KHASIAT RAMUAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA TERHADAP JUMLAH LEMAK ABDOMEN TIKUS HIPERLIPIDEMIA
DWI PURNOMO AG
PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
ABSTRAK DWI PURNOMO AG. Khasiat Ramuan Ekstrak Daun Jati Belanda terhadap Jumlah Lemak Abdomen Tikus Hiperlipidemia. Dibimbing oleh SULISTIYANI dan MEGA SAFITHRI. Berdasarkan data empiris daun jati belanda dapat menurunkan bobot badan. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh ekstrak daun jati belanda terhadap jumlah lemak abdomen tikus percobaan. Jaringan lemak yang dianalisis berasal dari 33 ekor tikus yang dibagi menjadi tujuh kelompok perlakuan: kelompok normal (1), kelompok hiperlipidemia (2), kelompok lovastatin (3), kelompok ekstrak tunggal daun jati belanda (4), kelompok ramuan ekstrak daun jati belanda/daun jambu biji/temulawak formula 1 (5) dan formula 2 (6) dan kelompok ramuan ekstrak daun jati belanda/temulawak (7). Jaringan lemak diekstraksi dengan pelarut petroleum eter menggunakan soxhlet (metode James). Jumlah lemak ditentukan dengan prinsip gravimetri. Hasil percobaan menunjukkan bahwa formula 2 dapat menurunkan jumlah lemak abdomen sebesar 27,06% (p<0,1), sedangkan kelompok lovastatin sebagai pembanding hanya menurunkan sebesar 8,68%. Walaupun formula dapat menurunkan jumlah lemak abdomen tetapi formula secara keseluruhan tidak dapat menurunkan bobot badan. Tidak ada korelasi antara jumlah lemak abdomen dengan bobot badan pada kelompok yang diberi formula.
ABSTRACT DWI PURNOMO AG. Effect of Bastard Cedar Leaf Extract Ingredient on The Amount of Visceral Fat Hyperlipidemic Rat. Under the direction of SULISTIYANI and MEGA SAFITHRI. Based on empirical data bastard cedar leaf has been used to reduce body weight. This research objective is to test the effect of bastard cedar leaf extract on the amount of visceral fat of the experimental rats. Adipose tissue were analyzed from 33 rats which divided into seven groups : normal (1), hyperlipidemic (2), lovastatine (3), single extract of bastard cedar leaf (4), mixture of bastard cedar leaf extract/guava extract/temulawak–formula 1 (5) and formula 2 (6) and bastard cedar leaf extract/temulawak mixture (7). Adipose tissue were extracted by petroleum eter with soxhlet (James method). The amount of visceral fat was determined by gravimetry method. The result showed that formula 2 reduced the amount of visceral fat to 27,06% (p<0,1) while lovastatine group as the comparator reduced only 8,68%. Even thought the formula could reduced the amount of visceral fat, but they don’t reduced body weight. There is no correlation between amount of visceral fat and body weight in groups that given formula treatment.
KHASIAT RAMUAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA TERHADAP JUMLAH LEMAK ABDOMEN TIKUS HIPERLIPIDEMIA
DWI PURNOMO AG
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biokimia
PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Judul skripsi : Khasiat Ramuan Ekstrak Daun Jati Belanda terhadap Jumlah Lemak Abdomen Tikus Hiperlipidemia Nama : Dwi Purnomo AG NIM : G44103008
Disetujui
Drh. Sulistiyani M.Sc. Ph.D Ketua
Mega Safithri M.Si Anggota
Diketahui
Dr.drh.Hasim.DEA Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Tanggal lulus :
PRAKATA Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta hidayah-Nya yang berlimpah kepada penulis sehingga karya ilmiah yang berjudul Khasiat Ramuan Ekstrak Daun Jati Belanda terhadap Jumlah Lemak Abdomen Tikus Hiperlipidemia ini dapat diselesaikan dengan baik. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai bulan April-Juni 2007 di Laboratorium Biokimia FMIPA IPB. Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu drh. Sulistiyani, M.Sc, Ph.D. selaku pembimbing utama dan Ibu Mega Safithri, S.Si., M.Si. selaku pembimbing anggota atas saran dan bimbingannya, Mba Martini, Ibu Iis, Ibu Marry, para laboran, dan dosen-dosen yang telah banyak membantu dan mengajarkan penulis selama penelitian. Ungkapan terimakasih tak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orang tua dan adik tercinta serta, Ayu, Atisha, Christian, Erlank, Rio, Sekar, Siswanto, serta teman-teman di Biokimia 40, dan teman-teman satu bimbingan yang telah membantu dan memberi motivasi kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Januari 2008 Dwi Purnomo AG
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Purworejo pada tanggal 7 Pebruari 1985 dari ayah Achmad Hanafi dan ibu Sudarwanti. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Pangandaran dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Selaksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Biokimia, Departemen Biokimia, Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi anggota paduan suara mahasiswa IPB (Agriaswara) pada tahun ajaran 2003/2004. Penulis menjadi pengurus himpunan mahasiswa biokimia Crebs periode 2005/2006. Penulis juga pernah melakukan praktik lapang di Balai Besar Industri Agro Bogor pada bulan Juli hingga Agustus 2006 dengan judul praktik lapang Analisis Konsentrasi Kolesterol Makanan dengan Metode Saponifikasi Langsung Menggunakan Kromatografi Gas.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...........................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
ii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
ii
PENDAHULUAN ...........................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA Hiperlipidemia dan Obesitas Abdominal ................................................. Metabolisme Lemak................................................................................ Obat Antihiperlipidemia .......................................................................... Tikus Percobaan ......................................................................................
1 3 4 7
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat........................................................................................ Metode Penelitian ...................................................................................
7 7
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah lemak Abdomen .......................................................................... Korelasi Jumlah Lemak Abdomen dengan Bobot Badan.......................... SIMPULAN DAN SARAN Simpulan................................................................................................. Saran.......................................................................................................
10 12 13 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13 LAMPIRAN .................................................................................................... 16
DAFTAR TABEL Halaman 1 Klasifikasi obesitas menurut WHO (1998) .................................................... 3 2 Komposisi pakan standar .............................................................................. 8 3 Bobot badan tikus ......................................................................................... 10 4 Jumlah lemak abdomen tikus ........................................................................ 11 4 Korelasi antara jumlah lemak abdomen dengan bobot badan......................... 12 5 Korelasi antara kolesterol hati dengan jumlah lemak abdomen...................... 12 6 Korelasi antara triasilgliserol darah dengan jumlah lemak abdomen ............. 12
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Struktur Lovastatin........................................................................................ 4 2 Daun jati belanda .......................................................................................... 5 3 Jambu biji ..................................................................................................... 6 4 Temulawak ................................................................................................... 7 5 Sprague Dawley............................................................................................ 7 6 Persentase bobot badan tikus......................................................................... 10 7 Persentase jumlah lemak abdomen tikus........................................................ 11 8 Korelasi jumlah lemak abdomen dengan bobot badan ................................... 12 9 Korelasi kolesterol hati dengan lemak abdomen ............................................ 12 10 Korelasi triasilgliserol darah dengan jumlah lemak abdomen....................... 13
DAFTAR LAMPIRAN 1 Penelitian ...................................................................................................... 16 2 Data bobot tikus dengan konsentrasi lemak abdomen .................................... 17 3 Analisis statistika .......................................................................................... 22
PENDAHULUAN Maraknya konsumsi makanan fast food dan berkolesterol tinggi memicu meningkatnya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Sebab lain yang dapat memicunya yaitu pola hidup yang kurang sehat. Jalal dan Atmojo mengatakan data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menyebutkan bahwa penyakit kardiovaskuler di Indonesia merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang dewasa (usia diatas 35 tahun) untuk wilayah perkotaan atau sekitar 31% dari total penyebab kematian (Purwanto 2003). Salah satu penyakit yang dapat timbul akibat mengkonsumsi makanan yang tidak sehat yaitu hiperlipidemia. Hiperlipidemia dapat meningkatkan resiko terjadinya jantung koroner. Kondisi tersebut ditandai oleh meningkatnya konsentrasi lipid darah yang meliputi konsentrasi triasilgliserol, LDL dan kolesterol total dalam darah yang melebihi konsentrasi kolesterol normal. Penyakit yang lebih spesifik dapat terjadi pada orang yang menderita hiperlipidemia adalah obesitas. Orang yang memiliki berat badan lebih (gemuk) umumnya menderita hiperlipidemia, namun saat ini obesitas juga dapat terjadi pada orang yang kurus. Tandatanda hiperlipidemia pada orang yang kurus umumnya dapat dilihat dari kondisi fisik perutnya. Orang yang memiliki kelebihan berat badan pada bagian perut saja disebut obesitas abdominal. Rasmunson melaporkan cara untuk menghindari penyakit hiperlipidemia yang terkait dengan penyakit kardiovaskuler yaitu dengan cara mengurangi konsumsi lemak jenuh, makanan berkolesterol, gula, alkohol, dan garam yang disertai dengan meningkatkan konsumsi makanan berserat (Purwanto 2003). Jika seseorang mengalami hiperlipidemia, maka untuk mengurangi efek yang ditimbulkannya perlu mengatur diet dan mengkonsumsi obat-obatan. Kenyataannya obat-obatan sintetik harganya terlalu mahal dan biasanya memiliki efek samping yang merugikan. Guna mengatasi hal tersebut, masyarakat mulai memilih pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif yang paling banyak dilakukan yaitu mengkonsumsi jamu. Oleh karena itu obatobatan dari bahan alam perlu dikaji lebih lanjut.
