KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Telepon
Gedung Prijadi Praptosuhardjo III Lantai 2 Direktorat Jenderal Perbendaharaan – Kementerian Keuangan RI Jalan Budi Utomo No. 6, Jakarta 10710 : (021) 352-4551, (021) 344-9230 Ext 5311 / Faksimile : (021) 352-4551 Website : www.ksap.org / E-mail :
[email protected]
DAFTAR UNDANGAN Gedung Ex - MA, Ditjen Perbendaharaan 17 Maret 2015 1. Tortama II Keuangan Negara, Badan Pemeriksa Keuangan 2. Kepala Badan Litbang - Badan Pemeriksa Keuangan 3. Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, BPKP 4. Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Politik, Hukum, Keamanan, Pembangunan Manusia, dan Kebudayaan, BPKP 5. Inspektur III, Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan 6. Direktur Sistem Penganggaran, Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 7. Direktur Anggaran I, Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 8. Direktur Penyusunan APBN, Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 9. Direktur Pelaksanaan Anggaran, Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan 10. Direktur Sistem Perbendaharaan, Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan 11. Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan 12. Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) 13. Tenaga Pengkaji Perbendaharaan, Ditjen Perbendaharaan 14. Kepala Biro Keuangan Kementerian Sosial 15. Kepala Biro Keuangan Kementerian Dalam Negeri 16. Kepala Biro Keuangan Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah 17. Kepala Biro Keuangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 18. Kepala Biro Keuangan Kementerian Pertanian 19. Kepala Biro Keuangan Kementerian Agama 20. Kepala Biro Keuangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 21. Kepala Biro Keuangan Kementerian Kelautan dan Perikanan 22. Kepala Biro Keuangan Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi 23. Kepala BPKD Pemprov DKI 24. Kepala DPKD Pemerintah Kota Tangerang 25. Kepala Dispenda Pemerintah Kota Bogor 26. Kepala DPPKA Pemerintah Kabupaten Bekasi 27. Kepala DPPKAD Pemerintah Kabupaten Bogor 28. Kelompok Kerja Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Telepon
Gedung Prijadi Praptosuhardjo III Lantai 2 Direktorat Jenderal Perbendaharaan – Kementerian Keuangan RI Jalan Budi Utomo No. 6, Jakarta 10710 : (021) 352-4551, (021) 344-9230 Ext 5311 / Faksimile : (021) 352-4551 Website : www.ksap.org / E-mail :
[email protected]
SUSUNAN ACARA
Focus Group Discussion Draf Bultek Belanja dan Beban Bantuan Sosial Gedung Ex - MA, Ditjen Perbendaharaan 17 Maret 2015
WAKTU 08.30 - 09.00
09.00 – 09.30
09.30 – 09.45
09.45 – 11.00
11.00 – 12.00 12.00
ACARA Registrasi
Sambutan Wakil Ketua Komite Konsultatif
Coffe Break Pemaparan Draf Bultek Belanja dan Beban Bantuan Sosial
NARASUMBER/PETUGAS Panitia Direktur Jenderal Keuangan Daerah Selaku Wakil Ketua Komite Konsultatif KSAP Panitia
KSAP
Diskusi dan Tanya Jawab
KSAP dan Peserta
Penutupan
KSAP
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Telepon
Gedung Prijadi Praptosuhardjo III Lantai 2 Direktorat Jenderal Perbendaharaan – Kementerian Keuangan RI Jalan Budi Utomo No. 6, Jakarta 10710 : (021) 352-4551, (021) 344-9230 Ext 5311 / Faksimile : (021) 352-4551 Website : www.ksap.org / E-mail :
[email protected]
LEMBAR KONFIRMASI Instansi
: ...........................................................................
Nomor telepon/fax
: ...........................................................................
Nomor ponsel
: ...........................................................................
Berikut adalah nama peserta yang akan hadir pada acara Focus Group Discussion Draf Bultek
Belanja dan Beban Bantuan Sosial yang diselenggarakan pada: Hari/tanggal
: Selasa, 17 Maret 2015
Waktu
: Pukul 08.30 – selesai
Tempat
: Gedung Ex - MA Ditjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan Jl. Lapangan Banteng Timur No 2, Jakarta Pusat
No.
NAMA
JABATAN
1.
2.
*) Peserta kami batasi 2 (dua) perwakilan dari tiap instansi terundang
................,
Maret 2015
Nama: ............................ Catatan: lembar konfirmasi harap difax ke (021) 3864776
Kontak person: Zulfikar di 081385047137
FOCUS GROUP DISCUSSION DRAFT BULTEK BELANJA DAN BEBAN BANTUAN SOSIAL
Jakarta, 17 Maret 2015
Agenda Pendahuluan
1
Perubahan
2
3
√
Perubahan – Pendahuluan
√
Perubahan – Regulasi
√
Perubahan – Akrualisasi
√
Hal-hal yang perlu dimintakan tanggapan
Narasi - perubahan
Pendahuluan
Latar Belakang Perubahan
Dampak dari akrualisasi pencatatan beban bantuan sosial Permasalahan dalam penerapannya di praktik Beberapa ilustrasi dalam Bultek perlu ditinjau ulang Terbitnya regulasi baru
Perubahan
Perubahan: Bab I Pendahuluan
Perubahan latar belakang, karena faktor yang melatarbelakangi Bultek berbeda, sehingga perlu ada modifikasi. Konteks waktu yang berbeda dan basis akrul menjadikan informasi dalam bab I sudah tidak relevan digunakan sebagai pendahuluan Bultek Bansos Pengaturan dalam Bultek ini meliputi Belanja dan Beban Bansos
Perubahan: Bab 2 Regulasi
Penambahan kajian ringkas regulasi sebagai berikut: PP 45/2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN PP Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Penambahan Sub Bab tentang Perbedaan Interpretasi Regulasi
Bansos sebagai salah satu aktivitas perlindungan sosial Bansos sebagai aktivitas dalam rangka kesejahteraan sosial
Perubahan dan Penegasan Kembali: Bab 3 Ketentuan Belanja dan Beban Bantuan Sosial (1/2)
Definisi Belanja Bantuan Sosial: Transfer uang atau barang yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.
Definisi Beban Bantuan Sosial: penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban pemerintah sebagai akibat dari aktivitas pemerintah guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.
Definisi Risiko sosial: Kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan
Perubahan dan Penegasan Kembali: Bab 3 Ketentuan Belanja dan Beban Bantuan Sosial (2/2)
Kriteria Belanja dan Beban Bantuan Sosial (akumulatif): Tujuan
Penggunaan: Rehabilitasi sosial, Perlindungan sosial,
Pemberdayaan Sosial, Jaminan Sosial, Penanggulangan kemiskinan, dan Penanggulangan bencana. Pemberi: Institusi pemerintah baik pusat atau daerah yang melaksanakan perlindungan sosial, rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, penanggulangan kemiskinan, pelayanan dasar, dan penanggulangan bencana Penerima: seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakatyang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari situasi krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, dan fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. Sementara
atau Berkelanjutan
Bentuk Pemberian Bantuan Sosial: Uang, Barang, Jasa
Perubahan: Bab 4 Akuntansi (1/3) Dipisahkan
pencatatan belanja bansos dan beban bansos mulai dari pengakuan, penyajian pengungkapan. Dijelaskan
dibedakan pencatatan untuk LO dan
LRA. Dipisahkan contoh ilustrasi di pusat dan daerah dalam dua bentuk yang terpisah Pengungkapan untuk beban bansos Pengungkapan
tambahan diperlukan untuk beban dan belanja.
Perubahan: Bab 4 Akuntansi (2/3) Pengakuan
Beban Bansos
Beban Bantuan Sosial dapat diakui pada saat timbulnya kewajiban maupun pada saat terjadi konsumsi aset dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas. Hal ini dapat berupa pengeluaran sebagai akibat dari aktivitas pemerintah guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Untuk itu, Beban Bansos dapat diakui pada saat bansos diserahkan kepada pihak yang berhak menerima bansos.
Jika terdapat komitmen pemerintah terhadap Bantuan Sosial yang telah direncanakan Pemerintah/ditetapkan dalam UU tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD dan telah ditetapkan dalam sebuah daftar nominatif penerima, entitas belum dapat mengakui sebagai Beban Bantuan Sosial.
Secara garis besar pengakuan beban bantuan sosial lebih mendekati dengan pengakuan belanja bansos
Perubahan: Bab 4 Akuntansi (3/3)
Pengukuran Beban Bansos diukur sebesar nilai Bantuan sosial berupa uang/barang/jasa yang telah diserahkan kepada masyarakat penerima bansos.
Penyajian Beban Bansos disajikan pada LO sebesar nilai beban bantuan sosial yang direalisasikan. Beban bansos yang direalisasikan adalah jumlah bansos yang telah diserahkan kepada penerima bansos.
Pengungkapan Belanja dan Beban Bansos pada CaLK:
Jenis bantuan sosial menurut penerima atau kelompok penerima bantuan sosial. Jenis bantuan sosial menurut jenis kegiatan utama. Belanja bantuan sosial yang belum disalurkan kepada masyarakat penerima sehingga masih disajikan dalam Neraca. Penjelasan-penjelasan tambahan lain yang diperlukan untuk full
PERMINTAAN TANGGAPAN (1-4) 13 1.
2.
Definisi Belanja Bantuan Sosial (sama dengan Bultek 10)
Belanja Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.
Apakah anda setuju dengan definisi Belanja Bantuan Sosial sebagaimana Bultek 10 Akuntansi Belanja Bantuan Sosial?
Definisi Beban Bantuan Sosial a.
Beban Bantuan Sosial adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban pemerintah sebagai akibat dari aktivitas pemerintah guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Apakah anda tersebut?
setuju
dengan definisi Beban Bantuan Sosial
PERMINTAAN TANGGAPAN (2-4) 14 3.
4.
Definisi Risiko Sosial (sama dengan Bultek 10) Risiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar. Apakah anda setuju dengan definisi Risiko Sosial sebagaimana Draft Bultek Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial ini? Kriteria Belanja Bantuan Sosial Tujuan penggunaan; Pemberi Bantuan; Persyaratan Penerima Bantuan; Bersifat Sementara atau Berkelanjutan. Bagaimana pendapat anda atas kriteria Belanja Beban Bantuan Sosial tersebut?
PERMINTAAN TANGGAPAN (3-4) 15 5.
Pengakuan Beban Bantuan Sosial Beban Bantuan Sosial dapat diakui pada saat timbulnya kewajiban maupun pada saat terjadi konsumsi aset dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas. Hal ini dapat berupa pengeluaran sebagai akibat dari aktivitas pemerintah guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Untuk itu, Beban Bansos dapat diakui pada saat bansos diserahkan kepada pihak yang berhak menerima bansos Jika terdapat komitmen pemerintah terhadap Bantuan Sosial yang telah direncanakan Pemerintah/ditetapkan dalam UU tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD dan telah ditetapkan dalam sebuah daftar nominatif penerima, entitas belum dapat mengakui sebagai Beban Bantuan Sosial. Bagaimana pendapat anda atas Pengakuan Beban Bantuan Sosial tersebut?
