NASKAH PUBLIKASI KECERDASAN EMOSI DITINJAU DARI INTENSITAS MELAKUKAN YOGA
Oleh: PANGASTUTIE WIDOWATY RA RETNO KUMOLOHADI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007
NASKAH PUBLIKASI
KECERDASAN EMOSI DITINJAU DARI INTENSITAS MELAKUKAN YOGA
Telah Disetujui Pada Tanggal
________________________
Dosen Pembimbing Utama
(RA. Retno Kumolohadi, S.Psi.,M.Si)
KECERDASAN EMOSI DITINJAU DARI INTENSITAS MELAKUKAN YOGA
Pangastutie Widowaty RA. Retno Kumolohadi INTISARI Studi ini dilakukan untuk melihat hubungan antara intensitas melakukan yoga dengan kecerdasan emosi pada sejumlah orang dewasa pada tempat latihan yoga Balance Mind Body Soul yang terletak di kompleks hotel Puri Artha Yogyakarta. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif antara intensitas melakukan yoga dengan kecerdasan emosi Variabel yang diperiksa dalam penelitian ini ialah intensitas melakukan yoga dan kecerdasan emosi. Data kecerdasan emosi diambil menggunakan kuisioner dengan model skala likert dan data intensitas melakukan Yoga dikumpulkan dengan menggunakan check list model Guttman dimana kedua skala yang digunakan dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada aspek-aspek kecerdasan emosi yang dikemukakan oleh Goleman (2005) dan Intensitas yang dikemukakan oleh Nahsori (2005) yaitu frekuensi dan lama waktu. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS 12.0 For Windows. Hasil analisis data dengan teknik korelasi Product Moment dari Pearson menunjukkan nilai r = 0,471 p = 0,001 (p<0,05) artinya ada hubungan antara intensitas melakukan yoga dengan kecerdasan emosi. Dengan demikian hipotesis diterima. Kata Kunci : Intensitas Melakukan Yoga, Kecerdasan Emosi
PENGANTAR Kemerosotan emosi dapat disebabkan karena beban kerja yang berlebihan, terlalu banyaknya pekerjaan yang harus dilaksanakan, waktu yang terlalu singkat dan hampir tanpa dukungan, dengan meningkatnya irama, kompleksitas dan tuntutan kerja, banyak orang merasa kewalahan, peningkatan beban kerja mengurangi masa istirahat yang dibutuhkan, hal tersebut juga berdampak buruk kepada mutu kerja. Imbalan yang tidak memadai, perlakuan tidak adil dalam masyarakat, hilangnya sambung rasa dan adanya konflik nilai dapat membuat kecerdasan emosi seseorang menurun, seperti dapat menjadi bibit konflik, timbulnya kebencian terhadap orang lain, sinisme, alienasi, rasa cemas, sedih, takut, agresif, menurunnya mutu moral dan adanya keraguan dari manfaat dalam melakukan berbagai pekerjaan.. Perubahan kehidupan yang sangat cepat terjadi, tuntutan hidup menjadi sangat menekan. Karena perubahan tersebut telah terlanjur menjadi pola kehidupan di jaman modern ini, mau tidak mau manusia juga terkena imbasnya, supaya filter yang di miliki berfungsi dengan baik dan imbas yang menimpa manusia merupakan imbas yang positif, maka perlu peningkatan daya tahan mental, spiritual yang tangguh. Meditasi, yoga, reiki, chikung untuk kesehatan tubuh, pikiran dan spiritual kini bukanlah hal yang asing lagi. Malah sudah menjadi trend dan komoditi tingkat dunia, pusat pelatihannya kian bertebaran dari yang cuma-cuma sampai yang
berbiaya jutaan rupiah. Ibarat parfum semakin mahal harganya justru semakin diminati. A. Kecerdasan Emosi Emosi merupakan tergugahnya perasaan yang disertai dengan perubahanperubahan dalam tubuh, misalnya otot-otot yang menegang, debaran jantung yang cepat dan sebagainya.( Kartini Kartono). Menurut Chaplin (1989), emosi merupakan suatu keadaan yang terangsang dari individu, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dan berupa perubahan perilaku. Karena itu emosi lebih intens daripada perasaan dan mencakup pula individu sebagai satu kesatuan.