Beberapa tanaman yang biasanya terdapat dalam jamu dan diyakini sebagai obat antihiperlipidemia adalah daun jati belanda, daun jambu biji dan rimpang temulawak. Data empiris menyebutkan bahwa masyarakat pada umumnya menggunakan daun jati belanda sebagai obat pelangsing dan obat darah tinggi. Sedangkan daun jambu biji biasa digunakan sebagai obat diare dan obat luka bakar oleh masyarakat. Temulawak di masyarakat biasa digunakan sebagai obat penyakit hati (Dalimartha 2005). Penelitian mengenai khasiat masing-masing tanaman tersebut telah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa ekstrak daun jati belanda, ekstrak rimpang temulawak dan daun jambu biji ternyata dapat digunakan sebagai antihiperlipidemia (Lestarina et al 2005). Data ilmiah mengenai khasiat daun jati belanda, daun jambu biji dan temulawak secara masing-masing sebagai antihiperlipidemia masih terbatas. Pengaruh ekstrak campurannya terhadap jumlah lemak abdomen pun belum diketahui. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh campuran ekstrak daun jati belanda, daun jambu biji dan temulawak terhadap jumlah lemak abdomen tikus hiperlipidemia. Selain itu penelitian ini juga bertujuan menguji pengaruh pemberian campuran ekstrak dan pakan kolesterol terhadap perubahan bobot badan. Hipotesis penelitian ini adalah ekstrak daun jati belanda dengan pelarut etanol dapat menurunkan jumlah lemak abdomen. Selain itu kombinasi ramuan daun jati belanda, daun jambu biji dan temulawak dapat menghambat peningkatan bobot badan. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tambahan tentang pengaruh ramuan ekstrak daun jati belanda, daun jambu biji dan temulawak terhadap jumlah lemak abdomen. Hasil penelitian juga dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian pakan kolesterol dan ekstrak campuran terhadap perubahan bobot badan.
TINJAUAN PUSTAKA Hiperlipidemia dan Obesitas Abdominal Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan patologis yang diakibatkan oleh kelainan metabolisme lipid darah yang
ditandai dengan meningkatnya konsentrasi kolesterol darah (hiperkolesterolemia), triasilgliserol (hipertrigliseridemia) atau kombinasi keduanya (Kamaluddin 1993). Lipid merupakan zat yang kaya energi yang berfungsi sebagai sumber utama untuk proses metabolisme. Lipid juga merupakan komponen penting dari selaput sel, selubung saraf yang membungkus sel saraf serta empedu. Sel-sel lipid dapat digunakan sebagai sumber pelindung tubuh dari dingin dan pelindung tubuh dari cedera. Hiperlipidemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu bobot badan, usia, kurang olah raga, stress, gangguan metabolisme, gangguan genetik dan pola konsumsi makanan yang tidak sehat. Konsumsi makanan yang kaya kolesterol dan asam lemak jenuh dapat menekan pembentukan reseptor LDL, sehingga meningkatkan kolesterol di dalam darah (Grundy 1991). Hiperlipidemia cenderung terjadi pada penderita obesitas. Penderita obesitas yaitu orang yang bobot badannya berlebihan, secara umum dapat didiagnosa hanya dengan melihat secara fisik. Obesitas merujuk pada keadaan kelebihan berat badan akibat penumpukan lemak pada jaringan tubuh yang berlebih. Kelebihan lemak tersebut dikategorikan obesitas jika komposisi lemak melebihi 30% pada wanita dan 25% pada laki-laki. Komposisi normal lemak tubuh wanita yaitu 12-28% sedangkan pada laki-laki 18-24%. Penderita obesitas biasanya akan mengalami masalah kesehatan seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan hipertensi, kanker, penyakit ginjal, dan penyakit hati yang dapat menyebabkan kematian (Azwar 2004). Kegemukan atau obesitas terjadi karena konsumsi makanan yang melebihi kebutuhan Angka Kecukupan Gizi (AKG) per hari. Bila kelebihan ini terjadi dalam jangka waktu lama, dan tidak diimbangi dengan aktivitas yang cukup untuk membakar kelebihan energi, maka kelebihan energi tersebut akan diubah menjadi lemak dan ditimbun di dalam sel lemak di bawah kulit. Jika penimbunan semakin banyak maka akan terjadi perubahan anatomis (Azwar 2004). Penumpukan jaringan lemak pada wanita biasanya berada di sekitar pinggul, paha, lengan, pinggung dan perut, selanjutnya meluas ke seluruh tubuh sampai ke muka. Penumpukan jaringan lemak pada laki-laki umumnya terjadi di bagian perut.
Obesitas abdominal merupakan obesitas yang menitik beratkan pada penumpukan lemak di bagian perut (Irawan 2007). Selama ini faktor penyebab obesitas abdominal menitik beratkan pada obesitas secara keseluruhan yang menghubungkannya dengan konsentrasi kolesterol yang tinggi. Pengetahuan saat ini lebih menitikberatkan kepada tiga hal yaitu jumlah lemak abdomen, LDL dan triasilgliserol tinggi serta HDL rendah. Orang yang menderita obesitas abdominal, mekanismenya diduga berupa predisposisi diabetes tipe 2, yaitu terjadinya pelepasan asam-asam lemak bebas secara cepat, yang berasal dari suatu lemak visceral (lemak yang menempel pada organ dalam tubuh) yang membesar. Proses ini menerangkan terjadinya sirkulasi tingkat tinggi dari asam lemak bebas di hati sehingga kemampuan hati untuk mengikat dan mengekstrak insulin dari darah menjadi berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan hiperinsulinemia. Akibat lainnya adalah peningkatan glukoneogenesis yang menunjukkan peningkatan glukosa darah. Obesitas abdominal tidak hanya terjadi pada orang yang terlalu gemuk. Orang yang kurus dengan lingkar perut lebih dari normal (buncit) dapat dikatakan obesitas dan memiliki resiko terserang penyakit degeneratif yang sama dengan orang yang mengalami obesitas keseluruhan. Hal ini disebabkan lemak abdomen merupakan lemak sangat aktif secara metabolik dibanding lapisan lemak bawah kulit. Ketika lemak ini dipecah oleh metabolisme tubuh, sangat banyak lemak diproduksi sebagai hasilnya dan memasuki aliran darah (Irawan 2007). Obesitas dapat menyebabkan tubuh cepat lelah, jantung berdetak cepat, pernapasan terganggu dan sulit tidur (insomnia). Menurut Irawan (2007) kondisi sulit tidur dapat meningkatkan nafsu makan. Penyebabnya yaitu terletak pada pengaruh hormon leptin dan hormon ghrelin. Hormon leptin adalah hormon yang berfungsi menghambat pengaturan sinyal lapar, terjaga dari tidur dan menurunkan selera makan; sedangkan hormon ghrelin berfungsi meningkatkan selera makan. Penderita obesitas konsentrasi leptinnya menurun sekitar 18% sedangkan ghrelin meningkat 28%, akibatnya menimbulkan rasa lapar. Keadaan ini yang memicu terjadinya obesitas, jika tidak dapat dikendalikan dengan benar.
Obesitas dapat disebabkan oleh beberapa penyakit. Salah satu penyebabnya yaitu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan kelenjar endokrin. Rusaknya kelenjar endokrin menyebabkan terlalu banyak hormon dalam aliran darah. Kelebihan hormon ini menggangu kendali saraf di otak yang mengatur kepuasan makan. Menurut WHO (1998) obesitas diklasifikasikan ke dalam 6 kategori yaitu berat badan kurang dengan indeks massa tubuh <18,5; kategori berat badan normal dengan indeks massa tubuh 18,5-24,9; kategori berat badan lebih dengan indeks massa tubuh 25-29,9; kategori obesitas I dengan indeks massa tubuh 30-34,9; kategori obesitas II dengan indeks masa tubuh 35-39,9 dan kategori sangat obesitas dengan indeks massa tubuh >39,9 (Tabel 1). Cara menentukan indeks massa tubuh yaitu dengan menggunakan rumus berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan yang dikuadratkan (m2) atau dapat ditulis sebagai berikut: Indeks Massa Tubuh = Berat badan (Kg) Tinggi Badan (m2) Tabel 1 Klasifikasi obesitas menurut WHO (1998) Indeks massa tubuh Kategori obesitas <18,5 Berat badan kurang 18,5-24,5 Berat badan normal 25-29,9 Berat badan lebih 30-34,9 Obesitas I 35-39,9 Obesitas II >39,9 Sangat obesitas Metabolisme Lemak Lemak merupakan kelompok senyawa lipid sederhana yang kaya energi yang terdiri atas asam lemak dan gliserol (Mayes 1999). Lemak biasa disebut triasilgliserol. Triasilgliserol merupakan komponen utama dari depot lemak pada sel tumbuhan dan hewan yang berbentuk molekul hidrofobik nonpolar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional dengan polaritas tinggi (Lehninger 1982). Triasilgliserol memiliki fungsi utama sebagai depot lemak. Sel lemak sebagian besar ditemukan di bawah kulit, pada rongga abdominal, dan di dalam kelenjar susu. Lemak pada orang gemuk, beberapa kilogram triasilgliserol disimpan di dalam sel lemak tubuh, yang keberadaannya cukup untuk memberikan energi basal tubuh selama beberapa bulan. Beberapa hewan
