KAJIAN PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN SATWA DAN PENGEMBANGAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI OBYEK WISATA DI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU PALEMBANG SUMATERA SELATAN
IRWANI GUSTINA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
KAJIAN PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN SATWA DAN PENGEMBANGAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI OBYEK WISATA DI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU PALEMBANG SUMATERA SELATAN
IRWANI GUSTINA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN IRWANI GUSTINA. Kajian Pengelolaan Kesejahteraan Satwa dan Pengembangan Pemanfaatannya sebagai Obyek Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang Sumatera Selatan. Dibimbing oleh BURHANUDDIN MASYUD dan EVA RACHMAWATI. Satwa yang terdapat di Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu dan satwa yang liar di alam TWA Punti Kayu. Pengelolaan diperlukan dalam pemanfaatan satwa sebagai obyek wisata, salah satunya yaitu pengelolaan kesejahteraan satwa. Kajian komprehensif terkait dengan pengelolaan satwa dan pengembangan pemanfaatannya sebagai objek wisata sangat diperlukan agar pengembangan pemanfaatan satwa sebagai objek wisata di TWA Punti Kayu sesuai dengan kepentingan perlindungan dan pelestarian satwa, prinsip-prinsip kesejahteraan satwa serta minat dan keinginan pengunjung dan pengelola. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengelolaan kesejahteraan satwa guna memperoleh alternatif strategi pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu. Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2009. Obyek kajian yang digunakan yaitu satwa, pengunjung, dan pengelola TWA Punti Kayu. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, wawancara, dan pengamatan lapang. Metode analisis data terdiri dari analisis pengelolaan kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu, analisis persepsi pengunjung terhadap pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu, dan analisis SWOT untuk menyusun program pengembangan wisata. Hasil dari penelitian ini didapatkan empat jenis satwa yang ditemukan secara langsung di alam TWA Punti Kayu. Satwa yang dikoleksi di Taman Satwa Punti Kayu terdiri dari 29 jenis satwa yang tergolong ke dalam 3 kelas yaitu mamalia, burung, dan reptil. Pengelolaan satwa difokuskan pada satwa di Taman Satwa Punti Kayu yaitu dilihat dari pengelolaan pakan, pengelolaan kandang, dan pengelolaan kesehatan. Capaian implementasi kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu termasuk dalam kriteria cukup baik dengan nilai rataan 1,6. Tujuan pengunjung datang 52% untuk menikmati keindahan alam, intensitas kedatangan 35% sudah datang ke TWA ini lebih dari tiga kali, alasan berkunjung kembali 54.41% karena tertarik terhadap satwa, kawasan yang disukai 61% adalah taman satwa dan satwa yang paling disukai 27% yaitu beruang madu. Kegiatan wisata di TWA Punti Kayu sudah dikelola dengan cukup baik dilihat dari persepsi pengunjung dengan skor total 11,53. Obyek wisata yang dikelola TWA Punti kayu yaitu hutan tanaman berupa hutan pinus, museum fauna, taman satwa, danau, taman rekreasi, arena outbond, kolam renang, dan panggung hiburan. Pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu difokuskan pada empat obyek, yaitu taman satwa, taman rekreasi, danau, dan museum fauna. Dari keempat obyek tersebut terdapat lima program wisata yang dapat dikembangkan. Kata kunci: kesejahteraan satwa, program pengembangan wisata, pengunjung, taman wisata alam, taman satwa.
SUMMARY IRWANI GUSTINA. Study of Animals Welfare Management and Their Utilization Development as Tourism Object in Punti Kayu Natural Recreational Park, Palembang, South Sumatra. Under Supervision of BURHANUDDIN MASYUD and EVA RACHMAWATI. The animals in Punti Kayu Natural Recreational Park are divided into two groups; there are animals in the Punti Kayu Animals Park and wild animals in nature Punti Kayu Natural Recreational Park. A comprehensive study on animals welfare management and their utilization development is important in order to get synergic relation among animals utilization development as tourism object to animals protection, animals conservation, animals welfare principals and also to managers and visitors interest. The aim of this study is to understand animals welfare management in order to get alternative strategy in developing animalsbased tourism in Punti Kayu Natural Recreational Park. This study was conducted in Punti Kayu Natural Recreational Park, Palembang, South Sumatra over the past two months, July-August 2009. The objects of study were animals, visitors, and managers Punti Kayu Natural Recreational Park. Data were collected through literature study, interviews and field observations. The data analysis consisted of animals welfare management in the Punti Kayu Animal Park, visitors perceptions to tourism management at Punti Kayu Natural Recreational Park and SWOT analysis to prepare the program of tourism development. Based on the observation, there were 4 wild animals observed in Pintu Kayu Natural Recreational Park. Animals that were collected at the Punti Kayu Animal Park consist of 29 species that can be classified into 3 classes (mammals, birds, and reptiles). Animal management is focused in Punti Kayu Animal Park that can be seen from the feed, stable, and health managements. Implementation achievement of animal welfare in Punti Kayu Animal Park is categorized in the criteria of moderate with average value of 1.6. Visitors motivation coming to Punti Kayu Natural Recreational Park is mostly to enjoy the natural views (52%). The intensity of arrival shows that 35% of visitors have ever come to Natural Recreational Park more than three times. The reason of revisiting the area is because they were interested to watching the animals (54.41%). Most of visitors (61%) prefer visiting animal park to other spots in whole area of Punti Kayu Natural Recreational Park. Beruang madu is the most wanted animal, 27 % visitors wanted to see this animal. Based on visitors perceptions, tourism activities in Punti Kayu Natural Recreational Park have been managed well with total score 11.53. Tourism objects that have been managed in Punti Kayu Natural Recreational Park are pine plantations forests, fauna museum, animal park, lake, recreational park, outbound arena, swimming pool and entertainment stage. Animal-based tourism development in the Punti Kayu Natural Recreational Park is focused in four objects; those are animal park, recreational park, lake and fauna museum. In those four tourism objects, at least five tourism programs can be developed. Keywords: animal welfare, tourism development programs, visitors, natural recreational park, animal park.
PERNYATAAN Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kajian Pengelolaan Kesejahteraan Satwa dan Pengembangan Pemanfaatannya sebagai Obyek Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan adalah benar-benar hasil karya Saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2010
Irwani Gustina NRP E34050177
Judul Skripsi : Kajian Pengelolaan Kesejahteraan Satwa dan Pengembangan Pemanfaatannya sebagai Obyek Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang Sumatera Selatan Nama
: Irwani Gustina
NRP
: E34050177
Menyetujui,
Pembimbing I,
Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS. NIP. 19581121 198603 1 003
Pembimbing II,
Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si. NIP. 19770321 200501 2 003
Mengetahui, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Ketua
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS. NIP. 19580915 198403 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 21 Agustus 1988. Penulis adalah putri kedua dari empat bersaudara pasangan M. Teguh, S.H. dan Erlina, S.H. Riwayat pendidikan penulis adalah TK dan SD Islam Darussalam, SMP Negeri 29 Palembang, SMA Plus Negeri 17 Palembang dan lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2005. Penulis memilih Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata sebagai mayor di Fakultas Kehutanan. Penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan, diantaranya penulis bergabung di Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) dan sebagai sekretaris Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE) HIMAKOVA. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan pada tahun 2007, Eksplorasi Flora dan Fauna Indonesia (RAFFLESIA) di Hutan Pendidikan Gunung Walat tahun 2007 dan Cagar Alam Gunung Simpang tahun 2008. Penulis juga pernah melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Taman Nasional Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan dan RPH Cemara Kabupaten Indramayu, Jawa Barat tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis melaksanakan Praktek Umum Konservasi Eksitu di PT Mega Citrindo dan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) Serpong, serta Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Riau pada tahun 2009. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Kajian Pengelolaan Kesejahteraan Satwa dan Pengembangan Pemanfaatannya sebagai Obyek Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan. Penulis dibimbing oleh Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS. dan Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si.
UCAPAN TERIMAKASIH Alhamdulillaahirobbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan anugerah berupa kesehatan dan kesempatan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak telah membantu memberikan bimbingan, koreksi, dukungan dan doa yang akan selalu penulis kenang dan syukuri. Segenap penghargaan dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada : 1.
Mama dan Papa serta kakak dan adik penulis Irwandi, Irmansyah, dan Irfandi yang tidak pernah berhenti berdo’a dan memberikan kasih sayang, semangat serta dukungan kepada penulis.
2.
Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, doa, motivasi, dan ilmu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3.
Dosen penguji yang telah memberikan masukan bagi penyempurnaan skripsi ini Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS perwakilan dari Departemen Manajemen Hutan, Dr. Lina Karlinasari, S. Hut, M.ScF.Trop perwakilan dari Departemen Hasil Hutan dan Prof. Dr. Ir. IGK Tapa Darma, M.Sc perwakilan dari Departemen Silvikultur.
4.
Seluruh Dosen Fakultas Kehutanan IPB beserta staf administrasi.
5.
Segenap pimpinan dan jajarannya instansi BKSDA Sumatera Selatan dan PT. Indosuma Putra Citra.
6.
Teman-teman KSHE (Tarsius)’42 tanpa terkecuali, tidak pernah menyesal menjadi bagian dari kalian.
7.
Keluarga besar HIMAKOVA atas bantuan, semangat, dukungan serta kebersamaannya beserta adik-adik KSHE 43, 44 dan 45 yang telah memberi doa dan dukungan.
8.
Penghuni Andika House 18 yang telah berbagi keceriaan bersama penulis.
9.
Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
i
KATA PENGANTAR Puji dan syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah
memberikan
menyelesaikan
penyusunan
rahmat skripsi
dan
hidayah
yang
sehingga
berjudul
Penulis
Kajian
dapat
Pengelolaan
Kesejahteraan Satwa dan Pengembangan Pemanfaatannya sebagai Obyek Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan dari Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini mengenai kajian pengelolaan kesejahteraan satwa guna memperoleh alternatif strategi pengembangan wisata berbasis satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu. Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga skripsi dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Mei 2010
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................... ii DAFTAR TABEL .......................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 2 1.3 Kerangka Pemikiran Penelitian...................................................... 2 1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3 1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Wisata Alam ...................................................................... 5 2.2 Taman Satwa .................................................................................. 5 2.3 Kesejahteraan Satwa ...................................................................... 6 2.4 Wisata ............................................................................................ 11 2.4.1 Pengertian Wisata ................................................................. 11 2.4.2 Pemanfaatan Satwa untuk Wisata ......................................... 12 2.5 Analisis SWOT .............................................................................. 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu .......................................................................... 16 3.2 Alat dan Obyek Penelitian ............................................................. 16 3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan ....................................................... 16 3.3.1 Data Primer ........................................................................... 16 3.3.2 Data Sekunder ....................................................................... 18 3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 18 3.5 Analisis Data .................................................................................. 21 3.5.1 Analisis Pengelolaan Kesejahteraan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu ............................................................................ 21
iii
3.5.2 Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Pengelolaan Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu ...................................... 21 3.5.3 Analisis SWOT ..................................................................... 23 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan ............................................................................ 24 4.2 Kondisi Fisik .................................................................................. 24 4.2.1 Letak dan Luas ...................................................................... 24 4.2.2 Topografi............................................................................... 25 4.2.3 Iklim dan Hidrologi............................................................... 25 4.2.4 Tanah dan Geologi ................................................................ 25 4.2.5 Aksesibilitas .......................................................................... 26 4.3 Kondisi Biologi .............................................................................. 26 4.3.1 Keanekaragaman Flora ......................................................... 26 4.3.2 Keanekaragaman Fauna ........................................................ 26 4.4 Potensi Wisata ................................................................................ 26 4.5 Organisasi Pengelola ...................................................................... 27 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Potensi Satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu ........................ 29 5.1.1 Keanekaragaman Satwa di Taman Satwa Punti Kayu .......... 30 5.1.2 Keanekaragaman Satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu 33 5.2 Pengelolaan Satwa ........................................................................ 34 5.2.1 Pengelolaan Satwa di Habitat Alami Taman Wisata Alam Punti Kayu ........................................................................... 34 5.2.2 Pengelolaan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu .................. 35 5.2.2.1 Aspek Pengelolaan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu .......................................................................... 35 5.2.2.2 Analisis Kondisi Kesejahteraan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu ...................................................... 41 5.3 Karakteristik Pengunjung............................................................... 43 5.4 Motivasi dan Persepsi Pengunjung ................................................ 46 5.4.1 Motivasi Pengunjung ............................................................ 46 5.4.2 Persepsi Pengunjung ............................................................. 48 5.5 Pengelolaan Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu............... 50
iv
5.6 Pengembangan Wisata Berbasis Satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu ..................................................................................... 52 5.6.1 Identifikasi Faktor-Faktor Internal ........................................ 52 5.6.2 Identifikasi Faktor-Faktor Eksternal ..................................... 53 5.6.3 Rekomendasi Program Wisata di TWA Punti Kayu............ 58 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan .................................................................................... 61 6.2 Saran .............................................................................................. 61 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 63 LAMPIRAN.................................................................................................... 66
v
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. The Five Freedoms Satwa menurut the UK’s Farm Animal Welfare Council (1997) diacu dalam Appleby et al. (2004) ................................... 10 2. Satwa yang diamati di Taman Satwa Punti Kayu (kandang) ..................... 17 3. Satwa yang diamati di TWA Punti Kayu (liar di alam) ............................. 17 4. Pengunjung yang diamati dalam penelitian ............................................... 17 5. Pengelola Taman Satwa dan TWA Punti Kayu yang diamati ................... 18 6. Kategori responden, strata umur, persentase sampel, dan jumlah sampel pengunjung untuk penelitian ..................................................................... 19 7. Klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu .... 21 8. Penetapan skor dalam analisis persepsi pengunjung ................................. 22 9. Klasifikasi penilaian persepsi pengunjung terhadap pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu ....................................................................................... 23 10. Matrik SWOT ............................................................................................ 23 11. Obyek daya tarik wisata di TWA Punti Kayu............................................ 27 12. Daftar jenis satwa di Taman Satwa Punti Kayu......................................... 30 13. Satwa di Taman Satwa Punti Kayu laporan bulan Agustus 2009 .............. 31 14. Perubahan jumlah satwa di Taman Satwa Punti Kayu selama penelitian.. 32 15. Daftar jenis satwaliar di TWA Punti Kayu ................................................ 33 16. Frekuensi dan jenis pakan satwa di Taman Satwa Punti Kayu .................. 36 17. Pengelolaan kandang satwa di Taman Satwa Punti Kayu ......................... 39 18. Persepsi pengunjung mengenai pengelolaan TWA Punti Kayu ................ 49 19. Jumlah pengunjung TWA Punti Kayu dari tahun 2004-2008.................... 50 20. Matrik SWOT TWA Punti Kayu ............................................................... 54 21. Alternatif model promosi berdasarkan target pasar ................................... 56 22. Obyek wisata yang dikembangkan di TWA Punti Kayu ........................... 58 23. Rekomendasi program wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu........... 59
vi
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian .................................................................. 2.
3
Taman Satwa Punti Kayu: (a) gerbang masuk taman satwa (b) kandang (c) orang utan (d) elang bondol (e) buaya muara ...................................... 29
3. Satwa yang ditemukan langsung: (a) monyet (b) biawak .......................... 33 4. Ketersediaan makanan dan minuman: (a) semua pakan untuk 1 hari (b) wadah minum ............................................................................................ 36 5. Bentuk-bentuk kandang Taman Satwa Punti Kayu: (a) kandang tabung dengan atap kerucut (b) kandang kotak dengan atap segitiga (c) kandang kotak (d) kandang terbuka. ........................................................................ 37 6. Denah kandang Taman Satwa Punti Kayu................................................. 38 7. Pemeriksaan kesehatan: (a) obat untuk unggas (b) vaksin flu burung (c) penyuntikan vaksin (d) kegiatan sanitasi kandang (e) kartu vaksin rabies ......................................................................................................... 40 8. Capaian implementasi kesejahteraan satwa per prinsip ............................. 41 9. Umur pengunjung TWA Punti Kayu ......................................................... 44 10. Jenis kelamin pengunjung TWA Punti Kayu............................................. 44 11. Daerah asal pengunjung TWA Punti Kayu ................................................ 44 12. Pekerjaan pengunjung TWA Punti Kayu ................................................... 45 13. Pendidikan terakhir pengunjung TWA Punti Kayu ................................... 45 14. Pengunjung yang sedang mengamati satwa ............................................... 46 15. Tujuan responden datang ke TWA Punti Kayu ......................................... 46 16. Intensitas responden mengunjungi TWA Punti Kayu ............................... 47 17. Alasan responden berkunjung kembali ke TWA Punti Kayu .................... 47 18. Kawasan yang disukai di TWA Punti Kayu .............................................. 47 19. Obyek satwa yang disukai di Taman Satwa Punti Kayu ........................... 48 20. Denah rekomendasi program wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu 60
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Penilaian kriteria capaian implementasi kesejahteraan satwa.................... 66 2. Rekapitulasi persepsi pengunjung TWA Punti Kayu ................................ 69 3. Panduan wawancara ................................................................................... 72 4. Kuisioner penelitian ................................................................................... 73
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (Undang-Undang No.5 Tahun 1990). Selain itu taman wisata alam juga berfungsi sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa, dan keunikan alam (Rais et al. 2007). Taman Wisata Alam Punti Kayu (TWA Punti Kayu) merupakan salah satu taman wisata alam berlokasi di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan yang berfungsi sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis satwa yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. TWA ini telah membuat taman satwa sebagai salah satu upaya untuk pengelolaan satwa yang sekaligus dapat digunakan untuk kegiatan wisata. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/Menhut-II/2006 menyatakan bahwa taman satwa adalah kebun binatang yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat. Prinsip kesejahteraan satwa menurut Farm Animal Welfare Council (1992) diacu dalam Appleby dan Hughes (1997) yang harus diperhatikan berkenaan dengan pengelolaan satwa yaitu (1) bebas dari rasa haus dan lapar, (2) bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, (3) bebas dari rasa tidak nyaman, (4) bebas dari rasa takut dan tekanan, dan (5) bebas untuk menampilkan perilaku alami. Sejalan dengan ketentuan Peraturan Menteri Kehutanan tentang taman satwa dan prinsip kesejahteraan satwa tersebut diatas, maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah sejauh mana praktek pengelolaan satwa yang telah dilakukan di Taman Satwa di TWA Punti Kayu sudah memenuhi ketentuan dan prinsip kesejahteraan satwa. Hal ini penting dikaji karena selain berfungsi sebagai sarana rekreasi, keberadaan taman satwa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari TWA Punti Kayu juga berfungsi sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis satwa yang harus diperhatikan pengelolaannya. Sebagaimana diketahui
2
bahwa kegiatan wisata secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan gangguan pada kesejahteraan satwa yang dikelola, baik dari aktivitas pengelola maupun pengunjung. TWA Punti Kayu juga memiliki potensi satwa yang hidup liar di alam yang dapat dikembangkan pemanfaatannya secara terpadu sebagai obyek wisata yang menarik selain potensi satwa yang dikelola di taman satwa. Untuk itu perlu dikaji potensi keanekaragaman jenis dan penyebarannya, agar dapat dirumuskan pengembangan pemanfaatannya sebagai obyek wisata. Pengembangan pemanfaatan satwa sebagai obyek wisata di TWA Punti Kayu guna selaras dengan kepentingan perlindungan dan pelestarian satwa serta prinsip-prinsip kesejahteraan satwa di satu sisi serta minat dan keinginan pengunjung maupun pengelola pada sisi yang lain, maka diperlukan suatu kajian yang lebih komprehensif baik yang terkait dengan pengelolaan satwa dan pengembangan pemanfaatannya sebagai obyek wisata.
