KEARIFAN LOKAL BAGIAN BUDAYA JAWA Oleh : Nanik Herawati
PENDAHULUAN Kebudayaan Jawa merupakan cermin dari kehidupan masyarakat Jawa. Kearifan lokal bahasa
mampu memahami kebudayaan yang berasal dari berbagai masyarakat pendukungnya.
merupakan bagian dari budaya Jawa yang beraneka ragam dan corak.butir-butir kearifan lokal menjadi lahan yang subur untuk memperkaya khasanah budaya bangsa. Budaya Jawa merupakan salah satu bagian
Pada dasarnya masyarakat mempunyai persepsi tertentu untuk dapat memahami kebudayaannya. Persepsi itu seperti berikut,
dari beragam kebudayaan dari suku suku yang ada di Indonesia. Budaya yang begitu beragam memberi kearifan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk memaknai dan mengembangkan budaya daerah sebagi kekayaan bangsa yang takternilai harganya. Dalam budaya Jawa menjunjung tinggi arti sebuah kebenaran dan kebersamaan. Hakikat kebenaran lebih berorientasi pada olah rasa, olah cipta yang berorientasi pada rasa tunggal, satu rasa. Hakekat kebersamaan di landasi sikap sayuk rukun gotong royong demi tercapainya kesejahteraan bersama. Segala sesuatu yang berkaitan dengan perkembangn dan owah gingsire jaman dipandang sebagai sesuatu keselarasan hidup yang bener dan pener. Kebudayaan Indonesia yang bersifat plural dan heterogen dapat melahirkan kearifan lokal (local wisdom) yang dapat memperkuat dan memperkokoh khasanah budaya bangsa Indonesia. Apabila kita memahami kembali mengenai makna kebudayaan dapatlah dikatakan kebudayaan merupakan cermin masyarakat dan tidak bisa dilepaskan dari perilaku masyarakat pendukungnya. Sikap dan konfigurasi yang ada pada perilaku masyarakat tertentu dapat dipahami dengan cara memahami kearifan yang ada pada daerah tertentu. Oleh karenanya kita harus
(1) Mistis (2) Ontologis (3) Dan fungsional Persepsi mistis akan nampak apabila pengetahuan dan pandangan atas diri seseorang diliputi oleh suasana yang gaib, tidak rasional, dan mistis misalkan kepercayaan tentang raja raja Jawa yang bisa bertemu secara langsung dengan Ratu Rara Kidul, seorang ratu yang menguasai laut selatan yang terkenal dengan ombaknya yang ganas. Persepsi ontologis menyatakan bahwa ada jarak antara seseorang dengan dunia yang dihadapinya atau dunia yang dipahaminya. Pandangan ontologis bersifat realistis bersifat nyata, konkret. Bahwa segala sesuatu itu nyata ada, wujud, dan konkret. Persepsi fungsional menunjukkan adanya kesadaran manusia yang menganggap bahwa dunia nyata, dunia konkret, dunia realitas memiliki sifat atau nilai fungsinya dan dapat memberikan makna sesuai dengan fungsinya kepada manusia. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang kritis dan mendalam tentang budaya Jawa. Kebudayaan Jawa sebagai hasil cipta, karsa, karya sebagai fenomena dan realitas sosial yang melibatkan masyarakat pendukungnya untuk berperilaku dan bertindak sesuai dengan cermin budayanya.
Nanik Herawati: adalah dosen PBSID FKIP UNWIDHA Klaten
64
Magistra No. 79 Th. XXIV Maret 2012 ISSN 0215-9511
KearifanLokal Bagian Budaya Jawa
KEARIFAN LOKAL Masyarakat Jawa mempunyai beberapa kearifan lokal yang merupakan pandangan hidup masyarakat Jawa yang sangat sarat dengan pengalaman religius. Pengalaman religius ini merupakan bentuk kepercayaan dan penghayatan
mampu menjaga etika dan norma yang berlaku di masyarakat, mampu mengendalikan diri dalam melawan hawa nafsu. Upacara bersih desa merupakan bagian dari kearifan lokal masyarakat Jawa. Salah satu peristiwa yang sangat penting saat mengadakan upacara bersih
kepada yang Maha Pencipta, Yang Maha Tunggal. Yang Maha Tunggal menjadikan spirit bagi manusia untuk selalu berbuat kebajikan, bersikap penuh kasih, dan menumbuhkan etos kerja yang tinggi. Masyarakat
desa dengan diadakannya pertunjukan wayang kulit. Pakeliran wayang purwa dilaksanakan pada peristiwa peristiwa yang dianggap penting pada masyarakat
Jawa mempercayai dan meyakini bahwa pengalaman religius sebagai wahana untuk bersikap spiritual sehingga ada keharmonisan antara dunia dengan manusia. Masyarakat Jawa banyak melakukan laku batin untuk menciptakan kehidupan yang harmoni selaras dan seimbang dengan melakukan laku tertentu, seperti.