menggunakan triasilgliserol yang disimpan di bawah kulit sebagai insulasi terhadap suhu rendah (Lehninger 1982). Lemak yang berada dalam tubuh berasal dari makanan. Makanan atau pakan yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa pakan standar dan pakan kolesterol. Pakan kolesterol ini terdiri atas pakan standar dan komponen tambahan seperti kuning telur, lemak kambing dan minyak curah. Karbohidrat menghasilkan glukosa yang akan mengalami glikolisis, sedangkan protein asam amino yang dapat digolongkan menjadi glukogenik atau ketogenik. Asam amino tersebut kemudian akan mengalami sintesis yang kemudian akan masuk ke dalam siklus krebs. Lemak menghasilkan sebagian besar gliserol dan sisanya kolesterol, asam lemak bebas dan fosfolipid. Pencernaan lemak diawali dengan hidrolisis triasilgliserol makanan oleh enzim lipase gastrik dan lingual membentuk asam lemak bebas dan 1,2-diasilgliserol (Mayes1999). Selanjutnya asam lemak hidrofilik rantai pendek yang dilepas akn diserap lewat dinding lambung dan masuk ke dalam vena porta, sedangkan asam lemak rantai panjang yang larut dalam butir-butir lemak akan masuk ke dalam duodenum. Selanjutnya dalam duodenum enzim yang berperan dalam mencerna butir-butir lemak adalah lipase pankreas. Lipase pankreas ini menghidrolisis triasilgliserol menjadi 2 monoasilgliserol dan 2 asam lemak rantai panjang yang kemudian akan ditranspor menuju permukaan mikrovili untuk diserap melalui pembuluh darah. Pembentukan triasilgliserol terjadi di hati dan jaringan adiposa. Penyimpanan lemak pada jaringan adiposa melibatkan hormon insulin. Insulin ini merangsang metabolisme glukosa di dalam sel adiposa. Insulin mengaktifkan enzim glikolitik-fruktokinase1 dengan meningkatkan konsentrasi fruktosa 2,6-bisfosfat. Insulin juga merangsang defosforilasi piruvat dehidrogenase, sehingga piruvat yang dihasilkan melalui glikolisis dapat dioksidasi dalam siklus asam trikarboksilat. Triasilgliserol tidak disimpan di hati, tetapi dikemas bersama apoprotein dan lemak lain dalam lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL) dan disekresikan ke dalam darah. Selanjutnya di dalam kapiler berbagai jaringan, lipoprotein lipase mencerna triasilgliserol pada VLDL dan menghasilkan gliserol dan asam lemak. Gliserol tersebut kemudian diangkut menuju
hati dan jaringan lain untuk dimanfaatkan. Sebagian asam lemak kemudian dioksidasi oleh otot dan jaringan lain, tetapi setelah makan sebagian besar asam lemak diubah menjadi triasilgliserol dan disimpan di dalam sel adiposa. Asam-asam lemak ini dibebaskan selama masa puasa dan berfungsi sebagai bahan bakar utama bagi tubuh. Pelepasan asam lemak dari jaringan adiposa melibatkan lipase peka hormon. Lipase peka hormon merupakan enzim yang berperan dalam penguraian triasilgliserol menjadi asam lemak bebas dan glilserol pada jaringan adiposa (Meijer 1998). Lipase peka hormon menjadi aktif dan dapat menguraikan triasilgliserol setelah mengalami fosforilasi. Fosforilasi ini terjadi pada saat keadaan puasa. Saat puasa konsentrasi insulin rendah dan glukagon tinggi, akibatnya terjadi peningkatan cAMP yang merangsang protein kinase. Protein kinase inilah yang melakukan fosforilasi terhadap lipase sensitif hormon. Obat Antihiperlipidemia Hiperlipidemia umumnya dapat dikendalikan hanya dengan melakukan diet rendah lemak jenuh dan rendah kalori. Kasus-kasus hiperlipidemia berat dan herediter umumnya terjadi pada usia muda. Kasus seperti ini jika hanya melakukan diet saja kurang efektif, seharusnya menggunakan obat antihiperlipidemia yang mampu mengendalikan konsentrasi plasma kolesterol, triasilgliserol atau keduanya dengan baik. Pengendalian ini pun harus dilakukan seumur hidup, akibatnya obat antihiperlipidemia pun harus digunakan dalam jangka panjang pula. Inti kelainan patologis pada hiperlipidemia ini adalah kegagalan transportasi dan pengelolaan lipid yang terdiri atas kolesterol, triasilgliserol, fosfolipid dan asam lemak bebas. Kolesterol dan triasilgliserol memegang peran kunci, karena pengaturan konsentrasi fosfolipid dan asam lemak bebas tergantung padanya, selain itu pada ateroma (timbunan lemak) pembuluh darah sedang dan besar ditemukan timbunan kolesterol pada tunika intima (jaringan bagian dalam pembuluh darah yang tersusun oleh sel endotel) dengan manifestasi klinis berupa Penyakit Jantung koroner (PJK), strok dan sebagainya. Transportasi lipid dalam darah pun sebagian besar terikat dengan protein yang membentuk kompleks berbentuk sferis
(cembung) dengan berbagai densitas (Kamaluddin 1993). Obat sintetik yang dapat digunakan sebagai antihiperlipidemia yaitu Lovastatin (Gambar 1). Lovastatin merupakan obat yang paling efektif mengobati hiperlipidemia dan termasuk ke dalam golongan statin. Golongan statin efektif digunakan karena statin merupakan inhibitor kompetitif dari 3-hidroksi-3-metilglutarilkoenzim-A (HMG-KoA) reduktase. (Goodman & Gilmans 2001). Enzim ini merupakan enzim yang mengkatalisis konversi HMG-CoA menjadi mevalonat, suatu prekursor sterol, termasuk kolesterol (Katzung 2002). Nama dagang Lovastatin diantaranya yaitu Mevacor®, Advicor®, Altoprev® (American Society of HealthSystem Pharmacists 2004), Lipovas (Tempo Scan Pacific), Belvas (IPI), Lovacol (Dexa Medica), Lotyn (New Interbat), Lovatrol (Fahrenheit), Paschol (Kalbe Farma) (Dalimartha 2005). Rumus umumnya C24H36O5 berbentuk serbuk kristal nonhigroskopik berwarna putih yang tidak larut dalam air, akan tetapi larut dalam etanol, metanol, dan asetonitril. Lovastatin merupakan senyawa non polar. Berdasarkan strukturnya, lovastatin memiliki satu bentuk cincin lakton yang sewaktu-waktu dapat terhidrolisis jika bereaksi dengan asam. Unsur aktif yang dapat ditambahkan pada lovastatin yaitu selulosa, laktosa, magnesium stearat dan pati. Butilat hidroksianisol (BHA) pun dapat ditambahkan pada lovastatin sehingga lovastatin dapat tahan lama (Merck 2005). Obat inhibitor HMG-CoA reduktase yang lain yaitu simvastatin, pravastatin, atrovastatin, fluvastatin dan cerivastatin. Obat-obatan ini dapat menurunkan biosintesis kolesterol dengan cara menghambat biosintesis secara kompetitif enzim HMG-CoA reduktase. Obat golongan ini menginduksi peningkatan reseptor LDL berafinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan baik katabolisme fraksional LDL maupun ekstraksi prekursor LDL oleh hati (VLDL sisa), sehingga mengurangi simpanan LDL plasma. Karena penyerapan lovastatin oleh hati cukup besar, maka efek utamanya terjadi di hati (Katzung 2002).
Gambar 1 Struktur Lovastatin
Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Nama latin jati belanda adalah Guazuma ulmifolia var. Tomentosa atau G. Tomentosa. Tumbuhan jati belanda berasal dari benua Amerika. Namanya dalam bahasa Inggris yaitu Bastard cedar, sedangkan namanya dalam bahasa perancis yaitu orme d’amerique (Suharmiati & Maryani 2003). Tumbuhan ini termasuk ke dalam divisi spermatophyta, kelas dicotyldone, suku sterculiaceae dan marga guazuma. Jati belanda dapat tumbuh cepat dengan tinggi mencapai 0-22 m dan biasanya tumbuh di hutan. Morfologinya yaitu bunganya berwarna kuning berbintik merah. Daunnya berbentuk jantung dan berbulu pada bagian bawah dan akan siap dipanen ketika pohon sudah berumur 2-3 tahun. Buahnya sangat keras, beruas lima dan berwarna hitam serta memiliki banyak biji yang berwarna kuning kecoklatan, berlendir dan rasanya agak manis. Jati belanda akan berbuah setelah berumur kurang lebih 5-6 tahun. Perbanyakan jati belanda biasanya secara generatif dengan biji, karena cara memperbanyak dengan cangkok masih sulit dilakukan dengan tingkat keberhasilan 50 persen. Cara vegetatif menggunakan stek dengan perlakuan khusus sekali pun belum banyak membantu. Kandungan kimia dari jati belanda yaitu kulitnya mengandung minyak lemak, glukosa, asam damar, lendir dan zat yang rasanya pahit. Hendri (2006) menyebutkan kandungan umum dari tanaman jati belanda yaitu tanin dan musilago. Kandungan lainnya yaitu resin, flavonoid, karotenoid, asam fenolat, zat pahit, karbohidrat, kafein, terpen, juga senyawa lain seperti sterol, beta-sitosterol, friedelin-3-alfa-asetat, friedelin-3-beta-ol, alkoloida serta karbohidrat dan minyak lemak. Daunnya mengandung alkaloid, damar dan zat samak, sedangkan menurut Miradiono (2002) daun jati belanda mengandung flavonoid, fenol, hidrokuinon, dan senyawa flavonoid lain seperti kalkon, auron dan flavonol. Suharmiati dan Maryani (2003) menyatakan daun jati belanda mengandung senyawa alkaloid, b-sitosterol, kafein, friedelin-31-asetat, terpen, triterpen (sterol), resin, glukosa, asam lemak, asam fenolat, zat pahit, karbohidrat serta minyak lemak (Gambar 2). Tanin yang banyak terkandung di bagian daun, mampu mengurangi penyerapan makanan dengan cara mengendapkan
mukosa protein yang ada dalam permukaan usus. Kandungan lain yaitu musilago yang berbentuk lendir bersifat sebagai pelicin. Adanya musilago, absorbsi usus terhadap makanan dapat dikurangi. Hal ini alasan kuat pemanfaatan daun jati belanda sebagai obat susut perut dan pelangsing. Perkembangan selanjutnya, daun jati belanda juga banyak dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit kolesterol dan rematik gout. Walaupun data ilmiah mengenai khasiat dan mekanisme kerja daun jati belanda sebagai jamu masih sangat kurang, tetapi beberapa penelitian terhadap daun jati belanda telah dilakukan. Pramono et al melaporkan bahwa lendir daun jati belanda per oral dapat menghambat perkembangan berat badan tikus dibandingkan kontrol (air suling) (Rahardjo et al 2004). Monika dan Farida (2000) juga melaporkan bahwa ekstrak daun jati belanda per oral dapat menurunkan konsentrasi kolesterol total darah kelinci. Joshita et al pun melaporkan bahwa seduhan daun jati belanda berpengaruh meningkatkan aktivitas enzim lipase secara in vitro (Rahardjo et al 2004).