1.2 Perumusan Masalah Permasalahan yang akan dikaji berdasarkan latar belakang tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana potensi keanekaragaman satwa di TWA Punti Kayu? 2. Bagaimana pengelolaan satwa di TWA Punti Kayu? 3. Bagaimana motivasi dan persepsi pengunjung mengenai pengelolaan TWA Punti Kayu? 4. Bagaimana pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu? 5. Bagaimana pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu?
1.3 Kerangka Pemikiran Penelitian Kegiatan wisata yang dilakukan sudah seharusnya tetap menjaga kelestarian lingkungan alaminya termasuk satwa yang terdapat di dalamnya. Oleh dari itu, dalam pengembangannya dibutuhkan data dan informasi mengenai satwa, pengelola, dan pengunjung. Kerangka pikir ini dapat dituangkan dalam Gambar 1 sebagai berikut:
3
Satwa
Di TWA Punti Kayu (liar di alam)
Di Taman Satwa (kandang)
Jenis
Kesejahteraan
Jenis
Penyebaran
-Bebas dari lapar dan haus -Bebas dari rasa tidak nyaman -Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit -Bebas untuk menampilkan perilaku alami -Bebas dari rasa takut dan tekanan
Persepsi pengelola
Analisis SWOT
Motivasi dan persepsi pengunjung
Pengembangan wisata di TWA Punti Kayu
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.
Data dan informasi dalam penelitian ini didapatkan dari tiga obyek yaitu satwa, pengelola, dan pengunjung. Data dan informasi yang didapatkan akan dianalisis menggunakan analisis SWOT untuk mendapatkan alternatif strategi sehingga didapatkan pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu.
1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui potensi keanekaragaman satwa di TWA Punti Kayu. 2. Mengetahui pengelolaan satwa di TWA Punti Kayu. 3. Mengetahui motivasi dan persepsi pengunjung mengenai pengelolaan TWA Punti Kayu. 4. Mengetahui pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu. 5. Menyusun pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu.
4
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada pihak pengelola untuk pengoptimalan pemaanfaatan potensi satwa sebagai obyek wisata yang selaras dengan kesejahteraan satwa.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taman Wisata Alam Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (Undang-Undang No.5 Tahun 1990). Taman wisata alam berfungsi sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa, dan keunikan alam yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan wisata alam (Rais et al. 2007). Tujuan pengelolaan taman wisata alam menurut Rais et al. (2007) yaitu terjaminnya potensi kawasan taman wisata alam, kelestarian kondisi lingkungan kawasan wisata alam, optimalnya manfaat taman wisata alam untuk kegiatan wisata alam, penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, menunjang budidaya, budaya, bagi kesejahteraan masyarakat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 menyatakan bahwa suatu kawasan ditetapkan sebagai kawasan taman wisata alam, apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik. b. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian dan potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam. c. Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam.
2.2 Taman Satwa Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/Menhut-II/2006 menyatakan taman satwa adalah kebun binatang yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat.
6
Kriteria Taman Satwa menurut P.53/Menhut-II/2006 meliputi: a. Koleksi satwa yang dipelihara sekurang-kurangnya 2 kelas, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi undang-undang dan atau ketentuan Convention of International Trade on Endangered Species of Flora Fauna (CITES). b. Memiliki lahan seluas sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar. c. Ketersediaan air dan pakan yang cukup. d. Memiliki sarana pemeliharaan satwa, antara lain: kandang pemeliharaan, kandang perawatan, kandang karantina, kandang pengembangbiakan, kandang sapih, kandang peragaan, naungan dan prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain. e. Memiliki kantor pengelolaan dan sarana pengelolaan. f. Tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain dokter hewan, ahli biologi atau konservasi, kurator, perawat, dan tenaga keamanan.
2.3 Kesejahteraan Satwa Kesejahteraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009) yaitu hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup, kemakmuran. Kesejahteraan memiliki banyak aspek yang berbeda dan tidak ada ungkapan sederhana, permasalahannya sangat banyak dan beragam. Animal welfare
mengacu
pada
kualitas
hidup
satwa,
kondisi
satwa,
dan
perawatan/perlakuan terhadap satwa (Dallas 2006). Appleby dan Hughes (1997) menyatakan masalah kesejahteraan itu bermacam-macam, karena kesejahteraan bukan sesuatu yang sederhana, dari yang baik sampai buruk, menyangkut banyak aspek yang berbeda. Satu kesimpulan dari perbedaan aspek-aspek tersebut yaitu kebebasan (the Five Freedoms), Farm Animal Welfare Council (1992) diacu dalam Appleby dan Hughes (1997) menyatakan bahwa idealnya satwa harus (1) bebas dari rasa lapar dan haus, (2) bebas dari rasa tidak nyaman, (3) bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, (4) bebas untuk menampilkan perilaku alami, dan (5) bebas dari rasa takut dan tekanan.
7
Duncan dan Fraser diacu dalam Appleby et al. (2004) juga menyatakan bahwa ada tiga pendekatan untuk kesejahteraan, penekanan terhadap perasaan seperti kesenangan dan penderitaan (pikiran), penghindaran dari luka dan penyakit (tubuh), dan kemampuan untuk menampilkan perilaku alami (sifat). Duncan dan Frasher (1997) menyatakan lebih lanjut bahwa penilaian mengenai animal welfare tidak pernah bisa obyektif karena merupakan gabungan dari pengetahuan mengenai animal welfare dengan pendekatan penilaian. Ada tiga macam pendekatan dalam menerapkan animal welfare yaitu: a. Pendekatan
berdasarkan
perasaan,
pendekatan
ini
mendefinisikan
kesejahteraan satwa dimana satwa sebagai subyek (perasaan dan emosi) dimana pada pendekatan ini menekankan mengurangi perasaan negatif (cekaman, kesakitan, dan lain-lain) dan meningkatkan perasaan positif (nyaman, kesenangan, dan lain-lain). Terkait dengan metode ini termasuk pengukuran utama terhadap motivasi, perilaku, dan psikologi yang merupakan bagian dari perasaan satwa. b. Pendekatan berdasarkan fungsi, pendekatan ini mengartikan bahwa kesejahteraan satwa adalah terpenuhinya fungsi-fungsi biologis seekor satwa. Banyak yang terkait bahkan kadang bertentangan, pengukuran yang digunakan adalah berdasarkan kesehatan, umur, kesuksesan bereproduksi, dan gangguan pada perilaku dan psikologinya. Pada pendekatan ini banyak perdebatan mengenai hubungan antara fungsi dengan dasar pengukuran dan kesejahteraan satwa. c. Pendekatan berdasarkan pengekspresian satwa berdasarkan perilaku normal di alam. Penampilan secara penuh perilaku alamiah menyebabkan timbulnya daftar kritikan luas oleh pengkritisi animal welfare, namun pada sebagian orang pendekatan ini mungkin saja dikembangkan. Upaya yang dapat dipertimbangkan untuk mewujudkan kesejahteraan satwa ada dua macam, yaitu mengusahakan satwa hidup sealami mungkin atau membiarkan satwa hidup dengan perjalanan fungsi biologisnya (Moss 1992). Menurut Farm Animal Welfare Council (1992) diacu dalam Appleby dan Hughes (1997) kesejahteraan satwa dapat diukur dengan aspek-aspek kebebasan (Five Freedoms), yaitu:
8
a. Bebas dari rasa lapar dan haus (freedom from hunger and thirst) Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pertama dalam hidup. Kebebasan dari rasa lapar dan haus ini ditempatkan di urutan pertama karena ini sangat mendasar, primitif, dan tidak dapat ditolerir. Lapar adalah saat-saat satwa terstimulasi untuk makan. Satwa memerlukan akses yang mudah terhadap makanan dan minuman untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Ukuran kelaparan dapat dibagi ke dalam tiga kategori. Pertama, termasuk di dalamnya masuknya makan, kedua, jumlah rata-rata memakan,
dan
ketiga,
waktu
yang
dibutuhkan
dalam
aktivitas
pendistribusian makanan. Metode-metode yang dapat digunakan untuk mengukur rasa haus adalah proses pengukuran jumlah air yang masuk, jumlah rata-rata meminum, dan waktu yang dibutuhkan dalam pendistribusian minuman (Magnen 1985 diacu dalam Islahuddin 2009). b. Bebas dari rasa tidak nyaman (freedom from discomfort) Ketidaknyamanan disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak sesuai pada satwa. Bebas dari rasa tidak nyaman dapat diwujudkan dengan menyediakan tempat yang sesuai seperti penyediaan kandang/ tempat berlindung yang nyaman (ventilasi memadai, suhu dan kelembaban yang cukup, adanya lantai, tempat tidur, dan sebagainya). Satwa akan merasa nyaman pada lingkungan yang tepat, termasuk perkandangan dan area beristirahat yang nyaman. Kondisi lingkungan yang ekstrim dan penerapan manajemen
yang
membuat
stres
mempengaruhi
kesehatan
dan
kesejahteraan satwa. Akibatnya selain metabolisme, satwa yang stres akan memperburuk penampilan (kurus), satwa juga akan lebih rentan terhadap infeksi agen penyakit (Blecha 2000). c. Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit (freedom from pain, injury, and disease) Sehat pada satwa secara individu secara sangat sederhana dapat didefinisikan negatif sebagai “tidak adanya symptom penyakit” (Ekesbo 1996). Penyakit seringnya diakibatkan oleh kekeliruan manajemen atau sistem yang diberlakukan. Penyakit meliputi malnutrisi, trauma, dan infeksi yang diderita satwa selama satwa dipelihara manusia. Kebebasan
9
ini dapat diwujudkan dengan pencegahan, diagnosa yang tepat dan perawatan. Pengetahuan yang cukup atau tersedianya dokter hewan sangat penting (Phillips 2000 diacu dalam Islahuddin 2009). d. Bebas untuk menampilkan perilaku alami (freedom to express normal behaviour) Satwa mempunyai kebiasaan atau perilaku yang khas untuk masingmasing jenis. Dalam perawatan manusia, satwa mungkin memiliki lebih sedikit kesempatan untuk mengekspresikan perilaku normalnya tersebut. Pada kondisi ekstrim, hal yang mungkin terjadi justru satwa menunjukkan perilaku menyimpang. Penyediaan ruang yang cukup, fasilitas yang benar dan teman bagi satwa dari sejenisnya akan membantu satwa mendapatkan kebebasan menunjukkan perilaku normalnya (Phillips 2000 diacu dalam Islahuddin 2009). e. Bebas dari rasa takut dan tekanan (freedom from fear and distress) Para peneliti mempunyai takaran tersendiri dalam mengukur tingkat stres, seperti detak jantung dan kadar konsentrasi pada plasma katekolamin dan kortikosteron. Peternak harus memastikan satwanya terbebas dari penderitaan mental akibat kondisi sekitar, perlakuan, dan manajemen. Untuk dapat bertahan seekor satwa harus mampu menyesuaikan diri dan mengatasi tantangan alam (Cook 2000). Respon terhadap tantangan alam ini salah satu wujudnya adalah stres. Stres selalu hadir, dan tanpa kehadiran stres berarti kematian (Wolfle 2000). Rangsangan yang memicu stres disebut dengan istilah stressor. Stres berbeda dari distres, distres adalah stres yang buruk, sementara stres tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap kesejahteraan satwa. Istilah eustres digunakan untuk keadaan oleh stressor yang menyenangkan, misalnya saat bermain dengan kawannya (Lay 2000). Moberg (2000) menyatakan stres berpengaruh terhadap kesejahteraan satwa tergantung besar kecilnya kerugian biologis akibat stres tersebut. Meskipun akomodasi atas stres mungkin terjadi, namun jika tidak maka stres dapat berakibat kematian. Stres tidak hanya merupakan keadaan saat satwa harus beradaptasi melebihi kemampuannya, tetapi juga pada saat
10
satwa mempunyai respon yang lemah bahkan terhadap rangsangan normal sehari-hari (Duncan dan Fraser 1997). Rasa takut merupakan emosi primer yang dimiliki satwa yang mengatur respon mereka terhadap lingkungan fisik dan sosialnya. Rasa takut dianggap sebagai stres yang merusak satwa (Jones 1997 diacu dalam Islahuddin 2009). Rasa takut yang berkepanjangan tentu akan berimbas buruk bagi kesejahteraan satwa. Cheeke (2004) diacu dalam Islahuddin (2009) menitikberatkan pada teknik manajemen satwa yang mengurangi atau menghilangkan stres sebagai komponen penting dari animal welfare. Prinsip kesejahteraan satwa yang telah diuraikan diatas, untuk singkatnya dapat dilihat pada Tabel 1 yang sekaligus merupakan batasan kesejahteraan satwa yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 1 The Five Freedoms Satwa menurut the UK’s Farm Animal Welfare Council (1997) diacu dalam Appleby et al. (2004) No 1.
Prinsip kesejahteraan satwa Bebas dari rasa lapar dan haus
2.
Bebas dari rasa tidak nyaman
3.
Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit
4.
Bebas untuk menampilkan perilaku alami
5.
Bebas dari rasa takut dan tekanan
Deskripsi Dengan tersedianya air bersih dan makanan untuk mendapatkan kekuatan penuh Dengan tersedianya lingkungan yang cocok, termasuk tempat berlindung dan tempat beristirahat yang nyaman Dengan pencegahan atau diagnosa yang tepat dan pengobatan Dengan tersedianya ruang yang cukup, fasilitas yang tepat, dan interaksi dengan jenisnya sendiri Dengan menjamin kondisi dan perlakuan dengan menghindari tekanan mental
Di Indonesia kesejahteraan satwa diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pada Pasal 1 dikatakan bahwa yang dimaksud kesejahteraan hewan ialah usaha manusia memelihara hewan, yang meliputi pemeliharaan lestari hidupnya hewan dengan pemeliharaan dan perlindungan yang wajar. Tercantum juga dalam hal pemeliharaan hewan pada Pasal 22 yang menyatakan untuk kepentingan kesejahteraan hewan, maka dengan peraturan pemerintah ditetapkan ketentuanketentuan tentang: a) tempat dan perlindungan, b) pemeliharaan dan perawatan, c) pengangkutan, d) penggunaan dan pemanfaatan, e) cara pemotongan dan pembunuhan, f) perlakuan dan pengayoman yang wajar oleh manusia terhadap
11
hewan. Pada saat ini undang-undang sedang direvisi dan muatan tentang kesejahteraan hewan disempurnakan sesuai dengan perkembangan masa kini.
2.4 Wisata 2.4.1 Pengertian Wisata Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan sebagai antisipasi perkembangan dunia pariwisata yang semakin mengglobal (Pendit 2002). UU ini mengandung ketentuan meliputi delapan hal, yaitu: a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. e. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. f. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. g. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. h. Menteri Pariwisata adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kepariwisataan. Pariwisata merupakan suatu gejala yang menggambarkan kepergian orangorang di dalam negaranya sendiri (pariwisata domestik) atau melalui batas negara (pariwisata internasional). Proses bepergian ini menimbulkan terjadinya interaksi
12
dan hubungan, persepsi, motivasi, tekanan, kepuasan, dan lain-lain antar pribadi atau antar kelompok (Wahab 1992). Goeldner et al. (2000) menyatakan wisata adalah perpaduan dari kegiatan, pelayanan, dan industri yang memberikan sebuah pengalaman perjalanan mulai dari transportasi, akomodasi, makan dan minum, berbelanja, hiburan, fasilitas kegiatan, dan pelayanan lainnya yang tersedia untuk individu atau rombongan yang melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggal mereka. Avenzora (2008) menyatakan wisata merupakan kombinasi berbagai komponen dan aspek pengetahuan yang harus diintegrasikan dalam suatu kesatuan dinamika. Diterangkan lebih lanjut bahwa untuk memudahkan mempelajari wisata maka dapat dilakukan penyederhanaan dengan mengenali determinan yang sangat signifikan mempengaruhi berbagai aspek dalam wisata yaitu ruang dan waktu. Wisata menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam adalah kegiatan
perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam di taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.
2.4.2 Pemanfaatan Satwa untuk Wisata Strategi konservasi yang telah dikembangkan dalam penanganan hidupan liar, menurut Semiadi (2007) dapat dirangkum sebagai berikut yaitu pembentukan kawasan lindung, perlindungan total, olahraga berburu, penangkaran, pengelolaan intensif pada hidupan liar yang memiliki nilai bioprospektif, pemanfaatan hidupan liar di wilayah pengembangan, dan ekowisata. Ekowisata merupakan konsep yang telah banyak dikembangkan selama 20 tahun terakhir di berbagai negara, dimana memberikan contoh bahwa hidupan liar yang dibiarkan berkembang secara alami lebih berharga dan indah dibandingkan dalam bentuk mati atau jauh dari habitatnya. Kegiatan ini berupa perjalanan dan kunjungan ke wilayah yang masih alami untuk kesenangan, pendidikan dan menghargai keindahan alam (Semiadi 2007).
