KARAKTERISTIK ULAMA MENURUT AL-HADITS [Kajian Tematik atas Hadits-hadits Nabi Yang Berkaitan dengan Karakteristik Ulama’] Hamdani Khailrul Fikri Fakultas Dakwah dan Komunikasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram Email:
[email protected]
Abstrak: Berangkat dari pemikiran bahwa Islam mengandung ajaran tentang karakteristik dan kepribadian Ulama’ sebagai penerus perjuangan Rasulullah SAW, penulis tertarik untuk meneliti kajian tematik atas hadits-hadits Nabi yang berkaitan dengan karakteristik Ulama’, yang bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang kepribadian Ulama’ dalam perspektif hadits. Dalam mengkaji tema tersebut, peneliti menggunakan metode kajian kepustakaan, dengan melakukan pemilahan terhadap data sumber primer dan data sumber sekunder, kemudian data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode kritis, realistis. Dari kajian ini diharapkan mampu menjadi pengembangan pemberdayaan kepribadian Ulama’ yang sesuai dengan tuntunan hadits serta sebagai bahan bacaan yang bisa menjadi tuntunan para Ulama’ di seluruh Indonesia yang sesuai dengan syariat al-Qur’an dan hadits yaitu mampu memberikan tauladan, satu kata dan satu perbuatan ketika menyampaikan materi dakwah kepada jama’ah agar tercapainya tujuan dakwah yang sesuai dengan al-Qur’an dan hadits. Karena Ulama’ adalah orang yang mengajak orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui lisan, tulisan maupun perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau menyebar luaskan ajaran Islam, melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik menurut Islam. Karakteristik Ulama’ adalah kualitas secara keseluruhan dari seorang Ulama’ yang tampak dari cara-cara berbuat, berpikir, mengeluarkan pendapat, sikap, minat, pola hidup dan kepercayaan. Kata Kunci: Karakteristik, Ulama’, al-Qur’an, Hadist
Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
|
33
A. Pendahuluan Ulama yang secara leksikal berarti orang yang berpengetahuan mem punyai kedudukan yang sangat penting dan strategis dalam masyarakat Islam. Kedudukannya yang sangat penting tersebut, tidak saja dikarenakan fung sinya sebagai tempat rujukan ma syarakat dalam menghadapi berbagai persoalan keagamaan yang mereka hadapi, akan tetapi pada masyarakat tertentu dan pada masa tertentu ulama pun mempunyai peran yang cukup signifikan dalam masalah-masalah sosial, politik, maupun kenegaraan. Pentingnya kedudukan ulama dalam masyarakat Islam tersebut pada awalnya dilandasi oleh keterangan dari teks-teks Al-Qur’an dan Hadist. Kemudian kandungan dari teks-teks tersebut menjadi filosofi dan norma yang dianut oleh masyarakat Islam sejak sepeninggalnya Rasulullah SAW sampai sekarang. Di dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan ke dudukan ulama di sisi Allah SWT. Dalam surah Al-Mujadalah Allah SWT berfirman: “ Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan orangorang yang berilmu lebih tinggi beberapa derajat”. Bahkan dalam surah Ali Imran ayat 18, Allah SWT menyebut diri-Nya bersama para malaikat dan orangorang yang berilmu dalam persaksian akan keesaan-Nya. Demikian juga hadits-hadits Nabi banyak yang menjelaskan tingginya 34
|
Komunitas
kedudukan Ulama’. Salah satu teks yang mendukung posisi di atas adalah hadits nabi yang berbunyi. ”Innal ‘Ulama Waratsah al-anbiya’’. (Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi). Menurut Ibn Hajar Al-Atsqalani ( 773852 ), dalam Fath al-Barry, hadits ter sebut adalah hadits yang ditemukan dalam beberapa kitab hadits, antara lain dalam kitab-kitab Abu Dawud, AlTurmudzy dan Ibnu Hibban. Hadits ini dipandang Shahih oleh Al-Hakim, hasan oleh Hamzah Al-Kinany, dan dilemahkan oleh para ulama hadits lainnya, disebabkan karena idhtirab, kekacauan dan kesimpangsiuran para perawinya.1 Imam Bukhari menulis hadits di atas di dalam shahihnya, tetapi beliau tidak menyatakan bahwa ungkapan tersebut adalah hadits Nabi SAW. Percantumannya pada kitab tersebut memberi arti bahwa ungkapan tersebut mempunyai dasar yang diperkuat oleh Al-Qur’an dengan Firman Allah:
ﭣ ﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨ ﭩﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴﭵ ﭶ
ﭷ ﭸﭹﭺ
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara 1
Ibnu Hajar, 1959:169.
