BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Performa dan keterampilan atlet merupakan dua faktor penentu kemenangan pada olahraga sepakbola. Konsumsi karbohidrat dan menjaga status hidrasi selama pertandingan dapat meminimalkan tingkat kelelahan, dehidrasi, serta dapat menjaga performa atlet. Hasil penelitian Immawati (2011) konsumsi sport drink berpengaruh terhadap hasil tes sprint 60 meter (p=0,000), dribel 4 meter (p=0,000), lompatan (p=0,000) dan Harvard step test (p=0,003). Persentase pengaruh sport drink terbesar terdapat pada tes sprint 60 meter sebesar 94,2%, tes dribel 4 meter sebesar 76,4%, tes lompatan sebesar 70,4% dan Harvard step test sebesar 56,5%. Dari informasi tersebut dapat disimpulkan bahwa para pemain olahraga khususnya sepakbola mengalami kelelahan yang menguras banyak energi dan tidak jarang mengalami dehidrasi karena berkurangnya cairan dalam tubuh, baik saat latihan maupun setelah bertanding. Mengingat bahwa kebutuhan cairan rata-rata per-hari secara normal disebut terpenuhi dengan cukup setelah mengonsumsi cairan sebanyak 8 10 gelas per hari. Perlu diingat bahwa aktivitas fisik pemain sepakbola yang tinggi menyebabkan tingkat kebutuhan cairannya juga tinggi. Penjelasan mengenai hal tersebut juga dinyatakan oleh Irawan (2007) yang menyatakan bahwa, selain memenuhi kebutuhan energi, atlet sepakbola juga diharuskan untuk memperhatikan ketersediaan cairan di dalam tubuh agar dapat terhindar dari dehidrasi terutama saat berlangsungnya latihan/pertandingan. Dehidrasi yang disebabkan oleh berkurangnya cairan dari dalam tubuh akibat
1
dari keluarnya keringat juga merupakan faktor yang menjadi penyebab menurunnya performa atlet. Saat berolahraga, berkurangnya cairan tubuh keluar melalui keringat dan uap air dalam proses pernafasan walaupun hanya sebesar 2-3% namun dapat menyebabkan terjadinya penurunan performa hingga 10%. Proses Hipotalamus mempengaruhi
pengeluaran dapat kerja
keringat
menghasilkan dari
kelenjar
diatur enzim
oleh
hipotalamus
bradikinin
keringat.
yang
Hipotalamus
(otak). bekerja
mendapat
rangsangan jika terdapat perubahan suhu pada pembuluh darah, kemudian rangsangan tersebut akan diteruskan oleh saraf simpatik ke kelenjar keringat. Kelenjar keringat akan menyerap air garam dan sedikit urea dari kapiler darah yang kemudian keluar ke permukaan kulit dalam bentuk keringat (Guyton, 2007). Efek utama dari kekurangan garam adalah kondisi dehidrasi ekstraselular sebagai konsekuensi hilangnya tekanan osmotik dalam cairan ekstraselular. Hilangnya sodium dan klorin secara abnormal dapat terjadi melalui proses ekskresi alimentary, keringat atau urine (Addison’s disease) (Heitz, 2005). Keringat yang hilang selama beraktivitas bervariasi antara 0,4 – 2,6 liter per jam tergantung individu dan jenis aktivitasnya. Hal ini menyebabkan tubuh kehilangan mineral-mineral seperti natrium, potasium, magnesium, iron dan zinc. Natrium berfungsi untuk mengatur pH darah, keseimbangan cairan dan tekanan osmosis sehinga tidak terjadi krenasi sel akibat perbedaan tekanan. Potassium berfungsi untuk pengatur pH, keseimbangan cairan dan tekanan osmosis pada cairan intraselular. Magnesium berfungsi dalam relaksasi otot (Irawan, 2007). Natrium sebagai kation utama di dalam cairan ekstraselular dan paling berperan dalam
2
mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium sendiri di dalam tubuh adalah sebanyak 58,5 mEq/kgBB. Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskular dan interstitial baik ke dalam maupun ke luar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium sedangkan pemasukannya terbatas maka akan terjadi keadaan dehidrasi serta terjadi kekurangan natrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma akan diganti dengan air dan natrium dari carian interstitial. Kehilangan cairan yang terus berlangsung mengakibatkan air ditarik dari dalam sel dan volume plasma tidak dapat dipertahankan maka, terjadilah kegagalan sirkulasi sehingga, tidak hanya mengonsumsi cairan pada masa istirahat, atlet sepakbola juga harus memperhatikan konsumsi cairannya pada saat sebelum, saat sedang latihan/pertandingan berlangsung maupun setelah selesainya latihan/pertandingan. Cairan isotonik dapat membantu menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang. Cairan isotonik dapat dengan cepat meresap ke dalam tubuh karena memiliki osmolaritas yang baik dan terdiri dari elektrolit – elektrolit yang berfungsi membantu menggantikan cairan tubuh. Komposisi elektrolit yang mirip dengan cairan tubuh memudahkan penyerapan, dan segera menggantikan air dan elektrolit yang hilang dari dalam tubuh setelah melakukan aktivitas fisik (Atmaja, 2009). Minuman isotonik merupakan minuman yang dirancang memiliki tekanan osmotik yang sama dengan tekanan darah manusia, sehingga mudah diserap oleh tubuh setelah dikonsumsi (Yulianto, 2003). Menurut Gonzales-Alonso et al., (1992), minuman yang mengandung elektrolit (CE) memiliki efek rehidrasi yang lebih baik dari minuman berkafein (DC) dan air (W).