(1) Mitoni
(1) Berpuasa weton atau tiga hari apit weton
(7) Peringatan tujuh belas agustus
(2) Puasa mutih
(8) Sadranan
(3) Puasa ngrowot
(9) Bersih desa.
(4) Puasa pati geni
Di daerah Klaten upacara bersih desa merupakan peristiwa yang sangat penting dan sakral. Warga yang berada di kota lain berbondong bondong pulang untuk melakukan ritual bersih desa, bahkan kepulangan warga asli Klaten yang merantau ke kota lain melebihi acara mudik lebaran. Begitu penting dan
(5) Meditasi (6) Bersih desa. Kearifan lokal sangat terkait dengan pandangan hidup masyarakat Jawa dan filsafat Jawa. Kearifan lokal merupakan pandangan hidup yang bersumber pada masyarakat pendukung kebudayaan Jawa atau kebudayaan tertentu. Di dalam kearifan lokal tersebut termuat berbagai sikap dan etika moralitas yang bersifat religius juga mengenai ajaran spiritualitas kehidupan manusia dengan alam semesta. Masyarakat Jawa mencari eksestensinya melalui hubungan yang selaras antara rohani dan jasmani. Melalui penyatuan yang harmoni antara rohani dan jasmani itu manusia mampu merealisasikan dirinya secara total dan menyeluruh,
Magistra No. 79 Th. XXIV Maret 2012 ISSN 0215-9511
Jawa, seperti :
(2) Sepasaran (3) Wetonan (4) Khitanan (5) Mantu (6) Ruwatan
sakral acara bersih desa bagi masyarakat Klaten. Hal ini bisa dilihat dari aktivitas dan perhatian masyarakat Klaten dalam mengadakan acara bersih desa. Upacara bersih desa merupakan upacara ritual yang berfungsi untuk membersihkan atau mensucikan desanya dari hal hal yang bersifat kotor baik secara fisik maupun psykis. Dengan adanya bersih desa diharapkan seluruh penghuni desa atau seluruh masyarakat menjadi bersih terbebas dari mara bahaya, aman, tentrem, gemah ripah lohjinawi. Adapun tujuan
65
KearifanLokal Bagian Budaya Jawa
utama dari upacara tersebut adalah selamat lahir dan batin bagi seluruh anggota masyarakat, dan para penduduk dimudahkan di dalam mencari sandang pangan. Upacara bersih desa masih dilaksanakan sebagian besar masyarakat Klaten, salah satunya di wilayah Ceper. Pada acara bersih desa itu mengadakan pertunjukan wayang kulit dengan lakon perang Baratayuda. Namun ada beberapa daerah yang mengadakan acara bersih desa dengan pertunjukan wayang lakon selain perang Baratayuda. Di wilayah Jawa Tengah khususnya Klaten pertunjukan wayang kulit ini dilaksanakan setiap
TATA CARA UPACARA BERSIH DESA Acara bersih desa di wilayah klaten mempunyai beberapa urutan, yakni. (1) Gotong royong atau kerjabakti (2) Ziarah ke makam leluhur (3) Selamatan dukuh (4) Pertunjukan wayang kulit. Gotong royong atau dinamakan kerja bakti dilaksanakan oleh masyarakat Klaten khususnya wilayah Ceper sehari sebelum acara bersih desa dimulai. Kerja bakti dilaksanakan pada pagi hari saat
setahun sekali yakni pada bulan Ruwah. Acara itu sudah berlangsung lama dan dilaksanakan secara turun temurun. Hal ini membuktikan bahwa kegiatan itu mempunyai fungsi dan makna baki kehidupan sosial masyarakat, yakni sebagai ungkapan puji syukur ke Hadirat Yang Maha Kuasa. Lakon yang dimainkan saat acara bersih desa yakni,
matahari belum terbit hingga siang hari. Kerja bakti dilaksanakan secara suka rela, spontan, tanpa pamrih untuk membersihkan lingkungan tempat tinggalnya. Acara kerja bakti tersebut sebagai wahana untuk membersihkan desa secara fisik, sehingga seluruh masyarakat bebas dari ancaman penyakit dan gangguan lainnya. Adapun tempat yang perlu dibersihkan, sebagai berikut.