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.” (Q.S. Fathir: 32) Yang dimaksud dengan orang yang Menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih banyak ke salahannya daripada kebaikannya, dan pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya berbanding dengan ke salahannya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan ialah orangorang yang kebaikannya Amat banyak dan Amat jarang berbuat kesalahan. Untuk mengetahui siapakah ulama itu, sebaiknya kita membuka lembaran alQur’an dan hadits. Karena keduanya banyak membicarakan hal itu. Kata ‘ulama disebutkan di dalam al-Qur’an sebanyak dua kali. Pertama, dalam konteks ajakan al-Qur’an untuk memperhatikan turunnya hujan dari langit, beraneka ragamnya buahbuahan, gunung, binatang dan ma nusia yang kemudian diakhiri dengan firman-Nya:
ﯖﯗﯘﯙ ﯚ ﯛ ﯜﯝ ﯞ ﯟ ﯠ ﯡ ﯢ ﯣﯤ ﯥ ﯦ ﯧ ﯨ ﯩ
(dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hambahamba-Nya, hanyalah ulama. Se sungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Fathir: 28) Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang menge tahui kebesaran dan kekuasaan Allah . Ayat tersebut juga menggambarkan bahwa yang dinamakan ulama adalah orang-orang yang memiliki pe ngetahuan tentang ayat-ayat Allah yang bersifat kauniyah. Kedua, dalam konteks pembicaraan al-Qur’an yang kebenaran kandungannya telah diakui oleh ulama Bani Israil dalam surah Asy-Syuara’ ayat 197 yaitu:
ﮬﮭﮮ ﮯﮰﮱ ﯓﯔ ﯕﯖ “Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa Para ulama Bani Israil mengetahuinya.” (Q.S. Asy-Syu’ara: 197) Berdasarkan ayat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan ulama menurut al-Qur’an adalah mereka yang mempunyai pengetahuan tentang ayat-ayat Allah, baik yang bersifat kauniyah maupun quraniyyah, dan dengan pengetahuan tersebut mereka mempunyai sifat khosyyah dan taqwa.
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya
Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
|
35
B. Pengertian Ulama’ Ulama secara bahasa, se perti dalam “al-Mu’jam al Wa sith”, merupakan bentuk jama’ dari ‘alim yang berarti katsiru al‘ilmi (banyak ilmu). Tetapi, yang dimaksudkan di sini adalah dari kalangan manusia. Jadi, secara se derhana dapat dikatakan, ulama adalah manusia yang banyak ilmunya. Diriwayatkan dari Abu Ma’mar, ia berkata, “Aku mendengar Sufyan bin Uyainah berkata, “Bukanlah disebut ulama yaitu orang yang hanya mengetahui kebaikan dan keburukan, tetapi disebut ulama yaitu apabila orang tersebut mengetahui sebuah kebaikan kemudian meng amalkannya, dan mengetahui ke burukan kemudian menjauhinya. Lalu, bagaimana karakter, keutamaan dan kedudukannya di dalam Islam? berikut ini kami sebutkan beberapa keistimewaan mereka, yaitu: 1. Berkedudukan tinggi di dunia dan Akhirat.
ﯶﯷ ﯸﯹﯺﯻﯼ
ﯽ ﯾ ﯿ ﰀ ﰁ ﰂﰃ ﰄ ﰅﰆﰇﰈﰉﰊﰋ
ﰌ ﰍ ﰎ ﰏ ﰐﰑ ﰒ ﰓ ﰔﰕﰖ
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapanglapanglah dalam majlis”, Maka
36
|
Komunitas
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadilah: 11) Asy-Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata dalam tafsirnya, “Allah akan mengangkat “ahlul ilmi” dan “ahlul iman” beberapa derajat, sesuai dengan apa yang Allah khususkan kepada mereka (berupa ilmu dan iman).” 2. Pewaris para Nabi. Rasulullah SAW bersabda:
َوإِ َّن،َِوإِ َّن الْ ُعلَ َما َء َو َرثَ ُة أْالَنْبِيَاء َ ِر َه ًما ْ أْالنْبِيَا َء مَلْ يُ َو ِّرثُوا دِيْنَا ًرا َوالَ د َوإِمَّنَا َو َّرثُوا الْ ِعلْ َم فَ َم ْن أَ َخ َذهُ أَ َخ َذ ٍّ ب ِر ٍ حَِظ َواف
“Dan sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sungguh para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, hanya saja mereka mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya (ilmu tersebut) berarti dia telah mengambil bagian ilmu yang banyak.” (HR. Abu Dawud). Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, “Tidaklah
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
mewarisi para nabi kecuali para ulama. Merekalah pewaris para nabi. Mereka yang mewarisi, ilmu, amal dan tugas membimbing umat kepada syariat Allah. 3. Ahlul khasyyah (orang-orang yang takut kepada Allah) dan ahlut takwa (orang yang bertakwa kepadaNya). Allah berfirman, yang arti nya, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS.al-Fathir: 28). Asy-Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata, “Setiap orang yang lebih berilmu tentang Allah, dialah orang yang lebih banyak takut kepada-Nya. Rasa takut kepada Allah tersebut mengharuskan diri terhindar dari kemaksiatan dan mempersiapkan bertemu dengan Dzat yang dia takuti. Ayat ini adalah dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu, karena ilmu itulah yang mendorong seseorang takut kepada Allah. 4. Orang yang paling peduli terhadap umat.
