Komunikasi Interpersonal Pemandu Wisata dalam Mengenalkan Indonesia pada Wisatawan Mancanegara Euis Nurul Bahriyah (
[email protected]) Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Esa Unggul – Jakarta
Abstrak
DKI Jakarta merupakan tujuan wisata bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Salah satu kunjungan wisata yang ditawarkan adalah wisata sejarah yaitu wisata Museum Bahari yang merupakan daya tarik tersendiri bagi wisnu dan wisman. Sejarah Bahari sebagai jendela informasi kemaritiman di wilayah Utara Jakarta memiliki potensial pariwisata untuk menarik wisatawan terutama wisatawan asing dari Belanda yang memiliki kedekatan emosional dengan sejarah masa lalu dimana Museum Bahari pada masanya adalah gudang penyimpanan rempahrempah pemerintah kolonial Belanda. Untuk meningkatkan kunjungan wisman, pemandu wisata memiliki peranan strategis yang didukung oleh kemampuan komunikasi interpersonal dari seorang pemandu wisata dalam proses pertukaran informasi secara tatap muka yang memungkinkan terjadinya feedback langsung baik verbal maupun non verbal pada kegiatan kunjungan wisata yang dilakukan secara individu dan kelompok. Salah satu program promosi yang dilakukan oleh Museum Bahari sebagai tujuan wisata melalui program wisata 12 Jalur Destinasi Wisata Pesisir Wilayah Jakarta Utara merupakan sebuah program untuk memperkenalkan budaya leluhur melalui kegiatan kunjungan yang didukung oleh pengetahuan yang mendalam dari para pemandu wisata atas objek wisata. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif terhadap komunikasi interpersonal pemandu wisata dalam memperkenalkan Indonesia khususnya DKI Jakarta melalui kegiatan kunjungan di museum Bahari kepada wisatawan mancanegara.
Kata kunci: komunikasi interpersonal, pemandu wisata, museum bahari.
Prosiding
Serial
Call
For
Paper
Komunikasi
Indonesia
Untuk
Peradaban
Bangsa,
Bali
16
April
2013
Pendahuluan Sejak dicanangkannya Tahun Kunjungan Museum tahun 2010 oleh Pemerintah sebagai momentum awal dimulainya Gerakan Nasional Cinta Museum yang akan dilaksanakan mulai 2010 – 2015.
Pencanangan tersebut diharapkan
dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke museum. Museum dengan beragam koleksinya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan sehingga keberadaan pemandu museum sangat menentukan dalam menyampaikan makna dan latar belakang koleksi di museum tersebut. Museum merupakan salah satu sarana penampungan segala macam peninggalan dari masa prasejarah dan sejarah yang perlu masyarakat ketahui dan pelajari, karena dengan adanya museum maka keberadaan masa lalu yang telah tersimpan bisa kita pelajari, pahami dan kita akan menemukan berbagai penjelasannya. Museum merupakan sarana yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai gudang ilmu yang berkaitan dengan sejarah suatu bangsa. Sebagai sarana pendidikan, museum merupakan sarana pembelajaran tentang makna warisan kebudayaan yang monumental dan memberikan nilai positif bagi kesadaran generasi muda akan pentingnya warisan nenek moyak mereka. Museum sebagai bagian dari media yang universal untuk pelestarian warisan budaya, wahana pembelajaran masyarakat, serta objek wisata yang edukatif. Koleksi tidak bisa dipisahkan dari museum sebab koleksi merupakan jantungnya museum. Koleksi museum harus disajikan sebagai salah satu bentuk komunikasi yang penting dalam upaya menarik minat wisatawan berkunjung ke museum. Dalam penyajian koleksi museum harus memperhatikan nilai estetika, artistik, edukatif, dan informatif. Salah satu museum bersejarah yang merupakan kekayaan