Kumpulan
pengalaman-pengalaman yang muncul menyertai tindakan yang bertujuan untuk mengantisipasi kelekatan yang terlalu berlebihan ataupun kelekatan yang terlalu kurang dengan orang lain, mendapatkan rasa aman dan nyaman serta memberi perkiraan apakah suatu hal mampu dilakukan atau tidak oleh individu. Emosi adalah unsur perasaan yang dimiliki oleh setiap individu, merupakan kumpulan pengalaman-pengalaman yang muncul menyertai tindakan yang bertujuan untuk mengantisipasi kelekatan yang terlalu berlebihan ataupun kelekatan yang terlalu kurang dengan orang lain, mendapatkan rasa aman dan nyaman serta memberi perkiraan apakah suatu hal mampu dilakukan atau tidak oleh individu. Emosi meliputi rasa bahagia, sedih, takut, harapan, marah, putus asa (Lewis dan Granic, 2000).
Emosi merupakan hal penting dalam hidup manusia. Setiap momen dalam hidup individu sarat dengan sensasi emosional. Namun emosi juga dapat merugikan dan merusak diri individu apalagi jika muncul dalam bentuk yang negatif dan jumlah yang berlebihan. Karenanya dibutuhkan suatu kemampuan yang dapat digunakan untuk mengelola dan mengaturnya. Kemampuan tersebut dinamakan dengan kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi atau emotional intelligence merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi
dengan
kecerdasan
akademik
(academic
intelligence),
yaitu
kemampuan-kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ. Banyak orang yang cerdas, dalam arti terpelajar tapi tidak memiliki kecerdasan emosi. Tabel 1 Aspek Kecerdasan Emosi
Aspek Mengenali emosi diri
Mengelola Emosi
Indikator Perilaku ?
Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan
?
Memahami penyebab perasaan yang timbul
?
Mengenal dan memahami emosi diri
?
Bersikap toleran terhadap frustasi dan mampu mengelola secara baik
?
Memiliki kemampuan untuk mengatasi ketegangan jiwa
?
Memiliki perasaan yang positif terhadap diri sendiri, sekolah dan keluarga
?
Dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas dalam pergaulan
? Dpt mengendalikan perilaku agresif yg merusak diri sendiri dan orang lain ? Lebih mampu mengungkapkan amarah dgn tepat tanpa berkelahi Memotivasi Diri
? Mampu mengendalikan diri dan tidak bersifat impulsif ? Memiliki rasa tanggung jawab emosi ? Mampu menerima sudut pandang orang lain
Mengenali orang lain
? Memiliki sikap empati atau kepekaan terhadap perasaan orang lain ? Mampu mendengarkan orang lain Membina
hubungan ?
Dpt menyelesaikan konflik dgn orang lain
dgn orang lain ? Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang
lain ? Memiliki sifat bersahabat dengan teman sebaya ?
