Ketua MK Akil Mochtar Gadaikan Keadilan Demi Menumpuk Harta Oleh Maria TS Sabtu, 05 Oktober 2013 12:14
Sepertinya tidak ada kata yang pas untuk menggambarkan kelakukan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar, selain ungkapan betapa serakah dan tamaknya dia, sudah mendapat fasilitas mewah dan gaji besar, masih mencari tambahan dengan menggadaikan perkara yang ditangani kepada pencari keadilan.
Tindakan tidak terpuji Akil Mochtar yang melakukan pembusukan hukum akhirnya terbongkar juga. Entah sudah berapa banyak dia melakukan perbuatan itu, tidak ada yang tahu. Yang pasti pada Rabu malam sekitar pukul 21.30 WIB, 2 Oktober 2013, dalam operasi tangkap tangan (OTT) penyidik KPK berhasil meringkus ketua MK tersebut di rumahnya, komplek menteri, Jalan Widya Candra III No 7, Jakarta Selatan.
Seperti disampaikan Ketua KPK Abraham Samad proses tangkap tangan Akil berawal dari penyelidikan KPK yang dilakukan sekitar awal September 2013. Dalam proses penyelidikan tersebut, KPK menerima informasi dari masyarakat mengenai rencana penyerahan uang kepada Akil di tempat tinggalnya. Semula uang akan diserahkan oleh pihak-pihak yang berperkara dalam sengketa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Belakangan terjadi perubahan, yang menyerahkan uang adalah anggota DPR.
Menindaklanjuti informasi tersebut, kata Abraham, tim penyelidik KPK terus melakukan pemantauan di kediaman Akil. Sehingga berhasil menangkap tangan Akil yang sedang menerima uang suap. Pada malam itu, terangnya, tampak Toyota Fortuner menyambangi rumah Akil. Mobil ini diketahui dikemudikan oleh suami dari anggota DPR asal Fraksi Partai Golkar Chairun Nisa.
Ketika tiba di rumah Akil, kata Abraham, Chairun Nisa tampak didampingi seorang pengusaha Palangkaraya bernama Cornelis Nalau. Kemudian mereka berdua masuk ke ruang tamu. Tidak berselang selang lama, ketika ketiga tengah duduk dan berbincang, tim penyidik KPK langsung menyusul masuk dan melakukan penangkapan terhadap Akil, Chairun Nisa, dan Cornelis. Bersamaan dengan penangkapan itu, KPK menyita uang sekitar Rp 3 miliar yang terdiri dari 284.050 dollar Singapura dan 22.000 dollar AS.
1/6
Ketua MK Akil Mochtar Gadaikan Keadilan Demi Menumpuk Harta Oleh Maria TS Sabtu, 05 Oktober 2013 12:14
Tak lama kemudian, KPK menangkap Bupati Gunung Mas Hambit Bintih serta orang dekatnya bernama Dhani di sebuah hotel di kawasan Jakarta Pusat. Penangkapan tidak hanya dilakukan di dua lokasi tersebut. Masih di malam yang sama, penyidik KPK juga menangkap seorang pengusaha bernama Tubagus Chaery Wardana alias Wawan di kediamannya di Jalan Denpasar IV No 35, Menteng, Jakarta Pusat. Dia adalah adik Gubernur Banten Ratu Atut dan juga suami dari Wali Kota Tangerang Airin Rachmi Diany.
Diduga, Chaery terlibat serah terima uang dengan Akil terkait sengketa pemilihan kepala daerah di Lebak. Terkait dengan penangkapan Chaery, penyidik KPK juga meringkus seorang advokat bernama Susi Tur Andayani, di kawasan Lebak, Banten.
Susi yang sudah lama kenal Akil, kata Abraham, diketahui menerima uang dari Tubagus Chaery alias Wawan melalui seseorang berinisial F di Hotel Aston, Jakarta. Uang sekitar Rp 1 miliar tersebut dimasukkan ke dalam tas warna biru dan disimpan Susi di kediaman orangtuanya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. “Uang tersebut akan diserahkan kepada Akil.”
Kemudian, Susi bergerak menuju kawasan Lebak. Di sana, tim penyidik KPK menangkap advokat itu. Lalu, penyidik menuju rumah orangtua Susi untuk mengamankan uang Rp 1 miliar yang disimpan dalam tas biru.
KPK pun melakukan pemeriksaan intensif terhadap mereka yang tertangkap tangan. Setelah melakukan pemeriksaan, KPK menetapkan status tersangka dan menahan enam orang, yakni Akil, Chairun Nisa, Cornelis, Hambit, Tubagus, dan Susi.