13
Satwa yang hidup liar di alam bebas merupakan pemandangan alam yang indah dan khas serta mempunyai nilai seni yang sangat tinggi (Alikodra 2002). Taman Nasional Nairobi (Afrika), dapat menyuguhkan kehidupan liar diantaranya singa yang sedang memangsa antelope dan sebagainya, Taman Nasional Baluran dengan ratusan ekor rusa dan banteng yang melintas savana. Obyek-obyek rekreasi alam ini dapat dikembangkan secara profesional sehingga dapat menarik minat wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. Jika keadaan ini dapat berkembang dengan pesat, berarti kita dapat memanfaatkan potensi keindahan alam secara optimal untuk kepentingan pengembangan sektor pariwisata (Alikodra 2002). Obyek dan daya tarik wisata (UU No. 9 Tahun 1990) terdiri atas: a. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna. b. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreaksi, dan tempat hiburan. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam (UU No.9 Tahun 1990) merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan tata lingkungannya untuk dijadikan sasaran wisata. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya merupakan usaha pemanfaatan seni budaya bangsa untuk dijadikan sasaran wisata. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata minat khusus merupakan usaha pemanfaatan sumber daya alam dan potensi seni budaya bangsa untuk menimbulkan daya tarik dan minat khusus sebagai sasaran wisata. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata yang berintikan kegiatan yang memerlukan pengamanan terhadap keselamatan wisatawan, kelestarian dan mutu lingkungan, atau ketertiban dan ketenteraman masyarakat diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pemanfaatan jenis menurut PP No. 8 Tahun 1990 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwaliar adalah penggunaan sumber daya alam baik tumbuhan maupun satwa liar dan atau bagian-bagiannya serta hasil dari padanya dalam bentuk pengkajian, penelitian dan pengembangan; penangkaran; perburuan;
14
perdagangan; peragaan; pertukaran; budidaya tanaman obat-obatan; dan pemeliharaan untuk kesenangan. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar bertujuan agar jenis tumbuhan dan satwa liar dapat didayagunakan secara lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dilakukan dengan mengendalikan pendayagunaan jenis tumbuhan dan satwa liar atau bagianbagiannya serta hasil dari padanya dengan tetap menjaga keanekaragaman jenis dan keseimbangan ekosistem (PP No.8 Tahun 1990). Peragaan jenis tumbuhan dan satwa liar berdasarkan PP No.8 Tahun 1990 dapat berupa koleksi hidup atau koleksi mati termasuk bagian-bagiannya serta hasil dari padanya. 1. Peragaan jenis tumbuhan dan satwa liar dapat dilakukan oleh lembaga konservasi dan lembaga-lembaga pendidikan formal. 2. Peragaan yang dilakukan oleh orang atau Badan di luar lembaga sebagaimana dimaksud di atas harus dengan izin menteri. Perolehan dan penggunaan jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi untuk keperluan peragaan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri (PP No.8 Tahun 1990). 1. Lembaga, badan atau orang yang melakukan peragaan tumbuhan dan satwa liar bertanggung jawab atas kesehatan dan keamanan tumbuhan dan satwa liar yang diperagakan. 2. Menteri mengatur standar teknis kesehatan dan keamanan tumbuhan dan satwa liar untuk keperluan peragaan.
2.5 Analisis SWOT Proses pengambilan keputusan strategis, suatu perusahaan atau organisasi sepatutnya menjalani berbagai evaluasi dan analisis. Rangkaian proses panjang ini dimaksudkan untuk memberikan pilihan alternatif terbaik dalam perkembangan selanjutnya (Rangkuti 2008), begitu juga dengan daerah wisata seperti Taman Wisata Alam Punti Kayu. SWOT menurut Rangkuti (2008) merupakan singkatan dari lingkungan internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan
15
Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) dengan faktor internal kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan Ancaman (Threats) (Rangkuti 2008). Alat yang biasa dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan ialah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (Rangkuti 2008).
16
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2009.
3.2 Alat dan Obyek Penelitian Alat yang digunakan adalah peta kawasan, kamera, buku panduan lapang, tallysheet, panduan wawancara, kuisioner, dan alat tulis menulis. Obyek penelitian yaitu satwa, pengunjung, dan pengelola TWA Punti Kayu.
3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah secara langsung dari sumbernya oleh pengguna data. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pengguna data, dan data itu telah diolah dan dipublikasikan pihak lain (Kusmayadi 2004). 3.3.1 Data Primer Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi tiga bagian, yaitu: 1. Satwa, meliputi data satwa yang dikelola di Taman Satwa Punti Kayu dan potensi satwa yang terdapat di TWA Punti Kayu yaitu satwa yang hidup bebas di alam (Tabel 2-Tabel 3). 2. Pengunjung, meliputi data mengenai motivasi, persepsi, perilaku, dan harapan serta saran pengunjung mengenai pengelolaan TWA Punti Kayu (Tabel 4). 3. Pengelola, meliputi data mengenai persepsi pengelola terhadap aspekaspek pengelolaan yang dilakukan oleh pengelola Taman Satwa Punti Kayu dan perilaku pengelola terhadap satwa di Taman Satwa Punti Kayu (Tabel 5).
17
Tabel 2 Satwa yang diamati di Taman Satwa Punti Kayu (kandang) No
Jenis Data
1.
Jenis satwa
Metode Pengumpulan Data Pengamatan lapang
2.
Pengelolaan pakan
Wawancara dan pengamatan lapang
3.
Pengelolaan kandang
Wawancara dan pengamatan lapang
4.
Pengelolaan kesehatan
Wawancara dan pengamatan lapang
Informasi yang Dikumpulkan Semua jenis yang terdapat di taman satwa (nama lokal, nama latin, kelas, dan famili) a. Frekuensi pemberian makanan b. Waktu pemberian makanan c. Jenis makanan yang diberikan kepada satwa (buah/sayur/daging) d. Kondisi makanan e. Frekuensi pemberian air minum f. Waktu pemberian air minum g. Kondisi air minum a. Ketersediaan tempat berlindung/beristirahat b. Bentuk tempat berlindung/beristirahat c. Bentuk kandang d. Luas kandang e. Jenis lantai kandang f. Jumlah satwa /kandang g. Fasilitas pendukung (sarang/tempat berkubang) h. Kondisi lingkungan kandang dan sekitarnya a. Frekuensi pemeriksaan kesehatan b. Tindakan prefentif (sanitasi/vaksinasi) c. Jenis obat
Pengisian kriteria capaian implementasi kesejahteraan satwa dilakukan dengan sistem pengisian tabel evaluasi kesejahteraan satwa yang diterbitkan oleh PKBSI (Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia) diacu dalam Islahuddin (2009) yang disesuaikan dengan keperluan penelitian. Pendekatan penilaian berdasarkan ketersediaan fasilitas dan sistem manajemen pengelolaan satwa (Lampiran 1). Tabel 3 Satwa yang diamati di TWA Punti Kayu (liar di alam) No
Jenis Data
1.
Jenis satwa
2.
Potensi satwa
Metode Pengumpulan Data Studi pustaka dan pengamatan lapang Studi pustaka dan pengamatan lapang
Informasi yang Dikumpulkan Semua jenis yang terdapat di TWA Punti Kayu (nama lokal, nama latin, kelas, dan famili) Mencatat titik-titik penyebaran satwa yang terdapat di TWA Punti Kayu
Tabel 4 Pengunjung yang diamati dalam penelitian 1.
Karakteristik pengunjung
Metode Pengumpulan Data Kuisioner dan wawancara
2.
Motivasi pengunjung
Kuisioner dan wawancara
No
Jenis Data
Informasi yang Dikumpulkan a. b. c. d. e. f. a. b.
Nama Umur Jenis kelamin Daerah asal Pendidikan terakhir Pekerjaan Tujuan datang ke TWA Punti Kayu Intensitas mengunjungi TWA Punti Kayu
18 No
Jenis Data
Metode Pengumpulan Data
3.
Persepsi pengunjung
Kuisioner dan wawancara
4.
Perilaku pengunjung
5.
Harapan dan saran pengunjung
Kuisioner, wawancara, dan pengamatan lapang Kuisioner dan wawancara
Informasi yang Dikumpulkan c. Alasan berkunjung kembali ke TWA Punti Kayu d. Kawasan yang disukai di TWA Punti Kayu e. Obyek satwa yang disukai di Taman Satwa Punti Kayu a. Sarana dan prasarana di TWA Punti Kayu b. Pelayanan dari pengelola TWA Punti Kayu c. Harga tiket masuk TWA Punti Kayu dan Taman Satwa Punti Kayu d. Kepuasan terhadap keberadaan satwa (jumlah dan keanekaragaman) di Taman Satwa Punti Kayu e. Kondisi kesejahteraan satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu Perlakuan pengunjung terhadap satwa di Taman Satwa Punti Kayu Harapan dan saran pengunjung terhadap pengelolaan TWA Punti Kayu
Tabel 5 Pengelola Taman Satwa dan TWA Punti Kayu yang diamati No
Jenis Data
1.
Persepsi pengelola
2.
Perilaku pengelola
Metode Pengumpulan Data Wawancara Wawancara dan pengamatan lapang
Informasi yang Dikumpulkan Persepsi pengelola terhadap aspek-aspek pengelolaan yang dilakukan oleh pengelola TWA Punti Kayu Perlakuan pengelola terhadap satwa di Taman Satwa Punti Kayu
3.3.2 Data Sekunder Data sekunder yang dikumpulkan yaitu data mengenai satwa yang terdapat di alam hasil inventarisasi BKSDA Sumatera Selatan, sarana prasarana wisata, kebijakan-kebijakan pengelola, sejarah pengelolaan satwa di Taman Satwa Punti Kayu, dan data pengunjung TWA Punti Kayu serta data dan informasi lain yang menunjang penelitian.
3.4 Metode Pengumpulan Data 1) Studi Pustaka Studi pustaka bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai satwa yang terdapat di TWA Punti Kayu dari berbagai sumber seperti dokumen pengelola, buku, laporan, dan lain-lain. Data yang diperoleh dari studi pustaka diverifikasi di
19
lapangan. Selain data satwa, juga dikumpulkan data pengunjung tahun-tahun sebelumnya dari dokumen pengelola TWA Punti Kayu. 2) Wawancara Kegiatan wawancara dilakukan secara langsung melalui wawancara dan penyebaran kuisioner terhadap pengunjung. Wawancara yang dilakukan meliputi: a. Wawancara dengan pengelola dilakukan pada BKSDA Sumatera Selatan, manajer pelaksana, dan animal keeper mengenai persepsi pengelola terhadap
aspek-aspek
pengelolaan
kesejahteraan
satwa
termasuk
sumberdaya manusia, pengetahuan, dan kegiatan apa saja yang telah dilaksanakan dalam pengelolaan kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu. b. Wawancara
dengan
pengunjung.
Wawancara
dengan
pengunjung
dilakukan dengan cara wawancara terstruktur (Lampiran 3) dan penyebaran kuisioner di taman satwa (Lampiran 4). Jenis kuisioner kombinasi yaitu tertutup dengan skala Likert tetapi juga bertanya alasan dari jawaban pengunjung tersebut. Pengambilan data dan informasi pengunjung dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemampuan biaya dan waktu peneliti (Kusmayadi 2004). Dalam pengambilan sampel responden, pengunjung dikelompokkan berdasarkan strata umur, yaitu: anak-anak (914 tahun), remaja (15-24 tahun), dewasa (25-50 tahun) dan tua (> 50 tahun). Jumlah responden pengunjung yang diambil adalah berdasarkan jumlah yang dikehendaki atas kemampuan peneliti, yaitu 100 orang responden (Nasution 2007). Proporsi untuk setiap kelompok umur secara rinci disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Kategori responden, strata umur, persentase sampel dan jumlah sampel pengunjung untuk penelitian No 1. 2. 3. 4.
Kategori Responden Anak-anak Remaja Dewasa Tua Jumlah Total
Strata Umur 9-14 tahun 15-24 tahun 25-50 tahun > 50 tahun
Persentase Sampel (%) 35 20 35 10 100 %
Jumlah Sampel Pengunjung (orang) 35 20 35 10 100 orang
20
3) Pengamatan Lapang Pengamatan lapang dilaksanakan dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap obyek kajian di lapang atau di lokasi penelitian. Pengamatan yang dilakukan adalah: a. Pengamatan terhadap pengelolaan satwa di Taman Satwa Punti Kayu Pengamatan dilakukan dengan mengikuti secara langsung pengelolaan satwa yang terdapat di kandang Taman Satwa di Punti Kayu mulai dari pemberian pakan, pembersihan kandang, pemberian obat, dan kegiatan lain yang bersinggungan langsung dengan kesejahteraan satwa tersebut. Kegiatan tersebut dicatat dan didokumentasikan. b. Pengamatan satwa di alam Pengamatan satwa di alam TWA Punti Kayu yaitu pengamatan satwa baik itu mamalia, burung, dan herpetofauna yang tersebar di TWA Punti Kayu. Pengamatan dilaksanakan pagi dan sore hari. Pagi dimulai pukul 09.00 (gerbang TWA dibuka) dan sore sekitar pukul 16.00 masing-masing selama kurang lebih satu jam. Pengamatan dilaksanakan setiap hari selama penelitian. Jalur pengamatan mengikuti jalur yang sudah ada untuk pengunjung sampai ke daerah belakang danau. Pengamatan dilakukan dengan berjalan pada kecepatan yang konstan. Selain itu pengamatan dilakukan terkonsentrasi pada suatu titik yang diduga sebagai tempat dengan peluang perjumpaan satwa tinggi. Misalnya tempat tersedianya pakan, air untuk minum dan sebagainya. Pengamatan dapat dilakukan pada tempat yang tersembunyi sehingga tidak mengganggu aktivitas satwa. Pengamatan dilaksanakan di danau pada pagi dan sore hari. c. Pengamatan aktivitas pengunjung Pengamatan aktivitas yang dilakukan pengunjung selama berada di TWA Punti Kayu dan pengaruhnya terhadap perilaku satwa.
21
3.5 Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 3.5.1 Analisis Pengelolaan Kesejahteraan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu Metode yang digunakan dalam menganalisis pengelolaan kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti yaitu dengan memberikan nilai pada setiap variabel yang ditetapkan. Pada penelitian ini terdapat lima parameter untuk kesejahteraan satwa (prinsip kesejahteraan satwa) yang di dalamnya terdapat berbagai kriteria penilaian kesejahteraan satwa (Lampiran 1). Nilai untuk setiap variabel yaitu Baik= 3, Cukup= 2, dan Buruk= 1. Tabel yang berisi dengan berbagai kriteria penilaian dievaluasi dengan rumus: Pencapaian implementasi kesejahteraan satwa
Jumlah rataan Prinsip kesejahteraan satwa 5
Hasil perhitungan dengan rumus ini akan didapatkan nilai untuk kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu No 1. 2. 3.
Klasifikasi penilaian Baik Cukup Buruk
Skor 2,5-3,0 1,5-2,5 1,0-1,5
3.5.2 Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Pengelolaan Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu Penilaian persepsi pengunjung dilihat dari penilaian pengunjung terhadap sarana dan prasarana di TWA Punti Kayu, pelayanan dari pengelola TWA Punti Kayu, harga tiket masuk TWA Punti Kayu dan Taman Satwa Punti Kayu, kepuasan terhadap keberadaan satwa (jumlah dan keanekaragaman) di Taman Satwa Punti Kayu, dan kondisi kesejahteraan satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu. Penilaian persepsi pengunjung dilakukan dengan cara menjumlahkan total skoring dari persepsi pengunjung. Skoring adalah pemberian skor untuk memperoleh data kuantitatif yang diperlukan. Pada penelitian ini, digunakan skala Likert yang sudah dimodifikasi menjadi tiga skala untuk menentukan skor (Tabel 8). Skala ini hanya menggunakan item yang pasti baik dan pasti buruk (Nazir
22
2003). Jadi setiap pertanyaan tersebut diberikan 3 jawaban pilihan yang sesuai dengan inti masalah dalam pertanyaan tersebut. Masing-masing jawaban diberi nilai skor 1 sampai 3. Tabel 8 Penetapan skor dalam analisis persepsi pengunjung No 1.
2.
3.
4.
5.
Persepsi Sarana dan prasarana di TWA Punti Kayu
Pelayanan dari pengelola TWA Punti Kayu
Skala Lengkap
Kurang lengkap Tidak lengkap Memuaskan
2 1 3
Kurang memuaskan Tidak memuaskan Murah Sedang Mahal
2
Definisi Skala Apabila di TWA Punti Kayu ini terdapat semua sarana prasarana wisata minimal yang harus ada pada suatu tempat wisata yaitu (1) tempat parkir, (2) pusat informasi, (3) tempat sampah, (4) toilet, (5) kantin, (6) shelter, dan (7) mushala Terdapat 4-6 sarana prasarana Terdapat < 4 sarana prasarana Pelayanan pengelola TWA Punti Kayu berupa (1) kecepatan pelayanan, (2) keakuratan data yang diinformasikan, (3) kesesuaian pelayanan yang diberikan dengan yang dibutuhkan pengunjung Terdapat 2 pelayanan
1 3 2 1
Terdapat ≤ 1 pelayanan < Rp. 6.000,Rp. 6.000,- - Rp.12.000,> Rp. 12.000,-
3 2 1
Semua harapan pengunjung terpenuhi Sebagian harapan pengunjung terpenuhi Harapan pengunjung tidak terpenuhi
3
Penampakan satwa secara umum sehat dan bebas dari tanda-tanda yang nyata dari adanya luka atau penyakit (tidak adanya telinga, hidung sobek atau jari/lengan/ekor yang hilang), satwa cenderung menjauhi pengunjung, kandang untuk tempat tinggal cukup luas untuk memungkinkan gerakan normal (seperti terbang, lari atau berenang cepat) Terdapat 2 kriteria Terdapat ≤ 1 kriteria
Harga tiket masuk TWA Punti Kayu dan Taman Satwa Punti Kayu Kepuasan Sudah terhadap Belum keberadaan satwa Tidak (jumlah dan keanekaragaman) di Taman Satwa Punti Kayu Kondisi Sejahtera kesejahteraan satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu
Kurang sejahtera Tidak sejahtera
Skor 3
2 1
Nilai akhir menunjukkan klasifikasi penilaian persepsi pengunjung terhadap pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu. Klasifikasi akhir penilaian dikategorikan menjadi baik, cukup dan buruk pada selang angka tertentu (Tabel 9).
23
Tabel 9 Klasifikasi penilaian persepsi pengunjung terhadap pengelolaan wisata di TWA Punti Kayu No 1. 2. 3.
Klasifikasi penilaian Baik Cukup Buruk
Skor 13,66-15 8,33-13,66 5-8,33
3.5.3 Analisis SWOT Metode yang digunakan untuk membuat perumusan pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu adalah analisis SWOT. Data penelitian dianalisis dengan pendekatan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman keberadaan TWA Punti Kayu untuk pengembangan wisata di kawasan ini (Tabel 10). Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan alinea yang disajikan secara deskriptif (Rangkuti 2008). Tabel 10 Matrik SWOT (Rangkuti 2008) IFAS EFAS OPPORTUNITIES (O) Tentukan faktor-faktor peluang eksternal TREATHS (T) Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal
STRENGTHS (S) Tentukan faktor-faktor kekuatan internal STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghadapi ancaman
WEAKNESSES (W) Tentukan faktor-faktor kelemahan internal STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
24
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI
4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang. Kawasan ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 57/Kpts-II/1985 tanggal 7 Maret 1985. Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) diberikan kepada PT. Indosuma Putra Citra dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 735/Kpts-II/1999 tanggal 22 September 1999 yang pengelolaanya di bawah Balai Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Selatan. Kemudian kawasan ini ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Punti Kayu berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 9273/KptsII/2002 tanggal 7 Oktober 2002. Luas kawasan TWA Punti Kayu yang dikelola oleh PT. Indosuma Putra Citra yaitu 39,9 ha (Sawitry 2004). Pengusahaan pariwisata alam TWA Punti Kayu bertujuan untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara lestari agar dapat memberikan keuntungan secara ekologi dan ekonomi. Sehingga dapat mendukung program pemerintah di bidang kepariwisataan yaitu meningkatkan pendapatan negara di sektor non migas, membuka kesempatan berusaha dan kesempatan bekerja bagi seluruh masyarakat khususnya masyarakat di sekitar TWA Punti Kayu (PT Indosuma Putra Citra 2009).