Memperhatikan kepentingan sosial
B. Intensitas Melakukan Yoga Kamus bahasa Indonesia (Purwadarminto, 1989) mengungkapkan bahwa intensitas adalah derajat yang menunjukkan frekuensi yang dilakukan. Sementara itu Kartono dan Gulo (1982) mendefinisikan Intensitas sebagai kekuatan suatu tingkah laku. Intensitas menurut Chaplin (2004) adalah : 1. suatu kuantitatif dari suatu penginderaan yang berhubungan dengan intensitas perangsangnya, 2. kekuatan tingkah laku atau pengalaman seperti intensitas suatu reaksi emosional, 3. kekuatan yang mendukung suatu pendapat atau suatu sikap. Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar (1988) intensitas adalah kekuatan suatu sikap dimana pada setiap orang belum tentu sama. Dua orang yang sama-sama mempunyai sikap positif terhadap sesuatu, mungkin tidak sama intensitasnya dalam artian bahwa yang satu bersikap positif akan tetapi yang lain bersikap lebih positif dari pada oarng yang pertama. Sedangkan pengertian intensitas menurut Nahsori (2005) yaitu frekuensi dan lama waktu. Yoga adalah seni dan ilmu keseimbangan dalam kehidupan sehasi-hari dan mempertahankan segala sesuatu agar tidak menjadi berlebihan. Yoga mengajarkan
untuk memiliki hidup yang harmonis dengan orang lain dan mengerti kebenaran yang ada di dalam diri kita, yoga juga menghubungkan diri dengan jiwa dan mendorong untuk masuk kejalur spiritualitas. Yoga memiliki banyak manfaat dan orang yang melakukannya secara teratur akan melihat perubahan nyata dalam tubuh, fisik maupun mental, dengan besarnya stress dan tekanan yang diterima dalam kehidupan sehari-hari maka individu perlu mengenal serta menyembunyikan diri dari segala kekacauan dan mencoba untuk masuk kedalam diri sendiri untuk menemukan kedamaian, keseimbangan serta keselarasan, yoga mengajarkan individu untuk meraih hal tersebut, prinsip utama yoga adalah penguasaan pikiran dan perasaan yang akan menghentikan penderitaan dan
hal-hal yang membuat
beban pada diri individu (Lalvani, 1996). Aspek intensitas melakukan Yoga terdiri dari frekuensi dan lama waktu dalam melakukan latihan yoga
Metode Penelitian Subjek Penelitian Penelitian ini mengambil responden berjumlah 48 orang dewasa yang mengikuti latihan yoga di Balance Mind Body Soul yang beralamat di Kompleks Hotel Puri Artha Jl. Cendrawasih 36 Demangan Baru Yogyakarta. Metode Pengumpulan Data Metode
pengumpulan
data
pada
penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu, skala
kecerdasan emosi dan skala intensitas. Skala yang dibuat diberikan pada subyek penelitian dan menjadi data dari penelitian yang dilakukan. Berikut akan dijelaskan proses penyusunan skala kedua aspek yang akan diukur dalam penelitian ini : 1. Skala Kecerdasan Emosi Skala kecerdasan emosi digunakan untuk mengetahui seberapa jauh seseorang dapat mengelola dan mempergunakan emosinya dengan efektif dalam kehidupan sehari-harinya. Adapun skala kecerdasan emosi ini dibuat sendiri oleh peneliti yang merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Goleman (2005) dengan berdasarkan lima aspek yaitu: (1) kesadaran diri, (2) pengaturan diri, (3) motivasi, (4) empati, dan (5) keterampilan sosial . Skala kecerdasan emosi ini terdiri dari 38 aitem, 20 aitem favourable dan 18 aitem unfavourable. Skala ini menggunakan metode Likert, yaitu berisi pernyataan dengan empat pilihan jawaban, yaitu : SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), STS ( sangat tidak setuju). Tabel 2 Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosi Sebelum Uji Coba Aspek Favourable Unfavourable Kesadaran Diri Pengaturan Diri Motivasi
4,5,6,7,8,9,10 12,14,15,16,18 20,23,24,25
Empati Keterampilan Sosial
30,32,33,36 40,41,43,44,45, 47
Jumlah
26
Total
1,2,3 11,13,17,19 21,22,26,27,28, 29 31,34,35,37,38 39,42,46,48
10 9 10
22
48
9 10
