1
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM PROSES KONSELING Dr. Sumarto, S.Sos.I, M.Pd.I
[email protected] Dosen STAI Ma’arif Jambi dan DLB IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi ABSTRAK Keberhasilan proses konseling sangat ditentukan oleh teknik komunikasi konseling yang dilakukan oleh konselor, karena komunikasi dapat mengubah suasana masalah yang dihadapi oleh konseli. Komunikasi konseling adalah teknik yang dilakukan konselor dalam problem basic counseling. Setiap masalah dapat diselesaikan apabila memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Komunikasi Konseling merupakan proses konseling mengandung pengertian suatu proses antar pribadi yang berlangsung melalui saluran Proses verbal dan non verbal yaitu dengan menciptakan kondisi positif seperti empati, penerimaan serta penghargaan, keikhlasan serta kejujuran dan perhatian (facilitative conditions), konselor memungkinkan konseli untuk merefleksikan atas diri sendiri serta pengalaman hidupnya, memahami diri sendiri serta situasi kehidupannya dan berdasarkan itu dapat menemukan penyelesaian atas masalah yang dihadapi. Keterampilan seorang konselor di dalam proses konseling ketika merespon pernyataan konseli dan memproseskannya kembali sangatlah diperlukan. Agar proses Proses yang dimaksud dapat efektif dan efisien, maka konselor seyogyanya memiliki kemampuan dan keterampilan berProses. Proses Proses konseling dalam hal ini di fokuskan pada Proses interpersonal yaitu antara konselor dan konselidengan penggunaan Proses interpersonal dapat lebih memahami konseli. Pada Saat berProses dengan konseli, konselor seharusnya menggunakan respon yang facilitative bagi pencapaian tujuan konseling. Secara umum, respon tersebut diklasifikasikan ke dalam keterampilan Proses secara menyeluruh. Tampaknya, tidak cukup bagi konselor dengan menguasai Proses saja, tetapi perlu juga menguasai strategi intervensi sebagai teknik khusus pencapaian pengubahan perasaan, wawasan, pola pikir rasional dan tindakan konseli yang dibantu dengan rancangan konseling tertentu. Kata Kunci: Keterampilan Komunikasi Konseling
2
A. Komunikasi Konseling Komunikasi konseling yaitu melalui berbagai tanggapan verbal dan aneka reaksi nonverbal, konselor memproseskan kondisi positif itu kepada konseli. Sehingga konseli menyadari adanya pendukung dan karenanya bersedia pula untuk berProses dengan konselor.1 Karena tujuan dari bimbingan konseling yang dilakukan agar konseli dapat mencapai kemandirian dengan mampu memahami diri, menerima diri, mengarahkan diri dan mengambil keputusan serta melaksanakannya secara bertanggungjawab.2
B. Asas Kerahasiaan dalam Proses Konseling Berlangsungnya proses Proses konseling harus mengindahkan asas kerahasiaan, karena masalah yang diperbicarakan dalam layanan konseling merupakan sesuatu yang harus dirahasiakan. Adakalanya dalam proses konseling siswa enggan berbicara karena merasa khawatir apabila rahasianya diketahui oleh orang lain termasuk konselornya, apalagi konselornya tidak dapat menjaga rahasia konselinya. Apapun yang sifatnya rahasia yang disampaikan konseli kepada konselor, tidak boleh diceritakan kepada orang lain meskipun kepada koleganya, dalam layanan konseling asas ini dipegang teguh, konselor akan mendapat kepercayaan dari konseli sehingga mereka akan memanfaatkan jasa
1
W. S Winkel. Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta: 1997), hlm. 350-351. 2 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 20
3
bimbingan dan konseling sebaik-baiknya. Sebaliknya apabila asas ini tidak dipegang teguh, konselor akan kehilangan kepercayaan dari konseli sehingga siswa akan enggan memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling karena merasa takut masalah dan dirinya menjadi bahan gunjingan.3 Asas kerahasiaan sangat sesuai dengan ajaran Islam. Dalam Islam sangat dilarang seseorang menceritakan aib atau keburukan orang lain bahkan Islam mengancam bagi orang-orang yang suka membuka aib saudaranya diibaratkan
seperti
memakan
bangkai
daging
saudaranya
sendiri,
sebagaimana firman Allah SWT: Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.(Q.S. An-Nur (24). 19)
Relevan dengan ayat yang di atas, Rasulullah SAW bersabda: Tiada seorang hamba menutupi kejelekan yang lain di dunia, melainkan Allah SWT akan menutupi kejelekannya di akhirat. (H.R. Muslim dan Abu Hurairah)
C. Proses Antar Pribadi (Interpersonal) 1. Sejarah Perkembangan Proses Antar Pribadi (Interpersonal) Sejarah perkembangan Proses interpersonal, dalam catatan sejarah yang jauh lebih luas mengenai Proses para ilmuan telah menempatkan studi mengenai Proses interpersonal dan sebagai fokus studi ke dalam speech 3
Ibid., hlm. 87-88.