(1) Perang Baratayuda
(1) Makam
(2) Sri Mulih
(2) Mesjid
(3) Pikukuhan
(3) Jalan
(4) Wahyu.
(4) Selokan
Lakon Sri Mulih dan lakon Pikukuhan dilaksanakan pada siang hari, sedangkan lakon
(5) Pojok pojok desa
pertunjukan di malam hari adalah lakon Wahyu. Lakon Perang Baratayuda dianggap lakon yang wingit yang hanya dipentaskan saat saat tertentu salah satunya pada acara bersih desa di wilayah Ceper,
(7) Tempat wingit
Klaten, Jawa Tengah.
(6) Pohon pohon besar
(8) Sendang Setelah acara bersih desa usai dilanjutkan dengan ziarah ke makam leluhur pada pagi hari dilaksanakan pada pukul 06.00 hingga pukul 10.00 atau pada sore harinya sekitar pukul 15.00 hingga pukul 17.00. adapun ziarah ke makam mempunyai beberapa tujuan, yakni :
66
Magistra No. 79 Th. XXIV Maret 2012 ISSN 0215-9511
KearifanLokal Bagian Budaya Jawa
(1) Mendoakan arwah nenek moyang atau leluhur supaya diampuni dosanya dan mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan Yang Maha Esa. (2) Menghormati roh leluhur supaya roh para leluhur memberi rasa tentram dan aman bagi anak cucunya, serta memberi rejeki yang cukup untuk keturunannya. Acara berikutnya yakni selamatan dukuh. Acara yang ketiga ini dengan cara masing masing warga menyediakan makanan sebagai sarana sesaji selanjutnya makanan tersebut dimakan bersama. Sebelum acara makan bersama dimulai terlebih dahulu diadakan doa bersama yang biasanya dipimpin oleh orang yang dianggap mumpuni dan religius. Slametan mempunyai fungsi dan makna, yakni.
Pertunjukan Wayang Kulit adalah acara yang terakhir. Acara pertunjukan wayang kulit adalah satu paket dengan acara sebelumnya, yakni acara gotong royong, takjiah ke kubur, slametan dengan ambengan, dan wayangan. pertunjukan wayang kulit pada acara bersih desa mempunyai tujuan sebagai berikut: (1)
Keinginan masyarakat dapat terwujud dengan baik
(2) Seluruh warga masyarakat supaya selamat baik lahir maupun batin. (3) Seluruh masyarakat dapat hidup aman tentram dijauhkan dri segala mara bahaya. (4) Warga senantiasa sehat selamat (5) Hasil panen yang berlimpah.
(1) Memperkokoh rasa persaudaraan di antara warga desa
Adapun dalang yang melaksanakan pertunjukan wayang kulit itu ada beberapa persyaratan, yakni.
(2) Sebagai media untuk berkomunikasi pada roh leleuhur
(1) Dalang yang berasal dari keturunan dalang
(3) Sebagai ucapan terimakasih pada Tuhan Yang Maha Esa. Pada acara slametan ini ada nasi ambengan dan juga jajanan pasar. Ambengan berupa nasi beserta lauk dan sayur. Jajan pasar dapat berupa kue maupun hasil kebun. Selanjutnya warga yang dituwakan membacakan doa yang diikuti oleh peserta yang hadir. Selanjutnya ambengan dibagikan ke seluruh warga yang hadir selanjutnya para warga tersebut makan bersama-sama. Pada saat tetuwa desa membacakan doa disertai dengan pengharapan, yakni. (1) Selamat (2) Tentram (3) Murah rejeki (4) Hasil panen yang berlimpah.
(2) Dalang yang sudah pernah mantu (3) Dalang yang diakui keberadaanya oleh masyarakat.