2. Skala Intensitas melakukan Yoga Skala Intensitas melakukan Yoga disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan pengertian Intensitas yang mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Nahsori (2005) yaitu frekuensi dan lama waktu. Skala intensitas ini terdiri dari 10 aitem. Alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data tentang intensitas dari sumber data adalah menggunakan skala Guttman dengan alasan peneliti ingin mendapatkan jawaban yang tegas dari responden. Skala yang digunakan untuk jawaban tegas dan konsisten peneliti menggunakan alternatif jawaban; ya – tidak. Skor intensitas dapat diketahui setelah subjek mengisi skala intensitas dengan jawaban ya dengan skor 2 dan jawaban tidak dengan skor 1 (untuk aitem favourable, dan sebaliknya untuk aiten unfavourable). semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi intensitas subjek melakukan yoga. Tabel 2 Distribusi Aitem Skala Intensitas Sebelum Uji Coba Aspek Favourable Unfavourable
Frekuensi Lama Waktu Jumlah
Total
1,2,4,5 6,7,9
3 8,10
5 5
7
3
10
Hasil Penelitian Hasil Uji Asumsi Berdasar data yang diperoleh dari penelitian, kemudian dilakukan analisis statistik untuk menguji hipotesis penelitian. Semua data yang telah diperoleh dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji linearitas hubungan. Analisis data dan uji asumsi dilakukan dengan bantuan program SPSS 12.0 for windows. a. Uji Normalitas Uji normalitas sebaran aitem dengan menggunakan program uji normalitas Kolmogorof-Smirrnov. Jika nilai p dari nilai Kolomogorof-Smirnov Z lebih besar dari 0,005 (p>0,05) maka data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas pada alat ukur menunjukkan bahwa dara kecerdasan emosi adalah normal (K-S Z = 0,700 : p = 0,711 atau p > 0,05) dan data Intensitas adalah normal (K-S Z = 0,567 : p = 0,904 atau p > 0,05) b. Uji Linearitas Hasil uji linearitas antara Kecerdasan emosi dan Intensitas melakukan yoga menunjukkan F linier 14,073 dengan probabilitas 0,001 (p < 0,05). Deviasi dari linearitas adalah 1,384 dengan probabilitas 0,230 (p < 0,05). Hasil dari uji linearitas dari kecerdasan emosi dan intensitas melakukan yoga bersifat linier.
Hasil Uji Hipotesis Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan analisis product moment pearson karena data dari penelitian ini berdistribusi normal dan linier, dari pengujian hipotesis didapatkan bahwa antara kecerdasan emosi dan intensitas melakukan yoga menunjukan angka korelasi r = 0,471 dengan probabilitas 0,001 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan diterima karena p < 0,05.
Pembahasan Berdasarkan analisis statistik terbukti adanya hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan intensitas melakukan yoga, dalam hal ini jika intensitas melakukan yoga tinggi maka akan diikuti dengan kecerdasan emosi yang tinngi pula, sebaliknya jika intensitas melakukan yoga rendah maka akan diikuti oleh kecerdasan emosi yang rendah pula, namun demilian intensitas melakukan yoga bukan satu-satunya faktor, melainkan hanya salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi salah satunya adalah dengan ikut serta dalam latihan fisik, latihan fisik sangan baik bagi kesehatan mental, apabila sedang dalam kondisi marah, cemas dan tertekan. Latihan dapat membantu mengalirkan energi yang diciptakan oleh perasaan-perasaan ini, jika dalam keadaan tertekan latihan fisik juga dapat memberi energi untuk membuang kemuraman, karena darah dan oksigen lebih
terpompa ke otak ketika tubuh dalam keadaan aktif, latihan bisa membantu mempertajam pemikiran dan konsentrasi yang membuat pikiran lebih tenang. Yoga juga merupakan metode sangat efektif untuk meningkatkan konsentrasi dan membawa kesadaran diri, menajamkan pikiran, dan menjauhkan seseorang dari emosi-emosi dan pikiran-pikiran negatif. Bermeditasi secara teratur dapat meningkatkan rasa percaya diri dan rasa tenteram yang menyeluruh. Jika merasa terganggu dengan emosi dan mood, maka meditasi dengan cara yoga dapat membantu menemukan ketenangan dalam diri (Simpkins,2005). Broto
(1994)
mengungkapkan
berbagai
penelitian
untuk
melihat
pengaruh latihan meditasi terhadap gelombang otak, antara lain menunjukkan bahwa meditasi menimbulkan sinkronitas yang semakin meningkat pada gelombang otak. Sementara itu penelitian mengenai meditasi dengan Qigong (meditasi dengan pengaturan nafas) menunjukkan bahwa kekuatan gelombang delta menurun dan mengembangkan kekuatan gelombang alpha pada area frontal. Pengukuran Electro Cardiograph
pada para meditator menunjukkan