Akil Membantah
Kabar Akil yang diringkus KPK mendapat tanggapan dari berbagai puhak, diantaranya Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie. Dia mengaku tak habis pikir dengan sikap yang ditunjukkan Akil, sudah jelas ditangkap tangan masih terus membantah menerima suap. Apalagi, dia juga menampar wartawan saat diajukan pertanyaan. Marzuki meminta agar KPK menjatuhkan hukuman lebih berat bagi Akil. Hukuman lebih berat, sebut Marzuki, pantas didapat Akil karena dia adalah aparat penegak hukum.
2/6
Ketua MK Akil Mochtar Gadaikan Keadilan Demi Menumpuk Harta Oleh Maria TS Sabtu, 05 Oktober 2013 12:14
Seorang wartawan bernama Okta mendapat tamparan dari Akil ketika wartawan itu bertanya soal wacana potong jari untuk para koruptor. Bukannya memberikan jawaban, Akil malah menampar si penanya. “Dulu Bapak pernah bilang, koruptor harus hukum potong jari biar jera. Nah, kalau Bapak terbukti korupsi, siap potong jari?" tanya Okta kepada Akil.
Mendengar pertanyaan itu, menurutnya, Akil tampak terkejut. Akil terlihat melotot kemudian melayangkan tangannya ke wajah Okta. “Dia melotot, terus tangannya melayang,” tutur Okta.
Namun, tamparan Akil ini tidak dirasa sakit. Okta mengaku tidak merasa perih di pipinya karena ditampar Akil. Dia mengaku hanya terkejut. "Enggak sakit, lebih ke kaget. Karena dia melotot, saya pikir tamparannya akan keras," ucapnya.
Untuk diketahui, hukuman potong jari untuk koruptor ini pernah diusulkan Akil sebagai tanggapan atas maraknya kasus korupsi di Indonesia. Ketika itu, Akil menilai bahwa koruptor perlu diberi hukuman kombinasi antara pemiskinan dan pemotongan salah satu jari tangan. Ia beranggapan, penjara dan pembayaran denda tak ampuh memberikan efek jera kepada koruptor.
Simpan narkoba
Tidak hanya uang sebesar Rp 500 juta yang didapati tim penyidik KPK ketika menggeledah ruang kerja Akil di MK, tetapi juga menemukan 4 linting ganja (satu bekas dihisap), 2 butir ekstasi, dan obat kuat yang disimpan di laci meja kerja.
Mengetahui ada narkoba di ruangan Akil, mantan Ketua MK Mahfud MD mengaku terkejut."Saya baru tahu sekarang soal itu (ganja)," kata Mahfud, saat dijumpai di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Jumat (4/10/2013).
Menurut Mahfud, Akil tak dapat mengelak bila informasi mengenai penemuan narkoba di ruang kerjanya benar-benar terjadi. "Saya pasti terkejut, tapi biasanya satu kejahatan berhubungan
3/6
Ketua MK Akil Mochtar Gadaikan Keadilan Demi Menumpuk Harta Oleh Maria TS Sabtu, 05 Oktober 2013 12:14
dengan narkoba, itu semakin meyakinkan kejahatannya terjadi," katanya.
Terkait penemuan narkoba, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, mengatakan bahwa kasus narkotika yang ditemukan di ruang kerja ketua MK kini sudah ditangani Badan Narkotika Nasional (BNN). "Untuk masalah narkoba AM, penanganannya diserahkan pada BNN," ujar Rikwanto dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat 4 Oktober 2013.
Dia menjelaskan bahwa penanganan kasus penemuan narkotika oleh BNN merupakan hasil rapat Mahkamah Konstitusi yang baru digelar.
Rikwanto sebelumnya menyatakan siap untuk menindaklanjuti penemuan narkotika itu jika memang kasusnya dilimpahkan kepada kepolisian.
Sampai mancanegara
Kabar penangkapan Akil juga mendapat perhatian dari media massa di luar negeri, seperti The New York Times, Reuters, Aljazeera, The Straits Times, dan The Australian hingga BBC.
New York Times misalnya, memberitakan kronologi penangkapan Akil Mochtar, 53 tahun, Hakim Mahkamah Konstitusi yang menjabat sejak April 2013. Ia ditangkap sekitar pukul 10 malam, hari Rabu silam, di rumahnya yang berlokasi di komplek perumahan dinas, Jakarta Selatan.