3
Minuman mengandung
isotonik
karbohidrat
didefinisikan
juga
(monosakarida,
sebagai
disakarida
minuman dan
yang
terkadang
maltodekstrin) dengan konsentrasi 6-9% (berat/volume) dan mengandung sejumlah kecil mineral (elektrolit), seperti natrium, kalium, klorida, posfat serta perisa buah /fruit flavors (Murray dan Stofan, 2001). Karbohidrat dalam sports drinks bertujuan untuk mempercepat absorpsi air dan menyediakan sumber energi tambahan (Coggan and Coyle, 1987 dalam Bean, 2009). Terikatnya Na+ akan meningkatkan afinitas terhadap glukosa. Glukosa yang masuk ke dalam sel di seluruh tubuh digunakan untuk respirasi sel. Respirasi sel merupakan
proses
metabolisme
yang
menghasilkan
ATP
untuk
mempertahankan tubuh (Mardiana et al., 2012). Komponen utama dari minuman isotonik ini adalah air sebagai pengganti cairan tubuh, karbohidrat sebagai penyuplai energi “siap saji” dan mineral sebagai pengganti elektrolit tubuh yang hilang. Tambahan pula, kehadiran flavor sangat penting dalam menstimulus konsumen untuk mengonsumsi minuman isotonik. Air
kelapa
kemasan
merupakan
salah
satu
minuman
yang
mengandung elektrolit alami, antara lain kalsium (6,6 mM/L), kalium (77,3 mM/L), natrium (2,2 mM/L), dan gula yang dapat digunakan untuk mengatasi dehidrasi pada atlet. Kandungan total gula, protein, dan elektrolit serta volume air kelapa kemasan bervariasi sesuai umur buah kelapa, dan parameter tersebut maksimum terdapat pada usia 7-9 bulan (Jackson dan Gordon, 2004). Susunan zat gizi yang ada pada air kelapa kemasan sangat mendekati komposisi cairan isotonik, yaitu cairan yang sangat sesuai dengan cairan tubuh.
Hal tersebut menyebabkan cairan isotonik saat ini banyak
4
diperjualbelikan sebagai salah satu jenis minuman bagi para olahragawan (sports drinks) (Astawan, 2007). Saat ini sudah banyak produk minuman suplemen (berelektrolit) yang dipasarkan di masyarakat, biasanya minuman tersebut mengandung natrium, kalium, dan glukosa (Lieberman dan Nancy, 1990). Salah satunya adalah HYDRO COCO. Produk HYDRO COCO ini memiliki kelebihan dan keunikan yang tidak dimiliki oleh produk-produk minuman isotonik lainnya yaitu HYDRO COCO merupakan satu-satunya minuman isotonik yang terbuat dari kelapa asli, yang berfungsi salah satunya sebagai ion alami tanpa bahan pengawet, pemanis buatan dan pewarna sintetis (Wijaya, 2013). Dan pada penelitian ini air kelapa kemasan yang digunakan sebagai kontrol adalah HYDRO COCO. Selain air kelapa kemasan terdapat tanaman lain yang kandungan dan sifatnya mirip dengan kelapa yaitu tanaman lontar atau siwalan. Lontar (Borassus flabellifer Linn.) termasuk tumbuhan Gymnospermae, berbiji tunggal
(monocotiledoneae)
dari
ordo
Arecales,
keluarga
Palmae
(Arecaceae), dan genus Borassus (Tambunan, 2010). Daerah penyebaran tumbuhan lontar adalah yang paling luas dari kelompok Palma, mulai dari Arab Saudi sampai Irian, atau ¼ garis keliling bumi, dengan lebar wilayah 11°LS (pulau Rote, Indonesia) sampai India pada 30°LU. Di Indonesia, lontar dijumpai pada wilayah pantai di daerah yang beriklim kering, misalnya di Jawa Tengah (Brebes, Pekalongan, dan Semarang), Jawa Timur (Tuban, Gresik, dan Lamongan), Madura, Bali (Karangasem dan Buleleng), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Maluku bagian Tenggara. Dari seluruh daerah penyebaran lontar, jumlah atau
5