4
communications. Studi Proses antar pribadi mulai berkembang secara besarbesaran di Amerika Serikat sejak tahun 1960-an. Hal tersebut dapat ditunjukkan melalui banyaknya karya yang telah dirintis di bidang Proses interpersonal sebelum priode tersebut yaitu, di awal tahun 1900-an Georg Simmel telah melakukan observasi secara cermat mengenai Proses interpersonal. Tahun 1920-an dan 1930-an banyak bibit intelektual bagi studi Proses antar pribadi telah disemai. Selama tahun 1920an dan 1930-an Elton Mayo dan para koleganya di Harvard Buseness School menemukan kekuatan potensial mengenai interaksi sosial dan hubunganhubungan sosial di tempat kerja.Perkembangan dibidang Proses interpersonal berkembang pesat sampai sekarang.4 Setelah memahami sejarah Proses interpersonal, lebih lanjut membahas pengertian dari Proses interpersonal atau Proses antar pribadi. Proses interpersonal adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia. Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem menjelaskan tentang teori Proses antar pribadi (interpersonal) yaitu perbedaan antara Proses antar pribadi dan non antar pribadi yaitu pada tingkat non antar pribadi cultural dan sosiologis prediksi mengenai hasil-hasil Proses dapat disamakan dengan generalisasi rangsangan. Individu yang melakukan prediksi mencari persamaan di antara para komunikator lainnya. Sedangkan pada tingkat antar 4
Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, Teori Proses Antar Pribadi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 21-27.
5
pribadi prediksi dengan dasar psikologis tentang hasil Proses dapat disamakan dengan perbedaan rangsangan atau stimulus discrimination.5 Proses interpersonal yang dimaksud di sini adalah proses Proses yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. R. Wayne Pace 6 menyatakan bahwa: Interpersonal communication involving two or morepeople in a face setting (Proses interpersonal adalah Proses yang menyertakan dua orang atau lebih dalam tatanan Proses secara tatap muka). Proses interpersonal sebenarnya mempengaruhi Proses dan hubungan dengan orang lain. Wenburg dan Wilmat menyatakan bahwa persepsi individu tidak dapat dicek oleh orang lain tetapi semua arti atribut pesan ditentukan oleh masing-masing individu.7 Onong Uchjana Effendy8 mengemukakan bahwa hakikat Proses interpersonal adalah Proses antara seoarang komunikator dengan seorang komunikan dan ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap dan prilaku, serta pendapat. Kemudian dibandingkan dengan bentuk-bentuk Proses lainnya, Proses interpersonal dinilai paling efektif.9 Dalam Joseph A. Devito menjelaskan para ahli teori Proses mendefinisikan Proses antar pribadi (interpersonal) secara berbeda-beda, di dasarkan pada 3 hal yaitu:10
5
6
Op. Cit. Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, hlm. 6. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Proses (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada 2004), hlm
31. 7
159.
8
Arni Muhammad, Proses Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm.
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Proses (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007), hlm. 59-61. 9 Ibid. Onong Uchjana Effendy: Penjelasan Proses interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. 10 Joseph. A. Devito, Proses antar manusia (Jakarta: Profesional books, 1997), hlm. 231.