PERMINTAAN TANGGAPAN (4-4) 16 6.
Ilustrasi/Contoh Pengakuan Beban Bantuan Sosial Lebih mendekati dengan pengakuan belanja bansos. Bagaimana pendapat anda terhdapa ilustrasi tentang pengakuan beban Bansos di halaman 24-25 Draft Bultek Akuntansi Belanja dan beban Bantuan Sosial?
7.
Belanja Bantuan Sosial Dalam bentuk barang pada Pemerintah Daerah Belanja bansos diberikan kepada masyarakat dalam bentuk barang yang diberikan kepada penerima. Pengadaan barang untuk bansos dilakukan oleh SKPD. Apakah anda setuju dengan nomenklatur Belanja Bantuan Sosial dalam bentuk barang yang terdapat di SKPD?
TERIMA KASIH
Buletin Teknis Nomor …. Tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP) Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa: 1. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dapat dilengkapi dengan IPSAP dan/atau Buletin Teknis SAP; 2. IPSAP dan Buletin Teknis SAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan diterbitkan oleh KSAP dan diberitahukan kepada Pemerintah dan Badan Pemeriksa Keuangan; dengan ini KSAP menetapkan Buletin Teknis Nomor…. Tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial. Jakarta, Februari 2015 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan Binsar H. Simanjuntak
Ketua
…………………
A.B. Triharta
Wakil Ketua
…………………
Sonny Loho
Sekretaris
…………………
Jan Hoesada
Anggota
…………………
Dwi Martani
Anggota
…………………
Yuniar Yanuar Rasyid
Anggota
…………………
Hamdani
Anggota
…………………
Firmansyah N. Nazaroedin
Anggota
…………………
Sumiyati
Anggota
…………………
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
i
Buletin Teknis Nomor …. Tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial DAFTAR ISI Hal BAB I
BAB II
BAB III
Bab IV
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................... 1.2. Permasalahan dalam Belanja Bantuan Sosial................
1 2
REGULASI TERKAIT BELANJA BANTUAN SOSIAL 2.1. Peraturan Perundang-undangan Terkait Belanja BantuanSosial................................................................ 2.2. Buletin Teknis Nomor 04 tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah………….................
11
KETENTUAN BELANJA BANTUAN SOSIAL 3.1. Pengertian Belanja Bantuan Sosial................................. 3.2. Kriteria Belanja Bantuan Sosial....................................... 3.3. Bentuk Pemberian Belanja Bantuan Sosial.......... 3.4. Penyusunan Anggaran.......................................... 3.5. Pelaksanaan Anggaran.........................................
12 13 15 17 17
AKUNTANSI BELANJA BANTUAN SOSIAL 4.1. Pengakuan............................................................. 4.2. Pengukuran............................................................ 4.3. Penyajian dan Pengungkapan...............................
21 23 23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
6
32
i
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
1
BAB I
2
PENDAHULUAN
3 4 5 6 7 8 9
1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
10 11 12 13 14
Untuk mencapai tujuan Negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, setiap tahun disusun APBN/APBD untuk merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah. Di dalam anggaran dijelaskan program dan kegiatan yang akan diselenggarakan setiap tahun yang dirinci berdasarkankanjenis dan fungsi belanja.
15 16 17 18 19 20
Klasifikasi jenis belanja disebutkan antara lain adalah Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Belanja Subsidi dan Belanja Bantuan Sosial. Belanja bantuan sosial dalam penganggaran merupakan salah satu jenis belanja. Dalam praktiknya selama ini, belanja bantuan sosial menimbulkan berbagai masalah karena persepsi yang berbeda-beda tentang pengeluaran apa sajayang tergolong ke dalam belanja bantuan sosial.
21 22 23 24 25 26
Permasalahan klasifikasi belanja sering timbul pada saat penganggaran (penyusunan anggaran), dan sebagai konsekuensinya akan menimbulkanmasalah pada saat pelaksanaan dan pertanggungjawaban. Permasalahan juga timbul mengenai institusi pemberi bantuan sosial, apakah setiap organisasi pemerintahan dapat menganggarkan belanja bantuan sosial atau terbatas sesuai fungsi yang melekat pada organisasi tersebut.
27 28 29 30 31 32
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) Nomor 02 pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Lampiran I tentang Laporan Realisasi Anggaran menyebutkan bahwa belanja dapat dikelompokkan berdasarkan klasifikasi ekonomi. Salah satu jenis klasifikasi ekonomi adalah belanja bantuan sosial. Belanja bantuan sosial dalam PSAP Nomor02 termasuk dalam belanja operasi karena terkait dengan kegiatan sehari-hari pemerintah pusat dan/atau daerah.
33 34 35 36 37 38 39 40 41
Dalam Buletin Teknis Nomor 04 tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah, Belanja Bantuan Sosial didefinisikan sebagaitransfer uang atau barang yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Belanja bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan. Belanjabantuan sosial merupakan pengeluaran dalam bentuk barang/jasa kepada masyarakat yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang sifatnya tidak terus menerus dan selektif.
42 43 44 45
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) Nomor 12 pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Lampiran I tentang Laporan Operasional menyebutkan bahwa beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi yang salah satunya adalah beban bantuan sosial.
46 47 48 49 50
Permasalahan yang timbul terkait dengan penganggaran dan pelaksanaan belanja bantuan sosial, menimbulkan potensi penyalahgunaan anggaran untuk kegiatan yang tidak seharusnya. Dewan Perwakilan Rakyat meminta Pemerintah untuk segera menyusun pedoman yang dapat memberikan definisi dan perlakuan akuntansi belanja bantuan sosial.Panduan teknis atas perlakukan akuntansi
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
1
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
51 52
pelaksanaan belanja dan beban bansos diperlukan untuk mengurangi penyalahgunaan anggaran negara/daerah dari kegiatan yang tidak seharusnya.
53 54 55 56 57 58 59
Buletin Teknis Nomor 10 tentang Akuntansi Belanja Bantuan Sosial telah memberikan panduan pada penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban belanja pemerintah yang lebih efektif dan efisien. Dengan berlakunya Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual yang tertuang dalam PP 71 tahun 2010 lampiran Imengharuskan Buletin Teknis 10 perlu dilakukan penyesuaian dengan memasukkan perlakuan akuntansi beban bantuan sosial. Basis akrual mengharuskan pencatatan akuntansi pada saat terjadinya.
60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Penyesuaian Buletin Teknis Belanja Bantuan Sosial diperlukan untuk memberikan panduan, menyelaraskan persepsi dan mengatasi berbagai permasalahan pengelolaan dan pertanggungjawaban dana belanja dan bebanbantuan sosial. Panduan tersebut memuat hal-hal sebagai berikut: (a) pengertian; (b) kriteria belanja dan beban bantuan sosial; (c) penerima belanja dan beban bantuan sosial; (d) institusi pemberi belanja dan beban bantuan sosial; (e) bentuk dan jenis belanja dan beban bantuan sosial;(f) akuntansi belanja dan beban bantuan sosial yang meliputi pencatatan, penyajian dan pengungkapan; serta (g) contoh dan ilustrasi belanja bantuan sosial. Sebelum penjelasan tentang bantuan sosial, akan diberikan penjelasan mengenai teori dan regulasi yang terkait dengan belanja bantuan sosial sebagai latar belakang pemikiran.
71 72 73 74 75 76 77 78
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) memandang perlu melakukan penyempurnaan atas Buletin Teknis Nomor 10 tentang Akuntansi Belanja Bantuan Sosial menjadi Buletin Teknis Nomor…Tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial yangdisusun dengan mengacu pada Kerangka Konseptual dan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana Lampiran I PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP.Buletin ini diharapkan dapat dijadikan panduan dalam penyusunan pertanggungjawaban keuangan oleh entitas akuntansi/pelaporan terkait dengan belanja dan bebanbantuan sosial.
79 80 81 82 83 84
1.2.
Permasalahan dalam Belanja dan Beban Bantuan Sosial
Permasalahan belanja bantuan sosial lebih banyak berkaitan dengan penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran, tidak banyak berkaitan dengan permasalahan akuntansi.
85 86 87 88 89
Permasalahan dalam penganggaran dan pelaksanaan belanja bantuan sosial timbul karena belumada batasan yang jelas atas belanja bantuan sosial. Sebagian besar aktivitas pemerintah terkait dengan peningkatan kesejahteraan rakyat, sehingga setiap upaya untuk peningkatan kesejahteraan rakyat seringkali dikategorikan sebagai belanja bantuan sosial.
90 91 92 93 94 95 96
Akuntansi sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran berperan mencatat transaksi yang telah terjadi, menyajikan dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan. Dalam kaitannya dengan Laporan Realisasi Anggaran, kesalahan penganggaran akan sulit untuk dikoreksi dari sisi akuntansi, karena pencatatan akuntansi harus sesuai dengan proses penganggaran. Tidak dimungkinkan ada koreksi atas penyajian Laporan Keuangan sehingga hanya dapat diberikan pengungkapan jika terjadi kesalahan dalam penganggaran.
97 98 99 100 101 102
Selain hal di atas, dalam penyusunan Laporan Operasional (LO) sesuai Lampiran I PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, pencatatan beban bantuan sosial harus sesuai dengan substansi dan kriteria beban bantuan sosial, sehingga entitas akuntansi dapat melakukan koreksi/penyesuaian atas kesalahan penganggaran di LRA.Hal ini dilakukan agar LO dapat menyajikan beban sesuai dengan definisi dan kriteria masing-masing beban. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
2
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127
1.2.1. Belanja bantuan sosial sebagai fungsi perlindungan sosial atau jenis belanja Dalam PSAP Nomor 02 dijelaskan bahwa Belanja dapat dikategorikan berdasarkan fungsi dan jenis belanja.Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 90 tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Angaran Kementerian Negara/Lembaga menjelaskan bahwa RKA-K/L disusun secara terstruktur dan dirinci menurut klasifikasi organisasi, fungsi dan jenis belanja. Penyusunan anggaran tersebut menggunakan instrumen indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja. PP ini tidak merinci secara detail fungsi dan jenis belanja yang telah dijelaskan, namun PP tersebut menjelaskan peraturan pelaksanaan atas PP No 21 tahun 2004tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Angaran Kementerian Negara/Lembagatetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan PP 90 tahun 2010. Mengingat dalam PSAP Nomor 02 disebutkan bahwa belanja bantuan sosial merujuk pada jenis belanja, maka pemberian bantuan sosial tidak dapat hanya dikaitkan dengan fungsi perlindungan sosial. Dengan kata lain tidak semua pengeluaran dalam fungsi perlindungan sosial merupakan belanja bantuan sosial. Belanja bantuan sosial dapat dikeluarkan oleh unit lain yang tidak memiliki fungsi perlindungan sosial. Hal ini karena sesuai dengan amanat UUD 1945, di mana Negara berkepentingan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.Sebaliknya pengeluaran belanja bantuan sosial oleh unit yang tidak memiliki fungsi perlindungan sosial sepanjang memenuhi kriteria dapat dikategorikan sebagai belanja bantuan sosial.