populasi lontar yang terbanyak dijumpai adalah di Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan (Tambunan, 2010). Berbeda dengan deresan dari pohon bunga kelapa (manggar) yang mengeluarkan nira lebih banyak pada musim penghujan, deresan bunga siwalan mengeluarkan nira siwalan yang banyak pada musim kemarau. Nira pada musim kemarau bisa mencapai 1 liter untuk tiap tangkai bunga dan hanya ¼ sampai ½ liter pada musim penghujan. Penelitian tentang minuman isotonik berbahan baku nira siwalan belum banyak dilakukan atau bahkan belum ada yang melakukan di Indonesia selama ini yang telah dilakukan hanya sebatas pemanfaatan nira siwalan untuk produk minuman (legen) (Nuraini dan Rosidi, 1989). Selama ini nira tanaman lontar digunakan oleh masyarakat sebagai bahan baku dalam pembuatan gula merah dan sebagai bahan minuman segar (tuak/ballo) seperti halnya nira dari tanaman aren. Disamping sebagai bahan baku pembuatan gula merah dan minuman segar, nira lontar juga dapat diolah menjadi produk nata karena memiliki sifat-sifat yang hampir sama dengan nira aren (Lempang ,2005). Menurut Shukla dan Misra (2002), siwalan (Borassus flabellifer L.), diambil airnya yang kemudian dapat dikonsumsi sebagai minuman atau difermentasikan menjadi minuman palem (tari-tari) atau dibuat jadi sirup sedangkan biji yang muda dan buah yang matang dapat dimakan. Selain itu siwalan mengandung karbohidrat, gula reduksidan elektrolit yang dapat digunakan untuk memperbaiki hidrasi bagi tubuh. Dari informasi tersebut kemungkinan besar air siwalan dapat menjadi alternatif cairan isotonik untuk mencegah dehidrasi serta sebagai minuman yang dapat merehidrasi tubuh maka, penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan efektivitas air kelapa
6
kemasan dan kandungan elektrolit dari air nira siwalan kemasan bagi para pemain sepakbola dengan menggunakan pendekatan profil urine. Pada akhirnya penelitian ini mengambil judul: Perbedaan Efektivitas Pemberian Asupan Air kelapa kemasan dan Air Nira Siwalan Kemasan terhadap Rehidrasi dengan Pendekatan Profil Urine.
B. Perumusan Masalah Apakah
ada perbedaan efektivitas pemberian air kelapa kemasan
dengan air nira siwalan kemasan terhadap proses rehidrasi yang ditunjukkan dengan volume, warna, dan berat jenis urine pada subjek?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui adanya perbedaan efektivitas pengaruh pemberian antara konsumsi air kelapa kemasan dengan air siwalan terhadap rehidrasi dengan uji profil urine (volume, berat jenis, dan warna urine) pada subjek.
7
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa kemasan terhadap rehidrasi dengan pendekatan profil urine (volume, berat jenis, dan warna urine). b. Untuk mengetahui pengaruh pemberian air nira siwalan kemasan terhadap rehidrasi dengan pendekatan profil urine (volume, berat jenis, dan warna urine).
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah Penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan mengenai perbedaan efektivitas pemberian air kelapa kemasan dan air nira siwalan kemasan sebagai cairan elektrolit terhadap rehidrasi pada subjek. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam meminimalkan terjadinya dehidrasi olahragawan khususnya pada pemain sepakbola.
8
b. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah ilmu dan sebagai bentuk pengaplikasian ilmu kepada masyarakat dan dapat menjadi inspirasi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut. c. Bagi atlet Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk menggunakan air siwalan sebagai alternatif cairan isotonik yang dapat mengembalikan
cairan
tubuh
yang
hilang
saat
latihan
dan
pertandingan. d. Bagi sektor pangan Penelitian ini dapat menambah ilmu baru bahwa air siwalan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pengganti cairan yang hilang/minuman isotonik sehingga dapat dikembangkan di banyak daerah di Indonesia dalam hal pertanian. e. Bagi Industri Penelitian
ini
dapat
menggugah
sektor
industri
untuk
mengembangkan minuman isotonik dengan bahan dasar air siwalan.
E. Keaslian Penelitian Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah : 1. Penggalih
(2011) meneliti tentang “Pengembangan Produk Minuman
Isotonis Alami Berbasis Ekstrak Tepung Pisang Kepok Kuning (Musa
9
Paradisiaca Formal Typical) dan Pengaruhnya terhadap Rehidrasi”. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan positif dan bermakana antara minuman isotonis berbasis ekstrak tepung pisang kepok kuning (Musa Paradisiaca Formal Typical) dan pengaruhnya terahadap rehidrasi. Variabel dalam penelitian ini adalah rehidrasi tubuh dengan indikator heart rate,tekanan darah, kadar hematokrit, kadar HB, volume darah, volume urine, berat badan sebagai variabel terikat dan minuman isotonis berbasis pisang kepok kuning / Banana Isotonik Drink (BID) dan Air kelapa kemasan / Plain Water (PW) sebagai variabel bebas. 2. Immawati (2011) Pengaruh Pemberian Sport drink terhadap Performa dan Tes Keterampilan pada Atlet Sepak Bola Usia 15-18 Tahun. Variabel bebas pada penelitian ini adalah sport drink yang merupakan produk minuman dengan merek “X” mengandung 5 % karbohidrat, 125 mg natrium, 67 mg kalium, dan 98 mg klorida dalam 250 mL. Variabel terikat pada penelitian ini adalah performa dan tes keterampilan sepak bola. Hasil penelitian yaitu pemberian sport drink mempengaruhi performa dan tes keterampilan pada atlet sepak bola usia 15-18 tahun. 3. Pada penelitian Bahri, (2012) dengan judul “ penanganan rehidrasi setelah olahraga dengan air kelapa kemasan (Cocos Nucifera l.), air kelapa kemasan ditambah gula putih, minuman suplemen, dan air putih“ memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan metode cross over design dengan masa washout selama satu minggu. Subjek pada penelitian ini adalah atlet yang kemudian dilakukan pengkondisian status hidrasi dengan berlari pada 75% VO2maks selama 1 jam sehingga
10
mengalami dehidrasi. Variabel terikat pada penelitian ini adalah perubahan berat badan, kadar hematokrit, kadar glukosa darah dan volume urine. Air kelapa kemasan ditambah gula putih, air kelapa kemasan, minuman suplemen “x” dan air putih sebagai kontrol merupakan variabel bebas dalam penelitian ini. Pada penelitian ini indeks air kelapa kemasan paling mendekati nilai optimum atau paling baik dalam merehidrasi tubuh dibanding dengan air kelapa kemasan ditambah gula putih, dan minuman suplemen “x”, namun air kelapa kemasan ditambah
gula
putih
dan
minuman
suplemen
“x”
baik
dalam
mempertahakan kadar glukosa darah pada atlet namun keduanya menginduksi urine paling banyak dibanding air kelapa kemasan dan kontrol. 4. (Kalman et al., 2012). Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah air kelapa kemasan dan carbohydrate - electrolyte sport drink. Status hidrasi (masa tubuh, retensi cairan, osmolalitas plasma dan berat jenis urine) dan performa (treadmill hingga lelah, menilai setelah rehidrasi) sebagai variabel terikat. Penelitian ini menggunakan 12 laki-laki terlatih dengan desain cross-over. Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan antara air kelapa kemasan dengan sport drink carbohydrate- electrolyte untuk pengukuran retensi cairan. Berhubungan dengan performa juga tidak ada perbedaan yang signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semua minuman mampu untuk merehidrasi dan mendukung setelah latihan. 5. Saat, M et al., (2002) dengan judul penelitiannya Rehidration after exercise with fresh young coconut water, carbohydrate-electrolite water
11
and plain water. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode cross over, sampel yang digunakan sebesar delapan orang atlet. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan efektivitas air kelapa kemasan, minuman karbohidrat-elektrolit, serta air putih. Indikator dehidrasi yang diukur adalah perubahan volume dan osmolalitas darah, volume dan osmolalitas urine serta profil elektrolit darah. Hasil dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pemberian air kelapa kemasan, air putih dan minuman elektrolit terhadap profil darah dan urine responden.
12