"Ketika kami tangkap, dia (Akil) tengah bersama seorang wanita dan pria - Chairun Nisa, anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar dan seorang pengusaha lokal tak dikenal. Mereka langsung dibawa ke tahanan KPK bersama Mr Akil," ujar Johan Budi, juru bicara KPK, dikutip New York Times, 3 Oktober 2013.
Sementara itu, Aljazeera dan Reuters bersama-sama membeberkan jumlah uang yang diduga
4/6
Ketua MK Akil Mochtar Gadaikan Keadilan Demi Menumpuk Harta Oleh Maria TS Sabtu, 05 Oktober 2013 12:14
sebagai suap kasus Pilkada Gunung Mas Kalimantan Tengah dan Pilkada Lebak, Banten. Juga mengutip Johan Budi, dikatakan KPK berhasil menangkap tangan Akil Mochtar dengan uang senilai US$260.200, atau setara Rp2-3 miliar.
"Korupsi yang kronis menjadi hambatan besar investasi di Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, dan telah mencoreng nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di tahun terakhir dia menjabat," tulis Reuters,yang dikutip Aljazeera, 3 Oktober 2013.
Beberapa media asing pun menyuarakan berita yang kurang lebih sama. Bahkan, BBC, media terbesar di Inggris, menambah bumbu-bumbu berupa kasus kakap korupsi oleh pejabat negara lain, Djoko Susilo.
"Bulan lalu, KPK juga menyeret seorang jenderal polisi dalam kasus korupsi dan pencucian uang. Djoko Susilo telah dijatuhi hukuman selama 10 tahun di penjara dan denda," papar BBC,3 Oktober 2013.
Sederet nama media asing ternama lain yang turut meramaikan kasus dugaan suap Akil Mochtar adalah The Straits Times, media terpopuler di Singapura dan The Australian, surat kabar besar di daratan Australia.
Ancaman Kematian
Di mata orang-orang yang sedang mencari keadilan, reputasi Akil sebagai hakim MK tidaklah begitu baik. Menurut kesaksian pengacara Firnandes Maurisya SH yang pernah berperkara di MK dan sidangnya dipimpin Akil, dia mengaku tidak puas atas sikap yang ditunjukkan Akil.
Ketika menjadi kuasa hukum tim pemenangan Irihadi-Wasik Salik, calon kepala daerah Kabupaten Bengkulu Tengah tahun 2012 mengatakan, Akil kerap menakuti saksi dalam setiap persidangan dengan ancaman kematian bila berbohong.
5/6
Ketua MK Akil Mochtar Gadaikan Keadilan Demi Menumpuk Harta Oleh Maria TS Sabtu, 05 Oktober 2013 12:14
"'Kamu jangan berbohong ya kalau bersaksi, kalau kamu bersaksi bohong, mendadak malaikat lewat dan mencabut nyawa kamu, lalu mati, kamu berdosa kan'," ujar Firnandes Maurisya menirukan ucapan Akil Mochtar saat itu.
Firnandes melanjutkan, ketika itu pihaknya menjadi kuasa hukum pasangan Irihadi dan Wasik Salik dalam Pilkada Bengkulu Tengah yang diusung Partai Persatuan Pembangunan (PPP) melawan pasangan Ferry Ramli dan Buyung Sabri yang diusung Golkar.
Ia juga menjelaskan ketidakberimbangan Akil dalam memimpin sidang sangat kental terasa. Sebanyak 30 saksi yang dibawa untuk bersaksi di Mahkamah Konstitusi selalu dipotong kesaksiannya oleh Akil. Bahkan, kata Firnandes, tidak jarang ketika saksi sedang bersaksi, Akil memotongnya, lalu memarahi saksi dengan kata-kata pembohong. "'Kamu itu pembohong dalam bersaksi sudah tidak usah diteruskan'," tiru Firnandes.
Akibat tidak selesainya saksi bersaksi, bangunan hukum yang harusnya dinilai oleh majelis hakim lain menjadi berpengaruh dalam menentukan keputusan.
"Majelis hakim lain tidak bisa menilai fakta, bukti, dan saksi hukum secara imbang karena saksi dari penggugat tidak pernah didengarkan secara utuh," terang alumni Fakultas Hukum Universitas Bengkulu ini.
Dalam perkara itu majelis ketua yang dipimpin oleh Akil Mochtar memenangkan pasangan Ferry Ramli dan Muhammad Sabri yang diusung Partai Golkar. Di Provinsi Bengkulu, Akil Mochtar pernah menangani beberapa perkara sengketa pilkada antara lain, Pilkada Bengkulu Selatan, Bengkulu Tengah, pemilihan gubernur, Kabupaten Kaur, dan Bengkulu Utara.
6/6