128 129 130 131 132 133 134 135
1.2.2. Kesulitan mendefinisikan belanja dan beban bantuan sosial
136 137 138 139 140 141 142 143
Dalam beberapa literatur, tidak ada definisi yang jelas mengenai belanja bantuan sosial. Bantuan sosial sering disamakan dengan social assistanceatausocial aidyang diartikan manfaat (benefit)diperoleh dalam bentuk uang atau barang yang diberikan oleh negara atau lembaga sosial lain kepada pihak yang memiliki kerentanan (vulnerable) sosial. Masyarakat rentan sosial adalah kelompok masyarakat yang memiliki kemungkinan besar tertimpa suatu risiko sosial.Namun pengertian social assistance bermakna luas karena termasuk pemberian langsung kepada masyarakat dan subsidi.
Dalam beberapa regulasi terdapat beragam contoh aktivitas yang dikategorikan belanja bantuan sosial.Dalam sebuah regulasi disebutkan belanja bantuan sosial merupakan bagian dari kegiatan perlindungan sosial. Namun dalam regulasi lain disebutkan terdapat aktivitas yang tidak terkait dengan perlindungan dan kesejahteraan sosial diklasifikasikan sebagai belanja bantuan sosial.
144 145 146 147 148
1.2.3. Penyusunan Anggaran
149
a. Belanja bantuan sosial dianggarkan ke dalam belanja non bantuan sosial.
150
b. Belanja non bantuan sosial dianggarkan ke dalam belanja bantuan sosial.
151 152
c. Belanja bantuan sosial dianggarkan oleh institusi selain institusi yang memiliki tugas dan fungsi melaksanakan program perlindungan sosial, rehabilitasi sosial,
Permasalahan belanja bantuan sosial pada proses penyusunan anggaran antara lain berupa:
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
3
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
153 154
jaminan sosial, pemberdayaan sosial, penanggulangan kemiskinan, program pelayanan dasar dan penanggulangan bencana.
155 156 157 158
d. Belanja pada institusi yang memiliki fungsi perlindungan sosial diklasifikasikan sebagai belanja bantuan sosial, karena aktivitasnya terkait dengan perlindungan sosial, walaupun bantuan tersebut tidak diberikan langsung kepada masyarakat yang memiliki risiko sosial.
159 160 161 162 163 164 165 166
1.2.4. Pelaksanaan anggaran Permasalahan belanja bantuan sosial dalam tahap pelaksanaan anggaran antara lain berupa: a. Pendanaan belanja bantuan sosial menggunakan belanja non bantuan sosial. Akibatnya dalam pelaksanaanya terjadi ketidaksesuaian antara anggaran dan pelaksanaannya.
167 168 169
b.
Pendanaan belanja non bantuan sosial menggunakan belanja bantuan sosial, akibatnya dalam pelaksanaannya terjadi ketidaksesuaian antara anggaran dan pelaksanaannya.
170 171 172
c.
Belanja bantuan sosial tidak disalurkan untuk kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan sosial dan kesejahteran sosial serta penerimanya tidak berhak menerima belanja bantuan sosial.
173 174 175 176 177
d.
Permasalahan pengendalian intern dan transparansi pemberian bantuan sosial, contohnya mekanisme penetapan penerima belanja bantuan sosial, proses penyaluran belanja bansos tidak jelas dan transparan, dan belanja bantuan sosial tidak jelas dan transparan penerima belanja bantuan sosial fiktifdan/atau tidak sesuai dengan kriteria penerima belanja bantuan sosial.
178 179 180 181 182
1.2.5. Pertanggungjawaban anggaran Permasalahan belanja bantuan sosial pada tahap pertanggungjawaban anggaran antara lain:
183 184
a. Pertanggungjawaban belanja bantuan sosial melalui belanja non bantuan sosial karena penyusunan anggaran yang tidak tepat.
185 186 187
- Pendanaan belanja bantuan sosial menggunakan belanja non bantuan sosial. Akibatnya dalam pelaksanaanya terjadi ketidaksesuaian antara anggaran dan pertanggungjawaban.
188 189 190 191 192 193
b.
Pertanggungjawaban belanja non bantuan sosial melalui belanja bantuan sosial,karena proses penyusunan anggaran yang tidak tepat. - Pendanaan belanja non bantuan sosial menggunakan belanja bantuan sosial, akibatnya dalam pelaksanaanya terjadi ketidaksesuaian antara anggaran dan pertanggungjawaban.
c. Permasalahan akuntabilitas belanja bantuan sosial, contohnya:
194 195 196
- Barang-barang yang dihasilkan dari belanja bantuan sosial dan belum diserahkan kepada penerima bantuan tidak dilaporkan di neraca sebagai persediaan.
197 198 199
- Aset yang dihasilkan dari belanja bantuan sosial yang masih dalam penguasaan institusi yang bersangkutan (karena terjadi kesalahan penganggaran) tidak dilaporkan di neraca sebagai aset tetap.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
4
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211
- Pertanggungjawaban penyaluran belanja bantuan sosial tidak didukung dengan bukti-bukti yang memadai. 1.3.
Permasalahan dalam Beban Bantuan Sosial
Pada akuntansi berbasis akrual, terdapat klasifikasi beban bantuan sosial. Secara umum hampir semua belanja bansos yang telah terjadi akan menjadi beban bantuan sosial. Belanja bansos yang telah dikeluarkan,namun sampai dengan tanggal pelaporan belum diterima oleh pihak yang berhak belum dapat diakui sebagai beban bansos. Dalam laporan keuangan ada kemungkinan belanja bansos tidak sama besarnya dengan nilai beban bansos, yaitu sebesar belanja bansos yang belum didistribusikan kepada masyakarat, baik berupa uang maupun barang.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
5
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
1 2 3 4 5
2.1.
6 7
2.1.1 Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
BAB II REGULASI TERKAIT DENGAN BELANJA BANTUAN SOSIAL
Peraturan Perundang-undangan Terkait Belanja Bantuan Sosial
8 9 10 11
Sesuai dengan Undang Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial disebutkan bahwa penyelenggaraan kesejahteraan sosial meliputi rehabilitasi sosial; jaminan sosial; pemberdayaan sosial; dan perlindungan sosial. Selain itu, Undang Undang ini juga menjelaskan aktivitas penanggulangan kemiskinan.
12 13 14 15 16 17 18 19
Rehabilitasi sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.Rehabilitasi sosial dapat dilaksanakan secara persuasif, motivatif, koersif, baik dalam keluarga, masyarakat maupun panti sosial. Rehabilitasi sosial antara lain diberikan dalam bentuk bantuan dan asistensi sosial.
20 21 22 23 24 25 26
Perlindungan sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial.Perlindungan sosial dimaksudkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal. Perlindungan sosial dilaksanakan melalui: bantuan sosial; advokasi sosial; dan/atau bantuan hukum.
27 28 29
Pemberdayaan sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Pemberdayaan sosial dimaksudkan untuk:
30 31 32
a. memberdayakan seseorang, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan sosial agar mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
33 34
b. meningkatkan peran serta lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan sumber daya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
35 36 37
Pemberdayaan sosial dapat dilakukan melalui: peningkatan kemauan dan kemampuan; penggalian potensi dan sumber daya; penggalian nilai-nilai dasar; pemberian akses; dan/atau pemberian bantuan usaha.
38 39
Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
40 41 42 43 44 45 46
Jaminan sosial dimaksudkan untuk: menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita penyakit kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial-ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi dan menghargai pejuang, perintis kemerdekaan, keluarga pahlawan atas jasa-jasanya. Jaminan sosial diberikan dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial, bantuan langsung berkelanjutan atau dalam bentuk tunjangan berkelanjutan.
47
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
6
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
48 49 50 51 52
Penanggulangan kemiskinan merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan. Penanggulangan kemiskinan ditujukan untuk:
53 54
a.
meningkatkan kapasitas dan mengembangkan kemampuan dasar serta kemampuan berusaha masyarakat miskin;
55 56 57
b.
memperkuat peran masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan kebijakan publik yang menjamin penghargaan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar;
58 59 60 61
c.
mewujudkan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik, dan sosial yang memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh kesempatan seluasluasnya dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara berkelanjutan; dan
62
d.
memberikan rasa aman bagi kelompok masyarakat miskin dan rentan.
63 64 65 66 67 68
Penanggulangan kemiskinan dilaksanakan dalam bentuk: penyuluhan dan bimbingan sosial; pelayanan sosial; penyediaan akses kesempatan kerja dan berusaha; penyediaan akses pelayanan kesehatan dasar; penyediaan akses pelayanan pendidikan dasar; penyediaan akses pelayanan perumahan dan permukiman; dan/atau penyediaan akses pelatihan, modal usaha, dan pemasaran hasil usaha.
69 70 71 72 73 74
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial diprioritaskan kepada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial: kemiskinan; keterlantaran; kecacatan; keterpencilan; ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku; korban bencana; dan/atau korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ditujukan kepada: perseorangan; keluarga; kelompok; dan/atau masyarakat.
75 76 77 78 79 80 81 82
Tanggung jawab Pemerintah dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial diantaranya meliputi: merumuskan kebijakan dan program; menyediakan akses penyelenggaraan kesejahteraan sosial; pelaksanakan aktivitas kesejahteraan; memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial; serta mendorong dan memfasilitasi masyarakat serta dunia usaha dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Peran pemerintah ini dilaksanakan baik oleh Pemerintah Pusat maupunPemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
83 84 85
2.1.2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
86 87 88 89
Sesuai dengan Undang Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional disebutkan bahwa negara memiliki kewajiban untuk mendaftarkan dan membayarkan iuran program jaminan sosial kepada Badan Pengelola Jaminan Sosial bagi masyarakat tertentu. Masyarakat tertentu tersebut meliputi:
90 91
a. Fakir miskin dan orang tidak mampu untuk tahap awal diawali dengan program jaminan kesehatan.
92 93
b. Peserta jaminan kesehatan yang mengalami pemutusan hubungan kerja dan setelah 6 (enam) bulan belum memperoleh pekerjaan dan tidak mampu.
94
c. Peserta jaminan kesehatan yang mengalami cacat dan tidak mampu.
Nasional
95
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
7
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
96 97
2.1.3 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007tentang Penanggulangan
98 99 100 101 102
Sesuai dengan Undang Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana disebutkan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.
103 104 105 106 107 108
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Dengan demikian, bencana dapat berupa bencana alam, non alam dan bencana sosial.
109 110
Kegiatan penanggulangan bencana terdiri tiga tahap, yaitu prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana. Kegiatan tersebutantara lain meliputi kegiatan:
111 112
a.
Pencegahan bencana,yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
113 114 115
b.
Kesiapsiagaan, yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
116 117 118
c.
Peringatan dini, yaitu serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
119 120 121
d.
Mitigasi,yaitu serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
122 123 124 125 126
e.
Tanggap darurat bencana,yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
127 128 129 130
f.
Rehabilitasi,yaitu perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakatpada wilayah pascabencana.
