungan total kolesterol pada perlakuan ini adalah sebesar 50,55% lebih rendah dari pada kontrol. Perlakuan ini selain lebih efisien dalam penggunaan campuran minyak ikan juga menghasilkan daging dengan kandungan protein yang lebih tinggi dari pada perlakuan penambahan campuran minyak ikan dengan taraf II selama 2 minggu. Hasil penelitian yang dilakukan Rusmana (2000), menyebutkan hasil yang sebaliknya yaitu kandungan kolesterol ayam yang ransumnya tanpa diberi minyak ikan lebih rendah dibandingkan dengan ayam yang diberi minyak ikan. Hal ini bisa disebabkan oleh efektifitas asam lemak omega-3 yang digunakan. Kandungan Asam Lemak Omega 3
Kandungan asam lemak omega-3 pada daging dada ayam broiler yang dipotong pada umur 5 minggu dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan asam lemak omega-3 pada penelitian ini bervariasi antara 20,77 – 75,84 mg/100g. Kandungan asam lemak omega-3 kontrol yaitu sebesar 53,80 mg/100g. Kandungan asam lemak omega-3 tertinggi terjadi pada penambahan campuran minyak ikan pada taraf III selama 3 minggu yaitu sebesar 75,84 mg/100g. Peningkatan kandungan asam lemak pada perlakuan ini adalah sebesar 40,97 % lebih tinggi dari pada kontrol. Peningkatan kandungan asam lemak omega-3 ini mengindikasikan bahwa asam lemak omega-3 telah terdeposit ke dalam daging dada. Hewan monogastrik terutama unggas mampu menyerap asam lemak dan mendepositkan ke jaringan tubuhnya tanpa adanya perubahan yang signifikan (Coetzee dan Hoffman, 2002). Hal ini dianggap potensial untuk memanipulasi profil asam lemak pada jaringan tubuh unggas melalui pakannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan minyak ikan dalam pakan dapat meningkatkan kandungan asam lemak omega-3
dalam dalam daging dan telur ayam, hal ini seperti yang telah dilaporkan oleh (Rusmana, 2000; Cahyono, 2003). Tabel 7. Kandungan Asam Lemak Omega-3 Daging Ayam Berdasarkan Berat Kering Lama Pemberian
2 minggu 3 minggu 4 minggu
Perlakuan Kontrol I II III --------------------------- (mg /100g) -----------------------53.80 67,97 49,18 37,69 70,77 72,08 75,84 40,52 46,48 44,46
Keterangan : I = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 2,5%: II = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 5% dan III = Ransum dengan panambahan campuran minyak ikan 7,5%.
Pada beberapa perlakuan menunjukkan hasil yang sebaliknya yaitu kandungan asam lemak omega-3 nya lebih rendah dari kontrol yang tidak ditambahkan minyak ikan ke dalam pakannya. Hal ini diduga karena asam lemak omega-3 dari minyak ikan yang ditambahkan ke pakan lebih banyak terdeposit ke bagian karkas yang lain. Menurut Crespo dan Garcia (2002) pola pertumbuhan deposit asam lemak dapat dimodifikasi dengan profil asam lemak yang terdapat dalam pakan. Hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa tingginya panambahan minyak ikan tidak menjamin dapat menghasilkan daging dengan kandungan omega-3 yang tinggi. Penggunaan minyak ikan sebagai sumber asam lemak omega-3 mempunyai beberapa kelebihan dibanding jenis bahan yang lain. Omega-3 yang berasal dari ikan merupakan sumber alami EPA dan DHA. Penambahan minyak ikan ke dalam ransum ayam kampung dapat meningkatkan kandungan asam lemak EPA dan DHA (Rusmana, 2000).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Penambahan campuran minyak ikan dalam pakan memberikan pengaruh terhadap kadar lemak, total kolesterol dan kandungan asam lemak omega-3 dalam daging dada. Penggunaan campuran minyak ikan yang dinilai paling efektif untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol adalah pada taraf I selama 2 minggu dengan penurunan berturut-turut sebesar 16,41% dan 50,55% lebih rendah dari pada kontrol. Kandungan asam lemak omega-3 pada daging ayam broiler tidak semuanya menunjukkan terjadinya peningkatan. Peningkatan kandungan asam lemak omega-3 tertinggi terjadi pada perlakuan penambahan campuran minyak ikan dengan taraf III selama 3 minggu, yaitu sebesar 75,84 mg/100g. Peningkatan kandungan asam lemak omega-3 pada perlakuan ini adalah sebesar 40,97% lebih tinggi dari pada kontrol. Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui metabolisme deposisi asam lemak omega-3 pada karkas.