Gambar 2 Daun jati belanda Jambu Biji (Psidium guajava L.) Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa Inggris disebut Lambo guava. Jambu biji sering disebut juga jambu klutuk, jambu siki, atau jambu batu. Tanaman ini berasal dari Brazilia, Amerika tengah, menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia. Hingga saat ini telah dibudidayakan dan menyebar luas di berbagai daerah di Jawa. Tanaman ini merupakan tanaman perdu dengan tinggi 5-10 m. Morfologi tanaman ini yaitu batang berkayu berbentuk bulat dan dapat mengelupas. selain itu, batangnya bercabang dengan warna cokelat kehijauan. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur dengan ujung tumpul dan pangkal membulat. Panjangnya kira-kira 6-14 cm,
lebar 3-6 cm, pertulangannya menyirip dan warna daunnya hijau kekuningan (Gambar 3). Bunganya tunggal terletak di ketiak daun dengan mahkota berbentuk bulat telur. Panjangnya sekitar 1-5 cm, kelopaknya berwarna putih kekuningan. Buahnya berbentuk buni, bulat telur dan berwarna putih kekuningan (Soedibyo 1998). Kandungan tanaman ini yaitu zat samak, minyak atsiri, triterpenoid, lekosianidin, kuersetin (Soedibyo 1998). Menurut Dalimartha (2000) daun jambu biji ini mengandung tanin, minyak atsiri, dammar, zat samak, triterpenoid, dan asam malat, sedangkan buahnya mengandung asam amino (triptofan, lisin), pectin, kalsium, fosfor, besi, mangan magnesium, belerang dan vitamin (A, B1, dan C). Daun jambu biji oleh masyarakat Indonesia digunakan sebagai obat diabetes melitus, maag, beser (sering kencing), sariawan, sakit perut, obat luka, disentri, diare dan radang usus, perut kembung (Dalimartha 2000). Salah satu khasiat yang sangat sering digunakan yaitu sebagai obat demam berdarah. Namun umumnya jenis jambu yang digunakan untuk obat demam berdarah adalah jambu biji yang berwarna merah. Efek farmakologi dan hasil penelitian mengenai jambu biji cukup banyak. Djunaid melaporkan, secara in vitro rebusan daun jambu biji dengan konsentrasi (b/v) 5%, 10% dan 20% dapat mengurangi kontraksi usus halus terpisah marmut yang sebanding dengan atropine sulfat 2,5 mcg/mL. Efek lainnya yaitu dilaporkan oleh Puspitawati yaitu infus buah jambu biji pada kelinci memiliki efek hipoglikemik (Dalimartha 2000).
Gambar 3 Jambu biji Temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb.) Curcuma berasal dari bahasa Arab yang berarti kuning, sedangkan xanthoriza berasal dari bahasa yunani: xanthos berarti kuning dan rhiza berarti umbi akar. Temulawak (curcuma xanthorrhiza) banyak ditemukan
di hutan-hutan daerah tropis. Temulawak termasuk ke dalam kelas monocotyledonae divisi spermatophyta, bangsa zingiberales suku zingiberaceae dan marga curcuma (Gambar 4). Tanaman ini termasuk tanaman herba dalam kelas monokotil, sehingga tanaman ini tidak memiliki akar tunggang melainkan rimpang. Temulawak juga dapat berkembang biak di tanah tegalan sekitar pemukiman, terutama pada tanah gembur, sehingga buah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar. Daerah tumbuhnya selain di dataran rendah juga dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian tanah 1500 meter di atas permukaan laut. Temulawak termasuk jenis tumbuhan yang batang pohonnya berbentuk batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 meter. Daunnya lebar berbentuk lanset, warnanya hijau tua dengan jari-jari cokelat dibagian tulang daunnya, dan pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun yang agak panjang. Bagian tengah daunnya pun berwarna ungu. Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan berwarna kuning tua. Bunganya bersifat lateral, tangkai bunga ramping dan berbulu dengan panjang 4-37 cm. Rimpang temulawak sejak dulu dikenal sebagai bahan ramuan obat. Aroma dan warna khas dari rimpang temulawak adalah berbau tajam dan daging buahnya berwarna kekuning-kuningan. Rimpang temulawak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu rimpang induk dan rimpang cabang. (Dalimartha 2000). Rimpang temulawak terdiri atas fraksi pati, kurkuminoid, dan minyak atsiri. Fraksi kurkuminoid merupakan komponen yang dapat memberi warna kuning pada rimpang. Daging buah (rimpang) temulawak pun mempunyai beberapa kandungan senyawa kimia antara lain berupa fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut minyak menguap, kamfer, glukosida, folumetik karbinol. Kurkumin secara umum berkhasiat menetralkan racun, menghilangkan rasa nyeri sendi, menurunkan konsentrasi kolesterol dan triasilgliserol darah, antibakteri, dan sebagi antioksidan penangkal senyawa-senyawa radikal bebas berbahaya. Kurkumin yang terdapat pada rimpang tumbuhan ini bermanfaat sebagai acnevulgaris (obat jerawat), selain sebagai antiinflamasi (anti radang) dan antihepatotoksik (anti keracunan empedu).
Liang et al melaporkan hasil uji klinis temulawak terbukti berkhasiat sebagai peluruh cairan empedu sehingga dapat menurunkan konsentrasi kolesterol dalam tubuh. Khasiat ini disebut juga kolagogum (Hudayanti 2004). Temulawak dapat digunakan sebagai obat untuk sakit limpa, sakit ginjal, sakit pinggang, asma, sakit kepala, masuk angin, maag, sakit perut, produksi ASI, nafsu makan, sembelit, sakit cangkrang, cacar air, sariawan dan jerawat. Berdasarkan penelitian Budhidjaya (1988) pemberian kurkuminoid 10 mg, 15 mg, dalam tween 80 dan air pada kelinci hiperlipidemia yang tidak diketahui jelas kenaikan konsentrasi kolesterolnya, dapat menurunkan konsentrasi kolesterol total dan triasilgliserol darah, sedangkan dosis temulawak 20 mg dapat menaikkan HDLkolesterol.
berisi 20 asam amino), lemak 5% dan serat kasar sekitar 5%, makanan tikus juga harus mengandung vitamin A, vitamin D, asam linoleat, tiamin, riboflavin, pantotenat, vitamin B12, biotin, piridoksin dan kolin serta mineral-mineral tertentu (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Pertambahan bobot tubuh tikus dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi.
Gambar 5 Sprague Dawley BAHAN DAN METODE
Gambar 4 Temulawak Tikus Percobaan Hewan percobaan yang sering digunakaan adalah tikus. Ada beberapa jenis yang umumnya digunakan yaitu tikus putih (Rattus novergicus), mencit (Mus musculus), tikus hitam (Rattus rattus), wistar, dan Sprague-Dawley. Hewan percobaan tikus sering digunakan karena memiliki karakteristik yang menguntungkan. Karakteristiknya yaitu tikus dapat hidup lebih baik jika mereka berada sendiri di kandang. Selain itu pengaturannya dan pemeliharaannya pun mudah dilakukan. Tikus juga sangat peka terhadap asupan makanan yang diberikan padanya. Tikus yang digunakan pada percobaan ini yaitu tikus galur Sprague-Dawley (Gambar 5). Karakteristik tikus jenis ini yaitu, tikus ini aktif di malam hari, tidak memiliki kantung empedu dan tidak dapat memuntahkan isi perutnya. Zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya pun relatif sama dengan kebutuhan gizi untuk manusia, yaitu karbohidrat, protein, mineral dan vitamin (Muchtadi 1989). Kebutuhan protein untuk tikus adalah 12% (lengkap
Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan adalah Jaringan lemak abdomen tikus yang hiperlipidemia dari penelitian Rahayu (2007), ekstrak daun jati belanda, ekstrak daun jambu biji dan ekstrak temulawak yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM IPB, akuades, kloroform, HCl, petroloem eter, Propil Tiourasil (PTU) yang diperoleh dari Apotik Sehat, Lovacol, pakan standar yang diperoleh dari Toko Subur yang berada di pasar Bogor (tabel 2), pakan kolesterol adalah pakan standar yang mengandung kolesterol. Peralatan yang digunakan saat pembedahan yaitu pisau bedah, pinset dan gunting bedah. Peralatan yang digunakan untuk analisis lemak yaitu oven, sentrivuse klinis, neraca analitik, labu didih, eksikator, soxhlet dan seperangkat peralatan refluks. Metode Penelitian Persiapan Perlakuan Pakan kolesterol dipersiapkan oleh Rahayu (2007). Pakan kolesterol tersebut terdiri atas pakan standar, 1,5% (b/b) kolesterol yang berasal dari kuning telur (dalam 0,1002 gram tepung telur terkandung 6,08% b/b), 5% (b/b) lemak kambing, 1%(b/b) minyak curah, sedangkan dosisi PTU 0,01% yang diberikan sebesar 0,5 mg/kg BB. Pemberian pakan baik pakan standar maupun pakan kolesterol setiap hari sebanyak 20 g/ekor/hari. Dosis lovastatin yang diberikan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
dosis pada tikus = dosis pada manusia x bobot badan tikus bobot badan manusia Dosis normal yang diberikan pada manusia dengan bobot sekitar 70 kg adalah 20 mg/hari, sehingga dosis yang diberikan pada tikus dengan bobot 200 gram adalah sebesar =
x 200 g = 0,2857 mg/kg
BB/hari Formula yang diberikan pada tikus kelompok perlakuan ekstrak formula 1 terdiri atas daun jati belanda yang dikombinasikan dengan daun jambu biji dan temulawak. Formula 2 terdiri atas ramuan ekstrak daun jati belanda yang dikombinasikan dengan daun jambu biji dan temulawak dengan dosis daun jati belanda lebih banyak dibandingkan dengan formula 1. Formula 3 terdiri atas ramuan ekstrak daun jati belanda yang dikombinasikan hanya dengan temulawak. Tabel 2 Komposisi pakan standar Komposis Konsentrasi % (b/b) Air 5,88 Abu 31,63 Protein 17,31 Lemak 10,63 Karbohidrat 14,74 Serat kasar 15,64 Kolesterol 3,53 Kalsium 0,33 Fosfor 0,12 Rancangan Percobaan Sesuai dengan hasil penelitian yang dilaporkan Rahayu (2007) hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley berumur 2 bulan dengan bobot badan rata-rata 200 gram sebanyak 33 ekor. Sebelum diberi perlakuan tikus diadaptasikan terlebih dahulu untuk menyeragamkan pola makan dan pakannya. Selanjutnya 33 tikus tersebut dibagi menjadi 7 kelompok. Kelompok I dan III terdiri atas 4 tikus jantan. Kelompok I adalah kontrol normal yang hanya diberi pakan standar selama percobaan, sedangkan kelompok II adalah kelompok hiperlipidemia. Selanjutnya kelompok III ialah kelompok pembanding (Lovastatin). Kelompok IV ialah kelompok formula, sedangkan kelompok V adalah kelompok formula 2. Selanjutnya kelompok VI merupakan kelompok formula 3 dan kelompok VII adalah kelompok ekstrak daun jati belanda tunggal.