6
1. Definisi Berdasarkan Komponen Definisi berdasarkan komponen menjelaskan Proses antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. 2. Definisi Berdasarkan Hubungan Diadik Dalam definisi berdasarkan hubungan, Proses antar pribadi didefinisikan sebagai Proses yang berlangsung diantar dua orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas, misalnya Proses antar pribadi meliputi Proses yang terjadi antara konselor dan konseli, pramuniaga dengan pelanggan, anak dengan ayah, dua orang dalam suatu wawancara, dan sebagainya. Definisi ini hampir tidak mungkin ada Proses diadik (dua orang) yang bukan Proses antar pribadi. Adakalanya definisi ini diperluas sehingga mencakup juga sekelompok kecil orang, seperti anggota-anggota kelompok yang terdiri tas tiga atau empat orang. 3. Definisi Berdasarkan Pengembangan Dalam ancangan pengembangan, Proses antar pribadi dilihat sebagai akhir dari perkembangan Proses yang bersifat tak-pribadi (impersonal). Lebih lanjut perlu dipahami dalam model Schramm bahwa proses Proses sangat ditentukan oleh bidang pengalaman. Bidang pengalaman akan menentukan apakah pesan yang dikirimkan diterima oleh sipenerima sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Schramm mengatakan
7
jika tidak ada kesamaan dalam bidang pengalaman, bahasa yang sama, latar belakang yang sama, kebudayaan yang sama, maka sedikit kemungkinan pesan yang diterima diinterpretasikan dengan benar.11 Hal tersebut terlihat dalam kehidupan, apabila berProses disesuaikan dengan kondisi pengalaman agar apa yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses antar pribadi merupakan proses penyampaian pesan antara pengirim dan penerima pesan. Konteks bimbingan dan konseling yaitu penyampaian pesan baik verbal maupun nonverbal dari konselor kepada konseli dalam hal untuk merubah pola pikir dan pola tindakan konseli menuju tujuan yang diharapkan yaitu pencapaian solusi atas masalah yang dihadapi. Model proses Proses konseling yaitu antar dua pribadi dalam hal ini konselor dan konseli, dengan proses Proses konseling, hal ini dapat diketahui bagaimana konselor dalam menyampaikan pesan kepada konseli. Pesan yang disampaikan konselor merupakan analisis dari pikiran dan perasaan atas masalah yang dihadapi oleh konseli serta berupa konfirmasi dan tanggapan, sehingga konseli merasa lebih nyaman dan lebih diperhatikan. Gambar menunjukkan proses Proses konseling antara konselor dan konseli, yaitu:
11
Op. Cit., Arni Muhammad, hlm. 10.
8
Gambar 1 Model Proses konseling antar pribadi konselor dan konseli
a)*
Pribadi I (Konselor) Peran Pengirim: a. Kodifikasi; mengubah gagasan, perasaan, maksud ke dalam bentuk pesan yang dapat dikirim: b. Pengiriman pesan
Pribadi II (Konseli) Saluran:
I
II
Hambatan
Peran Penerima: a. Dekodifikasi; menangkap rangsangan dan mengartikannya: b. Tanggapan batin terhadap pesan yang ditangkap
Hambatan
Saluran: Peran penerima:
I
II
a. Dekodifikasi; menangkap rangsangan dan mengartikannya b. Tanggapan batin terhadap pesan yang ditangkap
Peran pengirim: a. Kodifikasi; mengubah gagasan, perasaan, maksud ke dalam bentuk pesan yang dapat dikirimkan b. Pengirim pesan
Hambatan
b)*
9
Keterangan a)* dan b)*: Pembentukan gagasan, perasaan dan maksud serta pemilihan tingkah laku. Dalam gambar atau bagan tersebut tampak, bahwa Proses konseling yaitu antara dua pribadi, konselor dan konseli memiliki tujuh unsur: a.
Segala maksud, gagasan, pikiran dan perasaan spesifik yang terdapat dalam batin pengirim serta bentuk tingkah laku yang dipilih (verbal atau nonverbal) merupakan langkah awal bagi pengirim suatu pesan yang bermakna.
b.
Kodifikasi oleh pengirim yaitu maksud, gagasan, serta perasaan di ubah ke dalam bentuk pesan atau berita yang dapat dikirimkan melalui lambang verbal atau nonverbal.
c.
Pesan dikirim melalui saluran yang dianggap sesuai yaitu saluran verbal bila digunakan kata-kata dan saluran nonverbal bila digunakan isyarat.
d.
Dekodifikasi oleh penerima yaitu rangsangan yang diterima melalui katakata yang di dengar atau aneka isyarat yang ditangkap, diartikan untuk mengambil makna pesan yang telah dikirimkan.
e.