ﭞﭟﭠﭡﭢﭣ ﭤ ﭥﭦﭧ ﭨ ﭩﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱﭲ ﭳ ﭴ ﭵﭶﭷ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Q.S Ali Imran: 110). Yahya bin Mu’adz Ar-Razi ber kata, “Para ulama itu lebih belas kasih terhadap umat Muhammad daripada bapak-bapak dan ibu-ibu mereka.” Ditanyakan kepadanya, “Bagaimana bisa terjadi demikian?” Dia menjawab: “Bapak-bapak dan ibuibu menjaga anak-anak mereka dari api di dunia, sedangkan para ulama menjaga mereka dari api di Akhirat . Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Segala puji bagi Allah, yang telah menjadikan pada setiap masa yang kosong dari para rasul, ada segolongan ahlul ilmi yang masih tersisa. Mengajak orang yang tersesat kepada petunjuk, dalam keadaan sabar menghadapi gangguan mereka, berusaha menghidupkan orang-orang yang (nuraninya mati) dan menjadikan orang-orang yang buta (mata hatinya) bisa melihat kebenaran dengan nur (cahaya) dari Allah. Betapa ba- nyak orang yang telah dibinasakan oleh Iblis (dengan syubhat dan syahwatpen), namun sungguh mereka berhasil menghidupkannya (dengan al-Kitab dan as-Sunnah-pen). Betapa banyak orang yang tersesat, mereka
Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
|
37
beri petunjuk. Duhai, betapa indah kepedulian ulama terhadap umat. Namun, betapa jeleknya sikap mereka terhadap ahlul ilmi. 5. Pilar penyangga keselamatan umat. Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda:
ِن ُ ِإِ َّن اهللَ الَ يَ ْقب ً ض الْ ِعلْ َم انْتِ َز َ اعا م ض ُ ِاس َولَ ِك ْن يَ ْقب ِ ْض الْ ِعلْ َم بِقَب ِ َّالن َّالْ ُعلَ َما َء َحتَّى إِ َذا مَلْ يُب ِق َع مِالًا خ اتَ َذ ْ
ً اس ُر ُؤ ْو ًسا ُج َّه اال فَ ُسئِلُوا فَأَفْتَ ْوا ُ َّالن ض ّلُوا َ ََي ِعلْ ٍم ف َ َض ّلُوا َوأ ِ ْبِغ ر
“Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari umat manusia dengan sekali cabut. Akan tetapi Dia akan mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama. Sehingga bila Dia tidak menyisakan seorang alim pun (sampai) umat manusia menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin mereka. Maka para pemimpin itu ditanya, lalu berfatwa tanpa ilmu. Maka mereka sesat dan menyesatkan.” (HR.al-Bukhari dan Muslim). 6. Rujukan dan pembimbing umat ke jalan yang benar.
ﮠﮡ ﮩ
38
ﮜﮝﮞﮟ
ﮢﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﮨ
|
Komunitas
ﮪﮫ “Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu (Muhammad), melain kan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, Maka Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” (QS. al-Anbiya’: 7). Setelah kita mengetahui karak teristik, kedudukan, dan keutamaan mereka dalam agama, sekarang bagaimana cara bersikap kepada mereka? Berikut ini beberapa contoh teladan dari orang-orang yang shalih, Dari Muhammad bin Amru, dari Salamah diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas pernah berdiri di sisi Zaid bin Tsabit dan langsung memegang tali kekang tunggangannya. Beliau (Zaid) berkata, “Wahai anak paman Rasulullah, menjauhlah kamu.” Ia menjawab, “Beginilah yang kami lakukan untuk menghormati para ulama dan senior-senior kami. Dari Umar bin Mudrik diriwayatkan bahwa ia berkata, “Al-Qasim bin Abdurrahman telah menceritakan kepada kami: Asy’ats bin Syu’bah alMashishi telah menceritakan kepada kami, ia berkata, “Rasyid pernah datang ke Raqqah. Lalu orang-orang pun pada berdesak-desakkan di belakang Ibnul Mubarak, sehingga tali-tali sendal berputusan dan debudebu beterbangan. Ummu Walad (budak wanita yang melahirkan
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