Kelompok hiperlipidemia, pembanding, dan perlakuan mendapatkan pakan kolesterol dan PTU 0.01% selama percobaan. Kelompok pembanding dicekok dengan lovastatin dosis 0.2857 mg/kg BB/hari mulai minggu ke-11 sampai minggu ke-16 masa percobaan. Kelompok IV, V, VI, dan VII dicekok dengan formula 1, formula 2, formula 3 dan ekstrak etanol daun jati belanda secara berturut-turut mulai minggu ke-11 sampai minggu ke-16 masa percobaan. Komposisi pakan kolesterol yang diberikan mengalami perubahan di minggu ke-8. Komposisinya berubah menjadi sebagai berikut: lemak kambing menjadi 10%(b/b) dan minyak goreng menjadi 1%(b/b). Dosis PTU 0.01% juga berubah dari 0.05 mg/kg BB menjadi 1 mg/kg BB. Analisis jumlah lemak abdomen tikus hiperlipidemia dengan metode ekstraksi soxhlet dilakuan pada akhir perlakuan dengan cara membedah tikus dan diambil seluruh lemak yang terdapat di rongga tubuh tikus tersebut. Setelah itu dibandingkan dengan data bobot badan yang diperoleh pada pengukuran bobot badan setiap minggunya dan data triasilgliserol darah serta data kolesterol hati yang diperoleh dari penelitian Rahayu (2007). Pembuatan Ekstrak Sesuai yang dijelaskan oleh Rahayu (2007) ekstrak daun jati belanda, daun jambu biji dan temulawak diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB). Bahan-bahan tersebut diperoleh dengan cara maserasi menggunakan etanol 70 %(b/v). Ekstrak etanol dari daun jati belanda berbentuk serbuk kristal berwarna hijau kehitaman, ekstrak etanol daun jambu biji berupa pasta yang keras dan berwarna merah kehitaman, sedangkan ekstrak etanol temulawak berupa cairan berwarna kuning tua. Guna menghindari kerusakan pada ekstrak, maka ekstrak dimasukan ke dalam pelastik dan disimpan di lemari pendingin. Penyiapan Pakan Kolesterol (Rachmadani 2001) Pembuatan pakan kolesterol dilakukan oleh Rahayu (2007). Prosesnya yaitu pakan dibuat dengan mencampurkan kolesterol 1,5%(b/b), lemak kambing 10%(b/b), minyak goreng curah 1%(b/b) dan pakan standar hingga 100% sampai terbentuk pelet. Tepung kolesterol dibuat dengan cara mempersiapkan kuning telur ayam negeri.
Kuning telur tersebut dipisahkan dari putih telurnya kemudian dikukus. Selanjutnya kuning telur dipisahkan dari selaput lendirnya dan digerus sampai halus kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 70oC selama kira-kira 24 jam, sambil digerus kembali hingga benarbenar kering. Sebelum digunakan, kolesterol yang berasal dari kuning telur tersebut diukur konsentrasinya. Prosesnya yaitu tabung sentrifus 15 mL diisi dengan 12 mL campuran alkohol eter (3:1). Selanjutnya dimasukkan kurang lebih 0,02 g tepung kuning telur ayam diaduk perlahan hingga semua tercampur dengan alkohol-eter. Selanjutnya tabung ditutup rapat dan didiamkan selama lima belas menit. Setelah itu kemudian disentrifugasi selama 3 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatan yang diperoleh kemudian dipindahkan ke dalam gelas piala kering berukuran 50 mL dilanjutkan dengan diuapkan pada penangas air hingga supernatan benar-benar kering. Selanjutnya residu dianalisis dengan metode Lieberman-Buchard (Kaplan 1996). Prosesnya yaitu residu yang tersisa ditambah kloroform 2-2,5 mL dan dikocok perlahan agar residu terekstrak. Hasil ekstraknya kemudian dipindahkan ke dalam tabung sentrifus. Supaya ekstrak benar-benar tidak tersisa kemudian gelas piala dibilas dengan 2-2,5 mL kloroform. Standar kolesterol diambil sebanyak 5 mL, dan blanko, dan blanko kloroform 5 mL kemudian ditempatkan ke dalam tabung sentrifus. Selanjutnya ditambahkan 2 mL asetat anhidrida dan 0,1 mL asam sulfat pekat pada semua tabung, lalu dikocok. Setelah itu tabung disimpan dalam ruang gelap selama 15 menit dan larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV. Penentuan Jumlah Lemak abdomen dengan modifikasi metode James (Hamilton 1995) Sampel dari masing-masing kelompok ditimbang sebanyak 0,5000 gram untuk satu kali analisis. Selanjutnya masing-masing sampel dimasukkan ke dalam gelas piala berbeda, kemudian ke dalam gelas piala tersebut ditambahkan 5 mL akuades dan 10 mL HCl 25%(b/v). Gelas piala berisi sampel, akuades dan HCl tersebut kemudian dihidrolisis di atas pemanas datar. Proses hidrolisis ini dilakukan di lemari asam
hingga hidrolisat hampir kering dan. Setelah itu hidrolisat disaring dengan kertas saring dan dibilas dengan akuades panas agar pencucian berlangsung cepat. Proses selanjutnya yaitu hidrolisat yang sudah dibilas dengan akuades panas dipastikan sudah bebas asam dengan kertas lakmus. Setelah hidrolisat pada kertas saring dipastikan benar-benar bebas asam kemudian dikeringkan di dalam oven bersuhu 70oC selama 10 menit. Kertas saring dan hidrolisat yang telah kering tersebut kemudian dimasukkan ke dalam selongsong dari kertas saring yang kedua ujungnya ditutup dengan menggunakan kapas. Selanjutnya selongsong berisi hidrolisat tersebut dimasukkan ke dalam soxhlet dan diberi pemberat berupa kelereng agar selongsong tidak mengapung di dalam soxhlet, kemudian disambungkan dengan labu destilasi yang telah diketahui bobot keringnya. Selanjutnya ditambahkan 50 mL petroloem eter ke dalam soxhlet dan direfluks selama 3 jam. Penambahan soxhlet sebanyak 50 mL ditambahkan secara bertahap, 30 ml ditambahkan hingga petroloem eter jatuh ke labu destilasi sedangkan 20 ml sisanya ditambahkan hingga merendam selongsong berisi hidrolisat dalam soxhlet. Setelah direfluks selama 3 jam kemudian labu destilasi dipisahkan dari soxhlet dan dikeringkan hingga benar-benar kering dalam oven 100oC. Setelah petroloem eter dipastikan benar-benar menguap seluruhnya kemudian labu destilasi berisi ekstrak di masukkan ke dalam eksikator selama 2 jam. Setelah itu labu destilasi ditimbang. Penimbangan dilakukan beberapa kali hingga diperoleh bobot yang stabil. Proses analisis diwakili oleh sampel masing-masing kelompok, dan dilakukan pengulangannya sebanyak dua kali untuk mengurangi resiko terjadinya kesalahan prosedur maupun kesalahan teknis selama proses berlangsung. Pengulangan tersebut dilakukan setelah proses analisis dari seluruh sampel selesai dilakukan seluruhnya. Jumlah lemak dapat dihitung dengan rumus : Jumlah lemak (% b/b) = Jumlah lemak rata-rata x % lemak kasar Bobot jaringan lemak Analisis Statistik Analisis statistik yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAL) dengan alasan bahan percobaan yang digunakan relatif homogen dan jumlah perlakuannya terbatas. Secara umum RAL mempelajari
tentang t buah perlakuan dengan menggunakan r buah satuan percobaan untuk setiap perlakuan atau menggunakan rt satuan percobaan maka RAL membutuhkan alokasi t perlakuan secara acak terhadap rt satuan percobaan (Gaspersz 1991). Model rancangan untuk analisis dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah: Yij = + i + ij Keterangan: = pengaruh rataan umum i = pengaruh rataan ke-i ij = pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Yi j = pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = 1 adalah kelompok normal i = 2 adalah kelompok hiperlipidemia i = 3 adalah kelompok lovastatin i = 4 adalah kelompok formula 1 i = 5 adalah kelompok formula 2 i = 6 adalah kelompok formula 3 i = 7 adalah kelompok ekstrak daun jati belanda Analisis ragam yang digunakan terkait dengan RAL yaitu analisis dengan model tetap dengan pengulangan berbeda. Model tetap ini menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan bersifat tetap dan galat perlakuannya bebas, menyebar secara normal dengan nilai tengah sama dengan nilai tengah sama dengan nol dan ragam σ2. Keadaan ini menjelaskan bahwa dalam model ini, kesimpulan yang diambil terkait dengan perlakuan yang dicobakan (Gaspersz 1991). Data yang diperoleh kemudian di analisis dengan ANOVA (analysis of variance) pada tingkat kepercayaan 90% atau taraf α 0.10. Uji lanjut yang digunakan adalah uji Duncan. Semua data dianalisis dengan program SPSS 15.0. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Lemak Abdomen Pengaruh pemberian formula yang terdiri atas ekstrak daun jati belanda, daun jambu biji dan temulawak per oral terhadap tikus yang hiperlipidemia menjadi pokok utama penelitian ini. Jumlah tikus yang dibedah sebanyak 33 ekor. Jaringan lemak yang diambil yaitu jaringan lemak yang berada di dalam rongga perut (abdomen). Banyak sedikitnya jumlah lemak yang didapat menunjukkan efektivitas formula yang digunakan.