4.2 Kondisi Fisik 4.2.1 Letak dan Luas TWA Punti Kayu secara geografis terletak antara 103°11’-103°13’ BT dan 3°11’-3°12’ LS. Lokasi TWA Punti Kayu berbatasan dengan areal dan kawasan sebagai berikut (Sawitry 2004): a. Sebelah utara berbatasan dengan Jl. Raya Kol. H. Burlian dan tanah milik Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan. b. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan penduduk.
25
c. Sebelah selatan berbatasan dengan tanah Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, dan tanah negara Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan. d. Sebelah barat berbatasan dengan daerah rawa- rawa Talang Buruk. Kawasan ini secara administrasi terletak di dalam wilayah Kecamatan Sukarame, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan seluas 50 ha.
4.2.2 Topografi Kawasan TWA Punti Kayu bertopografi datar sampai bergelombang dengan ketinggian antara 3-20 m dpl. Kawasan TWA ini sebagian besar berupa daratan seluas 38,8 ha dan sisanya 11,2 ha berupa rawa tergenang sepanjang tahun (Sawitry 2004).
4.2.3 Iklim dan Hidrologi Iklim kawasan TWA Punti Kayu menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1952) termasuk ke dalam tipe iklim A dengan dua musim yaitu musim kemarau yang terjadi antara bulan April-September dan musim penghujan antara bulan Oktober-Maret. Jumlah curah hujan tahunan berkisar antara 2.350-2.864 mm/tahun. Suhu tertinggi mencapai 34°C dan suhu terendah
28°C, dengan
kelembaban udara relatif rata-rata sekitar 68%. Sumber air yang terdapat di TWA Punti Kayu berupa sungai dan sumur. Dua buah sungai dimaksud yaitu Sungai Seluang dan Sungai Kemang. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih diperoleh dari sumur yang kedalaman air tanahnya antara 2-3 m (Sawitry 2004).
4.2.4 Tanah dan Geologi Jenis tanah di TWA Punti Kayu berdasarkan Peta Tanah Eksploitasi Sumatera Selatan (Lembaga Penelitian Tanah dan Pemupukan) adalah Podsolik Merah Kuning dengan susunan geologi terdiri dari formasi Neogen (Pliosin dan Nisen) berdasarkan Peta Ikhtisar Geologi Sumatera Selatan.
26
4.2.5 Aksesibilitas TWA Punti Kayu merupakan tempat wisata yang mempunyai aksesibilitas yang tinggi karena lokasinya yang terletak di pinggir jalan raya tepatnya di Jl. Raya Kol. H. Burlian. Kawasan ini menghubungkan Kota Palembang ke arah Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang sejauh 7 km selama ±15 menit. Fasilitas transportasi angkutan darat yang memadai melalui jalan beraspal dengan kondisi baik (Sihotang 1999).
4.3 Kondisi Biologi 4.3.1 Keanekaragaman Flora Vegetasi kawasan TWA Punti Kayu 32 ha merupakan hutan tanaman yang didominasi oleh jenis pinus (Pinus merkusii), mahoni (Swietenia mahagoni), kayu putih (Melaleuca leucadendron), akasia (Acacia auriculiformis), dan Acacia mangium (Sawitry 2004).
4.3.2 Keanekaragaman Fauna Keanekaragaman jenis dan populasi satwa yang ada di taman wisata alam ini sangat sedikit, hal ini berkaitan erat dengan keanekaragaman jenis pohon yang sangat terbatas, luas, serta kondisi lingkungan di sekitar TWA Punti Kayu (Sawitry 2004). Jenis fauna yang terdapat di lokasi ini antara lain monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), siamang (Hylobates syndactylus), beruk (Macaca nemestrina), ular piton (Python spp.), burung raja udang (Halcyon chloris), murai (Copsychus malabaricus), kutilang (Pycnonotus aurigaster), dan bubut (Centripus sinensis) (Sawitry 2004).
4.4 Potensi Wisata TWA Punti Kayu sebagian besar ditumbuhi pohon pinus yang merupakan hutan tanaman. TWA ini mempunyai beberapa tempat yang dijadikan obyek wisata yaitu Hutan Pinus, Taman Satwa, Taman Rekreasi, Danau, Arena Outbound, Museum Fauna, Kolam Renang, dan Panggung Hiburan. Masingmasing obyek mempunyai karakteristik masing-masing sehingga menarik untuk dikunjungi (Tabel 11).
27
Tabel 11 Obyek daya tarik wisata di TWA Punti Kayu No 1.
Obyek wisata Hutan tanaman berupa hutan pinus
2. 3.
Museum Fauna Taman Satwa
4.
Danau
5.
Taman Rekreasi
6.
Arena Outbound
7.
Kolam Renang
8.
Panggung Hiburan
Deskripsi Kawasan hutan tanaman yang memberikan hawa yang sejuk dan segar serta pemandangan alam yang indah. Selain itu, lokasi hutan pinus sering digunakan untuk foto pra wedding Museum fauna berisi satwa-satwa yang diawetkan Taman satwa berisi satwa-satwa baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi. Satwa yang terdapat di taman satwa merupakan satwa titipan dari hasil sitaan BKSDA. Satwa tersebut dimanfaatkan untuk wisata pendidikan kepada masyarakat mengenai satwa Pengunjung bisa menikmati pemandangan alam yang indah serta dapat berekreasi perahu yang telah disediakan pengelola. Lokasi ini juga merupakan tempat yang sering digunakan untuk foto pra wedding Kegiatan yang dapat dilakukan di taman rekreasi ialah bermain komedi putar, kincir, jet putar, dan permainan lainnya. Di lokasi ini pengunjung juga dapat menunggang gajah dan kuda ditemani oleh pawangnya masing-masing Outbound yang disediakan yaitu flying fox yang dapat dinikmati oleh pengunjung dengan harga terjangkau Kolam renang yang dapat dikunjungi pengunjung yang mau berenang Panggung hiburan diperuntukkan untuk menghibur pengunjung yang datang ke TWA Punti Kayu. Panggung hiburan ini hanya dibuka pada saat ramai pengunjung yaitu pada hari libur nasional
4.5 Organisasi Pengelola Struktur organisasi dimaksudkan untuk memberikan fungsi dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan baik secara struktural maupun fungsional Adapun rencana struktural organisasi untuk pengusahaan pariwisata alam di TWA Punti Kayu (Sihotang 1999). Pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab adalah sebagai berikut: 1. Direktur Bertugas
merencanakan,
mengkoordinasikan,
dan
mengendalikan
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tujuan perusahaan. 2. Manajer Pelayanan Umum Bertugas menangani dan mengkoordinasikan hal-hal yang berhubungan dengan wisatawan, menangani pelayanan serta melakukan perencanaan pemasaran yang berkaitan dengan anggaran dan peningkatan pendapatan serta peningkatan wisatawan.
28
3. Manajer Peralatan/ Perlengkapan Bertugas menangani, mengontrol, dan mengkoordinasikan kebersihan seluruh fasilitas pengelolaan, fasilitas rekreasi, fasilitas penunjang lainnya beserta lingkungannya, mengkoordinasikan dan mengontrol semua urusan yang berhubungan dengan masalah teknis seperti penyediaan air bersih serta mengkoordinasikan masalah personalia. 4. Manajer Keuangan Bertugas melakukan perencanaan, koordinasi, dan pengendalian yang berkaitan dengan anggaran, sistem, dan prosedur akuntansi serta membuat laporan keuangan secara periodik. 5. Manajer Personalia Bertugas menangani dan mengontrol seluruh kegiatan petugas lapangan dari seluruh kegiatan pengusahaan. 6. Manajer Keamanan dan Lingkungan Bertugas melakukan perencanaan, koordinasi dan pengendalian yang berkaitan dengan masalah lingkungan dan keamanan. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh TWA Punti Kayu adalah 9 orang di bawah PT. Indosuma Putra Citra. Tenaga kerja tersebut belum termasuk pekerja harian lepas serta tenaga kerja tambahan pada hari minggu dan libur nasional yang biasanya mengalami lonjakan pengunjung. Tenaga kerja harian lepas dan tambahan merupakan penduduk sekitar kawasan yang diberdayakan. Petugas bagian taman satwa (animal keeper) tidak memiliki dasar pendidikan pengelolaan satwa.
29
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Potensi Satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu Satwa yang terdapat di TWA Punti Kayu ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu dan satwa yang liar di alam TWA Punti Kayu. Taman Satwa Punti Kayu merupakan salah satu tempat pemeliharaan sementara satwa-satwa hasil sitaan maupun pemberian secara sukarela oleh masyarakat. Satwa-satwa yang terdapat di taman satwa ini akhirnya dimanfaatkan oleh pengelola untuk meningkatkan daya tarik TWA Punti Kayu. Satwa diletakkan dalam kandang-kandang seperti terlihat pada Gambar 2.
(a)
(c)
(b)
(d)
(e)
Gambar 2 Taman Satwa Punti Kayu: (a) gerbang masuk taman satwa (b) kandang (c) orang utan (d) elang bondol (e) buaya muara.
30
5.1.1 Keanekaragaman Satwa di Taman Satwa Punti Kayu Hasil observasi lapang yang dilakukan di Taman Satwa Punti Kayu diperoleh jumlah jenis satwa sebanyak 29 jenis yang tergolong ke dalam 3 kelas yaitu mamalia (12 jenis), burung (13 jenis), dan reptil (4 jenis) (Tabel 12). Tabel 12 Daftar jenis satwa di Taman Satwa Punti Kayu No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Nama Lokal Beruang madu Beruk Kelinci Kucing hutan Landak Lutung simpei Macan tutul Monyet Orang utan Malu-malu Marmut Siamang Elang brontok Angsa Ayam kalkun Bangau tong-tong Bebek Burung kasuari Kuntul perak Bangau sandang lawe Elang bondol Elang ikan kepala kelabu Puyuh gonggong Tekukur Merpati Biawak Buaya muara Kura-kura Ular sawah
Nama Latin Helarctos malayanus Macaca nemestrina Nesolagus netscheri Prionailurus bengalensis Hystrix brachyuran Presbytis melalophus Panthera pardus Macaca fascicularis Pongo pygmaeus Nyticebus coucang Cavia porcellus Hylobates syndactylus Spizaetus cirrhatus Cygnus olor Meleagris gallopavo Leptoptilos javanicus Anas spp. Casuarius casuarius Egretta intermedia Ciconia episcopus Haliastur Indus Ichthyophaga ichthyaetus Arborophila javanica Streptopelia chinensis Columba sp. Varanus sp. Crocodylus porosus Cuora amboinensis Python reticulates
Kelas Mamalia
Burung
Reptil
Famili Ursidae Cercopithecidae Leporidae Felidae Hystricidae Cercopithecidae Felidae Cercopithecidae Pongidae Lorisidae Caviidae Hylobatidae Accipitridae Anatidae Maleagrididae Ciconiidae Anatidae Casuariidae Ardeidae Ciconiidae Accipitridae Accipitridae Phasianidae Columbidae Columbidae Varanidae Crocodylidae Geomydidae Boidae
Data jumlah satwa yang ditemukan dalam penelitian (Tabel 12) berbeda dengan data jumlah satwa yang dilaporkan pengelola taman satwa (PT. Indosuma Putra Citra) kepada BKSDA Sumatera Selatan (Tabel 13). Jumlah satwa yang dilaporkan hanya 16 jenis terdiri dari 7 jenis mamalia, 7 jenis burung, dan 2 jenis reptil. Pihak pengelola hanya melaporkan satwa-satwa hasil titipan dari BKSDA Sumatera Selatan. Satwa tersebut adalah satwa milik negara dan tidak boleh dipindahtangankan dalam bentuk apapun tanpa seizin dari pihak BKSDA Sumatera Selatan. Pihak PT. Indosuma Putra Citra berkewajiban untuk merawat, memberi makan, mengobati serta memberi kesejahteraan kepada satwa titipan
31
tersebut sesuai prinsip-prinsip kesejahteraan satwa. Satwa yang dititipkan menunggu kesiapan Pusat Penyelamatan Satwa (Lembaga Rehabilitasi Satwa lain) untuk menerima dan merehabilitasi satwa tersebut guna dilepasliarkan kembali ke habitatnya dan selama dititipkan dikontrol secara rutin oleh BKSDA Sumatera Selatan. Tabel 13 Satwa di Taman Satwa Punti Kayu laporan bulan Agustus 2009 No Nama Satwa Nama Latin Jumlah 1. Beruang madu Helarctos malayanus 3 ekor 2. Biawak hijau Varanus prasinus 1 ekor 3. Buaya muara Crocodylus porosus 4 ekor 4. Burung alap-alap 1 ekor 5. Burung bangau tong-tong Leptoptylus javanicus 1 ekor 6. Burung elang bondol Circus aeruginosus 4 ekor 7. Burung elang brontok Spizaetus cirrhatus 1 ekor 8. Burung kasuari Casuarius casuarius 1 ekor 9. Burung kuntul perak Egretta intermedia 1 ekor 10. Burung sandang lawe Ciconia episcopus 1 ekor 11. Kucing hutan Felix bengalensis 1 ekor 12. Landak Hystrix brachyuran 1 ekor 13. Malu-malu Nycticebus coucang 2 ekor 14. Macan tutul Panthera pardus 1 ekor 15. Orang utan Pongo pygmaeus 1 ekor 16. Siamang Symphalangus syndactylus 4 ekor Sumber : Hasil laporan bulanan TWA Punti Kayu (Bulan Agustus 2009).
Keterangan Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat
Satwa yang bukan titipan dari BKSDA merupakan satwa hasil sumbangan dari masyarakat dan pembelian dari pasar untuk menambah koleksi jenis satwa. Satwa tersebut ialah beruk, kelinci, lutung simpei, monyet, marmut, angsa, ayam kalkun, bebek, puyuh gonggong, tekukur, merpati, kura-kura, dan ular sawah. Penyediaan satwa di Taman Satwa Punti Kayu di luar jenis-jenis satwa titipan BKSDA dilakukan dengan tujuan menambah koleksi obyek wisata. Pilihan jenisjenis satwa tersebut didasarkan pada permintaan pengunjung. Salah satunya yaitu untuk mendukung pemberian pendidikan khususnya kepada anak-anak mengenai satwa yang berada di lingkungan sekitar mereka seperti kelinci, marmut, angsa, bebek, dan kura-kura. Jumlah individu paling banyak yaitu burung merpati sebanyak 20 ekor, disusul monyet dan bebek masing-masing 6 ekor (Tabel 14). Jenis ini lebih banyak jumlah individunya karena mengalami reproduksi selama di Taman Satwa Punti Kayu. Sedangkan untuk beberapa satwa lainnya, hanya berjumlah 1 ekor seperti orang utan dan macan tutul. Jumlahnya yang hanya 1 ekor/jenis membuat
32
satwa tidak bisa bereproduksi. Dua jenis ini termasuk satwa yang dilindungi yang merupakan hasil titipan dari BKSDA Sumatera Selatan. Tabel 14 Perubahan jumlah satwa di Taman Satwa Punti Kayu selama penelitian No Nama Lokal 1. Beruang madu 2. Beruk 3. Kelinci 4. Kucing hutan 5. Landak 6. Lutung simpei 7. Macan tutul 8. Monyet 9. Orang utan 10. Malu-malu 11. Marmut 12. Siamang 13. Elang brontok 14. Angsa 15. Ayam kalkun 16. Bangau tong-tong 17. Bebek 18. Burung kasuari 19. Kuntul perak 20. Bangau sandang lawe 21. Elang bondol 22. Elang ikan kepala kelabu 23. Puyuh gonggong 24. Tekukur 25. Merpati 26. Biawak 27. Buaya muara 28. Kura-kura 29. Ular sawah Sumber : Hasil observasi lapang
Jumlah Awal 3 2 1 1 1 1 1 6 1 2 1 3 1 4 2 1 6 1 1 1 4 1 1 5 20 1 4 1 1
Jumlah Akhir 3 1 2 1 1 1 1 4 1 2 5 4 1 4 1 1 6 1 1 1 4 1 1 5 20 1 4 1 2
Taman Satwa Punti Kayu mengalami perubahan jumlah satwa selama penelitian berlangsung baik itu penambahan maupun pengurangan satwa. Satwa tambahan didapatkan dari sumbangan walikota ataupun masyarakat, selain itu ada beberapa jenis satwa yang dibeli dari pasar. Penambahan satwa yaitu marmut 4 ekor dan 2 ekor kelinci hasil dari pembelian di pasar, 1 ekor siamang sumbangan dari walikota, dan 1 ekor ular sawah sumbangan dari masyarakat. Satwa berkurang disebabkan oleh satwa melarikan diri dari kandang atau mengalami kematian. Satwa yang melarikan diri yaitu 2 ekor monyet. Satwa yang mengalami kematian yaitu 1 ekor kelinci, 1 ekor beruk, dan 1 ekor ayam kalkun yang mati setelah 2 hari sakit, hal ini terlihat dari warna kepalanya yang pucat. Sebelum mati ayam kalkun ini sempat diberi obat Tetra-Chlor yang dicampur di makanannya.
33
5.1.2 Keanekaragaman Satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu Satwa yang terdapat di TWA Punti Kayu terdiri dari 13 jenis. Jenis satwa yang ditemukan secara langsung yaitu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), burung gereja (Passer montanus), bajing (Callosciurus notatus), dan biawak (Varanus sp.) (Tabel 15). Contoh gambar satwa yang ditemukan secara langsung dapat dilihat pada Gambar 3. Tabel 15 Daftar jenis satwaliar di TWA Punti Kayu No Nama Lokal Nama Latin Kelas Famili 1. Bajing Callosciurus notatus Mamalia Sciuridae 2. Monyet Macaca fascicularis Mamalia Cercopithecidae 3. Burung gereja Passer montanus Burung Passeridae 4. Biawak Varanus sp. Reptil Varanidae 5. Cici Cisticola sp. Burung Silviidae 6. Kutilang Pycnonotus aurigaster Burung Pycnonotidae 7. Sesap madu Lichmera limbata Burung Meliphagidae 8. Perkutut Geopelia striata Burung Columbidae 9. Perenjak Prinia sp. Burung Silviidae 10. Raja udang Alcedo sp. Burung Alcedinidae 11. Pipit Lonchura leucogastroides Burung Ploceidae 12. Kadal Eutropis multifasciata Reptil Scincidae 13. Tokek Gecko gecko Reptil Gekkonidae Sumber : Hasil observasi lapang dan laporan inventarisasasi BKSDA Sumsel (2008)
(a) (b) Gambar 3 Satwa yang ditemukan langsung: (a) monyet (b) biawak. Satwa yang dapat dijumpai langsung yaitu monyet (Macaca fascicularis) dan bajing (Callosciurus notatus). Hasil dari wawancara terhadap pengelola, diketahui bahwa setidaknya jumlah monyet yang terdapat di TWA Punti Kayu berjumlah ratusan ekor. Tempat paling banyak ditemukan monyet yaitu daerah danau dan sekitarnya. Monyet memanjat di pohon-pohon sekitar danau khususnya di
34
jembatan gantung. Sawitry (2004) mengatakan hal ini disebabkan oleh pengunjung yang mulai berdatangan, sehingga monyet akan naik ke pohon-pohon atau ke sekitar danau untuk menghindari pengunjung. Namun, monyet tersebut mudah dilihat sebagai salah satu obyek wisata alam. Monyet mampu mengadaptasi diri terhadap hadirnya manusia, seperti sekelompok besar yang hidup di pelataran-pelataran candi di Lopburi dimana mereka diberi makan oleh penduduk setempat, rahib, dan turis-turis (Lekagul dan Mc Nelly 1977 diacu dalam Santosa 1993). Begitu juga dengan monyet yang terdapat di TWA ini, monyet ini akan mendekati pengunjung yang membawa makanan atau menunggu sampai pengunjung pergi dan memakan sisa makanan dari pengunjung.