anak dari tuannya) dari Amirul Mukminin melongok dari istana kayunya sambil bertanya, “Ada apa gerangan?” Mereka menjawab,“Ada ulama dari negeri Khurasan datang kemari.” Ia berkomentar, “Demi Allah, inilah raja. Raja Harun tidak bisa mengumpulkan orang-orang kecuali disertai penjaga keamanan dan polisi. Ibrahim bin Ishaq Al-Harbi pernah berkata, “Atha’ bin Abi Rabbah dahulu adalah seorang budak berkulit hitam milik seorang wanita dari kalangan penduduk Makkah. Konon hidungnya menyerupai sebutir kacang. “Perawi menuturkan, “Suatu hari Amirul Mukminin Sulaiman bin Abdul Malik bersama kedua anaknya datang menemui Atha’. Mereka duduk di sisinya, sementara Atha’ masih menjalankan shalat. Ketika Atha’ usai shalat, beliau menyisihkan waktu untuk mereka. Mereka terus saja bertanya kepada beliau tentang manasik haji, padahal beliau telah membelakangi mereka. Sulaiman berkata kepada kedua anaknya,“Wahai anak-anakku, janganlah kalian lalai dalam menuntut ilmu. Sungguh saya tidak akan melupakan rendah- nya kita di hadapan budak hitam satu ini. Rustah berkata, “Aku pernah mendengar Abdurrahman bin Mahdi berkata, “Ada kebiasaan kami yang me nyatakan: “Apabila seseorang bersua dengan orang yang lebih berilmu darinya, itulah hari yang ia bisa mengambil sejuta faidah (ilmu yang
datang tiba-tiba); apabila ia berjumpa dengan orang yang sejajar dengannya dalam hal ilmu, maka ia bisa saling belajar dan menimba ilmu; dan apabila ia bertemu dengan orang yang kurang berilmu dari dirinya, hendaknya ia berendah hati dan sudi mengajarinya. Tidak layak bagi seseorang menjadi ahli ilmu kalau ia berbicara tentang segala yang didengarnya. Demikian juga, seseorang tidak akan menjadi imam ahli ilmu, kalau ia menyampaikan hadits dari siapa saja, juga orang yang suka menyampaikan hadits yang ganjil. Sesungguhnya hafalan itu adalah demi melekatnya ilmu. Ibnu Basykuawal berkata men ceritakan pengalaman Ibrahim alHarbi, “Aku pernah menukil dari buku Ibnu ‘Attab: “Ibrahim al-Harbi adalah sosok seorang lelaki shalih dari kalangan ulama. Beliau pernah mendengar ada kaum yang suka duduk di majelisnya dan lebih mengutamakan dirinya dari Ahmad bin Hambal. Beliau mengkonfirmasikan hal itu kepada mereka, dan mereka pun mengakuinya. Lalu beliau berkata; “Sungguh kalian telah menzhalimi saya dengan mengutamakan saya dari orang yang saya tidak bisa menyerupainya, saya juga tidak bisa mengikuti jejak beliau dalam banyak. Demikian bahasan singkat me ngenai “Ulama, Karakter dan Kedudukannya dalam Islam serta beberapa contoh sikap kepada mereka.” Semoga kita dapat mengetahui siapa
Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
|
39
sebenarnya yang disebut ulama. Akhirnya, mudah-mudahan Allah menjaga mereka dan mengaruniakan kepada kita sikap yang benar terhadap mereka dan selamat dari sikap berlebihlebihan kepada mereka. C. Karakteristik Ulama’ Penelitian mengenai “ Karakteristik Ulama Dalam Perspektif Hadits Nabi dan Upaya Relevansinya. Banyak menggunakan kitab-kitab berbahasa arab gundul atau kitab kuning yang dikarang oleh para ulama timur tengah dan juga ulama Indonesia sendiri, diantara kitab-kitab tersebut adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kitab Riyadlus Sholihin. Kitab Ihya ‘ulumuddin Kitab Sifatus Shofwah Kitab Ulumul Hadits Kitab Study Ulumul Qur’an Kitab tafsir Al-Misbah Kitab Wawasan Al- Qur’an (Tafsir Tematik atas Berbagai Persoalan Umat). 8. Kitab membumikan Al-Qur’an 9. Dan yang lainnya. Karakteristik Ulama dalam Perspektif hadits Nabi dan upaya relevansinya. 1. Ulama yang mengamalkan ilmunya
ص َّلى اهللُ َعلَيْ ِه َ ِقَا َل َر ُس ْو ُل اهلل اَلْ َع مِالُ َو الْ ِعلْ ُم َو الْ َع َم ُل يِف: َو َس َّل َم
َو َكا َن,َِكا َن الْ ِعلْ ُم َو الْ َع َم ُل يِف جْالَنَّة ) (رواه الديلمى.الْ َع مِالُ يِف النَّا ِر
Rasulullah SAW bersabda: ‘’Orang ‘alim, ilmu, dan amal ada di dalam syurga. Jika seorang ‘alim tidak mengamalkan apa yang diketahuinya maka ilmu dan amalnya berada di syurga, sedangkan orang ‘alim tersebut ada di dalam neraka’’. (H.R. Dailami)
ص َّلى اهللُ َعلَيْ ِه َ ِقَا َل َر ُس ْو ُل اهلل لاَ يَ ُك ْو ُن مْالَ ْر ُء َع مِالًا َحتَّى: َو َس َّل َم ًيَ ُك ْو َن بِ ِعلْ ِم ِه َعام ا ِل (أخرجه )البيهقى عن أبي دوداء
Rasulullah SAW bersabda: “Se seorang tidak dikatakan ‘alim sebelum dia melaksanakan apa yang diketahuinya”. (H.R Baihaqi dari Abi Darda’i)