Pengaruh pemberian formula ekstrak daun jati belanda terhadap bobot badan tikus dapat dilihat pada Gambar 6. Pemberian pakan kolesterol selama 14 minggu dan PTU selama 9 minggu dapat meningkatkan bobot badan tikus sebesar 41,72%. Berdasarkan uji statistika peningkatan ini berbeda nyata terhadap kelompok normal pada α=0,10 dengan uji Duncan. Penurunan bobot badan tikus hiperlipidemia yang diberi formula ekstrak jati belanda dan lovastatin tidak terlihat. Kelompok yang diberi lovastatin dan formula ekstrak daun jati belanda cenderung meningkatkan bobot badan jika dibandingkan kelompok hiperlipidemia. Berdasarkan uji statistika Duncan pada α=0,10 penurunan bobot badan tikus yang diberi lovastatin dan formula ekstrak daun jati belanda dan tidak berbeda nyata terhadap kelompok hiperlipidemia (Tabel 3). Kelompok ekstrak daun jati belanda tunggal dapat menurunkan bobot badan, namun berdasarkan uji Duncan kelompok ini penurunan bobot badannya tidak berbeda nyata terhadap kelompok hiperlipidemia. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun jati belanda dengan pelarut etanol kurang efektif digunakan untuk menurunkan bobot badan. Kurang efektifnya ekstrak etanol sebagai penurun bobot badan kemungkinan besar disebabkan oleh hilangnya lendir pada ekstrak. Rahardjo et al (2005) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa lendir pada ekstrak daun jati belanda dapat mempengaruhi efektifitas penurunan bobot badan. Kurang efektifnya ekstrak etanol menurut Rahardjo et al (2005) disebabkan lendir yang terdapat di daun jati belanda tidak ikut terekstrak oleh etanol. Pengaruh pemberian formula ekstrak daun jati belanda terhadap jumlah lemak abdomen tikus hiperlipidemia dapat dilihat pada Gambar 7. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian pakan kolesterol selama 14 minggu dan PTU selama 9 minggu dapat meningkatkan jumlah lemak abdomen tikus hiperlipidemia sebesar 80,41% (Tabel 4). Pemberian foemula ekstrak daun jati belanda dan lovastatin sebagai pembanding secara keseluruhan mengalami penurunan jumlah lemak abdomen. Bila dibandingkan dengan kelompok hiperlipidemia, kelompok lovastatin mengalami penurunan sebesar 8,68%. Penurunan ini secara statistik tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan lovastatin bukan untuk menurunkan jumlah lemak
Tabel 3 Bobot badan tikus Kelompok
Bobot badan (gram) 267,5±25,33a 459,0±47,75b 477,5±45,18b 427,0±28,91b
Normal Hiperlipidemia Lovastatin Ekstrak daun jati belanda tunggal Formula 1 469,0±51,81b Formula 2 479,0±43,29b Formula 3 474,0±43,29b Ket : b berbeda nyata terhadap a 60 50 % penurunan bobot badan tikus
abdomen melainkan obat untuk menurunkan konsentrasi kolesterol. Kelompok tikus hiperlipidemia yang diberi ekstrak daun jati belanda tunggal mampu menurunkan jumlah lemak abdomen sebesar 24,05%, sedangkan kelompok tikus hiperlipidemia yang diberi ramuan ekstrak daun jati belanda (formula 1) mengalami penurunan sebesar 23,14%. Meskipun demikian penurunan tesebut berdasarkan uji statistik tidak berbeda nyata, dengan kata lain ekstrak daun jati belanda yang diberikan kurang efektif menurunkan jumlah lemak abdomen. Kurang efektifnya ekstrak daun jati belanda yang diberikan kemungkinan disebabkan dosis ekstrak daun jati belanda yang diberikan tidak efektif. Salah satu penelitian mengenai khasiat ekstrak daun jati belanda pada tikus hiperlipidemia yaitu penelitian Rahardjo et al (2005) memperoleh hasil yaitu daun jati belanda dengan konsentrasi tertentu dapat menurunkan jumlah lemak abdomen dengan pembanding orlistat. Kelompok tikus hiperlipidemia yang diberi ramuan ekstrak daun jati belanda tanpa esktrak daun jambu biji (formula 3) mampu menurunkan jumlah lemak abdomen sebesar 12,40%. Walaupun dapat menurunkan jumlah lemak abdomen namun berdasarkan uji statistika tidak berbeda nyata, sehingga ramuan ekstrak daun jati belanda tanpa ekstrak daun jambu biji tidak efektif menurunkan jumlah lemak abdomen. Hasil yang diperoleh penelitian ini berbeda dengan hasil yang diperoleh dari penelitian Rahardjo et al (2005). Hasilnya yaitu esktrak daun jati belanda dengan pelarut air dapat menurunkan jumlah lemak abdomen dengan cara menghambat kerja enzim lipase pankreas. Penelitian Rahardjo et al (2005) tersebut menggunakan ekstrak daun jati belanda dengan berbagai konsentrasi. Hasil yang diperoleh yaitu semakin tinggi konsentrasi jati belanda yang diberikan, kemampuan penghambatan enzim lipase semakin tinggi. Ekstrak daun jati belanda yang digunakan pada penelitian ini sebesar 1g/kg BB tikus, sedangkan ekstrak tertinggi yang digunakan oleh Rahardjo et al sebesar 1,089 g/200 gram BB atau setara dengan 5,445 g/kg BB tikus. Dosis yang diberikan pada penelitian ini kurang efektif kemungkinan disebabkan dosis ekstrak daun jati belanda yang diberikan terlalu kecil dibandingkan dosis yang diberikan pada penelitian Rahardjo.