5.2 Pengelolaan Satwa 5.2.1 Pengelolaan Satwa di Habitat Alami Taman Wisata Alam Punti Kayu Pengelolaan satwaliar adalah kegiatan manusia dalam mengatur populasi dan habitatnya, serta interaksi antara keduanya untuk mencapai keadaan yang sesuai dengan tujuan pengelolaan (Alikodra 2002). Tujuan pengelolaan satwa liar di taman wisata alam menurut Alikodra (2002) bertujuan untuk memberikan fasilitas yang diperlukan oleh pengunjung agar mereka dapat menikmati pemandangan dari kehidupan satwaliar di alam bebas. Pihak BKSDA mengetahui fungsi mereka untuk menjaga kelestarian kawasan beserta flora dan fauna yang terdapat di dalamnya. Pengelolaan satwa lebih difokuskan pada pengelolaan satwa di Taman Satwa Punti Kayu, sedangkan satwaliar di alam TWA Punti Kayu belum ada pengelolaan khusus yang dilaksanakan. Satwa dibiarkan bebas mencari makan di alam tanpa ada campur tangan sama sekali dari pihak pengelola. Pengelola dalam hal ini BKSDA Sumsel hanya memantau dan melaksanakan inventarisasi flora dan fauna. Inventarisasi adalah suatu kegiatan awal dalam pengelolaan satwaliar (Alikodra 2002). Jadi, TWA ini baru melaksanakan tahap awal dari pengelolaan satwaliar di TWA Punti Kayu.
35
5.2.2 Pengelolaan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu Salah satu pemanfaatan potensi sumber daya alam oleh pengelola yaitu memanfaatkan satwa titipan BKSDA dan sumbangan masyarakat serta lingkungan yang masih alami dengan membuat Taman Satwa Punti Kayu. Pengelola TWA cukup tahu mengenai kesejahteraan satwa secara umum. Pengelola mengetahui apabila satwa harus diberi makan secara teratur, diperiksa kesehatan secara teratur, terlindung dari panas dan hujan, serta tidak ditekan agar tidak mengalami stres. Pengelola juga mengetahui satwa yang diilindungi sehingga memberikan perhatian lebih terhadap satwa tersebut. 5.2.2.1 Aspek Pengelolaan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu Pengelola dari pihak BKSDA bertugas memantau dan melakukan inventarisasi terhadap flora fauna yang terdapat di kawasan, sedangkan pengelola dari pihak PT. Indosuma Putra Citra berinteraksi langsung dengan satwa dalam hal pemberian pakan, pembersihan, dan penyemprotan kandang juga bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palembang dalam hal pengobatan. a. Pengelolaan Pakan Frekuensi pemberian makanan oleh pengelola yaitu 2 kali sehari untuk mamalia, kecuali kucing hutan (1 kali sehari). Untuk jenis burung 1 kali sehari, dan 3-5 hari sekali untuk jenis reptil kecuali biawak (1 kali sehari). Waktu pemberian makan yaitu pagi (sekitar jam 9) dan sore (sekitar jam 3). Jenis makanan yang diberikan yaitu pisang, wortel, kacang panjang, kecambah, tomat, ikan, daging ayam, nasi, madu, dan tambahan lainnya yang berasal dari sumbangan pengunjung (Tabel 16). Jumlah pakan setiap harinya adalah 4 kg pisang (2 tandan pisang), 1 kg wortel, 500 gr kancang panjang (1 ikat kacang panjang), 3 kg ikan, 600 gr ayam (3 potong paha ayam). Kondisi makanan untuk sayur dan buah dalam keadaan segar, sedangkan untuk daging ayam dan ikan dalam keadaan beku, sebelum diberikan kepada satwa daging beku direndam dalam air terlebih dahulu. Makanan ini dibeli setiap 3 hari sekali kemudian disimpan dalam lemari pendingin. Pengelola juga membeli pakan lebih banyak untuk waktu-waktu tertentu untuk mengantisipasi tidak adanya pakan tersebut di pasar.
36
Tabel 16 Frekuensi dan jenis pakan satwa di Taman Satwa Punti Kayu No 1.
Jenis Satwa Mamalia - Primata
Frekuensi Pemberian Pakan 2 kali /hari Kecuali kucing hutan (1 kali /hari)
- Karnivora 1 kali /hari 2. Burung - Burung air dan elang - Burung kasuari - Burung tekukur, merpati, puyuh gonggong - Ayam kalkun, angsa, bebek 1 kali /3-5hari 3. Reptil Kecuali biawak (1 kali - Biawak /hari) - Buaya muara Sumber : Hasil observasi lapang dan wawancara
Jenis Pakan
wortel, pisang, kacang panjang daging ayam ikan pisang jagung
nasi dicampur dedek
ikan kepala ayam, daging ayam
Air minum diberikan dalam wadah di kandang masing-masing, tetapi untuk primata dan beruang madu diberikan langsung terhadap satwa tersebut dengan cara meminumkan kepada satwa air susu dari botol air mineral sebanyak 2 kali sehari. Sumber air berasal dari sumur yang terdapat di taman rekreasi (Gambar 4).
(a) (b) Gambar 4 Ketersediaan makanan dan minuman: (a) pakan satwa untuk 1 hari (b) wadah minum. b. Pengelolaan Kandang Kandang dibuat selain untuk melindungi satwa, juga dibuat untuk memperindah taman satwa sehingga kandang dibuat menarik dengan bentuk yang beranekaragam. Kandang satwa yang beranekaragam bentuknya yaitu tabung dengan atap kerucut, kotak dengan atap segitiga, dan kandang terbuka (Gambar
37
5). Kandang beratap berfungsi sebagai pelindung satwa baik itu dari cuaca (panas dan hujan) maupun gangguan satwa lainnya, tetapi ada beberapa kandang satwa yang tidak mempunyai atap yaitu kandang buaya muara, bangau tong-tong, angsa, burung kasuari, dan orang utan. Kandang pada malam hari ditutup dengan menggunakan terpal dimaksudkan untuk melindungi satwa dari cuaca dingin dan gangguan satwa yang liar.
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 5 Bentuk-bentuk kandang Taman Satwa Punti Kayu: (a) kandang tabung dengan atap kerucut (b) kandang kotak dengan atap segitiga (c) kandang kotak (d) kandang terbuka. Luas kandang pun bervariasi. Kandang berbentuk tabung dengan atap kerucut mempunyai tiga ukuran yaitu 1000 m³, 200 m³, dan 120 m³. Kandang yang berukuran 1000 m³ merupakan kandang burung merpati, kuntul perak, bangau sandang lawe, dan ayam kalkun. Kandang yang berukuran 200 m³ untuk siamang, lutung simpei, monyet, dan beruk. Kandang berukuran 120 m³ untuk burung tekukur, burung puyuh gonggong, elang ikan kepala kelabu, elang bondol, dan elang brontok serta marmut. Kandang berbentuk kotak mempunyai luas bervariasi bergantung pada satwa di dalamnya. Kisaran luas yaitu 10-50 m³. Kandang seluas 10 m³ untuk kandang beruk, sedangkan kandang beruang dan buaya seluas 40-50 m³ (Gambar 6).
38
Bangau tong-tong & Angsa
Burung kasuari
Siamang
Beruk
Buaya muara
Elang brontok
Orang utan
Elang bondol
Siamang Biawak & Kura-kura
Buaya muara Buaya muara
Elang ikan kepala kelabu Elang bondol Malu-malu
Macan tutul
Tekukur dan Puyuh gonggong
Monyet & Lutung simpei Siamang
Monyet & Beruk
Landak
Beruang madu Ayam kalkun
Shelter Beruang madu
Siamang Burung merpati
Keterangan:
Bebek
Kucing hutan
Kuntul perak & Bangau sandang lawe
Beruang madu Buaya muara
Gerbang masuk
jalan Gambar 6 Denah kandang satwa di Taman Satwa Punti Kayu.
38
39
Lantai kandang terbuat dari semen dan tanah, beberapa lantai tanah sebelumnya merupakan semen tapi dihancurkan oleh satwa tersebut seperti kandang monyet dan orang utan. Fasilitas pendukung berupa ban, ranting/ batang pohon, palang besi, dan meja kayu. Jumlah satwa kandang bervariasi dan beberapa satwa dicampur dengan jenis lain yang tidak menimbulkan perkelahian di antara mereka. Siamang terdapat 4 ekor tetapi satwa tersebut tidak digabung dalam 1 kandang karena semua siamang berjenis kelamin betina dan dikhawatirkan apabila siamang tersebut digabung akan memicu perkelahian (Tabel 17). Tabel 17 Pengelolaan kandang satwa di Taman Satwa Punti Kayu Jenis Satwa
Jumlah Unit Kandang
Jumlah Jenis /Kandang
Jumlah Individu/ Kandang
Bentuk Kandang
Ukuran Kandang
1.
Mamalia
15
Rata-rata 1 jenis /kandang kecuali monyet yang dicampur dengan lutung simpei dan beruk. Jadi maksimal 2 jenis / kandang Dan untuk marmut dan kelinci yang menumpang di kandang burung sehingga ada 3 jenis /kandang
Rata-rata 1 individu /kandang tetapi ada juga yang sampai 5 individu /kandang yaitu monyet yang bergabung dengan beruk
Tabung dengan atap kerucut, kotak, dan segi enam untuk orang utan
Rata-rata ukuran kandang yaitu 200 m³ untuk yang tabung, dan 10-50 m³ untuk kandang kotak dan segi enam
2.
Burung
11
Rata-rata 1 jenis /kandang tetapi ada juga yang 2 jenis /kandang seperti bangau sandang lawe dan kuntul perak. Tekukur dan puyuh gonggong
Tabung dengan atap kerucut dan kotak
3.
Reptil
5
1 jenis /kandang kecuali biawak yang dicampur dengan kura-kura
Bervariasi mulai dari 1 individu /kandang sampai 20 individu untuk jenis burung merpati 1-2 individu /kandang
Ukuran kandang ada yang 120 m³ dan 1000 m³ untuk tabung. Kotak berkisar antara 40-50 m³ Berkisar antara 10-20 m³
No
Kotak
Pembersihan kandang dilaksanakan 1 kali /minggu pada hari sabtu atau apabila kandang terlihat kotor sebelum waktunya jadwal pembersihan oleh petugas taman satwa. Penyemprotan kandang untuk mencegah flu burung dan
40
penyakit lainnya dilaksanakan 1 kali /minggu pada hari jumat. Kondisi sekitar kandang ditutupi tajuk pohon pinus yang masih cukup rapat, sehingga satwa masih bisa merasakan suasana hutan walaupun berada di dalam kandang. c. Pengelolaan Kesehatan Pemeriksaan kesehatan, pemberian vaksinasi, dan pengobatan dilakukan bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palembang. Suntik rabies khususnya untuk primata dilaksanakan 1 kali /tahun, vaksinasi flu burung 1 kali /4 bulan, selain itu pemeriksaan juga dilaksanakan apabila ada satwa yang sakit atau ada satwa baru di taman satwa. Jenis obat yang digunakan yaitu obat khusus untuk satwa. Salah satu obat yang diberikan berupa kapsul yaitu TetraChlor untuk unggas yang sakit. Pemberian obat kepada satwa diberikan secara langsung atau dicampur di makanannya (Gambar 7).
(a)
(b)
(d)
(c)
(e)
Gambar 7 Pemeriksaan kesehatan: (a) obat untuk unggas (b) vaksin flu burung (c) penyuntikan vaksin (d) kartu vaksin rabies (e) kegiatan sanitasi kandang.
41
5.2.2.2 Analisis Kondisi Kesejahteraan Satwa di Taman Satwa Punti Kayu Kondisi kesejahteraan dinilai dari 5 prinsip kesejahteraan satwa (Five Freedoms) yaitu (a) bebas dari rasa lapar dan haus, (b) bebas dari rasa tidak nyaman, (c) bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, (d) bebas untuk menampilkan perilaku alami, dan (e) bebas dari rasa takut dan tekanan. Dalam pengamatan secara langsung dan wawancara yang dilakukan, Taman Satwa Punti Kayu telah mencapai beberapa tahapan dalam implementasi kesejahteraan satwa yang terdapat di dalamnya (Lampiran 1). Capaian kesejahteraan satwa di taman
Kriteria pencapaian
satwa berdasarkan pengamatan dan penilaian dapat dilihat pada Gambar 8. 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
1.9 1.5
1.57
1.43
1.56
Prinsip kesejahteraan satwa Bebas dari rasa lapar dan haus Bebas dari rasa tidak nyaman Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit Bebas untuk berperilaku alami Bebas dari rasa takut dan tekanan
Gambar 8 Capaian implementasi kesejahteraan satwa per prinsip. Capaian implementasi kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu termasuk dalam kriteria cukup karena mempunyai rataan nilai 1,60. Untuk pemenuhan kriteria pengelolaan satwa dapat dilihat pada masing-masing prinsip kesejahteraan satwa. a. Bebas dari rasa lapar dan haus (freedom from hunger and thirst) Pemenuhan bebas dari rasa lapar dan haus erat kaitannya dengan pengelolaan pakan satwa. Pengelolaan pakan di Taman Satwa Punti Kayu berdasarkan data dan informasi yang didapatkan sudah cukup baik. Namun ada beberapa aspek yang belum dilakukan dalam upaya implementasi bebas dari rasa lapar dan haus yaitu frekuensi pemberian pakannya bisa dilakukan lebih sering, kesesuaian jenis pakan lebih dijaga, sebelum pemberian pakan ada baiknya
42
makanan yang diberikan dicuci terlebih dahulu, pemberian pakan tidak dilakukan secara bersamaan untuk menghindari dominansi oleh satu individu, pemberian minum sebaiknya secara kontinyu dan diberikan pada tempat khusus yang mudah dibersihkan. Gangguan juga datang dari monyet yang liar. Monyet liar berusaha untuk merebut makanan dari satwa yang di dalam kandang dengan cara mengulurkan tangan ke kandang satwa. Maka dari itu, perlu dilakukan manajemen khusus untuk mengatur monyet liar agar tidak mengganggu satwa yang berada di dalam kandang, seperti menanam tanaman penghasil pakan yang bisa dimakan oleh monyet tersebut di area belakang TWA Punti Kayu yang tidak bersinggungan langsung dengan taman satwa. b. Bebas dari rasa tidak nyaman (freedom from discomfort) Pemenuhan bebas dari rasa tidak nyaman erat kaitannya dengan pengelolaan kandang satwa. Fungsi kandang sebagai pelindung satwa baik itu dari cuaca (panas dan hujan) maupun gangguan satwa lainnya. Kandang pada taman satwa sudah memenuhi bebas dari ketidaknyamanan dari terik matahari dan hujan. Akan tetapi ada beberapa satwa yang mempunyai kandang terbuka seperti burung kasuari dan bangau tong-tong yang tidak dapat terhindar dari terik matahari dan hujan. c. Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit (freedom from pain, injury, and disease) Pemenuhan bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit erat kaitannya dengan pengelolaan kesehatan satwa. Pemeriksaan kesehatan, pemberian vaksinasi, dan pengobatan dilakukan bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palembang. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan setiap ada satwa yang sakit atau satwa baru yang masuk ke taman satwa. Kendala dalam pengobatan yaitu satwa yang tidak mau disuntik dan mengamuk sehingga petugas kesulitan untuk mengobatinya. Untuk pembersihan kandang kendalanya juga sama, sebagai contoh orang utan. Petugas minimal 3 orang memegang orang utan tersebut dari luar kandang dan ada satu petugas yang masuk untuk membersihkan kandang orang utan tersebut.
43
d. Bebas untuk menampilkan perilaku alami (freedom to express normal behaviour) Bebas untuk menampilkan perilaku alami terkait erat dengan enrichment (pengayaan) dalam pengelolaan satwa. Pengayaan yang dilakukan berbeda pada setiap kandang. Fasilitas pengayaan disesuaikan dengan sifat dan jenis satwa. Fasilitas pendukung yang terdapat di kandang berupa ban, ranting/ batang pohon, palang besi, dan meja kayu. Jumlah satwa kandang bervariasi dan beberapa satwa dicampur dengan jenis lain yang tidak menimbulkan perkelahian di antara mereka. e. Bebas dari rasa takut dan tekanan (freedom from fear and distress) Bebas dari rasa takut dan tekanan ditekankan pada pola interaksi antar individu satwa dan interaksi satwa dengan pengelola dan pengunjung. Perlakuan pengelola terhadap satwa terfokus pada kegiatan pemberian pakan. Perlakuan pengunjung terhadap satwa bervariasi, ada yang sekedar mengamati satwa dari jarak jauh maupun dekat, memberi makan satwa, tetapi ada pula yang mengganggu satwa baik secara langsung maupun tidak langsung seperti melempari satwa dengan benda tumpul (kayu, botol kosong), menusuk satwa dengan kayu, menyirami satwa, dan memukul atau menendang kandang satwa. Beberapa perlakuan pengunjung tersebut dapat berakibat buruk terhadap satwa. Pengunjung yang melempari satwa dengan benda tumpul (kayu, botol kosong), menusuk satwa dengan kayu, menyirami satwa, dan memukul atau menendang kandang satwa bisa mengakibatkan satwa mengalami stres. Selama penelitian berlangsung terjadi pengurangan jumlah satwa disebabkan oleh kematian.
Hal
ini
menunjukkan
apabila
penanganan
kesehatan
belum
dilaksanakan dengan baik.
5.3 Karakteristik Pengunjung Pengunjung paling besar dari kelompok umur anak-anak (9-14 tahun) dan dewasa (25-50 tahun) masing-masing 35% (Gambar 9). Pengunjung TWA Punti Kayu kebanyakan orang tua beserta anak, pelajar yang sedang mencari tugas, pasangan kekasih atau suami istri.