ص َّلى اهللُ َعلَيْ ِه َ ِقَا َل َر ُس ْو ُل اهلل ِ يَ ُك ْو ُن يِف: َو َس َّل َم ِ الز َم ان عِبَا ٌد َّ آخ ِر ٌ ُج َّه ٌ اء فَ َّس اق (أخرجه ُ ال َو ُعلَ َم )احلاكم عن أنس
Rasulullah SAW bersabda: “Di akhir zaman akan ada para ahli ibadah yang bodoh dan para ulama yang fasik“. ( H.R Hakim dari Anas )
فَاِء َذا مَلْ يَ ْع َم ِل الْ َع مِالُ مِبَا يَ ْعلَ ُم,ِجْالَنَّة 40
|
Komunitas
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
ص َّلى اهللُ َعلَيْ ِه َ ِقَا َل َر ُس ْو ُل اهلل ِ اَلْ ِعلْ ُم ِعلْ َم: َو َس َّل َم لى َ ِعلْ ٌم َع: ان ِّ َ ان فَ َذل ِ الل َس ِك ُح َّج ُة اهللِ تَ َعلَى َ ب فَ َذل ِك ِ َْعلَى َخلْ ِق ِه َو ِعلْ ٌم يَف الْ َقل ِع (أخرجه الرتمذى عن ُ الْ ِعلْ ُم النَّاف
)جابر
Rasulullah SAW bersabda: Ilmu itu ada dua. Pertama ilmu lisan. Itu merupakan hujjah Allah SWT pada makhluknya. Dan kedua ilmu dalam hati. Itulah ilmu yang bermanfaat”. ( H.R Tirmidzy dari Jabir). Kemampuan seorang ‘alim untuk melaksanakan apa yang diketahui nya merupakan indikasi bahwa pengetahuannya tersebut masuk dalam hatinya. Amal merupakan buah dari ilmu. Ilmu dapat dilihat berbuah atau tidak melalui amal. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diwujudkan dengan amal perbuatan. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pendahuluan, bahwa yang dimaksud dengan ‘ulama menurut Al-Qur’an adalah mereka yang mempunyai pengetahuan apa saja tentang ayat-ayat Allah SWT dan dibarengi dengan sifat khosyyah. Maka yang dimaksud dengan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu apa saja yang dengannya dapat menjadikan seorang ‘alim lebih merasa takut dan taqwa kepada Allah SWT. Ilmu yang dimilikinya dapat bermanfaat bagi
dirinya dan juga bermanfaat bagi orang lain. Ilmu tersebut bermanfaat bagi dirinya, apabila dia mampu melaksanakan, sedangkan bermanfaat bagi orang lain, apabila ilmu tersebut mampu menunjukkan orang lain kepada jalan kebaikan. 2. Bersifat Wara’
ص َّلى اهللُ َعلَيْ ِه َ ِقَا َل َر ُس ْو ُل اهلل اج ٌر َو ِ َ َهالَك أُ َّم يِت َع مِالٌ ف: َو َس َّل َم ٌ َعابِ ٌد َجاه ِل َو َش ٌّر الشرار شرار و خري اخليار خيار,العلماء
العلماء (أخرجه الدارمى من )رواية األحوص بن حكيم
Rasulullah SAW bersabda: “Yang celaka dari umatku adalah seorang ‘alim yang suka maksiat serta seorang abid yang bodoh. Sejahat-jahatnya orang jahat adalah orang jahat dari kalangan ulama. Dan sebaik-baiknya orang baik adalah orang yang paling baik dari kalangan ulama”. (H.R Darimi dari Akhwash Ibnu Hakim)
ص َّلى اهللُ َعلَيْ ِه َو َس َّل َم َ ِقَا َل َر ُس ْو ُل اهلل العدل حسن ولكن يف األمراء: السخاء حسن وملن يف,أحسن
الورع حسن ولكن,أغنياء أحسن
الصرب حسن,يف العلماء أحسن Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
|
41
التوبة,ولكن يف الفقراء أحسن
3. Tidak Ambisi terhadap Harta dan Kekuasan.
احلياء حسن ولكن يف النساء
ص َّلى اهللُ َعلَيْ ِه َ ِقَا َل َر ُس ْو ُل اهلل شرار العلماء الذين يأتون: َو َس َّل َم
,حسن ولكن يف الشباب أحسن ) أحسن (رواه الديلمى عن عمر
Rasulullah SAW bersabda: “Sifat adil itu baik, tetapi lebih baik jika dimiliki oleh para penguasa; sifat pemurah itu baik, tetapi akan lebih baik jika dimiliki oleh para ‘ulama; sabar itu baik, tetapi lebh baik jika dimiliki oleh kaum papa; bertaubat itu baik, tetapi lebih baik jika dimiliki oleh para pemuda; dan pemalu itu baik, tetapi lebih baik jika dimiliki oleh kaum perempuan”. (H.R Dailami dati Umar) Sifat wara merupakan sifat yang harus selalu melekat pada diri seorang ulama. Wara adalah kemampuan seoarang ‘alim untuk selalu menjaga diri dari kemungkinan terjerumus dalam perbuatan-perbuatan tercela. Seorang ‘alim yang melaksanakan ilmunya dia akan bersifat wara. Dalam hadist diatas dijelaskan bahwa sifat wara itu baik, akan tetapi lebih baik lagi jika dilmuliki oleh ‘ulama. Pentingnya seorang ulama memiliki sifat wara ini, karena ulama merupakan panutan masyarakat. Semua perbuatan dan tingkah lakunya akan selalu diperhatikan dan diikuti oleh ummatnya. Sehingga jika dia salah maka ummatnya akan mengikutinya.