Tanggapan batin oleh penerima yaitu ditujukan terhadap makna pesan yang diterima diberi suatu reaksi batin yang menghasilkan gagasan, perasaan dan maksud tertentu.
f.
Segala maksud, gagasan, pikiran dan perasaan spesifik yang terdapat dalam batin penerima serta bentuk tingkah laku yang dipilih (verbal atau nonverbal) merupakan tanggapan untuk dikirimkan sebagai pesan yang
10
bermakna dan sekaligus menjadi langkah awal penerimaan pesan tersebut. g.
Hambatan (noice) dalam ke-enam unsur di atas, yaitu hal-hal yang menggangu interaksi dan mempersulit Proses konseling yaitu antar pribadi baik konselor maupun konseli. Hambatan dalam saluran adalah, misalnya; kegaduhan di dalam atau di luar ruangan pertemuan dan cara bicara yang gagap. Hambatan di pihak pengirim pesan adalah misalnya; berbicara tanpa menyusun pikiran terlebih dahulu, menjejalkan terlalu banyak gagasan dan perasaan dalam sekali bicara dan merumuskan pengalaman dengan cara yang kurang memadai. Hambatan di pihak penerima pesan adalah, misalnya; prasangka, kecenderungan untuk lekas mengadili orang lain, kesulitan untuk memandang pesan yang disampaikan dari sudut pandangan pengirim pesan dan kekurangan dalam mendengarkan keseluruhan pesan yang disampaikan.12 Dari gambar atau bagan di atas bisa diperhatikan proses Proses
konseling antara konselor dan konseli yang bertujuan untuk mencapai solusi dari masalah yang dihadapi. Tetapi perlu disadari dalam proses Proses konseling ketika konselor hendak mengajak konseli untuk berbicara tentang masalahnya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan karena tidak semua konseli ingin menyampaikan masalah yang dihadapinya, sehingga perlu adanya teknik yang harus dilakukan oleh konselor dalam mengajak konseli untuk menyampaikan masalah yang dihadapinya.
12
Op. Cit., W.S. Winkel, hlm. 247-248.
11
Kathryn Geldard dan David Geldard menyampaikan dalam tulisannya ada 3 hal yang harus diperhatikan ketika mengajak konseli berbicara tentang masalahnya yaitu; apakah situasinya tepat?, apakah waktunya tepat?, dan apakah saya adalah orang yang tepat untuk membantunya?. Ketika konselor mengajak konseli untuk berbicara perlu adanya sikap ekstra hati-hati, karena jika ada orang lain mendengarkan pembicaraan konselor dan konseli tentu konseli akan merasa malu untuk mengungkapkan masalah pribadinya. Terutama bila masalah yang dihapinya sangat menyakitkan, konseli akan mearasa sangat tertekan dan bahkan bisa menangis ketika memulai pembicaraan, sehingga harus diperhatikan situasi dan waktu yang sesuai, begitu juga dengan kesesuaian diri dan kemampuan yang dimiliki, apakah sesuai atau orang yang tepat untuk membantunya. Dari gambar atau bagan dibawah ini, bisa diperhatikan proses Proses konslineg ketika konselor hendak mengajak konseli berbicara tentang masalah yang dihadapinya:13
13
Kathryn Geldrad & David Geldard, Counselling Skills in Evryday Life, Palgrafe McMilan, terj. Agung Prihantoro (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 78-85.
12
Gambar 2 Proses Proses konseling ketika konselor hendak mengajak konseli berbicara tentang masalah yang dihadapinya
Tindakan Konseli
Tindakan Konselor
Menunjukkan isyarat verbal atau non verbal bahwa ada masalah
Menangkap isyarat tersebut dan mempertimbangkan untuk mengajaknya berbicara atau tidak
Jika keputusan “ya” konselor memberikan ajakan awal Responnya: Menolak, tidak
Membuka
ada
informasi
masalah
pribadi
Bertanya kepada diri sendiri: Apakah situasinya tepat? Apakah waktunya tepat? Apakah saya adalah orang yang tepat untuk membantunya?