adanya penurunan denyut jantung yang drastis. Bahkan beberapa Yogi (penganut Yoga) dapat mengatur detak jantung mereka sendiri. Wulff (1992) melaporkan berbagai penelitian efek meditasi, pada pernafasan para meditator dapat menurun secara drastis bahkan hanya sampai empat kali bernafas dalam satu menit, mereka lebih banyak menggunakan pernafasan perut daripada
pernafasan dada, perubahan-perubahan tersebut disertai dengan menurunnya ketegangan otot. Hjelee (1977) melaporkan efek meditasi pada aspek psikologis, yaitu antara kelompok yang melaksanakan meditasi lebih rendah taraf kecemasannya, kontrol dirinya lebih internal dan aktualisasi dirinya lebih tinggi. Van den Berg & Mulder (1977) melaporkan bahwa subjek yang melaksanakan Trancendental Meditation (TM) menunjukkan peningkatan harga diri (self esteem), kekuatan ego (ego strenght), kepuasan (satisfaction), aktualisasi diri (self actualization) dan percaya pada orang lain (trust in others) serta penigkatan gambaran diri (self-image). Selain itu juga dsebutkan bahwa orang-orang yang melakukan meditasi cukup lama menunjukkan tingkat neurotik, depresi dan sensitivitas terhadap kritik yang rendah. Berdasarkan analisis aspek-aspek yang diukur dari Goleman (2005). Rata-rata subjek penelitian ini memiliki kecerdasan emosi pada kategori sedang yaitu ada 39 orang (81,25%), ada 9 orang pada kategori tinggi (18,75%) sedangkan untuk kategori rendah tidak ada. Dalam hal ini berarti subjek pada penelitian ini dianggap sudah memiliki kemampuan dalam meyadari emosi dan mengatur emosi yang dirasakan secara baik sehingga dapat memotivasi dirinya untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan, ikut merasan apa yang dirasakan oleh orang lain serta mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan intensitas melakukan yoga. Semakin tinggi intensitas untuk melakukan yoga maka semakin tinggi kecerdasan emosinya dan sebaliknya semakin rendah intensitas melakukan yoga maka semakin rendah pula kecerdasan emosinya.
Saran-saran Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah: 1. Bagi Subjek Penelitian Kecerdasan emosi banyak dipengaruhi oleh lingkungan luar. Maka dari itu melakukan latihan yoga adalah salah satu cara untuk mempelajari keterampilan kecerdasan
emosi,
melakukan
yoga
secara
bersama-sama
juga
dapat
meningkatkan rasa kebersamaan. 2.Bagi Peneliti Selanjutnya Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan intensitas melakukan yoga. Hasil penelitian ini belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan bisa membuat alat ukur yang lebih baik yang dikaitkan dengan emosi yang dihadapi subjek ketika melakukan yoga.
DAFTAR PUSTAKA
Aryaguna, 2001. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Keberhasilan Bermain Game. Anima, Indonesia Psychological Jurnal vol 17 no 1.42-46 Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Emotional Spiritual Quotien. Jakarta : Arga. Azwar, Saifuddin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. “___________”. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Brewen. Marilynn,B. 2004. Emotion And Motivation. UK: Blackwell Publishing Ltd. Ciarrochi, J, Forgas, J.P, Mayer,J.D. 2001. Emotional Intelligence In Everyday Life. USA : Psychology Press. Cooper,K & Sawaff, A. 1998. Executive EQ Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan organisasi (penerjemah Dr. Kantjono). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Dhyanashakti. Ananda T. 2002. Teori dan Tututan Praktek Kriya Yoga. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Goleman, Daniel, 2005. Emotional Intelligence. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Goleman, Daniel. 2000. Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Kartono,K & Gulo, D. 2000. Kamus Psikologi. Bandung: CV Pionir Jaya. Khrisna, Anand. 2003. Kundalini Yoga Dalam Hidup Sehari-hari. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Suparman, I.A. 1995. Statistik Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo. Subandi, MA. 2002. Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan Kontemporer. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
www.balipost.co.id/BALIPOSTCETAK/2006/2/24/pd1.htm www.pikiran-rakyat.com www.wikipedia.org