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya yang senantiasa menyertai penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayah dan Ibu tercinta, kakak-kakaku serta keluarga di Wonogiri atas segala dukungan dan doa serta kesabaranya yang tidak pernah henti selama ini. Penulis sampaikan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto. MS dan Dr. Komari. M.Sc yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu dan perhatiannya dalam membimbing, mengarahkan dan membantu penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada Prof. Dr. Ir. Wiranda G. Pilliang dan Irma Isnafia Arief S.Pt, M.Si selaku dosen penguji ujian sidang sarjana ini. Terima kasih penulis sampaikan juga kepada Ibu Heti Herawati yang banyak membantu dalam analisis kimia, Bapak Rahmat Slamet dan seluruh pegawai yang telah banyak membantu selama penelitian di kandang dan juga tim omega-3 (Faisal dan Mad Tobri). Terakhir penulis mengucapkan terima kasih atas segala motivasi dan dukungannya selama ini kepada Bapak Tian dan teman-teman di Taman Cimanggu, Wisma Madinah, Kamto, Sunarso, dan Harun Kurniawan . Akhirnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu semoga skripsi ini bermanfaat bagi pencapain pembangunan peternakan Indonesia. Bogor, Februari 2006
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of The Association of Official Agricultural Chemists, Washington D.C. Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Amrullah, I.K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor. Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Armin.1996. Kualitas daging. Jurnal Peternakan dan Lingkungan. 2: 49-54. Blakely, J. dan D. H. Bade. 1985. Ilmu Peternakan. Terjemahan. Srigandono, B. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Cahyono, S.D. 2003. Kualitas kimia, fisik dan organoleptik daging ayam merawang yang ransumnya diberi suplemen omega-3. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Crespo, N and E. E. Garcia. 2002. Dietary polyunsaturated fatty acids decrease fat deposition in separable fat depots but not in the remainder carcass. J. Poultry Sci. 81: 512-518. Coetzee, G. J. M and L. C. Hoffman. 2002. Effect of various dietary n-3/n-6 fatty acid ratios on the performance and body composition of broilers. South African J. Animal Sci. 32 (3): 175-184. de Man, J. M. 1989. Kimia Makanan. Edisi kedua. ITB, Bandung. Decker, E.A. and A. H. Contor. 1992. Fatty acid in poultry and egg products. Dalam: Fatty Acid In Food and Their Health Implications. Chow, C. K. Marcel Dekker (Ed). New York, p. 137-167. Dewailly, E. 2001. n-3 fatty acids and cardiovascular disease risk factors among the Inuit of Nunavik. Am. J. Clin. Nutr. 74: 464-473. Fontana, E. A., W.D. Weafer., Jr. M. Denbow and B.A. Watkins. 1993. Early feed restriction of broiler: effects on abdominal fat pad, liver and gizard weights, fat deposition and carcass composition. Poult. Sci. 72: 243-249. Griffith, S. Leeson, and J. P. Summers. 1978. Studies on abdominal fat with four commercial strain of male broiler chicken. J. Poult. Sci. 53: 1198-1203. Gunstone, F.D dan F.A. Norris.1980. Lipid in Foods Chemistry, Biochemistry and Technology. Pergamon Press, New York. Kinsella, J. E. 1990. Sources of Omega-3 Fatty Acids Human Diets. Dalam: R. S. Less dan M. Karel (Editor). Omega-3 Fatty Acids in Health and Disease. Marcel Dekker, Inc, New York and Basel. Kreutler, P.A. 1980. Nutrition in Prespective, Pretice- hall, Inc Englewood, USA. Lawrie, R.A. 1979. Meat Science. 3rd. ed. Pergamon Press, Oxford. Lehninger, L.A. 1997. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Terjemahan: M. Thenawidjaja. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Leeson, S. and J. D. Summers. 1997. Commercial Poultry Nutrition. 2nd Edition. University Book. Guelph. Ontario, Canada. Linder, M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Terjemahan: A. Parakkasi. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Merkley, S. W., B. T. Weinland., G. W. Malone and G. W. Chaloupka. 1980. Evaluation of five commercial broiler crosses. 2. Eviscerated yield and component parts. J. Poult. Sci. 59: 1755-1760. Mason, P. 2000. Dietary Supplements. 2nd edition. Pharmaceutical Press, London. Montgomery, R., R.L. Dryer, T.W. Conway, dan A.A. Spector. 1993. Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Jilid 2. Terjemahan: M. Ismadi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Mountney, G.J. 1966. Poultry Product Technology. 2 The Avi Publishing Company, Inc. Westport, Conecticut. Muchtadi, T. R. dan Sugiyono. 1992. Petunjuk Laboratorium: Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nettleton, J.A. 1994. Omega-3 Fatty Acids and Health. Chapman & Hall, New York. Pudjatmaka, H. 1993. Kamus Kimia Pangan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta. Rusmana, D. 2000. Pengaruh suplementasi minyak ikan, minyak jagung dan Zn CO3 dalam ransum terhadap kandungan “omega-3, omega-6 PUFA” dan kolesterol telur dan karkas ayam Kampung. Tesis. Program Pasca Sarjana. Insitut Pertanian Bogor, Bogor. Santoso, U dan K. Tanaka. 2000. Pengaruh umur terhadap akivitas enzim lipogenik di hati dan akumulasi lemak pada ayam broiler. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 6: 89-93. Sediaoetama, A.d. 1991. Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa. Cetakan ke-2 Dian Rakyat, Jakarta. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Yogyakarta.