44 10% 9 –– 14 (anak‐an nak)
35%
15 – 24 (remaja)
35% %
25 – 50 (dewasaa)
20%
> 50 (dewasa tu ua)
Gam mbar 9 Umuur pengunju ung TWA Punti P Kayu. Peengunjung TWA T Punti Kayu, hasiil dari penggisian kuisiooner berdasarkan jenis kelamin seimbaang dimanaa lebih bany yak pengunnjung laki-llaki sedikit yaitu 52% (Gam mbar 10). Kawasan yang y beradaa di pusat kota dan aaksesnya mudah m sehingga tidak t ada peerbedaan yaang drastis antara a jumlaah pengunjuung laki-lak ki dan perempuann. Daerah asal a pengunjjung 77% berasal b dari Palembang P (Gambar 11).
48%
52 2%
Laki‐lakii Peremp puan
Gambar 10 Jenis keelamin peng gunjung TW WA Punti Kaayu. 6% Paalembang 17% 77%
Lu uar Palembangg (Sumatera Selattan) Lu uar Sumatera Seelatan
Gambarr 11 Daerahh asal pengu unjung TWA A Punti Kaayu. Haasil dari penngisian kuiisioner oleh h respondenn pengunjunng menunju ukkan bahwa berdasarkan pekerjaannnya, 39% % merupakan pelajarr, disusul 10% mahasiswa, 14% PN NS, 17% sw wasta, 10% ibu rumahh tangga, ddan 10% laainnya yaitu tenagga honorer, pedagang, dan pensiun nan ABRI (Gambar ( 122). Peendidikan teerakhir penggunjung 37% % SD karenna sebagian besar respo onden merupakann pelajar SMP yangg sedang mencari m tuggas sekolahh (Gambarr 13).
45
Kawasan TWA Puntti Kayu meerupakan saalah satu tem mpat yang dijadikan obyek oleh pelajar untuk meencari data untuk u tugass sekolah. 10%
P Pelajar
10% 39%
M Mahasiswa P PNS
17%
S Swasta
10%
14%
Ib bu Rumah Tan ngga Lainnya
Gambaar 12 Pekerrjaan pengu unjung TWA A Punti Kayyu. SD
2% 1% 15% 30%
7%
37%
SMP SMA S1
8%
S2 S3 Tidak menjawab
G Gambar 13 Pendidikann terakhir pengunjung p TWA Puntii Kayu. TW WA Punti Kayu K buka setiap hari pukul 09.000-17.00 W WIB. Berdasarkan hasil penggamatan di lapang, l harri yang palin ng banyak jumlah penggunjungnya yaitu pada hari libur yaitu hari mingggu dan hari libur nasionnal seperti 17 Agustuss, Idul Fitri, Idull Adha, daan tahun baaru, sedang gkan hari yang y palingg sedikit ju umlah pengunjunngnya yaituu hari jumatt dimana peengunjung yang y datangg hanya berrkisar 20-30 oraang. Untukk waktu kuunjungan paling p ramaai yaitu paada waktu siang menjelangg sore sekkitar pukul 14.00 saaat pengunjung sudahh menyelessaikan kegiatannyya pada haari itu. Penngunjung paaling banyaak datang ke taman satwa s karena tam man satwa merupakan m a areal yang buka b setiap hari selain danau. Di taman t satwa senndiri, penguunjung palinng banyak berkumpul b di depan kkandang berruang madu dann orang utaan. Kegiatann yang dilaakukan penngunjung seelama di Taman T Satwa Punnti Kayu yaaitu berkum mpul bersam ma keluarga atau temann dan mengamati satwa (Gaambar 14).
46
Gambarr 14 Pengunnjung yang sedang menngamati satw wa. 5.4 Motivvasi dan Perrsepsi Penggunjung 5.4.1 Mottivasi Pengu unjung Mootivasi merupakan keekuatan intternal yangg menyebaabkan seseo orang melakukann suatu tinndakan (Ranngkuti 2008). Dengann memaham mi motivasi, kita dapat menngetahui peerilaku sertaa keinginan n setiap inddividu. Motiivasi dilihat dari tujuan peengunjung datang, d frekkuensi ked datangan, alasan berkuunjung kem mbali, kawasan, dan satwa yang y disukaai di TWA Punti P Kayu. 11% Menikm mati keindahan alam 37%
52%
Mengam mati tumbuhaan dan satwa Lainnyaa
Gambar 15 1 Tujuan responden r datang d ke TWA T Punti K Kayu. Peengunjung berdasarkan b n hasil kuisioner sebeesar 52% ddatang ke TWA T Punti Kayyu untuk menikmati m k keindahan alam a (Gambbar 15). Haal ini disebaabkan oleh karenna TWA ini merupakaan satu-satun nya tempat wisata yanng alami di pusat Kota Paleembang dann akses unttuk mencap pai kawasann TWA Puunti Kayu relatif r mudah. Kemudian K 3 37% tertariik untuk mengamati m t tumbuhan ddan satwa yang terdapat di d kawasan. Selebihnyaa sebanyak 11% datangg dengan allasan refresshing, mengenanng kembali masa m kecil,, dan memp perkenalkann kawasan T TWA Punti Kayu terutama satwa yanng terdapatt di Tamaan Satwa Punti P Kayuu kepada anak. Pengunjunng yang daatang cukupp banyak bersama oraang tua massing-masing g dan
47
berlibur bersama b sam mbil menikkmati obyeek yang disediakan oleh TWA Punti Kayu.
35%
32%
S Sekali Dua kali
17%
16%
T Tiga kali L Lebih dari tiga a kali
G Gambar 16 Intensitas responden r mengunjung m gi TWA Punnti Kayu.
26.47%
19.12%
Peemandangannya indah Teertarik terhadaap satwa
54.41% Lainnya
Gam mbar 17 Alaasan respondden berkunjung kembali ke TWA A Punti Kayu u. Seebagian besaar pengunjuung berdasaarkan hasil kuisioner k 355% sudah datang d ke TWA ini i lebih daari tiga kali (Gambar 16). Alasan pengunjung p g datang kem mbali 54.41% karena k tertarrik terhadapp satwa (Gaambar 17). Hal ini karrena TWA Punti Kayu mem mang lebih dikenal sebbagai kebun binatang di kalangan m masyarakatt Kota Palembang. Selebihnnya sebanyyak 26.47% % datang untuk u alasaan lainnya yaitu refreshingg, mengenanng masa keecil, mengissi waktu luaang, dan meengerjakan tugas dari sekolah. % 10% 6% 3% 1%
M Museum Faun na T Taman Satwa
12%
D Danau
7% 61%
T Taman Rekrea asi A Arena Outbon nd K Kolam Renang g P Panggung Hib buran
Gambarr 18 Kawassan yang dissukai di TW WA Punti K Kayu.
48
2% 1% 3% 1%
1% 1% %
1%
6%
3 3% 27%
5% 7% 9%
8%
6% 7%
3%
6% 3%
Semua Satw wa Beruang madu Beruk Kelinci Kucing hutan n Landak Macan tutul Monyet Orang utan Malu‐malu Marmut Siamang Ayam kalkun n Burung kasu uari Elang bondo ol Puyuh gongggong Buaya muara Kura‐kura Ular sawah
Gaambar 19 Obyek O satwaa yang disuk kai di Tamaan Satwa Puunti Kayu. Kaawasan yanng paling diisukai peng gunjung hassil dari penngisian kuissioner ialah tamaan satwa mencapai m 611% (Gambaar 18). Hall ini sesuaii dengan piikiran orang-oranng karena apabila a berbbicara tentan ng TWA Puunti Kayu yyang terpikirr oleh sebagian besar b orangg Palembangg adalah kebun binatanng (taman ssatwa). Selaain itu juga karenna taman satwa s buka setiap harii sehingga pengunjungg bisa dataang di setiap wakktu luang mereka. m Sellain itu tam man rekreasii merupakaan kawasan yang cukup disuukai sebesaar 12%. Waalaupun han nya buka paada hari sabbtu, minggu u, dan hari liburr nasional, taman rekrreasi merup pakan salahh satu temp mpat yang paling p sering dikkunjungi. Saatwa yang paling p disukkai yaitu berruang maduu, 27% (Gam mbar 19). Selain S itu orang utan juga salah s satu satwa s favorit yaitu sebbesar 9% kaarena orang g utan selalu meenarik perhhatian apabbila ada peengunjung yang datanng. Orang utan tersebut akan a menguulurkan tanngannya keepada penggunjung yanng datang yang menandakkan orang uttan memintaa makanan atau minum man dari penngunjung.
5.4.2 Perssepsi Pengu unjung Seetiap orang memiliki perilaku dan d persepsi yang beerbeda. Perrsepsi terhadap sesuatu sanngat dipenggaruhi oleh h perilaku dan d motivaasinya (Ran ngkuti WA Punti Kaayu dapat dilihat d 2008). Perrsepsi penggunjung terhhadap pengeelolaan TW pada Tabeel 18.
49
Tabel 18 Persepsi pengunjung mengenai pengelolaan TWA Punti Kayu No 1. 2. 3.
Persepsi Pengunjung Sarana dan prasarana di TWA Punti Kayu Pelayanan dari pengelola TWA Punti Kayu Harga tiket masuk TWA Punti Kayu dan Taman Satwa Punti Kayu 4. Kepuasan terhadap keberadaan satwa (jumlah dan keanekaragaman) di Taman Satwa Punti Kayu 5. Kondisi kesejahteraan satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu Total skor Pengelolaan TWA Punti Kayu menurut pengunjung Sumber : Hasil kuisioner
Skor 2,26 2,48 2,14 2,40 2,25 11,53 Cukup
Tabel 18 menunjukkan bahwa menurut pengunjung, pengelolaan TWA Punti Kayu tergolong cukup dengan skor total 11,53. Pengelolaan dikatakan cukup apabila skor total 8,33-13,66 (Tabel 9). Sarana prasarana menurut pengunjung masih kurang lengkap. Sarana prasarana memang sudah ada tapi dalam pengelolaanya belum memadai. Salah satu contohnya adalah toilet. Toilet yang tersedia di TWA Punti Kayu berjumlah sembilan buah tapi pada prakteknya hanya satu toilet yang dibuka setiap harinya sehingga pada saat ramai, pengunjung harus mengantri. Sebagian besar pengunjung sudah menganggap pelayanan dari pengelola memuaskan. Pengunjung mengganggap harga tiket masuk TWA Punti Kayu terjangkau. Akan tetapi pengunjung masih belum puas dengan koleksi satwa yang ada, pengunjung masih merasa satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu belum memenuhi keinginan mereka. Pengunjung menganggap kesejahteraan satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu masih kurang. Pengunjung beranggapan satwa yang ada di Taman Satwa Punti Kayu terlalu kurus. Pengunjung yang datang sebagian besar mengharapkan agar kebersihan TWA Punti Kayu lebih dijaga dan sarana prasarana lebih dipelihara. Sarana prasarana yang sudah ada ditambah lagi seperti toilet, tempat sampah, dan pusat informasi. Pengunjung merasakan bahwa informasi yang mereka dapatkan kurang sekali, maka banyak pengunjung yang menyarankan diadakannya pemandu yang memandu mereka selama mereka berada di TWA Punti Kayu minimal untuk pengenalan lebih dalam mengenai satwa yang terdapat di taman satwa. Selain itu pengunjung juga berharap agar satwa yang ada lebih diperhatikan pengelolaannya.
50
5.5 Pengelolaan Wisata di Taman Wisata Alam Punti Kayu TWA Punti Kayu mempunyai luas 50 ha. Kawasan ini merupakan obyek wisata alam berupa hutan tanaman yang sebagian besar ditumbuhi pohon pinus. Obyek daya tarik wisata alam yang terdapat di TWA Punti Kayu yaitu hutan tanaman berupa hutan pinus, danau, taman satwa, taman rekreasi, dan sebagainya. Aksesibilitas yang relatif mudah sangat menguntungkan bagi TWA Punti Kayu sehingga pengunjung yang datang diduga akan lebih banyak lagi pada tahun-tahun mendatang. Hal ini ditegaskan dari jumlah pengunjung dari tahun ke tahun seperti pada Tabel 19. Tabel 19 Jumlah pengunjung TWA Punti Kayu dari tahun 2004-2008 Bulan 2004 Januari 3796 Februari 3318 Maret 3178 April 3339 Mei 2936 Juni 4131 Juli 3138 Agustus 5346 September 3978 Oktober 2833 November 4138 Desember 3453 Jumlah 43584 Sumber : Data pengelola
2005 3848 2696 2708 2694 2352 2682 2682 4043 2406 1640 5203 3609 36563
Tahun 2006 6215 2511 3042 3245 3454 5158 3047 4054 2455 4809 2844 5034 45868
2007 4885 2610 3818 3231 3383 5112 3406 4249 2330 5022 2819 4099 44964
2008 19393 10179 11383 8418 10204 10563 10947 15569 2046 19266 7952 10858 136778
Obyek yang paling banyak dikunjungi yaitu taman satwa yang buka setiap hari dan taman rekreasi yang hanya buka pada hari sabtu, minggu, dan hari libur nasional. Selain itu hutan pinus juga banyak didatangi pengunjung yang menginginkan hawa yang sejuk dan segar serta pemandangan alam yang indah. Kawasan danau dan jembatan gantung yang terdapat di dalamnya juga merupakan salah satu tempat favorit untuk dikunjungi. Pengunjung dapat pula menggunakan perahu rekreasi yang tersedia di danau. Di kawasan ini juga dipelihara 2 ekor gajah dan 1 ekor kuda yang dapat ditunggangi pada hari minggu dan hari libur nasional. Gajah dan kuda dibiarkan di sekitar danau di daerah yang banyak rumput pada hari biasa sehingga satwa tersebut bisa makan dengan bebas. Akan tetapi, pengelola juga menyediakan makanan tersendiri untuk gajah dan kuda tersebut.
51
Pelayanan yang diberikan kepada pengunjung adalah self guiding yaitu pengunjung dapat memandu dirinya sendiri ke tempat-tempat yang ingin dikunjungi. Hal ini disebabkan karena pengunjung sebagian besar merupakan penduduk lokal yang dianggap sudah mengenal baik kondisi TWA Punti Kayu. Sistem ini didukung oleh banyaknya papan petunjuk arah dan lokasi-lokasi yang strategis sehingga pengunjung mudah untuk memandu dirinya sendiri mengunjungi obyek wisata yang ada di taman wisata ini. Untuk pemanduan khusus bisa didapatkan dengan mengikuti paket yang sudah disediakan oleh pengelola untuk pengunjung berkelompok. Salah satu paket wisata yang ditawarkan oleh pengelola TWA Punti Kayu adalah Wisata Anak Cerdas yang ditujukan untuk anak-anak. Dalam paket wisata ini terdapat beberapa kegiatan yaitu Trip to Zoo, Animal Games, dan Play with Animal. Harga untuk paket Wisata Anak Cerdas yaitu Rp. 25.000/anak sudah termasuk di dalamnya tiket masuk TWA Punti Kayu, tiket masuk areal yang dikunjungi, ID Card, snack, piagam peserta, dan diperbolehkan membawa satu pendamping masing-masing anak. Selain itu juga ada paket Wisata Outbound untuk anak-anak maupun dewasa dengan harga Rp. 50.000/orang. Terdapat beberapa kegiatan yaitu outbound, fun game, dan flying fox. Tingkat kenyamanan dan keselamatan pengunjung diperhatikan dengan baik. Kebersihan kawasan dijaga dengan adanya petugas khusus yang membersihkan kawasan setiap harinya. Pengunjung juga mendapatkan jaminan keselamatan yang biayanya sudah termasuk pada tiket masuk. Jaminan keselamatan ini akan menjamin pengunjung jika terjadi kecelakaan selama pengunjung melakukan aktivitasnya di lokasi wisata dan berakhir jika pengunjung telah meninggalkan lokasi. Sistem penjualan tiket dapat dibeli langsung di pos tiket atau dapat melalui pemesanan terlebih dahulu untuk pengunjung berkelompok yang membeli paket wisata yang disediakan oleh pengelola. Harga tiket masuk kawasan yang belaku di TWA Punti Kayu yaitu: Tiket masuk dewasa sebesar Rp. 4.000,-/orang Tiket masuk anak-anak (1-5 tahun) Rp. 2.000,-/orang Tiket masuk kendaraan roda dua sebesar Rp. 500,-/motor
52
Tiket masuk kendaraan roda empat sebesar Rp. 1.000,-/mobil Tiket masuk Taman Satwa Punti Kayu Rp. 3.000,-/orang Tiket masuk Danau Rp. 1.000,-/ orang Tiket masuk Taman Rekreasi Rp. 1.000,-/orang belum termasuk harga naik ke wahana yang tersedia seperti komedi putar, menunggang kuda dan gajah, dan lain-lain. Penyebaran informasi dalam rangka promosi melalui berbagai media antara lain: penyebaran booklet/ brosur, kerjasama dengan media cetak yaitu surat kabar baik media lokal maupun nasional serta media elektronik (televisi). Selain itu promosi juga dilaksanakan dengan pembuatan situs atau website (www.puntikayu.com).
5.6 Pengembangan Wisata Berbasis Satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu Pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu dilakukan dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) yang terkait dengan kondisi yang ada di lapangan. Analisis terhadap kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman merupakan dasar pertimbangan yang akan mendukung pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu. 5.6.1 Identifikasi Faktor-Faktor Internal Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Identifikasi faktor internal penting untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh TWA Punti Kayu. a. Identifikasi kekuatan (strengths) Kekuatan dari TWA Punti Kayu yang dapat dirumuskan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Daya tarik kawasan yang masih alami (keindahan vegetasi hutan pinus). 2. Lokasi strategis terletak di pusat kota Palembang. 3. Keanekaragaman jenis satwa yang berada di TWA Punti Kayu cukup menarik. 4. Harga tiket masuk kawasan TWA Punti Kayu terjangkau.
53
5. Jalur wisata sudah tersedia dan dalam kondisi baik. 6. Bentuk kandang satwa yang menarik. 7. Adanya papan interpretasi satwa. b. Identifikasi kelemahan (weaknesses) Kelemahan dari TWA Punti Kayu yang dapat dirumuskan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kondisi kesejahteraan satwa yang belum masuk kategori baik. 2. Jumlah pengelola kurang memadai. 3. Tidak adanya pemandu wisata. 4. Animal keeper tidak memiliki dasar pendidikan pengelolaan satwa. 5. Beberapa sarana prasarana tidak berfungsi dengan baik. 6. Koleksi satwa menurut pengunjung belum lengkap.
5.6.2 Identifikasi Faktor-Faktor Eksternal Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Identifikasi faktor eksternal penting untuk melihat kemampuan TWA Punti Kayu dalam menghadapi peluang dan ancaman dari lingkungan. a. Identifikasi peluang (opportunities) Peluang yang dimiliki TWA Punti Kayu yang dapat dirumuskan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Tidak adanya obyek wisata sejenis yang berada di sekitar kawasan. 2. Aksesibilitas menuju kawasan mudah. 3. Besarnya kunjungan pertahun yang memberikan pendapatan potensial. b. Identifikasi ancaman (threats) Ancaman yang dihadapi TWA Punti Kayu yang dapat dirumuskan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Adanya
sampah
dan
vandalisme
yang
merupakan
dampak
kedatangan pengunjung. 2. Sikap dan perilaku pengunjung masih belum menampakkan kesadaran untuk mendukung kesejahteraan satwa.