Pembicaraan berakhir
Responnya? Melanjutkan Menolak ajakan
pembicaraan tentang masalahnya
Ya
Tidak
Menindaklanjuti
Menjauh
13
Gambar di atas menunjukkan proses Proses konseling ketika konselor hendak mengajak konseli untuk menyampaikan masalah yang dihadapi konseli, adakalanya konseli menolak ajakan dari konselor tetapi adakalanya konseli menerima ajakan konselor runtuk membicarakan masalah dan mencari jalan solusinya. Proses membantu konseli yaitu ketika konseli sedang memiliki masalah kemudian menerima ajakan dari konselor, konselor harus melakukan validasi
yaitu menunjukkan kepada konseli
bahwa
konselor
telah
mendengarkan dan memahami apa yang telah disampaikan konseli. Karena proses Proses konseling yang paling efektif adalah bukan langsung menasehati konseli tetapi mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan oleh konseli mengenai masalah yang menghadapinya. Pentingnya validasi ini membut konselor harus berperan aktif mendengarkan konseli dan bersikap empati terhadap masalah yang konseli hadapi. Tidak cukup hanya mendengarkan tetapi konselor juga harus berperan aktif dalam mengamati setiap apa yang disampaikan konseli baik secara verbal maupun nonverbal serta mampu membawa masalah yang dihadapi konseli kedalam pikiran dan perasaan konselor. Gambar di bawah ini merupakan proses Proses konseling dalam bervalidasi yang merupakan lanjutan gambar di atas yaitu:14
14
Ibid., hlm. 122-125.
14
2. Proses Konseling Pada gambar 1 sudah di jelaskan bagaimana proses Proses konseling yang terjadi antara konselor dan konseli, mulai dari penyampaian pesan dari konselor kemudian adanya respon dari konseli sehingga timbul yang disebut dengan feedback, tetapi perlu di ketahui setiap proses Proses konseling yang terjadi ada yang disebut dengan saluran yaitu proses jalannya Proses dari konselor kepada konseli begitu juga dengan sebaliknya, ada proses Proses secara primer dan sekunder. Menurut Onong Uchjana Effendi, proses Proses terbagi menjadi dua tahap yakni secara primer dan secara sekunder. Pertama proses Proses secara primer proses Proses secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (Simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses Proses adalah bahasa, (Gesture) isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator (konselor) kepada komunikan (komunikan). Kedua proses Proses secara sekunder proses Proses sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alatatau sarana sebagai media setelah memakai lambang sebagai media pertama. Misalnya, surat, telefon, media jejaring sosial, surat kabar, majalah, televisi, radio dan masih banyak lagi. Pentingnya peranan media yakni media sekunder dalam proses Proses, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapaikomunikan. Twitter, Email, MMS, Facebook
15
misalnya, merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan yang jaraknya jauh.15
3. Keterampilan Dasar Proses Konseling Konselor harus menguasai keterampilan konseling adalah hal ini adalah mutlak. Sebab dalam proses Proses konseling teknik yang baik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor yang efektif harus mampu merespon konseli dengan teknik yang benar, sesuai keadaan konseli saat itu. Respon yang baik adalah pernyataanpernyataan verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong sehingga konseli terbuka untuk menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran dan pengalamannya. Selanjutnya konseli terus terlibat dalam mendiskusikan mengenai dirinya bersama konselor. Buku Materi Bimbingan Teknis Pengembangan Karir Guru BK Dikmen dijelaskan bahwa Proses antar pribadi atau interpersonal merupakan wahana utama dalam interaksi konseling, hal ini berarti bahwa di perlukan kejernihan makna dalam Proses sehingga tidak ada salah tangkap antara yang dimaksud oleh pihak yang menyampaikan pesan (konseli) dengan pihak yang menerima pesan (konselor) dan sebagaimana diketahui dalam Proses konseling, peran sebagai pengirim atau penerima pesan itu bergantian secara dinamis.
15
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Proses teori dan praktek (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. 2006), hlm.11.