131 132 133 134 135 136
g.
Rekonstruksi, yaitu pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
137 138 139 140 141 142 143 144
Tujuan penanggulangan bencana adalah untuk mengurangi risiko bencana, melindungi masyarakat dari dampak bencana, menjamin pemenuhan hak masyarakat pengungsi yang terkena bencana dan pemulihan kondisi dari dampak bencana. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Salah satu bentuk tanggung jawab tersebut adalah dengan pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam APBN/APBD.
Bencana
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
8
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
145 146 147
2.1.4
148 149 150 151
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana menjelaskan lebih detail tentang bagaimana penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan mulai dari tahap prabencana, tanggap darurat dan pasca bencana.
152 153 154 155 156 157 158 159
Kegiatan pada tahap prabencana meliputi kegiatan dalam situasi tidak terjadi bencana atau dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana. Kegiatan dalam situasi tidak terjadi bencana terdiri dari: perencanaan penanggulangan bencana;pengurangan risiko bencana; pencegahan; pemaduan dalam perencanaan pembangunan; persyaratan analisis risiko bencana;pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; pendidikan dan pelatihan; dan persyaratan standar teknis penanggulangan bencana. Sedangkan kegiatan dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana terdiri dari: kesiapsiagaan;peringatan dini; danmitigasi bencana.
160 161 162 163 164
Kegiatan pada tahap tanggap darurat meliputi: pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi;kerusakan, kerugian, dan sumber daya;penentuan status keadaan darurat bencana; penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana; pemenuhan kebutuhan dasar; perlindungan terhadap kelompok rentan; dan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177
Kegiatan pada tahap pascabencana meliputi kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Kegiatan rehabilitasi terdiri dari:perbaikan lingkungan daerah bencana; perbaikan prasarana dan sarana umum;pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat; pemulihan sosial psikologis;pelayanan kesehatan; rekonsiliasi dan resolusi konflik; pemulihan sosial, ekonomi dan budaya;pemulihan keamanan dan ketertiban; pemulihan fungsi pemerintahan; dan pemulihan fungsi pelayanan publik. Sedangkan kegiatan rekonstruksi terdiri dari: pembangunan kembali prasarana dan sarana; pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat; penerapan rancang bangun yang tepat danpenggunaan peralatan yang lebih baik dan tahanbencana; partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat; peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya; peningkatan fungsi pelayanan publik dan peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
178 179 180
2.1.5
181 182 183 184 185 186 187
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, dana penanggulangan bencana adalah dana yang digunakan bagi penanggulangan bencana untuk tahap prabencana, saat tanggap darurat dan/atau pascabencana. Dana penanggulangan bencana bersumber dari APBN, APBD dan/atau dana masyarakat. Dana penanggulangan bencana pada tahap prabencana dialokasikan untuk kegiatan dalam situasi tidak terjadi bencana dan terdapat potensi terjadinya bencana.
188 189
Dana yang disediakan pemerintah untuk penanggulangan bencana dapat juga disediakan dalam bentuk:
190 191 192
a.
Dana kontinjensi bencana, yaitu dana yang dicadangkan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana tertentudan disediakan untuk kegiatan kesiapsiagaan pada tahap prabencana.
193 194
b.
Dana siap pakai,yaitu dana yang selalu tersedia dan dicadangkan oleh Pemerintah untuk digunakan pada saat tanggap darurat bencana sampai
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
9
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
195 196
dengan batas waktu tanggap darurat berakhir dan ditempatkan dalam anggaran Badan Penanggulangan Bencana untuk kegiatan pada saat tanggap darurat.
197 198 199
c.
200 201 202
Pemerintah memberikan bantuan bencana kepada korban bencana yang terdiri dari santunan duka cita, santunan kecacatan, pinjaman lunak untuk usaha ekonomi produktif, dan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar.
203 204 205
2.1.6
Dana bantuan sosial berpola hibah,yaitu dana yang disediakan Pemerintah kepada pemerintah daerah sebagai bantuan penanganan pascabencanayang merupakan block grant.
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat. Pengeluaran operasi personalia maupun nonpersonalia yang menjadi tanggung jawab Pemerintah atau pemerintah daerah dibiayai melalui belanja pegawai atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan.Selanjutnya disebutkan bahwa Pemerintah atau pemerintah daerah dapat mendanai investasi dan/atau biaya operasi satuanpendidikan dalam bentuk hibah atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan.
217 218 219
Menurut Peraturan PresidenNomor 13 tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, program penanggulangan kemiskinan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok program penanggulangan kemiskinan, yaitu:
220 221 222
a. Berbasis bantuan dan perlindungan sosial yang terdiri atas program- program yang bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, serta perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin;
223 224 225 226
b. Berbasis pemberdayaan masyarakat yang terdiri atas program-program yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat;
227 228 229
c. Berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil terdiri atas programprogram yang bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil.
230 231 232 233
Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Bantuan dan Perlindungan Sosial memiliki karakteristik kegiatan program yang bersifat pemenuhan hak dasar utama individu dan rumah tangga miskin yang meliputi pendidikan, pelayanan kesehatan, pangan, sanitasi, dan air bersih.
234
Pengelola kelompok program penanggulangan kemiskinan adalah :
235 236
•
kementerian/lembaga pemerintah yang melaksanakan program pelayanan dasar dan perlindungan sosial dan pemerintah daerah;
237 238
•
organisasi masyarakat, dunia usaha, dan lembaga internasional yang memiliki misi untuk pelayanan dasar dan perlindungan sosial.
239 240 241
Pendanaan untuk pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan pada kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial dan kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
2.1.7
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
10
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
242 243
masyarakat sebagaimana dijelaskan di ataspada huruf a dan bdiklasifikasikan dalam jenis belanja bantuan sosial.
244 245 246
2.1.8
247 248 249 250 251 252
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN, sebagai upaya untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi, dan/atau kesejahteraan masyarakat, dalam APBN disediakan alokasi belanja bantuan sosial. Bentuk bantuan sosial dapat bersifat konsumtif, produktif, maupun melalui lembaga pendidikan, kesehatan, dan lembaga tertentu.
253 254 255 256 257 258 259
Belanja bantuan sosial yang bersifat konsumtif ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum masyarakat sebagai jaring pengaman sosial. Belanja bantuan sosial yang bersifat produktif ditujukan untuk membantu permodalan masyarakat ekonomi lemah. Belanja bantuan sosial melalui lembaga pendidikan, kesehatan, dan lembaga tertentu merupakan transfer uang, transfer barang, dan/atau transfer jasa dari Pemerintah kepada lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, dan lembaga tertentu guna membantu mengurangi beban masyarakat.
260 261 262 263 264 265 266 267 268
Belanja bantuan sosial yang bersifat produktif dapat dikelola melalui pembentukan dana masyarakat dalam mekanisme bergulir yang dikelola oleh masyarakat secara mandiri dan berkesinambungan dengan memperhatikan prinsip transparansi dan akuntabilitas.Masyarakat dapat secara proaktif melakukan pemantauan dan pengawasan atas pengelolaan dana dimaksud.Pelaksanaan pembayaran belanja bantuan sosial yang bersifat konsumtif dan produktif dilaksanakan secara langsung kepada masyarakat dan/atau kelompok masyarakat. Dalam hal tertentu pembayaran belanja bantuan sosial kepada masyarakat dan/atau kelompok masyarakat tersebut dapat dilaksanakan melalui pihak lain.
269 270 271 272
Dalam penjelasannya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “risiko sosial” adalah kejadian atau peristiwa yang dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam.
273 274 275
2.1.9
276 277 278 279 280
Menurut PP Nomor 39 Tahun 2012, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial meliputi: Rehabilitasi Sosial, Jaminan Sosial, Pemberdayaan Sosial, dan Perlindungan Sosial.
281
Rehabilitasi Sosial
282 283 284
Rehabilitasi Sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
285 286 287 288 289
Rehabilitasi Sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Pemulihan dan pengembangan ditujukan untuk mengembalikan keberfungsian secara fisik, mental, dan sosial, serta memberikan dan meningkatkan keterampilan
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
290
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
11
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
291 292 293 294 295 296 297 298 299
Rehabilitasi Sosial ditujukan kepada seseorang yang mengalami kondisi kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku, serta yang memerlukan perlindungan khusus yang meliputi: penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, penyandang cacat fisik dan mental, tuna susila, gelandangan, pengemis, eks penderita penyakit kronis, eks narapidana, eks pencandu narkotika, eks psikotik, pengguna psikotropika sindroma ketergantungan, orang dengan Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency Syndrome, korban tindak kekerasan, korban bencana, korban perdagangan orang, anak terlantar dan anak dengan kebutuhan khusus.
300 301 302 303 304
Rehabilitasi sosial diberikan dalam bentuk motivasi dan diagnosis psikososial, perawatan dan pengasuhan, pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan, bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial dan konseling psikososial, pelayanan aksesibilitas, bantuan asistensi sosial, bimbingan resosialisasi, bimbingan lanjut, dan/atau rujukan.
305 306
Perlindungan Sosial
307 308
Perlindungan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial.
309 310 311 312 313 314 315
Perlindungan Sosial dimaksudkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.Perlindungan Sosial kepada seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang berada dalam keadaan tidak stabil yang terjadi secara tiba-tiba sebagai akibat dari situasi krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, dan fenomena alam.
316
Perlindungan Sosial dilaksanakan melalui:
317
a. bantuan sosial;
318
b. advokasi sosial; dan/atau
319
c. bantuan hukum
320 321 322
Bantuan sosial dimaksudkan agar seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang mengalami guncangan dan kerentanan sosial dapat tetap hidup secara wajar.
323
Bantuan sosial bersifat sementara dan/atau berkelanjutan dalam bentuk:
324
a. bantuan langsung;
325
b. penyediaan aksesibilitas; dan/atau
326
c. penguatan kelembagaan.
327 328 329 330 331
Bantuan sosial yang bersifat sementara diberikan pada saat terjadi guncangan dan kerentanan sosial secara tiba-tiba sampai keadaan stabil.Dalam hal terjadi guncangan dan kerentanan sosial akibat bencana, bantuan sosial yang bersifat sementara diberikan setelah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
332 333 334 335 336
Bantuan sosial yang bersifat berkelanjutan diberikan setelah bantuan sementara dinyatakan selesai.Bantuan sosial yang bersifat berkelanjutan diberikan sampai terpenuhinya kebutuhan dasar minimal secara wajar yang ditetapkan oleh Menteri atas rekomendasi dari pemerintah daerah.Pemberian bantuan sosial yang bersifat berkelanjutan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan keuangan negara.