54
Hasil identifikasi faktor internal dan eksternal TWA Punti Kayu diatas dapat disajikan pada Tabel 20 sehingga didapatkan strategi pengembangan wisata. Tabel 20 Matrik SWOT TWA Punti Kayu Faktor Internal
Faktor Eksternal OPPORTUNITIES (O) 1. Tidak adanya obyek wisata sejenis yang berada di sekitar kawasan 2. Aksesibilitas menuju kawasan mudah 3. Besarnya kunjungan pertahun yang memberikan pendapatan potensial TREATHS (T) 1. Adanya sampah dan vandalisme yang merupakan dampak kedatangan pengunjung 2. Sikap dan perilaku pengunjung masih belum menampakkan kesadaran untuk mendukung kesejahteraan satwa
STRENGTHS (S) 1. Daya tarik kawasan yang masih alami (keindahan vegetasi hutan pinus) 2. Lokasi strategis terletak di pusat kota Palembang 3. Keanekaragaman jenis satwa yang berada di TWA Punti Kayu cukup menarik 4. Harga tiket masuk kawasan TWA Punti Kayu terjangkau 5. Jalur wisata sudah tersedia dan dalam kondisi baik 6. Bentuk kandang satwa yang menarik 7. Adanya papan interpretasi satwa STRATEGI (SO) Peningkatan efektifitas promosi wisata
STRATEGI (ST) Pemasangan papan himbauan
WEAKNESSES (W) 1. Kondisi kesejahteraan satwa yang belum masuk kategori baik 2. Jumlah pengelola kurang memadai 3. Tidak adanya pemandu wisata 4. Animal keeper tidak memiliki dasar pendidikan pengelolaan satwa 5. Beberapa sarana prasarana tidak berfungsi dengan baik 6. Koleksi satwa menurut pengunjung belum lengkap STRATEGI (WO) Peningkatan kesejahteraan satwa
STRATEGI (WT) Perbaikan pengunjung
pelayanan
Pengembangan wisata yang dibuat berdasarkan analisis SWOT terhadap faktor internal dan faktor eksternal didapatkan empat alternatif strategi. Langkah nyata yang dapat dirumuskan dalam memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan, dan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
55
1. Peningkatan efektifitas promosi wisata. Peningkatan efektifitas promosi dilakukan untuk memaksimalkan potensi yang tinggi dari daya tarik kawasan yang masih alami, keanekaragaman jenis satwa yang cukup menarik, harga tiket masuk terjangkau, jalur wisata tersedia dalam kondisi baik, bentuk kandang satwa menarik, dan adanya papan interpretasi satwa dengan memanfaatkan peluang dari tidak adanya obyek wisata sejenis yang berada di sekitar kawasan dan mudahnya akses menuju lokasi. Promosi yang telah dilaksanakan oleh TWA Punti Kayu yaitu penyebaran booklet/ brosur, kerjasama dengan media cetak yaitu surat kabar baik media lokal maupun nasional serta media elektronik (televisi). Selain itu promosi juga
dilaksanakan
dengan
pembuatan
situs
atau
website
(www.puntikayu.com). Pasar dapat disegmentasikan berdasarkan geografi, demografi, psikografi, kepribadian, dan pendapatan. Pasar berdasarkan geografi dapat dilihat dari lokasi pasar, pasar berdasarkan demografi dapat dilihat dari jenis kelamin, umur, pendidikan, dan pekerjaan (Keegan 2002). Penelitian ini melakukan sampling berdasarkan umur, asal, dan pekerjaan untuk mendeskripsikan karakteristik pengunjung. Tiga parameter tersebut digunakan untuk membuat segmentasi pasar. Sebaran umur responden dibuat berdasarkan persentase umur pengunjung sebenarnya. Target pasar utama berdasarkan kelas umur adalah anak-anak dan dewasa. Hasil dari pengisian kuisioner oleh responden pengunjung menunjukkan bahwa berdasarkan daerah asal pengunjung, sebagian besar berasal dari Palembang. Hal ini menunjukkan bahwa pasar utama TWA ini adalah pengunjung dari Palembang itu sendiri. Pengunjung berdasarkan pekerjaannya, secara umum adalah pelajar sehingga golongan inilah yang menjadi target pasar utama TWA Punti Kayu. Rumusan alternatif model promosi efektif yang dapat dirumuskan berdasarkan target pasar utama antara lain pada Tabel 21.
56
Tabel 21 Alternatif model promosi berdasarkan target pasar No 1.
Target Pasar Utama Anak-anak dan dewasa
Media Promosi
Cara pelaksanaan
Iklan radio dan televisi
Menampilkan iklan dengan desain ringkas sehingga mudah dimengerti anak-anak namun tetap menarik untuk kelompok umur dewasa a. Bekerjasama dengan stasiun radio dan televisi lokal b. Penampilan iklan di koran pada masamasa mendekati dan musim liburan c. Penempelan stiker pada angkutan umum d. Pembagian leaflet, booklet, dan stiker pada pengunjung a. Media promosi cetak ini dapat didistribusikan ke sekolah-sekolah b. Distribusi dilakukan dengan memanfaatkan pengurus sekolah (seperti guru) ataupun organisasi sekolah seperti OSIS c. Mengirimkan film pendidikan pada sekolah dengan tempat pengambilan gambar adalah TWA Punti Kayu
2.
Asal Palembang
Iklan radio dan televisi lokal, koran, leaflet, booklet, dan stiker
3.
Pelajar
Film, radio, poster, leaflet, booklet, majalah, dan koran
2. Peningkatan kesejahteraan satwa. Peningkatan kesejahteraan satwa perlu dilaksanakan karena kondisi kesejahteraan satwa yang belum masuk kategori baik yang disebabkan oleh jumlah pengelola yang kurang memadai, animal keeper tidak memiliki dasar pendidikan pengelolaan satwa, dilakukan dengan memanfaatkan besarnya kunjungan pertahun yang memberikan pendapatan potensial dan besarnya perhatian masyarakat dilihat dari tidak adanya obyek wisata sejenis yang ada di sekitar kawasan. Hasil dari perhitungan capaian implementasi kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu termasuk dalam kriteria cukup. Hal ini menunjukkan kalau pengelolaan kesejahteraan satwa belum dilaksanakan dengan
baik.
Pengelolaan
yang
lebih
intensif
diperlukan
dengan
memperhatikan lima prinsip kesjahteraan satwa baik itu untuk pengelolaan pakan, kandang, maupun kesehatan. Pengelolaan yang baik bisa didapatkan apabila pengelola memahami kebutuhan dari satwa yang dikelola. Pengelola terutama animal keeper yang bersinggungan langsung dengan satwa harus memahami kebutuhan satwa
57
yang berada di bawah pengelolaan mereka. Oleh karena itu, diperlukan pelatihan kepada pengelola secara kontinyu mengenai pengelolaan satwa yang sesuai dengan kaidah kesejahteraan satwa. 3. Pemasangan papan himbauan. Papan himbauan dipasang pada jalur wisata yang sudah tersedia dan pada papan interpretasi satwa. Papan ini digunakan untuk meningkatkan kesadaran pengunjung untuk turut serta menjaga lingkungan TWA ini. Beberapa obyek wisata yang terdapat di TWA Punti Kayu mengalami kerusakan akibat kegiatan vandalisme pengunjung. Satwa yang terdapat di TWA Punti Kayu juga merupakan salah satu obyek wisata yang sering mendapat perlakuan tidak baik dari pengunjung seperti dilempari dengan kayu, disiram dengan air, dan lain-lain. Oleh karena itu juga dibutuhkan papan himbauan untuk tidak mengganggu satwa yang terdapat di TWA ini. Pengelola menjaga kebersihan kawasan dengan adanya petugas khusus yang membersihkan kawasan setiap paginya sebelum pengunjung datang. Vandalisme yang dilakukan terhadap sarana prasarana diperbaiki dengan melakukan pengecatan ulang. 4. Perbaikan pelayanan pengunjung. Perbaikan pelayanan pengunjung dilakukan
dengan perbaikan sarana
prasarana yang tidak berfungsi dengan baik dan kualitas pelayanan terhadap pengunjung. Hal ini diperlukan guna meningkatkan kepedulian pengunjung terhadap TWA Punti Kayu. Potensi atau daya tarik kawasan harus diikuti dengan pengembangan dan pengelolaan yang baik serta tersedianya sarana dan prasarana penunjang yang cukup dalam mendukung kegiatan wisata, karena pada umumnya pengunjung tidak hanya datang untuk menikmati daya tarik saja tetapi juga ingin menikmati fasilitas yang mampu memberikan kepuasan (Sihotang 1999). Sarana prasarana yang ada di TWA Punti Kayu termasuk lengkap. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak sarana prasarana yang tidak berfungsi dengan baik seperti toilet yang hanya difungsikan 1 dari 9 toilet yang tersedia dan mushola yang belum dimanfaatkan dengan maksimal. Oleh karena itu, perlu perbaikan ulang sarana prasarana yang tidak berfungsi sehingga sarana
58
prasarana tersebut dapat mempermudah pengunjung dalam menikmati kunjungannya di TWA Punti Kayu. Kenyamanan pengunjung dalam melakukan wisata di TWA Punti Kayu diharapkan akan mempengaruhi sikap dan kepedulian pengunjung. Dengan memberikan pelayanan yang memadai, diasumsikan pengunjung akan lebih mudah memenuhi himbauan maupun ajakan untuk turut menjaga satwa dan lingkungan TWA Punti Kayu. Salah satu langkah lain yang dapat dijalankan selain perbaikan sarana prasarana adalah meningkatan variasi program kegiatan wisata di TWA Punti Kayu 5.6.3 Rekomendasi Program Wisata di TWA Punti Kayu Pemilihan obyek-obyek yang akan dikembangkan untuk wisata bersumber dari hasil pengamatan, wawancara pengunjung, dan pengelola (Tabel 22). Tabel 22 Obyek wisata yang dikembangkan di TWA Punti Kayu Obyek potensial untuk pengembangan wisata di TWA Punti Kayu Kawasan yang disukai
Satwa yang disukai
Hasil Pengamatan (1) Taman Satwa (2) Danau
(1) Orang utan (2) Siamang (3) Beruang madu (4) Buaya muara (5) Macan tutul
Sumber Informasi Pengunjung (1) Taman Satwa (2) Taman Rekreasi (3) Museum Fauna (4) Danau (5) Arena Outbound (1) Beruang madu (2) Orang utan (3) Kelinci (4) Malu-malu (5) Macan tutul
Pengelola (1) Taman Satwa (2) Danau
(1) Orang utan (2) Macan tutul (3) Beruang madu (4) Buaya muara (5) Siamang
Program wisata yang dikembangkan adalah wisata berbasis satwa dengan obyek utama yaitu taman satwa. Selain itu juga program wisata memanfaatkan museum fauna, danau, dan taman rekreasi. Ada 5 bentuk program wisata yang dapat dikembangkan di TWA Punti Kayu berdasarkan potensi obyek wisata yang terdapat di kawasan (Tabel 23). Program wisata dibuat dengan menitikberatkan untuk menambah pengetahuan pengunjung mengenai satwa yang terdapat di TWA Punti Kayu sehingga diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran untuk ikut serta menjaga satwa tersebut.
59
Tabel 23 Rekomendasi program wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu 1. Obyek : Taman Satwa dan Museum Fauna Judul Kegiatan Fieldtrip to Punti Kayu Deskripsi Pengunjung melakukan pengamatan satwa-satwa di taman satwa dengan dibekali lembar kerja siswa (LKS). Selanjutnya pengunjung diajak ke museum fauna untuk mengetahui berbagai jenis satwa yang sudah diawetkan Sasaran Anak-anak (Pelajar SD kelas 4,5,dan 6) Waktu Tentative. Lama ±1,5 jam Sarana Prasarana Taman satwa, museum fauna, guide, LKS 2. Obyek : TWA Punti Kayu Judul Kegiatan Kenali Monyet Lebih Dekat Deskripsi Pengunjung melakukan pengamatan terhadap monyet di sepanjang jalur utama TWA Punti Kayu. Pengunjung dijelaskan secara lebih dalam mengenai monyet meliputi ekologi, perilaku, dan habitatnya. Sasaran Semua umur Waktu Pagi (09.30) dan sore hari (15.30) Sarana Prasarana TWA Punti Kayu dan papan interpretasi 3. Obyek : Danau Judul Kegiatan Pengenalan Habitat Perairan Punti Kayu Deskripsi Pengunjung melakukan pengamatan habitat perairan, yaitu Danau Punti Kayu. Pengunjung dapat menemukan satwa seperti biawak, ikan, dan berbagai jenis burung sekaligus diberi penjelasan mengenai komponen habitat perairan Danau Punti Kayu. Kunjungan dilakukan dengan menggunakan perahu rekreasi. Sasaran Anak-anak dan dewasa, kelompok keluarga Waktu Pagi dan sore hari. Lama ±1 jam Sarana Prasarana Danau Punti Kayu, perahu rekreasi, dan papan interpretasi (papan himbauan dan papan nama jenis satwa) 4. Obyek : Taman Rekreasi Judul Kegiatan Have Fun with Mr. Elephant Deskripsi Pengunjung diajak mengenal gajah lebih dekat. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah menunggangi gajah, foto bersama gajah, dan hand feeding (memberi makan gajah). Pakan disediakan dan dijual oleh pengelola Sasaran Anak-anak, individu atau kelompok (2-3 orang) Waktu Hari Sabtu. Lama 15 menit untuk 1 kali kegiatan Sarana Prasarana Taman rekreasi, gajah (2 ekor), pakan gajah, dan alat fotografi 5. Obyek : Taman Satwa (Kelompok Burung) Judul Kegiatan Gives Colours to The Bird (Mari Mewarnai Burung) Deskripsi Pengunjung (anak-anak didampingi oleh orang tua) diajak untuk melakukan pengamatan satwa di kelompok burung. Selain mengamati burung, anakanak melakukan kegiatan mewarnai gambar burung dari jenis-jenis yang dapat ditemui Sasaran Anak-anak Waktu Setiap hari. Lama 1 jam Sarana Prasarana Satwa dari kelompok burung dan alat gambar (gambar burung dan pensil warna yang disediakan oleh pengelola)
60
Gerbang Masuk M
Gambar 20 Denah rekomendas r si program wisata berbbasis satwaa di TWA Punti Kayu
61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 1. Satwa yang ditemukan secara langsung di TWA Punti Kayu yaitu monyet (Macaca fascicularis), burung gereja (Passer montanus), bajing (Callosciurus notatus), dan biawak (Varanus sp.). Satwa yang dikoleksi di Taman Satwa Punti Kayu terdiri dari 29 jenis satwa yang tergolong ke dalam 3 kelas yaitu mamalia, burung, dan reptil. 2. Pengelolaan satwa difokuskan pada satwa di Taman Satwa Punti Kayu yaitu dilihat dari pengelolaan pakan, pengelolaan kandang, dan pengelolaan kesehatan. Capaian implementasi kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu termasuk dalam kriteria cukup. 3. Motivasi pengunjung datang ke TWA Punti Kayu dilihat dari tujuan pengunjung datang 52% untuk menikmati keindahan alam, intensitas kedatangan 35% sudah datang ke TWA ini lebih dari tiga kali, alasan berkunjung kembali 54.41% karena tertarik terhadap satwa, kawasan yang disukai 61% adalah taman satwa dan satwa yang paling disukai 27% yaitu beruang madu. 4. Kegiatan wisata di TWA Punti Kayu sudah dikelola dengan cukup baik dilihat dari persepsi pengunjung. Obyek wisata yang dikelola TWA Punti kayu yaitu hutan tanaman berupa hutan pinus, museum fauna, taman satwa, danau, taman rekreasi, arena outbound, kolam renang, dan panggung hiburan. 5. Pengembangan wisata berbasis satwa di TWA Punti Kayu difokuskan pada 4 obyek, yaitu taman satwa, taman rekreasi, danau, dan museum fauna dengan 5 program wisata yang dapat dikembangkan.
6.2 Saran 1. Peningkatan kondisi kesejahteraan satwa dengan lebih memperhatikan pengelolaannya yaitu pengelolaan pakan, kandang, dan kesehatan satwa di Taman Satwa Punti Kayu.
62
2. Pengelolaan satwaliar di alam juga perlu diperhatikan selain yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu. 3. Peningkatan efektifitas promosi wisata. 4. Penggunaan hasil penelitian sebagai salah satu pertimbangan dalam pengelolaan pemanfaatan satwa sebagai obyek wisata di TWA Punti Kayu.
63
DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan (YPFK). Appleby MC, BO Hughes. 1997. Animal Welfare. Wallingford: CABI Publishing. Appleby MC, JA Mench, BO Hughes. 2004. Poultry Behaviour and Welfare. Wallingford: CABI Publishing. Avenzora R. 2008. Ekoturisme- Evaluasi tentang Konsep. Di dalam: Avenzora R. Ekoturisme – Teori dan Praktek. Nias: BRR NAD. Blecha F. 2000. Immune System Response to Stress. Di dalam: Moberg GP dan Mench JA. The Biology of Animal Stress. Wallingford Oxon: CABI Publishing. Hal: 111-121. Cook CJ, DJ Mellor , PJ Harris, JR Ingram, LR Matthews. 2000. Hands-on and Hands-off Measurement of Stress. Di dalam: Moberg GP dan Mench JA. The Biology of Animal Stress. Wallingford Oxon: CABI Publishing. Hal: 123-146. Dallas S. 2006. Animal Biology and Care. Oxford: Blackwell Science. Duncan IJH, D Fraser. 1997. Understanding Animal Welfare. Di dalam: Appleby MC dan BO Hughes. Animal Welfare. Wallingford: CABI Publishing. Hal: 19-31. Ekesbo I. 1992. Monitoring System Using Clinical, Subclinical and Behavioural Records for Improving Health and Welfare. Di dalam: Moss R. Livestock Health and Welfare. Essex: Longman. Hal: 20-50. Goeldner CR, JRB Ritchie, RW McIntosh. 2000. Tourism: Principles, Practice, Philosophies. United States of America: John Wiley & Sons, Inc. Islahuddin BO. 2009. Penerapan kesejahteraan hewan pada tempat penjualan unggas hidup di Kota Bogor. Skripsi. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Keegan WJ. 2002. Global Marketing Management. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall. Kusmayadi. 2004. Statistika Pariwisata Deskriptif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lay Jr DC. 2000. Consequences of Stress During Development. Di dalam: Moberg GP dan Mench JA. The Biology of Animal Stress. Wallingford Oxon: CABI Publishing. Hal: 249-267.