16
Selanjutnya berbeda dari sumber dan penerima suara dalam sarana pancar-rekam mekanik, kejernihan dalam Proses antar pribadi juga sangat tergantung pada makna kontekstual yang melekat pada tiap ujaran dan isyarat non verbal yang lazimnya menyertai ujaran, yang pada dasarnya tergantung pada kesetaraan antara pengelola makna budaya yang digunakan oleh konselor dengan pengolah makna budaya yang digunakan oleh konseli.16 Pada dasarnya trust terbangun atas dasar dua unsur yang dipersepsi oleh konseli yaitu adanya kepercayaan oleh konseli kepada konselor bahwa konselor yang membantunya memiliki; memiliki kompetensi untuk menolong dirinya dan konselor tidak akan menggunakan kelebihan kompetensinya itu untuk mencederai dirinya. Oleh karena itu membangun kepercayaan juga bisa dari ketauladanan dari konselor dan hubungan keakraban yang ditampakkan oleh konselor bisa dalam Proses yang bersahaja dan budi pekerti yang mulia. Konselor juga turut mengawasi dan membimbing kembali apabila konseli mengalami masalah lagi.17
4. Hakikat dan Elemen-Elemen Proses Antar Pribadi (Interpersonal) yang Terjadi dalam Proses Proses Konseling Hakikat Proses interpersonal adalah proses Proses yang berlangsung antara kamunikator yaitu konselor dan komunikan yaitu konseli. Menurut Alo Liliweri, Proses jenis ini yaitu Proses interpersonal
16
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Menengah Direktorat Pembinaan PTK Dimen, Materi Bimbingan Teknis Pengembangan Karir Guru BK Dikmen (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012), hlm. 129-130. 17 Ibid, hlm. 130.
17
dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Joseph A. DeVito mengemukakan definisi Proses interpersonal dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama melalui sudut pandang hubungan antar pasangan, dalam sudut pandang ini Proses interpersonal diartikan sebagai Proses yang yang dilakukan oleh dua orang yang telah memiliki hubungan yang baik. Sudut pandang kedua adalah sudut pandang perkembangan. Pandangan ini Proses interpersonal dianggap sebagai adanya suatu rentang dari impersonal pada satu sisi dan intim pada sisi yang lain. Proses interpersonal dibedakan oleh 3 faktor, yaitu data psikologi, pengetahuan yang menjelaskan, serta peraturan yang personal yang mapan. Adapun elemen-elemen Proses antar pribadi (interpersonal) menurut Joseph A. DeVito:18 1.
Pengirim dan penerima pesan Proses interpersonal sedikitnya melibatkan dua orang, setiap orang merasakan dan mengirim pesan (fungsi pengiriman), lalu diterima dan dipahami (fungsi penerima). Siapa, apa yang diketahui, apa yang dipercayai, nilai yang dimiliki, apa yang diinginkan, apa yang sudah dikatakan, bagaimana sikap dan lain-lain mempengaruhi yang individu katakan, bagaimana cara individu mengatakan, pesan apa yang individu terima dan bagaimana individu mengartikan pesan itu.
18
Op. Cit., Joseph. A. Devito, hlm. 231.
18
2.
Pengkodean dan pemecahan kode Pengkodean yaitu proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang atau disusun terlebih dahulu dengan menggunakan kata-kata. Pengkodean adalah proses memproduksi pesan. Pemecahan kode adalah proses dimana komunikan menetapkan makna dan lambang yang disampaikan komunikator adanya. Pemecahan kode adalah tindakan menginterpretasikan kode. Proses Proses interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi interaksi, komunikator menyandi suatu pesan lalu menyampaikan pada komunikan dan komunikan mengawas sandi pesan tersebut. Komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi decoder. Jika komunikator sedang berbicara, ia menjadi encoder dan yang sedang mendengarkan menjadi decoder. Ketika komunikan memberikan tanggapan dan berbicara pada komunikator, maka komunikan ini akan menjadi encoder dan komunikator menjadi decoder. Tanggapan komunikan yang disampaikan kepada komunikator itu diriamakan umpan balik atau arus balik.
3.
Pesan Proses interpersonal tetap ada, pesan yang mengekspresikan pikiran dan perasaan harus dikirim dan terima. Proses interpersonal tidak selalu secara verbal. Konselor (komunikator) dan konseli (komunikan) dapat berkomunikkasi melalui gerakan, sentuhan sama seperti kita
19
berProses secara verbal. Umpan balik memberitahu komunikator efek apa yang diberikannya kepada komunikan. Umpan balik dapat berasal dari diri sendiri (sebagaimana kita mendengar apa yang sudah kita katakan) atau orang lain baik secara verbal maupun nonverbal, dalam proses Proses interpersonal umpan balik memiliki peran penting, karena pengirim dan penerima secara terus menerus dan bergantian memberi umpan balik dalam berbagai bentuk baik verbal maupun nonverbal, dalam situasi interpersonal umpan balik lebih sering diterima secara langsung setelah pesan disampaikan. 4. Gangguan Gangguan adalah segala sesuatu yang mengganggu kejernihan pesan dalam proses Proses, sehingga seringkali pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima. 5. Efek atau Pengaruh Proses Proses selalu memiliki berbagai akibat, baik pada salah satu pelaku atau keduanya. Efek dari kegiatan Proses mencakup 3 aspek yaitu: a.