42
|
Komunitas
األمراء و خيار األمراء الذين يأتون العلماء (أخرجه ابن ماجه عن أبى
) هريرة
Bersabda Rasulullah SAW: “Sejahatjahatnya ulama adalah ualam yang mendatangi penguasa. Dan sebaikbaiknya penguasa adalah mereka yang mendatangi ulama”. (H.R Ibnu Majah dari Abu Hurairah)
ص َّلى اهللُ َعلَيْ ِه َ ِقَا َل َر ُس ْو ُل اهلل ,العلماء أمناء الرسول: َو َس َّل َم ويداخلوا,مامل خيالطا السلطان الدنيا فاءذا خالطوا السلطان وداخلوا الدنيا فقد خالوا الرسل فاحدروهم ( رواه العقيلى عن
)أنس
Bersabda Rasulullah SAW: “Para ulama adalah kepercayaannya para rasul selama mereka tidak berkecimpung dengan kekuasaan serta memasuki keduniaan. Jika mereka berkecimpung dengan urusan kekuasaan serta memasuki urusan keduniaan, maka mereka telah
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
mengkhianati para rasul. Oleh karena itu hati-hatilah terhadap mereka. (H.R Al-‘Aqili dari Anas)
العلماء ومتاروابه السفهاء ولتصر
Hadist diatas memberi pengertian kepada kita bahwa diantara karak teristik ulama adalah tidak ambisi terhadap harta dan kekuasaan. Ungkapan:
فعل ذلك فهو يف النار (أخرجه
فمن,فوابه وجوه الناس اليكم
)ابن ماجه عن جابر
Bersabda Rasulullah SAW:”Janganlah kamu mempelajari ilmu untuk merendahkan ulama serta membingungkan masyarakat sehingga arah manusia akan berbalik padamu. Maka barang siapa yang berbuat demikian ia berada dalam neraka”. ( H.R Ibnu Majah dari Jabir)2
Biasa diterjemahkan “selama tidak bergaul dengan penguasa dan memasuki urusan keduniaan. Kalau kita mengambil pengertian seperti diatas, bagaiamana kalau seorang ulama datang kepada penguasa dalam rangka membicarakan ummat atau untuk menasehati penguasa yang bersangkutan ? Hal ini tentunya bukan merupakan perbuatan terlarang dan bahkan bisa dianggap sebagai perbuatan terpuji. Dan dari segi lain perbutan tersebut jelas menguntungkan ummat. Kalau seorang ulama tidak mau datang kepada penguasa dengan alasan hadist diatas, maka untuk masa sekaranag ini akan sangat merugikan ummat islam pada umumnya. Saya lebih setuju jika ungkapan di atas diterjemahkan dengan “tidak berambisi pada persoalan kekuasaan dan harta benda”. Sebab perbuatan ambisi ini dapat menjerumuskan seseorang untuk berbuat yang tidak terpuji.
Ilmu yang dimiliki oleh seorang ‘alim hendaklah digunakan untuk tujuan –tujuan kebaikan ummat, bukan hanya untuk kebaikan bagi dirinya sendiri. Seseorang ‘alim hendaklah memanfaatkan ilmunya bukan untuk memperoleh popularitas, dan bukan pula untuk menyaingi sesama ulama lainnya.
4. Ikhlas dalam beramal dan tidak bersifat dengki
)(رواه أبودودوالرتمذى
ص َّلى اهللُ َعلَيْ ِه َ ِقَا َل َر ُس ْو ُل اهلل ال تتعلوا العلم لتباهوابه: َو َس َّل َم
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang ditanya tentang
5. Bersikap amanah dalam nyampaikan ilmunya.
me
ص َّلى اهللُ َعلَيْ ِه َ ِقَا َل َر ُس ْو ُل اهلل من سئل عن علم فكتمه: َو َس َّل َم اجلم يوم القيامه بلجام من النار
2
Tanwirul Qulub, 56.
Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
|
43
suatu pengetahuan kemudian dia menyembunyikannya, dia pada hari kiamat akan kendalikan dengan kendali dari neraka “. (H.R Abu Dawud dari Tirmidzy) Seorang yang ‘alim hendaklah menyampaikan pengetahuan yang ia ketahui kepada orang lain yang membutuhkannya. Pengetahuan ada lah anugerah dari Allah SWT yang merupakan milik ummat. Semua manusia berhak untuk menikmati dan mendapatkan petunjuk dari ilmunya seorang ulama. Berdasarkan hadits di atas bahwa seorang ulama yang menyembunyikan ilmunya maka Allah SWT akan mengendalikan dengan kendali dari api neraka di akhirat nanti. ( H.R Abu Dawud dari Tirmidzy). 6. Bersikap Istiqomah ( Lurus)
ص َّلى اهللُ َعلَيْ ِه َ ِقَا َل َر ُس ْو ُل اهلل ألنا من غري الدجال أحوف: َو َس َّل َم وما: فقبل.عليكم من الدجال
من األئمة املضلني: ذلك ؟ فقال )(أخرجه أمحد عن أبي ذر
Rasulullah SAW bersabda: “ Ada sesuatu yang lebih aku takuti pada kamu sekalian selain dari Dajjal. Maka beliau ditanya, apakah hal itu ? beliau bersabda: “ Mereka adalah para pemimpin yang menyesatkan”. ( H.R Ahmad dari Abi Dzar)3 3
44
Seorang ‘alim hendaklah bersikap lurus dan dia berusaha meluruskan orang lain. Ungkapan-ungkapannya harus jelas, terang, mudah difahami oleh ummat. Seorang ‘alim harus mampu memahami kehendak dan masalah-masalah yang dihadapi oleh ummat. Setiap ppetunjuk dan fatwanya selalu dibarengi dengan pemahanaman terhadap konteks persoalan yang dihadapi oleh ummat. Dengan sikap demikian nasehatnasehat serta fatwa-fatwanya akan selalu memberikan solusi yang baik bagi ummat. Sebaiknya jika nasehatnasehat dan fatwa-fatwanya tanpa didasari oleh pengetahuan tentang konteks persoalan yang dihadapi oleh masyarakat, atau juga tanpa didasari oleh pengetahuan yang benar, maka akibatnya bisa saja membingungkan atau mungkin menyesatkan ummat. 7. Bersifat dinamis
ص َّلى اهللُ َعلَيْ ِه َ ِقَا َل َر ُس ْو ُل اهلل من از داد علما ومل يزدد: َو َس َّل َم هدى مل يزدد من اهلل اال بعدا ) (أخرجه الديلمى عن على
Bersabda Rasulullah SAW: “Barang siapa yang ilmunya bertambah, akan tetapi tidak bertambah hidayahnya, maka baginya hanya akan lebih jauh kepada Allah”. (H.R Dailami dari Ali).