KAITAN ANTARA UPACARA BERSIH DESA DENGAN PERANG BARATAYUDA Ada beberapa daerah yang sudah mematenkan bahwa setiap upacara bersih desa lakon wayang yang dimainkan adalah lakon Perang Baratayuda. Upacara bersih desa dengan lakon perang baratayuda mempunyai beberapa gayutan, yakni, (1) Gayutan spiritual (2) Gayutan sosial. ‘Gayutan spiritual yakni sebagai ucapan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Puji syukur dilakukan karena warga masyarakat telah diberi
Magistra No. 79 Th. XXIV Maret 2012 ISSN 0215-9511
67
KearifanLokal Bagian Budaya Jawa
keselamatan dan rejeki yang cukup serta hasil panen yang berlimpah. Selain mengucapkan syukur juga
Para kurawa dapat disirnakan oleh para Pendhawa. Para kurawa sebagai simbol gangguan dapat
memohon ke hadirat Tuhan agar supaya seluruh warga masyarakat diberi keselamatan, kesehatan, rejeki yang cukup, dan terhindar dari segala mara bahaya.
disirnakan oleh Pandhawa yang selalu menjaga kebaikan keselamatan sehingga akhirnya kurawa musnah demikian pula gangguan akan musnah bila dilawan dengan kebajikan.
Gayutan sosial lakon Baratayuda pada acara bersih desa memupuk rasa persatuan, persaudaraan, kebersamaan, dan solidaritas diantara para warga. Dengan adanya rasa persatuan dan kebersamaan akan tercipta suasana yang aman dan tentram.
MAKNA LAKON BARATAYUDA PADA UPACARA BERSIH DESA Makna yang terkandung pada acara bersih desa dengan lakon Baratayuda mempunyai beberapa simbol, yakni. (1) Simbol kesucian (2) Simbol kesuburan (3) Simbol tolak bala Lakon Baratayuda sebagai simbol penyucian maksudnya mendaoakan agar arwah leluhur yang sudah di alam baqa diampuni segala kesalahannya disucikan arwahnya hingga masuk surga. Seperti petikan lakon wayang berikut. Narada; ngger anakku Werkudara kowe aja nganti murungake anggonmu nyirnakake Dursasana. Jalaran kanthi patine Dursasana jagad iki bakal aman tentrem adoh saka lir sambikala. Kaping pindhone yaiku warga Ceper kene nduweni ancas tujuan yaiku para leluhur kang wus padha surud kasidan jatitinampa aneng ngayunaning Pangeran, diapura kabeh kaluputane, pinaringana swargaloka. Lampahan Baratayuda sebagai simbol tolak bala, yakni adanya perang antara Kurawa deangan Pendhawa menggambarkan perbuatan baik dan buruk.
68
Lakon Barata yuda sebagai simbol kesuburan, hal ini bisa dilihat saat Dursasana disirnakan noleh Bima. Badan Dursasan dibuang di empat oenjuru sebagai sarana menolak hama tumbuhan sehingga semua tanaman dapat tumbuh subur. Selain cuplikan di atas yang tidak kalah menarik dari perang Baratayuda adalah saat Arjuna melawan Adipati karno karena mereka satu ibu yakni Dewi Kunthi. Pada adegan itu Kresan sebagai jelmaan dari Dewa Wisnu membeberkan tentang Bhagawatgita yakni darmaning satriya utama...” yang aku bersihkan dan aku perani adalah bukan saudaraku Adipati Karno tetapi sifat angkara, karena adipati karno mendukung sifat angkara murka maka wajib aku basmi dan aku sirnakan dari bumi supaya jagat raya menjadi tertata dan harmoni, alam menjadi imbang, sebab angkara telah mendominasi kehidupan maka tugas seorang ksatria adalah membasmi keangkara murkaan, merampungkan kewajibanya dengan sepenuh hati karena menyangkut kehidupan seluruh umat mausia dan alam. Bersih desa adalah melambangkan penyucian dan tolak bala supaya kehidupan desa menjadi seimbang dan harmoni. Dengan adanya alam yang harmoni menjadikan desa menjadi tenang damai hidup menjadi indah. Inti sari dari bersih desa adalah membersihkan segala kotoran karena masyarakat tekah mendapat limpahan rejeki dan telah diberi tanah yang subur gemah ripah loh jinawi. Dengan bersih desa kita selalu ingat akan kemurahan yang Maha Tunggal dengan selalu mengucap syukur. Baratayuda ibarat
Magistra No. 79 Th. XXIV Maret 2012 ISSN 0215-9511
KearifanLokal Bagian Budaya Jawa
membersihkan angkara murka sepak terjang kurawa yang masih saudara sepupu dengan Pendawa maka
2.