337 Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
12
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
338
Pemberdayaan Sosial
339 340 341
Pemberdayaan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
342
Pemberdayaan Sosial dimaksudkan untuk:
343 344 345
a. memberdayakan seseorang, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang mengalami masalah Kesejahteraan Sosial agar mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
346 347
b. meningkatkan peran serta lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan sumber daya dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial
348 349 350
Pemberdayaan Sosial terhadap seseorang ditujukan kepada seseorang sebagai individu yang miskin, terpencil, dan/atau rentan sosial ekonomi. Pemberdayaan Sosial terhadap seseorang diberikan kepada seseorang yang memiliki kriteria:
351
a. berpenghasilan tidak mencukupi kebutuhan dasar minimal;
352
b. keterbatasan terhadap keterampilan kerja;
353
c. keterbatasan akses terhadap pelayanan sosial dasar; dan/atau
354
d. keterbatasan akses terhadap pasar kerja, modal, dan usaha
355 356 357
Pemberdayaan Sosial terhadap keluarga ditujukan kepada keluarga yang miskin, terpencil, dan/atau rentan sosial ekonomi. Pemberdayaan Sosial terhadap keluarga sebagaimana kepada keluarga yang memiliki kriteria:
358
a. berpenghasilan tidak mencukupi kebutuhan dasar minimal;
359
b. keterbatasan akses terhadap pelayanan sosial dasar; dan/atau
360
c. mengalami masalah sosial psikologis
361 362
Pemberdayaan Sosial terhadap masyarakat ditujukan kepada komunitas adat terpencil yang terdiri dari sekumpulan orang dalam jumlah tertentu yang:
363
a. terikat oleh kesatuan geografis, ekonomi, dan/atau sosial budaya; dan
364
b. miskin, terpencil, dan/atau rentan sosial ekonomi.
365 366
Pemberdayaan Sosial terhadap masyarakat diberikan kepada masyarakat yang memiliki kriteria:
367
a. keterbatasan akses pelayanan sosial dasar;
368
b. tertutup, homogen, dan penghidupannya tergantung kepada sumber daya alam;
369
c. marjinal di pedesaan dan perkotaan; dan/atau
370 371
d. tinggal di wilayah perbatasan antar negara, daerah pesisir, pulau-pulau terluar, dan terpencil.
372 373
Jaminan Sosial
374 375
Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak
376
Jaminan Sosial dimaksudkan untuk:
377 378 379 380
a. menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita penyakit kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
13
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
381 382
b. menghargai pejuang, perintis kemerdekaan, dan keluarga pahlawan atas jasajasanya.
383 384 385 386 387
Jaminan Sosial sebagaimana poin a diberikan dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial dan bantuan langsung berkelanjutan sementara Jaminan Sosial sebagaimana poin bdiberikan dalam bentuk tunjangan berkelanjutan.Jaminan Sosial dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial diberikan dalam bentuk bantuan iuran oleh Pemerintah.
388 389 390 391 392 393
Jaminan Sosial dalam bentuk bantuan langsung berkelanjutan diberikan kepada seseorang yang kebutuhan hidupnya bergantung sepenuhnya kepada orang lain. Pemberian bantuan langsung berkelanjutan diberikan dalam bentuk pemberian uang tunai atau pelayanan dalam panti sosial. Pemberian bantuan langsung berkelanjutan berupa uang tunai dilaksanakan sesuai dengan kemampuan keuangan negara
394 395 396
2.2 Buletin Teknis SAP Nomor 04 Tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah
397 398 399 400 401 402 403
Dalam Buletin Teknis Nomor 04 tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah, Belanja Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.
404 405 406
Bantuan sosial merupakan pengeluaran dalam bentuk barang/jasa kepada masyarakat yang bertujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang sifatnya tidak terus menerus dan selektif.
407 408 409 410 411 412 413 414 415 416
Dalam Buletin Teknis ini diberikan contoh ilustrasi belanja bantuan sosial. Satu contoh pemberian bantuan kepada nelayan agar kehidupan nelayan tersebut menjadi lebih baik. Bantuan tersebut tidak perlu dikembalikan oleh masyarakat, sehingga diklasifikasikan sebagai belanja bantuan sosial. Sedangkan contoh lainnya berupa pemberian bantuan kepada nelayan dengan maksud agar kehidupan nelayan tersebut lebih baik namun diniatkan untuk ditarik kembali jika telah berhasil dan kemudian digulirkan kembali ke nelayan lain. Pengeluaran ini tidak dapat dikategorikan sebagai belanja bantuan sosial tetapi sebagai bentuk pembiayaan. Pengeluaran tersebut akan menimbulkan investasi non permanen dalam bentuk dana bergulir.
417 418
2.3 Perbedaan Interpretasi Regulasi
419 420 421 422 423
Dalam regulasi terdapat dua interpretasi bantuan sosial. Interpretasi pertama menganggap bansos sebagai salah satu akivitas perlindungan sosial. Bantuan sosial hanya dimaksudkan untuk diberikan kepada seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang mengalami risiko sosial (guncangan dan kerentanan sosial) dapat tetap hidup secara wajar.
424 425 426 427 428 429
Interpretasi kedua mengartikan bansos dengan lebih luas, mencakup semua aktivitas dalam rangka kesejahteraan sosial, baik berbentuk rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial dan penanggulangan sosial. Semua pihak yang dijadikan obyek aktivitas kesejahteraan sosial pada dasarnya adalah masyarakat yang memiliki yang mengalami goncangan dan risiko sosial, baik dari sisi fisik, mental/psikologi maupun materi.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
14
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
430 431 432 433 434 435 436 437 438
Bultek mendefinisikan belanja dan beban bansos sesuai dengan interpretasi kedua. Sejalan dengan bultek 4, bultek bansos menganggap bahwa semua aktivitas yang dijelaskan dalam UU Kesejahteraan sosial merupakan aktivitas yang dapat didanai dari bantuan sosial. Dalam PP 45 tahun 2013, risiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam. Jika melihat definisi dalam PP tersebut, pemahaman risiko sosial memiliki arti luas, karena peristiwa yang mempengaruhi kesejahteraan sosial akibat krisis merupakan risiko sosial.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
15
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
1 2 3 4 5 6 7 8
BAB III KETENTUAN BELANJA DAN BEBAN BANTUAN SOSIAL DALAM BULETIN TEKNIS 3.1.
Pengertian Belanja Bantuan Sosial dan Risiko Sosial
3.1.1. Belanja Bantuan Sosial
9 10 11 12
Belanja Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Transfer uang/barang/jasa tersebutmemiliki ketentuan berikut ini:
13 14 15
a. Belanja bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.
16
b.
Belanja bantuan sosialdapatbersifat sementara atau berkelanjutan.
17 18 19
c.
Belanja bantuan sosialditujukan untuk mendanai kegiatan rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial,pemberdayaan sosial, penanggulangan kemiskinan dan penanggulangan bencana.
20 21 22
d.
Belanja bantuan sosial bertujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, kelangsungan hidup, dan memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian sehingga terlepas dari risiko sosial.
23 24
e.
Belanja bantuan sosial diberikan dalam bentuk: bantuan langsung; penyediaan aksesibilitas; dan/atau penguatan kelembagaan.
25 26
3.1.2
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Untuk penerapan akuntansi berbasis akrual, entitas harus mengakui dan mencatat Beban yang terjadi dalam satu periode pelaporan. Beban Bantuan Sosial adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban pemerintah sebagai akibat dari aktivitas pemerintah guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.Berdasarkan definisi tersebut maka entitas pemerintah yang bertanggung jawab/melaksanakan kegiatan terkait dengan Bantuan Sosial yang mengakibatkan penurunan ekuitas pemerintah harus mengidentifikasikan, mengakui, mengukur dan menyajikan Beban Bantuan Sosial pada Laporan Operasional entitas akuntansi dan entitas pelaporan.
37 38
3.1.3. Risiko Sosial
39 40 41 42
Dalam Government Finance Statistics disebutkan bahwa risiko sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga (masyarakat) yang disebabkan oleh pembebanan tambahan permintaan atas sumber daya.
43 44 45 46 47 48 49
Pengertian lain sebagaimana dikutip dalam Social Risk Management:The World Bank’s Approach to Social Protection in a Globalizing World, disebutkan bahwa risiko sosial terkait dengan kerentanan, yaitukemungkinan kejadian atau peristiwa yang membuat rumah tangga (masyarakat) yang saat ini tidak termasuk miskin akan jatuh di bawah garis kemiskinan, atau jika saat ini berada di bawah gariskemiskinan, akan tetap berada di bawah garis kemiskinan atau semakin jauh terperosok di bawahgaris kemiskinan.
Beban Bantuan Sosial
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
16
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
50 51 52 53 54 55 56 57 58
Risiko sosial merupakan potensi atau kemungkinan terjadinya guncangan dan kerentanan sosial yang akan ditanggung oleh seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat, sebagai dampak dari penyakit sosial berupa ketakpedulian, ketakacuhan, indisipliner, fatalitas, selfishness, egoism dan immoralitasyang jika tidak dilakukan pemberian belanja bantuan sosial oleh pemerintah maka seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat tersebut akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar. Guncangan dan kerentanan sosial adalah keadaan tidak stabil yang terjadi secara tiba-tiba sebagai akibat dari situasi krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, dan fenomena alam.
59 60 61 62
Kemampuan seseorang, kelompok, dan/atau masyarakat untuk menangani risiko dan penanganan yang layak diterapkan untuk menangani risiko tergantung kepada sumber risiko, frekuensi dan intensitas kejadian. Hasil studi Asian Development Bank (ADB) mengidentifikasi tipe risiko yang dihadapi masyarakat rentan, yaitu:
63 64
a.
Risiko yang terkait dengan siklus hidup, misalnya kelaparan, penyakit, cacat, usia tua, dan kematian.
65 66 67
b.
Risiko yang terkait dengan kondisi ekonomi, misalnya hilangnya sumber penghasilan, pengangguran, pendapatan rendah, kenaikan harga kebutuhan pokok dan krisis ekonomi.
68 69
c.
Risiko yang terkait dengan lingkungan, misalnya kekeringan, banjir, gempa bumi, dan tanah longsor.
70 71
d.
Risiko yang terkait dengan kondisi sosial/kepemerintahan, misalnya kehilangan status sosial, kekerasan domestik, ketidakstabilan politik, dan korupsi.
72 73 74 75
Risiko tersebut dapat terjadi secara sendiri atau bersamaan. Demikian juga risiko tersebut dapat mempengaruhi secara langsung kepada individu, ataupun mempengaruhi kelompok masyarakat yang pada akhirnya akan mempengaruhi individu.
76 77 78 79 80 81
Risiko sosial menurut Buletin Teknis ini adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.
82 83
Keadaan yang memungkinkan adanya risiko sosial antara lain, namun tidak terbatas pada:
84 85
•
Wabah penyakit yang apabila tidak ditanggulangi maka akan meluas dan memberikan dampak yang memburuk kepada masyarakat.
86 87
•
Wabah kekeringan atau paceklik yang bila tidak ditanggulangi akan membuat petani/nelayan menjadi kehilangan penghasilan utamanya.
88 89
•
Cacat fisik dan/atau mental yang bila tidak dibantu tidak akan bisa hidup secara mandiri.
90
•
Penyakit kronis yang bila tidak dibantu tidak akan bisa hidup secara mandiri.