Hazinatul Asror, 43.
|
Komunitas
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
Seorang harus dinamis dan berusaha untuk meningkat. Dan peningkatan yang paling utama yang mesti diusahakan oleh seorang ‘alim adalah peningkatan ketaqwaan dan akhlaknya.
قال رسول اهلل صلى اهلل عليه ال جتلسوا عند كل عامل اال: وسلم
الي عامل يدعوكم من الر غبة الي , من الكرب الي التواضع,الزهد
8. Bersikap terbuka dan demokratis
ص َّلى اهللُ َعلَيْ ِه َ ِقَا َل َر ُس ْو ُل اهلل من فتنة العامل أن يكون: َو َس َّل َم الكالم أحب اليه من االستماع ( أخرجه أبو نعيم و ابن اجلوزى
) عن معاذ
Bersabda Rasulullah SAW: “Sesuatu yang dapat menjadi bencana bagi seorang alim adalah apabila ia lebih suka berbicara dari pada mendengar”. (H.R Abu Na’im dari Muadz).4 Sifat lainnya yang mesti dimiliki oleh seorang ulama adalah sikap terbuka, siap mendengarkan orang lain, baik berupa masukan, kritik, atau mungkin juga celaan. Seorang ulama harus menyadari bahwa dia adalah manusia biasa yang tidak terluput dari kekurangan dan kekhilafan. Maka sikap mau mendengar merupakan sikap yang terpuji, bukan merupakan kelemahan. 9. Membimbing ummat kesempurnaan
menuju
من العداوة الي النصيحة (أخرجه ) أبو نعيم عن جابر
Bersabda Rasulullah SAW: “Jangan kalaian duduk dengan kaum ‘ulama kecuali mereka mengajak kamu sekalian dari lima hal menuju lima hal. Dari keraguan menuju keyakinan; dari riya menuju ikhlas; dari cinta dunia menuju zuhud; dari sombong menuju tawadhu; dan dari permusuhan menuju saling menasehati”. (H.R Abu Na’im dari Jabir).5 Karakteristik ulama lainnya menurut Rasulullah SAW adalah kemampuannya untuk selalu berusaha memperbaiki ummat dari keadaan yang tidak baik menjadi baik, dari keadaan baik menjadi lebih baik. Upaya perbaikan ummat juga harus bermakna luas. Seorang ulama harus berusaha meningkatkan ummatnya kepada keadaan yang lebih baik, baik dalam bidang keimanan, akhlak, ilmu, wawasan, dan bidang-bidang lainnya. Hal sesuai hadist nabi yang lain “barang siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, dia beruntung; Mu’jam Al-Hadits An-Nabawi cet-Beirut, 1987. 5
4
Riyadlus Sholihin, 80.
Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
|
45
sedang siapa yang hari ini dengan hari kemarin dia tertipu, dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari kemaren dia terkutuk. 10. Jujur dan Berfatwa berdasarkan ilmu
قال رسول اهلل صلى اهلل عليه ما أدرى أعزير نبى أم ال: وسلم ؟ وما أدرى ذوالقرنني نيب أم ال ؟ (أخرجه أبو دود و احلاكم عن أبى
) هريرة
Bersabda Rasulullah SAW: “Saya tidak tahu apakah Azir itu nabi atau bukan ? Dan Saya pun tidak mengetahui apakah Dzul Qornain itu nabi atau bukan ?... (H.R Abu Dawud dan Hakim dari Abi Hurairah)6
ملا سئل رسول: عن ابن عمرقال اهلل صلى اهلل عليه عن خري البقاع
, ال ادرى: يف األرض وشرها قال حتى نزل عليه جربيل عليه السالم ال أدرى الي أن: فسأله فقال
أن خري البفاع,أعلمه اهلل عز وزل
املساجد و شرها األسواق (أخرجه )أمحد و أبو يعلى عن ابن عمر
6
46
Sunan Abu Dawud, 154.