sejarah
Bangsa
dan
tujuan
kunjungan
wisata,
Jakarta
Utara
mengedepankan kunjungan wisata museum sebagai 12 Jalur Destinasi Wisata
Prosiding
Serial
Call
For
Paper
Komunikasi
Indonesia
Untuk
Peradaban
Bangsa,
Bali
16
April
2013
Pesisir Wilayah Jakarta Utara, dan Museum Bahari merupakan salah satu tujuan wisata yang memiliki kekayaan warisan sejarah berupa benda-benda kelautan. Museum Bahari awalnya adalah gudang rempah-rempah VOC (Vereningde Indische Compagnie) Belanda yang terletak di teluk Jakarta sebagai pusat perniagaan penting saat itu telah mengalami perubahan dan diperbesar beberapa kali hingga 1759. Sejak 1976 gudang ini diserahkan kepada pemerintah DKI Jakarta dan dipergunakan sebagai museum. Museum Bahari diresmikan pemakaiannya pada 7 Juli 1977. Sampai saat ini Museum Bahari setiap harinya selalu menerima kegiatan
kunjungan
wisata
baik
wisatawan
nusantara
maupun
wisatawan
mancanegara. Museum Bahari sebagai “jendela informasi kemaritiman Jakarta” merupakan asset budaya bangsa Indonesia tidak hanya memamerkan benda peninggalan sejarah melainkan juga sebagai sarana edukasi bagi pengunjung baik wisnu dan wisman melalui bentuk interpretasi dan program khusus yang merefleksikan keberadaan
Museum.
Kualitas
interpretasi
merupakan
kualitas
kemampuan
manusia, segala bentuk media dan/atau alat yang berfungsi mentransformasikan nilai-nilai kemenarikan daya tarik wisata museum kepada wisatawan terutama wisatawan mancanegara. Maka pengetahuan dan kemampuan teknik pemandu wisata dalam menyampaikan informasi permuseuman akan meningkatkan minat kunjungan terutama wisman. Dari sekian banyak kunjungan yang dilakukan tahun 2012, wisatawan Belanda memiliki jumlah yang lebih besar dibanding wisatawan Eropa lainnya seperti Jerman, Inggris, Perancis, Australia. Jumlah wisatawan Belanda berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pemandu wisata yang menjadi narasumber peneliti yaitu Sukma Wijaya, jumlahnya lebih besar dibanding wisatawan Eropa lainnya hal ini dikarenakan mereka merasa memiliki hubungan emosional dengan Indonesia.
Prosiding
Serial
Call
For
Paper
Komunikasi
Indonesia
Untuk
Peradaban
Bangsa,
Bali
16
April
2013
Di dorong hubungan emosional itulah menurut Basuki Antariksa dalam jurnalnya mengungkapkan bahwa motivasi yang berkaitan dengan aktivitas perjalanan wisata seseorang dipengaruhi oleh ethnic and family (kesamaan etnik dan kunjungan kepada keluarga), dikatakan bahwa kesamaan etnik akan memotivasi orang
untuk
mengunjungi suatu
tempat karena
dianggap
sebagai tempat
tinggal/kelahiran nenek moyangnya (Basuki:3). Pemandu Museum merupakan ujung tombak pada kegiatan kunjungan museum dimana dengan ketrampilan dan pengetahuan, bimbingan dan penerangan terhadap koleksi museum melalui pemberian pelayanan yang baik dari pemandu museum akan menentukan terhadap peningkatan kunjungan museum. Dalam memberikan penerangan kepada wisman pemandu wisata dituntut mampu dan memahami yang menjadi bidang tugasnya. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan pembinaan dan pelatihan sumber daya manusia bidang kepemanduan khususnya kemampuan dalam bidang komunikasi interpersonal. Perkembangan permuseuman di Indonesia secara fisik cukup menarik, namun tidak diimbangi perkembangan pengetahuan dan kemampuan teknik dalam menyampaikan informasi permuseuman. Pemandu museum merupakan orang terdepan dalam memberikan bimbingan, penerangan dan petunjuk mengenai koleksi museum
dengan
pelayanan
yang
maksimal
dan
kemampuan
komunikasi
interpersonal menuntut pemandu museum memilki keahlian untuk menarik pengunjung.