Tingkah laku Karna di dalam Baratayuda merupakan wujud dari rasa tanggung jawab terhadap orang yang telah memberi kebaikan
baratayuda adalah perang saudara. Medan Kurusetra adalah tempat penyucian diibarakant desa adalah Hastina cikal bakal para keturunan Barata. Karena merupakan cikal bakal keturunan barata maka harus
kepadanya. Walaupun Kunthi meminta dengan sangat agar Karno menyatu denga Pendawa,
dibersihkan.
namun Karno tetap teguh pendirian. Dia tetap membela Kurawa yang telah membesarkannya.
Di dalam cerita Baratayuda ada tokoh Semar yang berperan sebagai pemomong sekaligus
Cerita pada saat Karno dibujuk ibunya dan Kresna sampai akhirnya terjadi perang tanding
penghibur bersama anak-anaknya yakni Gareng , Petruk dan Bagong. Semar selalu melakukan ritual sesaji , Semar sebagai pendukung spiritual para pendawa. Dia berusaha menyingkirkan segala bahaya yang kasat mata maupun yang tidak kasad mata dalam arti jasmani dan rokhani membentengi dari segala sengkala dengan sesaji tolak bala. Semar biasa dipanggil ki Lurah, karena Lurah yang langsung berhubungan dengan rakyat langsung berhubungan dan menyentuh rakyat jelata maka lurah sebagai pengayom pada lapisan pertama dalam kehidupan bermasyarakat dalam kaitannya dengan bersih desa ibarat menjadi tokoh sentral spiritual sebagai bapak pengayom, pelindung dari segala mara bahaya baik yang menyerang jasmani maupun rokhani.
NILAI NILAI YANG DIKANDUNG DALAM BARATAYUDA Ada beberapa nilai kehidupan di dalam baratayuda kaitannya dengan bersih desa, yakni : 1.
Nilai Keadilan
Nilai Kepahlawanan
menunjukkan nilai kepahlawanan seorang Karno terhadap apa yang diyakini kebenarannya. 3.
Nilai Kebenaran Nilai kebenaran juga dapat dilihat pada tindakan Karno yang membela Kurawa yang diyakini telah memberikan kebaikan bagi hidupnya.
PENUTUP Masyarakat Klaten masih banyak melaksanakan acara bersih desa sebagai bentuk kearifan lokal. Upacara bersih desa dilaksanakan setahun sekali yakni bulan Ruwah. Acara bersih desa dengan mengusung lakon wayang baratayuda mengandung beberapa simbol yakni, (1) simbol penyucian (2) simbol tolak bala (3) simbol kesuburan. Ada beberapa nilai kehidupan yang terkandung
Perang Baratayuda untuk mencari keadilan, dimana wilayah Pendawa direbut paksa
di dalam Baratayuda yakni,
oleh Kurawa. Perang mewujudkan bentuk pencapaian bagi sebuah keadilan.
(2) nilai kepahlawanan
(1) nilai keadilan
(3) nilai Kebenaran (4) nilai Ngundhuh Wohing Pakarti
Magistra No. 79 Th. XXIV Maret 2012 ISSN 0215-9511
69
KearifanLokal Bagian Budaya Jawa
Di dalam upacara bersih desa merupakan kegiatan bersama seluruh desadi dalam mengucap
DAFTAR PUSTAKA
syukur atas hasil yang di dapat baik berupa padi, palawija, sayuran maupun buah. Jika desa maupun lingkunganya bersih maka tentu sajaakan mendatangkan hasil dari sumber kehidupan yang
Amir, Hasim, 1991. Nilai-nilai Etis dalam Wayang. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
bersih pula. Demikian pula dalam perang Baratayuda di sini terkandung hukum alam dimana masyarakat Jawaada ungkapan ‘sapa nandurbakal ngundhuh’ atau ngundhuh wohing pakarti.
Herusatata, Budiono, 1984. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita Kartodirdjo
Sartono,
1990.
Kebudayaan
Pembangunan dalam Perspektif Sejarah. Yogyakarta: Gajahmada University Press Koentjaraningrat, 1980. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta:UI Press Magnis Susena, 1988. Etika Jawa: Sebuah Analisa Filsafat tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: Gramedia. Mudji Sutrisno, 1993. Manusia dalam Pijar-Pijar Kekayaan Dimensinya. Yogyakarta: Kanisius.
70
Magistra No. 79 Th. XXIV Maret 2012 ISSN 0215-9511