40 30 20 10 0 1 -10 -20 -30 kelom pok hipelipidemia
lovastatin
ekstrak daun jati belanda tunggal
formula 1
formula 2
formula 3
Gambar 6 Persentase penurunan bobot badan tikus Penurunan jumlah lemak abdomen tikus yang diberi ekstrak daun jati belanda tunggal lebih besar dibandingkan dengan yang diberi ramuan ekstrak jati belanda (formula 1) dan yang diberi ramuan ekstrak daun jati belanda tanpa ekstrak daun jambu biji. Dari hasil ini dapat memberikan informasi bahwa ekstrak daun jambu biji tidak berpengaruh dalam menurunkan jumlah lemak abdomen, karena ada tidaknya ekstrak daun jambu biji penurunan jumlah lemak abdomen tidak berbeda nyata. Penurunan jumlah lemak abdomen terbesar terjadi pada kelompok tikus hiperlipidemia yang diberi ramuan ekstrak daun jati belanda yang lebih banyak (formula 2) yaitu sebesar 27,06%. Hasil ini secara statistic berbeda nyata jika dibandingkan dengan kelompok tikus hiperlipidemia (p<0,1). Hasil yang diperoleh ini sejalan dengan hasil penelitian Rahardjo et al (2005). Rahardjo et al mengatakan bahwa daun jati belanda dapat menghambat enzim lipase pankreas dan kemampuannya menghambat enzim lipase pankreas bertambah seiring
dengan penambahan konsentrasi ekstrak daun jati belanda. Lipase pankreas ini berperan dalam hidrolisis triasilgliserol makanan menjadi monoasilgliserol dan asam lemak bebas yang akan disintesis pada proses sintesis triasilgliserol. Tabel 4 jumlah lemak abdomen tikus Kelompok Jumlah lemak abdomen (%b/b) Normal 1,02±0,49a Hiperlipidemia 5,26±1,57c Lovastatin 4,84±0,84bc Ekstrak daun jati 4,24±0,97bc belanda tunggal Formula 1 4,14±0,75bc Formula 2 3,95±0,42b Formula 3 4,66±0,94bc Ket : b berbeda nyata terhadap a c berbeda nyata terhadap b dan a % penurunan jumlah lemak abdomen
120
100
80
60
40
20
0 1 -20
-40
-60
-80
kelompok hipelipidemia
lovastatin
ekstrak daun jati belanda tunggal
formula 1
formula 2
formula 3
Gambar 7 Persentase Jumlah lemak abdomen tikus Korelasi Jumlah Lemak Abdomen dengan Bobot Badan dan lipid Pengaruh jumlah lemak abdomen terhadap bobot badan tikus dapat dilihat dari korelasi antara jumlah lemak abdomen dengan bobot badan. Korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara jumlah lemak abdomen dengan bobot badan. Pada penelitian ini diharapkan adanya korelasi positif yaitu semakin besar jumlah lemak abdomen semakin besar pula bobot badan tikus. Analisis statistik yang digunakan untuk melihat korelasi jumlah lemak abdomen dengan bobot badan adalah jorelasi Pearson pada = 0.01. Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa pada kelompok tikus hiperlipidemia terdapat korelasi positif yang berbeda nyata pada = 0.01, sedangkan pada kelompok perlakuan ekstrak daun jati belanda dengan berbagai
konsentrasi tidak menunjukkan adanya korelasi. Hal ini dapat dilihat dari kemiringan kurva yang mendekati nol (Gambar 8) Korelasi ini dapat terjadi karena ketika mengkonsumsi makanan berlemak, triasilgliserol makanan akan diubah menjadi monoasilgliserol dan asam lemak bebas yang selanjutnya akan disintesis menjadi triasilgliserol yang akan disimpan di jaringan adiposa. Apabila jumlah lemak abdomen dikorelasikan dengan konsentrasi kolesterol hati yang berasal dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian Rahayu (2007) nilai korelasi konsentrasi kolesterol hati dengan jumlah lemak abdomen untuk kelompok hiperlipidemia bernilai positif yang ditunjukkan dengan nilai r positif dan berbeda nyata pada = 0.01 (Tabel 6). Artinya jumlah lemak abdomen meningkat akan berimbas pada peningkatan kolesterol hati. Nilai koefisien korelasi penentuan kelompok hiperlipidemia sebesar 0,5515. Artinya besarnya pengaruh peningkatan jumlah lemak abdomen terhadap peningkatan koelsterol hati sebesar 55,15%, sedangkan 44,85% nya dipengaruhi oleh faktor lain. Hal ini dapat terjadi karena pada keadaan hiperlipidemia, bahan dasar pembentukan kolesterol dan lemak meningkat sehingga depot penyimpanan lemak di jaringan adiposa dan kolesterol di hati mengalami peningkatan. Shahab (2007) dalam penelitiannya mengatakan bahwa peningkatan jumlah lemak abdomen mempengaruhi peningkatan kolesterol di hati, tetapi tidak berlaku sebaliknya. Nilai korelasi konsentrasi kolesterol hati pada kelompok perlakuan dapat dikategorikan tidak berpengaruh terhadap jumlah lemak abdomen karena nilai koefisien korelasinya tidak berbeda nyata pada = 0.01 (Gambar 9). Tidak adanya korelasi pada kelompok perlakuan kemungkinan disebabkan obat yang diberikan pada kelompok perlakuan ini memiliki cara kerja yang berbeda. Sehingga proses penghambatan pembentukan kolesterol tidak ada hubungannya dengan proses penghambatan penyimpanan lemak dijaringan adiposa. Proses penghambatan pembentukan kolesterol dilakukan dengan menghambat kerja enzim HMG-koA reduktase sedangkan penghambatan penyimpanan lemak di jaringan adiposa dengan cara menghambat kerja enzim lipase pankreas (wahyudiutomo et al 2000).
Apabila jumlah lemak abdomen yang diperloeh dikorelasikan dengan triasilgliserol darah dari penelitian Rahayu (2007) diperoleh nilai korelasi triasilgliserol darah kelompok hiperlipidemia pada penelitian ini tidak berbeda nyata pada = 0.01. Hal ini dapat diartikan bahwa konsentrasi triasilgliserol kelompok ini tidak berpengaruh terhadap jumlah lemak abdomen (Tabel 7). Nilai korelasi triasilgliserol darah kelompok perlakuan pada penelitian ini bernilai negatif dan berbeda nyata pada = 0.01 (Gambar 10). Artinya jumlah lemak abdomen rendah disebabkan konsentrasi triasilgliserol darah tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh triasilgliserol makanan yang ada dalam darah tidak dapat dihidrolisis oleh enzim lipase pankreas untuk diubah menjadi 2monoasilgliserol dan asam lemak bebas. Rahardjo et al (2005) mengatakan ekstrak daun jati belanda dapat menghambat kerja enzim lipase pankreas. Formula yang diberikan pada tikus mengandung ekstrak daun jati belanda, oleh karena itu kemungkinan penyebab korelasi negatif ini karena hal tersebut. Tabel 5 Korelasi antara jumlah lemak abdomen dengan bobot badan Kelompok Koefisien Koefisien korelasi (r) penentuan (r2) bn Hiperlipidemia 0,9039 0,8170 Perlakuan 0,2569tn 0,0660 Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada = 0.01. bn = berbeda nyata pada = 0.01 Tabel 6 Korelasi antara kolesterol hati dengan jumlah lemak abdomen Kelompok Koefisien Koefisien korelasi (r) penentuan (r2) bn Hiperlipidemia 0,7426 0,5515 Perlakuan 0,3830tn 0,1467 Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada = 0.01. bn = berbeda nyata pada = 0.01 karena signifikan>0.01 Tabel 7 Korelasi antara triasilgliserol darah dengan jumlah lemak abdomen Kelompok
Koefisien Koefisien korelasi penentuan (r) (r2) tn Hiperlipidemia 0,017 0,0003 Perlakuan 0,412bn 0,1698 Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada = 0.01. bn = berbeda nyata pada = 0.01
Gambar 8 Korelasi jumlah lemak abdomen dengan bobot badan
Gambar 9 Korelasi antara kolesterol hati dengan lemak abdomen
Gambar 10 Korelasi triasilgliserol darah dengan jumlah lemak abdomen
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Formula ekstrak daun jati belanda tidak dapat menurunkan bobot badan, tetapi ada formula yang dapat menurunkan jumlah lemak abdomen yaitu formula 2 (formula yang mengandung ekstrak daun jati belanda lebih banyak dibanding ramuan ekstrak daun jati belanda lain). Kelompok perlakuan menujukkan tidak adanya korelasi antara jumlah lemak abdomen dengan bobot badan. Saran Perlu dilakukan uji toksisitas terhadap campuran daun jati belanda, daun jambu biji dan temulawak untuk semua dosis dan dilihat pengaruhnya terhadap kerusakan hati. Perlu juga dilakukan pengamatan masa indeks tubuh guna mengetahui hubungan obesitas abdominal dengan bobot badan.
Selain itu perlu juga dilakukan analisis lebih lanjut mengenai mekanisme penurunan lemak abdomen terkait dengan penyakit obesitas abdominal.
Hudayanti M.2004. Aktivitas antibakteri rimpang temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb). [Skripsi]. Bogor: Departemen Kimia FMIPA IPB.
DAFTAR PUSTAKA
Irawan D. 2007. Obesitas tidak hanya disebabkan makanan. http://waspada.co.id /serba_serbi.html [13 Pebruari 2007].
Aan. 2003. Pengaruh waktu, suhu dan nisbah pelarut pada ekstraksi kurkumin dari temulawak dengan pelarut aseton. [skripsi]. Bogor: Jurusan Kimia FMIPA IPB. Alviani. 2007. Khasiat ramuan ekstrak daun jati belanda terhadap peroksida lipid hati tikus hiperlipidemia. [skripsi]. Bogor: Jurusan Biokimia FMIPA IPB. Azwar A.2004. Tubuh sehat ideal dari segala kesehatan. Buku Panduan Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Depok 15 Pebruari 2004. Budhidjaja P. 1988. Pengaruh kurkuminoid dari temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb) terhadap kolesterol total, triasilgliserol, dan HDL-kolesterol darah kelinci dalam keadaan hiperlipidemia. [laporan penelitian]. Bandung: Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD. Dalimrtha S.2000. Atlas umbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidjaya. Gaspersz V.1991. Metode Perancangan Percobaan. Bandung : Armico. Gomes KA. 1995. Prosedur Statistik Untuk penelitian pertanian. Jakarta : UI Pre. Grundy SM. 1991. Multifactorial etiology of hypercholesterolemia: implication for prevention of coronary heart disease. Artheriosclerosis and Thrombosis. 11:1619-1635. Hamilton JA. 1995. Ultrasound velocity measurement to determine lipid content. Food research international 37 : 611-620. Hendri J. 2006. Jati belanda si pelangsing pengusir kaki gajah. http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2 006/032006/09/cakrawala/lain03.htm. [13 Pebruari 2007]
Irawan D. 2007. Perut Buncit Vs Kesehatan. http://waspada.co.id/serba_serbi.html. [8 juli 2007] Kamaluddin MT. 1993. Farmakologi obat anti hiperlipidemia. Cermin Dunia Kedokteran. 85: 26-32. Kaplan LA, Amadeo JP. 1996. Clinical chemistry theory, analysis, and correlation 3th edition. St Louis : Mosby Katzung BG. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika. Lestari K, Muchtadi A. 1997. Uji aktivitas antihiperlipidemia daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) pada tikus. [laporan penelitian]. Bandung ;Universitas Padjajaran. Lestariana W et. al. 2005. Pengaruh pemberian ekstrak air daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) secara kronis terhadap konsentrasi glukosa darah, konsentrasi triasilgliserol, dan kolesterol serum tikus (Rattus norvegicus). Buku Panduan Seminar Nasional XVII dan Kongres X PPBMI. Pekan Baru 30 Nov-1 Des 2005. Meijer J. 1998. Hormone Sensitive Lipase : Structure, function and regulation. [tesis]. Utrech :Department of zoology. Merck.