91
•
Usia lanjut yang bila tidak dibantu tidak akan bisa hidup secara mandiri.
92 93
•
Putus sekolah yang bila tidak dibantu akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup secara mandiri,
94 95
•
Kemiskinan yang bila tidak dibantu akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup secara wajar.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
17
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
96 97
•
Keterisolasian tempat tinggal karena kurangnya akses penghubung yang mempersulit perkembangan masyarakatdi suatu daerah.
98 99
•
Bencana yang bila tidak ditanggulangi akan mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat.
100 101
3.2.
102 103
Untuk membatasi apa saja yang dapat dikategorikan sebagai belanja bantuan sosial, pengeluaran belanja bantuan sosial memperhatikan persyaratan berikut ini:
Kriteria Belanja dan Beban Bantuan Sosial
104
1. Tujuan penggunaan;
105
2. Pemberi Bantuan;
106
3. Persyaratan Penerima Bantuan;
107
4. Bersifat Sementara atau Berkelanjutan.
108 109 110 111 112 113 114
Untuk dapat diklasifikasikan sebagai belanja bantuan sosial, pengeluaran harus memenuhi keempat persyaratan di atas. 3.2.1. Tujuan Penggunaan Pengeluaran belanja bantuan sosial hanya dapat dilakukan untuk kegiatan dalam rangka:
115 116 117
a.
Rehabilitasi sosial, dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
118 119 120 121
b.
Perlindungan sosial, dimaksudkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.
122 123 124
c.
Pemberdayaan Sosial, merupakan semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
125 126
d.
Jaminan Sosial,merupakan skema yang melembaga untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
127 128 129 130
e.
Penanggulangan kemiskinan, merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.
131 132 133
f.
Penanggulangan bencana, serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.
134 135 136 137 138 139 140 141
3.2.2. Pemberi Bantuan Sosial Pemberi bantuan sosial adalah Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah. Institusi pemerintah baik pusat atau daerah yang dapat memberikan bantuan sosial adalah institusi yang melaksanakan perlindungan sosial, rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, penanggulangan kemiskinan, pelayanan dasar, danpenanggulangan bencana.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
18
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153
Bantuan sosial yang diberikan oleh masyarakat, lembaga sosial atau lembaga lain selain Pemerintah, selama tidak dimasukkan dalam anggaran pemerintah, adalah di luar ruang lingkup pengaturan buletin teknis ini.
154 155 156 157 158 159 160
Penerima belanja bantuan sosial adalah seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakatyang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari situasi krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, dan fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. Bantuan sosial dapat diberikan kepada penerimasecara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga non pemerintah tertentu di bidang keagamaan, pendidikan, dan kesehatan yang melayani secara langsungpenerima manfaat agar terhindar dari risiko sosial.
161 162 163 164 165 166 167 168 169
3.2.3. Persyaratan Penerima Bantuan Sosial Pemberian bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah haruslah selektif, yaitu hanya diberikan kepada calon penerima yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam pengertian belanja bantuan sosial yaitu "melindungi dari kemungkinan risiko sosial". Oleh karena itu diperlukan persyaratan/kondisi yang harus dipenuhi oleh calon penerima, yaitu adanya perlindungan atas kemungkinan terjadinya "Risiko Sosial".
3.2.4. Bersifat Sementara atau Berkelanjutan Pemberian belanja bantuan sosial umumnya bersifat sementara dan tidak terus menerus, namun terdapat kondisi dimana Belanja Bantuan Sosial tersebut diberikan secara terus menerus atau berkelanjutan. Yang dimaksud dengan Belanja Bantuan Sosial berkelanjutan yaitu bantuan yang diberikan secara terus menerus untuk mempertahankan taraf kesejahteraan sosial dan upaya untuk mengembangkan kemandirian.
170 171 172 173 174 175
Belanja bantuan sosial yang diberikan secara tidak terus menerus/tidak mengikat diartikan bahwa pemberian bantuan tersebut tidak wajib dan tidak harus diberikan setiap tahun anggaran, belanja bantuan sosial dihentikan pada saat pihak yang dibantu telah lepas dari masalah sosial tersebut. Bantuan sosial dapat terus menerus, misalnya untuk menjaga kinerja sosial yang telah tercapai agar jangan menurun kembali.
176 177 178 179 180 181
Jangka waktu pemberian belanja bantuan sosial kepada anggota masyarakat atau kelompok masyarakat tergantung pada apakah si penerima bantuan masih memenuhi kriteria/persyaratan sebagai pihak yang berhak menerima bantuan. Apabila si penerima sudah tidak termasuk yang mempunyai resiko sosial, telah dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum maka kepada yang bersangkutan tidak dapat diberikan bantuan lagi.
182 183 184
Contoh yang bersifat sementara:Pemerintah memberikan bantuan terhadap orang cacat, namun setelah orang tersebut dapat mandiri, belanja bantuan sosial tersebut dihentikan.
185 186 187
Contoh yang bersifat berkelanjutan:Pemerintah memberikan bantuan terhadap orang cacat yang tidak pernah dapat mandiri, belanja bantuan sosial tersebut dapat diberikan secara berkelanjutan.
188 189 190 191 192 193
3.3.
Bentuk Pemberian Belanja dan Beban Bantuan Sosial
Bentuk pemberian belanja bantuan sosial adalah uang, barang, atau jasa yang diterima langsung atau tidak langsung oleh penerima bantuan sosial. Bentuk Belanja Bantuan sosial dapat disebut dalam berbagai nomenklatur lain dalam Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
19
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
194 195
APBN/APBD, bantuan sosial terdiri dari berbagai bentuk, ragam, dan jenis bantuan tetapi pada umumnya terbagi dalam kelompok uang, barang dan jasa/kegiatan.
196 197 198 199
Bantuan sosial dapat diberikan secara tidak langsung kepada Penerima akhir Bantuan. Bantuan yang diberikan dapat melalui Lembaga Penyalur untuk yang berupa uang dan/atau barang maupun melalui kegiatan untuk bantuan sosial dalam bentuk jasa.
200 201 202 203 204 205
Belanja bantuan sosial tidak boleh digunakan untuk mendanai kegiatan di lingkungan instansi pemerintah walaupun terkait dengan penyelenggaraan kegiatan pemerintah untuk menangani risiko sosial. Kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi pemerintah untuk menyelenggarakan kesejahteraan rakyat sehingga didanai dengan menggunakan belanja pegawai, belanja barang atau belanja modal.
206 207 208 209 210 211
Belanja bantuan sosial dalam bentuk uang diberikan langsung kepada penerima bantuan sosial. Uang tersebut diberikan secara langsung kepada penerima dan pemerintah tidak akan meminta kembali uang tersebut atau uang tersebut tidak dikembalikan. Belanja bantuan sosial tidak boleh diberikan kepada pegawai pemerintah atau instansi pemerintah lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsinya.
212 213 214 215 216 217 218 219
Belanja bantuan sosial dalam bentuk barang diberikan dalam bentuk barang dan diserahkan kepada penerima. Belanja tersebut karena tujuan penggunaannya untuk kegiatan yang sesuai dengan kriteria belanja bantuan sosial, maka tidak boleh dimasukkan dalam belanja barang. Barang yang belum didistribusikan kepada penerima bantuan sosial akan dicatat sebagai persediaan.Namun, belanja barang untuk aktivitas instansi pemerintah dalam rangka kegiatan penanganan risiko sosial tidak dimasukkan dalam belanja bantuan sosial tetapi tetap dikategorikan sebagai belanja barang.
220 221 222 223 224 225 226
Belanja bantuan sosial dalam bentuk jasa diberikan dalam bentuk pembayaran kepada pihak ketiga yang melakukan aktivitas yang sesuai dengan kriteria bantuan sosial. Pihak ketiga ini dapat terdiri dari individu, kelompok, masyarakat atau lembaga non pemerintah yang melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perlindungan\terjadinya risiko sosial. Belanja bantuan sosial dalam bentuk jasa tidak boleh diberikan kepada instansi pemerintah lain atau pegawai pemerintah walaupun terkait dengan aktivitas penangangan risiko sosial.
227 228 229 230 231 232 233 234 235
Belanja bantuan sosial tidak dapat diberikan kepada pegawai negeri terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai pegawai negeri. Contohnya adalah beasiswa yang diberikan oleh suatu kementerian kepada pegawainya untuk mengikuti pendidikan di sebuah universitas atau beasiswa yang diberikan kepada pegawai instansi pemerintah lainnya untuk mengikuti pendidikan atau pelatihan. Belanja bantuan sosial hanya dapat diberikan kepada pegawai negeri dalam kedudukannya sebagai anggota masyarakat yang terkena risiko sosial. Contohnya adalah pemberian bantuan kebutuhan dasar kepada korban bencana, termasuk di dalamnya pegawai negeri yang menjadi korban bencana.
236 237 238 239 240 241 242
Belanja bantuan sosial dalam bentuk barang yang pada saat pembelian tidak ditujukan untuk diserahkan kepada pihak penerima bantuan sosial tetapi sebagai aset instansi tidak dapat diklasifikasikan sebagai belanja bantuan sosial. Demikian juga belanja barang untuk kepentingan kegiatan instansi pemerintah tidak dapat diklasifikasikan sebagai belanja bantuan sosial. Contohnya adalah pembelian kendaraan operasional yang digunakan oleh tenaga penyuluh kesehatan di daerah terpencil dan biaya perjalanan dinas tim penyuluh kesehatan ke daerah pedalaman.
243 244
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
20
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
245 246 247 248 249 250
3.4
251
Belanja Bantuan Sosial dapat diberikan untuk mendanai kegiatan berikut ini:
252 253 254
a. Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
255 256 257 258 259 260 261
b. Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Jaminan Sosial diberikan dalam bentuk tunjangan berkelanjutan. Asuransi kesejahteraan sosial diselenggarakan untuk melindungi warga negara yang tidak mampu membayar premi agar mampu memelihara dan mempertahankan taraf kesejahteraan sosialnya. Asuransi kesejahteraan sosial ini diberikan dalam bentuk bantuan iuran oleh Pemerintah.
262 263 264
c. Pemberdayaan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
265 266 267 268
d. Perlindungan sosial dimaksudkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.
269 270 271 272
e. Penanggulangan kemiskinan merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.
273 274 275
f. Penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.
