J.Tek.Ling
Edisi Khusus
Hal. 100-104
Jakarta, Juli 2006
ISSN 1441 – 318X
KONSERVASI LAHAN MARGINAL BERPASIR MELALUI PENANAMAN BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) Fadliah Salim,Tuti Suryati, dan Titiresmi Peneliti di Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Abstract An effort to do conservation of sandy marginal land through cultivation of dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) was carried out. As cactus plants, dragon fruit plants (Hylocereus polyrhizus) have good adaptation to sandy soil. To prove that dragot fruit plants coud be productive in sandy soil, the experiments with different types of media were carried out. Explants were obtained from tissue cultured experiments. The experiment was done using Completely Randomized Design with 6 treatments and 5 replications. The medium treatments were: soil, sand, soil+sand, soil+organic fertilizer, sand+organic fertilizer, and soil+sand+organic fertilizer. The results of statistical analysis after 3 month planting showed that there was no distinct difference among treatments for additional shoot. The highest additional fresh weight and the highest root fresh weight were obtained from the treatment of soil+organic fertilizer. However, no distinct difference between soil+organic fertilizer and sand+organic fertilizer for additional fresh weight. There was different between treatment of sand and treatment of sand+organic fertilizer. In the case of root fresh weight, There was no difference among treatments,except with treatment of soil. Keywords: Sandy marginal land, Hylocereus polyrizus, dragon fruit. 1.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan kesejahteraan penduduk.
Lahan marginal berpasir dapat merugikan kehidupan penduduk di sekitarnya bila tidak dikelola dengan baik, seperti banjir, kekeringan, erosi dan sedimentasi. Selain itu, lahan berpasir mempunyai tanah yang sangat porous dan miskin unsur hara, sehingga perlu dilakukan pengkajian yang mendalam dalam rangka pemanfaatannya untuk keperluan budidaya tanaman. Oleh karena itu, usaha konservasi dengan melakukan kegiat an pertanian yang menggunakan tanaman yang cocok dan dapat beradaptasi di lahan berpasir akan
100
Salah satu tanaman ekonomis yang dapat beradaptasi di lahan berpasir adalah buah naga atau biasa disebut Dragon Fruit. Ada 3 (tiga) jenis Dragon Fruit, yaitu Hylocereus undatus (buahnya merah berdaging putih), Hylocereus polyrhizus (buahnya merah berdaging merah), dan Selenicereus megalanthus (buah naga kuning berdaging putih)1. Buah naga masih termasuk langka karena belum banyak yang menanam di Indonesia. Buah ini banyak dikembangkan di Israel, Thailand dan Australia, Di Indonesia diintroduksi sekitar tahun 20002.
Salim F, dkk. 2006
Buah naga yang berasal dari Mexico - Amerika Selatan ini, termasuk keluarga tanaman kaktus, dengan karakteristik memiliki duri pada setiap ruas batangnya2, mempunyai sulur batang yang tumbuh menjalar. Batangnya berwarna hijau dengan bentuk segi tiga. Bunganya besar, berwarna putih, harum dan mekar di malam hari. Setelah bunga layu akan terbentuk bakal buah yang menggelantung di setiap batangnya. Dapat diperbanyak dengan cara stek, dengan biji ataupun dengan kultur jaringan. Tanaman mulai berbuah pada umur 11- 17 bulan3. Untuk Hylocereus polyrhizus, buah dan kulit buah merah, daging buah merah keunguan dengan berat mencapai 400500 g/buah. Rasa buah Naga manis dan segar, berbeda dengan kebanyakan keluarga tanaman kaktus lainnya yang berduri lebat dan tidak menghasilkan buah.
2. 2.1.
Saat ini, buah naga mulai digemari masyarakat Indonesia, karena mempunyai banyak khasiat, seperti dapat menurunkan kadar gula darah dan kolesterol, sehingga mempunyai peluang besar untuk disebarluaskan4. Menurut Kristanto5, Buah Naga berkhasiat banyak, karena kandungan nutrisi buahnya yang sangat mendukung kesehatan manusia.
Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan. Parameter yang diukur adalah jumlah tunas, penambahan berat basah total, dan berat basah akar. Penambahan berat basah total adalah berat basah akhir dikurangi dengan berat basah awal. Analisis data untuk penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (Completely Randomized Design), pada taraf nyata 5% 6.
Tanaman buah naga tidak memerlukan perawatan khusus sejak ditanam sampai menghasilkan buah. Tanaman akan tumbuh subur jika media tanam porous, kaya akan unsur hara, berpasir, dan pupuk organik atau pupuk kandang serta cukup sinar matahari, pada suhu 38-40 °C. Curah hujan yang besar justru tidak menguntungkan bagi tanaman ini, karena bisa mengakibatkan kerusakan dan pembusukan2. 1.2.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa buah naga (Hylocereus polyrhizus ) dapat tumbuh baik di lahan berpasir.
METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di greenhouse, Balai Teknologi Lingkungan, BPPT pada bulan Agustus sampai dengan bulan November 2006. 2.2.
Bahan dan Metode
Bahan eksplan yang digunakan adalah tunas Hylocereus polyrhizus . yang berasal dari kultur jaringan tanaman dengan panjang tunas 28-30 cm dan berat basah awal 26-28 gram. Media yang dipakai sebagai perlakuan ada 6 (enam), yaitu: tanah, tanah+pupuk kandang, pasir, pasir+pupuk kandang, tanah+pasir(1:1), dan tanah+pasir+pupuk kandang. (tanah: pasir = 1:1). Pupuk kandang diberikan ke dalam polybag 40x40 cm sebanyak 1 kg/polybag. Setiap perlakuan dilakukan dengan 5 ulangan.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.3.
Laporan Penelitian
a.
Jumlah Tunas
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa selama 3 bulan telah terbentuk tunas dengan jumlah yang berbeda. Di bulan I, jumlah tunas tertinggi terbentuk pada perlakuan media tanah+pupuk kandang (2.2). Sebaliknya, jumlah tunas terendah pada perlakuan yang berisi pasir (0.6). Pada bulan II, jumlah tunas tertinggi masih tetap pada perlakuan tanah+pupuk kandang (2.6), sedangkan, jumlah tunas
Konservasi lahan......... J. Tek. Ling.PTL-BPPT. Edisi Khusus: 100-104
101
terendah didapat dari perlakuan tanah+pasir+pupuk kandang (1.0). 3.5 Jumlah tunas
3 2.5 2 1.5
sebesar 52.4 g. Dari hasil uji statistik, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang nyata untuk perlakuan tanah+pasir dan perlakuan pasir. Demikian pula untuk perlakuan tanah+pupuk kandang dengan perlakuan pasir+pupuk kandang, tidak menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5%.
1 0.5 0 TPk
P
PPk
Media
TP
TPPk
Berat basah (gram)
T
Jumlah tunas baru 1 bulan Jumlah tunas baru 2 bulan Jumlah tunas baru 3 bulan
Gambar 1. Jumlah tunas Hylocereus polyrizhus pada bulan ke1 sampai bulan ke-3 Keterangan: T = Tanah TPk = Tanah+Pupuk kandang P = Pasir PPk = Pasir+Pupuk kandang TP = Tanah+Pasir TPPk = Tanah+Pasir+Pupuk kandang
Pada akhir pengamatan, yaitu bulan III, perlakuan tanah+pupuk kandang tet ap memberikan hasil tertinggi, dengan jumlah tunas 3.2. Perlakuan tanah, pasir+pupuk kandang, dan tanah+pasir+pupuk kandang menghasilkan jumlah tunas yang sama yaitu 2.6, sedangkan jumlah tunas terendah (1.4) didapat dari perlakuan pasir dan tanah+pasir (Gambar 1). Akan tetapi, dari hasil uji statistik, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf 5% untuk setiap perlakuan. b.
Berat Basah Total
Seperti pada pengamatan jumlah tunas, pengamatan terhadap berat basah total (Gambar 2) menunjukkan bahwa perlakuan tanah+pupuk kandang memberikan hasil yang terbaik (148.0 g). Hasil terendah didapat dari perlakuan tanah+pasir (47.2 g). Perlakuan media pasir, memberikan berat basah total 102
160 140 120 100 80 60 40 20 0 T
TPk
P
PPk
TP
TPPk
Media
Gambar 2. Berat basah total buah naga (Hylocereus poly rizhus) bulan ke-3 c.
Berat Basah Akar
Pengamatan terhadap berat basah akar (Gambar 3) menunjukkan bahwa perlakuan tanah+pupuk kandang memberikan hasil yang terbaik (6.4 g). Sedangkan berat basah akar terkecil didapat dari perlakuan yang berisi media tanah (2.8 g). Uji statistik untuk pengamatan terhadap berat basah akar ini menunjukkan bahwa semua perlakuan berbeda nyata pada taraf 5% dengan perlakuan media tanah. Sedang kan perlakuan pasir, pasir+ tanah+pupuk kandang, tanah+pasir, tanah+pupuk kandang, dan tanah+pupuk kandang tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Dari Gambar 4 jelas terlihat bahwa perlakuan pasir dan perlakuan pasir+pupuk kandang menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% Keterangan T = Tanah TPk = Tanah+Pupuk kandang P = Pasir PPk = Pasir+Pupuk kandang
Salim F, dkk. 2006
TP = Tanah+Pasir TPPk = Tanah+Pasir+Pupuk kandang
Gambar 3. Berat Basah Akar Buah Naga (Hylocereus polyrizhus) pada bulan ke-3
Berat basah (gram)
7 6 5 4 3 2 1 0 T
TPk
P
PPk
TP
TPPk
Media
dana maka pemanfaatan lahan marginal dengan perbaikan produktivitas akan lebih baik. Seperti yang dikemukakan oleh Bennema & Meester8, peningkatan kualitas lingkungan bukan hanya tanggung jawab petani, tetapi juga tanggung jawab pemerintah daerah dan pusat yang mendapat masukan berupa rekomendasi dari para ahli. Menurut Winarno9, di berbagai lahan marginal, kaktus dapat tumbuh subur. Selain dikonsumsi langsung sebagai buah yang manis rasanya dan fresh, dapat pula dikombinasikan dengan buah-buahan lain, baik dalam minuman maupun es krim. Oleh karena itu, program pengembangan kaktus buah naga dapat dijadikan salah satu andalan program penanggulangan kemiskinan di lahan marginal. Gambar 5 memperlihatkan tanaman buah naga di kebun Agrowisata Kusumo Wanadri, pantai Glagah, Yogyakarta. Satu tanaman buah naga (Hylocereus polyrhizus) dalam setiap tahunnya dapat menghasilkan 250 kg10. Setiap hektar dapat ditanami 2 ribu pohon dengan harga buah Rp 40 ribu sampai dengan Rp 75 ribu. Yang mengkonsumsi umumnya adalah kalangan menengah ke atas.