Aspek kognitif Menyangkut kesadaran dan pengetahun, misalnya memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis.
b.
Aspek afektif Menyangkut sikap, kepercayaan, emosi dan perasaan, misalnya perasaan sedih, gembira.
20
c.
Aspek konatif dan psikomotor Menyangkut perilaku atau tindakan berbuat seperti apa yang disarankan.
6. Chanel Proses Chanel Proses adalah media yang dilalui oleh pesan. Chanel berfungsi sebagai jembatan antara pengirim dan penerima pesan, contohnya berbicara, mendengar, mencium, melihat, mengeluarkan bau, dan bahkan untuk menyentuh untuk berProses. Hal-hal yang dapat dikatakan sebagai chanel adalah tatap muka, telepon, surat, televisi dan sebagainya. 7. Konteks Cara kita berProses setiap saat berbeda dipengaruhi oleh konteks. Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan kejadian. Tiga dimensi konteks Proses adalah fisik, sosial psikologis, dan temporal. Pada tahun 1995 Joseph A. DeVito menambahkan dua elemen Proses interpersonal, yaitu: kompetensi dan etika.
D. Kesimpulan Proses konseling merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan layanan konseling. Selain Proses konseling, faktor dari konselor (kualifikasi akademik dan kompetensi), konseli (adanya keinginan untuk merubah diri lebih baik), kelengkapan fasilitas dan lingkungan sekitar juga menentukan keberhasilan konseling.
21
Proses konseling yang dilakukan juga harus memiliki karakteristik untuk mencapai keberhasilan layanan konseling yaitu harus dengan terbuka, memberikan dukungan kepada konseli untuk tidak mudah menyerah, berpikir dan bersikap positif kepada konseli dan tidak membeda-bedakan konseli yang ditangani seperti perbedaan etnis, suku, budaya, kaya dan miskin. Proses konseling yang memiliki karakteristik didukung dengan kualifikasi akademik dan kompetensi konselor serta fasilitas yang memadai maka keberhasilan konseling akan dapat dicapai. Keterampilan proses konseling perlu dikuasai oleh konselor karena saat ini berkembang pemikiran bahwa semua layanan the helping pofessionis mengutamakan penemuan self-healing capacity dari setiap individu yang di layani sehingga masing-masing mampu mengatasi masalahnya sendiri. Pada gilirannya, selain ditentukan oleh ketepatan pilihan paradigma, kemajuran proses Proses konseling ditentukan oleh kemampuan konselor dalam berproses yang akan mampu menjaring kapasitas konseli (positive asset search). Keterampilan dasar Proses konseling ada 3 yang perlu di pahami yaitu; keterampilan memperhatikan (attending) yaitu konselor harus memiliki kemampuan untuk memperhatikan konseli baik dalam penyampaian pesan verbal maupun non verbal, mendengarkan (listening) yaitu konselor lebih fokus pada mendengar pesan verbal yang disampian oleh konseli dan mempengaruhi (influencing) yaitu dalam proses Proses konseling, konselor harus mampu memberikan pengaruh kepada konseli, harapannya adalah
22
perubahan dari sikap konseli yang sadar akan kesalahan yang dilakukannya dan berusaha untuk memperbaikinya dengan penuh komitmen dan tanggung jawab.
23
DAFTAR PUSTAKA Arni Muhammad, Proses Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Proses. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada 2004. Joseph. A. Devito, Proses antar manusia. Jakarta: Profesional books, 1997. Kathryn Geldrad & David Geldard, Counselling Skills in Evryday Life, Palgrafe McMilan, terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Menengah Direktorat Pembinaan PTK Dimen, Materi Bimbingan Teknis Pengembangan Karir Guru BK Dikmen. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012. Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, Teori Proses Antar Pribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011. Onong Uchjana Effendi, Ilmu Proses teori dan praktek. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. 2006. Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Proses. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007), hlm. 59-61. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011. W. S Winkel. Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta: 1997.