Jenis Kegiatan yang Didanai dengan Belanja Bantuan Sosial
Jenis kegiatan yang didanai dengan belanja bantuan sosial harus sesuai dengan kriteria belanja bantuan sosial. Satuan kerja perlu melakukan pengkajian sebelum menentukan apakah suatu kegiatan yang akan dilakukan dikategorikan sebagai belanja bantuan sosial.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
21
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
BAB IV AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN BANTUAN SOSIAL 4.1. Akuntansi Belanja Bantuan Sosial 4.1.1 Pengakuan Sesuai Paragraf 31 PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran, Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Pengakuan belanja bantuan sosial dikaitkan dengan pengeluaran kas, sehingga belanja bantuan sosial hanya diakui untuk belanja yang dikeluarkan dalam bentuk uang yang dianggarkan dalam tahun anggaran tersebut atau dalam bentuk barang yang dianggarkan dan dibeli pada tahun anggaran bersangkutan. Jika pengeluarannya berbentuk barang yang telah ada (dianggarkan pada tahun anggaran sebelumnya), maka tidak diklasifikasikan sebagai belanja bansos. Sebaliknya jika terjadi pengeluaran bansos dalam bentuk barang, maka belanja bansos akan diakui pada saat kas untuk pembelian barang tersebut dikeluarkan, walaupun barang itu belum diserahkan sebagian atau seluruhnya. 4.1.2. Pengukuran Belanja bantuan sosial diukur sebesar nilai belanja bantuan sosial yang direalisasikan. Realisasi belanja bantuan sosial diukur sebesar jumlah pengeluaran untuk pembayaran belanja bansos. 4.1.3. Pencatatan Belanja Bansos Pencatatan belanja bansos dibedakan untuk Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, karena perbedaan dari kedua pemerintahan tersebut. Pencatatan belanja bansos dibedakan berdasarkan klasifikasi unit yang melakukan pengeluaran dan bentuk bansos yang diberikan. 4.1.3.1 Pemerintah Pusat
34
a. Belanja Bantuan Sosial dalam bentuk uang
35 36 37 38 39 40
Belanja bansos dianggarkan oleh satker kementerian / lembaga.
41 42
Contoh 1: Satuan Kerja ABC melakukan pengeluaran bansos melalui LS sebesar 500juta. Dana tersebut langsung ditansfer ke rekening penerima oleh BUN. Satuan Kerja (K/L): Kode Uraian Akun XXXXXX Belanja Bantuan Sosial YYYYYY Akun Antara BUN: Kode Akun XXXXXX YYYYYY
Debet 500 jt
500 jt
Uraian
Debet
Belanja Bantuan Sosial Kas Umum Negara
Kredit
500 jt 500 jt
43 44
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
Kredit
22
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
45
b. Belanja Bantuan Sosial dalam bentuk barang
46 47
Belanja bansos diberikan kepada masyarakat atau penerima dalam bentuk barang, sehingga pengadaan barang dilakukan oleh Satker pemerintah pusat.
48 49 50 51
Contoh 2: Satker ABC melakukan pengeluaran bansos untuk membeli peralatan nelayan yang akan diserahkan kepada nelayan miskin di desa tertinggal sebesar 150juta. Pengeluaran ini dilakukan dengan LS, belanja diakui pada saat uang kas ditransfer ke rekening rekanan.
52 53
54 55
56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
70 71
72 73 74 75 76
Satuan Kerja (K/L): Kode Uraian Akun XXXXXX Belanja Bantuan Sosial YYYYYY Akun Antara BUN: Kode Akun XXXXXX YYYYYY
Debet
Kredit
150 juta 1.500 juta
Uraian
Debet
Belanja Bantuan Sosial Kas Umum Negara
Kredit
1.500 juta 1.500 juta
c. Bantuan Sosial dalam bentuk jasa Belanja bansos diberikan kepada masyarakat atau penerima dalam bentuk jasa yang diberikan kepada penerima. Jasa diberikan dalam bentuk pendidikan, penyuluhan dan aktivitas pemberdayaan, perlindungan, rehabilitasi masyarakat. Pengadaan jasa dilakukan oleh Satker pemerintah pusat, kemudian dibayarkan kepada penyedia jasa yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Contoh 3: Satker ABC melakukan pengeluaran bansos untuk melakukan penyuluhan kepada nelayan miskin di desa tertinggal sebesar 100juta. Pengeluaran ini dilakukan dengan LS, belanja diakui pada saat uang kas ditransfer ke rekening rekanan penyelenggara jasa. Satuan Kerja (K/L): Kode Uraian Akun XXXXXX Belanja Bantuan Sosial YYYYYY Akun antara BUN: Kode Akun XXXXXX YYYYYY
Debet
Kredit
100 juta 100 juta
Uraian
Debet
Belanja Bantuan Sosial Kas Umum Negara
Kredit
100 juta 100 juta
4.1.3.2 Pemerintah Daerah a. Belanja Bantuan Sosial dalam bentuk uang Belanja bansos yang dikeluarkan dalam bentuk kas dianggarkan oleh PPKD dan langsung ditransfer dari PPKD ke penerima bansos.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
23
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
77 78 79 80 81
82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92
93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106
107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117
Contoh 4: PPKD Pemda DEF melakukan pengeluaran bansos melalui sebesar 100juta untuk diberikan pada kelompok masyarakat miskin. Dana tersebut langsung ditansfer ke rekening penerima. PPKD Kode Akun XXXXXX YYYYYY
Uraian
Debet
Belanja Bantuan Sosial Estimasi Perubahan SAL
Kredit
100 jt 100 jt
b. Belanja Bantuan Sosial dalam bentuk barang Belanja bansos diberikan kepada masyarakat dalam bentuk barang yang diberikan kepada penerima. Pengadaan barang untuk bansos dilakukan oleh SKPD. Contoh 5:SKPD GHI melakukan memiliki anggaran bansos yang akan diserahkan dalam bentuk peralatan pertanian yang akan diserahkan kepada petani di desa tertinggal sebesar 80juta. Pengeluaran ini dilakukan dengan LS, belanja diakui pada saat uang kas keluar dari RKUD untuk ditransfer ke rekening rekanan. SKPD : Kode Akun XXXXXX YYYYYY c.
Uraian
Debet
Belanja Bantuan Sosial Estimasi Perubahan SAL
Kredit
80 juta 80 juta
Belanja Bantuan Sosial dalam bentuk jasa
Belanja bansos diberikan kepada masyarakat atau penerima dalam bentuk jasa yang diberikan kepada penerima. Jasa diberikan dalam bentuk aktivitas sosial dalam rangka pemberdayaan, perlindungan, rehabilitasi masyarakat. Pengadaan jasa dilakukan oleh SKPD, kemudian dibayarkan kepada penyedia jasa yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Contoh 6: SKPD HIJ melakukan pengeluaran bansos untuk melakukan penyuluhan pemberdayaan petani kepada masyarakat petani di desa tertinggal sebesar 50juta. Pengeluaran ini dilakukan dengan LS, belanja diakui pada saat uang kas keluar dari RKUD untuk ditransfer ke rekening rekanan penyelenggara jasa. SKPD: Kode Akun XXXXXX YYYYYY
Uraian
Debet
Belanja Bantuan Sosial Estimasi Perubahan SAL
Kredit
50 juta 50 juta
4.1.4. Penyajian Belanja bantuan sosial disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dalam laporan keuangan entitas pelaporan atau entitas akuntansi.
4.1.5. Pengungkapan Entitas akuntansi yang menyalurkan belanja bantuan sosial, mengungkapan Belanja Bantuan Sosial pada catatan atas laporan keuangan sebagai berikut: Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
24
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130
-
131
(a) timbulnya kewajiban;
132
(b) terjadinya konsumsi aset;
133
(c) terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
134 135 136 137 138 139
Dalam buletin teknis ini, Beban Bantuan Sosial dapat diakui pada saat timbulnya kewajiban maupun pada saat terjadi konsumsi aset dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas. Hal ini dapat berupa pengeluaran sebagai akibat dari aktivitas pemerintah guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Untuk itu, Beban Bansos dapat diakui pada saat bansos diserahkan kepada pihak yang berhak menerima bansos.
140 141 142 143
Jika terdapat komitmen pemerintah terhadap Bantuan Sosial yang telah direncanakan Pemerintah/ditetapkan dalam UU tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD dan telah ditetapkan dalam sebuah daftar nominatif penerima, entitas belum dapat mengakui sebagai Beban Bantuan Sosial.
144 145
Khusus untuk beban bantuan sosial, secara garis besar pengakuan beban bantuan sosial lebih mendekati dengan pengakuan belanja bansos.
146 147
Contoh berikut ini menjelaskan penerapan pengakuan beban bansos pada situasi yang berbeda.
148 149 150 151 152
(1) Bansos dapat berupa uang yang diberikan dengan mekanisme penyaluran langsung ke masing-masing rekening penerima bansos yang ada pada lembaga penyalur (Perbankan/Kantor Pos/Agen Layanan Keuangan Digital (LKD)). Pengakuan beban bansos tergantung dari status kepemilikan rekening penerima dimaksud.
153 154 155
a) Jika rekening tersebut merupakan milik Penerima, maka beban bansos diakui pada saat kas diserahkan kepada penyalur atau pada saat kas dikeluarkan dari RKUN/RKUD.
156 157 158 159 160 161 162 163
b) Jika rekening tersebut merupakan rekening penyalur atau rekening pemerintah, maka beban bansos diakui pada saat kas diterima oleh penerima. Beban bantuan sosial diakui pada tanggal pengeluaran kas. Jika pada akhir periode uang belum disalurkan, maka hal ini dicatat sebagai pengurang beban bansos yang telah diakui. Terhadap sisa Kas yang yang belum diambil oleh yang berhak dan masih tersisa di rekening penyalur disajikan sebagai kas lainnya. Untuk perlakuan atas Kas Lainnya tersebut dapat disajikan dengan akun lawab sebagai berikut:
164 165
Jenis belanja bantuan sosial menurut penerima atau kelompok penerima bantuan sosial. Jenis bantuan sosial menurut jenis kegiatan utama. Belanja bantuan sosial yang belum disalurkan kepada masyarakat penerima sehingga masih disajikan dalam Neraca. Penjelasan-penjelasan tambahan lain yang diperlukan untuk full disclosuredan/atau untuk pemenuhan ketentuan peraturan perundangan.
-
4.2.
Akuntansi Beban Bantuan Sosial
4.2.1. Pengakuan Sesuai PSAP 12 tentang Laporan Operasional, beban diakui pada saat:
i.
Jika penerima masih memiliki hak untuk mengambil uangnya pada periode berikutnya maka akan diakui kewajiban;
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
25
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
166 167 168
ii. namun jika penerima tidak dapat menerima bansos tersebut pada periode berikutnya maka kas yang masih tersisa tersebut akan diakui sebagai pengurang beban bansos.
169 170 171 172 173 174 175
(2) Bansos dapat disalurkan melalui lembaga penyalur, dan akan diserahkan kepada penerima setelah diambil langsung di lembaga penyalur. Dalam hal ini, beban bansos diakui jika penerima telah mengambil bansos dari lembaga penyalur. Entitas perlu mengidentifikasi jumlah uang yang masih ada di lembaga penyalur atau belum diambil oleh penerima Bantuan Sosial.Jika masih terdapat uang yang belum disalurkan, dan entitas mempunyai hak pengendalian atas uang tersebut maka:
176 177
a) disajikan sebagai Kas Yang dibatasi Penggunaannya apabila uang tersebut akan disalurkan kembali kepada penerima, atau
178 179
b) disajikan sebagai Kas Lainnya jika uang tersebut harus disetorkan kembali kepada kas negara/kas daerah.
180 181 182 183 184 185
Atas uang tersisa tersebut tidak diakui sebagai beban bansos. Beban bansos diakui jika kas telah diserahkan kepada penerima karena pada saat tersebut telah terjadi konsumsi aset yang terdapat di lembaga penyalur. Entitas harus mengungkapkan pada Laporan Keuangan, jika terdapat sisa dana bansos yang belum disalurkan dan masih ada komitmen untuk menyalurkannya pada periode berikutnya.
186 187 188 189 190 191 192 193 194
(3) Bantuan Sosial dapat berupa barang yang disalurkan secara tidak langsung kepada penerima, namun disalurkan melalui lembaga penyalur baik lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah. Pengakuan beban bansos berupa barang diakui pada saat barang telah diterima oleh pihak penerima.Barang yang masih ada pada lembaga penyalur dan belum diterima oleh penerima, maka beban bansos belum dapat diakui. Barang yang belum disalurkan dan masih berada dalam pengendalian pemerintah akan diakui dan dilaporkan sebagai persediaan oleh lembaga penyalur pada Satuan Kerja/SKPD.
195 196 197 198 199
Jika barang tersebut masih ada di lembaga penyalur lembaga non pemerintah dan berada di luar pengendalian pemerintah, maka barang yang tersisa tersebut dapat diakui sebagai beban bansos. Entitas harus mengungkapkan beban bansos yang masih berada di lembaga penyalur non pemerintah dan belum disalurkan kepada penerima.
200 201
4.2.2. Pengukuran
202 203 204
Sesuai dengan prinsip pengakuan beban bansos, maka beban bansos diukur sebesar nilai Bantuan sosial berupa uang/barang/jasa yang telah diserahkan kepada masyarakat penerima bansos.
205 206 207 208 209
Entitas dalam pengukuran Beban Bantuan Sosial perlu memperhatikan peraturan perundang-undangan terkait dengan penyaluran Bantuan Sosial. Penyaluran Bantuan Sosial pada praktiknya sesuai peraturan teknis yang ditetapkan pemerintah dapat disalurkan langsung oleh Entitas yang bersangkutan kepada penerima bantuan sosial atau melalui lembaga penyalur yang ditetapkan pemerintah.
210 211 212 213 214 215
Apabila Bantuan Sosial disalurkan melalui lembaga penyalur kepada masyarakat, untuk mengukur nilai Beban Bantuan Sosial, maka Entitas harus mendapatkan informasi mengenai nilai yang telah disalurkan oleh Lembaga Penyalur kepada masyarakat. Nilai Beban Bantuan Sosial tersebut diukur hanya sebesar yang telah disalurkan oleh lembaga penyalur. Untuk Bantuan Sosial berupa uang yang belum disalurkan tersebut jika Entitas Pemerintah masih menguasai uang yang masih
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
26
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
216 217
berada di lembaga penyalur, maka entitas juga harus melaporkan kas tersebut dalam Neraca.
218 219
Untuk Bansos dalam bentuk barang yang telah dikeluarkan namun belum diserahkan ke masyarakat akan diakui sebagai persediaan.
220 221 222
Persediaan yang berasal dari belanja bantuan sosial dalam bentuk barang dinilai sesuai dengan Paragraf 18 (a) PSAP 05 tentang Akuntansi Persediaan, yaitu persediaan disajikan sebesar:
223
a. biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
224
b. biaya standar apabila diproduksi sendiri;
225
c. nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya.
226 227 228
Pada penyaluran Bantuan Sosial dapat menimbulkan Utang apabila entitas pemerintah belum menyalurkan Bantuan Sosial yang sudah menjadi hak penerima bantuan sosial.
229 230
4.2.3. Penyajian Beban Bantuan Sosial
231 232 233
Beban bantuan sosial disajikan pada LO sebesar nilai beban bantuan sosial yang direalisasikan. Beban bansos yang direalisasikan adalah jumlah bansos yang telah diserahkan kepada penerima bansos.
234 235
4.2.3.1. Pemerintah Pusat
236
a. Beban Bantuan Sosial dalam bentuk uang
237 238 239 240
Beban bansos di satker kementerian/lembaga.
241
Satuan Kerja (K/L): Kode Uraian Akun XXXXXX Beban Bantuan Sosial YYYYYY Akun Antara
242 243 244 245 246
Contoh 1: Satuan Kerja ABC melakukan pengeluaran bansos melalui LS sebesar 500juta. Dana tersebut langsung ditansfer ke rekening penerima oleh BUN. Debet
Kredit
500 jt 500 jt
d. Bantuan Sosial dalam bentuk barang Beban bansos diberikan kepada masyarakat atau penerima dalam bentuk barang, sehingga pengadaan barang dilakukan oleh Satker pemerintah pusat.
247 248 249 250 251
Contoh 2: Satker ABC melakukan pengeluaran bansos untuk membeli peralatan nelayan yang akan diserahkan kepada nelayan miskin di desa tertinggal sebesar 1.500juta. Pengeluaran ini dilakukan dengan LS. Dari barang tersebut ternyata pada tanggal pelaporan terdapat peralatan nelayan senilai 500juta belum disalurkan dan masih disimpan dalam gudang.
252
Satuan Kerja (K/L): Kode Uraian Akun XXXXXX Beban Bantuan Sosial YYYYYY Akun antara
Debet 1.500 juta
1.500 juta
253
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
Kredit
27
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
254 255
256 257 258 259
Penyesuaian di Satker untuk mencatat Persedian dan menyesuaikan jumlah Beban Bantuan Sosial Kode Uraian Debet Kredit Akun XXXXXX Persediaan 500 juta YYYYYY Beban Bantuan Sosial 500 juta *) Ilustrasi ini hanya contoh, tergantung dari penerapan kebijakan pencatatan persediaan dan beban persediaan pemerintah. e. Bantuan Sosial dalam bentuk jasa
260 261 262 263 264
Belanja bansos diberikan kepada masyarakat atau penerima dalam bentuk jasa yang diberikan kepada penerima. Jasa diberikan dalam bentuk pendidikan, penyuluhan dan aktivitas pemberdayaan, perlindungan, rehabilitasi masyarakat. Pengadaan jasa dilakukan oleh Satker pemerintah pusat, kemudian dibayarkan kepada penyedia jasa yang memberikan pelayanan kepada masyarakat.
265 266 267 268
Contoh 3: Satker ABC melakukan pengeluaran bansos untuk melakukan penyuluhan kepada nelayan miskin di desa tertinggal sebesar Rp200juta. Pengeluaran ini dilakukan dengan LS, belanja diakui pada saat uang kas ditransfer ke rekening rekanan penyelenggara jasa.
269 270 271
272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282
283 284 285 286 287 288 289 290 291
Pemerintah Pusat Satuan Kerja (K/L): Kode Uraian Akun XXXXXX BebanBantuan Sosial YYYYYY Akun antara
Debet
Kredit
200 juta 200 juta
4.1.3.3 Pemerintah Daerah a. Bantuan Sosial dalam bentuk uang Belanja bansos yang dikeluarkan dalam bentuk kas dianggarkan oleh PPKD dan langsung ditransfer dari PPKD ke penerima bansos. Contoh 4: PPKD Pemda DEF melakukan pengeluaran bansos melalui sebesar Rp100juta untuk diberikan pada kelompok masyarakat miskin. Dana tersebut langsung ditansfer ke rekening penerima. Bendahara PPKD Kode Uraian Akun XXXXXX Beban Bantuan Sosial YYYYYY Kas di Kas Daerah
Debet
Kredit
100 jt 100 jt
b. Bantuan Sosial dalam bentuk barang Belanja bansos diberikan kepada masyarakat dalam bentuk barang yang diberikan kepada penerima. Pengadaan barang untuk bansos dilakukan oleh SKPD. Contoh 5: SKPD GHI melakukan memiliki anggaran bansos yang akan diserahkan dalam bentuk peralatan pertanian yang akan diserahkan kepada rakyat miskin di desa tertinggal sebesar 80juta. Pengeluaran ini dilakukan dengan LS, bebandiakui pada saat uang kas ditransfer ke rekening rekanankarena berdasarkan perjanjian
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
28
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
292 293 294 295 296
297 298 299 300
rekanan dapat menagih setelah melampirkan BAST penyerahan kepada masyarakat petani miskin. Pada tanggal pelaporan diketahui ternyata terdapat peralatan yang belum diserahkan sebesar Rp20juta. SKPD : Kode Akun XXXXXX YYYYYY
303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314
315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326
Debet
Beban Bantuan Sosial RK-PPKD
Kredit
80 juta 80 juta
Penyesuaian di SKPD untuk mencatat Persedian dan menyesuaikan jumlah Beban Bantuan Sosial Kode Akun XXXXXX YYYYYY
301 302
Uraian
c.
Uraian
Debet
Persediaan Beban Bantuan Sosial
Kredit
20 juta 20 juta
Bantuan Sosial dalam bentuk jasa
Beban bansos diberikan kepada masyarakat atau penerima dalam bentuk jasa yang diberikan kepada penerima. Jasa diberikan dalam bentuk aktivitas sosial dalam rangka pemberdayaan, perlindungan, rehabilitasi masyarakat. Pengadaan jasa dilakukan oleh SKPD, kemudian dibayarkan kepada penyedia jasa yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Contoh 6: SKPD HIJ melakukan pengeluaran bansos untuk melakukan penyuluhan pemberdayaan petani kepada masyarakat petani di desa tertinggal sebesar 50juta. Pengeluaran ini dilakukan dengan LS, beban diakui pada saat uang kas ditransfer ke rekening rekanan penyelenggara jasa. SKPD: Kode Akun XXXXXX YYYYYY
Uraian
Debet
Beban Bantuan Sosial RK-PPKD
Kredit
50 juta 50 juta
4.1.4. Penyajian Beban bantuan sosial disajikan dalam Laporan Operasional dalam laporan keuangan entitas pelaporan atau entitas akuntansi. Belanja bantuan sosial yang belum disalurkan akan disajikan dalam neraca sebagai persediaan. 4.1.5. Pengungkapan Pengungkapan Beban Bantuan Sosial pada catatan atas laporan keuangan:
327 328
-
Jenis bantuan sosial menurut penerima atau kelompok penerima bantuan sosial.
329
-
Jenis bantuan sosial menurut jenis kegiatan utama.
330 331
-
Belanja bantuan sosial yang belum disalurkan kepada masyarakat penerima sehingga masih disajikan dalam Neraca.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
29
Buletin Teknis Nomor ... tentang Akuntansi Belanja dan Beban Bantuan Sosial
332 333
-
Penjelasan-penjelasan tambahan lain yang diperlukan untuk full disclosure dan/atau untuk pemenuhan ketentuan peraturan perundangan.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
30
DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Undang-undangNomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007tentang Penanggulangan Bencana. Undang-Unda’ng Nomor 40 Tahun 2004tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Peraturan Pemerintah Nomor 90 tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Buletin Teknis Nomor 4 Tahun 2007 Tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah. Government Finance Statistics Manual 2001. Social Protection in Asia and the Pacific, ADB 2001. Social Risk Management: The World Bank’s Approach to Social Protection in a Globalizing World, World Bank 2003.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
1