2005. Tablets Mevacor® (Lovastatin). USA: Merck & Co.
Miradiono. 2002. Efektivitas pengekstrak senyawa flavonoid dari daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.). [Skripsi]. Bogor: Departemen Kimia FMIPA IPB. Monica WS, Farida. 1997. Pengaruh ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap penurunan konsentrasi kolesterol darah kelinci.
In: daun dewa (Gynura procumbers (Lour.) Merr) dan jati belanda (Guazuma ulmifolia lamk.). Buku Panduan Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XII. Bandung 26-27 Juni 1997. Muchtadi D, NS Palupi. 1993. Metabolisme Zat Gizi, Sumber, Fungsi, dan Kebutuhan bagi Manusia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Murray RK et al. 2003. Biokimia Harper. Hartono A, penerjemah; Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari Harper Biochemistry. Noerzihad TQ. 2004. Kecernaan lemak pada tikus putih yang diberi pakan dengan sumber serat berbeda. [skripsi]. Bogor. Jurusan INMT FAPET IPB. Piliang WG dan Djodjosoebagio. 1990. Fisiologi Nutrisi. Vol I. Bogor: PAU IPB. Purwanto A. 2003. Efek gizi tempe terhadap hiperlipidemia pasien rawat jalan di RSUD Prof Dr Margono Soekardjo Purwokerto. [Laporan Penelitian]. Jakarta: Depkes RI. Rachmadani. 2001. Ekstrak air daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) berpotensi menurunkan kadar lipid darah tikus Strain wistar. [skripsi]. Bogor : Jurusan Kimia FMIPA IPB Rahardjo SS, Ngatijan, Suwijoyo P. 2005. Influence of etanol extract of jati belanda leaves (Guazuma ulmifolia Lamk) on lipase enzym activity of Rattus norvegicus serum. http://io.ppijepang.org/article.php?id=90 [13 Pebruari 2007] Rahayu SY. 2007. Khasiat ekstrak ramuan daun jati belanda terhadap konsentrasi .
lipid hati tikus yang hiperlipidemia. [skripsi]. Bogor: Jurusan Biokimia FMIPA IPB. Shahab A 2007. Sindrom metabolik (Subbagian endokrinologi metabolism). http://www.alwia.com/simet.html. [27 September 2007] Sidik, Moelyono, Muhtadi A. 1995. Seri Pustaka Tanaman Obat, Temulawak (Curcuma xanthorriza (Roxb.)) Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam. Jakarta: Phyto Medica. Smith
JB, Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan pembiakan dan pengunaan hewan percobaan di daerah tropis. Jakarta: UI Pre.
Soedibyo M. 1998. Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaannya. Jakarta: Balai Pustaka. Sugati S, Syamsuhidayat, Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Suharmiati, Maryani H. 2003. Khasiat dan Manfaat Jati Belanda si Pelangsing Tubuh dan Peluruh Kolesterol. Depok: Agromedia Pustaka. Tombilangi AK. 2004. Khasiat ekstrak daun jati belanda (Curcuma ulmifolia Lamk.) terhadap kadar lipi peroksida darah kelinci yang hiperlipidemia. [skripsi]. Bogor: Jurusan Kimia FMIPA IPB. Wahyudiotomo et al. 2000. Pengaruh jati belanda terhadap kerja enzim lipase secara invitro. [catatan penelitian]. Warta Tumbuhan Obat Indonesia “The Journal of Indonesia Medicinal Plants” 6:6-8
LAMPIRAN
Lampiran 1 Penelitian
Tikus n=35
Kelompok normal n=5
Kelompok hiperlipidemia n=5
Dilakukan pada penelitian Rahayu 2007
Kelompok pembanding n=5
Kelompok perlakuan I n=5
Proses adaptasi, induksi hiperlipidemia proses pencekokan
Proses analisis lemak tikus
Analisis data statistik
Kelompok perlakuan II n=5
Kelompok perlakuan III n=5
Kelompok perlakuan IV n=5
Lampiran 2 Data bobot tikus dengan konsentrasi lemak abdomen Kelompok Hiperlipidemia No tikus
bobot (g)
16-Oct-06 7 510 11 460 21 490 69 450 77 385 Rataan 459 Stdev 47.7493455
ulangan1 (g) 27.9671 31.0608 27.1236 19.2669 12.9326
jumlah lemak ulangan2 (g) 25.7826 38.1555 29.9165 19.8002 12.9956
rata-rata (g) 26.87485 34.60815 28.52005 19.53355 12.9641 24.50014 8.392228924
% jaringan lemak kasar
jumlah lemak %(b/b)
5.8011 8.5703 6.1552 5.0875 3.9536
5.2696 7.5235 5.8204 4.3408 3.3673 5.26432 1.570407685
% jaringan lemak kasar
jumlah lemak %(b/b)
4.848 5.4896 4.9243 6.3336
4.275 4.2697 4.7621 6.0444 4.8378 0.836878227
Kelompok Lovastatin No tikus
bobot (g)
16-Oct-06 12 460 72 455 76 450 86 545 Rataan 477.5 Stdev 45.1848057
ulangan1 (g) 21.6579 20.2507 22.1595 32.9752
jumlah lemak ulangan2 (g) rata-rata (g) 17.6722 19.66505 18.6039 19.4273 20.7001 21.4298 32.9091 32.94215 23.366075 6.446236831
Kelompok formula 1 No tikus
bobot (g)
16-Oct-06 19 500 27 385 29 470 51 540 73 450 Rataan 469.00 Stdev 51.81
jumlah lemak ulangan1 ulangan2 (g) (g) 17.9648 16.3246 13.3363 11.4738 19.6147 23.9552 28.9387 22.8895 20.5519 21.0024
rata-rata (g) 17.1447 12.40505 21.78495 25.9141 20.77715 19.60519 5.094683904
% jaringan lemak kasar
jumlah lemak %(b/b)
4.0026 3.6115 5.3452 5.4978 5.3133
3.4289 3.2221 4.6351 4.7989 4.6172 4.14044 0.750865453
% jaringan lemak kasar
jumlah lemak %(b/b)
3.8585 5.3118 4.2466 4.3694 3.3726
3.4193 4.539 3.7716 4.1431 3.8533 3.94526 0.420391547
Kelompok formula 2 No tikus
bobot (g)
16-Oct-06 23 520 30 525 34 470 68 475 78 405 Rataan 479.00 Stdev 43.29
jumlah lemak ulangan1 ulangan2 (g) (g) rata-rata (g) 17.2259 18.3347 17.7803 23.9009 23.7588 23.82985 18.9516 16.5016 17.7266 19.9089 19.4505 19.6797 10.3755 9.4365 9.906 17.78449 5.055001779
Kelompok formula 3 No tikus
bobot (g)
16-Oct-06 1 525 3 500 8 400 49 490 57 455 Rataan 474.00 Stdev 43.29
jumlah lemak ulangan1 ulangan2 (g) (g) rata-rata (g) 17.9762 17.6202 17.7982 25.5937 32.2958 28.94475 18.0312 18.8179 18.42455 28.0693 23.8773 25.9733 18.9268 19.3654 19.1461 22.05738 5.064185874
% jaringan lemak kasar
jumlah lemak %(b/b)
3.5046 6.4785 5.1009 6.2041 4.6491
3.3901 5.7889 4.6061 5.3007 4.2079 4.65874 0.93606215
% jaringan lemak kasar
jumlah lemak %(b/b)
4.8067 4.718 4.54 6.1329 4.096
3.7302 3.7876 4.3385 5.8769 3.481 4.24284 0.965627559
Kelompok ekstrak daun jati belanda No tikus
bobot (g)
16-Oct-06 20 410 24 420 43 395 66 480 67 430 Rataan 427.00 Stdev 28.91
jumlah lemak ulangan1 ulangan2 (g) (g) 17.3381 13.2496 12.5596 19.2564 17.3549 16.9198 29.0801 27.338 14.4477 15.4889
rata-rata (g) 15.29385 15.908 17.13735 28.20905 14.9683 18.30331 5.599102581
Kelompok Normal bobot (g) No tikus 16-Oct-06 N2 255 N3 250 N4 260 N7 305 Rataan 267.5 Stdev 25.3311403
Contoh perhitungan : jaringan lemak kasar (%b/b)
Jumlah lemak (% b/b)
jumlah lemak ulangan1 ulangan2 (g) (g) 0.983 0.9079 4.2349 3.3531 3.606 3.1609 2.6202 2.5301
% jaringan lemak kasar rata-rata (g) 0.94545 3.794 3.38345 2.57515 2.6745125 1.259017431
= Bobot jaringan lemak x 100% Bobot badan = 1,3044 x 100% 255 = 0,5115%(b/b) = Jumlah lemak rata-rata x % jaringan lemak kasar Bobot jaringan lemak = 0,94545 gram x 0,5115% 1.3044 gram
= 0.3707%(b/b
0.5115 1.6952 1.8074 1.3573
jumlah lemak %(b/b) 0.3707 1.5176 1.4772 0.7438 1.027325 0.488441375
Lampiran 3 Analisis statistika Analisis statistika bobot badan tikus
Analisis statistika jumlah lemak abdomen tikus.
Contoh perhitungan korelasi kolesterol hati terhadap jumlah lemak abdomen Kelompok hiperlipidemia Diketahui : ΣX2 = 0,07478 ΣX = 0,859 ΣY2 = 249,3237 ΣY = 49,7819 ΣXY = 4,0536 n = 13 r hitung = . n ΣXY – ΣXΣY . (√n ΣX2 – (ΣX)2) (√n ΣY2 – (ΣY) 2) = 0,7426 Kelompok perlakuan Diketahui : ΣX2 = 0,1475 ΣX = 1,6638 ΣY2 = 372,2637 ΣY = 84,9361 ΣXY = 6,9417 n = 20 r hitung = . n ΣXY – ΣXΣY . (√n ΣX2 – (ΣX)2) (√n ΣY2 – (ΣY) 2) = -0,3830