Mada University Press,
Sudibya. 1998. Manipulasi kadar kolesterol dan asamlemak omega-3 telur ayam melalui penggunaan kepala udang dan minyak ikan lemuru. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Supadmo. 1997. Pengaruh sumber khitin dan prekursor karnitin serta minyak ikan lemuru terhadap kadar lemak dan kolesterol serta asam lemak omega-3 ayam broiler. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tilman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo.1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-5. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Winarno, F. G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta. Wiseman, J. 1984. Fat in Animal Nutrition. University of Nottingham, London.
LAMPIRAN
Lampiran. Kandungan Kadar Air, Protein, Lemak, Abu, Karbohidrat, Kolesterol, dan Asam lemak Omega-3 dalam Daging Dada Ayam 1.a. Kandungan Kadar air dalam Daging Dada Ayam 75.5 75
Kadar Air (%)
74.5 74 73.5 73 72.5 72 71.5 71 70.5 kontrol
2 minggu
3 minggu
4 minggu
Lama Penambahan Campuran M inyak Ikan I
II
III
kontrol
Keterangan : I = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 2,5%: II = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 5% dan III = Ransum dengan panambahan campuran minyak ikan 7,5%.
1.b. Kandungan Kadar Protein dalam Daging Dada Ayam
Kadar Protein (%)
25 23 21 19 17 15 kontrol
2 minggu
3 minggu
4 minggu
Lama Penambahan Campuran Minyak Ikan
I
II
III
kontrol
Keterangan : I = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 2,5%: II = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 5% dan III = Ransum dengan panambahan campuran minyak ikan 7,5%.
1.c. Kandungan Kadar Lemak dalam Daging Dada Ayam
kadar lemak (%)
1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 kontrol
2 minggu
3 minggu
4 minggu
Lama Penambahan Campuran Minyak Ikan I
II
III
kontrol
Keterangan : I = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 2,5%: II = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 5% dan III = Ransum dengan panambahan campuran minyak ikan 7,5%.
1.d. Kandungan Kadar Abu dalam Daging Dada Ayam
kadar abu (%)
1.5 1 0.5 0 kontrol
2 minggu
3 minggu
4 minggu
Lama Penambahan Campuran Minyak Ikan
I
II
III
kontrol
Keterangan : I = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 2,5%: II = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 5% dan III = Ransum dengan panambahan campuran minyak ikan 7,5%.
kadar karbohidrat (%)
1.e. Kandungan Kadar Karbohidrat dalam Daging Dada Ayam
3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 kontrol
2 minggu
3 minggu
4 minggu
Lama Penambahan Campuran Minyak Ikan
.
I
II
III
kontrol
Keterangan : I = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 2,5%: II = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 5% dan III = Ransum dengan panambahan campuran minyak ikan 7,5%.
Kolesterol (mg/100g
1.f. Kandungan Total Kolesterol dalam Daging Dada Ayam
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 kontrol
2 minggu
3 minggu
4 minggu
Lama Penambahan Campuran Minyak Ikan I
II
III
kontrol
Keterangan : I = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 2,5%: II = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 5% dan III = Ransum dengan panambahan campuran minyak ikan 7,5%.
asam lemak omega-3 (mg/100g
1.g. Kandungan Asam Lemak Omega-3 dalam Daging Dada Ayam
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 kontrol
2 minggu
3 minggu
4 minggu
Lama Penambahan Campuran Minyak Ikan I
II
III
kontrol
Keterangan : I = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 2,5%: II = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 5% dan III = Ransum dengan panambahan campuran minyak ikan 7,5%.