Kredibilitas
menentukan
kegiatan
dan
keterampilan
kunjungan
museum
pemandu bisa
museum
berhasil
inilah
terutama
yang dalam
penyampaian informasi kepada pengunjung yang bersifat edukatif dan komunikatif yaitu kemampuan komunikasi interpersonal. Namun ketika menerima kunjungan wisman dengan latar belakang berbeda secara bahasa dan kebudayaan,
pemandu wisata di Museum Bahari yang
Prosiding
Serial
Call
For
Paper
Komunikasi
Indonesia
Untuk
Peradaban
Bangsa,
Bali
16
April
2013
berjumlah 4 orang pemandu ditambah 1 orang pemandu museum freelance yang memiliki kemampuan berbahasa asing harus mampu memberikan informasi kepada pengunjung wisman. Menyampaikan isi pesan atau tidak menguasai materi yang standar bagi seorang pemandu dalam memberikan jawaban yang memuaskan terhadap pertanyaan yang diajukan oleh pengunjung merupakan hambatan dalam kegiatan kepemanduan museum. Atas dasar permasalahan inilah maka peneliti tertarik untuk mengangkat tujuan penelitian ini pada kemampuan komunikasi interpersonal pemandu museum dalam mengenalkan Indonesia pada wisatawan mancanegara
dan
prinsip-prinsip
komunikasi
interpersonal
yang
harus
dikembangkan dan dimiliki oleh pemandu museum. Tinjauan Pustaka Komunikasi Interpersonal Kegiatan kepemanduan museum menuntut ketrampilan dari para pemandu museum dan biasanya kemampuan mendengarkan dan berbicara pemandu museum merupakan aspek utama dalam mengefektifkan komunikasi interpersonal. Tugasnya adalah memberikan penjelasan secara detail kepada anggota rombongan mulai dari cerita yang berlatarbelakang sejarah, tata cara dan kebiasaan hidup masyarakat setempat. (Basuki,2005:69) Steven A Beebe (2011:2) menjelaskan Human communication: process of making sense out of the world and sharing that sense with others by creating meaning through the use of verbal and nonverbal messages. Interpersonal communication is a distinctive, transactional form of human communication involving mutual influence, usually for the purpose of managing relationships. Impersonal communication process that occurs when we treat others as objects or respond to their roles rather than to who they are as uniquie persons. (Beebe,2011:3). Principles of interpersonal communication (2011:21) menurut Steven A Beebe diklasifikasi menjadi: a. Interpersonal communication connects us to others: unless you are a living in cave or have become a cloistered monk, you interact with others every day.
Prosiding
Serial
Call
For
Paper
Komunikasi
Indonesia
Untuk
Peradaban
Bangsa,
Bali
16
April
2013
H.D Duncan, who said, “we do not relate and then talk, but relate in talk.” Fundamental to an understanding of interpersonal communication is the assumption that the quality of interpersonal relationships stems from the quality of communication with others. b. Interpersonal communication is irreversible: this helical model shows that interpersonal communication never loops back on itself. Once it begins it expands infinitely as the communication partners contribute their thoughts and experiences to the exchange. c. Interpersonal communication is complicated: no form of communication is simple. If any were, we would know how to reduce the number of misunderstandings and conflicts in our world. Because of the variables involved in interpersonal exchanges, even simple requests are extremely complex. Menurut Everett M Roger dan Lawrence Kincaid (1981:18) dalam Wiryanto: bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam. Dilihat dari tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk memahami manusia lain dan persekitaran, menjalinkan hubungan, mempengaruhi dan membantu individu lain, berkongsi keseronokan dan pengalaman serta meningkatkan estim diri. Selain
tujuan
diatas,
tujuan
komunikasi
interpersonal
menurut
Arni
Muhammad,(2009:165) menyebutkan bahwa komunikasi interpersonal memiliki tujuan-tujuan diantaranya: 1. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti: salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. 2. Merubah sikap dan tingkah laku: Komunikasi interpersonal mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. 3. Menemukan dunia luar: melalui komunikasi interpersonal kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yan g berkomunikasi dengan kita. Komunikasi Interpersonal yang Efektif Menurut Roger dalam Arni (2009:176) hubungan interpersonal akan efektif bila kedua belah pihak memenuhi kondisi berikut: a. Bertemu satu sama lain secara personal. b. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lain secara berarti.
Prosiding
Serial
Call
For
Paper
Komunikasi
Indonesia
Untuk
Peradaban
Bangsa,
Bali
16
April
2013
c. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan. d. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap menerima dan empati satu sama lain. e. Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim, yang mendukung dan mengurangi kecendrerungan ganggunan arti f. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasan aman terhadap yang lain. Deddy Mulyana mendefinisikan komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Keberhasilan interpersonal communication ditentukan oleh perserta komunikasi dan menjadi tanggung jawab mereka dilihat hari hubungan kedekatan para peserta komunikasi melalui jenis-jenis pesan dan respon nonverbal seperti tatapan mata, jarak fisik yang dekat dan sentuhan (Mulyana, 2002) Menurut Sendjaja, hal terpenting dalam komunikasi antar pribadi ada 2 yaitu perasaan (attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan (attachment) mengacu pada hubungan, yang secara emosional intensif. Ketergantungan (dependency) mengacu pada instrument perilaku antarpribadi. Karakteristik yang penting dalam hubungan antarpribadi yaitu hubungan tersebut banyak yang tidak diciptakan atau diakhiri berdasarkan kemauan atau kesadaran kita (Sendjaja, 2004).
Pada penelitian ini, pemandu wisata memiliki peran yang sama pentingnya dengan peserta komunikasi yaitu para pengunjung museum yang berasal dari kebudayaan, latar belakang berbeda sehinga pada saat kunjungan dilakukan peserta komunikasi harus memiliki kerangka pengalaman (frame of experience) sebagai bentuk akumulasi dari pengetahuan, niai-nilai, dan sifat serta kepercayaan yang muncul dalam diri seseorang. Proses penggunaan informasi pada komunikasi interpersonal akan sangat efektif jika terjadi tumpang tindih dalam proses mempersepsi, mengingat dan mengorganisasikan sejumlah informasi yang diterima dari
lingkungannya,
yang
terjadi
ketika
pemandu
wisata
dan
wisatawan
berkomunikasi.
Prosiding
Serial
Call
For
Paper
Komunikasi
Indonesia
Untuk
Peradaban
Bangsa,
Bali
16
April
2013
Model Teori Komunikasi Antar Pribadi Menurut Coleman dan Hammen (Rakhmat, 2002), model teori komunikasi antar pribadi dibagi menjadi 3 model: 1. Model Pertukaran Sosial, yakni memandang komunikasi antar pribadi sebagai sebuah transaksi dagang, para peserta komunikasi mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. 2. Model Peranan, yakni setiap individu memainkan perannya sesuai ‘naskah” yang berlaku di masyarakat, bertindak sesuai ekspidisi peranan (role expectation) dan tuntutan peranan (role demands), memiliki keterampilan peranan (role skills) . 3. Model Interaksional, model yang memandang komunikasi antar pribadi sebagai suatu system. Efektivitas Komunikasi melalui Pendekatan Antar Pribadi Devito menuturkan bahwa terdapat dua pendekatan komunikasi antar pribadi yang efektif melalui: 1. Perspektif Humanistik, melalui berbagai pertimbangan humanistik seperti: Keterbukaan (openness), Empati (empathy), Suportif (supportiveness), Positif(positiveness) dan Kesamaan (equality). 2. Perspektif Pragmatis, fokus pendekatan perspektif ini menciptakan sikap yakin (confidence), kebersaman (immediacy), manajemen interaksi (interaction management), perilaku ekspresif (expressiveness), dan berorientasi kepada orang lain (other orientation). Komunikasi interpersonal memiliki beberapa elemen penting.: (1) Aspek proses, proses dalam komunikasi interpersonal selalu berubah ubah dan terus menerus dilakukan, (2) Pertukaran pesan, intraksi antar pesan nonverbal dan pesan verbal akan dilakukan secara serempak, dan (3) Arti pesan, merupakan aspek penting dalam sebuah komunikasi antar personal. Ketrampilan yang harus dimiliki pemandu museum Teknik berbicara bagi seorang pemandu museum adalah suatu seni penyampaian informasi yang dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi yang mendengarkannya. Dilihat dari cara penyampaiannya maka bahasa yang digunakan
Prosiding
Serial
Call
For
Paper
Komunikasi
Indonesia
Untuk
Peradaban
Bangsa,
Bali
16
April
2013
dalam berbicara dapat dibedakan menjadi dua jenis, 1) Bahasa Lisan, berbicara merupakan seni, yang menarik dan dapat membangkitkan minat wisatawan untuk menikmati informasi yang disampaikan dengan kosa kata, tata bahasa dan teknik suara, 2) Bahasa Tubuh, karena pada umumnya pendengar lebih percaya terhadap apa yang mereka lihat dari pada apa yang mereka dengar, dan bahasa tubuh adalah kenyataan yang mereka lihat pada saat informasi diterima. Unsur-unsur bahasa tubuh meliputi penampilan, gerakan tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata.
Setiap tahun Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta melaksanakan Program Pendidikan dan Pelatihan Profesi Bidang Kepariwisataan. Diklat dilaksanakan Disparbud DKI Jakarta, kegiatan pelatihan ini bertujuan (1) Untuk menghasilkan pemandu museum yang terampil, memiliki kemampuan dan teknik pemanduan museum; (2) Meningkatkan kompetensi pemandu museum sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), (3) Meningkatkan kualitas pelayanan pemandu musem.
Pelatihan ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap terkait dengan teknik kepemanduan khusus museum yang sesuai dengan SKKNI. Pelatihan ini diadakan dengan tujuan agar peserta dapat bekerja sebagai pemandu khusus di museum, menyiapkan dan menyajikan informasi pada wisatawan,
meningkatkan
keterampilan
berkomunikasi
serta
menghadapi
keanekaragaman latar belakang wisatawan. Menurut informan pada penelitian ini, materi pada pelatihan ini tentang peran pemandu wisata bagi museum dengan keterampilan berkomunikasi dan materi tentang menyiapkan dan menyajikan informasi pada wisatawan serta standar presentasi personal pramuwisata khusus seperti pemandu museum.
Prosiding
Serial
Call
For
Paper
Komunikasi
Indonesia
Untuk
Peradaban
Bangsa,
Bali
16
April
2013
Kompetensi Kepemanduan Museum Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI nomor: KEP 58/MEN/III/2009 penetapan SKKNI sektor Pariwisata Bidang Kepemanduan Museum
dijelaskan
dalam
lampiran
BUD.PM02.001.01
tentang
mengimplementasikan Dasar-dasar Kepemanduan Museum dan BUD.PM02.004.01 tentang Kegiatan Interpretatif. Pada lampiran BUD.PM02.001.01 dijelaskan bahwa element kompetensi dari kegiatan kepemanduan museum harus melakukan kegiatan: a. Menerapkan Prinsip edutainment: menjelaskan tentang sejarah dan tujuan didirikannya museum, data koleksi, tata pameran, metode penyampaian interaktif dan informative, kesan pengunjung yang positif terhadap museum sehingga memunculkan rasa senang dan nyaman. b. Menerapkan Pengetahuan tentang Museum: menjelaskan pemahaman berdasarkan jenis museum dan hubungan dengn sector usaha wisata budaya terkait, informasi koleksi, tata pameran, dan hubungan antar museum sejenis, wawasan permuseuman untuk meningkatkan mutu pelayanan. c. Mengembangkan Pengetahuan: tentang peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada berbagai kesempatan, sumber-sumber bantuan dan dukungan, informasi terbaru di bidang museum dan usaha wisata terkait lainnya. Pada lampiran BUD.PM02.004.01 tentang Kegiatan Interpretatif, elemen kompetensinya meliputi: a. Menyiapkan Aktifitas: waktu, informasi yang dibutuhkan, rincian aktifitas serta hubungan dengan rekan kerja terkait. b. Menyajikan Aktifitas yang bersifat Penafsiran: Informasi koleksi dan tata pameran untuk membekali pengunjung, keterlibatan pengunjung dalam beraktifitas dengan suasana bersahabat, teknik presentasi yang bersifat penafsiran untuk meningkatkan pemahaman dan kualitas pengalaman pengunjung. c. Mengakhiri Aktifitas: aktifitas diakhiri dengan mempertimbangkan agar pengunjung mendapat kesan dan perasaan positif, bahan-bahan informasi untuk pengunjung berikutnya disimpan dengan memadai. Dari kompetensi kepemanduan diatas, maka seorang Pemandu Museum harus mampu mengkategorisasi kegiatanya pada hal: (1) Mengimplementasikan Dasar-dasar Kepemanduan Museum., (2) Mengembangkan Pengetahuan Tentang Koleksi dan Tata pameran Museum, (3) Menyajikan informasi tentang koleksi dan
Prosiding
Serial
Call
For
Paper
Komunikasi
Indonesia
Untuk
Peradaban
Bangsa,
Bali
16
April
2013
tata pameran museum, (4) Melakukan kegiatan interpretatif, (5) Memandu rombongan pengunjung. Dari ketegorisasi diatas, kemampuan yang harus dimiliki seorang pemandu museum adalah kategorisasi ke empat, yaitu melakukan kegiatan interpretatif, dimana kegiatan ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk menyajikan serangkaian kegiatan yang bersifat pendidikan dan penafsiran. Selain itu elemen kompetensi lainnya adalah menyajikan aktifitas yang bersifat Penafsiran seperti: (1)
keterlibatan pengunjung dalam
beraktifitas dengan suasana bersahabat serta kesempatan untuk berinteraksi dengan pengunjung lainnya, (2) teknik presentasi yang bersifat penafsiran untuk meningkatkan pemahaman dan kualitas pengalaman pengunjung, digunakan al: tema yang bersifat penafsiran, menghibur, bahasa tubuh, bermain peran, teknik suara, bercerita, permainan, latihan kesadaran sensori, penggunaan alat bantu visual,(3) Kegiatan penafsiran yang menggabungkan antara pembelajaran dengan hiburan serta membangkitkan partisipasi dan interaksi peserta. Metode Penelitian Penelitian
tentang
komunikasi
interpersonal
pemandu
museum
ini
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Dimana pada penelitian kualitatif besaran populasi dan sampel tidak diutamakan . Data yang terkumpul pada penelitian ini dilakukan dengan cara menjelaskan fenomena yang diteliti. Kedalaman (kualitas) data dalam penelitian ini lebih ditekankan bukan banyaknya (kuantitas) data (Kriyantono, 2007). Data yang terkumpul tentang tingkat kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2012, peneliti dapat dari sumber langsung yakni bagian Pameran dan Edukasi Museum Bahari, dan informasi dari keyinforman dan informan yang peneliti temui di Museum Bahari. Selain itu peneliti melakukan metode yuridis normatif melalui studi pustaka
Prosiding
Serial
Call
For
Paper
Komunikasi
Indonesia
Untuk
Peradaban
Bangsa,
Bali
16
April
2013
yang menelaah data sekunder, baik berupa peraturan perundang undangan maupun hasil-hasil penelitian, dan referensi pustaka lainnya. Wawancara mendalam juga dilakukan pada penelitian ini dengan berbagai sumber untuk melacak permasalahan kepemanduan museum di Museum Bahari yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal dan kemampuan /skill para pemandu wisata. Informan pada penelitian ini adalah para pemandu di museum Bahari yang berjumlah 3 orang dengan status sebagai karyawan dan 1 orang pemandu freelance diantaranya: (1) Irfal Guci yang saat ini menjabat sebagai Kepala Pameran dan Edukasi, (2) Isa Ansyari, saat menjabat sebagai Kepala Koleksi dan Perawatan, (3) Sukma Wijaya sebagai Pemandu Wisata, (4) Catur, pemandu museum (freelance) atau bebas karena bukan merupakan karyawan museum Bahari. Dan dengan kemampuan bahasa asing yang dimilikinya, bapak Catur sering ditugaskan untuk memandu wisatawan mancanegara. Pembahasan Komunikasi Interpersonal Pemandu Museum dalam meningkatkan jumlah kunjungan. Komunikasi interpersonal bagi seorang pemandu museum merupakan kompetensi yang harus dimiliki untuk menumbuhkan peran pemandu museum dalam memberikan informasi yang akurat mengenai obyek wisata serta koleksi yang dapat dinikmati wisatawan. Seorang Pemandu museum idealnya harus menguasai materi yang akan dijelaskan pada wisatawan. Pemandu harus memiliki keterampilan berkomunikasi yaitu komunikasi interpersonal serta mampu bersikap baik sehingga akan membuat wisatawan merasa nyaman dan dapat menikmati kunjungannya. Selain keterampilan berkomunikasi, pemandu museum juga harus mampu menyiapkan dan menyajikan informasi pada wisatawan dan standar presentasi seorang pemandu. Pemandu museum harus memperhatikan latar belakang tamu