64
Moberg GP. 2000. Biological Response to Stress: Implications for Animal Welfare. Di dalam: Moberg GP dan Mench JA. The Biology of Animal Stress. Wallingford Oxon: CABI Publishing. Hal: 1-21. Moss R. 1992. Definition of Health and Welfare. Di dalam: Moss R. Livestock Health and Welfare. Essex: Longman. Hal: 1-19. Nasution S. 2007. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Pendit NS. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.53/Menhut-II/2006 Tentang Lembaga Konservasi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwaliar.
8 Tahun 1990 Tentang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1994 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. PT Indosuma Putra Citra. 2009. Rencana Karya Tahunan Pengusahaan Pariwisata Alam. Palembang. Tidak dipublikasikan. Rais S, Y Ruchiat, T Hideta, A Sartono, D Rukan, E Sugandi, Kusnadi, Sutaryono. 2007. Kawasan Konservasi Indonesia Tahun 2006. Jakarta: Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Rangkuti F. 2008. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Santosa Y. 1993. Strategi kualitatif untuk pendugaan beberapa parameter demografi dan kuota pemanenan populasi satwaliar berdasarkan pendekatan ekologi perilaku: studi kasus terhadap populasi kera ekor panjang (Macaca fascicularis) di Pulau Tinjil. Bogor: Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Sawitry R. 2004. Potensi biologis dan pengunjung dalam menunjang pengelolaan Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang, Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. 1(2) 2004: 192-202. Semiadi G. 2007. Pemanfaatan satwa liar dalam rangka konservasi dan pemenuhan gizi masyarakat. Zoo Indonesia 16 (2): 63-74.
65
Sihotang BRM. 1999. Analisis karakteristik pengunjung rekreasi keluarga di Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang. Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tim Pustaka Phoenix. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1967 Tentang KetentuanKetentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Undang-Undang Republik Kepariwisataan.
Indonesia
Nomor
9
Tahun
1990
Tentang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Wahab S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Wolfle TL. 2000. Understanding the Role of Stress in Animal Welfare: Practical Considerations. Di dalam: Moberg GP dan Mench JA. The Biology of Animal Stress. Wallingford Oxon: CABI Publishing. Hal: 355-368.
66
Lampiran 1 Penilaian kriteria capaian implementasi kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu Skor
Keterangan
1
buruk; apabila pengelolaan tidak ada
2
cukup; apabila pengelolaan ada tapi belum dilaksanakan
3
baik; apabila pengelolaan ada dan sudah dilaksanakan
Bebas dari rasa lapar dan haus No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Keterangan Apakah daftar distribusi pakan tahunan tersedia? Apakah air bersih tersedia setiap saat untuk minum di kandang ? Apakah pakan tersedia dalam bentuk yang sesuai dan kualitasnya baik? Apakah suplemen vitamin dan mineral tersedia? Apakah pakan tersedia dalam jumlah yang mencukupi? Apakah pakan yang telah rusak dibuang? Apakah pakan satwa betina bunting sesuai? Apakah satwa ditimbang secara teratur untuk mencatat perubahan satwa?
Skor Total skor Rata-rata
1
2 √ √
3
√ √ √ √ √ √ 4
8 12 1,50 (buruk)
0
1
2 √
3
Bebas dari rasa tidak nyaman No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Keterangan Apakah daftar deskripsi peragaan, fasilitas yang berkaitan dengan perawatan satwa tersedia? Apakah ukuran kandang luar cukup memadai? Apakah ukuran kandang luar cukup untuk jumlah, kelamin, dan umur? Apakah tipe pagar kandang sesuai? Apakah pagar tersebut dapat mencegah satwa lepas? Apakah semua pintu bebas dari resiko? Apakah permukaan tanah cocok? Apakah permukaan cukup lunak untuk satwa penggali? Apakah peneduh dan material bangunan tersedia? Apakah peneduh tertutup tersedia? Apakah satwa dapat menghindari pengunjung secara bebas? Apakah menyediakan area pemisah untuk satwa betina dan anaknya? Apakah areal luar kandang dibersihkan setiap hari? Apakah ukuran areal mencukupi dan sesuai untuk jumlah, sex, dan umur? Bila diperlukan dapatkah betina dipisah dari jantan? Apakah kandang dalam yang khusus dan sesuai tersedia untuk setiap betina bunting? Apakah kandang sudah sesuai sehingga satwa mau tinggal? Apakah kandang tidur tersedia? Apakah materi lantai yang sesuai tersedia? Apakah pembersihan dan desinfektan sudah memadai? Apakah ventilasi tersedia memadai?
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
67 No 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Keterangan Apakah tingkat penguapan cukup rendah? Apakah penyinaran cukup? Apakah pemanasan dan penyejukan yang diperlukan sudah cocok? Apakah lantai terisolasi dengan baik? Apakah sistem drainase cukup? Apakah permukaan lantai terawat dan mudah dibersihkan? Apakah setiap kandang bebas dari adanya sudut tajam? Apakah kandang isolasi tersedia? Apakah fasilitas yang sesuai tersedia untuk pemisahan dan penempatan satwa?
Skor Total Skor Rata-rata
1
2 √
3 √
√ √ √ √ √ √ √ 7
38 12 57 1.90 (cukup)
Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit No 1. 2. 3. 4.
Keterangan Apakah semua satwa dalam kondisi sehat? Apakah kondisi dan kesehatan satwa diperiksa setiap hari? Apakah satwa yang sangat menderita segera memperoleh perhatian dan pengobatan? Apakah ada program yang aman efektif pengontrolan hama dan predator? Apakah pelayanan dokter hewan cukup tersedia? Apakah ada investigasi wabah penyakit? Apakah obat preventif dilaksanakan secara standar?
5. 6. 7. Skor Total Skor Rata-rata
1
2 √
3
√ √ √ √ √ 3
√ 8 11 1.57 (cukup)
0
Bebas untuk menampilkan perilaku alami No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Keterangan Apakah kolam air cukup tersedia? Apakah pakan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat mendorong tingkah laku pengembara? Apakah tipe dan alat aktivitas diubah secara teratur? Apakah satwa yang diperagakan dalam tingkah laku normal? Apakah tingkah laku klise atau mutilasi terlihat atau tidak? Apakah satwa bertingkah laku abnormal dan apakah ada langkah untuk mengurangi tingkah laku semacam itu? Bila ruang makan terbatas, apakah penangkaran tidak dianjurkan?
Skor Total Skor Rata-rata
1
2 √
3
√ √ √ √ √ √ 4
6 10 1.43 (buruk)
0
1
2 √
3
Bebas dari rasa takut dan tekanan No 1. 2.
Keterangan Apakah kelompok satwa yang berada dalam kandang berdampingan dengan tidak ada interaksi yang dapat mengakibatkan stres? Apakah mungkin memisahkan satwa bunting dan satwa dengan anak untuk menghindari stres dan penderitaan?
√
68 No 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Keterangan Apakah jangka waktu untuk satwa di dalam kandang sementara tidak terlalu lama sehingga dapat menghindari kesulitan re-introduksi ke kandang asli? Apakah satwa dipelihara oleh satwa staf tetap konsisten dengan kesejahteraan satwa? Apakah pemeliharaan satwa oleh staf tetap konsisten dengan kesejahteraan satwa? Apakah kontak langsung antara satwa dan pengunjung konsisten dengan kebutuhan kesejahteraan satwa dan di bawah supervise yang tepat? Apakah ada perbedaan dalam tingkah laku individu yang menunjukkan stres? Apakah ada indikasi tingkah laku tentang kesakitan pada satwa selama evaluasi? Bila stres terlihat dalam satwa atau kelompok satwa, apakah kebun binatang mengadakan studi tingkah laku dan fisiologi untuk menentukan penyebab stres dan adakah usaha untuk menguranginya?
Skor Total Skor Rata-rata Prinsip kesejahteraan satwa Bebas dari rasa lapar dan haus Bebas dari rasa tidak nyaman Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit Bebas untuk berperilaku alami Bebas dari rasa takut dan tekanan Jumlah Rataan
1 √
2
3
√ √ √ √ √ √
4
10 14 1.56 (cukup)
0
Jumlah rataan 1,50 1,90 1,57 1,43 1,56 7,96 1.6 (cukup)
69
Lampiran 2 Rekapitulasi persepsi pengunjung TWA Punti Kayu Persepsi 1 2 3 4 5 No
Keterangan Sarana dan prasarana di TWA Punti Kayu Pelayanan dari pengelola TWA Punti Kayu Harga tiket masuk TWA Punti Kayu dan Taman Satwa Punti Kayu Kepuasan terhadap keberadaan satwa (jumlah dan keanekaragaman) di Taman Satwa Punti Kayu Kondisi kesejahteraan satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu Nama Responden
Skor 1
2
3
4
5
1
Riki Setiadi
3
3
1
3
3
2 3 4 5
Aditya Ramadandi Putra Ayu Derahma Dina Ayu
2 3 3 3
3 3 2 3
3 3 2 2
3 2 1 3
2 3 3 3
6
Rama
3
3
2
3
3
7 8
M. Ghiffari Alif Ria Sapitri
3 3
3 2
3 2
3 3
3 3
9 10 11
Rizki Ananda Aprilia Dedek Heriyanto M. Riski Al-Akbar
3 2 1
2 3 3
2 2 2
3 3 1
3 3 3
12 13 14 15
Rizki Pratama Annisa Febriyanti Rafika Novianti Sukino
2 2 2 3
3 2 2 3
3 2 2 2
3 2 2 3
3 2 2 3
16 17
Aminar Abdillah Mutia
3 3
3 2
3 2
3 3
3 3
18 19
Yeni Oktarina Dwi
3 3
3 3
2 3
3 2
3 2
20 21
Muhammad Fikri Sepni Indah Wahyuni
1 3
2 3
3 3
3 3
2 2
22
Vina
2
2
2
2
2
23 24
2 2
2 3
2 2
2 3
2 2
25
Kamila Gemilang Muhammad Ali Akbar Fitri Yanti
3
3
2
3
3
26
Andi
2
3
1
3
3
27
Azis SP
2
3
2
3
3
28 29 30
Reza Marantika Julian Dia W Arpita
3 2 3
3 3 3
2 2 3
3 2 3
3 3 3
31 32 33
M. Febry M Randy Pratama Yang Ramanda Putra
3 3 3
3 3 3
2 2 3
3 3 3
3 3 2
70 No
Nama Responden
Skor 1
2
3
4
5
34
Bobby Shendiko
3
3
3
3
3
35 36
M. Andilala Zahara
3 3
3 3
2 3
2 3
3 3
37
Mardiah
2
2
2
2
2
38 39
Qonitah Khairunisa Lisa
2 2
2 3
2 2
2 2
2 3
40
Suryati
2
3
2
3
2
41
Nur Inaya
2
2
2
2
3
42 43
Firmansyah Radius Prawira
3 2
2 3
2 1
2 3
2 3
44 45
Vina Nurmalita Lidia
2 2
2 3
2 2
2 2
1 2
46
Nayla Anggreyny
2
3
2
2
2
47
Dessy Malasari
2
1
3
2
2
48
Feny
2
3
2
3
3
49
Lisa Febrina
2
1
3
2
2
50
Mariani
2
2
3
2
2
51
Ardibowo
2
2
2
2
1
52
Nicky Leonard N
2
2
2
2
1
53
Jauhari
2
3
2
2
2
54
Sulardianto
1
2
1
2
2
55
Suprayogi
2
3
2
2
2
56
Ida
3
3
2
2
2
57
Iyang Kumalasari
1
2
3
2
2
58
Gina Desiana
2
3
2
3
2
59
Citra
3
3
2
3
3
60
Mira Mayang
2
1
3
2
2
61
Amalia
2
2
2
2
2
62
Wakjan
3
3
2
3
3
63
Yunia Andika
1
2
2
2
2
64
Andry
2
1
2
1
1
65
Heri
2
1
2
2
1
66 67
Ani Stiawaty Eka
3 2
3 3
2 1
3 2
2 1
68
Gian Ari Cahyadi
3
3
3
2
2
69
Sin Kenta
1
3
3
3
1
70
I M Soekarno
1
1
3
2
1
71
M Kailani
2
2
2
3
2
72
Suhaili
2
2
1
3
2
71 No
Nama Responden
Skor 1
2
3
4
5
73
Holian
2
3
3
3
2
74
Uci
3
2
1
2
2
75
Anidah
2
2
1
2
2
76
Sutriana
2
2
3
2
2
77
Komariah
3
3
2
3
3
78
Ismail A
3
3
3
3
3
79
Syukurman
2
2
2
2
1
80
Dayat
2
3
2
2
2
81
Zulaiha
2
3
3
2
2
82
Sri Utami
3
3
2
3
3
83
Sunardi
2
2
3
2
2
84
Nurbaiyah
2
3
2
3
2
85 86
Jamaluddin B A Enda
3 3
3 3
2 2
3 3
3 3
87
Laminah
1
2
1
1
2
88
Farida
2
3
1
3
3
89
Idham
2
1
2
1
1
90
Ferizal
2
2
2
2
1
91
Lince
2
2
2
2
2
92
M. Teguh
1
2
2
2
1
93
Maryono
2
3
2
2
2
94
Ita Kahar
2
1
3
2
1
95
Jailani
2
3
1
2
3
96 97
Kahar Mustari H A Turmidzi A
1 1
2 2
1 2
1 2
1 2
98
Basoni
2
2
2
2
2
99 Kadirun Sadi 100 Untung Jumlah
3 3
2 3
1 3
3 3
2 2
Rata-rata
226
248
214
240
225
2.26
2.48
2.14
2.40
2.25
Total
11.53
Pengelolaan TWA Punti Kayu menurut pengunjung
Cukup
72
Lampiran 3 Panduan Wawancara 1.1 Panduan Wawancara dengan Pihak Pengelola Taman Wisata Alam Punti Kayu Data sekunder : •
Kondisi biologi (flora dan fauna) yang terdapat di TWA Punti Kayu
•
Kebijakan-kebijakan pengelola yang berlaku
•
Sejarah pengelolaan satwa di Taman Satwa Punti Kayu
•
Sarana dan prasarana wisata di TWA Punti Kayu
•
Data pengunjung TWA Punti Kayu Persepsi pengelola terhadap aspek- aspek pengelolaan kesejahteraan satwa di Taman Satwa Punti Kayu :
•
Pengetahuan pengelola mengenai kesejahteraan satwa
•
Pengetahuan mengenai prinsip-prinsip kesejahteraan satwa
•
Kegiatan pengelola terkait dengan masing-masing prinsip kesejahteraan satwa
•
Perilaku pengelola terhadap satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu
1.2 Panduan Wawancara dengan Pengunjung •
Karakteristik pengunjung (umur, jenis kelamin, asal, pendidikan, dan pekerjaan)
•
Motivasi pengunjung mengunjungi TWA Punti Kayu
•
Persepsi pengunjung terhadap pelayanan pengelola dan kesejahteraan satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu
•
Perilaku penunjung terhadap satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu
•
Harapan dan saran pengunjung terhadap TWA Punti Kayu
73
Lampiran 4
KUISIONER PENELITIAN KAJIAN KESEJAHTERAAN SATWA UNTUK PENGEMBANGAN WISATA DI TAMAN WISATA ALAM PUNTI KAYU, PALEMBANG, SUMATERA SELATAN Penelitian untuk Skripsi Sarjana (S-1) Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Tanggal : Kuisioner ini dimaksudkan untuk memperoleh data dari setiap pengunjung Taman Wisata Alam ini. Disamping berguna untuk penyelesaian studi peneliti, data dari kuisioner ini juga berharga bagi pengelola untuk pengoptimalan pemanfaatan potensi satwa sebagai obyek wisata yang selaras dengan kesejahteraan satwa yang terdapat di dalamnya agar satwa tetap lestari. Oleh karena itu, kiranya kuisioner ini diisi dengan teliti dan lengkap, sehingga dapat menggambarkan data yang obyektif dan sah. Terimakasih atas perhatian dan partisipasinya.
Bogor, Agustus 2009
Peneliti
74
A. Karakteristik Pengunjung 1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
: Pria/wanita *)
4. Asal/tempat tinggal
:
5. Pendidikan terakhir
: SD/SLTP/SMU/S1/S2/S3 *)
6. Pekerjaan
: *) coret yang tidak perlu
B. Motivasi Pengunjung 1. Apa tujuan Saudara datang ke TWA Punti Kayu? a. menikmati keindahan alams b. mengamati tumbuhan dan satwa c. lainnya……………….. 2. Berapa kali Saudara datang ke TWA Punti Kayu? a. sekali b. dua kali c. tiga kali d. lebih dari tiga kali 3. Apabila sudah pernah datang ke TWA Punti Kayu, apa yang menyebabkan Saudara datang kembali? a. pemandangannya indah b. tertarik terhadap satwa c. lainnya……………….. 4. Kawasan yang disukai di TWA Punti Kayu? Kawasan Museum Fauna Taman Satwa Danau Taman Rekreasi Arena Outbound Kolam Renang Panggung Hiburan
Urutkan dari yang paling disukai
75
5. Obyek satwa yang disukai di Taman Satwa Punti Kayu? Kelas Mamalia
Burung
Reptil
Jenis Beruang madu Beruk Kelinci Kucing hutan Landak Lutung simpei Macan tutul Monyet Orang utan Malu-malu Marmut Siamang Elang brontok Angsa Ayam kalkun Bangau tong-tong Bebek Burung kasuari Kuntul perak Bangau sandang lawe Elang bondol Elang ikan kepala kelabu Puyuh Gonggong Tekukur Merpati Biawak Buaya muara Kura-kura Ular sawah
Urutkan dari yang paling disukai
C. Persepsi Pengunjung 1. Sarana dan prasarana di TWA Punti Kayu? a. lengkap b. kurang lengkap c. tidak lengkap Alasannya…………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………….
76
2. Bagaimana pelayanan dari pengelola TWA Punti Kayu? a. memuaskan b. kurang memuaskan c. tidak memuaskan Alasannya…………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………. 3. Harga tiket masuk TWA Punti Kayu dan Taman Satwa Punti Kayu? a. mahal b. sedang c. murah Alasannya…………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………. 4. Satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu memenuhi kepuasan Saudara? a. sudah b. belum c. tidak Alasannya…………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………. 5. Menurut Saudara bagaimana kesejahteraan satwa yang terdapat di Taman Satwa Punti Kayu? a. sejahtera b. kurang sejahtera c. tidak sejahtera Alasannya…………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………….
D. Perilaku Pengunjung Selama di Taman Satwa Punti Kayu, kegiatan apa saja yang Saudara lakukan ? ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
77
E. Harapan dan Saran Harapan dan saran Saudara mengenai pengelolaan wisata yang sebaiknya dilakukan di TWA Punti Kayu berhubungan dengan tempat parkir, pintu masuk, pusat informasi, pemandu wisata, tempat sampah, toilet, keamanan, dan satwa yang terdapat di TWA Punti Kayu.