Gambar 4. Tanaman buah naga (Hylo cereus polyrhizus) hasil perlakuan media berpasir (kiri) dan perlakuan media pasir+pupuk kandang (kanan) 3.2.
Artikel Ulasan
Pada umumnya, penduduk yang tinggal di daerah lahan marginal relatif miskin (sedikit kesempatan untuk memperoleh income), karena tingginya kepadatan populasi, kecilnya luas lahan, kesempatan kerja terbatas dan lingkungan yang terdegradasi. Oleh karena itu perlu diterapkan sistem pertanian berkelanjutan dengan melibatkan penduduk dan kelembagaan7. Ditinjau dari segi pelestarian lingkungan dan efisiensi penggunaan
Gambar 5. Tanaman Buah Naga (Hylo cereus polyrhizus) di Kebun Agrowisatadi Pantai Glagah.
Konservasi lahan......... J. Tek. Ling.PTL-BPPT. Edisi Khusus: 100-104
103
DAFTAR PUSTAKA
4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan a)
b)
c)
Dari hasil penelitian untuk jumlah tunas buah naga (Hylocereus polyrhizus), dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata pada perlakuan media. Walaupun perlakuan tanah+pupuk kandang menunjukkan penambahan berat basah total terbesar, tetapi hasil uji statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dengan perlakuan pasir+pupuk kandang. Perlakuan pasir dan perlakuan pasir+pupuk kandang menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5%, yang berarti lahan marginal berpasir dapat produktif ditanami tanaman buah naga (Hylocereus polyrhizus) bila diberi pupuk kandang.
4.2 Saran a)
b)
104
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk berbagai konsentrasi pupuk kandang agar diketahui secara tepat pertumbuhan dan perkembangan optimal buah naga pada lahan berpasir (Hylocereus polyrhizus). Pada era otonomi daerah ini, perlu disosialisasikan ke Pemerintah Daerah program konservasi lahan marginal berpasir dengan pengembangan kaktus buah naga untuk penanggulangan kemiskinan di pedesaan, sehingga pendapatan masyarakat dapat ditingkatkan
1. Mizrahi Y., A. Nerd, and Y. Sitrit. 2006. New Fruits For Arid Climates. http://www.aaic.org/01progrm.htm. 2. Nurmala, M. 2005. Kaktus Manis, Si Obat Kolesterol. Herbs, Jum’at, 26 Agustus. 3. Sidik, S.A. 2004. Jepara Tertarik Kembangkan Buah Naga. Suara Merdeka, Kamis, 07 Oktober. 4. Sutomo, B. 2006. Manfaat Dragon Fruit. Buah Naga. Si Cantik Penurun Kolesterol. http://budiboga .blogspot.com/2006 /04/ manfaatdragon-fruit.html. 5. Kristanto, D. 2003. Buah Naga. Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya, Jakarta. 6. Gomez K.A. and A.A. Gomez. 1984. Statistical Procedures For Agricultural Research. Second Edition. An International Rice Research Institute Book, Now York – B 7. Mahfudz. 2001. Peningkatan Produktivitas Lahan Kritis untuk Pemenuhan Pangan Melalui Usaha Tani Konservasi. Program Pasca Sarjana, IPB. 8. Bennema, J. and De Meester 1981. The role of erosion and degradation in the process of land evaluation. In. R.P.C. Morgan (ed). Soil Conservation Problems and Prospects. 9. Winarno, F.G. 2003. Potensi Kaktus dari Lahan Kritis dan Lahan Gersang. Kompas, Sabtu, 10 Mei. 10.Priyono, E. 2005. Budidayakan Buah Naga di Pantai. Suara Merdek a, Juma’t, 24 Juni.
Salim F, dkk. 2006