Prosiding
Serial
Call
For
Paper
Komunikasi
Indonesia
Untuk
Peradaban
Bangsa,
Bali
16
April
2013
seperti asal negara atau daerah, usia, jenjang pendidikan, budaya dan lain-lain. Selain itu informasi yang disampaikan harus jelas, mudah dimengerti, dalam waktu yang tepat, tidak menjemukan, memenuhi kebutuhan serta mencari, kombinasi antara learning dan entertaining. Selain itu penguasaan pemandu museum pada informasi koleksi, tata pameran museum dan alat-alat pendukung lainnya sangat mendukung proses penafsiran dan pemahaman bagi pengunjung museum. Kemampuan pemandu museum dalam menciptakan suasana interaktif dan interpretif dalam kegiatan kepemanduan sehingga mampu meningkatkan ketertarikan dari para pengunjung. Ketertarikan itulah yang akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Bahari seperti tergambar pada bagan dibawah ini:
Jumlah
Kunjungan
Wisman
2012
800
700
600
500
400
300
200
100
‐
Jumlah
Kunjungan
Wisman
2012
Sumber: Museum Bahari data tahun 2012
Dari gambar grafik pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara 2012 menunjukkan bahwa sesuai batang tubuh PP RI No. 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025 Bab II Pembangunan Kepariwisataan Nasional pasal 2.(7.a) tentang sasaran pembangunan kepariwisataan nasional adalah untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Jelas bahwa pertumbuhan terjadi peningkatn secara signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang tergambar dari bagan
Prosiding
Serial
Call
For
Paper
Komunikasi
Indonesia
Untuk
Peradaban
Bangsa,
Bali
16
April
2013
grafik diatas terutama pada awal semester tahun 2012 melalui revitalisasi daya tarik wisata museum Bahari inilah upaya peningkatan kualitas, keberlanjutandan daya saing produk dan destinasi pariwisata berskala nasional dapat tercapai. Daya
tarik
wisata
sejarah
dalam
Penjelasan
PP
tersebut
juga
mengungkapkan bahwa prospek strategis pariwisata sebagai pilar pembangunan nasional antara lain dengan ditunjukkannya angka kunjungan wisatawan yang terus mengalami peningkatan. Dalam kegiatan komunikasi interpersonal, sikap dan tingkah laku yang etis akan sangat menentukan keberhasilan komunikasi tersebut konsentrasi pada komunikasi, akan memudahkan pada pengontrolan diri pribadi pemandu museum. Hal yang harus diperhatikan oleh seorang pemandu museum dalam melakukan kegiatan kepemanduan museum seperti kutipan hasil wawancara peneliti dengan pemandu museum sdr. Sukma Wijaya, bahwa: Pemandu museum dengan keahliannya harus mampu memunculkan sisi personal seperti cerdas, berpengalaman dalam setiap memberikan penjelasan tentang sejarah, koleksi dan asset museum lainnya. Selain itu kemampuan komunikasi dan pelayanan yang baik mampu menciptakan keakraban bagi pengunjung saat melakukan kegiatan kunjungan wisata museum. Dalam hal keterampilan yang harus dimiliki oleh pemandu museum, dalam paparannya, salah satu pemandu museum sdr. Sukma Wijaya mengatakan peran pemandu, khususnya pemandu museum, cukup penting untuk memberikan informasi yang akurat mengenai obyek wisata serta koleksi yang dapat dinikmati wisatawan dengan latar belakang yang berbeda. Seorang pemandu idealnya harus menguasai materi yang akan dijelaskan pada wisatawan. Selain itu, pemandu hendaknya mempunyai keterampilan berkomunikasi serta mampu bersikap yang baik sehingga akan membuat wisatawan merasa nyaman dan dapat menikmati kunjungannya. Dalam pelaksanaan pemanduan di museum hendaknya informasi disampaikan
Prosiding
Serial
Call
For
Paper
Komunikasi
Indonesia
Untuk
Peradaban
Bangsa,
Bali
16
April
2013
secara jelas dan mudah dimengerti, dalam waktu yang tepat, tidak menjemukan, memenuhi kebutuhan serta menarik, kombinasi antara learning dan entertaining. Kesimpulan Pemandu museum merupakan orang yang menentukan kegiatan kunjungan museum akan berjalan efektif atau tidak tergantung dari kemampuan dan keahlian berkomunikasi secara interpersonal baik kunjungan yang dilakukan secara individu maupun berkelompok oleh seluruh peserta kunjungan terutama wisatawan mancanegara. Keahlian komunikasi interpersonal yang mampu menciptakan suasana interaktif dan interpretif dalam kegiatan kepemanduan serta kemampuan yang bersifat edukatif dan informatif kepada seluruh peserta kunjungan. Sebagai pelaku utama dalam berkomunikasi dengan peserta kunjungan, faktor personal dan situasional peserta kunjungan haruslah menjadi pertimbangan utama bagi pemandu museum agar kegiatan tersebut memuaskan pengunjung dan dapat meningkatkan jumlah kunjungan di tahun-tahun berikutnya.
Prosiding
Serial
Call
For
Paper
Komunikasi
Indonesia
Untuk
Peradaban
Bangsa,
Bali
16
April
2013
DAFTAR PUSTAKA Basuki, Agung, (2005), Independent Travelling, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama Beebe, A Steven, (2011), Interpersonal Communication Relating to Others, sixth edition, PEARSON Education Inc. Devito, A Joseph.(2001), The Interpersonal Communication Book (Ninth Edition), New York, Longman. Djuarsa, Sendjaja, Sasa, dkk. (2001), Pengantar Komunikasi. Jakarta, Universitas Terbuka. ……. (2004). Teori Komunikasi, Jakarta, Universitas Terbuka Hardjana,M, Agus, (2007), Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, cetakan ke 5 Kanisius, Kanisius. Kriyantono, Rachmat. (2007), Teknik Praktis Riset Komunikasi (disertai contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran), Jakarta, Kencana Muhammad, Arni (2009), Komunikasi Organisasi, Jakarta, PT. Bumi Aksara. Mulyana, Deddy, (2002), Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, Rosdakarya Rakhmat, Jalaludin, (2002), Psikologi Komunikasi (edisi revisi), Bandung, Rosdakarya Rogers, Everett M & Kincaid,D Lawrence (1981), Communication Network: Toward a New Paradigm for Research. New York, Free Press Wiryanto, (2004), Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, PT. Grasindo.
Prosiding
Serial
Call
For
Paper
Komunikasi
Indonesia
Untuk
Peradaban
Bangsa,
Bali
16
April
2013
Sumber lain: www.museumbahari.org.id Lampiran Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor KEP 8/MEN/III/2009 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Pariwisata Bidang Kepemanduan Museum. Peraturan Pemerintah RI No. 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025 Antariksa, Basuki, Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Prosiding
Serial
Call
For
Paper
Komunikasi
Indonesia
Untuk
Peradaban
Bangsa,
Bali
16
April
2013