|
Komunitas
Bersabda Rasulullah SAW:” Ketika Rasulullah SAW ditanya tentang tempat yang paling baik dan tempat yang paling buruk di dumi. Beliau bersabda :”Saya tidak tahu”. Sehingga turun Jibril AS dan dia menanyakan kepadanya. Jibril berkata :’Saya tidak tahu”. Kemudian Allah SWT mengajarinya bahwa sebaik-baiknya tempat di bumi adalah masjid dan sejelek-jeleknya tempat di bumi adalah pasar” (H.R Ahmad dan Abu Ya’la dari Ibnu Umar)7 Sikap jujur merupakan sikap dasar yang mesti dimiliki oleh seorang ulama. Kalau dia memang tidak mengetahui masalah yang ditanyakan, sebaiknya menjawabnya dengan jujur. Sebab Rasulullah sebagai seorang nabi dan rasul yang memperoleh wahyu dari Allah pun menjawab “tidak tahu” ketika ditanya tentang suatu masalah yang memang tidak diketahuinya. Ungkapan Rasulullah yang berbunyi “tidak tahu” mesti difahami bahwa beliau tidak berfatwa dengan sesuatu yang belum beliau ketahui. Dalam kehidupan sehari-hari jika seorang ulama ditanya tentang sesuatu yang tidak diketahui jawabannya tidaklah mesti persis demikian. Dia bisa memberi jawaban-jawaban sementara agar dapat memuaskan si penanya. Atau juga mengalihkan kepada masalah lain yang mirip atau terkait yang kita sudah mengetahui jawabannya. 7
Hayatil Ulama Fi Minhajun Nabi, 97.
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
D. Penutup
Daftar Pustaka
Ulama’ adalah orang yang mengajak orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui lisan, tulisan maupun perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau menyebar luaskan ajaran Islam, melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik menurut Islam. Karakteristik Ulama’ adalah kualitas secara keseluruhan dari seorang Ulama’ yang tampak dari cara-cara berbuat, berpikir, mengeluarkan pendapat, sikap, minat, pola hidup dan kepercayaan.
Abu ‘Abd Allah Muhammad bin Idris as-Syafi’i, Kitab Ikhtilaf Al-Hadis, (Dar al-Fikr, Beirut,1983)
Oleh Karena itu, jika dilihat dari beberapa hadist Rasulullah di atas kita bisa melihat bahwa karakteristikkarakteristik ulama adalah sebagai berikut :
-------, Tahzib at-Tahzib, Juz II, Dar Shadir,Beirut, t.th.
(1) Mengiringnya ilmu yang dike tahuinya dengan perbuatan-perbuatan nyata. (2) Bersikap Wara’(3) Tidak am bisi pada kekuasaan dan harta dunia (4) Bersikap ikhlas dan tidak dengki (5) Ber sikap amanah dalam menyampaikan ilmu (6) Bersikap demokratis dan terbuka (7) Bersikap dinamis (8) Bersikap lurus dan selalu meluruskan ummatnya (9) Membimbing ummat menuju kesempurnaan (10) Bersikap jujur dan selalu berfatwa berdasarkan pengetahuan.
Abu ‘Abd Allah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari,Shahih al-Bukhari.Juz IV, Dar Muthabi Syabi, t.tp., t.th. Abu al-Husain Muslim bin Hajjaj alQusyairial-Jami’ al-Sahih (Sahih Muslim), Dar al-Fikr, Beirut, t.th. Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Al-Atsqalani, Fath al-Bari bi Syarh Shahih alBukhari. Dar al-Ma’rifah, Beirut, t.th.
Ahmad bin Abd al-Halim bin Taimiyyah al-Harani, As-Siyasah asy-Syar’iyyah fiIshlahi ar-Ra’i wa ar-Ra’iyyah, Dar al-Ma’rifah, Beirut, t.th. --------, Majmu’ Fatawa, (Dar al-Wafa’, t.tp, 2005) --------, Minhaj as-Sunnah fi naqdikalam asy-Syi’ah wa al-Qadariyyah. (Dar al-Hadits, Al-Qahirah, 2004) Ahmad ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hambal.Juz II, (Maktabah al-Islami, Beirut, 1976) Ahmad Khairuddin, Beberapa Interpretasi Hadits al-Aimmah Min Quraisy: Studi Hadis dengan Pendekatan Fiqh Siyasah,
Volume 7, Nomor 1, Juni 2015
|
47
(Banjarmasin: Antasari Press, 2005) Ahmad Lutfi Fadlullah,Program DVD: Metode Belajar Interaktif Hadis dan IlmuHadis, PKH Islamic Center, Jakarta. Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Depar temen Agama, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir al-Qur’an, 1986)
Amin, Ahmad, Dluha al- Islam, (Dar Ihya as-Sunnah al-Nabawiyyah, Beirut, 1997) Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, Ihya’ Ulumuddin, juz 1 Hasyimi Bek, Ahmad “Mukhtarul al– hadits Nabawiyyah Wal Hikam AlMuhammadiyyah. Khallaf, Wahhab, Abdul, Ilmu Ushul Fiqh, (al-Majlis al-A’la li al-Dakwah al-Islamiyah, Indonesia,1972) Suyadi, Agus, Agus Sholahuddin Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2001)
48
|
Komunitas
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam