KETAHANAN PANGAN DAN STATUS GIZI KELUARGA PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO ETTI SUDARYATI JUANITA NURMAINI
PENDAHULUAN KONSUMSI ROKOK MENINGKAT • 182 MILYAR BATANG (2001) • 260,8 MILYAR BATANG (2009)
PROPORSI >15TH HASIL RISKESDAS • 34,7 % (2010) • 36,3% (2013)
PEROKOK SUMATERA UTARA • 35,7% (2008) • 40,6 % DI KAB KARO
PENINGKATAN KONSUMSI ROKOK
PENINGKATAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA
MEMENGARUHI PENGELUARAN PANGAN
PERMASALAHAN DALAM RUMAH TANGGA PEROKOK
PENGELUARAN PANGAN KETERSEDIAAN PANGAN KONSUMSI PANGAN STATUS GIZI
Tujuan Penelitian Menganalisis ketersediaan pangan dan
hubungannya dengan konsumsi energi protein, dan status gizi keluarga perokok. Menganalis hubungan konsumsi energi dan protein dengan status gizi keluarga perokok. Menganalisis hubungan pengeluaran rokok dengan ketersediaan pangan, konsumsi energi protein dan status gizi keluarga perokok.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN LOKASI PENELITIAN : KECAMATAN BERASTAGI KAB KARO
JENIS PENELITIAN : cross-sectional SAMPEL : 120 KELUARGA
PENGUMPULAN DATA
Ketahanan pangan keluarga Ketersediaan Konsumsi energi pangan (measuring dan protein (food household food list recall) security)
Status gizi
Pengeluaran rokok
• berat badan • tinggi badan • umur • kuesioner • Belanja rokok per bulan
Hasil dan Pembahasan Gambaran Merokok Jumlah batang rokok yang dihisap per hari adalah 14,23 batang dengan range 1-48 batang.
Anggota keluarga yang merokok lebih banyak pada kepala keluarga dengan umur pertama kali merokok rata-rata 17 tahun
Gambaran Merokok
Keluarga Karo
Rokok
Tembakau
Merokok
Acara Adat
Budaya
Pengeluaran Rokok
Pengeluaran Pangan
Rata-rata sekitar Rp. 15.610,83 dengan porsi terbanyak mengeluarkan belanja rokok Rp. 52.800,00 per hari per orang.
Rata-rata Rp. 897.208,00 atau 51,4% dari total pendapatan.
Pengeluaran rokok per bulan rata-rata adalah sebesar Rp. 465.717,00 atau 26,7% dari total pendapatan keluarga.
Persentase pegeluaran rokok dan pangan adalah : 78,1% dari total pengeluaran
Ketersediaan Pangan Rawan kelaparan tk. Ringan
Terjamin 41 (34%)
79 (66%)
42 (35%) Tingkat Konsumsi Energi 32 (27%)31 (26%) 15 (12%)
Tingkat konsumsi protein 48 (40%) 31 (26%)
Defisit (<70% AKG)
Kurang (70% 80% AKG)
22 (18%) 19 (16%)
Sedang (80% 99% AKG)
Baik (≥ 100% AKG)
Status gizi keluarga perokok tidak normal 28%
normal 72%
Ketersediaan pangan dan status gizi (p<0,001) N=120 67
12
Terjamin - SG tdk normal RLR - SG normal
20
RLR - SG tdk normal
21
0 Ket: SG = status gizi
20
40
60
RLR = rawan kelaparan tk ringan
80
Konsumsi energi dan status gizi (p=0,001 N=120)
64
TD - SG normal
14
TD - SG tdk normal
23
Defisit - SG normal
19
Defisit - SG tdk normal 0
10
20
30
Ket: TD = tidak defisit SG = status gizi
40
50
60
70
Konsumsi protein dan status gizi (p=0,005 N=120) 59
TD - SG normal
TD - SG tdk normal
13 28
Defisit - SG normal Defisit - SG tdk normal
20
Ket: TD = tidak defisit SG = status gizi
Ketersediaan pangan dan konsumsi energi (p<0,001 N=120) 64
Terjamin -TD Terjamin - Defisit
15
RLR - TD
14
RLR - Defisit
27
Ket: TD = tidak defisit RLR = rawan kelaparan tk ringan
Ketersediaan pangan dan konsumsi protein (p<0,001 N=120) 62
Terjamin -TD 17
Terjamin - Defisit RLR - TD RLR - Defisit
10 31
Ket: TD = tidak defisit RLR = rawan kelaparan tk ringan
Belanja rokok dan ketersediaan pangan (p=0,017 N=120)
BR < Rp. 396.000-Terjamin
15
BR < Rp. 396.000- RLR
16 64
BR ≥ Rp. 396.000- RLR
25
Ket: BR = belanja rokok RLR = rawan kelaparan tk ringan
Belanja rokok dan konsumsi energi (p=0,347 N=120) 18
BR < Rp. 396.000-TD
BR < Rp. 396.000- Defisit
13
60
BR ≥ Rp. 396.000 - TD
BR ≥ Rp. 396.000- Defisit
Ket: BR = belanja rokok TD = tidak defisit
29
Belanja rokok dan konsumsi protein (p=0,017 N=120) BR < Rp. 396.000-TD BR < Rp. 396.000- Defisit
13 18
59
BR ≥ Rp. 396.000 - TD BR ≥ Rp. 396.000- Defisit
Ket: BR = belanja rokok TD = tidak defisit
30
Belanja rokok dan status gizi (p=1,0 N=120)
13
BR < Rp. 396.000- SG Tdk Normal BR < Rp. 396.000- SG Normal
9
65 BR ≥ Rp. 396.000- SG Normal
Ket: BR = belanja rokok SG = status gizi
24
Kesimpulan Ketersediaan pangan yang semakin terjamin
memberikan kecenderungan peluang status gizi keluarga menjadi normal, demikian juga dengan konsumsi energi dan protein yang mencukupi menekan terjadinya masalah gizi pada keluarga perokok.
kesimpulan Ketersediaan pangan yang
terjamin dalam keluarga perokok lebih cenderung akan meningkatkan konsumsi energi dan protein.
kesimpulan Belanja rokok tidak
berhubungan dengan konsumsi energi dan status gizi dalam keluarga perokok.
kesimpulan Kecenderungan belanja
rokok yang lebih besar tidak memberikan peluang untuk defisit konsumsi protein dalam keluarga perokok.
Terima kasih